Oleh Kelompok 3
Kelas 3F
UNIVERSITAS MATARAM
AGUSTUS 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Anak dengan Prilaku Insecure 2".
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Dasar-dasar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (UNRAM).
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada kita semua
khususnya bagi kami. Kami sadar makalah ini memiliki banyak kekurangan sehingga mohon
untuk pembaca memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik.
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER...............................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan Permasalahan.................................................................................................3
......................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................4
A. Kesimpulan.................................................................................................................9
B. Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai calon guru, kita mungkin setidaknya akan menjumpai satu atau beberapa anak
didik yang mempunyai karakter seperti cemas terhadap sesuatu sehingga membuat anak
tersebut memiliki sikap insecure. Setiap anak pasti memiliki salah satu sikap seperti cemas,
malu, atau perasaan takut.
Sebagai calon guru, kita harus bisa menanamkan pendidikan yang bisa menghilangkan atau
mengurangi sikap insecure pada anak, tentu saja bisa dilakukan dengan beberapa cara, sepeti
mengasuh dan mendidik anak dalam cara-cara yang dapat meningkatkan kepercayaan diri,
kemampuan beradaptasi, dan optimisme anak. Untuk itu, orang tua, guru, serta pihak-pihak
yang terkait dengan anak harus bekerja sama dan membantu anak untuk mengatasi perasaan-
perasaannya tersebut guna menghilangkan atau mengurangi sikap insecure pada anak
khususnya pada pembahasan makalah ini mengenai sikap insecure pada anak (gangguan
kecemasan).
Dalam makalah ini, kita akan membahas mengenai sikap insecure pada anak khusus pada
pembahasan gangguan kecemasan pada anak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Permasalahan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
sehari-hari yang mungkin menurut orang lain atau orang dewasa tidak begitu
memperdulikannya. Anak yang memiliki kecemasan tinggi cenderung kurang populer, kurang
kreatif dan kurang fleksibel jika dibandingkan dengan anak yang memiliki kecemasan rendah.
Mereka lebih mudah bersugesti, ragu dan terlalu hati-hati serta kaku (Schaefer & Millman,
1981). Mereka cenderung dikelilingi oleh perasaan tegang, khawatir, kesepian, dan merasa
kecil hati (Telford & Sawrey, 1981). Suran dan Rizzo (1979) menyebutkan bahwa anak
dengan reaksi kecemasan cenderung menjadi mudah marah, tegang, reaktif dan waspada
secara berlebihan terhadap ancaman dari lingkungan.
Sebagai calon guru, hal yang dapat dilakukan dalam menghadapi anak yang mengalami
kecemasan berlebihan menurut Schaefer dan Millman (1981) antara lain:
1. Anak yang sangat cemas membutuhkan rasa tentram, tenang dan kehangatan dari orang
lain. Dalam menangani ini kita harus tetap tenang jika anak berteriak, menangis, berjalan
bolak-balik/mondar-mandir dan atau panik. Kita sebagai pendidik tidak boleh mengkritik
bahkan menyalahkan anak. Suasana yang aman sangat diperlukan agar anak merasa bahwa
ia aman dan dapat/mampu menghadapi apapun yang dihadapinya. Kalimat-kalimat seperti
“kamu tidak perlu khawatir, ibumu sebentar lagi akan datang” akan membuat anak tersebut
lebih tenang dan merasa aman. Menunjukkan sikap peduli setidaknya dapat membantu
anak merasa lebih tenang dari sebelumnya.
2. Menggunakan bermacam cara/strategi untuk mengatasi kecemasan
3. Mengajak anak untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti melihat buku,
mendengarkan lagu, atau menggambar. Melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat
melawan ketegangan yang ada.
4. Mendorong anak untuk mengekspresikan perasaannya
5. Guru dapat meminta anak untuk menceritakan hal-hal yang mengganggunya atau membuat
ia merasa cemas. Bermain juga dapat dilakukan agar mengurangi kecemasan anak.
6. Meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah
7. Mengetahui apa yang menyebabkan anak tersebut merasa cemas juga dapat menolong anak
dalam mengatasi kecemasannya. Sehingga jika kita sudah mengetahui kecemasan anak
tersebut kita dapat memberitahu/membantunya mengatasi kecemasan yang ia alami.
