DIBUAT OLEH
Kata Kunci: gula aren, rasio manfaat-biaya tambahan, kelayakan finansial, kelayakan
ekonomi, kelayakan lingkungan, manfaat eksternalitas
1. Perkenalan
Salah satu agroindustri rumah tangga yang sudah dijalankan sejak lama oleh
masyarakat di Sulawesi Tenggara adalah agroindustri gula aren. Bisnis pengolahan
gula merupakan upaya diversifikasi gula dan peningkatan pemanfaatan nira aren
secara ekonomi dan merangsang partisipasi masyarakat desa dalam meningkatkan
pendapatan keluarga, meskipun pengolahannya masih menggunakan peralatan
sederhana atau dilakukan secara tradisional dengan sumber daya manusia yang
terbatas. Umumnya, usaha pengolahan gula aren di Sulawesi Tenggara dicirikan oleh
teknologi yang sangat sederhana dan hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga atau
bahkan dilakukan oleh satu atau dua orang.
Secara umum, pembangunan berkelanjutan memiliki tiga dimensi: ekonomi,
sosial, dan lingkungan. Secara khusus, berpendapat bahwa setidaknya ada tiga
persyaratan pertanian berkelanjutan dalam sistem pertanian: produktivitas tanaman
dan hewan, kelayakan sosio-ekonomi, dan pemeliharaan sumber daya alam dalam
jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan harus mampu mengejar pencapaian
tujuan ekonomi (efisiensi) seperti peningkatan pendapatan; tujuan sosial / distributif
seperti kemampuan untuk mempersempit kesenjangan antara si kaya dan si miskin;
dan tujuan lingkungan seperti peningkatan atau, setidaknya, pemeliharaan daya
dukung lingkungan. Keberlanjutan didefinisikan sebagai upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan generasi sekarang dengan mempertahankan atau tanpa merusak
lingkungan agar dapat terus mendukung kesejahteraan generasi berikutnya
Bahan baku yang digunakan untuk membuat gula aren berasal dari getah pohon
palem. Nira aren adalah cairan yang disadap dari bunga jantan pohon palem sebagai
hasil metabolisme di pepohonan. Nira aren mengandung 10-15% gula. Dengan
kandungan gula, nira aren bisa mengolah menjadi gula aren. Namun, nira yang
digunakan adalah yang segar.
Namun, kegiatan produksi sering mengarah pada eksternalitas atau dampak eksternal.
Eksternalitas dapat terjadi antara produsen, antara konsumen atau antara produsen dan
konsumen. Eksternalitas negatif jika kegiatan dalam kelompok menyebabkan biaya
kelompok lain atau mereka positif jika mereka dalam kelompok memberikan manfaat
kepada kelompok lain. Manfaat eksternalitas dalam industri gula aren adalah bahwa
pohon kelapa yang menghasilkan getah untuk membuat gula aren memiliki nilai
ekologis. Keberadaan tanaman ini dapat menyerap emisi karbon dan mendukung
konservasi tanah dan air. Secara keseluruhan, pohon kelapa sangat ideal untuk
konservasi tanah dan air dan mudah diperbanyak dengan biji. Jumlah biji yang
dihasilkan oleh masing-masing pohon sawit sangat banyak, mudah menyebar secara
alami ke medan yang sulit, tahan terhadap penyakit dan kekeringan, mampu menahan
partikel tanah, mampu melindungi tanah atas dari paparan air hujan, dapat
menambahkan bahan organik dan hidup relatif lama.Selain berperan dalam konservasi
lahan, keberadaan populasi sawit di wilayah pegunungan juga sangat penting untuk
konservasi air. Hal-hal organik tanah yang ditambahkan oleh populasi sawit dapat
berfungsi untuk menyerap dan menahan air hujan dalam jangka waktu yang lebih
lama. Akar yang dalam dan meluas dari pohon-pohon palem dapat memungkinkan air
hujan merembes ke lapisan tanah yang lebih dalam dan terjebak di sana untuk waktu
yang lama. Kanopi pohon palem menyebabkan gerakan lambat air hujan di permukaan
tanah sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk tenggelam ke dalam tanah,
disimpan di pori-pori tanah, dan air tidak mengalir di permukaan tanah.Produksi gula
aren juga dapat menghasilkan eksternalitas negatif karena kebutuhan bahan bakar
dipenuhi menggunakan kayu bakar hutan dalam jumlah besar. Jika penggunaan kayu
bakar tidak dibatasi meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang secara
bertahap dapat menyebabkan ketersediaan kayu bakar tidak cukup untuk produksi di
masa depan atau bahkan sangat dapat mengancam untuk punah.
