Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Penanganan Anak Usia Dini dengan Perilaku Insecure Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dosen yang telah memberikan
kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas ini sehingga kami mengerti tentang
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas kepada kita semua
khususnya bagi kami. Makalah ini memiliki banyak kekurangan sehingga kami mohon untuk
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik.

Kendari, Maret 2016

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini.........................................................
2.2 Macam-Macam Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini.................................................
2.3 Penyebab Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini...........................................................
2.4 Penanganan Anak Usia Dini Dengan Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini.............
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai guru, kita mungkin sering atau setidaknya pernah menjumpai satu atau
beberapa anak didik yang mempunyai karakter seperti penakut, rendah diri, pemalu. Oleh
para prefesional, prilaku tersebut sering disebut jenis prilaku neurotik namun dalam
makalah ini, kita akan menggunakan istilah yang lebih awam, yaitu inscure (perasaan tidak
aman). Istilah tersebut menggambarkan anak secara nyata memiliki kepercayaan diri yang
kurang, mereka pun sering kali memiliki perasaan takut dan cemas (Schaefer & Millman,
1981). Tentu saja semua anak memiliki perasaan-perasaan tersebut namun derajatnya
berbeda-beda. Jika dialami secara serius, perasaan-perasaan tersebut tentu dapat menghambat
anak dalam berbagai hal. Sebagai contoh anak yang pemalu dan rendah diri mungkin menjadi
tidak berani mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan guru sekalipun ia tahu jawaban
dari pertanyaan tersebut. Jika tidak hati-hati mencermati perilaku anak, bisa saja guru akan
salah mengartikan perilaku anak tersebut dan tentu saja hal itu tidak kita inginkan. Oleh
karena itu, pengenalan dan pendidikan sejak awal dapat membantu kita mengenali anak yang
memiliki prilaku-prilaku inscure.
Prilaku insicure pada anak dapat dicegah dengan mengasuh anak dalam cara-cara yang
dapat meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan peradaptasi, dan optimisme anak. Untuk
itu, orang tua, guru, serta pihak-pihak yang terkait dengan anak harus bekerja sama dan
membantu anak untuk mengatasi perasaan-perasaannya tadi.
Dalam makalah ini, kita akan mempelajari beberapa bentuk prilaku inscure. Karna
cukup banyaknya materi yang akan di bahas maka topik mengenai prilaku inscure ini akan
dipecah ke dalam dua. Makalah ini, kita hanya akan membahas tiga prilaku incure, yaitu
penakut, perasaan rendah diri, dan pemalu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Menjelakan tentang pengertian dan macam- macam insecure pada anak uisa dini
2. Menjelaskan tentang Penyebab perilaku insecure pada Anak Usia Dini
3. Menjelaskan tentang Penanganan Anak Usia Dini dengan perilaku insecure

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dan macam- macam insecure pada anak
usia dini
2. Untuk mengetahui tentang penyebab perilaku insecure pada Anak Usia Dini
3. Untuk mengetahui temtang penanganan Anak Usia Dini dengan perilaku insecure

