OLEH :
Dosen Pengampu :
Vitri Widyaningsih, dr., M.S., Phd
A. Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Pada komitmen global melaui
Sustainable Development Goals (SDGs), upaya pemberantasan malaria tertuang
dalam tujuan ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mengupayakan
kesejahteraan bagi semua orang, dengan tujuan spesifik yaitu mengakhiri epidemic
AIDS, tuberkolosis, malaria, penyakit neglected tropical sampai tahun 2030. Dalam
pengendalian malaria, yang ditargetkan penurunan angka kesakitannya dari 2
menjadi 1 per 1.000 penduduk.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui
program pemberantasan malaria. Program pengendalian malaria di Indonesia
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No 293 tahun 2009 tentang
eliminasi malaria. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan
penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografis tertentu, dengan tujuan
mewujudkan masyarakat yang hidup sehat, yang terbebas dari penularan malaria
secara bertahap sampai tahun 2030.
Menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Angka kesakitan malaria
secara nasional selama tahun 2009–2018 cenderung menurun yaitu dari 1,8 per 1.000
penduduk pada tahun 2009 menjadi 0,84 per 1.000 penduduk pada tahun 2018
(Kementerian Kesehatan, 2018).
Dinas Kesehatan Jabar mencatat pada tahun 2013 terdapat 663 kasus malaria,
tahun 2014 sebanyak 501 kasus, 2015 sebanyak 344 kasus, tahun 2016 sebanyak
327) kasus, tahun 2017 sebanyak 330 kasus, dan pada tahun 2018 sebanyak 205
kasus. Terdapat 4 kabupaten yang termasuk daerah endemis dengan API <1
(Endemis malaria kategori rendah) di Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Pangandaran
(Dinkes Jabar, 2017).
Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu daerah endemis malaria.
Penderitanya terkonsentrasi di wilayah pantai mulai dari Kalipucang dibagian timur
yang berbatasan dengan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, sampai ke Legokjawa
dibagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, serta satu wilayah
pegunungan, yaitu Kecamatan Langkaplancar (Hakim et al, 2018). Data kasus
malaria per individu di Pangandaran berdasarkan klasifikasi penularan bersifat
fluktuatif. Pada periode tahun 2015-2019 terdapat beberapa kasus dengan rincian
masing-masing adalah 11 kasus pada tahun 2015, 8 kasus pada tahun 2016, 12 kasus
pada tahun 2017, 16 kasus pada tahun 2018 dan 25 kasus pada tahun 2019. API
untuk Pangandaran tahun 2015 – 2019 adalah 0,03 per 1000 penduduk pada tahun
2015, 0,02 per 1000 penduduk pada tahun 2016, 0,02 per 1000 penduduk pada tahun
2017, 0,03 per 1000 penduduk pada tahun 2018 dan 0.06 per 1000 penduduk pada
tahun 2019. Kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja puskesmas Kalipucang yang
termasuk daerah endemis dengan kasus indigenous (kasus asli setempat). Sedangkan
daerah lainya yang ditemukan kasus impor yaitu wilayah kerja puskesmas
Legokjawa, Sindangwangi, Jadikarya, Padaherang dan Langkaplancar (Dinkes
Pangandaran, 2019).
Melaksanakan Kader kesehatan Balita yang Balita bermasalah gizi Balita gizi buruk
tindakan rujukan Tim MTBS bermasalah gizi dan kurang atau lebih menjadi status
berjenjang pada balita Puskesmas memiliki penyakit dengan penyakit sehat
yang bermasalah gizi penyerta dirujuk ke penyerta dapat
pada pelayanan pelayanan kesehatan terpantau status
kesehatan (Puskesmas, dibantu kader kesehatannya.
RS) kesehatan dan
dipantau oleh
petugas kesehatan
(Bidan, Petugas
Gizi, Dokter
Puskesmas)
Jika membutuhkan
rujukan lanjutan
maka difasiliitasi
sampai RSUD
(pelayanan
Spesialistik)
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Kesimpulan
BugiZa adalah sebuah wadah yang dibentuk untuk mengumpulkan dana dari masyarakat
secara gotong royong untuk membantu balita di masyarakat yang bermasalah gizi. Dalam
penerapannya Inovasi BugiZa melewati beberapa tahapan diantaranya tahap persiapan,
pelaksanaan, serta monitoring, dan evaluasi penerapan inovasi BugiZa. Adanya Inovasi
BugiZa diharapkan gizi sebagai aksi terobosan untuk mengentaskan masalah gizi buruk dan
gizi kurang.
Referensi
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Profil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2018. Profil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta