Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Sekolah Ideal


1. Sekolah
Belajar merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan
kehidupan manusia. Bahkan, hidup itu sendiri adalah sebuah proses belajar
yang berjalan terus-menerus. Sekolah merupakan salah satu sarana agar
proses belajar tersebut bisa berlangsung dengan lebih baik dan terarah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sekolah adalah bangunan
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan
memberi pelajaran. Selain itu, sekolah juga bisa diartikan sebagai lembaga
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang didirikan oleh negara
ataupun swasta dengan tujuan memberikan pengajaran, mengelola, dan
mendidik muridnya melalui bimbingan para guru/pendidik.
Sekolah secara umum memiliki fungsi untuk memberikan pengajaran kepada
para murid/peserta didik agar kelak menjadi individu yang berguna untuk
diri sendiri dan lingkungannya. Fungsi umum tersebut dapat diuraikan dalam
beberapa fungsi yang lebih khusus, yaitu:
a. Membekali peserta didik dengan keterampilan dasar membaca, menulis,
dan berhitung serta keterampilan hidup lainnya.
b. Mendukung dan mengoptimalkan potensi anak.
c. Menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas.
d. Membentuk peradaban yang lebih baik.

2. Konsep Sekolah Ideal


Sekolah adalah tempat di mana anak-anak menghabiskan waktu kurang lebih
antara 5 - 9 jam dalam seharinya. Dalam waktu yang sekian banyak ini,
pastilah sekolah berperan besar dalam membentuk karakter anak dan
mengembangkan kemampuan mereka, baik dalam hal intelektual maupun
kemampuan sosialnya. Sekolah menjadi salah satu pilar penting, selain
orangtua (keluarga), masyarakat, dan pemerintah, dalam menyiapkan anak-
anak menjadi pemimpin yang tangguh di masa depan.
Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk membuat sekolah menjadi
tempat yang nyaman bagi murid-muridnya. Sebagai rumah ke dua, sekolah
harus mampu membuat murid-murid yang bersekolah merasa seperti di
rumah sendiri. Tempat di mana murid-murid menemukan keluarga yang
menyenangkan, sekaligus tempat menimba ilmu yang berkualitas.
Masalahnya sekarang, menciptakan sekolah yang ideal seperti ini tentu
tidaklah mudah. Apalagi tanpa dukungan dari berbagai pihak yang terlibat,
tentu sangat sulit mewujudkannya. Salah satu pihak yang memainkan peran
penting di dalam mewujudkan sekolah yang ideal adalah Guru. Di tangan
gurulah, sukses atau tidaknya sebuah sekolah akan terwujud.
Kita bisa menemui beberapa kesalahan yang sering dilakukan guru di
sekolah. Hal ini sering menimbulkan rasa tidak enak bagi murid, sehingga
kemudian akan membuat murid tidak menyukai dan menghormati guru.
Pertama, guru-guru sudah biasa melabeli (mencap) murid-murid. Misalnya,
si A itu malas, si B itu nakal, dan lain sebagainya. Tradisi labeling ini
membuat citra diri anak rusak. Cap atau labeling seperti ini akan membuat
anak mempersepsi dirinya persis seperti label yang diterakan pada dirinya.
Seharusnya guru selalu berusaha mengambil sisi positif dari muridnya,
kemudian mengembangkannya, sembari berusaha meperbaiki kekurangan
murid, tanpa harus merendahkan si murid.
Masalah kedua adalah membandingkan murid-murid. Membandingkan di
sini dalam artian guru menilai rendah muridnya dibandingkan dengan murid
yang lain. Misalnya guru mengatakan "Kamu itu pemahamannya sangat
lambat, coba seperti si A, dia lebih cepat paham". Dengan membandingkan
seperti ini bisa membuat murid tersebut merasa dirinya rendah dan bisa jadi
menyebabkan dia tidak berkeinginan untuk sekolah jika setiap hari yang ia
dengar dari gurunya di sekolah hanyalah kata-kata pembanding tersebut.
Seharusnya, guru bisa menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi siswa,
agar bisa terciptanya sekolah ideal. Menurut Nada Rahman (2021), ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menciptakan sekolah yang
menyenangkan bagi siswa adalah sebagai berikut.
1) Menciptakan dekorasi ruangan yang berbeda.
Menciptakan ruang kelas terlihat ceria dengan memberikan berbagai
hiasan pada dinding kelas. Selain sebagai dekorasi. hiasan dinding ini
juga bermanfaat untuk membantu proses pembelajaran. Misalnya,
menempelkan berbagai gambar hewan atau tumbuhan pada dinding kelas,
dan dekorasi lainnya yang berhubungan dengan pembelajaran. Selain itu,
posisi duduk peserta didik di sekolah biasanya sama, yaitu guru di depan
dan kursi peserta didik disusun berjajar membentuk persegi. Metode ini
dikaji sebagai metode yang tidak efektif, karena proses belajar terjadi
hanya satu arah (guru menyampaikan dan peserta didik mendengarkan).
Agar suasana kelas lebih menyenangkan, cobalah susun ulang ruang kelas
seperti posisi meja dan kursi yang melingkar. Jadi posisi guru berada di
tengah-tengah peserta didik sehingga peserta didik dapat melihat guru
dengan lebih baik.
2) Perbanyak interaksi memancing ide anak.
Perhatian penuh juga bisa didapatkan dari memancing pendapat, diskusi
atau debat argumen antara peserta didik dan guru. Memang tidak semua
peserta didik bisa dengan leluasa mengeluarkan ide mereka. Nah di
sinilah peran guru untuk percaya pada kemampuan masing-masing
peserta didik dan pacu mereka untuk berani berpendapat, serta
menghargai apapun yang mereka ungkapkan, Cara ini dapat melatih
peserta didik untuk belajar mendengarkan orang lain. keberanian untuk
berbicara dan lebih terbuka pada perbedaan pendapat. Hal ini sangat
penting untuk mereka karena akan menjadi bekal saat berinteraksi dengan
orang lain, baik itu dengan teman, guru, orang tua atau masyarakat pada
umumnya.
3) Manfaatkan beragam media.
Guru bisa memanfaatkan berbagai media untuk membantunya mengajar,
misalnya seperti menggunakan boneka peraga saat ingin mengajar dengan
cara mendongeng.
4) Cara mengajar.
Ingatlah bahwa anak-anak identik dengan bermain, karena itulah guru
bisa membuat suasana belajar seperti sedang bermain. Suasana kelas yang
menyenangkan, akan membuat peserta didik menjadi lebih bersemangat
setiap kali akan untuk belajar.
5) Menyapa peserta didik dengan ramah dan bersemangat.
Menciptakan awal yang berkesan adalah penting karena akan
mempengaruhi proses selanjutnya. Jika awalnya baik, menarik, dan
memikat, maka proses pembelajaran akan lebih hidup. Oleh karena itu
selalu awali kegiatan pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat
kepada peserta didik.
6) Menciptakan suasana rileks.
Ciptakanlah lingkungan yung rileks, yaitu dengan menciptakan
lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu aturlah posisi tempat duduk
secara berkala sesuai keinginan peserta didik.
7) Memotivasi peserta didik.
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran.
Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan
dan umpan balik ataupun penguatan. Adanya dorongan dalam diri
individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung,
tetapi bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus
model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang baik dari
diri peserta didik yang akan belajar.
8) Menggunakan teknologi.
Penggunaan teknologi dapat membantu guru menciptakan suasana aktif
dan segar di dalam kelas. Gunakan laptop, internet dan proyektor untuk
mengubah materi pelajaran teks ke dalam audio visual yaitu bisa dengan
memperlihatkan video sesuai dengan materi yang sedang disampaikan.
Dengan penyajian yang baik dan menarik, fokus anak akan lebih terarah
pada materi yang disampaikan.
9) Berikan perhatian yang sama pada semua anak.
Terkadang guru akan lebih cenderung memerhatikan peserta didik yang
pintar dan aktif di kelas. Peserta didik yang diam saja di kelas biasanya
akan kesulitan untuk mendapatkan kesempatan untuk menuangkan ide
ataupun mengaktualisasikan dirinya di kelas. Sebagai seorang guru,
sebenarnya sudah menjadi tugasnya untuk menemukan benih-benih
unggul yang ada di dalam diri masing-masing peserta didik. Percayalah
bahwa setiap anak mempunyai talenta dan potensinya yang berbeda-beda.
Dengan begitu, peserta didik akan merasa memiliki kesempatan untuk
membuktikan dirinya serta membuat kelas menjadi lebih hidup dan
menyenangkan.

Menurut Rasyid (2021), sekolah ideal merupakan sekolah yang mampu


mengaktualisasikan potensi siswa secara holistik sehingga membuat siswa-
siswanya merasa sejahtera, karena kesejahteraan siswa mempengaruhi
hampir seluruh aspek bagi optimalisasi fungsi siswa di sekolah (Frost, 2010).
Siswa merasa sejahtera ketika mereka merasa aman, nyaman, bahagia dan
sehat ketika di sekolah dan mampu menimbulkan semangat mereka untuk
belajar.
Jadi, dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah ideal
adalah sekolah yang mampu membuat anak antusias dan senang atau
semangat untuk bersekolah.

B. Ciri-ciri Sekolah Ideal


Mulyasa (2013) dalam Suhardi (2022) mengungkapkan untuk bisa mencapai
sekolah ideal, diperlukannya kepala sekolah ideal yang mempunyai ciri-ciri
khusus di antaranya sebagai berikut:
1. Melimpahkan wewenang. Seorang kepala sekolah tidak harus membuat
keputusan sendiri dalam segala hal, namun ada beberapa yang lebih baik
diputuskan sendiri. kemudian sisanya diserahkan wewenangnya kepada
kelompok-kelompok yang ada di bawah pengawasannya.
2. Merangsang kreativitas. Perubahan dalam lembaga pendidikan tidak
harus berasal dari pemimpin, sebab kemampuan pemimpin terbatas. Oleh
karena itu pemimpin justru perlu merangsang kreativitas di kalangan
orang-orang yang dipimpinnya guna menciptakan hal baru yang
menghasilkan kinerja bermutu.
3. Memberi semangat dan motivasi. Melakukan pembaharuan dan inovasi
merupakan cara akurat meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Jika ada
beberapa anggota yang mulai kendor bekerja, bahkan terkadang
melalaikan tugasnya, maka pemimpin berkewajiban memberikan
semangat dan memotivasi bawahannya.
4. Membicarakan persaingan. Jika membahas tentang mutu, maka akan
terlintas adanya mutu tinggi dan mutu rendah. Kemudian melakukan
perbandingan dengan lembaga pendidikan lain. Tampaknya ketika
melalukan analisis persaingan membutuhkan perencanaan yang matang,
awal, dengan memanfaatkan kekuatan, kelemahan, peluang. dan
ancaman. Atau lebih dikenal dengan analisis SWOT.
Adapun ciri-ciri sekolah ideal untuk anak-anak yaitu sebagai berikut.
1) Memperhatikan Tahap Perkembangan Anak
Dalam penyusunan kurikulumnya, sekolah yang baik senantiasa
mempertimbangkan tahap perkembangan anak usia sekolah, baik dari
aspek fisik, kognitif, bahasa, maupun sosial-emosional.
2) Memenuhi Kebutuhan Psikologis Anak
Anak-anak memiliki kebutuhan psikologis yang harus mampu dipenuhi
oleh lingkungan keluarga dan sekolahnya. Sekolah harus memberikan
kesempatan kepada setiap anak untuk menampilkan kemampuannya
sehingga kebutuhan anak untuk merasa mampu dapat terpenuhi.
3) Menghargai Keunikan Setiap Anak
Di sekolah yang ideal, cara pengajaran untuk tiap anak bisa berlainan
karena setiap anak adalah unik. Contohnya, guru akan menjelaskan
pelajaran dengan metode berbeda untuk anak yang memiliki gaya belajar
visual dengan yang bergaya kinestetik.
4) Mendukung Bakat dan Minat Anak.
Sekolah yang baik memahami bahwa setiap anak memiliki bakat dan
minat yang berbeda sehingga anak tidak harus menguasai semua mata
pelajaran. Guru akan lebih fokus pada hal-hal yang diminati oleh anak
dan mengembangkannya.
5) Membantu Orang Tua Mencapai Tujuan Pendidikan Anak.
Setiap orang tua tentu memiliki tujuan pendidikan yang berbeda untuk
putra-putrinya. Misalnya, jika orang tua ingin anaknya bisa mandiri,
sekolah yang baik akan membantu dalam mencapai tujuan tersebut
dengan memberikan tugas-tugas yang melatih kemandirian anak.

C. Cara Mencari Sekolah Ideal


Tentunya orang tua berharap sekolah yang dipilih akan mampu menjadi
tempat mengembangkan kemampuan anak secara optimal. Hal yang perlu
dilakukan yaitu:
1. Libatkan Anak Ketika Memilih Sekolah
Seharusnya selalu disadari dan dipahami oleh orang tua, bahwa yang
nantinya sekolah adalah anak, bukan mereka. Maka, melibatkan anak dalam
memilih sekolah merupakan langkah penting, meskipun usia prasekolah.
Orang tua jangan menganggap remeh kemampuan anak, karena pada saat
usia prasekolah anak mengalami perkembangan fisik dan mental yang sangat
pesat.
Dalam buku "Magic Trees of Mind", Marianne Diamond menggambarkan,
perkembangan kemampuan matematika dan intelegensia ruang pada anak
diperkirakan dimulai pada usia satu tahun. Kemampuan bahasa anak malah
sudah dimulai sejak masih dalam kandungan. Ini berarti, daya nalar dan
logika anak pada saat akan memasuki sekolah dasar (6 tahun) sudah
berkembang dengan baik.
Tinggal bagaimana orang tua merangsang kemampuan anaknya. Kondisikan
agar proses mencari sekolah dasar tidak menjadi beban berat bagi si anak
melainkan menjadi proses belajar yang menyenangkan. Bagaimana jika
ternyata pilihan anak jatuh pada sekolah yang menurut orangtua kurang
sesuai? Di sinilah peran orang tua diperlukan.
Pada saat orang tua telah membuat pilihan sekolah mana yang akan dimasuki
anak nanti, buatlah kesepakatan sukarela dengan anak bahwa sekolah yang
akan dimasuki adalah murni pilihan anak. Dengan demikian anak akan
merasa bangga karena diberi kesempatan melakukan hal yang penting. Di
sisi lain anak akan lebih bertanggung jawab karena merasa sekolah yang
dimasukinya adalah pilihannya sendiri.
2. Ketahuilah Visi Dan Misinya.
Banyak ahli yang mengingatkan tentang pentingnya aspek visi dan misi
pendidikan yang disandang suatu sekolah. Sekolah yang memiliki kualitas
baik tentu saja memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan realistis. Untuk
dapat mengetahui visi-misi sekolah yang diinginkan, dapat dilihat di buku
profil, brosur, papan nama atau media publikasi yang digunakan oleh
sekolah tersebut. Dari visi dan misi yang dipaparkan dapat terlihat
bagaimana orientasi tujuan dan profil output yang akan dihasilkan.
Pernyataan visi dan misi ini dapat dipotret dari beberapa aspek, antara lain
aspek keagamaan, akademis, mental, perilaku, kecakapan hidup,
kemandirian dan kewirausahaan. Orang tua saat ini masih memandang aspek
akademis menjadi pertimbangan pertama dalam memilih sekolah. Maka,
tidak heran jika banyak orang tua yang rela melakukan apa saja untuk
mendapatkan sekolah dengan prestasi akademik tinggi.
Pihak sekolah pun akan melakukan seleksi ketat terhadap calon siswanya.
Hanya siswa yang memiliki IQ tinggi yang dapat diterima di sekolah yang
bersangkutan. Dari kasus ini, jelas terlihat bahwa sebenarnya yang unggul
sekolah atau siswanya. Sangat masuk logika, jika sekolah yang hanya
menerima input baik-baik saja, kemudian out putnya juga baik. Karena jika
suatu masyarakat tidak mengakui dan menerima lulusan suatu sekolah, maka
sekolah tersebut akan gulung tikar jika tidak memperbaiki diri.
Oleh sebab itu, orang tua seharusnya tidak lagi terjebak pada istilah-istilah
sekolah favourit, unggulan, plus dan lain-lain. Padahal yang dikembangkan
hanya pada aspek kognitif saja atau academic minded. Sekolah yang baik
adalah sekolah yang mampu menggali, mengembangkan dan
mengoptimalkan seluruh potensi anak.
3. Porsi Pendidikan Agama.
Di era sekarang ini, dimana banyak kasus yang menimpa generasi penerus
kita termasuk dalam hal ini para pelajar, mulai dari kasus tawuran, narkotika,
pergaulan bebas dan perbuatan menuyimpang lainnya, maka peran
pendidikan agama menjadi sangat signifikan terutama dalam membentuk
karakter dan perilaku siswa.
Pendidikan moral tertinggi terletak di dalam doktrin-doktrin agama yang
diyakini seseorang. Melalui pendidikan agama yang cukup, diharapkan para
peserta didik akan muncul kesadaran dan pemahaman yang benar mengenai
tugas, peran dan tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan, anak, siswa dan
anggota masyarakat. Sebagai implementasinya, anak mampu menghargai
orang lain dengan segala perbedaan serta mampu memilah dan memilih
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan tidak.
4. Profil Pendidik.
Keberhasilan dari proses dan hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan
dari andil guru. Boleh dikatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan
untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan. Apalah
artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung oleh pelaksananya, yaitu
sumber daya manusia yang cakap.
Maka tidak heran, jika pemerintah terus-menerus berusaha meningkatkan
kompetensi guru melalui berbagai program, mulai dari penataran-penataran,
beasiswa pendidikan dan sertifikasi guru.
Raka Joni mengemukakan adanya tiga dimensi umum yang menjadi
kompetensi tenaga kependidikan, antara lain:
a. Kompetensi personal atau pribadi, maksudnya seorang guru harus
memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani. Dengan
demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang
menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut
wuri handayani.
b. kompetensi profesional, maksudnya seorang guru harus memiliki
pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya,
memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses
belajar mengajar yang diselenggarakannya.
c. Kompetensi kemasyarakatan, artinya seorang guru harus mampu
berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas.
Mungkin secara sederhana, ketika kita mengamati profil guru sebuah
sekolah, bisa dilihat dari riwayat pendidikan, pengalaman mengajar,
prestasi, penampilan, sikap dan gaya mengajar apabila dimungkinkan.
5. Sarana dan prasarana
Komponen pendidikan yang tidak kalah pentingnya adalah sarana dan
prasarana yang mendukung. Mulai dari bangunan fisik, ruang kelas, taman,
perpustakaan, laboratorium, sarana olah raga dan kesenian, arena bermain,
kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga edukasi yang dimiliki.
Seiring dengan kemajuan bidang informasi dan teknologi, nampaknya bukan
hal yang baru sebuah sekolah memiliki fasilitas akses jaringan internet dan
website sendiri, dimana setiap stake holders dapat berinteraksi dan
berkomunikasi di dunia maya.
Dengan didukung sarana dan prasarana yang baik, diharapkan semua peserta
didik dapat belajar secara nyaman dan betah. Sekolah diibaratkan sebagai
rumah kedua bagi anak-anak, sehingga sekolah yang baik mampu memenuhi
kebutuhan dan keinginan siswa.
6. Biaya pendidikan.
Kemungkinan bagi sebagian kalangan, faktor biaya ini menjadi
pertimbangan paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih,
terutama bagi masyarakat yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah.
Biaya pendidikan yang ditarik pihak sekolah secara umum terdiri iuran SPP,
bantuan pembangunan/gedung, seragam, buku, praktikum dan kegiatan
ekstrakurikuler. Sekolah-sekolah yang dianggap favourit, unggul maupun
plus biasanya juga akan memasang biaya pendidikan yang tidak murah.
Hal ini berkaitan dengan fasilitas pembelajaran dan program-program
unggulan yang ditawarkan. Namun yang perlu diingat bahwa, tingginya
biaya pendidikan yang diterapkan pihak sekolah hendaknya diikuti juga
dengan pelayanan pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, sebelum
menentukan pilihan sekolah, orang tua diharapkan sudah mampu mengukur
kemampuan secara ekonomi tentang biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan termasuk anggaran lain di luar program sekolah, seperti uang
saku, transportasi, perlengkapan sekolah dan lain-lain.
7. Ketertiban dan kebersihan sekolah
Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan lingkungan yang
bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran. Berbeda
dengan suasana sekolah yang terkesan kumuh, gersang, gaduh, penempatan
perabot sekolah yang semrawut, dan tidak ada kedisiplinan yang diterapkan,
maka proses belajar mengajar akan banyak terganggu dan kurang optimal
hasilnya. singkatnya siswa di sekolah harus merasa senang dan betah seperti
ketika berada di rumahnya sendiri (feels like second home).

Kesimpulan

Sekolah ideal adalah sekolah yang mampu mengaktualisasikan potensi siswa


secara holistik sehingga membuat siswa-siswanya merasa sejahtera, karena
kesejahteraan siswa mempengaruhi hampir seluruh aspek bagi optimalisasi
fungsi siswa di sekolah. Siswa merasa sejahtera ketika mereka merasa aman,
nyaman, bahagia dan sehat ketika di sekolah dan mampu menimbulkan
semangat mereka untuk belajar. Bisa dikatakan sekolah ideal adalah sekolah
yang mampu menjadi rumah kedua bagi siswa-siswanya.
Ciri-ciri sekolah ideal yaitu sekolah yang penyusunan kurikulumnya
memperhatikan tahap perkembangan anak, memenuhi kebutuhan psikologis
anak, menghargai keunikan setiap anak, mendukung bakat dan minat anak,
dan membantu orang tua mencapai tujuan pendidikan anak. Hal yang bisa
dilakukan oleh orang tua untuk anaknya dalam menentukan sekolah ideal
bagi anak adalah dengan cara melibatkan anak dalam memilih sekolah yang
di inginkan dan dengan melihat dari segi hal lainnya seperti visi misi
sekolah, profil sekolah, biaya pendidikan, kebersihan dan ketertiban sekolah,
serta sarana dan prasarana yang ada.
Daftar Pustaka

Muyasa. (2013). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi


Aksara
Nada Rahman, A. A. (2021). Praktik Gerakan Sekolah Menyenangkan.
Yogyakarta : UAD Press.
Frost. (2010). The Effectiveness of Student Wellbeing Program and Service.
Melbourne: Victorian Auditor-General's Report
Rasyid, A. (2021). Konsep dan Urgensi Penerapan School Well-Being pada
Dunia Pendidikan. Jurnal Basecedu, 5 (1): 376-382.
Suhardi, dkk. (2022). Managemen Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer.
Jakarta: PT Publica Indonesia Utama.

Anda mungkin juga menyukai