Anda di halaman 1dari 5

TEKNIK LOBI DAN NEGOSIASI

ISU SOLARIA TIDAK HALAL

Diajukan guna menyelesaikan Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Metode Penelitian
Komunikasi II

Disusun Oleh :

Tri Jaya Nur Fiarto (41182037150058)

Dosen : Liza Karina S.Si., MM,.

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS KOMUNIKASI SASTRA DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI
Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi 17113
Telp.Fax : (021) 8808853
www.unismabekasi.ac.id

2017
TEKNIK LOBI DAN NEGOSIASI

ISU KRISIS SOLARIA PENGGUNAAN MINYAK BABI DAN ANGCIU DAN TIDAK
ADANYA SERTIFIKASI HALAL
Kronologis Masalah

Solaria adalah restoran lokal asli Indonesia yang berdiri sejak tahun 1995, merupakan restoran
keluarga dengan konsep casual dining yang menyajikan menu-menu makanan khas yang
disajikan secara fresh food (dimasak setelah makanan dipesan). Pada tahun 2013 terdapat isu
yang menimpa kepada PT. Sinar Solaria, bahwa Solaria di beberapa sajian makanannya
mengandung minyak babi.

Isu penggunaan minyak babi dalam bumbu masak restoran solaria membuat heboh
publik. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya berita yang tersebar luas di media.
Klarifikasi mengenai kasus minyak babi di Solaria dilakukan oleh pihak pengelola PT. Solaria
yakni Dedy Nugrahadi, Manager Operasional PT. Solaria. Dedy Nugrahadi menjelaskan
bahwa kasus ini bermula ketika ada salah satu produk franchise penyedia minyak menawarkan
ke Solaria untuk bergabung, tapi Solaria menolak karena Solaria sudah memakai minyak yang
berlabel halal, selain itu juga Solaria tidak mencari mitra.
PT. Sinar Solaria yang membawahi restoran Solaria, saat itu juga dilanda krisis
dikarenakan Solaria belum memiliki sertifikasi halal dari MUI. Seperti yang diberitakan oleh
media Tempo, Rabu, 28 Agustus 2013.
Lalu bagaimana cara Restoran Solaria dalam menangani isu tersebut? Terdapat beberapa cara
yang dilakukan dalam menanganinya:
1. Lobi Tradisional
Jenis lobby ini biasanya memanfaatkan orang-orang terkenal, figure public, atau
mantan pejabat untuk mendekati kelompok-kelompok kepentingan agar tujuan
organisasi/lembaga bisnis dapat tercapai.
Dalam kasus ini dimana Solaria ditimpa isu penggunaan minyak babi serta tidak
mempunyai sertifikat halal, maka pihak solaria demi memastikan kehalalannya, pada
Agustus 2013, yang disusul dengan pengajuan tingkat provinsi. manajemen Solaria
langsung mendaftarkan diri ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) guna mendapatkan
sertifikasi halal. Namun karena ketika isu Solaria tidak halal berkembang di sosial
media, akhirnya pengajuan dimajukan ke tingkat nasional (MUI Pusat). Selanjutnya
sebanyak 200 gerak Solaria di Seluruh Indonesia diinvestigasi oleh tim MUI Pusat.
(Prosesnya sendiri memakan waktu sampai 4 bulan (September hingga Desember
2013). Selain dari MUI, Restoran Solaria juga mendapat sertifikasi halal dari Pengurus
Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), melalui Badan Halal Nahdlatul Ulama (BHNU).
Setelah keluarnya sertifikat halal dari NU, kini Solaria mengantongi dua sertifikat halal.
Tak hanya itu saja, Dedy selaku manajer operasional PT. Sinar Solaria yang
membawahi Restoran Solaria juga mengaku seluruh karyawannya muslim dan telah
berkonsultasi dengan pihak MUI. Lalu juga Ketua FPI Kota Depok Habib Idrus Al
Gadri angkat bicara kepada semua pihak untuk tidak terpancing dengan isu yang belum
tentu jelas kebenarannya. Solaria juga mengadakan konferensi pers yang dilakukan
bersama MUI untuk mengklarifikasi isu tersebut, serta memperlihatkan sertifikat
sertifikat kehalalannya. Hal-hal tersebut merupakan langkah yang tepat bagi Solaria
dalam memanfaatkan figure figure public penting (stakeholder), dan memilih
stakeholder-stakeholder mana yang dapat menyelesaikan kasus tersebut. Karena
dimana kepercayaan (trust) masyarakat diharapkan akan dibangun kembali melalui dari
peran peran stakeholder-stakeholder tersebut.
2. Lobi Akar Rumput
Selain memanfaatkan para pemangku kepentingan seperti MUI, PBNU. Sejumlah
langkah recovery krisis yang agresif pun digelar Solaria, sejak diterpa Isu negatif
tersebut. Solaria terus mengedukasi konsumen melalui beragam channel komunikasi.
Solaria juga menciptakan word or mouth, mengadakan media gathering, dan menyebar
press release, hingga turun langsung menyapa konsumen di tiap gerai. Langkah langkah
tersebut diambil untuk membalikkan keadaan. Pemanfaatan channel sosial media untuk
mengkomunikasi sertifikasi halal Solaria juga dipertimbangkan, namun Solaria harus
focus untuk tetap meyakinkan loyal customer on the spot (yang berada di outlet) agar
mereka percaya pada kehalalan produk makanan yang disajikan oleh Solaria.

