1. Sekolah Belajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan kehidupan manusia. Bahkan, hidup itu sendiri adalah sebuah proses belajar yang berjalan terus-menerus. Sekolah merupakan salah satu sarana agar proses belajar tersebut bisa berlangsung dengan lebih baik dan terarah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Selain itu, sekolah juga bisa diartikan sebagai lembaga pendidikan formal, nonformal, dan informal yang didirikan oleh negara ataupun swasta dengan tujuan memberikan pengajaran, mengelola, dan mendidik muridnya melalui bimbingan para guru/pendidik. Sekolah secara umum memiliki fungsi untuk memberikan pengajaran kepada para murid/peserta didik agar kelak menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya. Fungsi umum tersebut dapat diuraikan dalam beberapa fungsi yang lebih khusus, yaitu: a. Membekali peserta didik dengan keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung serta keterampilan hidup lainnya. b. Mendukung dan mengoptimalkan potensi anak. c. Menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. d. Membentuk peradaban yang lebih baik.
2. Konsep Sekolah Ideal
Sekolah adalah tempat di mana anak-anak menghabiskan waktu kurang lebih antara 5 - 9 jam dalam seharinya. Dalam waktu yang sekian banyak ini, pastilah sekolah berperan besar dalam membentuk karakter anak dan mengembangkan kemampuan mereka, baik dalam hal intelektual maupun kemampuan sosialnya. Sekolah menjadi salah satu pilar penting, selain orangtua (keluarga), masyarakat, dan pemerintah, dalam menyiapkan anak- anak menjadi pemimpin yang tangguh di masa depan. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk membuat sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi murid-muridnya. Sebagai rumah ke dua, sekolah harus mampu membuat murid-murid yang bersekolah merasa seperti di rumah sendiri. Tempat di mana murid-murid menemukan keluarga yang menyenangkan, sekaligus tempat menimba ilmu yang berkualitas. Masalahnya sekarang, menciptakan sekolah yang ideal seperti ini tentu tidaklah mudah. Apalagi tanpa dukungan dari berbagai pihak yang terlibat, tentu sangat sulit mewujudkannya. Salah satu pihak yang memainkan peran penting di dalam mewujudkan sekolah yang ideal adalah Guru. Di tangan gurulah, sukses atau tidaknya sebuah sekolah akan terwujud. Kita bisa menemui beberapa kesalahan yang sering dilakukan guru di sekolah. Hal ini sering menimbulkan rasa tidak enak bagi murid, sehingga kemudian akan membuat murid tidak menyukai dan menghormati guru. Pertama, guru-guru sudah biasa melabeli (mencap) murid-murid. Misalnya, si A itu malas, si B itu nakal, dan lain sebagainya. Tradisi labeling ini membuat citra diri anak rusak. Cap atau labeling seperti ini akan membuat anak mempersepsi dirinya persis seperti label yang diterakan pada dirinya. Seharusnya guru selalu berusaha mengambil sisi positif dari muridnya, kemudian mengembangkannya, sembari berusaha meperbaiki kekurangan murid, tanpa harus merendahkan si murid. Masalah kedua adalah membandingkan murid-murid. Membandingkan di sini dalam artian guru menilai rendah muridnya dibandingkan dengan murid yang lain. Misalnya guru mengatakan "Kamu itu pemahamannya sangat lambat, coba seperti si A, dia lebih cepat paham". Dengan membandingkan seperti ini bisa membuat murid tersebut merasa dirinya rendah dan bisa jadi menyebabkan dia tidak berkeinginan untuk sekolah jika setiap hari yang ia dengar dari gurunya di sekolah hanyalah kata-kata pembanding tersebut. Seharusnya, guru bisa menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi siswa, agar bisa terciptanya sekolah ideal. Menurut Nada Rahman (2021), ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi siswa adalah sebagai berikut. 