Anda di halaman 1dari 15

PAKEM DAN PAIKEM

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah
guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat
belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-
mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu
curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup
jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara
garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.

1
B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?

1. Memahami sifat yang dimiliki anak


Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak
kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia –
selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan
modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua
sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena
hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong
anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti
yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan


Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan
Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan
pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama,
melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor
sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat
kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3.Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar


Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau
berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian
belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan
atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan
baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk
berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas
secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan


masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk
melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif,
berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh
karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering
memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai
dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-
kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik


Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM.
Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu.
Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil
kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta,
diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh
dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam
PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar


Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk
bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai
objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering
membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak
selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah
keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan
pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7.Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar


Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian
umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan
siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.

3
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus
konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan
guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa
daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental


Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk
bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk
saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif
mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan
orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat
berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan,
takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun
dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan
‘PAKEMenyenangkan.’

C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?

Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama


PEMBELAJARAN. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan
yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa
contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.
Kemampuan Guru Pembelajaran
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran,
guru menggunakan, misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara
lisan atau tulisan. Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang
dipelajari dalam kegiatan sehari-hari. Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar
siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik
Mengawali tulisan ini, saya ingin memberikan beberapa pemikiran dalam rangka upaya
untuk mengembangkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran. Pokok-pokok pikiran
ini merupakan bagian dari visi dan misi sekolah.
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang
berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan potensi
diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran.

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.


Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta
lingkungan.

Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi

5
bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan dan
pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.

Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada
lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh
dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan.
Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan.

Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan


pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering
terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu strategi
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan
sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan dan
untuk menanamkan sikap cinta lingkungan (Karli dan Yuliaritiningsih, 2002).
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Hal
ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) berada
pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha
S.Y., (2002) bahwa kecenderungan siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak
menyebabkan anak-anak lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar
ruang kelas.

Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai
siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari diterapkannya
pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang
sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni
learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati
dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together
(belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.

Penulis terilhami menuangkan tulisan ini dengan maksud untuk dikembangkan


menjadi visi misi sekolah sebagai prioritas untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mudah-
mudahan tulisan singkat ini dapat menjadi bahan masukan bagi para guru untuk menengok
lingkungan sekitar yang penuh arti sebagai sumber belajar dan informasi yang mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Model pendekatan ini pun relevan dengan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga pada
gilirannya dapat mencetak siswa yang cerdas dan cinta lingkungan.

Siswa boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara lokal.
Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan mencari hikmah dari berbagai
macam pengalaman bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, namun pengetahuan tentang
pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut dijadikan sebagai pembelajaran dalam tindakan di
lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and
error yang berkepanjangan, melainkan kita belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain,
sementara kita sekadar meneruskan kerja dari paradigma yang benar.

Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih, baik
bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah belajar ilmu
sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi sekitar dapat menjadi
laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan sembari melakukan pemberdayaan
(empowering) terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, sementara si pembelajar
dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik dan efisien. Mohamad Yunus,
penerima Nobel asal Bangladesh adalah orang yang banyak belajar berbasis lingkungan
untuk mengembangkan ekonomi. Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus
memberdayakan masyarakat sekitar.

Dasar Pemikiran
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Mengembangkan kreativitas peserta didik
3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna
4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM)
5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna
6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat
7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan
8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya

7
9. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah

1. Pengertian PAIKEM

PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan.
Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa
sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas,
perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan
pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara
diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan
serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan
dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan
penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus
disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan
mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-
mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil
belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak
efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.

PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat
yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan
kemampuan guru yang besesuaian.
Kemampuan Guru
Kegiatan Belajar Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
1. Percobaan
2. Diskusi kelompok
3. Memecahkan masalah
4. Mencari informasi
5. Menulis laporan/cerita/puisi
6. Berkunjung keluar kelas
7. Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.
8. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
9. Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus

9
Nara sumbe
Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Siswa:
1. Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
2. Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
3. Menarik kesimpulan
4. Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
5. Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara
lisan atau tulisan Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan anak sendir
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) Bahan pelajaran
disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.Siswa diberi tugas perbaikan atau
pengayaan.
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau
memanfaatkan pengalamannya sendiri. Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hariMenilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus· Guru
memantau kerja siswa.· Guru memberikan umpan balik.
 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan)
salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa
secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama
dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.

 DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari Sentralisasi
menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

http://gora.edublogs.org/2007/04/09/kompetisi-nasional-guru-inovatif-2007/

http://www.umy.ac.id/berita.php?id=323
Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah, Directorate
Pendidikan Menengah Umum. Indonesia, Jakarta.
Dari kelima komponen prinsip PAIKEM (Mengalami, Pembaruan, Berinteraksi-
Komunikasi, Berekspresi, dan Melakukan Refleksi), komponen ’Mengalami’, ’Pembaruan’,
dan ’Berkspresi’ berkaitan dengan bagaimana guru mengolah bahan/materi pelajaran.
Artinya, bagaimana guru mengolah materi pelajaran sehingga siswa mengalami dan
mengekspresikan gagasannya. Untuk komponen interaksi-komunikasi dan refleksi berkaitan
dengan bagaimana guru mengelola kelas. Artinya, bagaimana siswa harus dikelola (kerja
kelompok, berpasangan, ataukah individual) agar mereka berinteraksi satu sama lain untuk
mengembangkan kemampuan bekerjasama dan pada saat yang sama berkembang pula
kemampuan individualnya.

Cara mengolah materi sehingga tercipta komponen ’mengalami’ dan ’ekspresi’


untuk tiap-tiap mata pelajaran akan berbeda satu sama lain sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang bersangkutan. Misalnya, dalam IPA dikenal rumus POE: Predict (prediksi),
Observe (amati), Explain (jelaskan). Suatu cara mengolah materi IPA di mana guru
merumuskan pertanyaan untuk siswa sehingga siswa melakukan prediksi (atas jawbaan
pertanyaan tersebut), melakukan pengamatan/percobaan untuk menjawab pertanyaan
tersebut, kemudian menjelaskan hasil pengamatan/percobaan terkait dengan prediksi yang
mereka buat sebelumnya. Nuansa materi PAIKEM dalam pembelajaran matematika, diolah
sedemikian rupa sehingga siswa diarahkan untuk melakukan Penyelidikan, Penemuan,
dan/atau Pemecahan Masalah
 Penyelidikan
Nuansa PAIKEM dalam pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk mengamati
pengaruh variabel terhadap variabel lain.
Topik Nuansa Biasa Nuansa Penyelidik

11
Luas persegi panjang Jika diketahui panjang suatu persegi panjang 6 cm dan lebar 4 sm,
berapakah luas persegi panjang itu? Apa yang terjadi dengan luas persegi panjang jika
panjang dan lebarnya diperbesar 2 kali? 3 kali? dari semula.
Luas Lingkaran Diketahui jari-jari sebuah lingkaran sama dengan 7 cm, berapakah luas
lingkaran itu? Apakah luas suatu lingkaran menjadi 2 kali semula bila jari-jarinya
diperbesar 2 kali? Menjadi 3 kali bila diperbesar 3 kali? dan seterusnya.
Volume balok .
Pada contoh pertama siswa didorong untuk mengamati pengaruh variabel ukuran
panjang dan lebar terhadap luas persegipanjang. Pada contoh kedua, mengamati pengaruh
variabel ukuran jari-jari terhadap luas lingkaran. Untuk contoh ketiga mengenai mengenai
volume, silakan Anda berimprovisasi sendiri!
 Penemuan
Nuansa PAIKEM dalam pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk
menemukan pola/keteraturan, hubungan, rumus, bangun, atau cara. Berpikir alternatif dapat
dikategorikan ke dalam penemuan karena siswa menemukan cara lain memecahkan suatu
persoalan.
nuansa-penemuan2
Pemecahan Masalah
Nuansa PAIKEM dalam pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk menemukan
terlebih dahulu cara/strategi/hubungan sebelum menyelesaikan masalah matematika.
pemecahan-masalah
Soal pada kolom tengah sudah menunjukkan secara jelas apa yang harus diperbuat
siswa, yaitu ’mengurangkan’ atau ’membilang’. Akan tetapi, soal pada kolom paling kanan
menuntut siswa menemukan terlebih dahulu ’logika’/cara penyelesaian sebelum
menyelesaikannya. Soal tidak memberikan kejelasan apa yang harus dilakukan siswa.
Namun, soal ini dapat saja tidak merupakan soal pemecahan masalah lagi bila siswa telah
mengetahui apa yang harus dilakukan karena misalnya pernah menyelesaikannya
sebelumnya.
Sejumlah materi/konsep matematika mungkin lebih cocok/mudah diolah ke nuansa
penyelidikan, sedangkan yang lainnya ke nuansa penemuan atau pemecahan masalah; atau
mungkin terdapat konsep yang dapat diolah ke dalam dua bahkan ketiga nuansa tersebut.
’Alat’ utama untuk mengolah materi pelajaran tersebut sehingga siswa mengalami
dan mengekspresikan gagasannya adalah pertanyaan. Tinggi rendahnya kualitas suatu bahan
utama pembelajaran tergantung tinggi rendahnya kualitas pertanyaan yang digunakan.
Dalam IPA, misalnya, dikenal ’pertanyaan produktif’ sebagai pertanyaan yang berkualitas
tinggi. ’Pertanyaan imajinatif dalam bahasa; dan pertanyaan terbuka’ dalam matematika dan
IPS (Perlu uraian khusus tentang pertanyaan ini). Dengan perkataan lain, jika guru ingin
menerapkan PAIKEM, kemampuan pokok yang harus dikuasai adalah kemampuan
merumuskan dan mengajukan pertanyaan yang berkualitas.
Paling tidak terdapat dua pandangan filsafat terhadap matematika. Pertama,
matematika sebagai alat sehingga dalam pembelajarannya siswa diberitahu tentang bahan
kajian matematika (rumus dan sebagainya), dijelaskan bagaimana menggunakannya. Kedua,
matematika sebagai ‘kegiatan manusia’ ketika menghadapi masalah, sehingga dalam
pembelajarannya siswa didorong untuk berpikir sendiri, menemukan sendiri, dan
berani/terbiasa mengungkapkan pendapat. Pandangan pertama menyebabkan siswa pasif,
sedangkan yang kedua menyebabkan siswa aktif dalam belajarnya.
Sebagian dari tulisan ini bersumber dari Dadang Daniswara Solihin, S.Pd.
Disampaikan pada Diklat CLCC bagi Kepala Sekolah dan Guru Tingkat SD Se-Sumatera
Selatan, tanggal 15 s.d. 17 Mei 2007
Dosen Pendidikan Guru SD (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di Universitas
Negeri Jakarta (UNJ), Drs A.R Supriatna MPd mengatakan, kondisi pembelajaran saat ini
menjadikan guru sebagai aktor utama, dan siswa sebagai penerima informasi. “Selain itu,
tekanan pada kemampuan kognitif rendah atau menghafal fakta, dan siswa jarang
beraktifitas sehingga terkesan pasif. Akibatnya, hasil belajar dianggap lebih penting
daripada proses belajar,” kata Supriatna saat berbicara pada PELATIHAN PAIKEM dan
PTK, pada Sabtu, 28 Februari 2009 di aula SD Islam Al Syukro, Ciputat, Tangerang
Selatan.
Dalam makalahnya yang mengedepankan “PAKEM atau Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan”, Pak Pri—sapaan akrabnya—juga menegaskan bahwa
paradigma baru yang tengah menggejala pada dunia pendidikan adalah perubahan dari
teacher-centered kepada student-centered. “Selain proses belajar yang sama pentingnya
dengan hasil belajar, serta fokus yang artinya bukan hanya melakukan transfer ilmu tapi
juga pencapaian tujuan utuh pendidikan. Serta, semua aspek yang meliputi kognitif, afektif,
dan keterampilan yang harus mendapat perhatian seimbang,” ujar Pri yang juga bekerja
sebagai Accesor Sertifikasi Guru.
Usai menjadi pembicara pada PELATIHAN PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,

13
Kreatif, dan Menyenangkan) dan PTK (Penelitian Tindakan Kelas), website Al Syukro
berkesempatan mewawancarai Drs A.R Supriatna MPd. Berikut kutipannya:
Bagaimana asal muasal istilah PAIKEM itu?
Sebenarnya itu adalah prinsip-prinsip belajar. Kalau belajar enggak menerapkan PAIKEM,
ya enggak belajar namanya. Jadi dalam PEMBELAJARAN, untuk membuat anak menjadi
aktif, ’ya pembelajaran juga harus AKTIF. Hasilnya itu ’kan anak menjadi INOVATIF dan
KREATIF. Dan belajar juga harus efektif, sehingga tantangannya kemudian adalah proses
pembelajaran harus jadi MENYENANGKAN.

Jadi, PAIKEM ini adalah prinsip dan bukan sesuatu yang baru. Dari dulu pun prinsip belajar
juga sudah harus seperti itu.
Penemuan metodologi PAIKEM itu sendiri?
PAIKEM bukan penemuan, sebetulnya itu cuma modifikasi saja. Jadi, merancang
pembelajaran agar aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. PAIKEM juga bukan sebuah
pendekatan. Pembelajaran pun memang harus seperti itu, yaitu PAIKEM. Tadinya ’kan
cuma PAKEM, ditambah ”inovasi”, maka jadilah PAIKEM. Nanti, lama-kelamaan mungkin
jadi PAIJO, ha, ha, ha…
Jadi, PAIKEM sudah dinasionalkan atau bagaimana?
Tidak. PAIKEM itu adalah proyek dari UNESCO. Saya kemarin juga sudah ke Kota
Jayapura, Kota Banjarmasin, dan Nusa Tenggara Barat, dalam rangka memberi pelatihan
tentang PAIKEM. Jadi, ini merupakan project UNESCO sejak 2007. Disini saya menjadi
tim UNESCO untuk PAIKEM di berbagai Perguruan Tinggi, dimana untuk selanjutnya dari
Perguruan Tinggi ke sekolah TK, SD dan SMP.

PAIKEM bisa diterapkan untuk seluruh level pendidikan?


Bukan hanya bisa diterapkan, tapi harus diterapkan. Kalau enggak pakai PAIKEM, bisa
kacau pembelajarannya, karena hal itu sudah merupakan prinsip belajar. UNESCO sendiri
sudah menerapkan PAIKEM untuk penyelenggaraan project-project-nya di Indonesia.
Apa hal yang paling sulit untuk menerapkan PAIKEM?
Dari individu gurunya sendiri, karakter gurunya. Kadang-kadang ada guru yang
bersikukuh bahwa pola lama lebih bagus daripada PAIKEM.
Apa contoh pola lama itu?
Pokoknya dia (guru tersebut – red) ceramah saja terus, tanpa kenal prinsip-prinsip belajar
yang ada.
Bagaimana mengubah guru yang tak mau menerapkan PAIKEM?
Ya, niat. Niat untuk menjadi guru yang benar-benar guru dengan menerapkan prinsip-
prinsip belajar, yakni PAIKEM.Simak Acak:
* Penanggalan Hijriyah sebagai Identitas Negara Islam
* Mampir di ??? (Sekolah Dasar) di Jepang
* Penerapan Strategi PAIKEM dalam Meningkatkan Pembelajaran Ilmu Tajwid

15

Anda mungkin juga menyukai