Anda di halaman 1dari 9

APBG2103

FACULTY OF APPLIED SOCIAL SCIENCES (FASS)


SEPTEMBER 2015

ABPG2103
TEORI TINGKAHLAKU TERANCANG

NO. MATRIKULASI

880914035583001

NO. KAD PENGNEALAN

880914-03-5583

NO. TELEFON

013-4421843

E-MEL

wizuroi@gmail.com

PUSAT PEMBELAJARAN

OUM Shah Alam

PENGENALAN

APBG2103

(TEORI TINGKAH LAKU TERANCANG)


Kadang kala, apabila kita mendapati diri kita mengalami kesakitan sebagai contoh
batuk yang agak teruk, kita akan merasakan bahawa badan kita tidak berada dalam keadaan
yang baik dan mula akan memberikan suatu reaksi yang tidak selesa terhadap diri kita seperti
mengalami demam atau pun lenguh-lenguh di bahagian sendi badan. Pada ketika ini, kita
merancang untuk menyembuhkan diri. Kesan yang dialami oleh diri akan menyebabkan kita
untuk mendapatkan rawatan yang bersesuaian. Kebiasaannya kita akan memilih untuk ke
hospital atau klinik bagi untuk mendapatkan rawatan. Peringkat kejadian ini adalah untuk
menunjukkan bagaimana Teori Tingkah Laku Terancang (TPB) berlaku dan kaitannya dengan
kehidupan manusia.
Teori ini pada awalnya dikenali sebagai Theory of Reasoned Action (TRA) dan
kemudiannya di perluaskan pada tahun 1967. Kemudiannya teori ini terus dikembangkan oleh
dua pelopor utama iaitu Martin Fishbein dan juha Icek Ajzen. Pada tahun 1980, Teori ini
digunakan dalam mempelajari tentang tingkah laku manusia dan tujuan lain seperti
mengembangkan pendekatan-pendekatan yang lebih bersesuaian. Pada tahun 1988, terdapat
elemen lain yang ditambahkan di dalam teori ini dan akhirnya dinamakan sebagai Theory of
Planned Behaviorisme (TPB). Penambahbaikan ini adalah berpandukan berdasarkan
penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Ijzen dan Fishbein dengan menggunapakai TRA.
Siapakah Icek Ajzan dan juga Martin Fishbein ini? Bagi pelajar Psikologi, mereka
mengetahui bahawa kedua individu ini adalah pakar psikologi. Icek Ajzan merupakan seorang
profesor psikologi di University of Massachusetts dan telah menerima anugerah Ph.D dalam
bidang psikologi sosial dari University Illinois. Beliau banyak menulis jurnal dan artikel
bersama Dr. Martin Fishbein mengenai TRA dan TPB. Buku mereka yang kerap digunapakai
oleh ahli akdemik di dalam bidang psikologi sosial adalah bertajuk Understanding Attitude
and Predicting Social Behavior yang diterbitkan pada 1980. Bagi Martin Fishbein pula
merupakan profesor Ph.D dan juga konsultan yang dikenali ramai. Beliau bersama Dr. Ajzen
telah menulis buku Belief, Attitude, Intention and Behavior : An Introduction to Theory and
Research pada tahun 1975. Ia juga telah banyak menulis buku-buku teks, dan artikel-artikel.
Ia mulai berfikir mengenai peranan sikap dalam mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan
di awal 1970-an berkolaborasi dengan Dr. Ajzen mengembangkan Theory of Reasoned Action
dan Theory of Planned Behavior.
Jenis Perilaku pula adalah seperti berikut :

APBG2103

1- Perilaku Reflektif - Perilaku yang terjadi secara spontan, automatik


2- Perilaku Non Reflektif -

Perilaku yang dikendalikan atau diatur oleh otak


Dapat dibentuk dan di kawal.

Pembentukan perilaku adalah secara biasa ataupun di bentuk melalui kefahaman seseorang
itu. Selain itu perilaku terbentuk dengan berpandukan kepada model. Perilaku adalah
penilaian kita terhadap kepelbagaian aspek dunia sosial serta bagaimana penilaian tersebut
memunculkan rasa suka atau tidak suka akan sesuatu isu, idea, manusia ataupun kelompok
sosial. Apabila terbentuknya sikap, ianya amat sukar untuk di ubah. Hal ini menyebabkan
sikap sentiasa menjadi isu utama dalam psikologi sosial kerana sikap sangat mempengaruhi
pemikiran sosial kita walaupun tidak selalu bertidakbalas dengan tingkahlaku yang terancang.
Seikap juga sentiasa mempengaruhi akan perilaku kita serta terhadap orang lain juga turut
berperanan dalam memastikan hubungan diantara manusia.
PENERANGAN TENTANG TEORI TINGKAH LAKU TERANCANG.
Terdapat beberapa tujuan yang dapat diperolehi dari teori ini, antaranya adalah untuk
meramalkan dan memahami tentang pengaruh-pengaruh motivasi tehadap perilaku yang
bukan dibawah kendalian ataupun kemahuan individuitu sendiri. Teori ini menjelaskan
bagaimana dan ke mana arah strategi dalam perubahan perilaku serta menjelaskan kepada
setiap aspek penting terhadap perilaku manusia sebagai contoh mengapa seseorang itu hendak
membeli motorsikal baru, mengapatidak hadir bekerja, ataupun mengapa manusia perlu
berkahwin. Teori ini mewujudkan satu lakaran bagaimana untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku. Berdasarkan teori tersebut, dalam menentukan perilaku seseorang adalah melalui
tujuan daripada perilaku.
Tujuan individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah gabungan dan norma
subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,
evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan
motivasi untuk dilaksanakan. Jika seseorang berpendapat bahawa hasil daripada perilaku yang
ditampilkan adalah positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut dan kesan
negatif akan menunjukkan sikap yang negatif. Jika orang-orang lain yang relevan memandang
bahawa menampilkan perilaku tersebut sebagai sesuatu yang positif dan seseorang itu
bermotivasi untuk memenuhi harapan orang-orang lain yang relevan, maka itulah yang
disebut dengan norma subjektif yang positif.
Jika orang-orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang
negatif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain, maka itulah yang disebut

APBG2103

dengan norma subjektif negatif. Sikap dan norma subjektif diukur dengan skala (misalnya
skala Likert) menggunakan frase suka/tidak suka, baik/buruk, dan setuju/tidak setuju. Intensi
untuk menampilkan suatu perilaku tergantung pada hasil pengukuran sikap dan norma
subjektif. Hasil yang positif mengindikasikan intensi berperilaku. Theory of Reasoned Action
paling berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Jika
perilaku tersebut tidak sepenuhnya di bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia
sangat termotivasi oleh sikap dan norma subjektifnya, ia mungkin tidak akan secara nyata
menampilkan perilaku tersebut. Sebaliknya, Theory of Planned Behavior dikembangkan
untuk memprediksi perilaku-perilaku yang sepenuhnya tidak di bawah kendali individu.
BINCANGKAN PERBEZAAN ANTARA TEORI TINGKAH LAKU TERANCANG
DAN TEORI TINDAKAN BERSEBAB.
Perbezaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu maksud bagi perilaku
yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan oleh dua faktor iaitu
control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam mengendalikan) dan perceived
power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku). Jika
seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang akan
memudahkan suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk
mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki persepsi
yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs yang kuat
mengenai faktor-faktor yang menghambat perilaku. PBC mengindikasikan bahwa motivasi
seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan
untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Theory of Planned Behavior didasarkan pada
asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi
yang mungkin baginya, secara sistematis. .
Persepsi ini dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi
yang akan datang, dan sikap terhadap norma-norma yang berpengaruh di sekitar individu.
Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.
TRA/TPB dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden terdekat dari
suatu perilaku. Dipercaya bahwa semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan suatu
perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil ia melakukannya. Intensi adalah suatu fungsi
dari beliefs dan atau informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan
suatu perilaku tertentu akan mangarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Intensi bisa berubah

APBG2103

karena waktu. Semakin lama jarak antara intensi dan perilaku, semakin besar kecenderungan
terjadinya perubahan intensi. Karena Ajzen dan Fishbein tidak hanya tertarik dalam hal
meramalkan

perilaku

tetapi

juga

memahaminya,

mereka

mulai

mencoba

untuk

mengindentifikasi penentu-penentu dari intensi berperilaku. Mereka berteori bahwa intensi


adalah suatu fungsi dari dua penentu utama, yaitu a) sikap terhadap perilaku dan b) norma
subjektif dari perilaku.
Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap adalah
kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaankepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan berniat
untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif. Sikap
ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan
suatu perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap
konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh
langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif dan perceived
behavioral control.
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara
spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Kepercayaankepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif
(normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia
mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan
hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui
dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang penting tadi
cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang dimaksud.
Masalah terkait TRA akan muncul jika teori tersebut diaplikasikan pada perilaku yang tidak
sepenuhnya di bawah kendali seorang individu tersebut. TPB memperhitungkan bahwa semua
perilaku tidaklah di bawah kendali dan bahwa perilaku-perilaku tersebut berada pada suatu
titik dalam suatu kontinum dari sepenuhnya di bawah kendali sampai sepenuhnya di luar
kendali. Individu mungkin memiliki kendali sepenuhnya ketika tidak terdapat hambatan
apapun untuk menampilkan suatu perilaku.
Dalam keadaan ekstrim yang sebaliknya, mungkin sama sekali tidak terdapat
kemungkinan untuk mengendalikan suatu perilaku karena tidak adanya kesempatan, karena
tidak adanya sumber daya atau ketrampilan. Faktor-faktor pengendali tersebut terdiri atas
faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal antara lain ketrampilan, kemampuan,
informasi, emosi, stres, dsb. Faktor-faktor eksternal meliputi situasi dan faktor-faktor

APBG2103

lingkungan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, Ajzen memodifikasi TRA dengan


menambahkan anteseden intensi yang ke tiga yang disebut perceived behavioral control
(PBC). Dengan tambahan anteseden ke tiga tersebut, ia menamai ulang teorinya menjadi
Theory of Planned Behavior (TPB). PBC menunjuk suatu derajat dimana seorang individu
merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah
pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau
kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya
bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi
perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung dari PBC ke
perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan
kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku.
PERBINCANGAN

TENTANG

BAGAIMANA

TEORI

TINGKAH

LAKU

TERANCANG BOLEH DIGUNAKAN UNTUK KEMPEN / PROGRAM BERHENTI


MEROKOK.
Teori tingkah laku terancang Ajzen (1991) merupakan teori yang menghuraikan tentang
tingkah laku manusia. Teori tingkah laku terancang ini merupakan model lanjutan yang
diubah suai berikutan kelemahan yang ketara dalam model Teori Tindakan Bersebab (Theory
of Reasoned Action) yang dibangunkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Menurut
Ajzen(1991) teori tindakan bersebab, teori ini juga memberi tumpuan utama kepada tahap
keinginan yang mendorong tingkah laku yang hendak dipersembahkan. Dalam konteks ini,
tahap keinginan dianggap dapat mengungkap faktor motivasi yang dipengaruhi sesuatu
tingkah laku (Ajzen 1991).
Hisrich (2008) mengukuhkan lagi pandangan tersebut dan menghuraikan terdapat dua
bentuk persepsi dalam faktor motivasi tersebut, iaitu kemungkinan boleh atau mudah untuk
dilakukan menerusi gambaran menerusi keyakinan personaliti individu dan tahap persepsi
tersebut sangat diingini atau dikehendaki sepertimana yang digambarkan menerusi sikap
individu. Sehingga kini model Ajzen (1991) telah digunakan dengan begitu meluas dalam
teori psikologi untuk menjelaskan dan meramal tingkah laku manusia (Dyer 994: Kolvereid
1996; Krueger dan Carsrud 1993; Krueger 2000).
Pembentukan tingkah laku manusia dipercayai ditentukan oleh tahap keinginan dan
perubahan tingkah laku untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap objek (sasaran)
bergantung kepada situasi tertentu pada masa yang ditetapkan Fishbein dan Ajzen (1975).

APBG2103

Kajian Krueger dan Carsrud (1993) mendapati tahap keinginan merupakan peramal terbaik
kepada tingkah laku manusia yang diperoleh daripada sikap. Selain itu, niat atau keinginan
tingkah laku dipercayai mempunyai perbezaan atau kelainan yang tersendiri dan bergantung
kepada objek, situasi serta masa bagi mempersembahkan sesuatu bentuk tingkah laku
(Krueger 2000).
Berdasarkan teori tersebut, tahap keinginan boleh meramal pelbagai jenis tingkah laku
dengan ketepatan yang tinggi berdasarkan peristiwa-peristiwa yang berlaku pada individu
(Ajen, 1991). Oleh yang demikian, di dalam isu kempen merokok ini dapat kita serapkan
sedikit sebanyak tentang pelaksanaan teori ini dalam mengaitkan terhadap sikap yang
terancang. Seperti yang kita sedia maklum bahawa menurut Pertubuhan Kesihatan Sedunia
(WHO) menjelang tahun 2020 dianggarkan 10 juta orang perokok di dunia akan mati dalam
setahun. Daripada jangkaan itu, lebih 200 juta kanak-kanak dan remaja yang hidup sekarang
akan mati akibat tembakau, dan seramai 500 juta yang lain mati disebabkan serangan penyakit
yang berkaitan dengan tembakau. Di negara kita, dianggarkan satu perempat daripada
kematian akibat penyakit ada kaitannya dengan tabiat merokok. Kadar ini dijangka meningkat
dari setahun ke setahun. Merokok boleh mengurangkan kecergasan fizikal manusia dan daya
tahan. Ini disebabkan asap rokok yang mengadungi karban monoksida akan bergabung
dengan hemogolobin dalam darah. Keadaan ini mencegah oksigen bergabung dengan
hemogolobin. Merokok boleh melesukan tubuh dan fikiran, bukannya menenangkan fikiran.
Bau asap mengganggu dan menyakiti orang yang tidak merokok. Perokok bukan sahaja
membahayakan kesihatan diri sendiri tetapi juga membahayakan mereka yang terdedah
kepada asapnya.
Kesan jangka pendek kepada mereka yang terdedah dengan asap rokok ialah berbau
busuk, kerengsaan mata, hidung serta kerongkong, pening kepala dan batuk. Kesan jangka
panjang pula, mereka akan mengalami gangguan fungsi paru. Bagi mereka yang mempunyai
masalah kesihatan seperti alahan, asma, penyakit jantung dan paru-paru, risikonya lebih
teruk. Turut terbukti bahawa merokok membahayakan janin yang dikandung ibu. Oleh itu, ibu
bapa yang merokok hendaklah berhenti merokok untuk menjaga janin di dalam kandungan.

Kesimpulannya, ketagihan merokok bukan sahaja membahayakan kesihatan tubuh dan


rihani malah menjadi punca kepada pelbagai penyakit. Hal ini sememangnya telah dibuktikan
dan terbukti candu rokok dan nikotinnya boleh membawa maut. Kepada anda dan juga para

APBG2103

remaja dinasihatkan agar tidak mencuba mendekati rokok apatah lagi menghisapnya. Sayangi
diri anda.

RUMUSAN
Dari tinjauan dan pembahasan terhadap penelitian-penelitian mengenai Theory of
Planned Behavior di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahawa teori tersebut sangat memungkinkan untuk diaplikasikan dan atau dijadikan
landasan teoritis untuk melakukan penelitian dalam berbagai bidang.
2. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, ketika menggunakan teori tersebut untuk
memprediksi, kebanyakan berhenti pada intensi berperilaku, sehingga masih menyisakan
pertanyaan mengenai bagaimana hubungan intensi dengan perilaku aktual.
3. Kebanyakan penelitian hanya menggunakan teori tersebut sebagai dasar teori, tetapi belum
banyak yang mencoba mengembangkannya, atau bahkan mencoba membantahnya.
4. Bahwa teori tersebut masih relevan dan cukup menantang untuk digunakan sebagai dasar
teori dalam melakukan penelitian dengan tinjauan kultural, dan untuk lebih dikembangkan,
misalnya untuk dijadikan model rancangan pelatihan.
Dari tinjauan dan pembahasan terhadap penelitian-penelitian mengenai Theory of Planned
Behavior di atas, dapat disampaikan saran sebagai berikut: 24
-

Bahwa untuk penelitian berikutnya yang didasarkan pada teori tersebut hendaknya
lebih memberi tekanan atau berfokus pada prediksi perilaku aktual atau pada faktorfaktor yang mengantarai intensi berperilaku dengan perilaku aktualnya.

RUJUKAN

APBG2103

Martin, Jeffrey J. dan Kulinna, Pamela Hodges (2004) Self-Efficacy Theory and Theory of
Planned Behavior: Teaching Physically Active Physical Education Classes. Research
Quarterly for Exercise and Sport, Vol. 75 No. 3, 288 297
Miller, S. (1999). Political Correctness in The Office. Office Systems, Vol. 16 No. 4, 3438.
Okun, Morris A. dan Sloane, Erin S. (2002) Application of Planned Behavior Theory to
Predicting Volunteer Enrollment by College Students in A Campus-Based Program. Social
Behavior and Personality. Tempe: Arizona State University
Orlando, C. R. dan Johnson, N. B. (2001). Understanding The Impact of Human Resource
Diversity Practices on Firm Performance. Journal of Managerial Issues, Vol. 13, 177195.
Priest, S. dan Gass, M. (1997). Effective Leadership in Adventure Programming. Champaign,
IL: Human Kinetics.
Rosenstock, I. M., Stretcher, V. J. dan Becker,M. H. (1988). Social Learning Theory and The
Health Belief Model. Health Education Quarterly, Vol. 15, 175-183.
Ajzen, Icek (1988). Attitudes, Personality, and Behavior. Milton-Keynes, England: Open
University Press & Chicago, IL: Dorsey Press.
Ajzen, Icek (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes, Vol. 50, 179 211
Ajzen, Icek dan Driver, B.L. (1991) Prediction of Leisure Participation from Behavioral,
Normative and Control Beliefs: An Application of Theory of Planned Behavior. Leisure Sciences,
Vol. 13, 185 204
Ajzen, Icek dan Fishbein, Martin (1969) The Prediction of Behavioral Intentions in a Choice
Situation. Journal of Experimental Social Psychology, Vol. 5, 400 416
Ajzen, Icek dan Fishbein, Martin (1980) Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.

Anda mungkin juga menyukai