Kelayakan lingkungan suatu industri sekarang menjadi isu penting dan strategis
yang harus diatasi dengan benar dan kinerja harus ditingkatkan terus menerus.
Pendekatan produktivitas hijau perlu digunakan agar industri mampu meningkatkan
produktivitas sambil menurunkan dampak lingkungan. Jika produksi industri layak
secara lingkungan, akan memungkinkan mencapai efisiensi dalam penggunaan
sumber daya alam, begitu juga industri domestik gula aren. Oleh karena itu, perlu
dikaji kelayakan finansial, ekonomi, dan lingkungan industri domestik gula aren.
2. Rumusan Masalah
Sumber daya alam tidak hanya menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi
secara langsung atau tidak langsung, tetapi juga menghasilkan jasa lingkungan yang
memberikan manfaat dalam bentuk lain. Penggunaan metode analisis biaya-manfaat
konvensional sering tidak termasuk manfaat ekologi dalam analisisnya, sehingga perlu
untuk memperluas analisis biaya-manfaat dengan Rasio Manfaat-Manfaat
Perpanjangan (EBCR).
Analisis ini adalah metode untuk menghitung kelayakan industri berdasarkan
analisis biaya-manfaat yang mempertimbangkan dimensi keuangan, ekonomi dan
lingkungan. Analisis biaya-manfaat keuangan adalah rasio nilai langsung dan biaya
langsung pada produsen gula aren dalam menggunakan harga aktual (pasar).
Model 1
Dimana :
Bt = nilai penggunaan langsung
Ct = biaya langsung
r = suku bunga pinjaman usaha
t = waktu
Nilai penggunaan langsung adalah total nilai output yang berasal dari
penerimaan kas, yaitu hasil penjualan gula aren dan penerimaan non-tunai seperti
nilai gula aren yang tidak terjual dan nira aren. Biaya langsung adalah nilai total
input yang berasal dari pengeluaran tunai (biaya investasi) dan biaya variabel,
peralatan yang dapat digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun (parang,
kompor, panci, mixer, jerigen, filter, cetakan, dan cangkang sendok), kayu bakar,
dan tenaga kerja.
Jika nilai BCR adalah> 1 dalam periode beberapa tahun ke depan, industri
domestik gula aren layak untuk dijalankan dari sisi keuangan.
Analisis biaya-manfaat ekonomi adalah rasio nilai langsung dan biaya langsung
dalam pandangan masyarakat lokal secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
barang-barang yang dapat diperdagangkan dan barang-barang yang tidak dapat
diperdagangkan) menggunakan harga bayangan atau disebut Social Benefit-Cost
Ratio (Rasio Manfaat-Manfaat Sosial) SBCR).
Model 2
Dimana :
SBT = nilai langsung untuk menggunakan bayangan output
SCT = biaya langsung menggunakan input harga bayangan
r = suku bunga
t = waktu
Jika nilai SBCR adalah> 1 dalam periode beberapa tahun ke depan, industri
domestik gula sawit layak dan berkelanjutan dari sudut pandang ekonomi.
Nilai penggunaan langsung yang dapat diperdagangkan adalah nilai gula aren
berdasarkan harga perbatasan, yaitu harga Free on Board (FOB) dan Cost Insurance
and Freight (CIF). Harga FOB digunakan untuk output yang diekspor atau
berpotensi diekspor di masa depan, sementara harga CIF digunakan untuk output
yang diimpor atau kemungkinan diimpor. Penentuan harga bayangan komoditas
yang diekspor adalah memperbanyak harga FOB dengan Shadow Exchange Rate
(SER) dikurangi biaya bisnis, sementara harga bayangan komoditas impor
ditentukan dengan mengalikan harga CIF dengan SER ditambah biaya bisnis.