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Insecure dan Macam-Macam Insecure Pada Anak Usia Dini
A. Pengertian Insecure
Kata insecure berasal dari bahasa inggris yang berarti lacking self confidence (tidak
percaya pada diri sendiri), not safe from danger(tidak aman), unstable (tidak terjamin), and
not firm or dependable (tidak kukuh/teguh). Insecure menggambarkan perasaan seorang
individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah, memiliki perasan takut, dan cemas
serta pemalu. Sementara perilaku insecure pada anak usia dini adalah tanggapan atau reaksi
anak usia dini terhadap suatu objek dalam bentuk perasaan rendah diri, takut, cemas dan
malu.
Menurut Schaefer dan Millman (1981) Insecure adalah perasaan yang
tidak aman. Takut adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan, yang
disebabkan oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya. Serta
rendah diri yaitu anak kurang menghargai dirinya sendiri, biasanya akan melihat
segala sesuatu secara pesimis. Perilaku insecure pada anak usia dini ini
berhubungan dengan masalah perkembangan emosi pada anak usia dini yang
tidak berlangsung optimal..
B. Macam Macam Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini
1. Anak Yang Penakut
Pengertian anak yang penakut
Takut adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh
kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya (Schaefer & Millman, 1981). Rasa takut
dipelajari tetapi ada pula ketakutan yang bersifat instinkual. Anak-anak mengalami teror atau
ketakutan yang tidak beralasan dan sangat kuat merupakan hasil dari keadaan panik.
Secara umum anak - anak takut pada kegelapan, hantu, orang asing, rasa takut di
tinggalkan, takut terhadap suara keras, dan situasi yang tidak di kenal. Secara lebih rinci,
terdapat 3 faktor yang diidentifikasikan sebagai sumber ketakutan pada masa kanak-kanak
menurut (Schaefer,& millman, 1981) yaitu sebagai berikut:
a. Luka fisik seperti racun, operasi, perang, ketakutan untuk di culik.
b. Kejadian - kejadian alam, seperti badai, gempa, gunung meletus, gelap, kematian,
( ketakutan-ketakutan ini menurun sejalan dengan bertambahnya usia )
c. Stres psikis seperti melakukan kesalahan, tertekan, menghadapi ujian, kejadian-
kejadian sosial, sekolah dan kritik.
Sekurang-kurangnya 50% anak memiliki ketakutan umum terhadap anjing, situasi
gelap, petir, dan hantu, ketakutan sangat umum terjadi pada usia 2 6, antara usia 2 - 4 tahun,
ketakutan pada objek binatang, badai, situasi gelap, dan orang asing sangat sering terjadi.
Ketakutan-ketakutan ini berkurang pada usia 5 tahun dan hilang pada usia 9 tahun. Dari usia
4 6 tahun, ketakutan imajiner, seperti ketakutan terhadap hantu menonjol dan sampai
puncaknya pada usia 9 tahun, dan kebanyakan menghilang pada usia 10 tahun. Sebanyak
90% anak usia 6 tahun mengembangkan beberapa ketakutan yang bersifat spesifik namun
ketakutan itu hilang secara alami.
Ketakutan terhadap hal-hal yang bersifat supranatural (seperti hantu, dan lain lain)
masih menjadi perhatian pada 20% anak usia 5 11 tahun. Bahaya-bahaya pisik merupakan
ketakutan yang khas pada anak usia 10 tahun ke atas. Data statistik yang penting berkaitan
dengan sekolah menyebutkan bahwa 20% anak merasa takut terhadap tes dan mengerjakan
tes dengan buruk karena rasa takut tersebut. Dari segi pandang positif kita dapat melihat
bahwa ketakutan meningkatkan pertahanan dengan menjadikan seseorang lebih waspada
terhadap bahaya dan mempersiapka seseorang untuk melindungi diri sendiri. Secara
fisiologis, aliran adrenalin menyiapkan tubuh untuk mengambil tindakan berupa prilaku
menghadapi objek yang ditakuti atau sebaliknya (Schaefer,& millman, 1981)
Mimpi sangat sering mencerminkan ketakutan. Jika anak mendiskusikan mimpi
mereka, kita tentu akan dapat memahami apa yang menakutkan bagi mereka.
Karakteristik anak yang penakut
Menurut suran dan rizzo (1979), ketakutan dapat membuat anak menghindari situasi
kompetitif. Ketakutan juga dapat mengganggu hubungan anak dengan teman sebayanya.

