Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KEBANGSAAN, DEMOKRASI, DAN

HAK ASASI MANUSIA


(KADEHAM)

Mayandra Salsabhila Adam


NIM : 082001900044

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Arsitektur Lansekap Dan Teknologi Lingkungan
Universitas Trisakti
BAB 1
MEMAHAMI PENDIDIKAN KEBANGSAAN, DEMOKRASI, DAN HAM
(KADEHAM)

A. LANDASAN PENDIDIKAN KADEHAM


Sebuah bangsa selalu dipahami sebagai sebuah solidaritas yang mendalam
dan komprehensif. Solidaritas dan persaudaraan sebuah bangsa dapat berupa
kesamaan etnis, kepercayaan, agama, sejarah, kepentingan, dan hubungan darah.
Perasaan senasib dan sepenanggungan juga dapat melahirkan sebuah komitmen
kebersamaan. Adanya ikatan kebangsaan tersebut pada gilirannya menumbuhkan
semangat kebangsaan atau nasionalisme. Sikap perilaku warga Negara yang cinta
tanah air dan sadar hak dan kewajiban, salah satunya diupayakan dalam
Pendidikan Kebangsaan, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (Kadeham) yang
merupakan bagian integral dalam membangun manusia Indonesia Visi 2030.
Pendidikan Kadeham dalam arti luas merupakan proses yang berkaitan
dengan upaya pengembangan diri seseorang pada tiga aspek dalam kehidupannya.
Pendidikan Kadeham diperlukan untuk menyangga, memelihara dan melestarikan
rasa cinta tanah air, wawasan demokrasi dan menjunjung tinggi HAM.

1. Landasan Hukum
 Pasal 27 ayat 3, setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
 Pasal 30 ayat 1, tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dala usaha
pertahanan keamanan negara.
 Pendidikan Kewiraan berdasarkan SK Bersama Menteri Pertahanan dan Keamaan,
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1973.
 UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok Penyelenggara Pertahanan
Keamanan Negara.
 UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
2. Landasan Konseptual

Pendidikan Kadeham tidak sekedar untuk mengantar peserta didik untukmemahami


keragaman budaya, tetapi sekaligus mengantarkan mereka untukmenghayati nilai-nilai
bersama yang bisa di sharing sebagai dasar dan pandangan hidup bersama. Dengan
pendidikan, beragam keyakinan, tradisi, adat,dan budaya akan memperoleh tempat dan
posisinya secara wajar. Sikap simpati, apresiasi, dan empati terhadap budaya yang
berbeda akan tertanam. Hal ini bisaterjadi karena pendidikan Kadeham memang
menolak dominasi-hegemoni budayayang berujung pada terbangunnya kultur
monolik.

Orientasi pada tumbuh-kembangnya kesadaran budaya hendaknya


dimaknai sebagai situasi biophily, yakni perasaan cinta kepada segala sesuatu
yang bukannya situasi necrophily, yakni perasaan cinta kepada materi atau
kebendaan belaka. Dengan demikian, pengkajian muatan local dalam Pendidikan
Kadeham akan menjadi subversive-force, yang mengubah dan memperbaharui keadaan,
sekaligus menyadarkan dan memberdayakan manusia Indonesia sesuai dengan visi
Indonesia 2030.

B. PENDIDIKAN KADEHAM DAN VISI INDONESIA 2030

Setiap bangsa memerlukan sebuah pernyataan visi yang jelas dengan


perpaduan antara fakta dan kempuan yang ada dengan imajinasi dimasa yang akan
dating guna mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk bekerjadan berusaha
lebih keras lagi dari saat ini. Hal ini sangatlah penting dalam membangun
konsensus politik dalam satu strategi pengembangan nasional, yang meliputi
interdependensi, peranan dan tanggung jawab dari berbagai institusi terkait
dengan korporasi di sektor privat, sektor usaha menengah dan kecil, organisasi
masyarakat, dan lain sebagainya. Visi Bangsa yang jelas jika ingin keluar dari
krisis multidimensi yang berkecamuk sejak akhir tahun -1990an akibat krisis
ekonomi yang melanda sebagian besar Negara - negara di asia. Meskipun kaya
dengan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah
yang besar di bidang kemiskinan, pendidikan, pengangguran, kependudukan,
korupsi dan lain sebagainya.
Guna mengatasi masalah tersebut diatas, pada tanggal 22 Maret 2007
yang lalu, Pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono mencanangkan sebuah Visi bangsa yang disebut dengan Visi
Indonesia 2030 atau Visi 2030 yang diprakarsai oleh Yayasan Indonesia Forum
(YPI). Empat target utamanya, yaitu:

1.Pada tahun 2030, dengan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa, Product
Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai US$ 5,1 triliun atau bila hitung
dengan formulasi pendapatan perkapita mencapai US$ 18.000 per tahun (Rp
13.500.000 per bulan). Dengan pencapaian tersebut Indonesia
diperkirakan berada pada posisi kelima ekonomis terbesar setelah
China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
2. Terciptanya pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan;
3. Terwujudnya kualitas hidup modern dan merata;
4. Mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar
“Fortune 500 Companies”.

C.  HAKIKAT, VISI, DAN MISI, PENDIDIKAN KADEHAM

1. Hakikat Pendidikan Kadeham

Pendidikan adalah proses perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
kearah yang dikehendaki. Tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan pribadi
anggota masyarakat madani yang bercirikan demokratis, kepastian hukum,
egalitor, penghargaan tinggi terhadap human dignity, kemajuan budaya dan
bangsa dalam suatu kesatuan, dan religious. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hakikat pendidikan Kadeham bertujuan membekali dan memantapkan peserta


didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar hubungan warga Negara
Indonesia yang pancasilais dengan Negara dan sesame warga Negara. Dengan
kemampuan dasar, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang mantap,
berpikir kritis, bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis; berpandangan luas;
bersikap demokratis dan berkeadaban.
2. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan Kadeham

Visi

Menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan dan pengembangan program


studi dalam mengantarkan peserta didik memantapkan kepribadiannya sebagai
manusia Indonesia Visi 2030.

Misi

Membantu peserta didik memantapkan kepribadiannya agar secara konsisiten


mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah
air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa tanggung jawab.

D. TUJUAN PENDIDIKAN KADEHAM

Tujuan khusus pendidikan Kadeham bertujuan, sebagai berikut:


1. Membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara baik ditingkat local, nasional, regional,
maupun global.
2. Memberdayakan warga masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan
dan integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, dan
demokratis serta menegakkan etika kemajemukan.

3. Menghasilkan peserta didik yang berpikir komprehensif, analitis, kritis, serta


bangga terhadap bangsa dan Negara, bertindak demokratis, dan menjunjung
tinggi nilai- nilai HAM dengan berpegangan teguh pada ideology pancasila dan
UUD 1945.

4. Mengembangkan budaya dan peliku demokratis, yaitu kebebasan, persamaan,


kemerdekaan, toleransi, kemampuan mengendalikan diri, kemampuan
melakukan dialog, negosiasi, mampu mengambil keputusan secara tepat dan
bijak, kemampuan menyelesaikan konflik serta berpartisipasi aktif dalam
kegiatan menyelenggarakan Negara.

5. Mampu membentuk peserta didik menjadi good and responsible citizen (warga
Negara yang baik dan bertanggung jawab) melalui penanaman moral dan
keterampilan social (social skills), sehingga kelak mereka mampu memahami
dan memecahkan persoalan-persoalan actual yang dihadapi oleh bangsa dan
Negara Indonesia, seperti bangga kepada bangsa Indonesia, memiliki wawasan
kebangsaan yang memadai, bersikap toleransi, menghargai perbedaan
pendapat, bersikap empati, menghargai pluralitas, kesadaran huku dan kritik
social, menjunjung tinggi HAM, mengembangkan demokratisasi dalam
berbagai kehipan social dan menghargai kearifan lingkungan.

E. KOMPETENSI PENDIDIKAN KADEHAM

Dalam pembelajaran Pendidikan Kadeham, kompetensi dasar atau yang


sering disebut kopetensi minimal terdiri atas tiga jenis.

Pertama, kecakapan dan kemampuan penguasaan pengetahuan


kewarganegaraan (civic knowledge) yang terkait dalam materi inti Pendidikan
Kaadeham (Civic Education), yaitu kebangsaan, demokrasi, dan Hak Asasi
Manusia (HAM).

Kedua, kecakapan dan kemampuan sikap kewarganegaraan (Civic


Disposition), antara lain pengakuan kesetaraan, toleransi, kebersamaan,
pengakuan kemajemukan, kepekaan, dan pemberdayaan warganegara terhadap
masalah berbangsa dan bernegara, antara lain masalah kebangsaan, demokrasi,
dan hak asasi manusia (HAM).

Ketiga, kecakapan dan kemampuan berpartisipasi dalam proses penataan


berbangsa dan bernegara, kemampuan melakukan control terhadap
penyelenggaraan Negara dan pemerintahan, dan pemberdayaan warganegara
dalam menjaga integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Standar
kompetensi yang wajib dikuasai peserta didik adalah mampu berpikir rasional,
bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan luas, dan bersikap demokratis yang
berkeadaban sebagai warga Negara Indonesia.

Pendidikan Kadeham yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang


cerdas dan penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap tersebut antara
lain:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan menghayati nilai-
nilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara
Indonesia.
4. Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran bela Negara.
5. Aktif memanfaatkan iptek serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa,
dan Negara.

F. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KADEHAM

Buku pendidikan Kadeham terdiri atas tiga materi pokok (core materials),
yaitu kebangsaan, demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM). Ketiga materi inti
tersebut kemudian dijabarkan menjadi beberapa materi yang menjadi bahan kajian
dalam pembelajaran pendidikan Kadeham yaitu:

1. Kebangsaan.
2. Demokrasi.
3. Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Geopolitik dan geostrategic (wawasan nusantara dan ketahanan nasional).
5. Negara hukum.
6. Kewarganegaraan, Hak dan Kewajiban Warga Negara Serta Bela Negara.

Dengan demikian, materi pembelajaran Pendidikan Kadeham lebih


difokuskan pada nation and character building, sehingga bangsa Indonesia
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di era demokratisasi dan globalisasi
sesuai dengan Visi Indonesia 2030.

B. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KADEHAM


Pendidikan Kewarganegaraan muali diselenggarakan tahun 1973/1974
merupakan kurikulum nasional dala bentuk pendidikan tahap awal yang
diselenggarakan di tingkat pendidikan dasar dan menengah dan tahap lanjut
berbentuk Pendidikan Kewiraan di Pendidikan Tinggi (PT).
Materi Pendidikan Kewarganegaraan juga berkembang sesuai dengan
dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai berikut:
1) Awal tahun 1979 bernama Pendidikan Kewiraan; materi disusun oleh lembaga
Pertahanan Nasional dan Dirjen Dikti
2) Tahun 1985 terdapat penambahan materi, yaitu pengantar meliputi pengetahuan
Pendidikan Kewiraan dan hubungannya mata kuliah lain
3) Tahun 1995 nama mata kuliah berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan;
dengan materi yang kurang lebih sama
4) Tahun 2001 terdapat penambahan materi; yaitu HAM, demokrasi, otonomi
daerah, lingkungan hidup, Ketahanan Nasional, Politik dan Strategi Nasional
5) Tahun 2002 Keputusan Dirjen Dikti Nomor: 38/DIKTI/kep/2002, dengan materi
demokrasi, HAM, bela negara, otonomi daerah, Wawasan Nusantara
6) Tahun 2006 Keputusan Dirjen Dikti Nomor: 43/DIKTI/kep/ 2006 dengan materi
filsafat Pancasila, identitas nasional, politik dan startegi Nasional, demokrasi
Indonesia, HAM dan rule of law.
BAB 2
KEBANGSAAN

A. LATAR BELAKANG
Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia sebagai landasan ideologis bagi
keberadaan sebuah komunitas politik mengalami pasang surut di sepanjang sejarah
Indonesia. Menarik perhatian bahwa tuntutan separatism dan disintegrasi bangsa sebagai
manifestasi dari rapuhnya kebangsaan Indonesia datang dari daerah terutama luar Jawa
seperti Aceh, Papua, Ambon dan lain sebagainya. Realitasnya bukan semangat
kebangsaan yang terwujud secara praktis, tetapi justru pemusatan kekuasaan oleh satu
kelompok, monopoli, korupsi, kolusi, nepotisme, feodalisme birokrasi, tindakan represi
dan primordialisme, yang pada gilirannya membawa semangat kebangsaan dan solidaritas
bangsa menjadi rapuh dan terkoyak.

B. HAKIKAT NASIONALISME
1. Pengertian Nasionalisme
Secara obyektif nasionalisme mengandung unsur-unsur bahasa, ras, etnik, agama,
peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Unsur-unsur pokok tersebut amat kuat
membentuk nasionalisme dan membantu mempercepat proses evolusi nasionalisme ke
arah pembentukan negara nasional.
Dalam perspektif ilmu politik maupun ilmu social, terdapat beberapa konsep
yang berkaitan dengan nasionalisme, yaitu:
a. National sebagai masalah kebangsaan yang menyeluruh seperti terkandung antara lain
dalam istilah kepentingan nasional, keamanan nasional dan pertahanan nasional
b. Nationalism sebagai semangat kebangsaan yang dilandasi oleh rasa sebangsa dan setanah
air serta senasib sepenanggungan
c. Nationality sebagai pengalaman dalam segala bidang
d. Nationhood sebagai kualitas kesadaran setiap warganegara terhadap semua masalah
national, nationalism dan nationality seperti tersebut di atas.
2. Perkembangan Konsep Nasionalisme
Nasionalisme bangsa tumbuh dan berkembang sebagai jawaban atas kondisi
struktur social yang ada. Nasionalisme bangsa Indonesia lahir dibawah tekanan
penjajahan. Oleh karena itu, nasionalisme Indonesia bersifat anti penjajahan, anti
kolonialisme dan imperialism.
Sesuai dengan Visi Indonesia 2030, nampaknya bangsa Indonesia perlu
mengembangakan nasionalisme baru, yang lebih cocok dengan tuntutan perubahan
global. Meskipun belum dapat dikonstruksikan secara teoritis, namun nasionalisme baru
yang perlu diformulasikan sekurang-kurangnya bercirikan:
(a) Cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih menekankan kembali pada pola pikir
yang mendahulukan penciptaan kesejahteraan dan keadilan masyarakat
(b) Budaya individualism, hedonism, konsumerisme, harus diganti dengan cita-cita
kemasyarakatan, kebersamaan, toleransi dan integrasi social
(c) Orientasi yang cenderung elitis dan kekuasaan diganti orientasi massa dan pemberdayaan
social
(d) Cara melihat ideology sebagai tertutup, sempit dan sacral diubah menjadi ideology
terbuka dan rasional
(e) Kesadaran untuk mengembangkan rasa percaya diri, keberanian, patriotism dan tanggung
jawab untuk menjaga martabat bangsa.

C. HAKIKAT BANGSA
1. Memahami Konsep Bangsa
Konsep bangsa memiliki pengertian yang sangat luas beragam. Secara umum
pengertian bangsa adalah sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena
mempunyai kesatuan politik yang sama. Istilah bangsa ata Nation berasal dari bahasa
Perancis dan natie berasal dari baha Belanda, sedangkan bahasa Jerman disebut volk.

2. Perkembangan Konsep Bangsa


Kebangsaan adalah suatu bentuk loyalitas yang sifatnya fluktuatif, dapat turun
dan naik. Berdasarkan pemikiran ini, adalah menarik untuk mempertanyakan orang-orang
yang masih berdomisili, lahir dan kerja di Indonesia umpamanya, tidak memiliki
kesadaran, kesetiaan dan kemauan untuk membangun Indonesia.
3. Proses Pembentukan Negara-Bangsa
Suatu bangsa akan terbentuk apabila masalah-masalah bentuk partisipasi politik
dan rezim politik disepakati jawabannya. Namun pada proses politisi yang dilakukan
secara memadai, mungkin saja terdapat satu atau lebih kelompok suku bangsa yang tidak
bersedia ikut serta dalam bangsa yang baru. Mungkin disebabkan ketidaksetujuan mereka
terhadap pilihan bentuk-bentuk partisipasi politik dan rezim politik. Dalam situasi ini,
mungkin terdapat satu atau lebih kelompok etnis yang menghendaki suatu negara sendiri
atau lebih kelompok etnis yang menghedaki suatu negara sendiri atau mungkin
menghendaki bentuk kompromi seperti daerah istimewa dengan hak-hak dan kewenangan
khusus.

D. BANGSA INDONESIA DAN IDENTITAS NASIONAL


1. Apakah Bangsa Indonesia Itu?
Secara formal istilah bangsa Indonesia digunakan melalui hasil Kongres Pemuda
kedua Pemuda Indonesia di Jakarta tangal 27-28 Oktober 1928 butir kedua, yaitu:
“Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu BANGSA
INDONESIA”.
Tumbuhnya nation Indonesia dapat dilihat dari kebangkitan nasional dengan
lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908. Pada mulanya gerakan Budi Utomo terbatas
sebagai gerakan sekelompok mahasiswa kedokteran yang berasal dari Jawa. Kemudian
gerakan Budi Utomo tersebut merangkum kepentingan nasional yang lebih luas.
Terbentuknya bangsa Indonesia, dapat dikaji di dalam Sumpah Pemuda tahun 192.
Anggota panitia Sumpah Pemuda terdiri atas berbagai suku bangsa dan agama.

2. Apakah Identitas Bangsa Itu?


Identitas suatu bangsa berkaitan erat dengan pengertian suatu bangsa.
Dibandingkan dengan konsep etnisitas, konsep bangsa merupakan konsep yang relatif
baru. Apabila etnisitas mempunyai pengertian yang relative stabil, sebaliknya di dalam
kehidupan modern.
3. Nilai Identitas Bangsa
Identitas bangsa sebagai suatu kesatuan ini biasanya dikaitkan dengan nilai
ketertarikan dengan tanah air, yang berwujud identitas atau jati diri bangsa dan biasanya
menampilkan karakteristik tertentu yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain, yang pada
umumnya dikenal dengan istilah kebagsaan atau nasionalisme. Setiap warganegara perlu
memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas Bersama
yang tujuannya adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika suatu solidaritas yang
didasarkan pada kesantunan.
4. Faktor-Faktor Pembentukan Identitas Nasional
a. Primordialisme f. Perkembangan Ekonomi
b. Keagamaan e. Bhinneka Tunggal Ika
c. Pemimpin Bangsa
d. Sejarah Bangsa
BAB 3

DEMOKRASI

A. LATAR BELAKANG

Demokrasi masih menjadi sebuah agenda penting sistem politik di seluruh dunia.
Manusia dari berbagai bangsa atau negara, dengan berbagai latar belakang agama,
peradaban, dan sejarah, umumnya mengakui demokrasi sebagai sesuatu yang harus
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Demokrasi digunakan banyak orang
terutama dalam bidang politik. Oleh karena itu, pemahaman akan konsep demokrasi
secara komprehensif, ilmiah dan obyektif menjadi sangat signifikan. Pemahaman tersebut
mencakup mengenai konsep-konsep dasar demokrasi, bentuk demokrasi, dan
implementasi demokrasi di Indonesia.

B. HAKIKAT DEMOKRASI

Ditinjau dari asal-usul katanya, istilah demokrasi berasal dari kata Yunani
“demos” yang berarti rakyat, dan “kratia” berarti kewenangan untuk mengatur (rule).
“Demokrasi” dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Secara sederhana
demokrasi dapat didefinisikan sebagai kekuasaan/kewenangan untuk mengatur
masyarakat/rakyat (rule of the people). Konsep demokrasi sebagai “kedaulatan rakyat”
bertumpu pada prinsip bahwa rakyat secara keseluruhan dipandang sebagai pemegang
kedaulatan politik. Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.

2. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara


sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip
trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif, dan
legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang slaing lepas dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.

Dalam demokrasi yang besifat global, terdapat delapan prinsip yang harus
dijadikan pedoman, yaitu:

1. Partisipasi
2. Inklusivitas
3. Perwakilan (representation)
4. Transparansi
5. Akuntabilitas
6. Responsiveness
7. Kompetisi/otoritas
8. Solidaritas

Dengan memberikan penekanan pada status individu dan masyarakat atau rakyat
secafa keseluruhan, maka sistem demokrasi dapat dikategorikan, sebagai berikut :

a. Demokrasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan


b. Demokrasi Konsosiasional
c. Demokrasi Kompetitif
d. Demokrasi Konsensus
e. Demokrasi Sentralisasi
f. Demokrasi Desentralisasi

Empat ciri yang dikemukakan ini semuanya berbeda dengan ciri demokrasi
liberal. Menurut Robert A. Dahl (1985), sebagai ajaran universal, demokrasi paling tidak
ditunjukkan oleh lima nilai utama.

1. Adanya hak yang sama dan tidak diperdebatkan antara rakyat yang satu dengan
rakyat yang lainnya.
2. Partisipasi efektif yang menunjukkan adanya proses dan kesempatan yang sama
bagi rakyat untuk mengekspresikan prefesinya dalam pengambilan keputusan.
3. Adanya “pengertian yang sama dan sebangun” yang menunjukkan bahwa rakyat
mengerti dan paham terhadap keputusan-keputusan yang diambil negara, tidak
terkecuali sistem birokrasi.
4. Adanya kontrol akhnir yang ditentukan oleh rakyat, yang menunjukkan bahwa
rakyat memiliki kesempatan istimewa untuk membuat keputusan, membatasi
materi, atau memperluas materi yang akan diputuskan dan dilakuakn melalu
proses-proses politik, yang dapat diterima dan memuaskan berbagai pihak.
5. Inclusiveness yakni suat pertanda yang menunjukkan bahwa yang berdaulat
adalah seluruh rakyat.

Beberapa kriteria bagi proses demokrasi :

a. Hak suara yang merata.


b. Partisipasi aktif seluruh warganegara.
c. Pemahaman yang memadai dalam memperoleh akses informasi.
d. Keputusan akhir terhadap setiap kebijakan negara berada di tangan masyarakat
(rakyat).
e. Akomodatif dan tidak diskriminatif.

Pemilihan Umum adalah suatu proses dimna apara pemilih memilih orang-orang
untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Para pemilih dalma Pemilu juga disebut
konstituen, dan kepada merekalah para kandidat Pemilu menawarkan visi program-
programnya pada masa kampanye.

C. PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Secara garis besar demokrasi yang pernah berkembang di Indonesia, dapat


dibedakan sebagai berikut :

1. Implementasi Awal Demokrasi di Indonesia (1949-1959)


2. Implementasi Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
3. Implementasi Demokrasi Pancasial Era Orde Baru (1966-1998)
4. Implementasi Demokrasi Era Reformasi (1998-sekarang)

D. DEMOKRASI INDONESIA DI MASA DEPAN

Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, denga gagalnya pelaksanaan


demokrasi konstitusional yang prematur, Demorasi Terpimpin dan Demokrasi Pancasila,
maka masyarakat Indonesia perlu mengkaji ulang pengalaman-pengalaman tersebut untuk
dapat menumbuhkembangkan demorasi yang sesungguhnya.

Adapun pilar-pilar demokrasi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan yang mewujudkan good governance
3. Kekuasaan mayoritas
4. Terjaminnya hak-hak minoritas jaminan terhadap HAM
5. Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil
6. Persamaan hak di depan hukum
7. Peradialn yang bebas dan tidak memihak
8. Pembatasan kekuasaan pemerintah secara konstitusional melalui pengawasan
yang akuntabel
9. Kemajemukan spsial, ekonomi, dan politik
10. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat
11. Terwujudnya masyarakat adab

Anda mungkin juga menyukai