TINJAUAN PUSTAKA
Theory of planned behavior (teori perilaku terencana) merupakan pengembangan dari teori sebelu
mnya yaitu theory of reasoned action (teori tindakan beralasan) yang dikemukakan oleh Icek Ajzen da
n Martin Fishbein. Dalam theory of reasoned action (teori tindakan beralasan), dimana teori ini merup
akan teori yang digunakan untuk memperkirakan tingkah laku seseorang. Dalam theory of reasoned a
ction (teori tindakan beralasan) memiliki dua prediksi utama dalam menilai niat seseorang untuk berpe
rilaku, yaitu attitude toward the behavior dan subjective norm (Ajzen, 1991).
Theory of reasoned action (teori tindakan beralasan) kemudian diperluas dan dimodifikasi kemba
li oleh Icek Ajzen menjadi Theory of planned behavior (teori perilaku terencana). Menurut analisis Aj
zen, theory of reasoned action (TRA) hanya dapat digunakan untuk perilaku yang sepenuhnya berada
di bawah kontrol individu tersebut, dan tidak sesuai jika digunakan untuk menjelaskan perilaku yang ti
dak sepenuhnya di bawah kontrol individu karena adanya faktor lain yang kemungkinan dapat mengha
mbat atau mendukung tercapainya niat individu untuk berperilaku, sehingga Ajzen dalam Theory of pl
anned behavior (TPB) menambahkan satu faktor antesenden yaitu perceived behavioral control.
Dalam Theory of planned behavior (teori perilaku terencana) menerangkan bahwa perilaku se
seorang akan muncul karena adanya niat untuk berperilaku. Theory of planned behavior dikhususk
an pada perilaku spesifik seseorang dan untuk semua perilaku secara umum Niat seseorang untuk b
erperilaku dapat di prediksi oleh tiga hal yaitu sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavio
r), norma subyektif (subjective norm), dan persepsi pengendalian diri (perceived behavioral contro
l). Attitude toward the behavior merupakan keseluruhan evaluasi seseorang mengenai positif atau n
egatifnya untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Subjective norm merupakan kepercayaan ses
eorang mengenai tuntutan dari orang lain yang dianggap penting baginya untuk bersedia menampil
kan atau tidak menampilkan suatu perilaku tertentu sesuai dengan tuntutan. Perceived behavioral c
ontrol adalah persepsi seseorang tentang kemampuannya untuk menampilkan suatu perilaku tertent
u (Ajzen, 1991).
Dalam Theory of Planned Behaviour (TPB) menjelaskan bahwa sikap terhadap perilaku, norm
a subyektif dan persepsi pengendalian diri akan memunculkan sebuah niat untuk melakukan perilaku.
Actual Behavioral Control (Kontrol perilaku nyata) akan terjadi apabila seseorang ingin melakukan ni
at yang dimiliki.
Sikap terhadap perilaku merupakan suatu fungsi yang didasarkan oleh behavioral beliefs, yait
u belief seseorang terhadap konsekuensi positif dan atau negatif yang akan diperoleh seseorang apabil
a melakukan suatu perilaku (salient outcome beliefs). Sikap terhadap perilaku (attitude toward the beh
avior) didefinisikan sebagai tingkatan penilaian positif atau negatif individu terhadap suatu perilaku. A
ttitude toward the behavior ditentukan oleh kombinasi antara belief individu tentang konsekuensi posit
if dan atau negatif dari perilaku yang dimunculkan (behavioral beliefs) dengan nilai subyektif sese
orang terhadap konsekuensi
Keterangan:
ei = Evaluasi
Sikap terhadap perilaku adalah sejauh mana kinerja dari perilaku yang positif atau negatif d
ihargai. Menurut rumus diatas, sikap terhadap perilaku (AB) dihasilkan dari penjumlahan hasil per
kalian antara belief dan outcome yang dihasilkan (bi) dengan evaluasi (ei).
Norma subyektif (subjective norm) diartikan sebagai persepsi seseorang mengenai tekanan
dari lingkungan sekitar untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Subjective norm ditentuka
n oleh kombinasi antara belief seseorang tentang setuju dan atau tidak setuju seseorang atau kelom
pok yang dianggap penting bagi individu terhadap suatu perilaku (normative beliefs), dan motivasi
individu untuk mematuhi anjuran tersebut (motivation to comply). (Ajzen,2006).
Sikap yang dimiliki oleh seseorang terhadap perilaku didasari oleh belief seseorang
Subjective norm dihasilkan dari perkalian antara normative beliefs (keyakinan normatif) dengan motiv
ation to comply (motivasi untuk mematuhi). Hubungan antara normative beliefs (keyakinan normatif)
dengan motivation to comply (motivasi untuk mematuhi) dapat ditulis dalam persamaan berikut ini :
SN α ∑ ni mi
Keterangan :
SN = subjective norm
Persepsi pengendalian diri diartikan sebagai fungsi yang didasarkan pada control beliefs, yaitu
belief seseorang tentang ada atau tidak adanya faktor pendukung atau penghambat untuk dapat memun
culkan perilaku. Belief dapat diperoleh dari pengalaman terdahulu individu tentang suatu perilaku, info
rmasi yang dimiliki individu tentang suatu perilaku yang diperoleh dengan melakukan observasi pada
pengetahuan yang dimiliki diri maupun orang lain yang dikenal individu, dan juga oleh berbagai fakto
r lain yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan perasaan individu mengenai tingkat kesulitan dal
am melakukan suatu perilaku. Semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan sedikit fakt
or penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka lebih besar kontrol yang mereka rasakan
atas perilaku tersebut dan begitu juga sebaliknya, semakin sedikit individu merasakan faktor penduku
ng dan banyak faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu akan cenderu
ng mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 2006).
Terdapat dua faktor untuk menentukan persepsi pengendalian diri (perceived behavioral co
ntrol) yaitu control belief dan perceived power. Hubungan antara control belief dan perceived pow
er dapat ditulis dalam persamaan berikut :
PBC α ∑ cipi
Keterangan :
PBC = perceived behavioral control
ci = control belief
pi =perceived power (kekuatan yang mendukung atau menghambat munculnya suatu perilak
u)
Niat (Intention)
Niat (Intention) merupakan kompetensi dari diri individu yang didasarkan pada keinginan i
ndividu untuk melakukan perilaku tertentu. Niat untuk melakukan perilaku dapat diukur mengguna
kan tiga prediktor utama yaitu attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived beh
avioral control . Jika individu berniat untuk melakukan perilaku maka individu tersebut akan cend
erung melakukan perilaku tersebut, namun sebaliknya jika tidak berniat untuk melakukan perilaku
maka individu tersebut cenderung tidak akan melakukan perilaku itu. Niat individu untuk berperila
ku memiliki keterbatasan waktu dalam mewujudkan perilaku nyata, sehingga dalam melakukan pe
ngukuran niat untuk berperilaku perlu diperhatikan empat elemen utama dari niat yaitu target dari
perilaku yang dituju (target), tindakan (action), situasi pada saat perilaku ditampilkan (contex), da
n waktu pada saat perilaku ditampilkan (time) (Ajzen, 2006).
Dalam melakukan pengukuran intensi untuk melakukan suatu perilaku perlu untuk diperhatika
n empat elemen utama dari intensi, yaitu target dari perilaku yang dituju (target), tindakan (action), sit
uasi saat perilaku ditampilkan (contex), dan waktu saat perilaku ditampilkan (time) (Ajzen, 2004). Perl
u diperhatikan juga dalam pengukuran intensi adalah sikap dan intensi harus di ukur dalam tingkatan s
pesifikasi yang sama.
B. Perilaku
Perilaku adalah kumpulan reaksi, perbuatan, aktifitas, gabungan gerakan, tanggapan,
atau jawaban yang dilakukan seseorang seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks, dan
sebagainya. Notoatmodjo (1992) mendefenisikan perilaku sebagai totalitas dari penghayata
n dan aktivitas yang memengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran, daya ingat, dan fantasi s
eseorang. Perilaku adalah
totalitas respon, semua respon juga sangat tergantung pada karakteristik seseorang (Pieter a
nd Lubis, 2010).
Menurut (Notoatmodjo, 2010) perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsan
g (stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons. Perilaku kesehatan adalah suatu respon se
seorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pe
layanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
Menurut (Pieter and Lubis, 2010), perilaku dipengaruhi oleh lima faktor antara lain :
1. Emosi
Emosi adalah reaksi kompleks yang berhubungan dengan kegiatan atau perubahan-per
ubahan secara mendalam dan hasil pengalaman dari rangsangan eksternal dan keadaan
fisiologis. Emosi menyebabkan seseorang terangsang untuk memahami objek atau per
ubahan yang disadari sehingga memungkinkannya untuk mengubah sikap atau perilak
unya. Bentuk-bentuk emosi yang berhubungan dengan perubahan perilaku yaitu rasa
marah, gembira, bahagia, sedih, cemas, takut, benci, dan sebagainya.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman-pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, p
endengaran, penciuman. Persepsi seseorang mampu mengetahui atau mengenal objek
melalui alat penginderaan.
3. Motivasi
Hasil motivasi akan diwujudkan dalam bentuk perilaku, karena dengan motivasi indivi
du terdorong untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosial.
4. Belajar
Belajar adalah salah satu dasar memahami perilaku manusia, karena belajar berkaitan
dengan kematangan dan perkembangan fisik, emosi, motivasi, perilaku sosial dan kepr
ibadian. Melalui belajar orang mampu mengubah perilaku dari perilaku sebelumnya d
an menampilkan kemampuannya sesuai kebutuhannya.
5. Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap situasi-sit
uasi baru secara cepat dan efektif serta memahami berbagai interkonektif dan belajar d
engan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif.
Menurut pendapat (Green, 2005) kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor perila
ku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Perilaku keseha
tan ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing faktor)
Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, status social dan nila
i-nilai.
2. Faktor pendukung (enabling faktor)
dipegang oleh penolong pertama, diantaranya : 1)Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahul
u sebelum bertindak; 2) Amankan korban dari gangguan ditempat kejadian; 3) Tandai tempat keja
dian sehingga orang lain tau bahwa ditempat tersebut ada kecelakaan; 4)Hubungi bantuan seger
a.
ol); 2) Bahan pembersih luka (NaCl, Rivanol, Boor water); 3) Obat pengurang rasa nyeri (pa
Alat minimal yang harus disediakan antara lain : 1) Pembalut gulung ; 2) Pembalut segitiga;
2) Klasifikasi luka
Menurut Palang Merah Indonesia (2008) dalam Saputra (2020) luka diklasifikasikan seb
egai berikut :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak yang disertai kerusakan atau terputusnya jaringan kulit atau selapu
t lendir. Adapun yang termasuk dalam luka terbuka antara lain : 1) Luka lecet; 2) Luka r
obek; 3) Luka sayat/ iris; 4) Luka tusuk; 5) Luka tembak; 6) Luka avulsi / sobek dan 7)
Luka amputasi. Luka terbuka jjuga dapat menimbulkan resiko terjadinya perdarahan luar,
yang jika tidak segera ditangani dapat membahayakan nyaea korban.
b. Luka tertutup
Pada luka tertutup, kondisi luka tidak dapat dari luar secara lebih detail. Adapun yang ter
masuk luka tertutup antara lain ; 1) Memar; 2) Cedera karena himpitan; 3) Cedera remuk.
Perdarahan pada luka ringan umumnya akan berhenti dengan sendirinya. Bila luka agak
besar dan perdarahan tidak mau berhenti, lakukan langkah penghentian perdarahan luar,
yaitu: 1) Tekan langsung pada luka; 2) Elaevasi atau tinggikan daerah luka; 3) Tekan pa
da titik tekan; dan 4) Istirahatkan daerah yang mengalami luka/perdarahan
- Luka tusuk dengan benda penusuknya yang masih menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah
sebagai berikut: 1) Stabilkan benda yang menancap secara manual; 2) Benda asing yang
menancap tidak boleh dicabut; 3) Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan je
las; 4)Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap;
5) Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbaga
i variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya; 6) Rawat syok bil
a ada; 7) Jaga pasien tetap istirahat dan tenang; 8)Rujuk ke fasilitas kesehatan.
- Luka Memar karena terbentur benda keras hingga jaringan bawah kulit
Penanganan yang dilakukan antara lain : 1) Bersihkan luka dengan air; 2) istirahatkan b
agian yang memar; 3)Kompres menggunakan es atau air dingin untuk mengurangi beng
kak dan rasa sakit.
- Luka Terbuka
Prosedur penanganan luka terbuka menurut PMI (2008) untuk anak usia 12-15 (PMR
tingkat madya) antara lain : 1)Pastikan daerah luka terlihat; 2) Bersihkan daerah sekitar l
uka; 3) Cegah terjadinya infeksi; 4)Lakukan penutupan luka dan pembalutan; 5) Baring
kan korban; 6) Tenangkan korban; 7) Rujuk ke fasilitas kesehatan
b) Pembalutan
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Pembalu
tan memiliki beberapa fungsi, diantaranya Penekanan untuk membantu menghentikan perdara
han, mempertahankan penutup luka pada tempatnya dan menjadi penopang untuk bagian tubu
h yang cedera.Sedangkan untuk jenis pembalut,terdapat beberapa jenis pembalut, diantaranya
1)Pembalut pita / gulung; 2)Pembalut segitiga ( mitella ); 3) Pembalut tabung / tubuler; 4)Pe
mbalut penekan. Dalam melakukan pembalutan luka, ada beberapa pedoman yang perlu diper
hatikan, antara lain : 1) Penutup luka harus meliputi permukaan luka; 2) Upayakan permukaa
n luka bersih sebelum ditutup, kecuali terjadi peradarahan; 3)Pemasangan penutup luka dilaku
kan sedemikian rupa sehingga luka tidak terkontaminasi.
- Definisi
Patah tulang merupakan terputusnya jaringan tulang , baik seluruhnya atau hanya sebagian s
aja
- Jenis Patah Tulang
Terdapat dua jenis patah tulang, yaitu patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup. Pada pa
tah tulang tertutup, permukaan kulit masih utuh, sedangkan pada patah tulang terbuka, selain
terjadi patah tulang didalam, tulang yang patah, juga terjadi kerusakan/ robekan kulit, keluar
darah atau tulang terlihat dari luar.
- Tanda/gejala
Terdapat beberapa tanda dan gejalla patah tulang, antara lain : 1)Terjadi perubahan bentuk;
2)Daerah yang patah nyeri & kaku saat ditekan; 3)Bengkak disertai memar; 4)Terjadi gangg
uan fungsi gerak; 5) Terdengar suara berderik; 6) Mungkin terlihat bagian yang patah
b) Urai/cerai sendi
Cerai sendi merupakan keluarnya kepala sendi dari mangkoksendi.
c) Terkilir Sendi
Robeknya / putusnya jaringan ikat sekitar sendi teregang melebihi batas normal.
Tanda/gejala dari terkilir sendi antara lain : 1)Nyeri & bengkak; 2)Nyeri tekan; 3)Warna ku
lit merah kebiruan
d. Terkilir Otot
Robeknya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot ). Gejala dari terkilir otot antara lain :
1) Nyeri yang tajam dan mendadak; 2)Nyeri menyebar keluar dengan kejang; 3)Bengkak
Penanganan patah tulang sama dengan cerai sendi, diantaranya: 1)Lakukan pemeriksaan; 2) S
tabilkan bagian yang patah, pegang bagian atas dan bawah bagian yang patah sebelum diimob
ilisasi; 3)Atasi perdarahan dan luka jika ada; 4)Lakukan pembidaian; 5)Transportasi ke fasilit
as kesehatan dengan posisi bagian yang patah dalam posisi datar dan stabil
4. Penanganan Terkilir
Penanganan terkilir antara lain : 1) Letakan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan
bagian yang cedera; 2)Tinggikan daerah yang cedera; 3)Beri kompres dingin, maksimum sela
ma 30 menit, ulangi setiap jam bila perlu; 4).Balut tekan dan tetap tinggikan; 5)Bila ragu rawa
t sebagai patah tulang; 6) Rujuk kefasilitas kesehatan.
3) Pembidaian
a) Definisi
c) Jenis Bidai
Jenis bidai antara lain : 1)Bidai keras; 2)Bidai Traksi; 3) Bidai improvisasi; 4) Gendongan / bal
ut & bebat
1. Lepas pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera, periksa adanya luka terb
uka atau tanda-tanda patah dan distokasi
2. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis pada bagian distal yang me
ngalami cedera sebelum dan sesudah imobilisasi
4. Imobilisasi pada bagian proximal dan distal derah trauma (yang dicurigai parah atau dislokas
i)
5. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan imobilisasi kecuali ada di tempat bahaya
7. Lakukan tarikan secara perlahan sampai lurus sumbu tulang sehingga dapat dipasang bidai y
ang benar. Tarikan/traksi segera dilepas bila saat diperiksa tampak cyanotic dan nadi lemah.
8. Pada kecurigaan trauma tulang belakang letakkan pada posisi satu garis.
Safe Community didefinisikan sebagai keadaan sehat dan aman yang tercip
ta dari, oleh dan untuk masyarakat yang difasilitasi dan dibina oleh pemerintah da
n teknokrat. Konsep ini diaplikasikan melalui Gerakan Safe Community yaitu gera
kan yang bertujuan menciptakan masyarakat yang merasa hidup sehat, aman, dan
sejahtera dimanapun mereka berada yang melibatkan peran aktif himpunan profes
i maupun masyarakat.
Gawat Darurat Terpadu (SPDGT) sejak tahun 2000. SPDGT yang dikembangkan
ama lintas sektor, baik lintas program kementerian terkait, lembaga swadaya mas
an gawat darurat terpadu pra rumah sakit berbasis masyarakat. Sistem penanggula
ngan gawat darurat berbasis masyarakat ini diharapakan akan melatih masyarakat
era menyusun rencana aksi, serta melakukan upaya penanganan awal/pra rumah sa
Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir , yang berada pada jalan lintas
sumatera dan jauh dari pusat kota memiliki resiko berbagai kasus
• Aspek
Safe Community meliputi 2 aspek penting yaitu :
1. Care
Kerja-sama lintas sektoral terutama non kesehatan dalam menata perilaku dan l
eraan.
2. Cure
Peran utama sektor kesehatan dibantu sektor terkait dalam penanganan keadaan
• Visi gerakan
Untuk mencapai visi gerakan ini disusunlah misi kegiatan yang meliputi :
• Nilai dasar