2. Anak Yang Rendah Diri


Pengertian anak yang rendah diri
Dalam pengertian sehari-hari, orang sering menyebut anak yang memiliki perasaan
rendah diri dengan sebutan minder. Perasaan rendah diri sendiri berkaitan dengan konsep
harga diri (self esteem). Rasa rendah diri adalah keadaan emosi yang mengakibatkan
munculnya berbagai perasaan negatif seperti kegelisahan, rasa tidak aman, rasa tidak mampu,
takut gagal dan sebagainya.
Orang yang menderita Inferioroty complex, benar-benar merasa diri inferior, sehingga
muncul perasaan gelisah, tidak aman, tidak ada apa-apanya, takut, tidak percaya diri, tidak
tahu persis apa sebabnya. Orang yang mengalami rasa rendah diri, entah sadar atau tidak
sadar akan tampak dari : Tanda nyata, misalnya : keringat dingin, gemetaran, kata terputus-
putus, tidak berani bertatapan mata, serta tidak berani bicara.Tanda tidak nyata, misalnya :
selalu berpakaian bagus tanpa itu merasa kurang diterima, selalu menyanggah pembic`araan
sebab takut dianggap tidak tahu apa-apa, mencari kesibukan di tengah pertemuan-pertemuan
untuk mendapatkan rasa aman dan dibutuhkan.
Dengan demikian, anak yang rendah diri adalah anak yang memberi penilaian yang
rendah terhadap dirinya, termauk kompetensi-kompetensi yang dimilikinya.
Karakteristik anak yang rendah diri
Anak yang rendah diri tidak optimis terhadap hasil dari usaha mereka. Mereka merasa
tidak mampu, pesimis, dan mudah kecil hati. Segala sesuatu selalu dilihat salah. Anak mudah
menyerah dan sering kali merasa diintimedasi. jelek atau tidak bisa apa-apa merupakan
kata-kata yang sering digunakan untuk menggambarkan diri mereka. Frustasi dan merasa
kurang dapat dikendalikan dan pada gilirannya sering menghasilkan prilaku Balas dendam
terhadap orang lain atau dirinya sendiri. Sangat di sayangkan bahwa prilaku mereka
mengarahkan orang lain untuk memandang mereka secara negatif sebagaimana mereka
memandang diri mereka sendiri. Anak-anak yang merasa gagal sering merasa bahwa reward
(penghargaan) yang mereka terima di sebabkan oleh keberuntungan dan adanya kesempatan,
bukan hasil dari tindakan mereka sendiri padahal reward dapat menjadi sesuatu yang efektif
jika anak percaya bahwa reward tersebut didapat karena karakteristik dan tingkah laku
mereka. Perasaan bahwa reward yang diterima disebabkan oleh karakteristik dan tingkah
lakunya sendiri mengarah pada apa yang disebut sebagai internal locus of control. Anak
yang merasakan adanya hubungan sebab-akibat antara tingkah lakunya dan reward. Perasaan
kontrol internal ini biasanya meningkat dengan bertambahnya usia dan prestasi seseorang.
Anak secara berangsur-angsur lebih mengembangkan rasa percaya diri dan merasa lebih
mandiri dan bebas (Schaefer,& millman, 1981)

3. Anak Yang Pemalu


Pengertian anak yang pemalu
Anak yang pemalu adalah anak yang breaksi secara negatif terhadap stimulus baru serta
menarik diri terhadap stimulus tersebut (Berk, 2000). Menurut Kagan (dalam Berk, 2000),
pada anak yang pemalu, stimulus baru sangat cepat membangkitkan amygdala (struktur otak
dalam atau inner brain structure yang mengontrol reaksi menghindar) dan hubungannya
dengan cerebral cortex dan sistem saraf simpatis, yang membuat tubuh bersiap-siap untuk
bertindak menghadapi ancaman.

