1. Landasan Hukum
Pasal 27 ayat 3, setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.
Pasal 30 ayat 1, tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dala usaha
pertahanan keamanan negara.
Pendidikan Kewiraan berdasarkan SK Bersama Menteri Pertahanan dan Keamaan,
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1973.
UU No. 20 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok Penyelenggara Pertahanan
Keamanan Negara.
UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
2. Landasan Konseptual
1.Pada tahun 2030, dengan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa, Product
Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai US$ 5,1 triliun atau bila hitung
dengan formulasi pendapatan perkapita mencapai US$ 18.000 per tahun (Rp
13.500.000 per bulan). Dengan pencapaian tersebut Indonesia
diperkirakan berada pada posisi kelima ekonomis terbesar setelah
China, India, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
2. Terciptanya pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan;
3. Terwujudnya kualitas hidup modern dan merata;
4. Mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar
“Fortune 500 Companies”.
Pendidikan adalah proses perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
kearah yang dikehendaki. Tujuan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan pribadi
anggota masyarakat madani yang bercirikan demokratis, kepastian hukum,
egalitor, penghargaan tinggi terhadap human dignity, kemajuan budaya dan
bangsa dalam suatu kesatuan, dan religious. Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Visi
Misi
5. Mampu membentuk peserta didik menjadi good and responsible citizen (warga
Negara yang baik dan bertanggung jawab) melalui penanaman moral dan
keterampilan social (social skills), sehingga kelak mereka mampu memahami
dan memecahkan persoalan-persoalan actual yang dihadapi oleh bangsa dan
Negara Indonesia, seperti bangga kepada bangsa Indonesia, memiliki wawasan
kebangsaan yang memadai, bersikap toleransi, menghargai perbedaan
pendapat, bersikap empati, menghargai pluralitas, kesadaran huku dan kritik
social, menjunjung tinggi HAM, mengembangkan demokratisasi dalam
berbagai kehipan social dan menghargai kearifan lingkungan.
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan menghayati nilai-
nilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara
Indonesia.
4. Bersifat professional yang dijiwai oleh kesadaran bela Negara.
5. Aktif memanfaatkan iptek serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa,
dan Negara.
Buku pendidikan Kadeham terdiri atas tiga materi pokok (core materials),
yaitu kebangsaan, demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM). Ketiga materi inti
tersebut kemudian dijabarkan menjadi beberapa materi yang menjadi bahan kajian
dalam pembelajaran pendidikan Kadeham yaitu:
1. Kebangsaan.
2. Demokrasi.
3. Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Geopolitik dan geostrategic (wawasan nusantara dan ketahanan nasional).
5. Negara hukum.
6. Kewarganegaraan, Hak dan Kewajiban Warga Negara Serta Bela Negara.
A. LATAR BELAKANG
Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia sebagai landasan ideologis bagi
keberadaan sebuah komunitas politik mengalami pasang surut di sepanjang sejarah
Indonesia. Menarik perhatian bahwa tuntutan separatism dan disintegrasi bangsa sebagai
manifestasi dari rapuhnya kebangsaan Indonesia datang dari daerah terutama luar Jawa
seperti Aceh, Papua, Ambon dan lain sebagainya. Realitasnya bukan semangat
kebangsaan yang terwujud secara praktis, tetapi justru pemusatan kekuasaan oleh satu
kelompok, monopoli, korupsi, kolusi, nepotisme, feodalisme birokrasi, tindakan represi
dan primordialisme, yang pada gilirannya membawa semangat kebangsaan dan solidaritas
bangsa menjadi rapuh dan terkoyak.
B. HAKIKAT NASIONALISME
1. Pengertian Nasionalisme
Secara obyektif nasionalisme mengandung unsur-unsur bahasa, ras, etnik, agama,
peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan. Unsur-unsur pokok tersebut amat kuat
membentuk nasionalisme dan membantu mempercepat proses evolusi nasionalisme ke
arah pembentukan negara nasional.
Dalam perspektif ilmu politik maupun ilmu social, terdapat beberapa konsep
yang berkaitan dengan nasionalisme, yaitu:
a. National sebagai masalah kebangsaan yang menyeluruh seperti terkandung antara lain
dalam istilah kepentingan nasional, keamanan nasional dan pertahanan nasional
b. Nationalism sebagai semangat kebangsaan yang dilandasi oleh rasa sebangsa dan setanah
air serta senasib sepenanggungan
c. Nationality sebagai pengalaman dalam segala bidang
d. Nationhood sebagai kualitas kesadaran setiap warganegara terhadap semua masalah
national, nationalism dan nationality seperti tersebut di atas.
2. Perkembangan Konsep Nasionalisme
Nasionalisme bangsa tumbuh dan berkembang sebagai jawaban atas kondisi
struktur social yang ada. Nasionalisme bangsa Indonesia lahir dibawah tekanan
penjajahan. Oleh karena itu, nasionalisme Indonesia bersifat anti penjajahan, anti
kolonialisme dan imperialism.
Sesuai dengan Visi Indonesia 2030, nampaknya bangsa Indonesia perlu
mengembangakan nasionalisme baru, yang lebih cocok dengan tuntutan perubahan
global. Meskipun belum dapat dikonstruksikan secara teoritis, namun nasionalisme baru
yang perlu diformulasikan sekurang-kurangnya bercirikan:
(a) Cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih menekankan kembali pada pola pikir
yang mendahulukan penciptaan kesejahteraan dan keadilan masyarakat
(b) Budaya individualism, hedonism, konsumerisme, harus diganti dengan cita-cita
kemasyarakatan, kebersamaan, toleransi dan integrasi social
(c) Orientasi yang cenderung elitis dan kekuasaan diganti orientasi massa dan pemberdayaan
social
(d) Cara melihat ideology sebagai tertutup, sempit dan sacral diubah menjadi ideology
terbuka dan rasional
(e) Kesadaran untuk mengembangkan rasa percaya diri, keberanian, patriotism dan tanggung
jawab untuk menjaga martabat bangsa.
C. HAKIKAT BANGSA
1. Memahami Konsep Bangsa
Konsep bangsa memiliki pengertian yang sangat luas beragam. Secara umum
pengertian bangsa adalah sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena
mempunyai kesatuan politik yang sama. Istilah bangsa ata Nation berasal dari bahasa
Perancis dan natie berasal dari baha Belanda, sedangkan bahasa Jerman disebut volk.
DEMOKRASI
A. LATAR BELAKANG
Demokrasi masih menjadi sebuah agenda penting sistem politik di seluruh dunia.
Manusia dari berbagai bangsa atau negara, dengan berbagai latar belakang agama,
peradaban, dan sejarah, umumnya mengakui demokrasi sebagai sesuatu yang harus
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Demokrasi digunakan banyak orang
terutama dalam bidang politik. Oleh karena itu, pemahaman akan konsep demokrasi
secara komprehensif, ilmiah dan obyektif menjadi sangat signifikan. Pemahaman tersebut
mencakup mengenai konsep-konsep dasar demokrasi, bentuk demokrasi, dan
implementasi demokrasi di Indonesia.
B. HAKIKAT DEMOKRASI
Ditinjau dari asal-usul katanya, istilah demokrasi berasal dari kata Yunani
“demos” yang berarti rakyat, dan “kratia” berarti kewenangan untuk mengatur (rule).
“Demokrasi” dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal
sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Secara sederhana
demokrasi dapat didefinisikan sebagai kekuasaan/kewenangan untuk mengatur
masyarakat/rakyat (rule of the people). Konsep demokrasi sebagai “kedaulatan rakyat”
bertumpu pada prinsip bahwa rakyat secara keseluruhan dipandang sebagai pemegang
kedaulatan politik. Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal
dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern.
2. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
Dalam demokrasi yang besifat global, terdapat delapan prinsip yang harus
dijadikan pedoman, yaitu:
1. Partisipasi
2. Inklusivitas
3. Perwakilan (representation)
4. Transparansi
5. Akuntabilitas
6. Responsiveness
7. Kompetisi/otoritas
8. Solidaritas
Dengan memberikan penekanan pada status individu dan masyarakat atau rakyat
secafa keseluruhan, maka sistem demokrasi dapat dikategorikan, sebagai berikut :
Empat ciri yang dikemukakan ini semuanya berbeda dengan ciri demokrasi
liberal. Menurut Robert A. Dahl (1985), sebagai ajaran universal, demokrasi paling tidak
ditunjukkan oleh lima nilai utama.
1. Adanya hak yang sama dan tidak diperdebatkan antara rakyat yang satu dengan
rakyat yang lainnya.
2. Partisipasi efektif yang menunjukkan adanya proses dan kesempatan yang sama
bagi rakyat untuk mengekspresikan prefesinya dalam pengambilan keputusan.
3. Adanya “pengertian yang sama dan sebangun” yang menunjukkan bahwa rakyat
mengerti dan paham terhadap keputusan-keputusan yang diambil negara, tidak
terkecuali sistem birokrasi.
4. Adanya kontrol akhnir yang ditentukan oleh rakyat, yang menunjukkan bahwa
rakyat memiliki kesempatan istimewa untuk membuat keputusan, membatasi
materi, atau memperluas materi yang akan diputuskan dan dilakuakn melalu
proses-proses politik, yang dapat diterima dan memuaskan berbagai pihak.
5. Inclusiveness yakni suat pertanda yang menunjukkan bahwa yang berdaulat
adalah seluruh rakyat.
Pemilihan Umum adalah suatu proses dimna apara pemilih memilih orang-orang
untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Para pemilih dalma Pemilu juga disebut
konstituen, dan kepada merekalah para kandidat Pemilu menawarkan visi program-
programnya pada masa kampanye.
1. Kedaulatan rakyat
2. Pemerintahan yang mewujudkan good governance
3. Kekuasaan mayoritas
4. Terjaminnya hak-hak minoritas jaminan terhadap HAM
5. Pemilihan umum yang bebas, jujur, dan adil
6. Persamaan hak di depan hukum
7. Peradialn yang bebas dan tidak memihak
8. Pembatasan kekuasaan pemerintah secara konstitusional melalui pengawasan
yang akuntabel
9. Kemajemukan spsial, ekonomi, dan politik
10. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama dan mufakat
11. Terwujudnya masyarakat adab