Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PSIKOLOGI SOSIAL

Nama : Fathur Rahman

Nim : 2001113437

Kelas : Psikologi Sosial A

1. Ada 3 teori yang menjelaskan tentang sikap dan perilaku,

• Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)

Teori ini menguhubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan
perilaku (behavior). Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui
apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun,
seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak
selalu berdasarkan kehendak).

Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan atau Teori Aksi Beralasan
mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang
teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal :

Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap
sesuatu.

Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap tetapi juga oleh norma subyektif (subjective
norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita lakukan.

Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma subyektif membentuk suatu intensi atau
niat untuk berperilaku tertentu.

Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa intensi atau niat merupakan fungsi dari sua determinan dasar,
yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap
tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma
subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA)
dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri
dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut.
Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan
apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya orang lain ingin agar ia melakukannya.
Lebih jelasnya, ada beberapa komponen dalam Theory of Reasoned Action :

Behavior Belief

Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu, disini seseorang akan
mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), disamping itu
juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu bila ia
melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the outcome)

Normative Belief

Mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak dari norma-norma


subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa
yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan motivasi
seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut (seberapa penting kita menerima saran atau anjuran dari
orang lain)

Attitude towards the behavior

Sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persepsi
terhadap konsekuensi seuatu perilaku dan penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti
perasaan umum yang menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu objek
yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap merupakan poin penentu perubahan perilaku yang
ditujukan oleh perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu.

Importance Norms

Norma-norma penting atau norma-norma yang berlaku di masyarakat, adalah pengaruh faktor sosial
budaya yang berlaku di masyarakat dimana seseorang tinggal. Unsur-unsur sosial budaya yang
dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapat membawa seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan
sebuah perilaku.

Subjective Norms

Norma subjektif atau norma yang dianut seseorang atau keluarga. Dorongan anggota keluarga,
termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilaku tertentu, yang
kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau kerabat. Kemampuan anggota
keluarga atau kerabat terdekat mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku seperti yang mereka
harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku
tertentu dan keyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku seperti yang disarankan.
Behavioral Intention

Niat ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat dan norma subjektif. Komponen pertama
mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untuk rugi dari
perilaku tersebut (outcome of behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya
konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding og the outcome).
Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-normasubjektif dan norma sosial yang mengacu
pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap
penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.

Behavior

Perilaku adalah sebuah tingakan yang telah dipilih seseorang untuk ditampilkan berdasarkan atas niat
yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam action atau tindakan.

Theory of Reasoned Action ini juga memberikan beberapa keuntungan karena teori ini memberikan
pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam item yang operasional. Fokus sasaran adalah
prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam kendali
seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara jelas. Tuntutan ini
memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan tindakan (action), sasaran (target), konteks dan
perbedaan waktu serta komponen model sendiri termasuk intensi, sikap, norma subjektif dan
keyakinan. Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian (salience). Hal ini berarti, sebelum
mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan kelompok
referensi yang penting bagi perilaku populasi. Dengan demikian, harus diketahui nilai dan norma
kelompok sosial yang diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri, tetapi cara budaya
mempengaruhi sikap, kehendak dan perilaku).

Contoh :

Seseorang mengikuti latihan fisik yang keras agar bisa membentuk fisiknya (tindakan) karena ingin
mendaftar seleksi penerimaan aparat negara (alasan)
• TEORI PERILAKU TERENCANA (THEORY OF PLANNED BEHAVIOR)

Teori Perilaku Terencana Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior)
merupakan pengembangan lebih lanjut dari Teori Perilaku Beralasan (Theory of Reasoned Action).
Teori perilaku yang direncanakan adalah sebuah teori tentang hubungan antara keyakinan dan
perilaku. Teori ini menyatakan bahwa sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi
pengendalian perilaku, bersama-sama membentuk niat perilaku individu dan perilaku.

Theory of Planned Behavior (TPB) dicetuskan oleh Icek Ajzen pada tahun 1985 melalui artikelnya
“From intentions to actions: A Theory of planned behavior”. Menurut Ajzen (1991), faktor sentral
dari perilaku individu adalah bahwa perilaku itu dipengaruhi oleh niat individu (behavior intention)
terhadap perilaku tertentu tersebut.

Asumsi Teori Perilaku Terencana atau TPB (Theory of Planned Behavior) didasarkan pada asumsi
bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin
baginya secara sistematis (Achmat, 2010).

Perpanjangan self-efficacy Selain sikap dan norma subjektif, TPB menambahkan konsep persepsi
pengendalian perilaku, yang berasal dari teori self-efficacy (SET). Self-efficacy adalah prasyarat yang
paling penting untuk perubahan perilaku, karena menentukan inisiasi perilaku koping. Teori self-
efficacy memberikan kontribusi untuk menjelaskan berbagai hubungan antara keyakinan, sikap, niat,
dan perilaku.

Konsep variabel kunci: Perilaku keyakinan dan sikap terhadap perilaku Keyakinan Perilaku:
keyakinan individu tentang konsekuensi dari perilaku tertentu. Konsep ini didasarkan pada
probabilitas subjektif bahwa perilaku akan menghasilkan hasil yang diberikan. Sikap terhadap
perilaku: evaluasi individu positif atau negatif dari diri-kinerja perilaku tertentu. Konsepnya adalah
sejauh mana kinerja dari perilaku tersebut positif atau negatif dihargai.

Konsep variabel kunci: Normatif keyakinan dan norma subyektif Normatif keyakinan: persepsi
individu tentang perilaku tertentu, yang dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang signifikan
(misalnya, orang tua, pasangan, teman, guru). Norma subyektif: persepsi individu terhadap tekanan
normatif sosial, atau keyakinan lain yang relevan ‘bahwa ia harus atau tidak harus melakukan perilaku
tersebut.
Perilaku niat dan perilaku Niat perilaku: indikasi kesiapan individu untuk melakukan perilaku
tertentu. Perilaku: respon diamati individu dalam situasi tertentu sehubungan dengan target yang
diberikan.

Pengaruh sosial Konsep pengaruh sosial telah dinilai oleh norma sosial dan keyakinan normatif baik
dalam teori tindakan beralasan dan teori perilaku terencana. Pikiran elaborative Individu ‘pada norma
subyektif adalah persepsi pada apakah mereka diharapkan oleh teman, keluarga dan masyarakat untuk
melakukan perilaku yang dianjurkan. Pengaruh sosial diukur dengan evaluasi berbagai kelompok
sosial.

Contoh :

Seseorang menabung demi bisa melanjutkan pendidikannya dengan uang tabungannya

• Teori Attitude To Behaviour Process Model (Fazio)

Di dalam teori ini Fazio (1991) mengemukakan bahwa kalau hubungan respon sikap dan perilaku
terjadi secara spontan. Hasilnya kebiasaan dan pengalaman yang menimbulkan sikap tertentu terhadap
objek tertentu juga.

Contoh :

Seseorang yang berkomunikasi kepada temannya cenderung lebih kompleks dan ringan, namun
apabila seseorang berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal maka menggunakan gaya
komunikasi yang baku.
2. Jelaskan Tentang Perilaku

a) Persuasi

Persuasi adalah komunikasi yang digunakan untuk mempengaruhi dan meyakinkan orang lain.
Melalui persuasi setiap individu mencoba berusaha mempengaruhi kepercayaan dan harapan orang
lain. Persuasi pada prinsipnya merupakan upaya menyampaikan informasi dan berinteraksi antar
manusia dalam kondisi di mana kedua belah pihak sama-sama memahami dan sepakat untuk
melakukan sesuatu yang penting bagi kedua belah pihak. Bila berkomunikasi dengan sesama, setiap
individu berharap pesan yang disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipercayai. Persuasif
merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan agar pesan yang ingin disampaikan dimengerti
dan dipercayai oleh orang lain.Komunikasi persuasif membiarkan orang lain (persuadee) bebas
melakukan apapun yang mereka inginkan setelah persuader berusaha meyakinkan mereka.
Komunikasi persuasif menekankan keterbukaan, kepercayaan, dan praktik-praktik manajemen yang
demokratis.

b) Teknik Persuasi

• Asosiasi, penyajian denga menumpangkan objek yang sedang menarik perhatian.

• Integrasi, kemampuan komunikator menyatukan diri secara komunikatif dengan sasaran.

• Ganjaran, mempengaruhi dengan cara mengiming-imingi sasaran dengan hal yang menguntungkan.

• Tataan, menata pesan dengan baik sehingga enak disampaikan,didengar, motivatif dengan himbauan
emosional.

• Red-hering, komunikator mengelakkan atau mengalihkan suatu kondisi yang sulit kearah yang
dikuasai.

c) 5 macam penolakan terhadap perSuasif


• Reaksi penolakan, pelawanan terhadap persuasi yang membuat seseorang menolak atau melalukan
perlawanan karena merasa kebebasannya terancam. Contoh dilarang melakukan sesuatu yang disukai.

• Peringatan sebelum kejadian, individu mengetahui bahwa dirinya akan menjadi target sasaran
persuasi sehingga menolak danmenyiapkan argument bantahan terhadap tindakan persuasi.

• Menghindari selektif, menghindari atau tidak memperhatikan isi pesan yang tidak sesuai dengan
sikap dan lebih memilih Isi pesan yang disukai atau sesuai minat.

• Membantah aktif, individu menentang dan membantalh pandangan yang berbeda dengan sikap yang
dimilikinya.

• Suntikan kekebalan, pesan persuasif yang bertentangan dengan individu menjadi suntikan melawan
ide dan tidak mau mengubah sikap malahan menjadi “imun”

3. Disonansi Kognitif

Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai
perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan
dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger
pada tahun 1950an.

Anda mungkin juga menyukai