Pembelajaran PAUD
Sinkronus 2
SP3
AGENDA
Sesi 2
- Pembukaan & Telaah Kembali
- Demonstrasi Kontekstual
- Elaborasi Pemahaman
- Koneksi Antar Materi:
- (Rencana) Aksi Nyata
Tujuan Pembelajaran
1. Peserta memahami bahwa tujuan pembelajaran yang
dikembangkan dalam modul ajar mengacu pada perencanaan
pembelajaran di tingkat satuan.
2. Peserta merancang kegiatan pembelajaran yang mencerminkan
prinsip dan elemen pembelajaran usia PAUD. .
3. Peserta memiliki pemahaman dan keterampilan untuk merancang
asesmen pembelajaran yang efektif dan relevan untuk diterapkan
pada konteks PAUD.
Kesepakatan kelas
1. Terlibat aktif (menyalakan kamera, merespon dan
berkontribusi)
2. Membuka hati dan pikiran dengan hal baru dan saling
belajar dengan mengambil manfaat dengan reflektif.
3. Melanjutkan pelatihan dengan aksi nyata di institusi
pendidikan masing-masing.
Pemanasan
Mari Bermain!
Telaah Kembali
Dalam merancang alur pembelajaran, apa saja yang perlu
diperhatikan atau tercakup?
Mengapa merencanakan pembelajaran penting?
Bagaimana keselarasan dalam rencana pembelajaran?
Bagaimana prinsip pembelajaran untuk anak usia PAUD?
Demonstrasi Kontekstual
Proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar dan capaian perkembangan atau
hasil belajar peserta didik. Pada konteks pendidikan, asesmen digunakan oleh guru untuk melihat sejauh mana
kemajuan atau ketercapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui perilaku yang ditampilkan
anak (Meisels, 2001). Oleh karenanya, perilaku teramati yang ditampilkan oleh anak dalam proses kegiatan belajar
merupakan indikator ketercapaian dari tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru.
Pada pendidikan anak usia dini, guru perlu mengumpulkan informasi mengenai
segala bentuk perilaku anak yang teramati. Perilaku teramati ini dapat menjadi
indikator untuk menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Mengapa perlu melakukan asesmen dalam pembelajaran anak
usia dini?
Asesmen diperlukan untuk nantinya digunakan oleh dua pihak
yaitu guru dan orang tua anak.
● Untuk guru, hasil asesmen ini dapat digunakan untuk
melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang
selanjutnya dijadikan rujukan untuk memperbaiki
pembelajaran selanjutnya.
● Hasil asesmen juga disampaikan kepada orang tua agar orang
tua dapat membantu membina dan menguatkan
kemampuan anak di rumah. Pada konteks ini, hasil asesmen
yang disampaikan untuk orang tua akan termuat dalam laporan
hasil belajar peserta didik.
Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak usia dini
Pengambilan data dalam proses asesmen anak usia dini perlu mengikuti prinsip yang
autentik. Artinya, guru hanya mendokumentasikan apa yang mereka lihat dan dengar,
sehingga meniadakan asumsi dan interpretasi mengenai apa yang sedang anak pikirkan,
rasakan atau berniat lakukan.
Prinsip asesmen ini mengajak guru untuk melihat anak dengan menggunakan growth-
mindset (“anak pasti bisa, asal mendapatkan pembinaan yang tepat”). Prinsip asesmen
ini juga memberikan ruang bagi anak untuk berperilaku berbeda, sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
Prinsip asesmen ini perlu menjadi alternatif tipe asesmen yang berpotensi menimbulkan
stress pada anak, seperti testing.
Pengambilan data, khususnya untuk asesmen sumatif pada anak usia dini, disarankan
untuk dilakukan dalam durasi dan jangka waktu lama misalnya satu hingga dua pekan.
Sumberr: The Institute’s Authentic Assessment Specialists guide
Apa saja yang termasuk perilaku teramati?
a) Anak usia dini berkembang dan belajar dengan cara mengeksplorasi, bermain, hingga berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Perkembangan capaian belajar anak tidak akan dapat diperoleh dengan utuh jika guru hanya
mengandalkan satu informasi saja. Apalagi jika yang digunakan adalah hasil dari satu kali pelaksanaan kegiatan.
b) Dengan mengamati dan mendengarkan anak selama proses berkegiatan, guru dapat menemukan berbagai hal
seperti perkembangan anak, strategi penyelesaian masalah, keterampilan, hingga minat anak.
c) Melakukan pengamatan dan observasi pada proses kegiatan belajar anak usia dini akan membantu guru lebih
memahami anak. Hal ini karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dengan berfokus pada
perilaku teramati, guru akan lebih memahami tantangan / kesulitan yang dialami anak, maupun upaya yang
dilakukan anak untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ini akan mengurangi kecenderungan untuk melabelkan
anak mampu/tidak mampu dan memberikan ruang untuk guru memproses informasi berdasarkan perilaku-
perilaku yang ditampilkan anak.
Contoh ilustrasi hal yang dapat kita peroleh dari mengamati anak usia dini
berproses dalam kegiatan belajar (Forman & Hall, 2013)
a) Ketika mengamati anak bermain, saya dapat menemukan hal
yang mereka sukai/minati
b) Ketika saya mengamati anak berkegiatan sehari-hari di sekolah,
saya dapat melihat perkembangan yang dimunculkan anak
maupun keterampilan apa yang sudah dicapai/perlu dikuatkan
anak
c) Ketika saya melihat anak menyelesaikan tantangan yang
diberikan di kelas, saya tahu strategi penyelesaian masalah
yang mereka miliki dan gambaran daya juang/ motivasi anak
d) Ketika saya melihat anak berinteraksi dengan orang lain, saya
jadi tahu bagaimana kemampuannya membangun hubungan
sosial dengan orang lain
Demonstrasi Kontekstual
Pilah-Pilih
Permainan “Pilah - Pilih”
A dapat menyebutkan sifat-sifat Tuhan (Maha Baik, Maha A paham konsep Tuhan
Penyayang)
A memiliki pemahaman yang unik saat diminta menggambar A anak yang kreatif
tomat. Ia menjelaskan alasan mengapa tomatnya berwarna
ungu, karena cuaca di hari tersebut sangat dingin.
A dapat menjelaskan fungsi dari alat-alat makan yang A merupakan anak yang cerdas. Ia sangat percaya diri dan
dibawanya saat pelajaran Bahasa Indonesia berani menghadapi tantangan yang diberikan guru.
A membantu B ketika ia melihat B kesulitan membawa A anak yang baik dan penyayang
beberapa barang di tangannya.
A menunjukkan ekspresi senang dan langsung menghampiri A selalu antusias mengikuti kegiatan belajar di kelas
berbagai alat peraga dan buku yang ada di kelas.
Perilaku teramati Asumsi
A mampu membereskan peralatan makan dan mencuci tangan A anak yang mandiri dan taat aturan sekolah
sebelum maupun setelah kegiatan makan bersama.
Pada beberapa kegiatan, A sering meminta bantuan kepada guru A anak yang pemalu dan tidak berani mencoba hal baru
ketika ia mengalami kesulitan
A dan B menunjukkan inisiatif untuk mengangkat tangan setiap A dan B memiliki motivasi belajar yang baik
guru memberikan kesempatan anak-anak tampil ke depan
menceritakan gambarnya
A bersedia membantu guru mengambil beberapa buku di meja A menjadi teladan bagi teman-teman di kelas karena ia anak yang
dan membagikannya kepada teman-teman di kelas rajin dan cekatan
A tampak belum mampu melakukan beberapa gerakan dengan Kemampuan motorik kasar A belum berkembang dengan optimal
seimbang seperti melompat dan berdiri dengan satu kaki.
Menentukan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran
Agar dapat mengamati perilaku atau kemampuan yang teramati yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka kita
perlu menentukan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran terlebih dahulu.