1) Menciptakan dekorasi ruangan yang berbeda. Menciptakan ruang kelas terlihat ceria dengan memberikan berbagai hiasan pada dinding kelas. Selain sebagai dekorasi. hiasan dinding ini juga bermanfaat untuk membantu proses pembelajaran. Misalnya, menempelkan berbagai gambar hewan atau tumbuhan pada dinding kelas, dan dekorasi lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran. Selain itu, posisi duduk peserta didik di sekolah biasanya sama, yaitu guru di depan dan kursi peserta didik disusun berjajar membentuk persegi. Metode ini dikaji sebagai metode yang tidak efektif, karena proses belajar terjadi hanya satu arah (guru menyampaikan dan peserta didik mendengarkan). Agar suasana kelas lebih menyenangkan, cobalah susun ulang ruang kelas seperti posisi meja dan kursi yang melingkar. Jadi posisi guru berada di tengah-tengah peserta didik sehingga peserta didik dapat melihat guru dengan lebih baik. 2) Perbanyak interaksi memancing ide anak. Perhatian penuh juga bisa didapatkan dari memancing pendapat, diskusi atau debat argumen antara peserta didik dan guru. Memang tidak semua peserta didik bisa dengan leluasa mengeluarkan ide mereka. Nah di sinilah peran guru untuk percaya pada kemampuan masing-masing peserta didik dan pacu mereka untuk berani berpendapat, serta menghargai apapun yang mereka ungkapkan, Cara ini dapat melatih peserta didik untuk belajar mendengarkan orang lain. keberanian untuk berbicara dan lebih terbuka pada perbedaan pendapat. Hal ini sangat penting untuk mereka karena akan menjadi bekal saat berinteraksi dengan orang lain, baik itu dengan teman, guru, orang tua atau masyarakat pada umumnya. 3) Manfaatkan beragam media. Guru bisa memanfaatkan berbagai media untuk membantunya mengajar, misalnya seperti menggunakan boneka peraga saat ingin mengajar dengan cara mendongeng. 4) Cara mengajar. Ingatlah bahwa anak-anak identik dengan bermain, karena itulah guru bisa membuat suasana belajar seperti sedang bermain. Suasana kelas yang menyenangkan, akan membuat peserta didik menjadi lebih bersemangat setiap kali akan untuk belajar. 5) Menyapa peserta didik dengan ramah dan bersemangat. Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup. Oleh karena itu selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada peserta didik. 6) Menciptakan suasana rileks. Ciptakanlah lingkungan yung rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai keinginan peserta didik. 7) Memotivasi peserta didik. Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan dan umpan balik ataupun penguatan. Adanya dorongan dalam diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan belajar. 8) Menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi dapat membantu guru menciptakan suasana aktif dan segar di dalam kelas. Gunakan laptop, internet dan proyektor untuk mengubah materi pelajaran teks ke dalam audio visual yaitu bisa dengan memperlihatkan video sesuai dengan materi yang sedang disampaikan. Dengan penyajian yang baik dan menarik, fokus anak akan lebih terarah pada materi yang disampaikan. 9) Berikan perhatian yang sama pada semua anak. Terkadang guru akan lebih cenderung memerhatikan peserta didik yang pintar dan aktif di kelas. Peserta didik yang diam saja di kelas biasanya akan kesulitan untuk mendapatkan kesempatan untuk menuangkan ide ataupun mengaktualisasikan dirinya di kelas. Sebagai seorang guru, sebenarnya sudah menjadi tugasnya untuk menemukan benih-benih unggul yang ada di dalam diri masing-masing peserta didik. Percayalah bahwa setiap anak mempunyai talenta dan potensinya yang berbeda-beda. Dengan begitu, peserta didik akan merasa memiliki kesempatan untuk membuktikan dirinya serta membuat kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Menurut Rasyid (2021), sekolah ideal merupakan sekolah yang mampu
mengaktualisasikan potensi siswa secara holistik sehingga membuat siswa- siswanya merasa sejahtera, karena kesejahteraan siswa mempengaruhi hampir seluruh aspek bagi optimalisasi fungsi siswa di sekolah (Frost, 2010). Siswa merasa sejahtera ketika mereka merasa aman, nyaman, bahagia dan sehat ketika di sekolah dan mampu menimbulkan semangat mereka untuk belajar. Jadi, dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah ideal adalah sekolah yang mampu membuat anak antusias dan senang atau semangat untuk bersekolah.
