Anda di halaman 1dari 7

PROSPEK BRIKET BATUBARA LIGNIT

SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF SEKTOR


RUMAH TANGGA DAN INDUSTRI KECIL
1) 2)
Soedjoko Tirtosoekotjo dan Bambang Suwondo Rahardjo
1)
Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Departemen ESDM
2)
Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi
BPPT Gedung II Lantai 22 Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340
E–mail: bamsr52@yahoo.co.id

Abstract
Market coal briquette compartment in Indonesia is estimated still big enough,
considering kerosene and firewood which was usually used as small industrial
and rural household sector fuel progressively scarce and costly if without
subsidy. Coal briquette of lignit made of low rank coal without carbonization
process and without binder, so that can become alternative fuel which is
competitif, safe, efficient and environmental friendliness. Volatile matter content
can be decreased by using special design of stove to burn it by fire tongue on the
surface of stove to yield completely combustion. Continueing usage of coal
briquette as alternative fuel substitution of kerosene and or firewood especially in
rural, can be conducted by given system and sustanable supply guarantee,
quality improvement, economical charcoal burner device of the environmental
friendly, efficiently and routine promotion activities.

Kata kunci: briket lignit, bahan bakar alternatif, rumah tangga & industri kecil.

1. PENDAHULUAN Tentunya, keadaan ini tidak boleh terus


Secara umum penyediaan energi primer di berlangsung, mengingat keterbatasan cadangan
Indonesia saat ini masih dicirikan oleh dominasi dan posisinya saat ini sangat penting sebagai
penggunaan minyak bumi yang cukup tinggi sumber devisa terbesar. Sementara peranan
(56% dari total konsumsi nasional) dengan batubara masih jauh dari harapan bila
pertumbuhan konsumsi domestik 10,5%/tahun dibandingkan dengan minyak bumi dalam
selama kurun waktu 5 tahun terakhir. Sementara memenuhi konsumsi energi domestik, bahkan
cadangan minyak bumi telah menipis sekitar 8,6 konsumsi domestik relatif statis karena sektor
milyar barrel, demikian juga kemampuan pembangkit listrik sebagai konsumen yang
produksinya terus menurun hingga 1,06 juta dominan hanya akan merencanakan
barrel/hari pada tahun 2005 (Kedutaan Besar membangun PLTU Cilacap & Tanjung Jati B
Amerika Serikat, 2005~2006), bahkan target (2006~2008) (Kedutaan Besar Amerika Serikat,
produksi minyak bumi pada tahun 2009 hanya 2005).
1,3 barrel/hari. Adanya fakta tersebut Dengan demikian perlu diupayakan lebih
dikhawatirkan Indonesia tidak lama lagi akan intensif ke arah diversifikasi energi untuk
menjadi negara “net oil” impotir (Kedutaan Besar mengurangi ketergantungan terhadap minyak
Amerika Serikat, 2005). bumi, yaitu mencari bahan bakar alternatif
Indonesia kini menghadapi krisis energi, pengganti minyak tanah yang mudah diperoleh
meskipun Pemerintah di tahun 2006 telah dengan harga murah, hemat sekaligus aman dan
menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp.54,3 paling memungkinkan dikembangkan secara
triliun setara dengan 66 juta kilo liter/tahun pada masal dalam waktu relatif singkat, melalui
harga minyak dunia USD 57/bbl, namun harga penerapan teknologi maupun peralatan relatif
minyak dunia meningkat pesat mencapai USD 60 sederhana.
per barrel, akibatnya subsidi akan semakin Pemanfaatan batubara merupakan salah
membengkak menjadi Rp. 126 trilyun (Gelar satu sumberdaya energi yang paling siap
Diversifikasi Energi–Sosialisasi Briket /Bio–briket menggantikan peranan minyak bumi, mengingat
Batubara, 2005). cadangannya melimpah dengan pengusahaan

26 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 5, No, 1 Juni 2009 Hlm. 26-32
handal, harga relatif murah dan stabil maupun besar untuk pemakaian pada industri besar padat
ketersediaan teknologi pemanfaatan yang energi seperti PLTU dan pabrik semen yang
bernilai ekonomis dan ramah lingkungan. umumnya telah memanfaatkan batubara dengan
spesifikasi tertentu, sehingga apabila diganti
2. METODOLOGI dengan batubara peringkat rendah akan
bermasalah serius.
2.1. Potensi Cadangan Batubara
Indonesia memiliki cadangan batubara cukup 2.4. Konsumsi
melimpah sebesar 52,4 milyar ton, yang terdiri Pada tahun 2005, konsumsi batubara domestik
dari cadangan tertambang 6 milyar ton, sebesar 38,952 juta ton (28%), sementara ekspor
cadangan terukur 14,1 milyar ton dan cadangan batubara 100,728 juta ton (72%), sehingga
terindikasi 32,3 milyar ton (Departemen Energi Indonesia tercatat sebagai eksportir batubara
Sumberdaya Mineral, 2005). terbesar dunia yang melangkahi Australia. Total
konsumsi batubara domestik tersebut sekitar
2.2. Statistik Produksi 25,7 juta ton (66%) sektor pembangkit listrik, 5,4
Melalui penerapan berbagai deregulasi dalam juta ton (14%) sektor industri semen, 3 juta ton
pengusahaan dan strategi penginvestasian (8%) sektor industri kertas, 271.000 ton (1%)
perbatubaraan, maka produksi batubara pada sektor industri metalurgi, 4,5 juta ton (11%)
tahun 2005 telah mencapai sebesar 139,68 juta sektor industri kecil & rumah tangga (APBI,
ton yang, berasal dari PT. Tambang Batubara 2005).
Bukit Asam (PTBA) 15,56 juta ton, perjanjian Konsumsi batubara sektor industri kecil &
kontrak kerjasama batubara (PK2B) 120,15 juta rumah tangga pada tahun 2005 cenderung naik
ton, swasta nasional (pemegang KP) 3,97 juta meskipun relatif kecil dibandingkan pada tahun
ton maupun Koperasi Unit Desa (KUD). Saat ini sebelumnya, hal ini akibat peralihan pemakaian
ada 34 perusahaan yang sudah beroperasi (2 briket batubara sebagai pengganti kayu bakar
tambang PTBA, 21 perusahaan PK2B, 8 dan BBM yang semakin langka dan mahal bila
perusahaan pemegang KP dan 7 KUD) (APBI, tanpa subsidi.
2005).
3. SOLUSI
2.3. Karakteristik Batubara Salah satu peluang yang memiliki kemungkinan
Selama ini konsumsi batubara untuk keperluan besar adalah briket batubara dengan
dalam negeri tersebut berasal dari batubara sub– memanfaatkan batubara peringkat rendah
bituminus atau bituminus yang cukup memiliki menjadi energi alternatif konsumsi industri kecil &
mutu daya saing di pasar ekspor mengingat rumah tangga yang kompetitif (harga lebih murah
kadar abu dan sulfur rendah. Sementara dibandingkan minyak tanah tanpa subsidi) dan
batubara peringkat rendah (lignit = brown coal) ramah lingkungan.
yang memiliki potensi cadangan terbesar (60%
dari total cadangan batubara Indonesia) dapat 3.1. Kebijakan Pemerintah
dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti, Kebijakan Umum Bidang Energi (KUBE) dan
sehingga minyak bumi dan gas alam bahkan konservasi hutan, memberikan peluang terhadap
batubara peringkat tinggi dapat dialihkan sebagai teknologi pembriketan batubara sebagai salah
pendamping sumber penghasil devisa utama satu alternatif pemanfaatan batubara peringkat
negara di masa mendatang. rendah yang layak diterapkan untuk
Kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan menghasilkan suatu produk energi kompetitif dan
batubara peringkat rendah adalah dapat ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar
mengurangi nilai kompetitif batubara dalam minyak dan kayu yang selama ini digunakan oleh
pengangkutan dan efisiensi pembakarannya, sektor industri kecil dan rumah tangga.
karena kadar air dan zat terbang yang tinggi Spesifikasi teknis produk briket batubara
(30~40%), kadar belerang sangat bervariasi mengacu pada SK Direktur Jendral
(1~5%) serta nilai kalori yang umumnya rendah Pertambangan Umum No.
(3500~5000 kcal/kg). Di samping itu, kadar 2178a.K/213/DDJP/1993 tentang Persyaratan
oksigen yang tinggi memudahkan terbakar Spesifikasi Briket, Adonan, Penyulut dan Anglo,
sendiri (spontaneous-combustion) pada suhu yaitu aman, ramah lingkungan (tidak berbau dan
o
kritis sekitar 70~80 C, demikian juga fluktuasi tidak berasap berlebihan) dan harga kompetitif
kadar abu (1~30%) mengakibatkan pengerakan. (terjangkau oleh masyarakat luas) dengan
Mengingat karaktristik tersebut di atas, memperkenalkan sistem pembakaran yang
tentunya diperlukan kekhususan teknologi efektif, efisien dan ramah lingkungan.
pembakaran dan rancangan boiler yang lebih

Prospek Briket Batubara ................ (Soedjoko Tirtosoekodjo dan Bambang Suwondo Rahardjo) 27
3.2. Peraturan dan Undang–Undang yang memberikan Izin Pengusahaan Briket
Dalam rangka upaya mempercepat proses Batubara.
industrialiasi dan mengembangan program
Standardisasi ketentuan kualitas briket
permasyarakatan briket batubara dipandang
batubara yang layak digunakan oleh masyarakat
perlu menetapkan Pengusahaan dan
secara aman sedang disusun dalam rangka lebih
Pengembangan Briket Batubara dengan suatu
mempercepat penetrasi ke pasar oleh beberapa
Keputusan menteri Pertambangan dan Energi RI
instansi Pemerintah terkait sesuai tugas masing–
No.: 2200. K/20/M.PE/1994, yang berdasarkan: masing, yaitu:
 Undang–Undang Nomor 11 tahun 1967 (LN  Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tahun 1967 Nomor 22, TLN nomor 2831).
Teknologi Mineral dan Batubara (Tekmira)
 Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1974 (LN Badan Litbang DESDM menyusun standar
Tahun 1974 Nomor 38, TLN Nomor 3225). pembuatan briket batubara, kompor, disain
 Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1982 (LN dapur dan penanganan abu batubara.
Tahun 1982 Nomor 12, TLN Nomor 3225). Berdasarkan hasil pengujian kualitas gas
 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 buang briket batubara pada dapur simulasi
(LN Tahun 1969 Nomor 60 TLN Nomor yang dilakukan di laboratorium Teknologi
2916) sebagaimana telah diubah dengan Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara
Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 1992 diketahui bahwa konsentrasi gas SO2, CO
(LN Tahun 1992 Nomor 130, TLN Nomor dan NO2 serta partikulat masih dibawah
3510). ambang batas.
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1980  BPPT menyusun panduan pengujian emisi
(LN tahun 1980 Nomor 47, TLN Nomor kompor briket;
3174).  Kementerian Lingkungan Hidup dan
 Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1986 Depnakertrans menyusun standar emisi
(LN Tahun 1986 Nomor 23, TLN Nomor batubara.
3330). Kegiatan lintas sektor ini diharapkan dapat
 Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1991 dipercepat sehingga menjadi acuan bagi para
tanggal 25 April 1991; pembuat briket dan kompor briket. Dengan
 Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1993 demikian, masyarakat pengguna briket dapat
tanggal 19 Februari 1993; memperoleh kualitas briket yang sesuai dengan
 Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun pilihannya.
1993 tanggal 17 Maret 1993.
Regulasi pengusahaan briket batubara dapat 4. PERKEMBANGAN INDUSTRI
dilakukan setelah memperoleh Persetujuan Briket batubara telah lama dikenal, terutama di
Prinsip Pengusahaan dan Izin Pengusahaan Eropa yang mencapai puncaknya pada saat
Briket Batubara. Persetujuan Prinsip sebelum dikenal pemakaian bahan bakar
Pengusahaan diberikan oleh Direktur Jenderal batubara serbuk (pulverized coal) pada
Geologi dan SDM kepada: pembangkit listrik. Pabrik yang pertama kali
 Pengusaha Pemegang Kuasa Pertambangan memproduksi dan memasarkan briket batubara
(KP) eksploitasi bahan galian batubara atau dibangun di Saint Etiene–Perancis pada tahun
kontraktor Perjanjian Karya Pengusahaan 1842, beberapa tahun kemudian menyusul di
Batubara (PKP2B) yang mengusahakan Inggris dan di Jerman serta negara-negara
briket batubara di dalam wilayah Kuasa lainnya. Di Indonesia sendiri pernah tercatat
Pertambangan (KP), dan memiliki sebuah pabrik briket batubara yang
Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai beroperasi pada tahun 1930–an, namun
kewenangannya masing–masing yang kemudian tidak terdengar lagi perkembangan
memberikan izin usaha KP Pengolahan dan selanjutnya.
Pemurnian; Kemudian pada awal tahun 1993,
Pemerintah RI telah mencanangkan program
 Pengusaha yang mengusahakan briket
pemasyarakatan pemakaian briket batubara
batubara di luar wilayah KP atau PKP2B, dan
sebagai pengganti bahan bakar minyak dan kayu
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai
konsumsi industri kecil maupun rumah tangga
kewenangannya masing–masing yang
dalam mengantisipasi keterbatasan penyediaan
memberikan Izin Pengusahaan Briket
energi minyak dan menunjang kebijakan
Batubara;
konservasi hutan.
 Pengusaha bukan pemegang KP atau
Kampanye pemasyarakatan briket batubara
PKP2B, dan Gubernur/Bupati/Walikota
telah dilakukan sejak 10 April 1993 sebagai riset
sesuai kewenangannya masing–masing

28 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 5, No, 1 Juni 2009 Hlm. 26-32
pasar, dengan memberikan secara gratis briket di P. Jawa diperkirakan 70%–nya memiliki
batubara karbonisasi tipe telor berikut tungku potensi dapat menggunakan briket batubara
selama 3 (tiga) bulan kepada sekitar 1000 dengan total konsumsi mencapai 17 juta
keluarga rumah tangga di 5 (lima) desa wilayah ton/tahun, jika total konsumsi minyak tanah dapat
P. Jawa, yaitu Palimanan Timur–Jawa Barat, digantikan secara menyeluruh.
Ceper–Jawa Tengah, Argomulya–Yogyakarta, Berdasarkan hasil survei Departemen
Lebakjabung–Jawa Timur dan Depok–Jakarta. Koperasi & Pengusaha Kecil Menengah pada
Dari hasil kampanye tersebut, ternyata sejumlah tahun 2002, bahwa total konsumsi briket
penggunaan lampu minyak dan kayu berkurang, batubara di Jawa dan Bali mencapai 1,97 juta
sehingga menurunkan biaya bahan bakar per ton/tahun, dengan rincian seperti ditunjukkan
rumah tangga, bahkan setelah itu tercatat 50% pada Tabel 1 (Dep. Koperasi & UKM, 2002).
rumah tangga masih melanjutkan penggunaan
briket batubara. Tabel 1. Konsumsi pemakaian briket batubara di
Sebagai tindak lanjut upaya ini, maka Jawa & Bali (Ton)
Jawa Jawa Jawa
Direktorat Batubara–Departemen Pertambangan Pemakai
Barat Tengah Timur
Yogyakarta Bali Total
& Energi yang bekerjasama dengan NEDO– Tahu/Tempe 111.660 84.500 96.400 8.150 8.070 308.780
Jepang telah mendirikan 3 pabrik briket batubara Pengeringan
207.053 166.575 170.677 12.944 15.824 573.073
gabah
masing–masing di Tanjung Enim–PTBA pada Peternakan ayam 53.244 53.244 53.244 10.649 10.649 181.030
tahun 1993 yang mulai beroperasi tahun 1996, di Pondok pesantren 11.813 4.271 9.040 788 91 26.033
Gresik Jawa Timur dan Natar–Bandar Lampung. Jamu 87.600 87.600 525.600 - - 700.800

Kapasitas produksi di pabrik Tanjung Enim Lain–Lain*) 2.520 1.992 2.400 120 100 7.132
Total 473.800 398.182 857.361 32.651 37.734 1.976.818
sebesar 12.000 ton per tahun briket karbonisasi *) industri mie, petis, roti, pengeringan tembakau, pengolahan kulit, rumah
super tipe telur, tidak berasap & berbau, makan
Sumber: Departemen Koperasi & Pengusaha Kecil Menengah,
digunakan untuk memasak keperluan rumah 2002.
tangga maupun industri kecil–menengah lainnya. Industri pengolahan kulit di Malang rata–rata
Pabrik briket batubara di Gresik–Jawa Timur memakai briket batubara sebesar 200 kg/hari.
mempunyai kapasitas produksi sebesar 95.000 Sementara, industri jamu di Lamongan dan
ton/tahun briket non–karbonisasi tipe kubus 16 Industri peternakan ayam di Malang masing–
lubang yang digunakan untuk pemanasan masing memakai briket batubara sebanyak 48
peternakan ayam dan industri kecil. Sementara kg/hari, industri petis di Sidoarjo rata–rata 10
pabrik di Natar–Bandar Lampung memproduksi kg/hari. Selain itu, rumah makan dan industri roti
sebanyak 8000 ton/tahun briket batubara di Bandung masing–masing menggunakan briket
non~karbonisasi tipe telur yang digunakan untuk batubara sekitar 50 kg/hari dan 10 kg/hari.
pemanasan peternakan ayam dan industri kecil. Sebagian besar industri kecil pemakai briket
PTBA sendiri merencanakan untuk batubara merupakan pasar yang cukup potensial
mengembangkan 5 pabrik briket batubara di mengingat sebagian besar merupakan anggota
Serang, Cilacap, Semarang, Cirebon, dan Koperasi Unit Desa (KUD).
Pasuruan, dengan total kapasitas produksi Dalam rangka mengantisipasi lonjakan
sebesar 600,000 ton/tahun. konsumsi briket batubara yang cukup besar di
Di samping itu direncanakan juga didirikan masa mendatang, banyak pelaku Usaha Kecil &
pabrik briket batubara di 47 lokasi tersebar di Menengah bekerja sama dengan Koperasi
seluruh Indonesia dengan 41 perusahaan yang Batubara mulai merintis pengembangan industri
telah mengajukan aplikasinya ke Direktorat briket batubara skala kecil di beberapa kota,
Batubara. Dengan demikian, produksi briket seperti Tegal–Jawa Tengah, Malang–Jawa Timur
diproyeksikan akan meningkat dari 2,5 juta ton dan Bali.
(2004), menjadi 7 juta ton pada tahun 2014, Selain pasar domestik, Indonesia memiliki
kemudian pada akhir tahun 2020 mencapai 9 juta juga pangsa pasar ekspor sejak tahun 1995
ton, yang diiringi dengan kenaikan konsumsi sebesar 382.100 ton dengan nilai yang fluktuatif
batubara hampir 2 kali lipat pada tahun yang hingga tahun 2001 (145.194 ton), namun setelah
sama. itu mengalami kenaikan ekspor dan pada tahun
2005 mencapai sebesar 4,86 juta ton (BPS,
5. PANGSA PASAR 2005).
Briket batubara telah dipromosikan secara
intensif sebagai bahan bakar alternatif sektor 6. HASIL DAN PEMBAHASAN
rumah tangga dan industri kecil sebagai Konsumsi energi (minyak tanah, kayu bakar,
pengganti minyak tanah. LPG+listrik) sektor rumah tangga & industri kecil
Hasil kajian PTBA memberikan gambaran di Indonesia dapat diproyeksikan hingga tahun
bahwa lebih dari 120 juta penduduk yang tinggal 2010 seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (satuan

Prospek Briket Batubara ................ (Soedjoko Tirtosoekodjo dan Bambang Suwondo Rahardjo) 29
SBM) dan Gambar 2 (satuan ton brown coal), 18,000,000

Jumlah Rumah Tangga pemakai energi di P . Jaw a


dengan asumsi bahwa minyak tanah mengalami 16,000,000
kenaikan sebesar 3%, kayu bakar (2%) dan 14,000,000
LPG+listrik (15%) per tahun. 12,000,000
10,000,000
300.00 400.00 8,000,000
6,000,000
350.00
250.00 4,000,000
300.00
200.00 2,000,000
250.00
106 SBM

0
150.00 200.00 DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Total
150.00
100.00 1,420,139 3,142,629 970,821 150,825 1,750,191 7,434,605
Minyak tanah
100.00
50.00 Kayu bakar 17,322 4,738,324 5,311,115 541,416 5,898,961 16,507,138
50.00
Arang kayu 277 4,775 24,305 6,969 9,270 45,596
0.00 0.00
1993 1994 2000 2001 2002 2003 2005 2006 2007 2008 2009 2010 LPG + gas kota 302,476 294,747 107,274 30,182 186,686 921,365
Minyak tanah 50.58 52.18 62.03 63.67 64.10 64.54 71.66 73.84 76.02 78.34 80.65 83.07 Konsumsi briket (ton/tahun) 330,596 1,813,323 1,450,120 560,783 1,761,058 5,915,880
Kayu bakar 189.0 192.6 216.5 220.4 225.0 229.6 238.6 243.4 248.3 253.3 258.3 263.5
Listrik + LPG 10.68 3.30 7.02 7.64 10.53 13.41 13.37 15.52 17.68 20.53 23.38 26.89 Gambar 3. Proyeksi konsumsi energi sektor
Total 250.3 248.1 285.5 291.7 299.7 307.6 323.6 332.8 342.0 352.1 362.3 373.4 rumah tangga di P. Jawa yang
dapat digantikan oleh briket
Gambar 1. Proyeksi konsumsi energi sektor batubara lignit
industri kecil dan rumah tangga
(1993~2010) Sementara Gambar 4 menunjukkan untuk
sektor industri kecil (tahu/tempe, pengeringan
gabah, peternakan ayam, pengeringan
80.00 120.00
tembakau) di P. Jawa, yang dapat digantikan
70.00
100.00 oleh briket batubara.
106 Ton brow n coal

60.00
80.00
50.00 1,200,000
Jumlah industri kecil pemakai energi di P. Jawa

40.00 60.00
1,000,000
30.00
40.00
20.00 800,000
20.00
10.00 600,000
0.00 0.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 400,000
Minyak tanah 16.60 17.22 17.74 18.27 18.82 19.38 19.97 20.56 21.19 21.81 22.47
200,000
Kayu bakar 59.43 60.81 62.03 63.26 64.54 65.82 67.15 68.48 69.86 71.24 72.67
Listrik + LPG 1.13 1.66 1.93 2.19 2.55 2.90 3.37 3.84 4.45 5.07 5.83 0
Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Total
Total 77.16 79.68 81.70 83.72 85.91 88.10 90.49 92.87 95.50 98.13 100.97
Tahu-tempe 111,660 84,500 8,150 96,400 300,710
Pengeringan gabah 207,053 166,575 12,944 170,677 557,249
Gambar 2. Proyeksi konsumsi energi sektor
Peternak ayam 53,244 53,244 10,649 53,244 170,381
industri kecil dan rumah tangga Pengeringan tembakau 2,520 1,992 120 2,400 7,032
(2000~2010) Konsumsi briket (ton/tahun) 374,477 306,311 31,863 322,721 1,035,372

6.1. Konsumsi Energi Gambar 4. Proyeksi konsumsi energi sektor


Konsumsi energi untuk memasak per rumah industri kecil di P. Jawa yang dapat
tangga (5 orang) diasumsikan sebanyak 2,1 digantikan oleh briket batubara
kg/hari briket batubara, di mana 30% lignit
mengalihkan pemakaian energi briket batubara
untuk memasak, maka proyeksi konsumsi energi 6.2. Strategi Penyediaan
(minyak tanah, kayu bakar, arang kayu, LPG, gas Sebagai tahap awal memprioritaskan produksi
kota) sektor rumah tangga di P. Jawa yang dapat briket batubara lignit non–karbonisasi yang
digantikan oleh briket batubara, ditunjukkan pada murah dengan kapasitas 300.000 ton/tahun di
Gambar 3. dekat lokasi tambang untuk memenuhi konsumsi
energi sektor industri kecil (target pasar 90%) di
Jawa dan Bali yang tidak memerlukan kestabilan
panas radiasi jangka panjang, seperti peternakan
ayam, catering/restoran, pengeringan tembakau
dan pengeringan gabah.

30 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 5, No, 1 Juni 2009 Hlm. 26-32
Berdasarkan survei di Jawa dan Bali, briket Sementara Balai Besar Teknologi Energi
batubara lignit non–karbonisasi ini diarahkan (B2TE)–BPPT mengkaji perbandingan
untuk memenuhi konsumsi energi di sektor keekonomian antara briket batubara dengan
industri kecil sebanyak 1,1 juta ton/tahun dengan minyak yang digunakan pada masing–masing
harga jual FOB sekitar Rp. 1000~1200/kg atau sektor, seperti ditunjukkan pada Tabel 3, terlihat
CNF Rp. 1500/kg dalam radius 100 km dari bahwa pemakaian briket batubara memberikan
pelabuhan di Jawa. Sebagai perbandingan, penghematan biaya yang cukup signifikan.
harga jual FOB briket batubara lignit tak berasap
kualitas super produksi HRL Australia adalah Tabel 3. Perbandingan keekonomian antara
AUS$ 300/ton atau sekitar Rp. 1300/kg, yang briket batubara dengan minyak tanah
dihasilkan dari pabrik berkapasitas 1,2 juta Briket Minyak
Pemakaian Penghematan
ton/tahun dengan menerapkan teknologi Batubara Tanah
pembriketan kontinyu sistem stampimg tekanan Rumah
tinggi. Tangga 3 Rp. 5.400/hari Rp. 9.000/hari Rp. 3.600/hari
liter/hari
Sementara sisa target pasar (10%) sebagai
Rumah
tambahan energi alternatif dalam bentuk briket Makan, 10 Rp. 18.000/hari Rp. 30.000/hari Rp. 12.000/hari
karbonisasi sarang tawon (honey–comb liter/hari
carbonized–briquette) untuk memenuhi konsumsi Industri
sektor rumah tangga dan briket non–karbonisasi Kecil, 25 Rp. 45.000/hari Rp. 75.000/hari Rp. 30.000/hari
liter/hari
(uncarbonized–briquette) untuk masyarakat
Industri
pinggiran kota (suburb people). Menengah,
Rp.1.502.450/hari Rp.2.000.000/hari Rp.497.550/hari
Koperasi Unit Desa (KUD) ditunjuk sebagai 1000
liter/hari
pemasar eceran untuk menyalurkan kepada
B2TE–BPPT, Gelar Diversifikasi Energi–Sosialisasi
konsumen dengan harga jual Rp. 1500/kg Sumber:
Briket/Bio–briket Batubara, 26~27 Oktober 2005.
melalui seeding program.