Teknik Melobi
1. Pendekatan Manipulasi Power
Yaitu cara mempengaruhi orang dengan menghadirkan simbol kekuatan tertentu.
Dalam hal ini Solaria menghadirkan lembaga lembaga yang ada seperti Majelis Ulama
Indonesia (MUI), PBNU, dan Ketua FPI Depok. Bertujuan agar persepsi masyarakat
setelah apa yang dilakukan oleh para pemegang kekuasan tersebut dapat mempengaruhi
masyarakat.
2. Pendekatan Cognitive Problem
Dimana pendekatan ini menitikberatkan pada terbentuknya keyakinan. Semakin
mampu meyakinkan, semakin menemukan sasaran.
Dalam hal ini, Manajer Operasional Solaria Dedy Nugrahadi berusaha
meyakinkan masyarakat atau konsumen dengan membantah di setiap wawancara yang
dilakukan kepadanya bahwa Solaria tidak menggunakan bahan bahan yang
mengandung minyak babi maupun angciu. Pendekatan ini dilakukan agar masyarakat
bisa menerima dan yakin akan tanggapan yang diberikan oleh manajer operasional
tersebut.
3. Menganalisa Iklim/Situasi
Solaria sudah menganalisis informasi yang sudah didapatnya ketika sedang
mengidentifikasi dan membuat keputusan atau tahapan tahapan ke depannya dalam
menyusun rencana terkait isu yang menimpa perusahaannya.

Isu yang dialami oleh Solaria mengenai tidak memiliki sertifikasi halal terjadi
pada tanggal 1 Agustus yang ramai dibicarakan di media, lalu pada tanggal 2 Agustus
PT. Sinar Solaria sedang mengumpulkan sertifikat-sertifikat sebagai syarat mengurus
ke MUI. Kesimpulannya adalah pihak Solaria dengan sigap membuat tahap-tahap ke
depan dalam membuat keputusan-keputusan apa saja yang akan dilaksanakan.

4. Menjaga Fleksibilitas
Dalam menangani krisis atau isu apapun, kita harus cepat tanggap pada perubahan
rencana dan strategi, dikhawatirkan rencana atau strategi yang dilakukan akan tidak
sesuai dengan apa yang kita perkirakan. Sehingga fleksibilitas menjadi karakter yang
harus dimiliki dan disesuaikan dengan pengembangan kasus terkini.

Anda mungkin juga menyukai