B. Ciri-ciri Sekolah Ideal
Mulyasa (2013) dalam Suhardi (2022) mengungkapkan untuk bisa mencapai sekolah ideal, diperlukannya kepala sekolah ideal yang mempunyai ciri-ciri khusus di antaranya sebagai berikut: 1. Melimpahkan wewenang. Seorang kepala sekolah tidak harus membuat keputusan sendiri dalam segala hal, namun ada beberapa yang lebih baik diputuskan sendiri. kemudian sisanya diserahkan wewenangnya kepada kelompok-kelompok yang ada di bawah pengawasannya. 2. Merangsang kreativitas. Perubahan dalam lembaga pendidikan tidak harus berasal dari pemimpin, sebab kemampuan pemimpin terbatas. Oleh karena itu pemimpin justru perlu merangsang kreativitas di kalangan orang-orang yang dipimpinnya guna menciptakan hal baru yang menghasilkan kinerja bermutu. 3. Memberi semangat dan motivasi. Melakukan pembaharuan dan inovasi merupakan cara akurat meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Jika ada beberapa anggota yang mulai kendor bekerja, bahkan terkadang melalaikan tugasnya, maka pemimpin berkewajiban memberikan semangat dan memotivasi bawahannya. 4. Membicarakan persaingan. Jika membahas tentang mutu, maka akan terlintas adanya mutu tinggi dan mutu rendah. Kemudian melakukan perbandingan dengan lembaga pendidikan lain. Tampaknya ketika melalukan analisis persaingan membutuhkan perencanaan yang matang, awal, dengan memanfaatkan kekuatan, kelemahan, peluang. dan ancaman. Atau lebih dikenal dengan analisis SWOT. Adapun ciri-ciri sekolah ideal untuk anak-anak yaitu sebagai berikut. 1) Memperhatikan Tahap Perkembangan Anak Dalam penyusunan kurikulumnya, sekolah yang baik senantiasa mempertimbangkan tahap perkembangan anak usia sekolah, baik dari aspek fisik, kognitif, bahasa, maupun sosial-emosional. 2) Memenuhi Kebutuhan Psikologis Anak Anak-anak memiliki kebutuhan psikologis yang harus mampu dipenuhi oleh lingkungan keluarga dan sekolahnya. Sekolah harus memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk menampilkan kemampuannya sehingga kebutuhan anak untuk merasa mampu dapat terpenuhi. 3) Menghargai Keunikan Setiap Anak Di sekolah yang ideal, cara pengajaran untuk tiap anak bisa berlainan karena setiap anak adalah unik. Contohnya, guru akan menjelaskan pelajaran dengan metode berbeda untuk anak yang memiliki gaya belajar visual dengan yang bergaya kinestetik. 4) Mendukung Bakat dan Minat Anak. Sekolah yang baik memahami bahwa setiap anak memiliki bakat dan minat yang berbeda sehingga anak tidak harus menguasai semua mata pelajaran. Guru akan lebih fokus pada hal-hal yang diminati oleh anak dan mengembangkannya. 5) Membantu Orang Tua Mencapai Tujuan Pendidikan Anak. Setiap orang tua tentu memiliki tujuan pendidikan yang berbeda untuk putra-putrinya. Misalnya, jika orang tua ingin anaknya bisa mandiri, sekolah yang baik akan membantu dalam mencapai tujuan tersebut dengan memberikan tugas-tugas yang melatih kemandirian anak.