Karakteristik anak yang pemalu


Anak yang pemalu sering menghindari orang lain dan biasanya mudah merasa takut,
curiga, hati-hati, dan ragu-ragu untuk melakukan sesuatu. Mereka umumnya menarik diri
dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam situasi sosial, mereka biasanya tidak
mengambil inisiatif, sering diam, berbicara dengan suara pelan, dan menghindari kontak
mata. Orang sering melihat mereka sebagai anak yang mudah bosan dan sering kali dihindari
sehingga makin meningkatkan rasa malu anak. Karena anak yang pemalu jarang membuat
masalah, mereka sering tidak diperhatikan (khususnya di sekolah). Dalam menghadapi situasi
yang sulit, anak yang pemalu akan menarik diri dan akan meninggalkan tempat. Anak usia
prasekolah dan usia sekolah pemalu mempunyai kesulitan besar untuk berpartisipasi dengan
orang lain. Secara umum, periode pemalu yang normal terjadi pada usia 5 atau 6 bulan, dan
berikutnya terjadi lagi pada usia 2 tahun (Schaefer,& millman, 1981)
Beberapa anak yang pemalu tampak kurang ramah dan kurang banyak bicara pada
orang lain. Ada pula anak pemalu yang merasa senang dengan kegiatan soliter, misalnya,
menyenangi permainan atau kegiatan bermain yang dilakukannya sendiri. Anak yang pemalu
sering merasa self-conscius (sadar akan dirinya sendiri), berkomunitas secara buruk, dan
tidak menggambarkan dirinya dengan baik. Mereka merasa tidak nyaman, sering merasa
cemas, menjadi gelisah, dan ingin meninggalkan situasi sosial. Mereka sering merasa berbeda
dan lemah (inferior), mempunyai keyakinan bahwa orang lain berpikir buruk tentang diri
mereka, dan merasa bahwa kontak sosial akan menghasilkan pengalaman yang sangat
negatif. Ketakutan terhadap penilaian negatif ini, sering disertai oleh prilaku sosial yang
buruk, seperti menjadi salah tingkah dan sulit berbicara. Banyak anak pemalu tidak
berpartisipasi di sekolah atau dalam lingkungan tetapi tindakannya di rumah berbeda sekali.
Situasi lebih menjadi lebih serius jika di rumah ternyata pemalu juga (Schaefer,& millman,
1981).
Anak yang pemalu sering mempunyai pengalaman yang kurang dalam keterampilan
sosial. Mereka kurang menunjukka minat terhadap orang lain, tidak melakukan dan
menerima komunikasi, atau tidak menunjukkan simpati dan perhatian terhadap orang lain.
Kondisi itu semua tentu dapat mencegah orang lain untuk melihat kualitas positif yang
dimiliki anak. Mereka membutuhkan waktu yang lama untuk bertemu dengan orang baru atau
menikmati pengalaman baru. Oleh karena itu mereka menerima sedikit pujian dan kurang
dilihat oleh guru atau teman. Salah satu situasi yang sulit dihadapi oleh anak pemalu adalah
situasi pesta (Schaefer,& millman, 1981).

