Anda di halaman 1dari 9

MEMAHAMI PENDIDIKAN KEBANGSAAN,

DEMOKRASI, DAN HAK ASASI MANUSIA


(KADEHAM)

Dibuat Oleh

Faldo Matulessy (073001700021)

Dosen Pembimbing
Dr. Bambang Sucondro, SH., MH.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2018
MEMAHAMI PENDIDIKAN KEBANGSAAN, DEMOKRASI, DANHAK ASASI
MANUSIA (KADEHAM)

1. Landasan Pendidikan KADEHAM


a. Landasan Hukum
 Pasal 27 ayat 3: “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”
 Pasal 30 ayat 1: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan keamanan negara”
 Undang-Undang Nomor: 20/1982 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan
Pertahanan Keamanan Negara
 Pendidikan Kewiraan berdasarkan SK Bersama Menteri Pertahanan dan
Keamanan,dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1973
 Undang-Undang Nomor: 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
 Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi (SK Dirjen Dikti) 1993 menyatakan
bahwa Pendidikan Kewiraan termasuk Mata Kuliah Dasar Umum
 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1994; menyatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah umum bersama dengan
Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila
 Keputusan Dirjen Dikti Nomor: 19/1997 menyatakan bahwa Pendidikan Kewiraan
termasuk muatan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan komponen mata kuliah
umum di PT yang wajib ditempuh oleh mahasiswa
 SK Dirjen Dikti Nomor: 151/2000 menyatakan bahwa Pendidikan Kewiraan
bermuatan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK), wajib ditempuh oleh mahasiswa
 SK Dirjen Dikti Nomor: 267/2000 menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
dan PPBN termasuk MPK yang merupakan kurikulum inti di PT serta wajib diikuti
oleh setiap mahasiswa
 SK Dirjen Dikti Nomor: 232/2000 tentang Pedoman Penyusuna Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa
 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor: 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi
 Undang-Undang Nomor: 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa kurikulum wajib di PT ialah Pendidikan Bahasa,Agama,Kewarganegaraan.
 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi
b. Landasan Konseptual
Pendidikan KADEHAM tidak sekedar untuk mengantar peserta didik untuk
memahami keragaman budaya, tetapi sekaligus mengantarkan mereka untuk menghayati
nilai-nilai bersama yang bisa di-sharing sebagai dasar dan pandangan hidup bersama.
Dengan pendidikan KADEHAM, beragam keyakinan, tradisi, adat, dan budaya akan
memperoleh tempat dan posisinya secara wajar. Sikap simpati, apresiasi, dan empati
terhadap budaya yang berbeda akan tertanam. Hal ini bisa terjadi karena pendidikan
KADEHAM memang menolak dominasi-hegemoni budaya yang berujung pada
terbangunnya kultur monolik.
Orientasi pada tumbuh-kembangnya kesadaran budaya hendaknya dimaknai sebagai
situasi biophily, yakni perasaan cinta kepada segala sesuatu yang bukannya situasi
necrophily, yakni perasaan cinta kepada materi atau kebendaan belaka. Dengan demikian,
pengkajian muatan local dalam Pendidikan KADEHAM akan menjadi subversive-force,
yang mengubah dan memperbaharui keadaan, sekaligus menyadarkan dan
memberdayakan manusia Indonesia sesuai dengan visi Indonesia 2030.
2. Pendidikan KADEHAM dan Visi Indonesia 2030
Indonesia yang berpenduduk kurang lebih 220 juta jiwa dengan mendiami sekitar 11.000
pulau dari 17.504 pulau di seluruh nusantara, tidak bisa tidak harus memiliki visi Bangsa
yang jelas jika ingin keluar dari krisis multidimensi yang berkecamuk sejak akhir tahun
1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Negara-negara di asia.
Meskipun kaya dengan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi
masalah yang besar di bidang kemiskinan, pendidikan, pengangguran, kependudukan,
korupsi dan lain sebagainya. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa organisasi
dunia telah menunjukkan posisi Indonesia yang sangat tertinggal dari Negara-negara lainnya
(Cris Verdiansyah, 2007), khususnya dalam hal berikut:
1) Indeks Pembangunan Manusia (United Nations): Peringkat 108 dari 177
2) Indeks Kualitas Hidup (The Economist): Peringkat 71 dari 111
3) Indeks Kebebasan Ekonomi (Heritage Foundation/The Wall Street Journal):
Peringkat 110 dari 157
4) Indeks Persepsi Korupsi (Transparancy International): Peringkat 130 dari 163

Guna mengatasi masalah tersebut diatas, pada tanggal 22 Maret 2007 yang lalu,
Pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan sebuah visi bangsa yang disebut dengan Visi Indonesia 2030 atau Visi 2030
yang diprakarsai oleh Yayasan Indonesia Forum (YIP). Empat target utamanya, yaitu:

1) Pada tahun 2030, dengan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa, Product Domestik
Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai US$ 5,1 triliun atau bila hitung dengan
formulasi pendapatan perkapita mencapai US$ 18.000 per tahun (Rp 13.500.000 per
bulan). Dengan pencapaian tersebut Indonesia diperkirakan berada pada posisi
kelima ekonomis terbesar setelah China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
2) Terciptanya pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan;
3) Terwujudnya kualitas hidup modern dan merata;
4) Mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar “Fortune 500
Companies”.

Sebelumnya, sebagai salah satu solusi, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dengan
TAP MPR Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia yang religious, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan Negara. Adapun indicator keberhasilan ketetapan tersebut antara lain:

1) Penghormatan terhadap kemanusiaan;


2) Meningkatkan semangat persatuan dan kerukunan bangsa, toleransi, kepedulian,
dan tanggung jawab social;
3) Berkembangnya budaya dan perilaku sportif serta menghargai dan menerima
perbedaan dalam kemajemukan;
4) Menguatnya partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatan rakyat dan control
social masyarakat;
5) Berkembangnya organisasi social, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi
politik yang bersifat terbuka;
6) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bekerja sama dan
bersaing dalam era global;
7) Memiliki kemampuan dan ketangguhan dalam menyelenggarakan kehidupan
berbangsa dan bernegara ditengah pergaulan antar bangsa-bangsa lain;
8) Terwujudnya penyelenggaraan Negara yang professional, transparan, akuntabel,
memiliki kredibilitas, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

Salah satu indicator keberhasilan dituangkan dalam UU Nomor: 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional melalui Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, khususnya
Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Rasa kebangsaan diperlukan untuk:

1) Menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat, dihormati, dan disegani oleh bangsa
lain.
2) Mempererat persatuan dan kesatuan, baik dalam arti spirit maupun geografi
sehingga dapat meniadakan frontier.
3. HAKIKAT, VISI, DAN MISI, PEDIDIKAN KADEHAM
a. Hakikat Pendidikan KADEHAM
Pendidikan adalah proses perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak kearah
yang dikehendaki. Tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan pribadi anggota
masyarakat madani yang bercirikan demokratis, kepastian hukum, egalitor,
penghargaan tinggi terhadap human dignity, kemajuan budaya dan bangsa dalam
suatu kesatuan, dan religious.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Hakikat pendidikan KADEHAM bertujuan membekali dan memantapkan peserta
didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga Negara
Indonesia yang pancasilais dengan Negara dan sesame warga Negara. Dengan
kemampuan dasar, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang mantap, berpikir kritis,
bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis; berpandangan luas; bersikap
demokratis dan berkeadaban.
b. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan KADEHAM
1) Visi
Menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan dan pengembangan
program studi dalam mengantarkan peserta didik memantapkan
kepribadiannya sebagai manusia Indonesia Visi 2030
2) Misi
Membantu peserta didik memantapkan kepribadiannya agar secara
konsisiten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan
dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa
tanggung jawab.
4. TUJUAN PENDIDIKAN KADEHAM
Secara umum tujuan pendidikan KADEHAM adalah agar pesera didik memiliki motivasi
bahwa pendidikan KADEHAM yang diberikan kepada mereka berkaitan erat dengan
peranan dan kedudukan individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai
warga Negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk mewujudkannya.
Sedangkan secara khusus pendidikan KADEHAM bertujuan, sebagai berikut:
Pertama, membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara baik ditingkat local, nasional, regional, maupun
global;
Kedua, memberdayakan warga masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan dan
integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, dan demokratis serta
menegakkan etika kemajemukan;
Ketiga, menghasilkan peserta didik yang berpikir komprehensif, analitis, kritis, serta
bangga terhadap bangsa dan Negara, bertindak demokratis, dan menjunjung tinggi nilai-
nilai HAM dengan berpegangan teguh pada ideology pancasila dan UUD 1945;
Keempat, mengembangkan budaya dan peliku demokratis, yaitu kebebasan, persamaan,
kemerdekaan, toleransi, kemampuan mengendalikan diri, kemampuan melakukan dialog,
negosiasi, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijak, kemampuan
menyelesaikan konflik serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan menyelenggarakan Negara;
Kelima, mampu membentuk peserta didik menjadi good and responsible citizen (warga
Negara yang baik dan bertanggung jawab) melalui penanaman moral dan keterampilan
social ( social skills), sehingga kelak mereka mampu memahami dan memecahkan
persoalan-persoalan actual yang dihadapi oleh bangsa dan Negara Indonesia, seperti
bangga kepada bangsa Indonesia, memiliki wawasan kebangsaan yang memadai, bersikap
toleransi, menghargai perbedaan pendapat, bersikap empati, menghargai pluralitas,
kesadaran huku dan kritik social, menjunjung tinggi HAM, mengembangkan demokratisasi
dalam berbagai kehipan social dan menghargai kearifan lingkungan.
5. KOMPETENSI PENDIDIKAN KADEHAM
Kompetensi merupakan kemampuan dan kecakapan yang terukur setelah peserta didik
mengikuti proses pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi kemampuan akademik,
sikap dan keterampilan. Dalam pembelajaran Pendidikan KADEHAM, kompetensi dasar
atau yang sering disebut kopetensi minimal terdiri atas tiga jenis. Pertama, kecakapan dan
kemampuan penguasaan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) yang terkait
dalam materi inti Pendidikan KADEHAM (Civic Education), yaitu kebangsaan,
demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM). Kedua, kecakapan dan kemampuan sikap
kewarganegaraan (Civic Disposition), antara lain pengakuan kesetaraan, toleransi,
kebersamaan, pengakuan kemajemukan, kepekaan, dan pemberdayaan warganegara
terhadap masalah berbangsa dan bernegara, antara lain masalah kebangsaan, demokrasi,
dan hak asasi manusia (HAM). Ketiga, kecakapan dan kemampuan berpartisipasi dalam
proses penataan berbangsa dan bernegara, kemampuan melakukan control terhadap
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan, dan pemberdayaan warganegara dalam
menjaga integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar kompetensi yang wajib dikuasai peserta didik adalah mampu berpikir rasional,
bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan luas, dan bersikap demokratis yang
berkeadaban sebagai warga Negara Indonesia.
Pendidikan KADEHAM yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas dan
penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap tersebut antara lain:
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai
falsafah bangsa;
2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara;
3) Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara
Indonesia;
4) Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran bela Negara;
5) Aktif memanfaatkan iptek serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan
Negara.
6. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KADEHAM
Pendidikan kewarganegaraan mulai diselenggarakan tahun 1973/1974 merupakan
kurikulum nasional dalam bentuk pendidikan tahap awal yang diselenggarakan di tingkat
pendidikan dasar dan menengah dan tahap lanjut berbentuk Pendidikan Kewiraan di
Pendidikan Tinggi (PT).
Materi Pendidikan Kewarganegaraan juga berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai berikut :
1) Awal tahun 1979 bernama pendidikan kewiraan; materi disusun oleh lembaga
pertahanan nasional (LEMHANNAS) dan Dirjen Dikti yang berintikan wawasan
nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional, politik dan strategi
pertahanan keamanan, dan system keamanan rakyat semesta.
2) Tahun 1985 terdapat penambahan materi, yaitu pengar meliputi pengetahuan
pendidikan kewiraan dan hubungannya mata kuliah lain.
3) Tahun 1995 nama mata kuliah berubah menjadi pendidikan kewarganegaraan;
dengan materi yang kurang lebih sama.
4) Tahun 2001 terdapat penambahan materi, yaitu hak asasi manusia, demokrasi,
otonomi daerah, lingkungan hidup, bela Negara, wawasan nusantara, ketahanan
nasional, politik dan strategi nasional.
5) Tahun 2002 keputusan Dirjen Dikti No:38/DIKTI/kep/2002, dengan materi
demokrasi, HAM, hak dan kewajiban warga Negara, bela Negara, otonomi daerah,
wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional.
6) Tahun 2006 keputusan Dirjen Dikti No:42/DIKTI/kep/2006 dengan materi filsafat
pancasila, identitas nasional, politik dan strategi nasional, demokrasi Indonesia,
HAM dan role of law, hak dan kewajiban warga Negara Indonesia, geopolitik,
geostrategic Indonesia.

Secara keseluruhan buku pendidikan KADEHAM berisikan materi-materi yang jauh


lebih luas dan mendalam mengenai pendidikan kewarganegaraan, yang ditujukan untuk
mengantarkan peserta didik agar memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara secara
mendalam, dan mempunyai pola sikap dan perilaku yang komprehensif dan integral untuk
cinta tanah air. Dengan demikian keberadaan buku ini dapat dipandang sebagai realisasi
konkret dari kebijakan pemerintah sebagaimana yang digariskan oleh Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengenai mata kuliah pengembangan
kepribadian, khususnya substansi materi pendidikan kewarganegaraan. Buku pendidikan
KADEHAM terdiri atas tiga materi pokok (core materials), yaitu kebangsaan, demokrasi,
dan Hak Asasi Manusia (HAM). Ketiga materi inti tersebut kemudian dijabarkan menjadi
beberapa materi yang menjadi bahan kajian dalam pembelajaran pendidikan KADEHAM
yaitu:

1) Kebangsaan;
2) Demokrasi;
3) Hak Asasi Manusia (HAM);
4) Geopolitik dan geostrategic (wawasan nusantara dan ketahanan nasional);
5) Negara hukum;
6) Kewarganegaraan, Hak dan Kewajiban Warga Negara Serta Bela Negara.

Anda mungkin juga menyukai