C. Cara Mencari Sekolah Ideal
Tentunya orang tua berharap sekolah yang dipilih akan mampu menjadi tempat mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Hal yang perlu dilakukan yaitu: 1. Libatkan Anak Ketika Memilih Sekolah Seharusnya selalu disadari dan dipahami oleh orang tua, bahwa yang nantinya sekolah adalah anak, bukan mereka. Maka, melibatkan anak dalam memilih sekolah merupakan langkah penting, meskipun usia prasekolah. Orang tua jangan menganggap remeh kemampuan anak, karena pada saat usia prasekolah anak mengalami perkembangan fisik dan mental yang sangat pesat. Dalam buku "Magic Trees of Mind", Marianne Diamond menggambarkan, perkembangan kemampuan matematika dan intelegensia ruang pada anak diperkirakan dimulai pada usia satu tahun. Kemampuan bahasa anak malah sudah dimulai sejak masih dalam kandungan. Ini berarti, daya nalar dan logika anak pada saat akan memasuki sekolah dasar (6 tahun) sudah berkembang dengan baik. Tinggal bagaimana orang tua merangsang kemampuan anaknya. Kondisikan agar proses mencari sekolah dasar tidak menjadi beban berat bagi si anak melainkan menjadi proses belajar yang menyenangkan. Bagaimana jika ternyata pilihan anak jatuh pada sekolah yang menurut orangtua kurang sesuai? Di sinilah peran orang tua diperlukan. Pada saat orang tua telah membuat pilihan sekolah mana yang akan dimasuki anak nanti, buatlah kesepakatan sukarela dengan anak bahwa sekolah yang akan dimasuki adalah murni pilihan anak. Dengan demikian anak akan merasa bangga karena diberi kesempatan melakukan hal yang penting. Di sisi lain anak akan lebih bertanggung jawab karena merasa sekolah yang dimasukinya adalah pilihannya sendiri. 2. Ketahuilah Visi Dan Misinya. Banyak ahli yang mengingatkan tentang pentingnya aspek visi dan misi pendidikan yang disandang suatu sekolah. Sekolah yang memiliki kualitas baik tentu saja memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan realistis. Untuk dapat mengetahui visi-misi sekolah yang diinginkan, dapat dilihat di buku profil, brosur, papan nama atau media publikasi yang digunakan oleh sekolah tersebut. Dari visi dan misi yang dipaparkan dapat terlihat bagaimana orientasi tujuan dan profil output yang akan dihasilkan. Pernyataan visi dan misi ini dapat dipotret dari beberapa aspek, antara lain aspek keagamaan, akademis, mental, perilaku, kecakapan hidup, kemandirian dan kewirausahaan. Orang tua saat ini masih memandang aspek akademis menjadi pertimbangan pertama dalam memilih sekolah. Maka, tidak heran jika banyak orang tua yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sekolah dengan prestasi akademik tinggi. Pihak sekolah pun akan melakukan seleksi ketat terhadap calon siswanya. Hanya siswa yang memiliki IQ tinggi yang dapat diterima di sekolah yang bersangkutan. Dari kasus ini, jelas terlihat bahwa sebenarnya yang unggul sekolah atau siswanya. Sangat masuk logika, jika sekolah yang hanya menerima input baik-baik saja, kemudian out putnya juga baik. Karena jika suatu masyarakat tidak mengakui dan menerima lulusan suatu sekolah, maka sekolah tersebut akan gulung tikar jika tidak memperbaiki diri. Oleh sebab itu, orang tua seharusnya tidak lagi terjebak pada istilah-istilah sekolah favourit, unggulan, plus dan lain-lain. Padahal yang dikembangkan hanya pada aspek kognitif saja atau academic minded. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menggali, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi anak. 3. Porsi Pendidikan Agama. Di era sekarang ini, dimana banyak kasus yang menimpa generasi penerus kita termasuk dalam hal ini para pelajar, mulai dari kasus tawuran, narkotika, pergaulan bebas dan perbuatan menuyimpang lainnya, maka peran pendidikan agama menjadi sangat signifikan terutama dalam membentuk karakter dan perilaku siswa. Pendidikan moral tertinggi terletak di dalam doktrin-doktrin agama yang diyakini seseorang. Melalui pendidikan agama yang cukup, diharapkan para peserta didik akan muncul kesadaran dan pemahaman yang benar mengenai tugas, peran dan tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan, anak, siswa dan anggota masyarakat. Sebagai implementasinya, anak mampu menghargai orang lain dengan segala perbedaan serta mampu memilah dan memilih kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan tidak. 