4. Anak Yang Pencemas


Pengertian anak yang pencemas
Pencemas berasal dari kata cemas yang berati tidak tentram hati, khawatir dan gelisah.
Sementara pencemas adalah orang yang mudah cemas sering disamakan dengan takut.
Padahal keduanya berbeda meskipun keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan.
Ketakutan mengacu kepada respons alam terhadap situasi yang berbahaya yang dapat
mengancam kehidupan. Sementara kecemasan lebih bersifat global dan beriorentasi ke masa
depan. Kecemasan merupakan kesukaran, kesedihan dan kegelisahan tentang masalah atau
perasaan sakit yang akan dialami di masa mendatang.
Alloy ( 1999 ). mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan takutyg berpengaruh pada
area fungsional, kecemasan memiliki 3 komponen dasar :
1. Keadaan subyektif, berkaitan dengan ketegangan, ketakutan, dan perasaan tidak
mampu untuk mengatasi.
2. Copying / respon tingkah laku menghindari dari situasi yang menimbulkan ketakutan,
terganggufunsi bicara, motorik,
3. Respon fisiologos. meliputi ketegangan otot, peningkatan detak jantung, tekanan
darah, kecepatan pernapasan, mual, pusing.
Menurut Schaefer and Millman 1981, (suzan & rizzo, 1979; telford & sawrey, 1981 ).
gejala yang kecemasan yang dapat diamati pada anak - anak adalah, sikap gelisah, menangis,
berteriak, melangkah bolak - balik, bermimpi buruk, berkeringat,gemetar, kedutan dll,
Menurut Street & Barlow dalam halgin, & whitbourne 1997 .
ketakutan mengacu pada respon alam terhadap situasi yang berbahaya /mengancam
kehidupan, umumnya di bawa sejak lahir dan mempunyai dasar biologis.
kecemasan bersifat global, dan berorientasi ke masa depan, melibatkan komponen kognitif
dan emosional, misal suatu yang buruk akan terjadi, Schaefer and millman ( 1981 ) Tingkat
kecemasan yang tinggi terjadi pada usia antara dua dan enam tahun, pada usia tiga tahun anak
- anak menunjukan kecemasan terhadap segala hal
yang membahayakan fisiknya,
Karakteristik.
Anak yang cemas mudah dihinggapi perasaan takut dan sering nampak mencari hal -
hal yang yang membuatnya cemas.
shcaefer & millman 1981 berpendapat anak yg memiliki tingkat kecemasan tinngi seringkali
kurang populer, kurang kreatif, dan kurang fleksible, dibanding dgengan anak yang
yang tingkat kecemasannya rendah, mereka lebih mudah bersugesti, ragu - ragu , hati -
hati,dan kaku. Ditambahkan oleh ( telford dan sarey, 1981, mereka cenderung di kelilingi
oleh perasaan tegang, kuatir, kesepian, dan kecil hati. Jika schaefer & millman, 1981
perpendapat konsep diri anak pencemas tergolong buruk, karna ketergantungan pada orang
dewasa lebih besar, dan kurang mengekspresikan kemarahan pada orang lain secara terbuka.
pendapat berbeda di cetuskan oleh suzan dan rizzo, 1979.
mereka berpendapat bahwa anak pencemas cenderung menjadi mudah marah, reaktif,tegang
dan waspada secara berlebihan terhadap ancaman dari lingkungan.
implikasi pada kecemasan anak terhadap kemampuan untuk berfungsi secara efisien adalah
anak yan tipe pencemas memiliki scor yang lebih rendah pada tes prestasi dan intelegensi.

2.3 Penyebab Perilaku Insecure Pada Anak Usia Dini


Anak Yang Penakut
Penyebab yang membuat seorang anak menjadi takut, yaitu:
1. Kebiasaan orangtuanya menaku-nakuti anaknya dengan bayangan kegelapan,
makhluk-makhluk aneh dan objek lainnya yang berhubungan dengan manusia dewasa
yang dianggap menyeramkan.
2. Kebiasaan orangtuanya memanjakan serta mendikte anak secara berlebihan.
3. Orangtua mendidik anak biasa berlindung dibalik dinding-dindimg rumah saat dia
ketakutan, karena peristiwa alam (seperti hujan, suara halilintar).
4. Sering bercerita khayal yang berkaitan dengan hantu.
5. Memiliki pengalaman yang buruk, semisal di cakar kucing, di patok ayam, di gigit
serangga.
Anak yang rendah diri
Penyebab yang membuat anak menjadi rendah diri yaitu:
1. Orangtua mendidik anaknya dengan metode yang keliru dan berdasarkan ancaman,
kekerasan serta pemukulan setiap kali anak usia dini berbuat kesalahan atau bermain
sesuatu yang dapat membahayakannya atau yang tidak di sukai orangtuanya.
2. Orangtua selalu atau terlalu membatasi setiap perilaku anak usia dini dan cara
berpikirnya.
3. Orangtua meremehkan kemampuan dan harga diri anak usia dini serta melemahkan
minatnya.
4. Anak usia dini memiliki bentuk badan yang kecil dan memiliki cacat tubuh.
5. Rendahnya IQ dan keterlambatan dalam belajar.
Anak yang pemalu
Penyebab yang membuat anak menjadi pemalu yaitu:
1. Anak usia dini sering mendapat hinaan dan celaan dari orang lain.
2. Anak uisa dini di juluki dengan julukan yang berstigma negatif, seperti pembohong,
pencuri, anak nakal dan lain-lain.
3. Sikap pilih kasih orangtua atau pendidik PAUD kepada anak usia dini yang dianggap
pandai atau mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik sedangkan anak yang
kurang pandai ataau tidak mampu kemudian diabaikan.
4. AUD memiliki cacat jasmni dan kurang mendapat perhatian dari oranglain.
5. Faktor ekonomi orangtua, seperti kemiskinan juga dapat menjadi penyebab anak usia
dini dilingkupi perasaan malu..
Anak yang pencemas
Penyebab yang membuat anak menjadi pencemas yaitu:
1. Gugup dan detak jantungnya semakin cepat.
2. Berkeringat
3. Tekanan pada otot dan rasa takut pada otot.
4. Kurang kosentrasi.
5. Selera makan dan tidur terganggu

2.4 Penanganan Anak Usia Dini dengan Perilaku Insecure


Penanganan anak yang penakut
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengatasi ketakutan
yang mungkin dialami oleh anak didik anda (Schaefer,& millman, 1981)
a. Bermain
b. Menunjukkan Empati dan Dukungan
c. Mengekspos Situasi yang menakutkan pada anak
d. Menjadi Model
e. Memberi Reward
Penanganan anak yang rendah diri
Ada sejumlah hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi rasa rendah diri anak yaitu:
a. Meningkatkan Pemahaman Diri
b. Mendukung Kompetensi dan Kemandirian Anak
c. Menyediakan Kehangatan dan Penerimaan
d. Fokus pada Hal-hal Positif yang dapat dilakukan Anak
e. Menyediakan Pengalaman yang Konstrukti
f. Meningkatkan Percaya Diri Anak
g. Memberikan Reward (Penghargaan)
Penanganan anak yang pemalu
Hal-hal yang dapat anda lakukan untuk membantu anak didik yang memiliki sifat
pemalu yaitu:
a. Memdukung dan memberi reward terhadap sosialisasi yang dilakukan anak
b. Mendukunga Kepercayaan Diri dan Sikap yang Wajar
c. Menyediakan Suasana yang Hangat dan Penuh Penerimaan
d. Melatih Keterampilan Sosial pada Anak
e. Menyediakan Agen Sosialisasi untuk Anak.
f. Membuat Kegiatan yang Merangsang Anak untuk Berinteraksi
Penangan anak yang pencemas
Ada beberapa metode penanganan untuk anak yang pencemas yaitu :
1. Menerima anak dan menenangkan hatinya.
2. Gunakan bermacam - macam strategi dan cara untuk mengatasi kecemasan.
3. Mendorong anak dalam mengekspresikan perasaannya.
4. Meningkatkan pemahaman dan dan pemecahan masalah.
5. Meminta bantuan pada profesional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Teramat penting untuk pendidik untuk mengetahui prilaku anak didik, pendidik harus
tanggap mengatasi masalah tingkah laku anak didik.

DAFTAR PUSTAKA

Berk, L. E. (2000). Child devalopment. 5th Ed. Boston: Allyn and Bacon.
Schaefer, C.E dan Millman, H.L (1981). How to Help Children with Common Problems.
New York: Van Nostrand Reinhold Company.
Suran, B.G. & Rizzo, J.V. (1979). Special Children: An Integrative Approach. London: Scott,
Foresman and Comapany.
Vasta, R, Miller, S.A. dan Ellis, S. (2004). Child Psychology. 4th Ed. New Jersey: John
Wiley & Sons, In

Anda mungkin juga menyukai