PERMASALAHAN
Mahasiswa, sebagaimana yang kita kenal selama ini, bukanlah hanya sekedar sosok
yang berpendidikan, belajar di bangku kelas perkuliahan saja, mendapatkan penjelasan dari
dosen, mengerjakan tugas, kemudian selesai. Namun mahasiswa merupakan sosok yang
mempunyai intelektual tinggi dan mampu menganalisis permasalahan-permasalahan sosial,
kemudian melakukan perubahan yang berarti dalam lingkungan sosial masyarakat.
Seorang tokoh revolusioner sejarah Indonesia, yaitu Soekarno, pernah
mengatakan,“Beri aku 10 pemuda, maka akan ku rubah dunia.” Pernyataan tersebut bukanlah
sesuatu yang diucapkan tanpa sebuah dasar. Dalam konteks perkembangannya, yang disebut
sebagai pemuda/pemudi adalah proses dimana seseorang akan mengkonstruk identitas
dirinya, baik dalam kerangka berfikir maupun struktur nilai (moral value) menjadi sebuah aku
(I am). Proses pencarian identitas diri ini lah yang kemudian membuat seorang pemuda terus
mencari bagaimana seharusnya dia menjalani hidup dengan sesuatu yang dianggap benar.
Dalam konteks mahasiswa, mahasiswa merupakan bagian dari pemuda/pemudi.
Pada masa sekarang ini, proses pencarian identitas tersebut menjadi sangat riskan
akibat adanya pengaruh budaya barat yang melahirkan individu yang hedonis, individualis,
acuh dan tidak mempunyai konsep nilai yang jelas. Hal inipun banyak terjadi pada
mahasiswa. Mahasiswa menjadi tidak peduli dengan segala sesuatu, permasalahan sosial yang
terjadi di sekitarnya. Mahasiswa juga menjadi kurang membangun nalar kritisnya. Sebagai
sosok yang berpendidikan dan mempunyai daya intelektual tinggi, pada akhirnya mahasiswa
tetap kesulitan mengaplikasikan ilmunya dan memberikan peran di lingkungan masyarakat
sebagai subyek perubahan.
Melihat problematika sekarang terjebak dalam dunia pragmatis dan keapatisan dalam
bersosial, dan mengalami rasa ketakutan atau kecemasan terhadap organisasi sosial.
Organisasi memang tidak diwajibkan bagi seorang akademisi, namun secara kompetensi
mahasiswa di haruskan mempunyai skill yang baik. Organisasi bukan hal meluangkan waktu
untuk mengisi waktu luang dan bersenang-senang, namun wadah tersebut dalam membentuk
kepribadian seorang mahasiswa menjadi makhluk sosial seutuhnya. Wadah-wadah untuk
berinteraksi sosial dengan dibarengkan dengan visi-misi dan tujuan organisasi yang jelas,
menuntut seorang mahasiswa melatih dirinya sebaik mungkin. Contohnya melatih tanggung
jawab, manajemen waktu, kepemimpinan, jiwa sosial/keempatian, dll.
Hasil survey mahasiswa UAD dari tahun 2012-2015, dari ribuan mahasiswa yang
bergabung dengan organisasi sosial atau komunitas-komunitas hanya kurang dari 10% saja.
Mengapa demikian, banyak faktor-faktor kebanyakan mahasiswa tidak bergabung dalam
dunia berorganisasi. Salah satu ketakutan yaitu takut nilainya turun dan tidak berorientasi
pada belajar atau menyita waktu belajar karena ada ancaman dari keluarga. Maka dari itu
teknik Desensitasi Sistematis mencoba diterapkan untuk mengurangi keapatisan dan
kecemasan terhadap minat berorganisasi pada mahasiswa.