Anda di halaman 1dari 5

Fungsi dan Peranan Guru dalam Proses

Belajar Mengajar
Menurut teori konstruktivism yang dikembangkan oleh Von Glasserfeld, pembentukan
pengetahuan seseorang dilakukan sendiri oleh orang itu dan bukan oleh guru, sehingga
para guru hanya bisa mendorong para siswa agar aktif dalam pembelajaran untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Doronga para guru sangat memicu dan memacu para
Siswa aktif dan giat belajar.

Fungsi guru dalam kelas bukan mengajari namun kehadiran guru membuat siswa belajar
sehingga fungsi guru tidak mengajar namun lebih pada empat fungsi yang haRus difahami
oleh guru yaitu :

Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, kereatif, menciptakan berbagai kiat dan
model penyampaian materi pembelajaran, membuat suasana pembelajaran menjadi
menarik.
Membangkitkan motivasi para siswa agar lebih aktif dan giat dalam belajar.
Membimbing dan memberikan kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi berkualitas.
Memimpin pembelajaran, juga sebagai tempat bertanya bagi para siswa.
Dengan guru melaksanakan fungsinya seperti ini akan mendorong siswa lebih aktif dalam
pembelajaran. Keaktifan siswa tersebut akan meningkatkan mutu pendidikan dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Siswa diajak dan ditekankan kepada
learning how to learn. Pemahaman ini akan sangat mendorong para siswa terus mencari
ilmu pengetahuan sehingga dapat terbentuk long life learning.

Dalam standar nasional pendidikan pasal 28 dikemukakan bahwa pendidik sebagai agen
pembelajaran harus berkualifikasi akademik dan kompetensi. sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujan pendidikan nasional. Selanjutnya
dalam penjelasan dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen
pembelajaran adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu,
pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Disamping itu juga dapat ditambahkan sebagai
pengawas dan evaluator dalam proses pembelajaran siswa.

Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi harus menjadi
fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada seluruh siswa, agar mereka
dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas
dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Untuk kepentingan tersebut perlu
dikondisikan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswa,
sehingga proses pembelajaranakan berlangsung secara efektif.

Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki tujuh sikap sebagai berikut :

Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau kurang terbuka.


Dapat lebih mendengarkan siswa terutama tentang aspirasi dan perasaannya.
Mau dan mampu menerima ide siswa yang ionovatif dan kereatif, bahkan yang sulit
sekalipun.
Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan siswa seperti halnya
terhadap bahan pelajaran.
Dapat menerima balikan baik yang sifatnya positif maupun nagtif dan menerimanya sebagai
pandangan yang konstruktif terhadap diri dan prilakunya.
Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat siswa selama proses pembelajaran dan
Menghargai siswa meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang dicapainya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran,
karena siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas pembelajar guru harus mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagai motivator, maka fungsi guru adalah memberikan surport kepada siswa-siswa agar
belajar dengan sungguh-sungguh demi masa depannya. Guru memberikan penguat baik
yang bersifat positif (Positive Reinforcement) maupun yang bersifat negatif (Negative
Reinforcement). Penguat positif berupa pemberian pujian dan hadiah terhadap siswa. Siswa
yang berperestasi baik diberikan hadiah sebagai penghargaan atas usahanya. Sedangkan
siswa yang berprilaku baik diberikan pujian, sehingga dengan demikian pada diri siswa
tertanam nilai prilaku untuk berbuat baik. Penguat negatif berupa hukuman (Punishment)
ataupun pembatalan terhadap sesuatu yang telah diberikan ( Ekstention). bilamana siswa
melakukan prilaku-prilaku yang menyimpang dalam belajar seperti menyontek, tidak
mengerjakan tugas yang diberikan guru, maka guru perlu memberikan hukuman agar
prilaku itu tidak diulangi lagi.Sedangkan pembantalan adalah penarikan kembali suatu
penghargaan atau keputusan yang telah diberikan kepada siswa karena mengetahui apa
yang dilakukan siswa tersebut ternyata tidak benar. Sebagai contoh misalnya membatalkan
hasil ujian yang telah diumumkan karena mengetahui bahwa ternyata siswa bekerja sama
dalam menjawab soal ujian tersebut.

Sebagai pemicu guru harus mampu melipat gandakan potensi siswa dan
mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang.
Hal ini sangat penting karena guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa
untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Dalam mengembangkan potensi dan kemampuan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
melalui penyampaian materi pelajaran, guru harus mampu menyampaikan materi pelajaran
secara jelas dan dapat difahami siswa.Untuk itu terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan
guru pembelajaran sebagai berikut:

(1). Membuat ilustrasi : pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang
dipelajari siswa dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama
memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

(2). Mendifinisikan : meletakan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan
menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki siswa.

(3). Menganalisa : membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian.

(4). Mensentisis : mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep
yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan bagian yang satu dengan yang lain nampak
jelas, dan setiap maslah itu tetap berhubungan dengan kseluruhan yang lebih besar.

(5). Bertanya : mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar pa yang
dipelajari menjadi lebih jelas.

(6).Merespon : mereaksi dan menanggapi pertanyaan siswa. Pembelajaran akan lebih efektif,
jika guru dapat merespon setiap pertanyaan siswa.

(7).Mendengarkan : memahami siswa, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah,


serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru mayupun siswa.

(8).Menciptakan kepercayaan : siswa akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan


guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
9. Memberikan pandangan yang bervariasi : melihat bahan yang dipelajari dari berbagai
sudut pandang dan melihat masalah dalam kobinasi yang bervariasi.

(10). Menyediakan media untuk mengkaji materi standar : memberikan pengalaman yang
bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi
standar.

(11). Menyesuaikan metode pembelajaran : menyesuaikan metode pembelajaran dengan


kemampuan dan tingkat perkembangan siswa serta mengubungkan materi baru dengan
sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.

Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan
inspirasi bagi siswa, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan
berbagai pemikiran, gagasan dan ide-ide baru.Sebagai pemberi inspirasi, guru dapat
memerankan diri sebagai pembawa cerita. Dengan cerita-cerita yang menarik diharapkan
dapat membangkitkan berbagai inspirasii siswa.Cerita adalah cermin yang bagus dan
merupakan innstrumen pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana
memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan
kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain yang bisa disesuaikan dengan
kehidupan mereka, belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan
dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu.Guru berusaha
mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.Sebagai
pendengar siswa dapat mengidentifikasi watak-watak pelaku yang ada dalam cerita, dapat
secara obyektif menganalisa, menilai manusia, kejadian-kjadian dan pikiran-pikiran. Siswa
dapat menjadikan tokoh-tokoh dalam cerita sebagai idiola yang menjadi pendorong baginya
untuk mengejarnya mimpi-mimpinya,untuk mengapai cita-citanya.Guru sebagai pengawas
maka fungsi guru adalah mengontrol prilaku-prilaku siswa agar tidak menyimpang dari
aturan aturan dalam belajar atau sekolah. Bilamana prilaku siswa menyimpang dari aturan-
aturan sekolah maka siswa tersebut perlu diberikan nasehat-nasehat dan arahan-arahan
agar tidak melakukan hal seperti itu lagi. Sebagai contoh misalnya siswa sering tidak masuk
sekolah,tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, maka siswa tersebut perlu dipanggil
dan ditanyakan sebab-sebabnya selanjutnya diarahkan agar tidak melakukan perbuatan
seperti itu lagi, sehingga dengan demikian siswa diharapkan kembali pada proses pembelajar
yang benar.Guru sebagai evaluator, maka fungsi guru adalah menilai perkembangan hasil
belajar siswa. Guru karena tanggung jawabnya berkewajiban untuk mengetahui
perkembangan belajar siswa melalui proses penilaian, sehingga siswa yang belum berhasil,
perlu dibantu dan dicari cara-cata yang tepat dalam mengatasi kesulitan belajarnya
sehingga hasil belajar mereka meningkat. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa bisa
berasal dari kemampuan akademiknya seperti lamban dalam menangkap pelajaran, dan bisa
juga berasal dari cara-cara mengajar guru yang kurang profesional. Hasil belajar siswa
rendah mungkin disebabkan strategi dan metode mengajar guru yang kurang tepat. Guru
dalam mengajar tidak memberikan contoh-contoh yang kongrit yang mudah difahami oleh
siswa misalnya contoh yang berasal dari kehidupan siswa sehari-hari. Guru mengajar tidak
menggunakan alat peraga atau media yang tidak sesuai dengan materi pelajaran yang
diajarkan. Guru tidak memberikan latihan atau pekerjaan rumah kepada siswa baik dalam
bentuk tugas individual maupun tugas kelompok untuk mendorong siswa belajar mendalami
materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru di kelas.Guru bisa mengevaluasi
ketidak berhasilan siswa dalam belajar melalui kegagalannya dalam menerapkan startegi
dan metode mengajar dikelas melalui proses indentifikasi masalah yang dirasakan oleh guru
melalui refleksi diri sepanjang proses pembelajaran yang dilakukannya di kelas.Berdasarkan
evaluasi diri ini guru dapat memperbaiki program pembelajaran yang dirancangnya dan
menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas. Guru dapat melakukan evaluasi
kemball apakah program pembelajaran yang sudah diperbaikinya dan dilaksanakannya di
kelas itu telah berhasil, melalui hasil evaluasinya terhadap kemajuan belajar siswa.Bilamana
guru mampu menjalankan fungsinya, sebagaimana diuraikan di atas, maka dapatlah
diharapkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di sekolah akan mampu
menghasilkan siswa-siswa yang berprestasi, educated dan bermoral.

Adapun terkait dengan sistem evaluasi pembelajaran pada jenjang SMA/SLTA dan
sederajatnya khususnya pada mata pelajaran Sosiologi yang dilakukan oleh seorang guru
terhadap siswanya untuk mengetahui apakah proses pembelajaran sudah mencapai tujuan
pendidikan atau sebaliknya baik dengan tanya jawab, quisioner, Latihan-latihan dan pada
saat Mid semester ataupun ujian akhir sekolah. Banyak kita lihat disekolah-sekolah para
guru selalu mengadakan evaluasi pembelajaran kepada peserta didik dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan peserta didiknya dalam memahami materi
yang telah diberikan oleh guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Adapun evaluasi
yaitu bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan mengajar yang dilakukan oleh seorang guru. Ada beberapa tingkah laku yang
sering muncul serta menjadi perhatian seorang guru adalah tingkah laku yang
dikelompokkan menjadi 3 bagian, antara lain pengetahuan intelektual (kognitif),
keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif).

Dalam hal ini evaluasi merupakan suatu proses mengukur dan menilai sebagai upaya tindak
lanjut untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran atau dapat pula
diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai
keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran di suatu
jenjang atau lembaga pendidikan tertentu. Dan evaluasi juga merupakan suatu proses untuk
mengetahui/menguji apakah suatu proses kegiatan pembelajaran telah sesuai dengan
tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Sedangkan evaluasi pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang berupa pengukuran maupun penilaian (assessment), pengolahan serta
penafsiran untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang telah dicapai oleh
siswa atau peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar didalam kelas dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain itu, adapun fungsi maupun tujuan dari diadakannya evaluasi pembelajaran terhadap
siswa atau peserta didik, antara lain :

1.Evaluasi disini sebagai alat untuk mengetahui apakah siswa atau peserta didik tersebut
telah menguasai pengetahuan, keterampilan atau materi pembelajaran yang telah diberikan
oleh seorang guru

2.Untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan siswa/peserta didik dalam melakukan


kegiatan belajar

3.Untuk mengetahui tingkat ketercapaian peserta didik dalam kegiatan pembelajaran


apakah sudah memahami dan menguasai keterampilan atau materi pembelajaran yang telah
disampaikan oleh seoarang guru/pendidik

4.Sebagai sarana umpan balik (feedback) bagi seorang guru yang bersumber dari siswa
tersebut. Misalnya seorang guru melontarkan stimulus kepada peserta didik apakah
stimulus tersebut mampu direspon oleh peserta didik tersebut atau sebaliknya, sehingga
guru bisa mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswanya dalam belajar apakah
sudah maksimal atau sebaliknya.

5.Sebagai alat untuk mengetahui sampai mana perkembangan belajar siswa tersebut

6.Sebagai laporan hasil belajar peserta didik yang diberikan kepada orang tua (wali murid)
sebagai bukti sampai mana tingkat kemampuan siswa tersebut , misalnya berupa (raport).
Adapun evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat memperoleh
gambaran tentang tingkat kemampuan dari siswa atau peserta didik. Tapi masih ada juga
guru dalam mengevaluasi siswanya pada saat-saat tertentu. seperti pada akhir unit,
pertengahan atau pada akhir suatu program pengajaran. Jadi, akibatnya guru memperoleh
informasi yang minim tentang para siswa-siswanya sehingga menyebabkan banyaknya
perlakuan prediksi guru menjadi bias dalam menentukan posisi dari siswa tersebut dalam
kegiatan dikelasnya.

Selain itu, adapun seorang guru perlu memahami metode dari evaluasi. Yang dimaksud
dengan metode evaluasi disini adalah cara/strategi evaluasi yang digunakan oleh seorang
guru agar memperoleh informasi yang diperlukan. Tugas guru dalam melakukan evaluasi
yaitu membantu siswa dalam mencapai tujuan umum dari pendidikan yang telah
ditetapkan. Agar tercapai tujuan pendidikan yang dimaksud, seorang guru perlu bertindak
secara aktif dalam membantu setiap langkah dalam proses pembelajaran.

Secara garis besar, metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan menjadi dua bentuk,
yaitu tes dan nontes. Pertama evaluasi dalam bentuk tes biasanya dilakukan dengan tes
tertulis, yang dimana tes tertulis disini ada 2 macam yaitu tes objektif dan tes esai. Tes
tertulis tersebut digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif pengetahuan secara
komprehensif. Di samping itu, tes tertulis juga dapat digunakan untuk menganalisis
informasi-informasi tentang siswa atau peserta didik. Adapun tes objektif juga disebut
sebagai alat evaluasi untuk mengungkap atau menghafal kembali dan mengenal materi yang
telah diberikan seorang guru kepada peserta didiknya. Tes ini biasanya diberikan dengan
suatu item pertanyaan menghafal yang di antaranya sebagai jawaban bebas, melengkapi,
dan mengidentifikasi. Pertanyaan pengenalan (recognition question) dibedakan menjadi 3
macam yaitu soal benar-salah, pilihan ganda dan soal menjodohkan. Kedua evaluasi dalam
bentuk nontes yang digunakan untuk mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar
efektif dari siswa atau peserta didik. Alat tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi
tingkah laku seperti sikap, interaksi sosial dan sebagainya.

Oleh karena itu, kita sebagai seorang guru/calon pendidik perlu melakukan evaluasi
terhadap belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswa tersebut
dalam mengikuti proses kegiatan belajar dikelas. tapi bukan hanya siswa saja yang harus
dievaluasi melainkan guru juga harus dievaluasi untuk mengetahui apakah sudah maksimal
dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik atau sebaliknya.

Ihopethis article is usefultousall . . .

Anda mungkin juga menyukai