Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Diri

2.1.1 Pengertian Pegendalian Diri

Pengendalian diri diungkapkan oleh Colhoun dan Acocella, Tangney, Averill


(2011). Calhoun dan Acocella (1990) pengendalian diri adalah pengaturan
proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain
serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Pengertian yang di
maksud menekankan pada kemampuan dalam mengelolah yang perlu di
berikan sebagai bekal untuk membentuk pola prilaku pada individu yang
mencakup dari keseluruhan proses yang membentuk dalam diri individu ynag
berupa pengaturan fisik, psikologis, dan perilaku.
Pengendalian diri merupakan kemampuan individu untuk menentukan
perilakunya berdasarkan standar tertentu seperti moral, nilai dan aturan
dimasyarakat agar mengarah pada perilaku positif. Dapat diartikan bahwa
seseorang secara mandiri mampu memunculkan perilaku positif. Kemampuan
pengendalian diri yang terdapat pada seseorang memerlukan peranan penting
interaksi dengan orang lain dan lingkungannya agar membentuk pengendalian
diri yang matang, hal tersebut dibutuhkan karena ketika seseorang diharuskan
untuk memunculkan perilaku baru dan mempelajari perilaku tersebut dengan
baik.
Sedangkan menurut Averill (Ghufron & Risnawati, 2011)
pengendalian diri adalah kemampuan individu untuk memodifikasi perilaku,
kemampuan individu dalam mengelola informasi yang diinginkan dan yang
tidak diinginkan, dan kemampuan individu untuk memilih salah satu tindakan
berdasarkan sesuatu yang diyakini. Pengertian yang dikemukakan oleh Averill
menitikberatkan pada seperangkat kemampuan mengatur dalam memilih
tindakan yang sesuai dengan yang diyakini nya. Oleh karena itu, pengendalian
diri sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan
mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi
positif serta merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan
digunakan individu selama proses proses dalam kehidupan, termasuk dalam
mengahadapi kondisi yang terdapat dilingkungan sekitarnya.
2.1.2 Aspek-aspek Pengendalian Diri
a. Aspek pengendalian diri terdiri atas 3 yaitu :
1. Behavioral Control
Kemampuan untuk mengambil tindakan yang konkrit untuk mengurangi
dampak stressor.
2. Cognitive Control
Kemampuan atau kapabilitas pada individu dalam mengendalikan atau
mengontrol untuk mengolah, informasi yang takk diharapkan dengan cara.
menafsirkan dan memberi nilai.
3. Decisional Control
Kemampuan individu dalam mengatur atau mengontrol diri untuk menetapkan
atau memutuskan suatu langkah berdasarkan pada suatu yang ditetapkan atau
dipercavai individu.
b. Menurut Ghufron aspek-apek yang terdapat dalam pengendalian diri adalah:
Kemampuan mengontrol perilaku :
1. Dalam hal ini perilaku sangat penting peranannya sehingga apabila perilaku
seseorang tidak terkontrol maka dapat terjadi perilaku yang menyimpang
meskipun kemampuan mengontrol perilaku pada tiap-tiap individu berbeda.
2. Kemampuan mengontrol stimulus
Kemampuan mengontrol stimulus juga menjadi salah satu aspek dari control
diri atau pengendalian diri karena dalam kehidupan sesorang terdapat
berbagai stimulus yang diterima. Dari berbagai macam stimulus yang masuk
tersebut individu harus mempunyai kemampuan untuk mengontrol stimulus-
stimulus tersebut yaitu dengan memilah stimulus yang mana yang harus
diterima dan stimulus yang harus ditolak.
3. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Individu dalam menghadapi suatu masalah atau suatu peristiwa harus
memiliki kemampuan untuk mengantispasi masalah tersebut agar tidak
menjadi masalah yang semakin besar dan rumit
4. Kemampuan menafsirkan peristiwa
Individu juga harus mempunyai kemampuan untuk menafsirkan peristiwa
artinya individu harus dapat mengartikan semua peristiwa yang terjadi dalam
kehidupannya sehingga dapat dengan mudah untuk menjalani peristiwa
tersebut dan dapat memikirkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan
selanjutnya.
5. Kemampuan mengambil keputusan
Dalam setiap peristiwa pasti ada sesuatu yang harus diputuskan. Setiap
individu harus mempunyai kemampuan untuk mengambil suatu keputusan
yang baik, dimana keputusan yang diambil tersebut baik untuk diri sendiri,
orang lain dan sekitarnya juga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Aspek-aspek tersebut di atas jika dimiliki oleh setiap individu maka akan
mempunyai kemampuan untuk pengendalian diri sebaik mungkin dan akan
terhindar dari masalah yang tidak dinginkan.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Diri


Pengendalian diri masing-masing individu berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
faktor-faktor yang pembentukannya. Pengendalian diri sebagai mediator
psikologis dan berbagai perilaku. Kemampuan untuk menjauhkan dari perilaku
yang mendesak dan memuaskan keinginan adaptif, orang yang memiliki
pengendalian diri yang baik maka individu tersebut dapat mengarahkan
perilakunya, sebaliknya jika individu yang memiliki pengendalian diri yang
rendah akan berdampak pada ketidakmampuan mematuhi perilaku dan tindakan,
sehingga individu tidak lagi menolak godaan dan implus. Menurut Ghufron &
Risnawati (2012) membagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian
diri menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal yang ikut andil terhadap pengendalian diri adalah usia. Cara
menegakkan disiplin, cara merespon kegagalan, gaya berkomunikasi, cara
mengekspresikan kemarahan (penuh emosi atau mampu menahan diri)
merupakan awal belajar tentang pengendalian diri. Seiring dengan
bertambahnya usia sesorang, bertambah pula komunitas yang
mempengaruhinya, serta banyak pengalaman sosial yang dialaminya. Orang
merespon kekecewaan, ketidak sukaan, kegagalan, dan belajar untuk
mengendalikannya, sehingga lama-kelamaan kontrol tersebut muncul dari
dalam dirinya sendiri. Menurut Baumeister & Boden mengemukakan bahwa
faktor kognitif yaitu berkenaan dengan kesadaran berupa proses-proses
seseorang menggunakan pikiran dan pengetahuannya untuk mencapai suatu
proses dan cara-cara yang tepat atau strategi yang sudah dipikirkan terlebih
dahulu. Individu yang menggunakan kemampuan diharapkan dapat
memanipulasi tingkah laku sendiri melalui proses intelektual. Jadi kemampuan
intelektual individu dipengaruhi seberapa besar individu memiliki
pengendalian diri.
b. Faktor Ekternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan dan keluarga. Faktor
lingkungan dan keluarga merupakan faktor eksternal dari pengendalian diri.
Keluarga yang menentukan kemampuan mengontrol diri. Salah satunya yang
diterapkan adalah disiplin dalam keluarga. Karena sikap disiplin dapat
menentukan kepribadian yang baik dan dapat mengendalikan prilaku pada
individu. Kedisiplinan yang diterapkan pada kehidupan dapat mengembangkan
pengendalian diri dan self directions sehingga seseorang dapat
mempertanggungjawabkan dengan baik segala tindakan yang dilakukan.
Selamjutnya setiap inividu yang berada dalam suatu lingkungan akan terkait
budaya dilingkungan tersebut. Setiap lingkungan akan mempunyai budaya
yang berbeda-beda dengan budaya dari lingkungan lain. Hal demikian
mempengaruhi pengendalian diri seseorang sebagai anggota lingkungan
tersebut.
Kehidupan sehari-hari ndividu dituntut dalam mengendalikan diri
sendiri. Hal tersebut karena manusia ialah makhluk sosial, yang tidak bisa
berdiri sendiri tanpa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang-orang
dilingkungannya, sehingga pengendalian diri sangat berperan penting dalam
bersosialisasi tersebut. Individu yang memiliki pengendalian diri yang tinggi
akan dapat bersosialisasi dengan baik dan dapat mengantisipasi stimulus dari
luar. Tinggi rendahnya pengendalian diri pada individu dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa
pembentukan pengendalian diri tidak semata-mata dibangun secara praktis,
namun secara berangsung dan berlanjut sehingga menjadi sesuatu yang
melekat pada individu.

2.2 Organisasi

2.2.1 Pengertian Organisasi


Organisasi adalah sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-
objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama.
Bila organisasi sehat, bagian-bagian yang interdependen bekerja dengan cara
yang sistematik untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pengetahuan
mengenai organisasi meliputi pengenalan akan struktur atau rancangan apa
menghasilkan apa. Kaum objektivis menekankan struktur, perencanaan, kontrol,
dan tujuan, dan menempatkan faktor-faktor utama ini dalam suatu skema
adaptasi organisasi. Lingkungan menentukan prinsip-prinsip pengorganisasian.
Organisasi dianggap sebagai pemroses informasi besar dengan input,
throughput, dan output. Sistem terstruktur atas perilaku ini mengandung
jabatan-jabatan (posisi-posisi) dan peranan-peranan yang dapat dirancang
sebelum peranan-peranan tersebut diisi oleh aktor-aktor.
Artinya, mempelajari organisasi adalah mempelajari organisasi
keseluruhan. Organisasi adalah suatu entitas yang berfungsi dengan cara-cara
tertentu. Pertanyaannya mungkin menyangkut bagaimana organisasi dapat
beradaptasi dengan cara terbaik terhadap lingkungan untuk mengembangkan
diri dan keberlangsungan hidup. Sebagian teoretisi membagi organisasi menjadi
bidang-bidang kajian organisasi, lingkungan, kelompok-kelompok, dan
individu-ke-kelompok. Namun semua pembagian ini dianggap bagian dari suatu
entitas bernama “organisasi”.

2.2.2 Ciri - Ciri Organisasi


Ciri-ciri Organisasi Suatu perkumpulan dapat dikatakan sebagai organisasi jika
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Saling Mengenal
Organisasi lahir karena adanya proses saling mengenal antara satu dengan
yang lain.
2. Tujuan Bersama
Organisasi merupakan wadah bagi individu maupun kelompok yang memiliki
tujuan bersama .
3. Kerja Sama
Organisasi lahir karena adanya kerjasama yang erat di antara individu ataupun
kelompok sehingga dalam melakukan kegiatan roda organisasi akan sangat
erat dengan kegiatan kerja sama.
4. Komunikasi
Interaksi dalam organisasi baik individu maupun kelompok menghasilkan
arus informasi sehingga pesan-pesan yang ada di dalam organisasi mampu
tersampaikan dengan baik.
5. Pemimpin dan yang Dipimpin
Organisasi akan melahirkan pemimpin dan yang dipimpin.
6. Kewenangan dan Supervisi Kewenangan
Merupakan mandat tertulis yang lahir dari proses berorganisasi dan supervisi
sebagai pengawasan terhadap mandat yang diberikan.
7. Pembagian Kerja dan Tanggung Jawab
Pembagian kerja erat kaitannya dengan tanggung jawab anggota organisasi
untuk melakukan tugas dengan sebaikbaiknya.
8. Kontribusi Setiap Anggota
Setiap individu yang ada di dalam organisasi akan memberikan kontribusi
terbaiknya bagi pencapaian tujuan organisasi.

2.2.3 Pembentukan Organisasi


Organisasi dibentuk sebagai wadah untuk berinteraksi dan bekerja sama, demi
mencapai tujuan bersama. Pembentukannya didasari oleh kontrak atau perjanjian
yang terdiri dari:
1. Kontrak Insidental (Spot Contract)
Kontrak yang terjadi karena adanya transaksi insidental atau dadakan (spot
transaction).
2. Kontrak Relasional (Relational Contract)
Kontrak yang terjadi dari adanya hubungan atau relasi antara dua orang atau
lebih.
3. Kontrak Implisit (Implicite Contract)
Merupakan jenis kontrak yang paling fleksibel, di mana tanpa adanya ikatan
kontrak secara formal, seseorang dapat dengan mudah menjadi anggota suatu
organisasi.

2.2.4 Prinsip-prinsip Organisasi


1. Pengetahuan
Hanya organisasi yang unggul yang memperoleh, mengolah,
mendistribusikan, dan menjadikan pengetahuan sebagai nilai kompetitif
organisasi.
2. Kemampuan
Prinsip ini sangat penting diketahui untuk memahami mengapa seseorang
berbuat dan berperilaku berbeda dengan orang lain.
3. Kebutuhan
Kebutuhan ini dimaksudkan, bahwa beberapa pernyataan di dalam diri
seseorang yang menyebabkan seseorang itu berbuat untuk mencapainya
sebagai objek atau hasil.
4. Membuat Pilihan
Untuk Bertindak Di dalam banyak hal, seorang dihadapkan pada sejumlah
kebutuhan yang potensial harus dipenuhi melalui perilaku yang dipilih.
5. Pengalaman
Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu sering kali
berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan berbeda.
6. Reaksi Senang Atau Tidak Senang
Perasaan senang dan tidak senang akan mempengaruhi perilaku individu serta
bagaimana individu tersebut akan berinteraksi antara yang satu dengan yang
lainnya.

2.2.5 Unsur-unsur dalam Perilaku Organisasi


1. Orang-Orang
Sistem sosial intern organisasi terdiri dari orang-orang dan kelompok, baik
kelompok besar maupun kecil, serta kelompok yang lebih resmi dan formal.
2. Struktur
Menentukan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi.
3. Teknologi
Menyediakan teknologi yang dapat digunakan oleh pegawai untuk bekerja
dimana teknologi tersebut mampu mempengaruhi tugasnya.
4. Lingkungan
Semua organisasi beroperasi di dalam lingkungan luar, organisasi tidak
berdiri sendiri.

2.2.6 Keefektifan Organisasi dan Pengendalian


Tujuan yang paling penting bagi keberhasilan sebuah organisasi adalah
kelangsungan hidup. Jika ada sesuatu yang dicari sebuah organisasi untuk
dikerjakan, maka itu adalah upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Namun penggunaan kelangsungan hidup sebagai kriteria
mengasumsikan kemampuan untuk mengidentifikasi sebuah organisasi. Ada
beberapa faktor yang membuat pengendalian semakin diperlukan setiap
organisasi, yaitu: perubahan lingkungan organisasi, peningkatan kompleksitas,
kesalahan, dan kebutuhan pemimpin untuk mendelegasikan wewenang.
Terkait perubahan lingkungan organisasi, berbagai perubahan
lingkungan organisasi terjadi terus menerus dan tidak dapat dihindari, seperti
munculya inovasi produk/jasa dan pesaing baru, adanya peraturan pemerintah
baru dan sebagainya. Melalui fungsi pengendalian, pemimpin mendeteksi
perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang/jasa organisasi, sehingga
mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan
perubahan yang terjadi.

2.3 Strategi Pengendalian Diri Dalam Menunjang Keberhasilan Organisasi

Strategi Pengendalian Diri Menurut Ghufron aspek-apek yang terdapat dalam


pengendalian diri adalah:
1. Kemampuan mengontrol perilaku Dalam hal ini perilaku sangat penting
peranannya sehingga apabila perilaku seseorang tidak terkontrol maka dapat
terjadi perilaku yang menyimpang meskipun kemampuan mengontrol perilaku
pada tiap-tiap individu berbeda.
2. Kemampuan mengontrol stimulus
Kemampuan mengontrol stimulus juga menjadi salah satu aspek dari control
diri atau pengendalian diri karena dalam kehidupan sesorang terdapat berbagai
stimulus yangditerima. Dari berbagai macam stimulus yang masuk tersebut
individu harus mempunyai kemampuan untuk mengontrol stimulus-stimulus
tersebut yaitu dengan memilah stimulus yang mana yang harus diterima dan
stimulus yang harus ditolak.
3. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Individu dalam menghadapi suatu masalah atau suatu peristiwa harus memiliki
kemampuan untuk mengantispasi masalah tersebut agar tidak menjadi masalah
yang semakin besar dan rumit.

4. Kemampuan menafsirkan peristiwa


Individu juga harus mempunyai kemampuan untuk menafsirkan peristiwa
artinya individu harus dapat mengartikan semua peristiwa yang terjadi dalam
kehidupannya sehingga dapat dengan mudah untuk menjalani peristiwa
tersebut dan dapat memikirkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan
selanjutnya.
5. Kemampuan mengambil keputusan
Dalam setiap peristiwa pasti ada sesuatu yang harus diputuskan. Setiap
individu harus mempunyai kemampuan untuk mengambil suatu keputusan
yang baik, dimana keputusan yang diambil tersebut baik untuk diri sendiri,
orang lain dan sekitarnya juga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Aspek-aspek tersebut di atas jika dimiliki oleh setiap individu terutama seorang
pemimpin maka akan mempunyai kemampuan untuk pengendalian diri sebaik
mungkin dan akan terhindar dari masalah yang tidak dinginkan. Sehingga suatu
organisasi akan berjalan dengan baik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Strategi Pengendalian diri berpengaruh pada organisasi karena organisasi
merupakan sekumpulan individu dalam satu wadah yang saling berkepentingan
dan memiliki tujuan yang sama sehingga kepentingan dan tujuan tersebut
menjadi pengikat kebersamaannya Individu tersebut berinteraksi dan bekerja
sama di mana di dalamnya terdapat kontrak, sistem, struktur, dan sebagainya.
Pengendalian diri dalam menunjang keberhasilan organisasi dapat mewujudkan
tujuan organisasi karena organisasi bergerak dan bekerja berdasarkan visi dan
misi organisasi itu sendiri. Prinsip organisasi yaitu menjadikan pengetahuan
sebagai nilai kompetitif organisasi, dan memahami mengapa seseorang berbuat
dan berperilaku berbeda dengan orang lain, prinsip kebutuhan, membuat pilihan
untuk bertindak, pengalaman dan reaksi senang atau tidak senang.

3.2 Saran
Setelah mengetahui dan memahami segala sesuatu hal strategi pengendalian diri
dalam menunjang keberhasilan organisasi, kami disini sangat mengharapkan
semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan pengetahuan
bagi pembaca. Apabila ada kritik dan saran kami persilahkan untuk membantu
makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Soelistya D. 2022. “Kepemimpinan Strategis”. Nizamia Learning Center

Sugiyanto E. 2016. “Pengendalian Dalam Organisasi”. Lembaga Penerbitan


Universitas Universitas Nasional

Umboh A. 2023. “Kemampuan Mengendalikan Diri”

Zulfah. 2021. “Karakter : Pengendalian Diri”. Universitas Muhammadiyah


Makassar

Anda mungkin juga menyukai