Contoh tujuan pembelajaran di Tujuan pembelajaran di kelas Contoh indikator ketercapaian tujuan pembelajaran
lingkup satuan pendidikan (dapat dilihat, dapat didengar)
(Kelompok usia 5 - 6 tahun)
TP: Anak menunjukkan minat dan Ide utama yang dibangun melalui 1. Anak tidak menunjukkan keberatan saat diajak
memahami cara menjaga alam di ragam kegiatan pembelajaran menghasilkan sebuah karya
sekitarnya selama satu pekan: 2. Anak membuat hasil karya tentang menjaga alam
3. Anak menyebutkan hal yang dapat dilakukan
TP: Anak menunjukkan minat Anak memahami bahwa alam manusia untuk menjaga alam dengan lebih baik
untuk ide dan perasaan melalui dapat rusak akibat cara hidup melalui hasil karyanya
berbagai media (coretan, gambar, manusia, dan ada ragam cara 4. Anak buang sampah pada tempatnya
hingga tulisan) untuk menjaganya melalui gaya
hidup berkelanjutan.
Dari contoh ini, coba kita latihan membuat dengan mengambil contoh tujuan pembelajaran pada tabel diatas, perilaku apa
lagi yang dapat kita amati untuk dijadikan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran?
Mari kita rangkum a) Anak usia dini berkembang dan belajar dengan cara mengeksplorasi, bermain, hingga
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Karenanya, untuk mendapatkan informasi tentang
capaiannya, perlu menerapkan prinsip asesmen autentik yang memantau perilaku atau
kemampuan yang teramati. Untuk memperoleh data ini, dapat menggunakan teknik seperti
observasi dan atau penilaian kinerja yang tidak terpaku pada satu waktu yang sempit
b) Agar tidak terlalu banyak data, guru perlu menetapkan indikator ketercapaian tujuan
pembelajaran terlebih dahulu. Indikator ini seperti lensa yang membingkai proses
pengamatan guru sehingga data yang didokumentasi memang diperlukan sebagai bukti
ketercapaian tujuan pembelajaran.
c) Karena data perilaku atau kemampuan yang ingin dipotret jelas, maka saat menyusun laporan
hasil belajar, guru tidak terlalu repot dengan memilah data asesmen mana yang ingin
digunakan. Cukup menampilkan tujuan pembelajaran; bukti ketercapaian (diambil dari data
asesmen sumatif ataupun pengamatan sehari-hari jika dirasa relevan), serta rekomendasi
tindak lanjut yang perlu dilakukan orang tua untuk menguatkan capaian anak di rumah.
Teknik dan Instrumen Asesmen untuk Anak Usia Dini
Yang perlu diperhatikan:
● Teknik pengambilan data perlu dilakukan dengan mengutamakan kondisi yang autentik
yaitu pengamatan yang alami dan apa adanya yang ditampilkan anak.
● Durasi pengambilan data untuk asesmen anak usia dini disarankan untuk dilakukan
dalam durasi dan jangka waktu lama misalnya satu hingga dua pekan, dan tidak
dilakukan dalam jangka waktu singkat atau dalam satu kali kegiatan. Tujuannya agar
perilaku yang diperoleh dapat mengungkap kemampuan anak secara utuh.
● Melihat tujuan dari asesmen adalah mengamati perilaku autentik anak, maka teknik yang
digunakan untuk pengambilan data adalah teknik observasi dan kinerja.
● Instrumen asesmen adalah alat bantu yang digunakan untuk membantu guru mengumpulkan
data berdasarkan teknik asesmen yang digunakan.
Instrumen Asesmen untuk Anak Usia Dini
Teknik observasi dan instrumennya
● Lembar observasi atau ceklis yaitu daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen yang dituju.
● Catatan anekdotal: bentuknya tertulis atau bisa pula foto berseri yaitu catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada performa
dan perilaku yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis atas observasi yang dilakukan.
● Dokumentasi hasil karya anak yaitu kumpulan hasil karya anak dapat berupa foto untuk kemudian guru memberikan keterangan
berdasarkan cerita anak terhadap hasil karyanya
TP 1. Anak menunjukkan minat dan respon positif pada kegiatan awal membaca (seperti mendengarkan,
merespon cerita yang dibacakan, mengaitkan cerita dengan gambar).
TP 2. Anak menunjukkan ketertarikan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengenalan simbol, bunyi
dan bentuk huruf pada teks yang ditemui di sekitarnya.
Untuk mengukur kedua TP tersebut, guru meminta anak satu persatu ke depan kelas menceritakan
gambar yang ditentukan oleh guru. Selain itu, guru meminta anak memilih huruf-huruf yang disebutkan
oleh guru.
Guru menggunakan instrumen ceklis untuk menilai anak mampu atau tidak melakukan aktivitas yang
diberikan. Kegiatan ini disusun oleh guru dalam satu hari kegiatan.
LK Elaborasi Pem
ahaman
Diskusikan jawaban Anda dengan
rekan di sebelah Anda.
Durasi: 5 menit
Identifikasi masalah Kesimpulan Tindak lanjut
Tujuan Pembelajaran
Anak dapat melakukan berbagai aktivitas motorik kasar menggunakan kakinya.
Asesmen
Guru melakukan asesmen menggunakan ceklis. Dari hasil asesmen 18 anak menunjukkan
bahwa 10 anak dapat menendang bola ke gawang, dan 8 anak sisanya berhasil menendang bola
tetapi tidak masuk ke gawang (arahnya melenceng ke kanan atau ke kiri)
“Apakah rancangan kegiatan dan implementasi yang telah dilakukan guru
PAUD tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan?
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh guru?”
Waktu: 10 menit
LK Koneksi antar Materi
Mari berbagi
Waktu: 20 menit
Pembahasan Terdapat beberapa hal yang perlu kita pahami bersama.
analisis kasus
1. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan adalah ”Anak dapat melakukan berbagai aktivitas motorik kasar
menggunakan kakinya”, namun kegiatan pembelajaran hanya memberi kesempatan pada setiap anak untuk
melakukan aktivitas motorik menggunakan kakinya dengan durasi maksimal 2 menit. Meskipun waktu
pembelajaran 30 menit, setiap anak hanya melakukan aktivitas 2 menit, sisanya diam menunggu giliran.
2. Guru tidak melakukan kegiatan ‘pengembangan’ keterampilan motorik kasar, melainkan melakukan kegiatan
dengan ‘penilaian’. Pada kasus tersebut, guru ‘menilai’ apakah anak sudah dapat mencapai tujuan atau belum
dengan memanggil anak satu persatu, bukan melakukan kegiatan pengembangan keterampilan yang memberi
kesempatan anak melatih keterampilan kakinya. Jika guru mengembangkan keterampilan motorik kasar anak-
anak, guru akan memberikan ragam kegiatan dengan tingkat tantangan yang beragam pula sesuai kemampuan
anak.
3. Tujuan “anak dapat melakukan berbagai aktivitas motorik kasar menggunakan kakinya”, seharusnya tidak
cukup dilakukan dengan durasi 30 menit. Untuk dapat mengembangkan keterampilan tersebut, anak perlu diberi
banyak kesempatan melatih keterampilan motorik kasar kakinya. Misalnya guru dapat merancang berbagai
kegiatan untuk melatih keterampilan kaki anak selama 1 minggu dengan durasi 30 menit per hari. Selama 30
menit semua anak aktif mengoptimalkan berbagai gerakan kakinya, bukan hanya bergantian menunggu giliran.
Lalu apa yang dapat dilakukan guru?
Susunlah apa yang akan Anda lakukan dalam waktu dekat (3-6 bulan) dan
dalam waktu yang lebih panjang (24-36 bulan) agar perbaikan dapat
dilakukan secara bertahap.
LK Rencana Aksi
Refleksi Akhir