Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

ACARA 3
KOMPLEKSOMETRI

Penanggung Jawab:
Fadhil Alfiyanto Rahman (A1F015071)
Laily Fauziah Akhsan (A1F015039)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur


jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan
yang konsentrasinya diketahui. Analisis semacam ini menggunakan pengukuran
volume larutan pereaksi disebut analisis volumemetri. Pada titrasi salah satu
larutan dimasukkan kedalam buret atau disebut dengan titran, sedangkan larutan
lainnya dimasukkan dalam labu erlenmeyer yang disebut dengan titrat. Larutan
titran dicampurkan dengan titrat sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan
dengan perubahan warna indikator pH, yang merupakan suatu zat yang pada
umumnya ditambahkan kedalam larutan titrat dan mengalami semacam perubahan
warna. Perubahan warna menandakan bahwa reaksi telah selesai dan merupakan
titik akhir titrasi, kemudian volume titran yang telah digunakan dicatat.
Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan
valensi adalah reaksi pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang
berdasarkan reaksi komlpeks disebut kompleksometri. Kompleksometri disebut
juga dengan kelatometri. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian
yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan
pada titrasi.
Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat
peka terhadap pH. Karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan
H+ maka (H+) didalam larutan akan meningkat walaupun sedikit. Akan tetapi yang
sedikit ini akan berakibat menurunnya stabilitas kompleks pada suasana tersebut
(reaksi ini dapat berjalan pada suasana asam, netral dan alkalis). Untuk
menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan penahan (buffer). Sebagai larutan
buffer yang dapat langsung digunakan dengan campuran NH4Cl dan NH4OH.
Indikator untuk menetukan titik akhir titrasi adalah EBT (Erichrom Black T).
Satuan yang digunakan molaritas.
EBT dipakai untuk titrasi dengan suasana pH = 7-11, untuk penetapan
kadar dari logam Cu, Al, Fe, Co, Ni, Pt dipakai cara titrasi tidak langsung, sebab
ikatan kompleks antara logam tersebut dengan EBT cukup stabil. EBT yang
ditambahkan kedalam larutan ZnSO4 yang telah ditambahkan buffer menghasilkan
ZnEBT yang berwarna merah anggur. Raeaksi dengan EDTA yang dititrasi
menghasilkan perubahan warna dari merah anggur ke biru.
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amino polikarboksilat. EDTA sebenaranya
adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat
kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat
yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiaminatetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY–.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.

B. Tujuan

Menentukan kadar suatu logam dalam campuran.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling


mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian
yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan
ditetapkan pada titrasi.
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang larut
namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks
yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau
molekul netral.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara spesies seperi
CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka
titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi,
selain titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang
menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan
(polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH= 10
EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang
juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut
indikator metalokromat (Khopar, 2012).
Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan
menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat
diatur dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di
titrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii
merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan.
Kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan mengubah
pH dan adanya zat-zat pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks
EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air
EDTA akan memiliki nilai yang berbeda dari nilaiyang telah dicatat. Kondisi baru
ini dinamakan tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi
(Sodiq, 2015).
Analisa kadar kalsium dapat dilakukan dengan metode kompleksometri.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentukan ompleks yang banyak digunakan
dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamin tetraasetat (
dinatrium EDTA) (Hidayanti,2010).
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam tetra
asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1 komplek
dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam
alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil pada
nilai pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH= 10 (
Watson,2000).
Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.
Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah
agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan,
dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam
dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang
mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium
ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air.
Hampir semua logam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi
kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia
dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan
berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi ( misalnya pada N,O,S
atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion
logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa
lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,
akan tergantung pada jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok
pengompleks pada molekul ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam
titrasi adala EDTA (Christian, 2014).
Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat yang berdasarkan atas
pembentukan senyawa kompleks yang larut, yang berawal dari reaksi antara ion
logam/kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks sebagai ligan
(fentiker). EBT merupakan asam lemah tidak stabil dalam air karena senyawa
organik ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam
air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasil lambat dalam air (Basset,
2014).
III. METODE
A. Alat dan Bahan

1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah labu ukur, Erlenmeyer,
botol kering, pipet dan neraca.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan ZnSO4.7H2O
0,05 M, Na2EDTA 0,05M, larutan dapar salmiak PH 10, dan indikator EBT.

B. Prosedur Kerja
 Pembuatan larutan
1. Larutan baku primer ZnSO4.7H2O

ZnSO4.7H2O ditimbang dengan teliti, dimasukkan dalam labu ukur 100


ml

Ditambah 1-2 ml H2SO4 4N

Kemudian diencerkan hingga tanda batas

2. Larutan baku sekunder Na2EDTA 0,05 M

Dilarutkan Na2EDTA dalam aquades


3. Larutan dapar salmiak PH 10

142 ml amoniak pekat dicampur dengan 17,5g NH4 Cl

Diencerkan dengan aquades sampai volume 250 ml

PHnya diperiksa

Bila perlu ditambahkan HCl atau NH4OH sampai PH 10 ± 0,1

 Indikator
1. Eriochrom Black T (EBT)