4. Profil Pendidik. Keberhasilan dari proses dan hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan dari andil guru. Boleh dikatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan. Apalah artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung oleh pelaksananya, yaitu sumber daya manusia yang cakap. Maka tidak heran, jika pemerintah terus-menerus berusaha meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai program, mulai dari penataran-penataran, beasiswa pendidikan dan sertifikasi guru. Raka Joni mengemukakan adanya tiga dimensi umum yang menjadi kompetensi tenaga kependidikan, antara lain: a. Kompetensi personal atau pribadi, maksudnya seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. b. kompetensi profesional, maksudnya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. c. Kompetensi kemasyarakatan, artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas. Mungkin secara sederhana, ketika kita mengamati profil guru sebuah sekolah, bisa dilihat dari riwayat pendidikan, pengalaman mengajar, prestasi, penampilan, sikap dan gaya mengajar apabila dimungkinkan. 5. Sarana dan prasarana Komponen pendidikan yang tidak kalah pentingnya adalah sarana dan prasarana yang mendukung. Mulai dari bangunan fisik, ruang kelas, taman, perpustakaan, laboratorium, sarana olah raga dan kesenian, arena bermain, kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga edukasi yang dimiliki. Seiring dengan kemajuan bidang informasi dan teknologi, nampaknya bukan hal yang baru sebuah sekolah memiliki fasilitas akses jaringan internet dan website sendiri, dimana setiap stake holders dapat berinteraksi dan berkomunikasi di dunia maya. Dengan didukung sarana dan prasarana yang baik, diharapkan semua peserta didik dapat belajar secara nyaman dan betah. Sekolah diibaratkan sebagai rumah kedua bagi anak-anak, sehingga sekolah yang baik mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan siswa. 6. Biaya pendidikan. Kemungkinan bagi sebagian kalangan, faktor biaya ini menjadi pertimbangan paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih, terutama bagi masyarakat yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang ditarik pihak sekolah secara umum terdiri iuran SPP, bantuan pembangunan/gedung, seragam, buku, praktikum dan kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah-sekolah yang dianggap favourit, unggul maupun plus biasanya juga akan memasang biaya pendidikan yang tidak murah. Hal ini berkaitan dengan fasilitas pembelajaran dan program-program unggulan yang ditawarkan. Namun yang perlu diingat bahwa, tingginya biaya pendidikan yang diterapkan pihak sekolah hendaknya diikuti juga dengan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, sebelum menentukan pilihan sekolah, orang tua diharapkan sudah mampu mengukur kemampuan secara ekonomi tentang biaya pendidikan yang harus dikeluarkan termasuk anggaran lain di luar program sekolah, seperti uang saku, transportasi, perlengkapan sekolah dan lain-lain. 7. Ketertiban dan kebersihan sekolah Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan lingkungan yang bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran. Berbeda dengan suasana sekolah yang terkesan kumuh, gersang, gaduh, penempatan perabot sekolah yang semrawut, dan tidak ada kedisiplinan yang diterapkan, maka proses belajar mengajar akan banyak terganggu dan kurang optimal hasilnya. singkatnya siswa di sekolah harus merasa senang dan betah seperti ketika berada di rumahnya sendiri (feels like second home).
Kesimpulan
Sekolah ideal adalah sekolah yang mampu mengaktualisasikan potensi siswa
secara holistik sehingga membuat siswa-siswanya merasa sejahtera, karena kesejahteraan siswa mempengaruhi hampir seluruh aspek bagi optimalisasi fungsi siswa di sekolah. Siswa merasa sejahtera ketika mereka merasa aman, nyaman, bahagia dan sehat ketika di sekolah dan mampu menimbulkan semangat mereka untuk belajar. Bisa dikatakan sekolah ideal adalah sekolah yang mampu menjadi rumah kedua bagi siswa-siswanya. Ciri-ciri sekolah ideal yaitu sekolah yang penyusunan kurikulumnya memperhatikan tahap perkembangan anak, memenuhi kebutuhan psikologis anak, menghargai keunikan setiap anak, mendukung bakat dan minat anak, dan membantu orang tua mencapai tujuan pendidikan anak. Hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk anaknya dalam menentukan sekolah ideal bagi anak adalah dengan cara melibatkan anak dalam memilih sekolah yang di inginkan dan dengan melihat dari segi hal lainnya seperti visi misi sekolah, profil sekolah, biaya pendidikan, kebersihan dan ketertiban sekolah, serta sarana dan prasarana yang ada. Daftar Pustaka
Muyasa. (2013). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara Nada Rahman, A. A. (2021). Praktik Gerakan Sekolah Menyenangkan. Yogyakarta : UAD Press. Frost. (2010). The Effectiveness of Student Wellbeing Program and Service. Melbourne: Victorian Auditor-General's Report Rasyid, A. (2021). Konsep dan Urgensi Penerapan School Well-Being pada Dunia Pendidikan. Jurnal Basecedu, 5 (1): 376-382. Suhardi, dkk. (2022). Managemen Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer. Jakarta: PT Publica Indonesia Utama.
Proposal PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MURID KELAS I SD NEGERI 16 MEULABOH KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT