Anda di halaman 1dari 3

Hal yang mendasari perilaku induvidu

Pentingnya memahami perilaku induvidu dikarenakan setiap induvidu memiliki


karakteristik – karakteristik yang berbeda sehingga mempengaruhi pola dan sistem kerja
organisasi. Menurut Sopiah untuk memahami perilaku induvidu dengan baik, terlebih dahulu kita
harus memahami karakteristik yang melekat pada induvidu. Adapun karakteristik yang dimaksud
adalah ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap (Sopiah 2008). Manusia merupakan
salah satu dimensi dalam organisasi yang amat penting, merupakan salah satu faktor dan
pendukung organisasi (Ratih 2018). Perilaku organisasi pada hakikatnya adalah hasil – hasil
interaksi antara induvidu – induvidu dalam organisasinya. Oleh karena itu untuk memahami
perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu induvidu – induvidu sebagai pendukung
organisasi tersebut (Thoha 2012).
Kast dan Jmaes, mengemukakan perilaku adalah cara bertindak ia menunjukan tingkah
laku seseorang. Pola perilaku adalah mode tingkah laku yang dipakai seseorang dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatannya. Dikatakan bahwa proses perilaku serupa untuk semua
induvidu. Walaupun pola perilakunya berbeda. Ada 3 asumsi yang saling berkaitan mengenai
prilaku manusia, 1). perilaku itu disebabkan (coused) 2). perilaku itu digerakan (motivated) 3).
Perilaku itu ditunjukan pada sasaran. Ketiga unsur itu saling terkait dalam modal dasar perilaku
induvidu dan berlaku kepada siapa dan kapan dan saja. (Kast & Rosenzweig, 1995). Setiap
induvidu berperilaku ketika ada ransangan dan memiliki sasaran tertentu. Perilaku kea rah
sasaran, timbul karena ada ransangan dan semua perilaku ada penyebabnya. Yang pokok dalam
proses ini adalah jarak antara kondisi sekarang dengan kondisi yang diinginkan dan perilaku
yang timbul untuk menutupi jarak itu. Ransangan disaring melalui sistem keinginan atau
kebutuhan yang mungkin bermacam – macam bentuknya.
Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antar person atau induvidu
dengan lingkungannya, induvidu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan,
kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masalalunya. Ini semua
merupakan karakteristik yang dipunya induvidu dan karakteristik ini akan dibawa olehnya
manakala ia akan memasuki sesuatu lingkungan baru, yakni organisasi atau lainnya. Oraganisasi
yang juga merupakan suatu lingkungan bagi induvidu mempunyai karakteristik pula. Adapun
karakteristik yang dipunyai organisasi antara lain: keteraturan yang diwujudkan dalam susunan
hirarki, pekerjaan – pekerjaan, tugas – tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem
penggajian,sistem pengendalian dan lain sebagainya.
Salah satu memahami sifat – sifat manusia ialah dengan menganalisa prinsip – prinsip
dasar yang merupakan salah satu bagian daripadanya. Sebagaimana deikemukakan oleh
Thoha,sebagai berikut:
Manusia berbeda perilakunya, karena kemampuannya tidak sama. Mempelajari prinsip
dasar kemampuan amat penting agar diketauhi mengapa seseorang berbuat dan berperilaku
berbeda dengan yang lain. Dengan adanya keterbatasan kemampuan maka setiap orang didalam
melaukan tugasnya akan tidak sama pula. Demikian pula dengan seseorang pemimpin. Ada
seorang pemimpin bisa mengatasi persoalan yang rumit hanya memerlukan beberapa saat saja,
tetapi tidak demikianlah dengan pemimpin yang lain. ia memerlukan puasa tiga hari tiga malam,
berkonsultasi dengan orang tua disuatu desa yang diagung-agungkan, dan banyak cara yang
dilakukan.Keterbatasan kemampuan ini yang membuat seseorang bertingkah laku yang berbeda.
Banyak yang diinginkan manusia, tetapi jawaban manusia untuk mewujudkan keinginannya itu
terbatas, sehingga menyebabkan semua yang diinginkan itu tidak tercapai (Thoha, 2012).
Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda. Para ahli sepakat bahwa manusia ini
berperilaku karena di dorongan oleh serangkaian kebutuhan. Dengan adanya kebutuhan yang ada
dalam diri setiap individu, hal ini mendorong semangatnya untuk berbuat dalam mencapainya
sesuatu objek atau hasil. Hal ini bisa dipergunakan untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku
yang berorientasi tujuan di dalam kerja sama organisasi
Perilaku manusia terlalu rumit untuk dapat dijelaskan dengan generalisasi yang dapat
diterapkan pada sesama manusia. Dan perilaku pribadi merupakan bagian dari pembahasan
perilaku organisasi. Menurut Miftah Thoha, perilaku organisasi pada hakikatnya adalah
merupakan hasil interaksi antar individu dalam organisasi maka untuk mengetahui perilaku
organisasi dengan baik terlebih dahulu harus diketahui terlebih dahulu perilaku individu-individu
yang ada dalam organisasi..
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu ada 2 yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. yang termasuk dalam faktor internal yaitu Hereditas (keturunan atau bawaan)
menurut ahli yang beraliran nativisme mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi individu
semata-mata di tentukan oleh unsur pembawaan. faktor pembawaan adalah proses penurunan
sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang ada pada orang tua atau dari keturunan kerabat-kerabat
terdekat. sifat bawaan ini sulit untuk dirubah udah menjadi kebiasaan atau keturunan dari sifat
orang tuanya. Faktor internal yang mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi
diantaranya: motivasi, motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan
kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan induvidu.
Adapun faktor eksternal, Kondisi lingkungan. Menurut ahli aliran empirisme berpendapat
bahwa perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan. Faktor
atau kondisi lingkungan ini juga mempengaruhi perkembangan manusia. Lingkungan merupakan
suatu tempat dimana kita saling membutuhkan atau saling berinteraksi antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain. Faktor eksternal antara lain; pendidikan; agama; kebudayaan;
lingkungan; dan sosial ekonomi. Faktor tersebut sedikit banyak mempengaruhi perilaku
seseorang, begitu pula dalam perilakunya di sebuah organisasi. Faktor-faktor ini dapat
mempengaruhi perkembangan manusia mulai sejak lahir sampai meninggal dalam
mempengaruhi ke arah yang lebih baik maupun yang tidak baik. Pendidikan. Secara luas
pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu, proses dan kegiatan Pendidikan pada
dasarnya melibatkan masalah perilaku induvidu maupun kelompok.
Teori perilaku
1. Teori perilaku Terencana (Theory of planned Behavior)
Teori ini merupakan hasil pengembangan dari Theory of Reaosned Action (TRA)
oleh Icek Ajzen menjadi Theory of Planned Behavior (TPB) pada tahun 1985 melalui
sebuah artikelnya yang berjudul "From intentions to actions. A Theory of planned
behavior" (Ajzen, 1985) TPB ditujukan untuk memprediksi perilaku individu secara
spesifik. Dalam dunia psikologi, teori perilaku yang direncanakan merupakan suatu teori
terkait hubungan antara keyakinan dan perilaku. Teori inilah yang menyatakan bahwa
sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku, bersama-
sama membentuk niat perilaku individu (Manuntung, 2018) Faktor utama dalam teori
perilaku terencana berasal dari niat individu untuk melakukan perilaku tertentu.
Diasumsikan bahwa niat berfungsi untuk menangkap faktor motivasi yang
mempengaruhi perilaku. Maka, semakin kuat niat yang dimiliki, semakin besar pula
kinerja yang dihasilkan (Ajzen, 2005).
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi niat konseptual yang independen yaitu
sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku.
1. Faktor yang pertama adalah sikap terhadap perilaku yang mengacu pada
sejauh mana individu tersebut memiliki penilaian yang baik atau sebaliknya
berdasarkan perilaku yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap individu
cenderung akan berperilaku jika mendapatkan penilaian yang baik atas
perilaku yang dilakukannya, sehingga ia berpikir akan mendapatkan dampak
yang positif untuk dirinya maupun orang lain.
2. Faktor yang kedua merupakan faktor sosial yang disebut norma subjektif
Faktor tersebut merujuk pada adanya tekanan sosial yang didapatkan oleh
individu tersebut sehingga menjadi penentu untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku Norma subjektif bersifat positif ketika individu
mendapatkan dukungan dari lingkungannya untuk berperilaku, begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, respon dari pihak lain dapat menjadi faktor
pendukung atau penghambat setiap individu dalam melakukan suatu perilaku.
3. Faktor yang ketiga adalah persepsi terhadap pengendalian yang dapat
dilakukan (perceived behavioral control). Faktor ini mengacu pada
kemudahan dan kesulitan yang dirasakan dalam melakukan perilaku. Tujuan
ditambahkannya faktor ini merupakan upaya dalam memahanı keterbatasan
yang dimiliki individu dalam melakukan perilaku tertentu, Maka, semakin
menguntungkan sikap dan norma subjektif terkait perilaku, semakin besar
pula kontrol perilaku yang dirasakan, dan semakin kuat pula niat individu
untuk melakukan perilaku yang dipertimbangkan. Namun, kontrol perilaku
juga dapat mempengaruhi secara langsung niat individu untuk melakukan
suatu perilaku serta mempengaruhi perilaku individu tersebut (Ajzen, 2006).

Anda mungkin juga menyukai