PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengendalian diri
2. Apa fungsi pengendalian diri
3. Apa saja aspek pengendalian diri
4. Apa saja factor-faktor pengendalian diri
5. Apa saja jenis pengendalian diri
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pengendalian diri
2. Mengetahui fungsi pengendalian diri
3. Mengetahui aspek pengendalian diri
4. Mengetahui factor-faktor pengendalian diri
5. Mengetahui jenis pengendalian diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengendalian Diri
Menurut Chaplin (2011), kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing
tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi
impuls-impuls atau tingkah laku impuls. Kontrol diri ini menyangkut seberapa kuat
seseorang memegang nilai dan kepercayaan untuk dijadikan acuan ketika bertindak atau
mengambil suatu keputusan.
Kontrol diri menurut Wallstons (dalam Adeonalia, 2002: 36) adalah keyakinan
individu bahwa tindakannya akan mempengaruhi perilakunya dan individu sendiri yang
dapat mengontrol perilaku tersebut. Individu dengan kontrol diri yang tinggi akan melihat
dirinya mampu mengontrol segala hal yang menyangkut perilakunya, begitu juga
sebaliknya apabila kontrol dirinyarendah, maka individu tersebut tidak mampu untuk
mengontrol segala hal yang menyangkut dengan perilakunya.
Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca
situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan
mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan
diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku,
kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang
lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi
perasaannya (Ghufron & Risnawita, 2011: 22).
Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berusaha menampilkan
perilaku yang dianggap paling tepat bagi dirinya, yaitu perilaku yang dapat
menyelamatkan interaksi-interaksi dari akibat negatif yang disebabkan karena respon
yang dilakukannya. Kontrol diri diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi
kemampuannya yang terbatas dan mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin
terjadi yang berasal dari luar (Ghufron & Risnawita, 2011: 23).
Golfried dan Merbaum, mendefinisikan pengendalian diri sebagai suatu
kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku
yang dapat membawa individu ke arah konsukuensi positif. Selain itu, pengendalian diri
juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk
menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu
seperti yang diinginkan (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011:22)
Calhoun dan Acocella (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 23) mengemukakan
dua alasan yang mengharuskan individu mengontrol diri secara kontinu. Pertama,
individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan keinginannya. Individu
harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Kedua,
masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standar yang lebih baik
bagi dirinya. Ketika berusaha memenuhi tuntutan, dibuatkan pengontrolan diri agar
dalam proses pencapaian standar tersebut, individu tidak melakukan hal-hal yang
menyimpang.
Shawn dan Constanzo (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 25)
mengemukakan bahwa dalam mengatur kesan ada beberapa elemen penting
yang harus diperhatikan, yaitu konsep diri dan identitas sosial. Asumsi dalam teori
membentuk kesan bahwa seseorang termotivasi untuk membuat dan memelihara harga
diri setinggi mungkin sehingga harus berusaha mengatur kesan diri sedemikian
rupa untuk menampilkan identitas sosial yang positif.
Pada orang-orang yang memiliki pengendalian diri dari dalam faktor
kemampuan danusaha terlihat dominan, oleh karena itu apabila individu
dengan internal mengalami kagagalan mereka akan menyalahkan dirinya sendiri
karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka
akan merasa bangga atas hasil usahanya. Hal ini akan membaca pengaruh untuk
tindakan selanjutnya dimasa akan datang bahwa mereka akan mencapai keberhasilan
apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya . Sebaliknya pada orang yang
memiliki pengendalian diri dari luar melihat keberhasilan dan kegagalan dari
faktor kesukaran d a n nasib, oleh karena itu apabila mengalami
k e g a g a l a n m e r e k a c e n d e r u n g m e n y a l a h k a n lingkungan sekitar yang menjadi
penyebabnya. Hal itu tentunya berpengaruh terhadap Tindakan d i m a s a d a t a n g ,
karena merasa tidak mampu dan kurang usahanya maka
m e r e k a t i d a k mempunyai harapan untuk memperbaiki kegagalan tersebut.
Kemampuan menafsirkan peristiwa yaitu kemampuan untuk menilai dan
menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif
secara subyektif. Kemampuan mengontrol keputusan yaitu kemampuan untuk memilih
suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya (Shohib,
2007:44).
Berdasarkan konsep Averill, pengendalian diri meliputi 3 aspek. Averill
menyebut pengendalian diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku
(behavioral control), kontrol kognitif (cognitive control), dan mengontrol kepuasan
(decisional control) (Nur Gufron & Rini Risnawati, 2011: 29-31).
1. Kontrol Perilaku (Behavior Control)
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin
bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang
itu.
2. Faktor Eksternal
PEMBAHASAN
Pengendalian diri merupakan sifat yang ada pada setiap seseorang, dimana pengendalian diri ini
membutuhkan perubahan perilaku ke arah yang berlawanan untuk respon-respon yang perlu di
tingkatkan. Biasanya orang awam menyebutnya dengan daya kehendak atau kekuatan niat dalam
artian bila seseorang mempunyai niat yang kuat, pasti seseorang tersebut bisa menghilangkan
kebiasaan buruknya, dan jika seseorang menguatkan kehendaknya,maka pasti seseorang tersebut
bisa mneingkatkan kemampuan dirinya.
Mengapa penting memiliki self control ? Pertama, kontrol diri berperan penting dalam
hubungan seseorang dengan orang lain (interaksi social). Hal ini dikarenakan kita senantiasa
hidup dalam kelompok atau masyarakat dan tidakbisa hidup sendirian. Seluruh kebutuhan hidup
kita (fisiologis) terpenuhi dari bantuan orang lain, begitu pula kebutuhan psikologis dan social
kita. Oleh karena itu agar kita dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup ini dibutuhkan
kerjasama dengan orang lain dan kerjasama dapat berlangsung dengan baik jika kita mampu
mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan orang lain. Kedua, Kontrol diri memiliki
peran dalam menunjukkan siapa diri kita (nilai diri). Seringkali seseorang memberikan penilaian
dari apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kontrol diri merupakan salah satu
aspek penting dalam mengelola dan mengendalikan perilaku kita. Kontrol diri menjadi aspek
yang penting dalam aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapai setiap
situasi. Seseorang yang dapat mengendalikan diri dari hal-hal yang negatif tentunya akan
memperoleh penilaian yang positif dari orang lain (lingkungan sosial), begitu pula sebaliknya.
Ketiga, kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Pengendalian diri dipercaya dapat
membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hal ini dikarenakan bahwa
seseorang yang mampu menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain
akan lebih mudah focus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, mampu memilih tindakan
yang memberi manfaat, menunjukkan kematangan emosi dan tidak mudah terpengaruh terhadap
kebutuhan atau perbuatan yang menimbulkan kesenangan sesaat. Bila hal ini terjadi niscaya
seseorang akan lebih mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, maka kita akan dapat
menjadi pribadi yang efektif, hidup lebih konstruktif, dapat menyusun tindakan yang berdimensi
jangka panjang, mampu menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas. Kemampuan
mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk yang selama ini
banyak kita jumpai dalam kehidupan di masyarakat juga dalam tatanan kenegaraan karena
banyak peristiwa yang terjadi karena ketidakmampuan mengendalikan diri.
Pada dasarnya sumber terjadinya self control dalam diri seseorang ada 2 (dua) yaitu
sumber internal (dalam diri) dan eksternal (di luar diri). Apabila seseorang dalam berperilaku
cenderung mengatur perilakunya sendiri dan memiliki standar khusus terhadap perilaku yang
dipilih, memberikan ganjaran bila dapat mencapai tujuan dan memberikan hukuman sendiri
apabila melakukan kesalahan, maka hal ini menunjukan bahwa self controlnya bersumber dari
diri sendiri (internal). Sedangkan apabila individu menjadikan orang lain atau lingkungan
sebagai standart perilaku atau penyebab terjadinya perilaku dan ganjaran atau hukuman juga
diterima dari orang lain (lingkungan), maka ini menunjukkan bahwa self control yang dimiliki
bersumber dari luar diri (eksternal).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian yang dibahas dalam makalah ini, menjelaskan bahwa teknik
modifikasi perilaku ‘self-control’ atau bisa disebut pengendalian diri merupakan
kemampuan diri sendiri untuk menahan, menekan dan menghambat dorongan yang
(relatif) negatif dalam diri guna mengubah perilaku menjadi lebih baik. Pengendalian
tersebut dapat dengan menghilangkan, mengurangi perilaku yang lama, atau bahkan
menciptakan perilaku yang baru. Karena teknik ini merupakan pengendalian diri, maka
seorang individu itu sendirilah yang menentukan seberapa besar perubahan dari perilaku
nya
Hal ini dapat disimpulkan bahwa kontrol diri dapatdiartikan sebagai suatu
aktivitas pengendalian tingkah laku. Pengendalian tigkah laku mengandung
makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum
memutuskan sesuatu untuk bertindakng ingin diubahnya.
DAFTAR PUSTAKA