1 gram EBT dihaluskan (digerus) dengan 100g NaCL kering

Dihaluskan dan disimpan dalam botol kering


 Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O

Larutan ZnSO4.7H2O 5 ml dimasukkan dalam Erlenmeyer dengan


pipet

Ditambah 1 ml dapur salmiak PH 10 dan ± 25mg EBT

Dititrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari


anggur merah menjadi biru

Volume Na2EDTA dicatat

 Penetapan sampel
1. Penetapan kadar magnesium

MgCL 5 ml dimasukkan ke Erlenmeyer dengan pipet

Ditambah 1 ml larutan dapar salmiak PH 10 dan indikator EBT

Dititrasi dengan Na2EDTA pada suhu 400C sampai terjadi perubahan


dari merah anggur menjadi biru
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O


No Perlakuan Sebelum Sesudah Volume
Tidak Tidak
1 5 ml larutan ZnSO4.7H2O
berwarna berwarna
5 ml larutan ZnSO4.7H2O + 1
Tidak Merah
2 ml dapar salmiak pH 10 +
berwarna anggur
indikator EBT
5 ml larutan ZnSO4.7H2O + 1
ml dapar salmiak pH 10 + Merah
3 biru 6,2 ml
indikator EBT + titrasi anggur
Na2EDTA

2. Penetapan sampel kadar magnesium

No Perlakuan Sebelum Sesudah Volume


Tidak Tidak
1 5 ml larutan MgCl
berwarna berwarna
Larutan
5 ml larutan MgCl + 1 ml
Tidak berwarna
2 larutan dapar salmiak +
berwarna mewah
indikator EBT
anggur
5 ml larutan MgCl + 1 ml Larutan
Larutan
larutan dapar salmiak + berwarna
3 berwarna 11 ml
indikator EBT + titrasi mewah
biru
Na2EDTA anggur
Perhitungan :

1. Pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O

Dik : M1= 0,05 M V2= 6,2 +5 ml = 11,2 ml

V1= 6,2 ml

Dit : M2 = ?

Jawab :

M1 . V1 = M2 . V2

0,05 . 6,2 = 11,2 . M2

0,31 = 11,2 M2

0,31
M2= 11,2 = 0,0278 M

2. Penetapan sampel kadar magnesium

Dik: M1= 0,05 M V2= 11 + 5 ml = 16 ml

V1= 11 ml

Dit: M2 = ?

Jawab :

M1 . V1 = M2 . V2

0,05 . 11 = M2 . 16

0,55 = 16 M2

0,55
M2 = = 0,034 M
16

3. Kadar Mg+2 = V EDTA x N EDTA x BE Mg+2

V Mg+2

11𝑥0,05𝑥24
= = 2,64 g
5
B. Pembahasan

Dalam analisis suatu zat kimia digunakan berbagai macam metode. Salah
satu metode yang di pakai untuk penetapan kadar logam adalah Kompleksometri.
Metode ini didasarkan atas pembentukan senyawa komplek antara logam dengan
zat pembentuk komplek. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamina
tetra asetat (dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk
tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus dilakukan
pada pH tertentu. Untuk menetapkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan indikator
logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion
logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah
daripada ikatan kompleks atau larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas
mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator
yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon
karboksilat, hitam eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan cepat
dapat membentuk senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan secara
langsung, sedang yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi
kembali.

