Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk mengarahkan


tingkah lakunya sendiri dan kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan-
dorongan negatif yang ada sehingga stimulus-stimulus yang datang bisa dikendalikan
dan disikapi dengan positif. Mengendalikan diri bukanlah perkara yang mudah
namun banyak memberikan manfaat, seseorang yang cenderung mampu dalam
mengendalikan diri akan tunduk dan patuh dalam norma dan aturan-aturan yang
berlaku, sehingga kehidupannya pun akan selaras dengan norma-norma yang ada di
masyarakat. Seseorang yang memiliki kemampuan mengendalikan diri yang tinggi
akan cenderung proaktif (punya kesadaran untuk memilih yang positif) dan memiliki
rencana kehidupan untuk lebih baik.Perilaku antar sesame akan selalu terjaga, karena
seseorang yang mampu mengendalikan diri dengan baik akan mampu bersabar dan
melihat suatu kejadian dengan sisi positif dan mengambil sikap maupun respon
dari stimulus-stimulus yang datang dengan sikap positif.

Dengan mengembangkan kemampuan untuk mengendalikan diri sebaik-baiknya,


maka seseorang akan dapat menjadi pribadi yang baik, hidup lebih konstruktif, dapat
merencanakan dan memilih tindakan yang berlatar belakang dengan masa yang akan
datang, mampu menghargai dan menerima diri sendiri serta disenangi dan mudah
diterima di lingkungannya berada.

Lembaga pendidikan yang merupakan tempat menyelenggarakan sebuah proses


pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia yang paripurna seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal satu point pertama yang berbunyi Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dari penjelasan penyelenggaraan pendidikan nasional bisa di pahami tujuan
pendidikan mengajarkan berbagai ilmu kepada anak didik dengan harapan agar anak bisa
menjadi pribadi yang baik dan sempurna hidupnya yang selaras dengan perkembangan
masyarakat dan alamnya. Salah satunya tujuan pendidikan yaitu agar peserta didik
memiliki pengendalian diri, melihat penjelasan tersebut pentingnya pengedalian
diri,sehinggabagian dari tujuan proses pendidikan adalah mampunya peserta didik dalam
mengendalikan diri mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengendalian diri
2. Apa fungsi pengendalian diri
3. Apa saja aspek pengendalian diri
4. Apa saja factor-faktor pengendalian diri
5. Apa saja jenis pengendalian diri
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pengendalian diri
2. Mengetahui fungsi pengendalian diri
3. Mengetahui aspek pengendalian diri
4. Mengetahui factor-faktor pengendalian diri
5. Mengetahui jenis pengendalian diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengendalian Diri
Menurut Chaplin (2011), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing
tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi
impuls-impuls atau tingkah laku impuls. Kontrol diri ini menyangkut seberapa kuat
seseorang memegang nilai dan kepercayaan untuk dijadikan acuan ketika bertindak atau
mengambil suatu keputusan.
Kontrol diri menurut Wallstons (dalam Adeonalia, 2002: 36) adalah keyakinan
individu bahwa tindakannya akan mempengaruhi perilakunya dan individu sendiri yang
dapat mengontrol perilaku tersebut. Individu dengan kontrol diri yang tinggi akan melihat
dirinya mampu mengontrol segala hal yang menyangkut perilakunya, begitu juga
sebaliknya apabila kontrol dirinyarendah, maka individu tersebut tidak mampu untuk
mengontrol segala hal yang menyangkut dengan perilakunya.
Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca
situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan
mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan
diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku,
kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang
lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi
perasaannya (Ghufron & Risnawita, 2011: 22).
Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berusaha menampilkan
perilaku yang dianggap paling tepat bagi dirinya, yaitu perilaku yang dapat
menyelamatkan interaksi-interaksi dari akibat negatif yang disebabkan karena respon
yang dilakukannya. Kontrol diri diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi
kemampuannya yang terbatas dan mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin
terjadi yang berasal dari luar (Ghufron & Risnawita, 2011: 23).
Golfried dan Merbaum, mendefinisikan pengendalian diri sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa individu ke arah konsukuensi positif. Selain itu, pengendalian diri
juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk
menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu
seperti yang diinginkan (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011:22)
Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 23) mengemukakan
dua alasan yang mengharuskan individu mengontrol diri secara kontinu. Pertama,
individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan keinginannya. Individu
harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Kedua,
masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standar yang lebih baik
bagi dirinya. Ketika berusaha memenuhi tuntutan, dibuatkan pengontrolan diri agar
dalam proses pencapaian standar tersebut, individu tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang.
Shawn dan Constanzo (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 25)
mengemukakan bahwa dalam mengatur kesan ada beberapa elemen penting
yang harus diperhatikan, yaitu konsep diri dan identitas sosial. Asumsi dalam teori
membentuk kesan bahwa seseorang termotivasi untuk membuat dan memelihara harga
diri setinggi mungkin sehingga harus berusaha mengatur kesan diri sedemikian
rupa untuk menampilkan identitas sosial yang positif.
Pada orang-orang yang memiliki pengendalian diri dari dalam faktor
kemampuan danusaha terlihat dominan, oleh karena itu apabila individu
dengan internal mengalami kagagalan mereka akan menyalahkan dirinya sendiri
karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka
akan merasa bangga atas hasil usahanya. Hal ini akan membaca  pengaruh untuk
tindakan selanjutnya dimasa akan datang bahwa mereka akan mencapai keberhasilan
apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya . Sebaliknya pada orang yang
memiliki pengendalian diri dari luar melihat keberhasilan dan kegagalan dari
faktor kesukaran d a n nasib, oleh karena itu apabila mengalami
k e g a g a l a n m e r e k a c e n d e r u n g m e n y a l a h k a n lingkungan sekitar yang menjadi
penyebabnya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap Tindakan d i m a s a d a t a n g ,
karena merasa tidak mampu dan kurang usahanya maka
m e r e k a t i d a k   mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut.
Kemampuan menafsirkan peristiwa yaitu kemampuan untuk menilai dan
menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subyektif. Kemampuan mengontrol keputusan yaitu kemampuan untuk memilih
suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya (Shohib,
2007:44).
Berdasarkan konsep Averill, pengendalian diri meliputi 3 aspek. Averill
menyebut pengendalian diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku
(behavioral control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol kepuasan
(decisional control) (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011: 29-31).
1. Kontrol Perilaku (Behavior Control)

Merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara


langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak
menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi
dua komponen yaitu:

1) Mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan


memodifikasi stimulus (stimulus modifiability). Kemampuan mengatur
pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menetukan siapa
yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau
aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila
tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal.
2) Kemampuan mengatur stimulus, merupakan kemampuan untuk
mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki
akan dihadapi.
2. Kontrol Kognitif (Cognitive Control)

Merupakan kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak


diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau menggabungkan suatu
kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk
mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh
informasi dan melakukan penilaian.

1) Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan


yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut
dengan berbagai pertimbangan.
2) Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan
suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subjektif.
3. Kontrol Keputusan (Decision Control)

Kontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih atau


suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam
menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan,
kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai
kemungkinan tindakan.

Kesimpulan dari aspek-aspek yang disebutkan di atas adalah apabila individu


mempunyai kemampuan-kemampuan yang terdapat dalam aspek-aspek tersebut maka
individu dapat mengontrol dirinya dengan baik sebaik mungkin, dan individu dapat
terhindar dari masalah yang tidak diinginkan

B. Fungsi Self-Control (Pengendalian Diri)


Messina dan Messina (dalam Singgih D. Gunarsa, 2009), menyatakan bahwa
pengendalian diri memiliki beberapa fungsi:
1. Membatasi perhatian individu kepada orang lain
Dengan adanya pengendalian diri, individu akan memberikan perhatian pada
kebutuhan pribadinya pula, tidak sekedar berfokus pada kebutuhan, kepentingan, atau
keinginan orang lain di lingkungannya. Perhatian yang terlalu banyak pada kebutuhan,
kepentingan, atau keinginan orang lain akan menyebabkan individu mengabaikan
bahkan melupakan kebutuhan pribadinya.
2. Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya
Dengan adanya pengendalian diri, individu akan membatasi ruang bagi aspirasi
dirinya dan memberikan ruang bagi aspirasi orang lain supaya terakomodasi secara
bersama-sama.
3. Membatasi individu untuk bertingkah laku negative
Individu yang memiliki pengendalian diri akan terhindar dari berbagai tingkah
laku negatif. Pengendalian diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk
menahan dorongan atau keinginan untuk bertingkah laku ( negative ) yang tidak sesuai
dengan norma sosial.
4. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang
Individu yang memiliki pengendalian diri yang baik, akan berusaha memenuhi
kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin
dipenuhinya. Dalam hal ini, pengendalian diri membantu individu untuk
menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Diri


Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri ini
terdiri dari faktor internal (dari diri individu) dan faktor eksternal (lingkungan
individu)(Ghufron & Risnawita, 2011: 32)
1. Faktor Internal

Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin
bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang
itu.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga.


Lingkungan keluarga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan
mengontrol diri seseorang.

Hasil penelitian Nasichah (dalam Ghufron, 2011: 32) menunjukkan bahwa


persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua yang semakin
demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Oleh sebab
itu bila orang tua menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini,
dan orang tua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia
menyimpang dari yang sudah diterapkan, maka sikap kekonsistenan ini akan
diinternalisasi anak, dan kemudian akan menjadi kontrol diri baginya.
D. Menurut Gufron & Risnawati (2011), terdapat tiga jenis kontrol diri:
1. Over control. Yaitu kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang
menyebabkan individu banyak menahan diri beraksi terhadap stimulus.
2. Under control. Yaitu suatu kecenderungan individu untuk melepaskan implus dengan
bebas tanpa perhitungan yang masak. 
3. Appropriate control. Yaitu kontrol individu dalam upaya mengendalikan implus
secara tepat.
BAB III

PEMBAHASAN

Pengendalian diri merupakan sifat yang ada pada setiap seseorang, dimana pengendalian diri ini
membutuhkan perubahan perilaku ke arah yang berlawanan untuk respon-respon yang perlu di
tingkatkan. Biasanya orang awam menyebutnya dengan daya kehendak atau kekuatan niat dalam
artian bila seseorang mempunyai niat yang kuat, pasti seseorang tersebut bisa menghilangkan
kebiasaan buruknya, dan jika seseorang menguatkan kehendaknya,maka pasti seseorang tersebut
bisa mneingkatkan kemampuan dirinya.

Mengapa penting memiliki self control ? Pertama, kontrol diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan orang lain (interaksi social). Hal ini dikarenakan kita senantiasa
hidup dalam kelompok atau masyarakat dan tidakbisa hidup sendirian. Seluruh kebutuhan hidup
kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang lain, begitu pula kebutuhan psikologis dan social
kita. Oleh karena itu agar kita dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup ini dibutuhkan
kerjasama dengan orang lain dan kerjasama dapat berlangsung dengan baik jika kita mampu
mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain. Kedua, Kontrol diri memiliki
peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri). Seringkali seseorang memberikan penilaian
dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kontrol diri merupakan salah satu
aspek penting dalam mengelola dan mengendalikan perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek
yang penting dalam aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapai setiap
situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif tentunya akan
memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan sosial), begitu pula sebaliknya.
Ketiga, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan bahwa
seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain
akan lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan
yang memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap
kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya
seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, maka kita akan dapat
menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, dapat menyusun tindakan yang berdimensi
jangka panjang, mampu menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas. Kemampuan
mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk yang selama ini
banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam tatanan kenegaraan karena
banyak peristiwa yang terjadi karena ketidakmampuan mengendalikan diri.

Pada dasarnya sumber terjadinya self control dalam diri seseorang ada 2 (dua) yaitu
sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Apabila seseorang dalam berperilaku
cenderung mengatur perilakunya sendiri dan memiliki standar khusus terhadap perilaku yang
dipilih, memberikan ganjaran bila dapat mencapai tujuan dan memberikan hukuman sendiri
apabila melakukan kesalahan, maka hal ini menunjukan bahwa self controlnya bersumber dari
diri sendiri (internal). Sedangkan apabila individu menjadikan orang lain atau lingkungan
sebagai standart perilaku atau penyebab terjadinya perilaku dan ganjaran atau hukuman juga
diterima dari orang lain (lingkungan), maka ini menunjukkan bahwa self control yang dimiliki
bersumber dari luar diri (eksternal).
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian yang dibahas dalam makalah ini, menjelaskan bahwa teknik
modifikasi perilaku ‘self-control’ atau bisa disebut pengendalian diri merupakan
kemampuan diri sendiri untuk menahan, menekan dan menghambat dorongan yang
(relatif) negatif dalam diri guna mengubah perilaku menjadi lebih baik. Pengendalian
tersebut dapat dengan menghilangkan, mengurangi perilaku yang lama, atau bahkan
menciptakan perilaku yang baru. Karena teknik ini merupakan pengendalian diri, maka
seorang individu itu sendirilah yang menentukan seberapa besar perubahan dari perilaku
nya
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kontrol diri dapatdiartikan sebagai suatu
aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tigkah laku mengandung
makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum
memutuskan sesuatu untuk bertindakng ingin diubahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Averill. (2000). Kontrol Diri. Diakses 16 April 2009, dari


http://www.google.com.
Budiono, Suko. (2013, November). Pengendalian Diri Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok di SMP Negeri 3 Sukowono Jember. Artikel ini dipresentasikan
Pada Kongres XII, Konvensi XVIII ABKIN, Denpasar, Indonesia.
Calhoun & Acocella. (1990). Pengertian Kontrol Diri, diakses 16 April 2009, dari
http://www.google.com
Hurlock. (1990). Self Control, diakses 16 April 2009, dari
http://www.google.com.
Sembel, Roy. (2006). Pengertian Pengendalian Diri, diakses 16 Maret 2009, dari
http://www.google.com.
http://etheses.uin-malang.ac.id/605/6/10410105%20Bab%202.pdf
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Chaplin, J.P. 2011. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Goleman, Daniel (2007), Social Intelligence: Ilmu Baru tentang Hubungan Antar
Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Mangunsong. Frieda (2010). Menanam Empati Menumbuhkan Kecerdasan,
http://www.carisuster.com/artikel/7-inspired-kids/51-menanam-empati-tumbuhkan-
kecerdasan

Anda mungkin juga menyukai