Biaya bisnis diperkirakan dengan menghitung seluruh biaya bisnis dari importir
atau pelabuhan eksportir ke industri domestik gula aren. dan menyatakan bahwa
biaya bisnis dibedakan dari biaya pengiriman dan penanganan, termasuk pemuatan
/ pembongkaran, biaya.
Biaya langsung menggunakan harga bayangan input yang dapat
diperdagangkan melebihi harga batas di lokasi bisnis. Input non-tradable
diperkirakan dengan biaya peluang sosial. Kebijakan ekonomi makro
menyebabkan nilai kurs valuta asing terdistorsi (US $) dan tidak menggambarkan
nilai riil sehingga perkiraan nilai tukar riil atau yang disebut SER diperlukan.
Standard Conversion Factor (SCF) digunakan sebagai koreksi terhadap nilai tukar
resmi yang berlaku:
Dimana :
SCFt = factor konversi standar pada tahun ke-n
X
t = nilai ekspor Indonesia untuk tahun ke -n
M
t = nilai impor Indonesia untuk tahun ke-n
x
t = pendapatan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-n
Tmt = pendapatan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-n
Hubungan natara SCF dan SER dinyatakan dalam rumus berikut :
SER = OER/SCF ………..………………..(4)
Dimana :
SER = nilai tukar bayangan ( Rp / USD)
OER = nilai tukar resmi ( Rp / USD)
Tabel 1. Penentuan Harga Bayangan Output, Input, dan Nilai Tukar untuk gula
aren
Berbagai output- Harga bayangan dan
input peluang biaya sosial
Di mana:
r = Suku Bunga
t = Waktu
Jika nilai ENBCR adalah> 1 dalam periode beberapa tahun ke depan, industri
domestik gula aren layak secara lingkungan dan berkelanjutan.
Manfaat konservasi tanah dan air adalah seperti air yang disumbangkan oleh
perkebunan kelapa sawit untuk mencegah erosi tanah dan banjir dan meningkatkan
kesuburan tanah. Nilai konservasi tanah dan air dihitung menggunakan pendekatan
nilai ekologi hutan Indonesia pada Tabel 2
Hasil studi oleh Manajemen Sumber Daya Alam USAID (1998) menunjukkan
bahwa hutan konservasi memiliki nilai ekologis seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2. Nilai ekologi hutan Indonesia
Biaya langsung dalam industri domestik gula kelapa adalah investasi dan
biaya operasional. Biaya tidak langsung atau eksternal mengacu pada nilai
lingkungan atau manfaat lingkungan hutan, yang hilang atau berkurang karena
kegiatan untuk membuat gula aren seperti: (1) hilangnya kayu dan potensi non-
kayu (biaya peluang) karena penggunaan kayu bakar, (2) biaya kehilangan nutrisi
di tanah karena erosi, dan (3) biaya kehilangan penyerapan karbon.
Untuk menguji kelayakan finansial, ekonomi, dan lingkungan industri domestik
gula aren, hipotesis berikut dikembangkan.
Ho : BCR, SBCR, EnBCR = 1
Ha : BCR, SBCR, EnBCR > 1
Jika nilai BCR, SBCR, dan EnBCR adalah 1, H0 diterima, yang berarti bahwa
industri domestik gula aren secara finansial, ekonomi, dan lingkungan tidak layak
dan berkelanjutan. Jika nilai BCR, SBCR dan EnBCR> 1, H0 ditolak, berarti bahwa
industri domestik gula aren secara finansial, ekonomi, dan lingkungan layak dan
berkelanjutan.
T-test satu sampel dilakukan menggunakan rumus:
Dimana :
Dimana :
𝑥̅ = Rata − rata BCR, SBCR, EnBCR
𝜇 = nilai komperatif
𝑆𝑥 = Standar Deviasi
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = (n − 1 ∶ α)
Jika nilai t > ttabel, H0 ditolak atau BCR, SBCR, dan EnBCR > 1, industri
domestik gula aren secara finansial, ekonomi dan lingkungan layak.