6.3. Kesetaraan dan Keekonomian


7. KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut hasil kajian dari PT. (Persero) Tambang
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik
Batubara Bukit Asam–unit Produksi Briket
kesimpulan dan saran, sebagai berikut:
Batubara, memberikan data tentang kesetaraan
pemakaian briket batubara dengan minyak tanah,
7.1. Kesimpulan
seperti ditunjukkan pada Tabel 2, yang
Briket batubara merupakan bahan bakar
didasarkan atas perhitungan perbandingan nilai
alternatif yang hemat sekaligus aman sebagai
kalori, sedangkan jumlah pemakaian briket
pengganti minyak tanah di masa depan dan
batubara dan minyak tanah maupun kapasitas
paling memungkinkan dikembangkan secara
ukuran kompor yang digunakan pada masing–
masal dalam waktu relatif singkat.
masing sektor merupakan hasil uji–coba atau
Briket batubara bukanlah produk subsidi,
peragaan di lapangan.
sehingga tidak akan membebani negara, justru
sebaliknya membantu Pemerintah dalam
Tabel 2. Kesetaraan pemakaian briket batubara
program penghapusan subsidi BBM.
dengan minyak tanah
Penggunaan briket batubara bagi kalangan
Briket Minyak Ukuran usaha kecil akan menekan biaya produksi
Parameter
Batubara Tanah kompor sehingga akan meningkatkan pendapatan.
Ekivalensi 1,61~1,67 kg 1 liter -
Nilai kalori
5400~5600
9000 kcal/liter - 7.2. Saran
kcal/kg Kegiatan promosi secara rutin perlu dilakukan
Rumah tangga
(5 orang/hari)
1 kg 1 liter 1~2 kg untuk menjamin pemakaian briket batubara skala
Rumah makan/hari 1 kg 1 liter 4~10 kg penuh di masa mendatang dengan peningkatan
Pondok
1 kg 1 liter 10~20 kg
kualitas dan pengurangan biaya dalam
pesantren/hari membantu percepatan transisi pemakaian bahan
Peternakan ayam, bakar dan kayu bakar menjadi briket batubara.
0,85 kg 1 liter 5~6 kg
2 minggu/siklus
Perebusan kerang, Sistem dan kontinuitas pasokan energi perlu
1 kg 1 liter 30 kg diantisitasi sedini mungkin demi kelangsungan
5 jam/siklus
PTBA, Gelar Diversifikasi Energi–Sosialisasi usaha industri kecil padat energi maupun rumah
Sumber: Briket/Bio–briket Batubara, 26~27 Oktober tangga termasuk catering/restoran.
2005.
Masalah lingkungan menjadi target utama
dari pemanfaatan batubara peringkat rendah,

Prospek Briket Batubara ................ (Soedjoko Tirtosoekodjo dan Bambang Suwondo Rahardjo) 31
khususnya briket sebagai bahan bakar sektor Departemen Energi Sumberdaya Mineral,
industri kecil & rumah tangga, sehingga tetap Direktorat Pembinaan dan Pengelolaan
diupayakan agar tidak tercemari oleh emisi CO2, Mineral & Batubara, 2005.
SO2, NOx, partikel debu maupun emisi unsur
beracun, meskipun kadar abu dan sulfur Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil
batubara Indonesia rendah sekalipun. Menengah, September 2002.

DAFTAR PUSTAKA Gelar Diversifikasi Energi–Sosialisasi Briket /Bio–


briket Batubara, Pidato Sambutan Presiden
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia
RI, Jakarta, 26~27 Oktober 2005.
(APBI) 2005. Penjualan Dalam Negeri
Batubara Indonesia (2003~2006).
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Executive
Summary Petroleum Report Indonesia
Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia
(APBI) 2005. Produksi Batubara Indonesia 2005~2006,
(2003~2006).
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Indonesia
Energy & Mining Highlights, Maret 2005.
Biro Pusat Statistik/Data Consult, 2005.
Kedutaan Besar Amerika Serikat, Indonesia
Energy News, Agustus 2005, p.5.

32 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 5, No, 1 Juni 2009 Hlm. 26-32

Anda mungkin juga menyukai