Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

JOURNAL OF FINANCIAL ASPECT

DIBUAT OLEH

FALDO MATULESSY (073001700021)

PROGRAM STUDI T EKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2018
Abstrak: Salah satu agroindustri rumah tangga yang sudah lama dijalankan oleh
masyarakat di Sulawesi Tenggara adalah agroindustri gula aren. Kegiatan produksi
sering menyebabkan eksternalitas atau dampak eksternal. Manfaat eksternalitas dalam
industri gula aren adalah bahwa pohon palem yang memproduksi selokan yang
digunakan untuk membuat gula aren memiliki nilai ekologis. Keberadaan tanaman ini
dapat menyerap emisi karbon dan mendukung konservasi tanah dan air. Produksi gula
aren juga dapat menghasilkan eksternalitas negatif karena kebutuhan bahan bakar
dipenuhi oleh kayu bakar hutan. Kelayakan lingkungan suatu industri saat ini merupakan
isu yang penting dan strategis yang harus diatasi dengan benar dan kinerja industri
harus ditingkatkan terus menerus, begitu juga industri domestik gula aren. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial, ekonomi, dan
lingkungan industri domestik gula aren. Metode analisis yang digunakan adalah
Extended Benefit-Cost Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri domestik gula
aren secara finansial layak (BCR 1,63) dengan Net Present Value (NPV) sebesar
Rp79.108.459,75, layak secara ekonomi (SBCR 8,69) dengan NPV sebesar
Rp613.547.754,74 dan layak lingkungan (EBCR 9,48) dengan NPV dari IDR
636,521,858.41.

Kata Kunci: gula aren, rasio manfaat-biaya tambahan, kelayakan finansial, kelayakan
ekonomi, kelayakan lingkungan, manfaat eksternalitas
1. Perkenalan
Salah satu agroindustri rumah tangga yang sudah dijalankan sejak lama oleh
masyarakat di Sulawesi Tenggara adalah agroindustri gula aren. Bisnis pengolahan
gula merupakan upaya diversifikasi gula dan peningkatan pemanfaatan nira aren
secara ekonomi dan merangsang partisipasi masyarakat desa dalam meningkatkan
pendapatan keluarga, meskipun pengolahannya masih menggunakan peralatan
sederhana atau dilakukan secara tradisional dengan sumber daya manusia yang
terbatas. Umumnya, usaha pengolahan gula aren di Sulawesi Tenggara dicirikan oleh
teknologi yang sangat sederhana dan hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga atau
bahkan dilakukan oleh satu atau dua orang.
Secara umum, pembangunan berkelanjutan memiliki tiga dimensi: ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Secara khusus, berpendapat bahwa setidaknya ada tiga
persyaratan pertanian berkelanjutan dalam sistem pertanian: produktivitas tanaman
dan hewan, kelayakan sosio-ekonomi, dan pemeliharaan sumber daya alam dalam
jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan harus mampu mengejar pencapaian
tujuan ekonomi (efisiensi) seperti peningkatan pendapatan; tujuan sosial / distributif
seperti kemampuan untuk mempersempit kesenjangan antara si kaya dan si miskin;
dan tujuan lingkungan seperti peningkatan atau, setidaknya, pemeliharaan daya
dukung lingkungan. Keberlanjutan didefinisikan sebagai upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan generasi sekarang dengan mempertahankan atau tanpa merusak
lingkungan agar dapat terus mendukung kesejahteraan generasi berikutnya
Bahan baku yang digunakan untuk membuat gula aren berasal dari getah pohon
palem. Nira aren adalah cairan yang disadap dari bunga jantan pohon palem sebagai
hasil metabolisme di pepohonan. Nira aren mengandung 10-15% gula. Dengan
kandungan gula, nira aren bisa mengolah menjadi gula aren. Namun, nira yang
digunakan adalah yang segar.
Namun, kegiatan produksi sering mengarah pada eksternalitas atau dampak eksternal.
Eksternalitas dapat terjadi antara produsen, antara konsumen atau antara produsen dan
konsumen. Eksternalitas negatif jika kegiatan dalam kelompok menyebabkan biaya
kelompok lain atau mereka positif jika mereka dalam kelompok memberikan manfaat
kepada kelompok lain. Manfaat eksternalitas dalam industri gula aren adalah bahwa
pohon kelapa yang menghasilkan getah untuk membuat gula aren memiliki nilai
ekologis. Keberadaan tanaman ini dapat menyerap emisi karbon dan mendukung
konservasi tanah dan air. Secara keseluruhan, pohon kelapa sangat ideal untuk
konservasi tanah dan air dan mudah diperbanyak dengan biji. Jumlah biji yang
dihasilkan oleh masing-masing pohon sawit sangat banyak, mudah menyebar secara
alami ke medan yang sulit, tahan terhadap penyakit dan kekeringan, mampu menahan
partikel tanah, mampu melindungi tanah atas dari paparan air hujan, dapat
menambahkan bahan organik dan hidup relatif lama.Selain berperan dalam konservasi
lahan, keberadaan populasi sawit di wilayah pegunungan juga sangat penting untuk
konservasi air. Hal-hal organik tanah yang ditambahkan oleh populasi sawit dapat
berfungsi untuk menyerap dan menahan air hujan dalam jangka waktu yang lebih
lama. Akar yang dalam dan meluas dari pohon-pohon palem dapat memungkinkan air
hujan merembes ke lapisan tanah yang lebih dalam dan terjebak di sana untuk waktu
yang lama. Kanopi pohon palem menyebabkan gerakan lambat air hujan di permukaan
tanah sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk tenggelam ke dalam tanah,
disimpan di pori-pori tanah, dan air tidak mengalir di permukaan tanah.Produksi gula
aren juga dapat menghasilkan eksternalitas negatif karena kebutuhan bahan bakar
dipenuhi menggunakan kayu bakar hutan dalam jumlah besar. Jika penggunaan kayu
bakar tidak dibatasi meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang secara
bertahap dapat menyebabkan ketersediaan kayu bakar tidak cukup untuk produksi di
masa depan atau bahkan sangat dapat mengancam untuk punah.
Kelayakan lingkungan suatu industri sekarang menjadi isu penting dan strategis
yang harus diatasi dengan benar dan kinerja harus ditingkatkan terus menerus.
Pendekatan produktivitas hijau perlu digunakan agar industri mampu meningkatkan
produktivitas sambil menurunkan dampak lingkungan. Jika produksi industri layak
secara lingkungan, akan memungkinkan mencapai efisiensi dalam penggunaan
sumber daya alam, begitu juga industri domestik gula aren. Oleh karena itu, perlu
dikaji kelayakan finansial, ekonomi, dan lingkungan industri domestik gula aren.

2. Rumusan Masalah
Sumber daya alam tidak hanya menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi
secara langsung atau tidak langsung, tetapi juga menghasilkan jasa lingkungan yang
memberikan manfaat dalam bentuk lain. Penggunaan metode analisis biaya-manfaat
konvensional sering tidak termasuk manfaat ekologi dalam analisisnya, sehingga perlu
untuk memperluas analisis biaya-manfaat dengan Rasio Manfaat-Manfaat
Perpanjangan (EBCR).
Analisis ini adalah metode untuk menghitung kelayakan industri berdasarkan
analisis biaya-manfaat yang mempertimbangkan dimensi keuangan, ekonomi dan
lingkungan. Analisis biaya-manfaat keuangan adalah rasio nilai langsung dan biaya
langsung pada produsen gula aren dalam menggunakan harga aktual (pasar).
Model 1

Dimana :
Bt = nilai penggunaan langsung
Ct = biaya langsung
r = suku bunga pinjaman usaha
t = waktu
Nilai penggunaan langsung adalah total nilai output yang berasal dari
penerimaan kas, yaitu hasil penjualan gula aren dan penerimaan non-tunai seperti
nilai gula aren yang tidak terjual dan nira aren. Biaya langsung adalah nilai total
input yang berasal dari pengeluaran tunai (biaya investasi) dan biaya variabel,
peralatan yang dapat digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun (parang,
kompor, panci, mixer, jerigen, filter, cetakan, dan cangkang sendok), kayu bakar,
dan tenaga kerja.
Jika nilai BCR adalah> 1 dalam periode beberapa tahun ke depan, industri
domestik gula aren layak untuk dijalankan dari sisi keuangan.
Analisis biaya-manfaat ekonomi adalah rasio nilai langsung dan biaya langsung
dalam pandangan masyarakat lokal secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
barang-barang yang dapat diperdagangkan dan barang-barang yang tidak dapat
diperdagangkan) menggunakan harga bayangan atau disebut Social Benefit-Cost
Ratio (Rasio Manfaat-Manfaat Sosial) SBCR).
Model 2

Dimana :
SBT = nilai langsung untuk menggunakan bayangan output
SCT = biaya langsung menggunakan input harga bayangan
r = suku bunga
t = waktu
Jika nilai SBCR adalah> 1 dalam periode beberapa tahun ke depan, industri
domestik gula sawit layak dan berkelanjutan dari sudut pandang ekonomi.
Nilai penggunaan langsung yang dapat diperdagangkan adalah nilai gula aren
berdasarkan harga perbatasan, yaitu harga Free on Board (FOB) dan Cost Insurance
and Freight (CIF). Harga FOB digunakan untuk output yang diekspor atau
berpotensi diekspor di masa depan, sementara harga CIF digunakan untuk output
yang diimpor atau kemungkinan diimpor. Penentuan harga bayangan komoditas
yang diekspor adalah memperbanyak harga FOB dengan Shadow Exchange Rate
(SER) dikurangi biaya bisnis, sementara harga bayangan komoditas impor
ditentukan dengan mengalikan harga CIF dengan SER ditambah biaya bisnis.
Biaya bisnis diperkirakan dengan menghitung seluruh biaya bisnis dari importir
atau pelabuhan eksportir ke industri domestik gula aren. dan menyatakan bahwa
biaya bisnis dibedakan dari biaya pengiriman dan penanganan, termasuk pemuatan
/ pembongkaran, biaya.
Biaya langsung menggunakan harga bayangan input yang dapat
diperdagangkan melebihi harga batas di lokasi bisnis. Input non-tradable
diperkirakan dengan biaya peluang sosial. Kebijakan ekonomi makro
menyebabkan nilai kurs valuta asing terdistorsi (US $) dan tidak menggambarkan
nilai riil sehingga perkiraan nilai tukar riil atau yang disebut SER diperlukan.
Standard Conversion Factor (SCF) digunakan sebagai koreksi terhadap nilai tukar
resmi yang berlaku:

Dimana :
SCFt = factor konversi standar pada tahun ke-n
X
t = nilai ekspor Indonesia untuk tahun ke -n
M
t = nilai impor Indonesia untuk tahun ke-n
x
t = pendapatan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-n
Tmt = pendapatan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-n
Hubungan natara SCF dan SER dinyatakan dalam rumus berikut :
SER = OER/SCF ………..………………..(4)
Dimana :
SER = nilai tukar bayangan ( Rp / USD)
OER = nilai tukar resmi ( Rp / USD)
Tabel 1. Penentuan Harga Bayangan Output, Input, dan Nilai Tukar untuk gula
aren
Berbagai output- Harga bayangan dan
input peluang biaya sosial

Gula aren FOB – biaya bisnis


Getah sawit Harga pasar (actual)
Kayu bakar Harga pasar (actual)
kompor Harga pasar (actual)
Minyak kelapa FOB/CIF + biaya bisnis
kalsium FOB/CIF + biaya bisnis
Peralatan lainnya Harga pasar (actual)
buruh Upah buruh
Tenpat untuk
membuat gula aren Harga sewa tanah

kurs OER : SCF


Penentuan harga bayangan dari input-output yang dapat diperdagangkan dan tidak
dapat diperdagangkan:
1) Harga bayangan output gula aren tradable menggunakan harga batas FOB
dikurangi biaya bisnis. Ini karena gula aren berpotensi untuk diekspor.
2) Harga bayangan output yang tidak dapat diperdagangkan, yaitu pohon-
pohon palem. Pohon kelapa sawit adalah output dari sistem pertanian yang
tidak dapat diimpor tetapi dapat digunakan untuk berbagai tujuan lainnya.
3) Harga bayangan input yang dapat diperdagangkan, yaitu minyak kelapa
dan kalsium. Peralatan menggunakan alat secara luas menggunakan input
domestik tetapi ada juga konten input asing, sehingga alokasi biaya
domestik dan biaya luar negeri adalah 50%: 50%.
4) Harga bayangan input non-tradable termasuk nira aren, kayu bakar,
kompor, harga sewa lahan.
Analisis biaya-manfaat lingkungan adalah perbandingan antara nilai penggunaan
langsung dan tidak langsung serta biaya langsung dan tidak langsung atau disebut
sebagai Rasio Biaya Manfaat yang Diperpanjang (EnBCR).
Model 3

Di mana:

EnBt = nilai penggunaan langsung dan tidak langsung (lingkungan)

EnCt = biaya langsung dan tidak langsung (lingkungan)

r = Suku Bunga

t = Waktu

Jika nilai ENBCR adalah> 1 dalam periode beberapa tahun ke depan, industri
domestik gula aren layak secara lingkungan dan berkelanjutan.

Manfaat penyimpanan karbon dihitung berdasarkan nilai-nilai karbon yang dapat


diserap oleh pohon-pohon palem. Manfaat penyimpanan karbon diperoleh dari
studi oleh, menunjukkan bahwa kandungan karbon rata-rata total pohon sawit
adalah 0,478 ton / pohon dengan nilai terbesar dalam batang mencapai 0,378 ton /
pohon. Nilai minimum 1 ton karbon adalah US $ 10-30.

Manfaat konservasi tanah dan air adalah seperti air yang disumbangkan oleh
perkebunan kelapa sawit untuk mencegah erosi tanah dan banjir dan meningkatkan
kesuburan tanah. Nilai konservasi tanah dan air dihitung menggunakan pendekatan
nilai ekologi hutan Indonesia pada Tabel 2

Hasil studi oleh Manajemen Sumber Daya Alam USAID (1998) menunjukkan
bahwa hutan konservasi memiliki nilai ekologis seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Nilai ekologi hutan Indonesia

Berbagai nilai US$ Per Hektat


Per tahun
Konservasi tanah dan air 37.97
Penyerapan karbon 5.00
Proteksi banjir 48.64
wTransportasi air 5.30
Keanekaragaman hayati 9.45

Biaya langsung dalam industri domestik gula kelapa adalah investasi dan
biaya operasional. Biaya tidak langsung atau eksternal mengacu pada nilai
lingkungan atau manfaat lingkungan hutan, yang hilang atau berkurang karena
kegiatan untuk membuat gula aren seperti: (1) hilangnya kayu dan potensi non-
kayu (biaya peluang) karena penggunaan kayu bakar, (2) biaya kehilangan nutrisi
di tanah karena erosi, dan (3) biaya kehilangan penyerapan karbon.
Untuk menguji kelayakan finansial, ekonomi, dan lingkungan industri domestik
gula aren, hipotesis berikut dikembangkan.
Ho : BCR, SBCR, EnBCR = 1
Ha : BCR, SBCR, EnBCR > 1
Jika nilai BCR, SBCR, dan EnBCR adalah 1, H0 diterima, yang berarti bahwa
industri domestik gula aren secara finansial, ekonomi, dan lingkungan tidak layak
dan berkelanjutan. Jika nilai BCR, SBCR dan EnBCR> 1, H0 ditolak, berarti bahwa
industri domestik gula aren secara finansial, ekonomi, dan lingkungan layak dan
berkelanjutan.
T-test satu sampel dilakukan menggunakan rumus:

Dimana :

Dimana :
𝑥̅ = Rata − rata BCR, SBCR, EnBCR

𝜇 = nilai komperatif

𝑆𝑥 = Standar Deviasi

𝑛 = nomor sampel produksi gula aren

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = (n − 1 ∶ α)
Jika nilai t > ttabel, H0 ditolak atau BCR, SBCR, dan EnBCR > 1, industri
domestik gula aren secara finansial, ekonomi dan lingkungan layak.
3. Masalah Solusi
3.1. Analisis Biaya-Manfaat Keuangan Analisis keuangan adalah analisis
Analisis keuangan adalah analisis untuk menentukan kelayakan industri
domestik gula aren menggunakan harga pasar. Perhitungan keuangan menghitung
nilai penggunaan langsung dan biaya langsung tanpa memasukkan dampaknya
terhadap lingkungan.
Berdasarkan Tabel 3, perhitungan kelayakan industri yang diperkirakan selama
25 tahun menunjukkan bahwa NPV yang diperoleh adalah Rp 79.108.459,75
dengan faktor diskon 22 persen. Perhitungan Net Benefit / Cost Ratio industri
domestik gula aren menghasilkan nilai 1,63, menunjukkan bahwa setiap unit biaya
yang dikeluarkan untuk industri domestik gula akan mendapatkan nilai 1,63 unit.
Hasil t-test satu sampel menunjukkan bahwa nilai t (18,317) lebih besar dari ttabel
(2,646). Dengan demikian, H0 ditolak, yang berarti bahwa industri domestik gula
aren secara finansial layak untuk dijalankan. Rasio Net B / C lebih besar dari satu
menunjukkan industri domestik gula aren di Kabupaten Kolaka layak untuk
dijalankan.
Tabel 3. Kelayakan Finansial Industri Domestik Padi Sawit di Kabupaten
Kolaka

No. Parameter Hasil


1 Nilai bersih 79,108,459.75
2 Net B/C Ratio 1.63

3.2. Analisis Biaya-Manfaat


Ekonomi Analisis ekonomi dimaksudkan untuk melihat biaya-manfaat dari
industri domestik gula aren dalam pandangan sudut pandang masyarakat secara
keseluruhan dengan menggunakan harga bayangan.
Analisis kelayakan ekonomi industri domestik gula aren di Kabupaten Kolaka
diperkirakan dengan menggunakan tingkat suku bunga sosial sebesar 23,36 persen
pada tahun 2014. Perhitungan kelayakan adalah dari selisih antara biaya dan
manfaat setiap tahun, sehingga manfaat bersih diperoleh dari hasil penjualan gula
aren. Perhitungan untuk analisis kelayakan ekonomi industri domestik gula aren di
Kabupaten Kolaka dapat dilihat pada Lampiran. Hasil perhitungan analisis
kelayakan ekonomi industri domestik gula aren di Kabupaten Kolaka dapat dilihat
pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Kelayakan Ekonomi Industri Domestik Padi Sawit di Kabupaten Kolaka

No. Parameter Hasil


1 Nilai Bersih 613,547,754.74
2 Net SB/SC Ratio 8.69

Berdasarkan tabel, perhitungan kelayakan industri yang diperkirakan selama


25 tahun menunjukkan bahwa NPV yang diperoleh adalah Rp 613.547.754,74
dengan faktor diskon 23,36 persen. Perhitungan Net Social Benefit-Cost Ratio
industri domestik gula aren menghasilkan nilai 8,69, yang menunjukkan bahwa
setiap unit biaya untuk industri domestik gula akan mendapatkan manfaat sebesar
8,69 unit. Nilai Net Social B / C ratio lebih besar dari satu menunjukkan bahwa
industri domestik gula aren di Kabupaten Kolaka memiliki kelayakan ekonomi.
Hasil uji t satu sampel menunjukkan nilai tv (11,258) lebih besar dari t tabel
(2,646). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa H0 ditolak, sehingga industri
domestik gula aren layak untuk dijalankan.

3.3. Analisis Biaya-Manfaat


Lingkungan industri domestik gula aren Analisis ini adalah Rasio Biaya
Manfaat yang Diperluas dengan menggunakan perhitungan biaya peluang ekonomi
dan harga bayangan, dan termasuk analisis biaya-manfaat lingkungan yang berasal
dari industri domestik gula aren. Berdasarkan Tabel 8, perhitungan kelayakan
industri yang diperkirakan selama 25 tahun menunjukkan bahwa NPV yang
diperoleh adalah Rp636.521.858,41 dengan faktor diskon 23,36 persen.
Perhitungan Rasio Manfaat-Biaya Lingkungan Bersih industri gula aren domestik
menghasilkan nilai 9,95, menunjukkan bahwa setiap unit biaya yang dikeluarkan
untuk industri domestik gula kelapa akan mendapatkan manfaat sebesar 9,95 unit.
Nilai Rasio Manfaat-Manfaat Nilai Tambah Bersih lebih tinggi dari satu
menunjukkan bahwa industri domestik gula aren di Kabupaten Kolaka memiliki
kelayakan lingkungan. Hasil t-test satu sampel menunjukkan bahwa nilai tv
(12,022) lebih besar dari ttabel (2,646). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa H0
ditolak, sehingga industri domestik gula aren layak secara lingkungan untuk
dijalankan.

Tabel 5. Kelayakan Lingkungan Industri Domestik Padi Sawit di Kabupaten


Kolaka
No. Parameter Hasil
1 Niali bersih 636,521,858.41
2 EBCR bersih 9.48

Referensi :
[1] Baka, W. et al, Analysis of Correlation between Brown Sugar Attributes and the
Consumer Preference, Proceedings of the 2nd International Conference on
Mathematical, Computational and Statistical Sciences (MCSS’14), 2014, pp:367-374.
[2] Abdullah, W.G, et al, Potency of Natural Sweetener: Brown Sugar, AENSI Journals.
Advances in Enviromental Biology, Vol 8(21), 2014, pp: 374-385.
[3] Widodo, S., Reorientasi Pembangunan Pertanian dalam Era Globalisasi dan Tuntutan
Reformasi, Jurnal Agro Ekonomi, Vol. VI(1), 1999, pp 38-44 (In Indonesian).
[4] Pindyck, R.S. and D. Rubinfeld.,
Microeconomics: Fifth Edition, Prentice Hall International, New Jersey, 2001.
[5] Widyawati, N.,. Sukses Investasi Masa Depan dengan Bertanam Pohon Aren, Lily
Publisher, Yogyakarta, 2011
[6] Fauzi, A., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
[7] Sunandar, Nandang, Insentif Ekonomi, Keunggulan Komparatif, Keunggulan
Kompetitif pada Usahaternak Sapi Potong di Kabupaten Gunung Kidul, Disertasi,
Universtitas Gadjah Mada, 2005.
[8] Suprapto, 1999, Keunggulan Komparatif dan Proteksi Efektif Komoditas jagung dan
Kedelai di Propinsi Jawa Barat, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
[9] Kusumastuti, T.A., Kajian Keberlanjutan Ternak Kambing Peranakan Etawah Sistem
Kandang Kelompok dengan Pendekatan Nilai Ekonomi Lingkungan di Desa Girikerto
Turi Sleman, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, 2008
[10] Rachman, B., Dampak Keberhasilan Putaran Urugay (GATT) terhadap Usaha
Pengembangan Ternak Sapi Perah di Jawa Barat, Tesis, Program Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor, 1995.
[11] Mile, Y., M. Siarudin, E. Suhaendah, N. Kuswandi, A. Badrunasar, Y. Nurahmah
dan U. Saefudin, Pengembangan Model Hutan Rakyat dalam Kerangka MPB dan
Jasa Lingkungan Perdagangan Karbon, Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian
Kehutanan Ciamis, Ciamis, 2008.
[12] Kim, C.Y., Pola Pengelolaan Hutan Tropika Berdasar pada Konsep Nilai Ekonomi
Total, Disertasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2002.
[13] PERMEN L.H., Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Nomor 15 Republik
Indonesia, Jakarta, 2012.

Anda mungkin juga menyukai