3. Masalah Solusi
3.1. Analisis Biaya-Manfaat Keuangan Analisis keuangan adalah analisis
Analisis keuangan adalah analisis untuk menentukan kelayakan industri
domestik gula aren menggunakan harga pasar. Perhitungan keuangan menghitung
nilai penggunaan langsung dan biaya langsung tanpa memasukkan dampaknya
terhadap lingkungan.
Berdasarkan Tabel 3, perhitungan kelayakan industri yang diperkirakan selama
25 tahun menunjukkan bahwa NPV yang diperoleh adalah Rp 79.108.459,75
dengan faktor diskon 22 persen. Perhitungan Net Benefit / Cost Ratio industri
domestik gula aren menghasilkan nilai 1,63, menunjukkan bahwa setiap unit biaya
yang dikeluarkan untuk industri domestik gula akan mendapatkan nilai 1,63 unit.
Hasil t-test satu sampel menunjukkan bahwa nilai t (18,317) lebih besar dari ttabel
(2,646). Dengan demikian, H0 ditolak, yang berarti bahwa industri domestik gula
aren secara finansial layak untuk dijalankan. Rasio Net B / C lebih besar dari satu
menunjukkan industri domestik gula aren di Kabupaten Kolaka layak untuk
dijalankan.
Tabel 3. Kelayakan Finansial Industri Domestik Padi Sawit di Kabupaten
Kolaka
Referensi :
[1] Baka, W. et al, Analysis of Correlation between Brown Sugar Attributes and the
Consumer Preference, Proceedings of the 2nd International Conference on
Mathematical, Computational and Statistical Sciences (MCSS’14), 2014, pp:367-374.
[2] Abdullah, W.G, et al, Potency of Natural Sweetener: Brown Sugar, AENSI Journals.
Advances in Enviromental Biology, Vol 8(21), 2014, pp: 374-385.
[3] Widodo, S., Reorientasi Pembangunan Pertanian dalam Era Globalisasi dan Tuntutan
Reformasi, Jurnal Agro Ekonomi, Vol. VI(1), 1999, pp 38-44 (In Indonesian).
[4] Pindyck, R.S. and D. Rubinfeld.,
Microeconomics: Fifth Edition, Prentice Hall International, New Jersey, 2001.
[5] Widyawati, N.,. Sukses Investasi Masa Depan dengan Bertanam Pohon Aren, Lily
Publisher, Yogyakarta, 2011
[6] Fauzi, A., Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
[7] Sunandar, Nandang, Insentif Ekonomi, Keunggulan Komparatif, Keunggulan
Kompetitif pada Usahaternak Sapi Potong di Kabupaten Gunung Kidul, Disertasi,
Universtitas Gadjah Mada, 2005.
[8] Suprapto, 1999, Keunggulan Komparatif dan Proteksi Efektif Komoditas jagung dan
Kedelai di Propinsi Jawa Barat, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
[9] Kusumastuti, T.A., Kajian Keberlanjutan Ternak Kambing Peranakan Etawah Sistem
Kandang Kelompok dengan Pendekatan Nilai Ekonomi Lingkungan di Desa Girikerto
Turi Sleman, Disertasi, Universitas Gadjah Mada, 2008
[10] Rachman, B., Dampak Keberhasilan Putaran Urugay (GATT) terhadap Usaha
Pengembangan Ternak Sapi Perah di Jawa Barat, Tesis, Program Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor, 1995.
[11] Mile, Y., M. Siarudin, E. Suhaendah, N. Kuswandi, A. Badrunasar, Y. Nurahmah
dan U. Saefudin, Pengembangan Model Hutan Rakyat dalam Kerangka MPB dan
Jasa Lingkungan Perdagangan Karbon, Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian
Kehutanan Ciamis, Ciamis, 2008.
[12] Kim, C.Y., Pola Pengelolaan Hutan Tropika Berdasar pada Konsep Nilai Ekonomi
Total, Disertasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2002.
[13] PERMEN L.H., Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Nomor 15 Republik
Indonesia, Jakarta, 2012.