Pada praktikum kompleksometri, diawali dengan pembuatan larutan larutan


yang pertama yaitu larutan baku primer ZnSO4.7H2O, cara nya yaitu ZnSO4.7H2O
ditimbang dengan teliti, lalu dimasukkan dalam labu ukur 100 mL. Kemudian
dittambahkan 1-2 mL H2SO4 4 N,dan encerkan hingga tanda batas. Larutan yang
kedua yaitu pembuatan Larutan baku sekunder Na2EDTA 0,05 M dengan cara
melarutkan Na2EDTA dalam aquadest. Larutan yang ketiga yaitu larutan dapar
salmiak pH 10. Cara pembuatannya yaitu 142 mL amoniak pekat dicampur
dengan 17,5 g NH4Cl, kemudian diencerkan dengan aquadest sampai volume 250
mL, setelah itu periksa pHnya, bila perlu tambahkan HCl atau NH4OH sampai pH
10 ± 0,1.-
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan indikator EBT( Eriochrom Black T ),
yaitu 1g EBT dihaluskan (digerus) dengan 100 g NaCl kering, dan disimpan dalam
botol kering.
Percobaan yang pertama yaitu pembakuan Na2EDTA dengan ZnSO4.7H2O.
Caranya yaitu dengan memipet 5 mL larutan ZnSO4.7H2O, dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Lalu ditambahkan 1 mL dapar salmiak pH 10 dan tambahkan ± 25 mg
EBT. Titrasi dengan larutan Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari anggur
merah menjadi biru. Volume Na2EDTA dicatat dan lakukan titrasi minimal duplo.
Pada percobaan tersebut, di dapatkan hasil bahwa pada perlakuan pertama
yaitu 5 ml larutan ZnSO4.7H2O yang berwarna bening, ditambahkan 1 ml dapar
palmiak dan 1 gram EBT, berubah warna menjadi anggur merah. Kemudian setelah
dititrasi dengan larutan Na2EDTA, larutan berubah menjadi berwarna biru. Dan
volume yang dihasilkan dari titrasi ini yaitu 11,2 ml.
Pada perhitungan percobaan ini, di dapatkan Molaritas larutan Na2EDTA
0,05 M, volume Na2EDTA 6,2 ml dan volume larutan hasil titrasi adalah 11,2 ml.
Dengan menggunakan rumus titrasi, didapat kan hasil Molaritas larutan ZnSO4
yaitu 0,0278 M.
Pada saat sampel zink sulfat yang dititrasi dengan larutan EDTA yang
tidak berwarna dengan bantuan indikator EBT, akan terbentuk warna biru yang
langsung hilang (mencapai kondisi titik ekivalen). Namun jika telah mencapai
titik akhir titrasi maka warna yang terbentuk akan tetap berwarna biru. Hal
tersebut terjadi karena mek EDTA = mek Analat.
EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi
dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil.
Dalam hal-hal lain, EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat
atau kuadridentat yang mempunyai satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari
interaksi yang kuat dengan logamnya.
Selanjutnya yaitu penetapan sampel yaitu penetapan kadar Magnesium.
Caranya yaitu dengan memipet 5 mL MgCl dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 1 mL larutan dapar salmiak pH 10 dan indikator EBT. Lalu titrasi dengan
Na2EDTA pada suhu 40°C sampai terjadi perubahan dari merah anggur menjadi biru.
Dari perobaan tersebut, didapatkan hasil bahwa perlakuan 5 ml MgCl yang
berwarna bening di tambahkan 1 ml larutan dapar salmiak dan 0,04 gram indikator
EBT, larutan berubah menjadi berwarna anggur merah. Setelah dititrasi dengan
Na2EDTA, larutan berubah menjadi warna biru dengan volume titrasi sebanyak 16
ml
Perhitungan yang di dapat dari penentuan kadar Mg yaitu Molaritas
Na2EDTA 0,05 M, volume Na2EDTA 11 ml, dan volume hasil titrasi MgCl sebanyak
16 ml. Dengan menggunakan rumus titrasi, di dapatkan hasil Molaritas MgCl 0,034
M. Pada penentuan kadar Mg, dilakukan penghitungan dengan rumus :
Kadar Mg+2 = V EDTA x N EDTA x BE Mg+2

V Mg+2

Sehingga didapatkan kadar Mg sebanyak 2 ,64 g

Asam Ethylenediaminetetraacetic (EDTA) dan garam sodium ini bentuk


satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang
mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Hitam
T atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion
magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda.
Jika EDTA ditambahkan sebagai suatu titran, kalsium dan magnesium akan
menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi
kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru
yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk
menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikan ini, kompleks
garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih
tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya
oleh Ca2+ dengan indikator mureksid. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa
saluran air dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl
padat kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca
ataupun hidroksinaftol.Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh
karena itu EDTA direkomendasikan.
.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Titrasi kompleksometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan atas


pembentukkan senyawa kompleks yang larut, yang berasal dari reaksi antara
ion logam / kation (komponen zat uji) dengan zat pembentuk kompleks
sebagai ligan (pentiter).
2. Penentuan kadar logam pada suatu campuran dapat dilakukan dengan titrasi
kompleksometri dengan penambahan indikator EBT.
3. EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis indikator yang berwarna merah
muda bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion
magnesium dengan pH 10,0 + 0,1
4. Tujuan diberi indikator ini adalah karena indikator tersebut peka terhadap
kadar logam dan pH larutan, sehingga titik akhir titrasinya pun dapat
diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA.
5. Perubahan warna pada pembakuan ZnSO4.7H2O terjadi karena mek EDTA =
mek Analat. EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat
berkoordinasi dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan
empat gugus karboksil.
6. Pada penetapan sampel, yaitu menentukan kadar logam Mg dapat dilakukan
dengan titrasi EDTA.

B. Saran

1. Sebaiknya pengadaan alat di laboratorium lebih di perhatikan lagi terutama


jumlahnya, sehingga pada saat praktikum tidak banyak praktikan yang
menganggur yang di sebabkan karena hanya beberapa praktikan yang
mendapat kesempatan memegang alat.
2. Selain itu dalam melakuan titrasi sebaiknya dilakukan denga teliti, sehingga
saat perubahan warna tidak terlalu pekat dan tidak terlalu pudar.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J, et al. 2014. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

Christian, Gary. D. 2014. Analytical Chemistry. University of Washington,


United States of America.

Hidayanti, A. 2010. Penetapan Kadar Senyawa Kalsium (Ca) pada Pasta Gigi.
Jurnal Kimia. Vol 02. No 01. Hal 43-47.

Khopar, 2012. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press, Jakarta.

Sodiq, I.M. 2015. Kimia Analitik I. Universitas Negeri Malang, Malang.

Watson, David. 2000. Pharmaceutical Analysis A Textbook For Pharmacy


Students and Pharmaceutical Chemist. University of
Strathclyde. Glasgow UK
LAMPIRAN LOGBOOK
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai