Anda di halaman 1dari 28

BAB I

MEMAHAMI PENDIDIKAN KEBANGSAAN, DEMOKRASI, DAN HAK ASASI


MANUSIA (KADEHAM)

A. LANDASAN PENDIDIKAN KADEHAM


Sebuah bangsa selalu dipahami sebagai sebuah solidaritas yang mendalam dan
komprehensif. Solidaritas dan persaudaraan sebuah bangsa dapat berupa kesamaan etnis,
kepercayaan, agama, sejarah, kepentingan, dan hubungan darah.
Bila diteliti secara teoritik sedikitnya ada faktor yang mempengaruhi dan
membentuk ikatan kebangsaan,yaitu: (1) sejarah, (2) ideologi, (3) budaya etnik, (4)
agama, (5) ekonomi,(6) politik-birokrasi, (7) hokum, dan (8) militer. Faktor satu sampai
empat merupakan faktor kultural dan faktor keempat sampai delapan merupakan faktor
rasional-instrumen-struktural.
Kedelapan faktor diatas secara tumpang tindih telah mengikat keaneka ragaman
suku bangsa Indonesia, terutama yang berkaitan dengan faktor sejarah dan
pengalamaannya dijajah Hindia Belanda. Inilah yang disebut ikatan kebangsaan yang
mempersatukan komunitas manusia Indonesia yang memiliki: (1) identitas bersama, (2)
keyakinan, (3) komitmen dan sejarah bersama,(4) budaya publik bersama, (5) sistem
perekonomian bersama,(6) hak dan kewajiban yang sama bagi anggotanya,dan (7)
menguasai tanah air yang sama yaitu Indonesia. Adanya ikatan kebangsaan ini
menumbuhkan semangat nasionalisme yaitu loyalitas dan kecintaan pada suatu bangsa.
Pencapaian cita-cita nasional harus didukung oleh kemampuan manusia
Indonesia yang professional dan berkualitas moral kebangsaan yang mewujudkan sikap
dan perilaku cinta tanah air dan yakin akan perjuangan menuju cita-cita nasional. Sikap
perilaku warga Negara yang cinta tanah air dan sadar hak dan kewajiban, salah satunya
diupayakan dalam pendidikan kebangsaan, demokrasi, dan hak asasi manusia

1
(Kadeham) yang merupakan bagian integral dalam membangun manusia Indonesia visi
2030.
Untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang santun diperlukan pendidikan
kadeham agar peserta didik sebagai warganegara tidak sekedar mampu membaca dan
berhitung. Peserta didik sebagai warganegara perlu memahami fungsi pemerintahan
yang demokratis sesuai dengan konstitusi (UUD 1945) dan memahami konsep
operasional secara bebas. Hal ini karena kekuatan suatu bangsa terletak pada
kemampuan warganegara untuk mengambil keputusan secara rasional. Kadar
pemahaman warganegara atas fungsi pemerintahan menentukan derajat rasionalitas
keputusan yang diambil.
Secara substansial materi pendidikan Kadeham mencakup semua materi
pendidikan kewarganegaraan, karena pada hakikatnya materi dalam pendidikan
kadeham tetap berpedoman pada ketentuan kurikulum yang berlaku sehingga
penyelenggaraan pendidikan kadeham tidak bertentangan dengan pendidikan
kewarganegaraan.
Meskipun dalam kebijakan pemerintah pendidikan pancasila dimasukkan dalam
pendidikan kewarganegaraan, karena mengacu pada UU No.20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional,tetapi hingga sekarang penerapaannya masih mengundang
perdebatan, dan untuk sementara setiap perguruan tinggi diperkenankan menerapkannya
secara berbeda-beda, sehingga khusus pokok bahasan filsafat pancasila dipisahkan dan
tidak dibahas dalam mata kuliah pendidikan kadeham.

1. Landasan Hukum
Pendidikan kadeham bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Apresiasi ini diwujudkan dalam
bentuk bela Negara, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 hasil amandemen,
yaitu pasal 27 Ayat 3, Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara. Ditegaskan kembali pada pasal 30 ayat 1, bahwa Tiap-

2
tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan keamanan
Negara.

2. Landasan Konseptual
Fokus utama pendidikan kadeham terletak pada pemahaman dan upaya untuk
hidup dalam konteks perbedaan, baik secara perseorangan maupun kelompok, tanpa
harus terperangkap oleh nilai primordialisme budaya lokal yang sempit.
Pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai bersama diharapkan mampu
membuahkan sikap dan upaya sinergi kolaboratif dalam mengatasi berbagai
persoalan bersama. Singkat kata pendidikan Kadeham tidak sekedar untuk
mengantar peserta didik untuk memahami keragaman budaya, tetapi sekaligus
mengantarkan mereka untuk menghayati nilai-nilai bersama.

B. PENDIDIKAN KADEHAM DAN VISI INDONESIA 2030


Setiap bangsa memerlukan sebuah pernyataan visi yang jelas dengan perpaduan
antara fakta dan kemampuan yang ada dengan imajinasi di masa yang akan datang guna
mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk bekerja dan berusaha lebih keras lagi dari
saat ini. Hal ini sangatlah penting dalam membangun consensus politik dalam satu
strategi pengembangan nasional, yang meliputi, interdependensi, peranan dan tanggung
jawab dari berbagai institusi terkait dengan perekonomian, seperti pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, korporasi di sektor privat, sektor usaha kecil dan menengah,
organisasi masyarakat, dan lain sebagainya. Sebuah visi juga harus dapat
mengidentifikasi potensi kerugian dan kegagalan rencana serta solusi yang paling
memungkinkan dalam rangka memobilisasikan usaha disertai dengan fokus utama.
Guna mengatasi masalah ekonomi Indonesia, pada tanggal 22 Maret 2007.
Pemerintah Indonesia dibawah pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan sebuah visi bangsa yang disebut dengan Visi Indonesia 2030 atau Visi
2030 yang diprakasai oleh Yayasan Indonesia Forum (YIF). Visi ini telah menetapkan
dan menargetkan pencapaian utamanya, yaitu:

3
1. Pendapatan per kapita mencapai US$18.000 per tahun
2. Terciptanya pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan
3. Terwujudnya kualitas hidup modern dan merata
4. Mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar “Fortune
500 Companies”

C. HAKIKAT, VISI, DAN MISI PENDIDIKAN KADEHAM

1. Hakikat Pendidikan Kadeham


Pendidikan adalah proses perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
kea rah yang dikehendaki. Konsep pendidikan di perguruan tinggi internasional
cenderung bersifat manusiawi, realistic, egaliter, demokratis, dan religious.
Pendekatan pendidikan, seperti yang dicetuskan dalam deklarasi UNESCO (1998)
bahwa pendidikan diwujudkan dalam pilar learning to know, learning to do, learning
to be, learning to life together. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu mewujudkan pribadi anggota madani yang bercirikan demokratis, kepastian
hokum, egaliter, penghargaan tinggi terhadap human dignity, kemajuan budaya dan
bangsa dalam suatu kesatuan,dan religious.

2. Visi, Misi, Tujuan Pendidikan Kadeham


 Pertama, visi pendidikan Kadeham di Universitas Trisakti menjadi sumber nilai
dan pedoman penyelenggaraan program studi.
 Kedua, misi pendidikan kadeham di Univrsitas Trisakti membantu peserta didik
selaku warga Negara agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan
bangsa Indonesia.
 Ketiga, kompetensi pendidikan kadeham bertujuan untuk menguasai
kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis.
Visi

4
Menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan dan pengembangan
program studi dalam mengantarkan peserta didik memantapkan kepribadiannya
sbagai manusia Indonesia visi 2030.

Misi
Membantu peserta didik memantapkan kepribadiannya agar secara
konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan, dan
cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan rasa tanggung
jawab.

D. TUJUAN PENDIDIKAN KADEHAM


Secara umum tujuan pendidikan kadeham adalah agar peserta didik memiliki
motivasi bahwa pendidikan Kadeham yang diberikan kepada mereka berkaitan erat
dengan peranan dan kedudukan invidu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan
sebagai warganegara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia untuk
mewujudkannya.
Sedangkan secara khusus Pendidikan Kadeham bertujuan sebagai berikut:
Pertama, membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, memberdayakan warga masyarakat
yang baik dan mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa. Ketiga, menghasilkan
peserta didik yang berpiit komprehensif, analitis, kritis, serta bangga terhadap bangsa
dan Negara.Keempat, mengembangkan budaya dan perilaku demokrasi. Kelima,
mampu membentuk peserta didik menjai good and responsible citizen

E. KOMPETENSI PENDIDIKAN KADEHAM

5
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, Pendidikan Kadeham memiliki
pengaruh yang signifikan dalam mewujudkan dan menumbuh kembangkan generasi
muda untuk cinta tanah air, bersikap dan berperilaku demokratis, menjunjung tinggi
HAM, memahami hak dan kewajibannya sebagai warga Negara yang baik. Kesemuanya
itu bukan barang jadi yang dapat hadir dan berwujud melalui pewarisan, tetapi harus
dipelajari dan dipraktekan.

F. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KADEHAM


Sebagaimana diketahui bahwa ancaman yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
dalam meujudkan Visi Indonesia 2030. Sebenarnya lebih mengarah pada tantangan non
fisik dan gejolak sosial. Kondisi menuntut bentuk bela negara dalam berbagai aspek
kehidupan yang tidak lepas dari pengaruh lingkungan strategis dari luar maupun dalam
serta langsung maupun tidak langsung. Untuk itulah bangsa Indonesia harus menyusun
rumusan bela Negara yang dikaitkan dengan lingkungan strategi yaitu pemahaman
tentang wilayah Negara yang berada dalam kesatuan dan persatuan, pemahaman tentang
ketahan nasional dalam mempertahankan keutuhan bangsa dan Negara Indonesia.
Konsep keteteapan MPR nomor: IV/MPR/1973 tentang garis besar haluan Negara,yaitu
wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

BAB II

6
KEBANGSAAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu permasalahan poko k yang belum terpecahkan di dalam proses


“menjadi” Negara bangsa Indonesia setelah berusia lebih dari setengah abad adalah
terbntuknya sebuah sistem politik demokratis yang berlandaskan pada nilai persatuan
dan kesatuan, kebangsaan, dan integrasi sosial yang mampu beradaptasi dengan proses
perubahan global. Mengingat dasar utama Negara Indonesia adalah kebangsaan, maka
nasionalism harusndipelihara agar tetap relevan menghadapi tantangan jaman. Oleh
karena itu, merosotnya nasionalisme pada dasarnya akan membahayakan kelangsungan
hidup bangsa dan Negara Indonsia.
Lebih lanjut gagalnya usaha menanamkan rasa kebangsaan dalam tumbuhnya
kecemburuan , ketidakpuasan, konflik sosial, disintegrasi bangsa,separatism, dan lain
sebagainya. Gejala sosial itu lebih merupakan manifestasi atau akibat dari terpuruknya
rasa kebangsaan dan bukanlah penyebab ataupun pendorong terjadinya keretakan
solidaritas bangsa atau kesatuan dan persatuan bangsa.

B. HAKIKAT NASIONALISME
1. Pengertian Nasionalisme
Dalam beberapa literature ilmu-ilmu sosial, istilah nasionalisme berasal dari
bahasa latin, yaitu nation yang berarti bangsa dan nasci yang berarti dilahirkan.
Nasionalisme berarti bangsa yang bersatu karena faktor kelahiran yang sama.
Pengertian nasionalisme mengalami perkembangan beragam, yang secara
keseluruhan dapat diklasifikasikan menjadi tiga pengertian. Pertama, nasionalisme
adalah sebuah ideology sekaligus merupakan satu bentuk dari perilaku. Kedua,
nasionalisme adalah sebuah cita-cita yang member batas antara kita yang sebangsa
dengan mereka dari bangsa lain, antara Negara kita dengan Negara lain. Ketiga,
nasionalisme adalah ibarat satu koin yang mempunyai dua sisi, yaitu sisi pertama

7
adalah politik, dan sisi lainnya adalah etnisistas atau rasa kesukubangsaan. Tidak
ada nasionalisme tanpa elemen politik,sedangkan substansinya tidak bisa lain
kecuali sentiment etnik.

2. Perkembangan Konsep Nasionalisme


Nasionalisme bangsa tumbuh dan berkembang sebagai jawaban atas kondisi
struktur sosial yang ada. Nasionalisme bangsa Indonesia lahir dibawah tekanan
penjajahan. Oleh karena itu, nasionalisme Indonesia bersifat anti penjajahan, anti
kolonialisme dan imperialism. Nasionalisme Indonesia lahir untuk menghilangkan
diskriminasi yang diciptakan oleh penjajah dengan berbagai peraturan untuk
memberikan kesempatan dan keuntungan yang berbeda menurut rasa suka dan
tingkat sosial dalam masyarakat. Nasionalisme Indonesia lahir untuk mmerangi
kemiskinan dan kebodohan sebagai akibat penjajahan. Karena lahir untuk
menentang dan mengusir penajajah maka nasionalisme Indonesia bersifat intgratif.

3. Nasionalisme Dalam Masyarakat Modern


Realitas memperlihatkan bahwa globalisasi membawa dampak bagi
perubahan-perubahan yang sangat kompleks, baik perubahan yang bersifat eksternal
dan internal. Sesungguhnya bukan hanya globalisasi yang membawa dampak
perubahan, tetapi juga hal-hal lain seperti pembangunan, modernisasi, keterbukaan
antar ras suku bangsa, kontak antar suku bangsa, revolusi teknologi informasi dan
komunikasi.

C.HAKIKAT BANGSA
1.Memahami Konsep Bangsa

8
Konsep bangsa memiliki pengertian yang sangat luas dan beragam. Secara
umum pengertian bangsa adalah sekumpulan manusia yang merupakan suatu
kesatuan karena mempunyai kesatuan politik yang sama. Istilah bangsa atau Nation
berasal dari bahasa Perancis dan Natie berasal dari bahasa Belanda, sedangkan
dalam bahasa Jerman disebut Volk. Disini setelah bangsa diartikan sebagai
sekumpulan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena mempunyai
kebudayaan, seperti bahasa, adat istiadat, agama dan sebagainya. Karena bangsa
diartikan demikian,maka bangsa Indonesia dipersamakan dengan bangsa-bangsa
Eropa, bangsa-bangsa Asia Tenggara dan sebagainya. Dalam pengertian modern,
bangsa sesungguhnya adalah sebuah konstruksi yang dihasilkan oleh sebuah visi
yang diperjuangkan, bukan nasib yag ditentukan takdir.

2. Perkembangan Konsep Bangsa


Gerakan anti kolonial abad XX yang merambah ke Asia, Amerika Latin, dan
Afrika, menyebabkan perkataan bangsa memiliki arti dan konsep yang sangat
ambigu. Kata bangsa yang diterjemahkan dari nation, yang berarti sekelompok
orang yang lahir di suatu tempat yang sama.
Para penulis dan ahli teori bidang politik, ternyata sangat sedikit
memberikan penjelasan mengenai arti dan konsep bangsa, bagaimana bangsa itu
berkembang dan menemukan dirinya. Walaupun tidak dapat dipungkiri pula bahwa
masalah bangsa sering menjadi perdebatan, terutama dalam hubungannya dengan
kajian Negara. Tetapi orang lebih dapat memahami penjelasan, daripada definisi
dari kata bangsa itu.

3. Proses Terbentuknya Bangsa


Suatu Negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya keras
membentuk suatu bangsa baru dengan identitas cultural yang baru pula. Hal itu

9
dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan. Proses
terbentuknya suatu Negara terpusat modern yang penduduknya meliputi satu
nasionalitas merupakan suatu proses pembentukan bangsa-negara. Bangsa dalam
bangsa-negara mencakup jumlah kelompok masyarakat yang lebih luas daripada
bangsa dalam suku bangsa. Kesamaan identitas cultural dalam suku bangsa lebih
sempit cakupannya daripada identitas cultural dalam bangsa-negara.

D. BANGSA INDONESIA DAN IDENTITAS NASIONAL


1. Apakah Bangsa Indonesia Itu?
Bangsa Indonesia tumbuh atau terbentuk karena kehendak suku bangsa-suku
bangsa dan orang-orang bangsa lain yang ada di Indonesia untuk bersama-sama
mencapai masa depan yang lebih baik yang didasarkan pada pengalaman-
pengalaman sebelumnya.

2. Apakah Identitas Bangsa Itu?


Identitas suatu bangsa berkaitan erat dengan pengertian suatu bangsa.
Dibandingkan dengan konsep etnisitas, konsep bangsa merupakan konsep yang
relatif baru. Apabila etnisitas mempunya pengertian yang relatif stabil, sebaliknya
konsep bangsa merupakan pengertian yang cukup kompleks di dalam kehidupan
modern. Ilmu politik telah memiliki analisa yang panjang lebar mengenai apakah
nasionalisme dan apakah bangsa itu.

3. Nilai Identitas Bangsa


Nilai apakah yang dapat menjadi dasar bagi suatu identitas bangsa? Apakah
nilai-nilai etnis dan bahasa merupakan nilai-nilai yang paling penting? Ataukah
kepada nilai-nilai yang dapat mengikat kita secara khusus sebagai suatu identitas
bersama seperti misalnya kebangsaan atau nasionalisme? Pertanyaan yang berkaitan
dengan keanggotaan komunitas Negara tampaknya harus dihadapi oleh hamper

10
seluruh masyarakat. Kalau tidak dapat diselesaikan secara memuaskan akan
menimbulkan kekerasan dan kekacauan.

4. Faktor-Faktor Pembentukan Identitas Nasional


Sebagaimana dijelaskan diatas pembentukan Negara berkaitan dengan identitas
bangsa, faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama suatu masyarakat
meliputi:
 Primordialisme
 Keagamaan (sakralitas Agama)
 Pemimipin bangsa
 Sejarah bangsa
 Bhineka Tunggal Ika
 Perkembangan ekonomi

BAB III
DEMOKRASI

A. LATAR BELAKANG

11
Hampir semua Negara menyatakan dirinya demokratis. Setiap orang tak
terkecuali senantiasa menyatakan dirinya demokratis. Semua pihak yang
menyelenggarakan pemerintahan juga menyatakan pihaknya sangat demokratis. Semua
rezim pemerintahan menyebut demokrasi, padahal dalam praktiknya seringkali
menangkap lawan politiknya tanpa proses hokum. Istilah demokrasi nampaknya
merupakan pernyataan emosional bagi setiap orang, pemimpin nasional dan local,elit
partai, lembaga swadaya masyarakat, organisasi massa dan lain sebagainya sesuai
dengan hasrat dan seleranya.
Selanjutnya timbul pernyataan kira-kira apa criteria dan ukuran yang bisa
dipergunakan untuk menilai demokrasi yang berlaku secara obyetif dan tidak
berdasarkan pada selera politik tertentu. Demokrasi masih menjadi sebuah agenda
penting sistem politik di seluruh dunia. Manusia dari berbagai bangsa atau Negara,
dengan berbagai latar belakang agama, peradaban, dan sejarah, umumnya mengakui
demokrasi sebagai sesuatu yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Demokrasi diagungkan banyak orang terutama dalam bidang politik.
Sistem politik yang tidak sesuai dengan demokrasi dianggap sistem politik kuno,
tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan mustahil bisa membawa kemajuan.
Demokrasi telah dianggap sebagai sebuah norma global dunia di era globalisasi, dan
hamper tidak mungkin menolak demokrasi di zaman sekarang. Oleh karena itu
pemahaman akan konsep demokrasi secara komprehnsif, ilmiah dan obyektif menjadi
sangat signifikan. Pemahaman tersebut mencakup mengenai konsep-konsep dasar
demokrasi, bentuk demokrasi, dan implementasi demokrasi di Indonesia. Diharapkan
melalui pembahasan dan analisi kritis dan reflektif,akan diperoleh gambaran yang utuh
mengenai konsep demokrasi dan dinamikanya di Indonesia, yang pada gilirannya dapat
digunakan untuk mmberikan penilaian dan pemiiran yang kritis mengenai bagaimana
seharusnya sistem demokrasi diterapkan di Indonesia di masa mendatang.

B. HAKIKAT DEMOKRASI
1. Pengertian Konseptual

12
Ditinjau dari asal-usul katanya, istilah demokrasi berasal dari kata Yunani
“demos” yang berarti rakyat dan “kratia” berarti kewewenangan untuk mengatur.
Kata “demokrasi” dapat diartikan sebagai pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indicator
perkembangan politik suatu Negara.

2. Prinsip-Prinsip Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
Negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas Negara untuk dijalankan
oleh pmerintah Negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias
politica yang membagi tiga kekuasaan politik Negara (eksekutif, legislatif, dan
yudikatif) untuk diwujudkan dalan tiga jenis lembaga Negara yang saling lepas
(independen) dan berada dalam peringkat sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga Negara ini diperlukan agar ketiga lembaga
Negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks
and balances.
Dalam demoktasi yang bersifat global. Terdapat delapan prinsip yang harus
dijadikan pedoman,yaitu:
- Partisipasi, salah satu esesnsi demokrasi adalah keterlibatan publik dalam
menjalankan dan menentukan proses politik
- Inklusivitas, demokrasi selalu memandang dan menempatkan invidu setara
secara politik. Politik akan memperlakukan setiap invidu warga Negara tanpa
mempertimbangkan perbedaan latar belakang ras, etnis, kelas, gender,
agama, bahasa maupun indentitas lainnya.
- Perwakilan, jalur yang paling rasional adalah menyediakan perangkat
perwakilan jika mempertimbangkan keterbatasan waktu dan ruang untuk
partisipasi langsung secara absolute dalam setiap proses politik dan
kekuasaan

13
- Transparansi, masyarakat adalah basis otorisasi institusi-institusi politik.
Lembaga politik mendapat legitimasi masyarakat. Konsekuensinya jelas.
Demokrasi memprasyaratkan sejumlah perangkat yang memungkinkan
public mengawal instisusi politik.
- Akuntabilitas, akuntabilitas hanya akan munkin bila instutusi Negara
transparan. Pertanggung jawaban adalah harga mutlak penyelenggara
pemerintahan.
- Responsiveness, demokrasi memungkinkan kelompok-kelompok masyarakat
mendapatkan akses langsung kepada lembaga-lembaga politik public.
Institusi ini harus siap menangkap dan mengolah tuntutan warga Negara.
- Otorisasi, demokrasi juga merupakan sebuah sistem politik yang mebuka
ruang bagi pertarungan parpol dalam proses pemilihan umum.
- Solidaritas, rezim demokrasi harus bisa bersandar pada dukungan dan niat
baik komunitas demokrasi baik personal, public, dan komunitas
internasional.

3. Teori dan Bentuk Demokrasi


Secara teoritis, keberadaan demokrasi tidak dapat dipisahkan dengan pilihan
invidu. Ini karena demokrasi merupakan bentuk hasil pilihan invidu, kelompok, dan
masyarakat atau rakyat secara keseluruhan. Dalam konteks teori demokrasi, pilihan
invidu dapat dipandang sebagai landasan dalam berdemokrasi, pilihan individu dapat
dipandang sebagai landasan dalam berdemokrasi, dan masyarakat atau rakyat secara
keseluruhan dipandang sebagai titik tolak implementasi sistem demokrasi. Dengan
memberikan penekanan pada status individu dan masyarakat atau rakyat secara
keseluruhan, maka sistem demokrasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Demorasi Langsung dan Demokrasi Perwakilan
b. Demokrasi Konsosiasional
c. Demokrasi Kompetitif
d. Demokrasi Konsensus

14
e. Demokrasi Sentralisasi
f. Demokrasi Desentralisasi

C. PERKEMBANGAN PRAKTIK DEMOKRASI


Dalam perkembangannya dewasa ini, sistem demokrasi tidak bisa kita
identifikasi sebagai sebuah sistem politik belaka. Demokrasi tidak hanya dapat
diidentifikasi ddengan kebebasan berpolitik. Di masa depan demokrasi harus dapat
masuk ke dalam semua bidang, misalanya ekonomi, sosial, budaya. Walaupun barat
berusaha memaksakan warna demokrasi pada bangsa-bangsa lain, tampaknya demokrasi
liberal tidak bisa diterima utuh oleh setiap bangsa. Seperti yang dikemukakan Presiden
RI, Soeharto “Demokrasi bisa diperjuangkan tanpa perlu mengikuti bentuk yang
diperagakan di barat dan lebih mencerminkan nilai-nilai setempat. Yang terpenting
adalah bahwa setiap anggta masyarakat bebas berpartisipasi dan keterlibatan bebas
dalam proses pengambilan kebijakan yang menyangkut dirinya. Karena itu landasan
umumnya tetap keharusan mempraktekan pemilikan umum yang bebas dan adil untuk
menyeleksi pemimpin-pemimpin politik”.

D. INDIKATOR PELAKSANAAN SISTEM DEMOKRASI


Dalam tataran politik, demokrasi dapat diukur dengan menggunakan dua
dimensi, yaitu (1) seberapa tinggi tingkat konstelasi kompetisi atau oposisi yang
dimungkinkan dan (2) seberapa banyak warga Negara memperoleh kesempatan
berpartisipasi dalam kompetisi politik itu. Bertolak dari gagasan ini, demokrasi
didefinisikan sebagai suatu sistem pemerintahan yang mempengaruhi tiga syarat pokok.
Pertama, kompetisi yang sungguh-sungguh dan meluas diantara invidu-invidu dan
kelompok-kelompok organisasi untuk mendapatkan jabatan pemerintahan. Kedua,
partisipasi politik yang melibatkan sebanyak mungkin warga Negara dalam pemilihan
pemimpin atau kebijakan, paling tidak melakukan pemilu secara regular dan adil.
Ketiga, setiap warga Negara dewasa memiliki kebebasan berbicara,kebebasan pers,
kebebasan untuk membentuk dan bergabung ke dalam organisasi yang cukup menjamin

15
integritas kompetisi dan partisipasi politik. Yang merupakan sistem yang demokrasi atau
tidak yakni sebagai berikut:
1. Akuntabilitas dalam demokrasi
2. Rotasi kekuasaan
3. Rekruitmen politik secara terbuka
4. Pemilihan umum
5. Menjunjung tinggi hak asasi manusia

E. PENYELENGGARAAN PEMILU SEBAGAI PRAKTEK DEMOKRASI


Pemilihan umum adalah suatu proses dimana para pemilih memilih orang-orang
untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang diisi beraneka-
ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai
kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, pemilu dapat juga berarti proses mengisi
jabatan seperti ketua kelas atau ketua senat.
Para pemilih dalam pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah
kandidat pemilu menawarkan visi programnya pada masa kampanye. Kampanye
dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang pemilu
ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah
ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih. Dalam
ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum.
1. Single member constituenty (satu daerah memilih satu wakil)
2. Multi member constituenty (satu daerah memilih beberapa wakil)
1. Sistem distrik
Dalam sistem distrik satu wilayah kecil memilih satu wakil tunggal atas
dasar pluralitas. Dalam sistem proporsional, satu wilayah besar memilih
beberapa wakil yang jumlahnya ditentuan atas dasar suatu perimbangan,
misalnya satu wakil untuk 400.000 penduduk.

16
2. Sistem proporsional
Sistem ini dimaksudkan untuk menghilangkan beberapa kelemahan dari
sistem distrik. Gagasan pokoknya, bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu
golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah yang diperoleh dalam
masyarakat

F. PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA


Secara garis besar demokrasi di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Implementasi Awal Demokrasi di Indonesia (1949-1959)
Eksperimentasi demokrasi yang menonjol sejak Republik Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945 adalah sistem
demokrasi liberal atau sistem parlementer. Sistem ini sebenarnya tidak
ditemukan dalam UUD 1945. Dalam UUD 1945 hanya mengenal sistem
presidensial.

2. Implementasi Demokrasi Terpimpin (1959-1965)


Masa Demokrasi Terpimpin mencakup tahun 1959-1965, yaitu sejak
dikeluarkannya dekrit presidn 5 Juli 1959, dan dimulainya cabinet pimpinan
Ir.Juanda pada 9 April 1957. Era ini disebut sebagai Demokrasi Terpimpin, dan
dipandang sebagai upaya untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik
melalui pembentukan kepemimpinan nasional yang kuat.

3. Implementasi Demokrasi Pancasila Era Orde Baru (1966-1998)


Konfigurasi kehidupan demokrasi pada masa Orde Baru sebenarnya bersifat
paradoks dan ambigu. Dalam tataran konseptual tampaknya pemerintah presiden
Soeharto menyelenggarakan pemerintahan yang demokratis. Akan tetapi bila
dilihat secara empiris, prakteknya sistem pemerintahan orde baru bersifat
totaliter yang bertentangan dengan nilai universal demokrasi.

17
4. Implementasi Demokrasi Era Reformasi (1998-sekarang)
Mengamati perjalanan kehidupan demokrasi Indonesia harus utuh, karena semua
berproses dalam rentetan yang berkesinambungan, bukan berdiri-sendiri tanpa
kaitan. Kompleks dan rumit, terdiri atas jalinan-jalinan yang kemudian
membentuk sistem yang sangat dipengaruhi oleh aktor-aktor utama, baik itu
partai-partai politick, presiden, militer, dan budaya yang kemudian ikut pula
membentuk politik Indonesia.

BAB IV
HAK ASASI MANUSIA

18
A. LATAR BELAKANG
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan landasan bagi kebebasan, keadilan, dan
kedamaian. HAM menyangkut semua aspek yang dibutuhkan manusia untuk tetap
menjadi manusia, baik dari segi kehidupan sipil, politik, ekonomi, sosial, maupun
budaya. Oleh karena itu secara konseptual, HAM mengandung ciri-ciri, sebagai berikut:
1) HAM tidak perlu diberikan ataupun diwarisi. HAM adalah sesuatu yang dimiliki
karena sifat kemanusiaan kita, sehingga dengan sendirinya kita mempunya hak asasi.
Dengan demikian HAM adalah bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi
manusia.
2) HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnisistas, pandangan politik, atau status sosial dan ekonomi, serta asal bangsa. Kita
semua lahir dengan hak dan martabat yang sama. HAM bersifat universal karena
semua orang diseluruh dunia memiliki hak asasi yang sama.
3) HAM tidak dapat dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun Negara
seringkali menetapkan keputusan hokum yang tidak melindinginya atau bahkan
melanggarnya.
Keberadaan HAM dalam perkembangan dan implementasinya dapat dikaji dari
berbagai perspektif. Dari segi etika atau moral misalnya,HAM mempertajam
pemahaman kita tentang martabat manusia, sehingga keberadaan Deklarasi Universal
HAM dapat dipandang sebagai batu pijakan bagi kerangka implementasi HAM.
Deklarasi ini adalah sebuah pernyataan tentang tatanan nilai atau norma-norma etika
yang seharusnya dijunjung tinggi oleh umat manusia.

B. PENGERTIAN DAN DEFINISI HAK ASASI MANUSIA

19
Istilah Hak Asasi Manusia pada hakikatnya memiliki pengertian yang hamper
sama, meskipun masing-masing Negara menggunakan bahasa yang berbeda-beda.
Misalnya HAM dalam bahasa inggris diknal dengan human right atau fundalmental
right, sedangkan bahasa Perancis disebut des droits de l’homme. Definisi Hak Asasi
Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Mahaesa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hokum, pemerintahan, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia
adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kodratnya. Hak asasi
manusia meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik dan hak-
hak dasar lain yang melekat pada diri manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh
orang lain. Dengan demikian hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara
kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu,
HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan atau
dirampas oleh siapapun.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA


Sebelum terbentuknya Universal Declaration of Human Rights, secara historis
sebenarnya terdapat beberapa ketentuan yang mengatur mengenai Hak Asasi Manusia.
Adapun ketentuan-ketentuan yang dimaksud antara lain adalah

 Magna Charta, Inggris (1215)


Magna Charta ini dikeluarkan pada tahun 1215 di Inggris, dan sering disebut
sebagai cikal bakal Hak Asasi Manusia. Walaupun sebenarnya kurang tepat. Magna
Charta sesungguhnya hanya berisi “kompromi” antara Raja John dengan para
bangsawan tentang pembagian kekuasaan, khususnya untuk mengurangi kekuasaan
raja. Yang diperjuangkan adalah kepentingan para bangsawan, sekalipun di
dalamnya menyangkut beberapa hak dan kebebasan rakyat.

20
 Bill of Rights, Inggris (1689)
Bill of Rights lahir sebagai akibat dari “Glorious Revolution” pada tahun 1688
yang merupakan hasil perjuangan parlemen pemerintahan raja-raja dari dinasti Stuart
dan menundukan monarki dibawah kekuasaan parlemen Inggris. Inti dari apa yang
terdapat dalam Bill of Rights ini adalah sebuah undang-undang yang menyatakan
hak-hak dan kebebasan warganegara dan menentukan pergantian raja.

 Declaration of Independence, USA (1776)


Deklarasi kemerdekaan merupakan alasan masyarakat Amerika untuk
melepaskan diri dari kekuasaan Inggris yang terjadi pada tahun 1776. Perumus
deklarasi ini adalah Thomas Jefferson, seorang yang kemudian menjadi presiden
Amerika Serikat, yang antara lain berbunyi “Kami menganggap kebenaran-
kebenaran ini sudah jelas dengan sendirinya bahwa manusia diciptakan sama bahwa
penciptanya telah menganugerahi mereka hak-hak tertentu yang tidak dapat dicabut,
bahwa di antara hak-hak ini adalah hak untuk hidup, bebas, dan mengejar
kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-hak ini, orang mendirikan pemerintahan
yang memperoleh kekuasaannya yang benar berdasarkan persetujuan yang
diperintahnya. Bahwa kapan saja suatu bentuk pemerintahan merusak tujuan-tujuan
ini, rakyat berhak untuk mengubah atau menyingkirkannya”.

 Bill of Rights, USA (1791)


Bill of Rights merupakan the First formal “enumeration and definition of the
rights and freedoms of inviduals within the state”. Dalam perkembangannya, Bill of
Rights ini diamandemen, khususnya pasal 1,4, dan 5 yaitu (a) melindungi kebebasan
beragama, kebebasan pers, kebebasan menyatakan pendapat,hak berserikat;(b)
melindungi invidu terhadap penggeledahan dan penangkapan yang tidak beralasan;
(c) Hak atas proses hokum yang benar.

D.HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

21
Dalam perspektif islam, HAM diletakkan sebagai hurumat. Dengan pengertian
ini, pada hakikatnya manusia didudukkan sebagai mahluk yang dimuliakan Tuhan, dan
kemuliaan manusia itu tampak pula pada anasir penciptaannya yang sempurna. Manusia
dalam kemuliaannya ditandai dengan kewajiban untuk mengabdi kepada Tuhan dan
berhubungan baik dengan sesamanya serta memelihara kewajiban dan tanggung jawab
secara vertical dan horizontal. Dengan demikian manusia dalam islam bukanlah pemilik
hak asasi melainkan yang dititipi hak asasi untuk ditegakan bersama-sama manusia
lainnya.

E. PENGATURAN DAN KATEGORISASI HAK ASASI MANUSIA


Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa HAM telah diatur melalui
mekanisme hokum intenasional. Adapun mekanisme tersebut antara lain meliputi
instrument hokum HAM internasional berupa perjanjian internasional yang dihasilkan
PBB, termasuk pula didalamnya sarana kelembagaan untuk mengawasi pelaksanaan
HAM, antara lain, seperti komisi HAM PBB, komisi tinggu HAM PBB, maupun
komisi-komisi khusus yang diciptakan dalam rangka pengawasan terhadap pelaksanaan
suatu perjanjian HAM internasional tertentu. Dewasa ini yang dianggap sebagai
instrument HAM internasional yang utama adalah deklarasi universal HAM, serta dua
perjanjian internasional yang terdiri atas: Kovenan internasional tentang hak-hak sipil
dan politik beserta protocol tambahannya, serta kovenan internasional tentang hak-hak
ekonomi, sosial, budaya.

Indonesia sudah meratifikasi delapan instrument yang berkaitan dengan HAM


yaitu:
1. Konvensi hak perempuan
2. Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi wanita
3. Konvensi tentang hak anak
4. Konvensi Anti-Apartheid dalam olahraga)

22
5. Konvensi menentang penyiksaan yang kejam, tidak mausiawi, dan
merendahkan martabat manusia
6. Konvnsi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial
7. Konvensi Internasional hak ekonomi, sosial, dan budaya
8. Konvensi Internasional hal sipil dan politik

Adapun tahap-tahap perkembangan HAM yang dikenal pada saat ini dapat
dikategorikan menjadi tiga generasi (Davidson, 1992):
1. HAM generasi I yang diwakili oleh hak-hak sipil dan politik
2. HAM generasi II yang diwakili oleh hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya
3. HAM generasi III yang diwakili oleh hak-hak solidaritas

Hak tersebut bersifat invidual dan kolektif.


Hak-hak Sipil dan Politik (Generasi I)
Hak-hak bidang sipil mencakup, antara lain:
1. Hak untuk menentukan nasib sendiri
2. Hak untuk hidup
3. Hak untuk tidak dihukum mati
4. Hak untuk tidak disiksa
5. Hak untuk tidak ditahan sewenang-wenang
6. Hak atas peradilan yang adil

Hak-hak bidang politik, antara lain:

1. Hak untuk menyampaikan pendapat


2. Hak untuk berkumpul dan berserikat
3. Hak untuk mendapat persamaan perlakuan di depan hokum
4. Hak untuk memilih dan dipilih

23
Hak-hak sosial, ekonomi, dan budaya (Generasi II)
Hak-hak bidang sosial dan ekonomi, antara lain:
1. Hak untuk bekerja
2. Hak untuk mendapat upah yang sama
3. Hak untuk tidak dipaksa bekerja
4. Hak untuk cuti
5. Hak atas makanan
6. Hak atas perumahan
7. Hak atas kesehatan
8. Hak atas pendidikan
9. Hak atas bidang budaya

Hak pembangunan (Generasi III)


Hak-hak bidang pembangunan, antara lain:
1. Hak untuk memperoleh lingkungan hidup yang sehat
2. Hak untuk memperoleh perumahan yang layak
3. Hak untuuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai

F. SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


1. Pemikiran Para Pendiri Negara Tentang HAM
Sebagai Negara hukum atau Negara yang berdasarkan atas hukum, maka
segala sesuatu yang berkaitan dengan berbangsa dan bernegara harus dilandasi
dengan aspek hukum atau yurudis. Secara singkat perbedaan pendapat tentang perlu
tidaknya dimasukkan HAM dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a.Yang tidak menyetujui HAM dimasukkan dalam UUD 1945 antara lain:
1. Soekarno
Soekarno mnentang dimasukannya HAM dalam UUD 1945 karena HAM
berdasarkan individualism yang harus dikikis habis.
2. Soepomo

24
Menurut Soepomo HAM bersifat Individualistis sehingga bertentangan
dengan faham Negara kekeluargaan

b.Yang menyetujui HAM dimasukan dalam UUD 1945 antara lain:


1. Mohammad Hatta
Menurutnya HAM perlu dimasukkan dalam UUD 1945 untuk menghindari
penyalahgunaan kekuasaan Negara terhadap warga Negara
2. Mohammad Yamin
Menurutnya HAM perlu dimuat dalam UUD 1945 sebagai perlindungan
kemerdekaan terhadap warga Negara

G. HAM DALAM UUD 1945 DAN PERUBAHANNYA


Dibandingkan dengan UUDS 1950, ketentuan HAM di dalam UUD 1945 relatif
sedikit, hanya 7 pasal saja masing-masing pasal 27,28,29,30,31, 31 dan 34, sedangkan
di dalam UUDS 1950 didapati cukup lengkap pasal-pasal HAM, yaitu sejumlah 35
pasal, yakni dari pasal 2 sampai pasal 42. Jumlah pasal di dalam UUDS 1950 hampir
sama dengan yang tercantum di dalam Universal Declaration of Human Rights.
Meskipun di dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM,
namun kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnys sejumlah undang-undang
Hak yang tercantum dalam undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia antara lain:
1. Hak untuk hidup, setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
meningkatkan taraf kehidupannya.
2. Hak untuk mengembangkan diri, setiap orang berhak untuk memperjuangkan
hak pengembangan dirinya baik pribadi maupun kolektif
3. Hak memperoleh keadilan, setiap orang tanpa diskriminasi berhak memperoleh
keadilan
4. Hak atas kebebasan pribadi, setiap orang bebas untuk memilih keyakinan politik,
mengeluarkan pendapat, memeluk agama, tidak boleh diperbudak

25
5. Hak atas rasa aman, setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, kelurga,
kehormatan, martabat, hak milik
6. Hak atas kesejahteraan, setiap orang berhak mempunyai milik baik diri sendiri
maupun berasama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya
7. Hak turut serta dalam pemerintahan, setiap warga Negara berhak turut serta
dalam pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil
8. Hak wanita, seorang wanita berha untuk memilih, dipilih, diangkat dalam
jabatan, profesi dan pendidikan
9. Hak anak, setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, dan Negara serta memperoleh pendidikan

H. PELANGGARAN HAM
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dalam rangka menegakkan HAM dan menjamin perlindungan bagi semua orang
maka diperlukan upaya-upaya investigasi atau pencarian fakta manaka terjadi
pelanggaran HAM. Pencarian fakta atau investigasi biasa didefinisikan sebagai proses
identifikasi sebuah pelanggaran HAM dan penyusunan fakta yang relevan dengan
pelanggaran yang terjadi. Tujuan dari investigasi atau pencarian fakta adalah:
a. Membantu menyembuhkan dan merehabilitasi korban
b. Pendampingan hukum
c. Mendorong perubahan kebijakan yang menghormati dan melindungi HAM
d. Memantau kepatuhan pemerintah atas persetujuan internasional di bidang HAM
e. Sarana pendidikan public
f. Bahan pelurusan sejarah

26
Untuk menjamin sistem dokumentasi yang baik maka dibutuhkan unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Perlunya sarana perekaman data
b. Cakupan informasi yang perlu didokumentasikan
c. Kosakata terkendali
d. Metoda perekaman
e. Desain format
Pertama, kasus pelanggarannya
Kedua, siapa yang menjadi korbannya
Ketiga, siapa pelakunya
Keempat, data pelengkap, antara lain:
-Narasumber
-Intervensi
-Informasi hukum
-Kematian dan peembunuhan
-Penyiksaan
-Perusakan

Sistematika pelaporan yang ditujukan kepada badan-badan internasional adalah


sebagai berikut:
a. Kondisi Wilayah dan Masyarakat
b. Struktur Politik secara Umum
c. Kerangka Hukum keseluruhan hak-hak yang harus dilindungi
d. Upaya-upaya yang telah dilakukan dan kendala pemenuhnya

I. PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

27
Berdasarkan Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi
manusia, maka yang merupakan lingkup kewenangan pengadilan HAM menurut UU No
26 tahun 2000 adalah sebagai berikut:
1.Pengadilan HAM bertugas dan berwewenang memeriksa dan memutus perkara
HAM berat
2.Pengadilan HAM berwewenang juga memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaranan HAM yang berat yang dilakukan di luar batas territorial Negara
Republik Indonesia oleh warga Negara Indonesia
3.Pengadilan HAM tidak berwewenang memeriksa dan memutus perkara
pelangganran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan seseorang dibawah
18 tahun saat kejahatan dilakukan

28

Anda mungkin juga menyukai