5
Seorang pendidik harus menjadi sumber yang membantu anak memecahkan masalahnya.
Kita juga dapat mengajak anak untuk memikirkan cara-cara yang dapat memecahkan
masalah.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk mengantisipasi kecemasan berlebihan pada
anak antara lain :
1. Latihan berpisah dengan cara lebih sering meninggalkan anak dengan nenek atau pengasuh
namun dengan syarat harus tetap menepati janji kapan kita akan menemuinya kembali.
Ciptakan salam perpisahan, melambaikan tangan, toss atau cium pipi dan lain-lain yang
merupakan simbol perpisahan.
2. Kenali sekolah dengan cara mengajak anak melihat kelas sebelum mulai sekolah agar anak
merasa familiar dengan tempat/lingkungan barunya.
3. Jangan besar-besarkan dengan terlalu sering bertanya “kamu senang kan sebentar lagi
sekolah?” karena pertanyaan tersebut akan membuat anak gugup. Tidak menjanjikan
sesuatu yang tidak bisa dikontrol seperti “kamu akan punya banyak teman” karena jika hal
tersebut tidak sesuai dengan kenyataan maka sekolah malah akan jadi hal yang
menakutkan baginya.
4. Ajak anak belanja keperluan sekolah karena akan menciptakan suasana gembira dan
menciptakan perasaan positif tentang sekolah.
5. Menemukan wajah yang sudah dikenal dengan mengajak anak bertemu guru atau teman
barunya sebelum masuk sekolah dimulai setidaknya 1 atau 2 orang dapat membantu anak
merasa aman berada di sekolah.
6. Berpikir positif karena anak bisa merasakan suasana hati seorang orangtua/menularkan
pikiran positif kepada anak.
7. Ice breaker atau mengajak anak membuat gambar untuk diberikan kepada guru di hari
pertama ia sekolah.
8. Tradisi hari pertama yaitu berfoto bersama atau sarapan spesial dapat menjadikan hari
pertama sekolah anak jadi lebih menyenangkan.
9. Berbagai pengalaman atau menceritakan pengalaman waktu kecil kepada anak bahwa anda
juga merasa gugup saat hari pertama masuk sekolah namun lama kelamaan akan
menyenangkan.
6
10. Jangan “kabur” atau jangan berbohong anda mau ke toilet pada saat meninggalkan anak
di kelas. Pastikan ia tahu bahwa anda pulang dan akan menjemputnya kembali.
7
tidur, sulit berkonsentrasi, khawatir berlebihan terhadap hal-hal kecil, dada berdebar,
keringat dingin, mudah lelah, dan otot terasa tegang/kaku.
5. Gangguan obsesif-kompulsif atau obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah gangguan
kecemasan yang menyebabkan penderitanya harus melakukan suatu tindakan secara
berulang-ulang. Misalnya harus mencuci tangan sebanyak 3 kali dan jika tidak dilakukan
maka penderita OCD akan merasa tangannya kotor dan dapat membahayakan dirinya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebagai calon pendidik kita harus mengetahui perilaku peserta didik dan harus tanggap
dalam hal mengatasi masalah tingkah laku anak didik.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, Zaenal. 2013. Anak dengan perilaku insecure 1 dan insecure 2 (modul 3 dan modul
4). http://areagodagado/2013/04/anak-dengan-perilaku-insecure-1-dan.html?m=1
2. Sukadji, Soetarlinah, dkk. 1988. Kesulitan Belajar. Universitas Indonesia. Fakultas
Psikologi
3. Pranandhita, Giasinta A. 2019. Mengenal 6 jenis gangguan kecemasan.
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-6-jenis-gangguan-kecemasan
4. Maulina, Silvi. 2013. ANAK PENCEMAS. Universitas Mulawarman. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
5. Nesia, Rafika Tasya dan Kurniawati, Farida. 2020. KETERLIBATAN ORANG TUA
DALAM INTERVENSI GANGGUAN KECEMASAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH.
Universitas Indonesia. Fakultas Psikologi.
6. Sopa, Afnizar. 2017. MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
PADA SEKOLAH INKLUSIF DI SDN 54 KOTA BANDA ACEH.Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
10