Anda di halaman 1dari 4

Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour)

Theory of Planned Behaviour (TPB) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA)
yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. Ajzen’s mengatakan TPB
telah diterima secara luas sebagai alat untuk menganalisis perbedaan antara sikap dan niat serta sebagai
niat dan perilaku. Dalam hal ini, upaya untuk menggunakan TPB sebagai pendekatan untuk menjelaskan
whistleblowing dapat membantu mengatasi beberapa keterbatasan penelitian sebelumnya, dan
menyediakan sarana untuk memahami kesenjangan luas diamati antara sikap dan perilaku.

Theory of Planned Behavior adalah teori yang memperkirakan pertimbangan dalam perilaku manusia.
Secara psikologis, sifat perilaku manusia dapat dipertimbangkan dan direncanakan (Kruger dan Carsrud,
1993; Ajzen, 1991). Ajzen (1991), menyatakan, Theory of Planned Behavior memiliki keunggulan
dibandingkan teori keperilakuan lainnya. Theory of Planned Behavior merupakan teori perilaku yang
dapat mengenali bentuk keyakinan seseorang, terhadap kontrol atas sesuatu yang akan terjadi dari hasil
perilaku (Ajzen 1991). Dari sinilah, perbedaan perilaku, antara seseorang yang berkehendak, dengan
yang tidak berkehendak, dapat dibedakan (Ajzen, 1991).

Teori perilaku terencana membedakan antara tiga jenis kepercayaan (belief) yaitu behavioral belief,
normative belief, dan control belief, dimana hal tersebut terkait dengan konstruksi sikap (attitude),
norma subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control)
(Ajzen, 1991).

Gambar 1.
Theory of Planned Behavior

Berdasarkan gambar tersebut, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi niat konseptual sesorang yang
sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku, norma subjektif, dan persepsi
kontrol perilaku. Faktor yang pertama adalah sikap terhadap perilaku yang mengacu pada sejauh mana
individu memiliki penilaian berdasarkan perilaku. Oleh karena itu, setiap individu cenderung akan
berperilaku jika mendapatkan penilaian yang baik, sehingga ia berpikir akan mendapatkan dampak yang
positif untuk dirinya maupun orang lain.

Faktor yang kedua adalah faktor sosial yang disebut sebagai norma subjektif, dimana faktor tersebut
merujuk pada adanya tekanan sosial yang didapatkan oleh setiap individu sehingga menjadi penentu
untuk melakukan suatu perilaku. Oleh karena itu, respon dari pihak lain dapat menjadi faktor pendukung
atau penghambat setiap individu untuk melakukan sesuatu. Faktor yang ketiga adalah persepsi terhadap
pengendalian yang dapat dilakukan (perceived behavioral control). Faktor ini mengacu pada kemudahan
dan kesulitan yang dirasakan dalam melakukan suatu perilaku. Semakin menguntungkan sikap dan
norma subjektif terkait perilaku, semakin besar pula kontrol perilaku yang dirasakan dan semakin kuat
pula niat individu untuk melakukan perilaku yang dipertimbangkan. Kontrol perilaku juga dapat
mempengaruhi secara langsung niat individu untuk melakukan suatu perilaku serta mempengaruhi
perilaku individu tersebut (Ajzen, 2006).

Hal tersebut cukup bisa dikatakan bahwa semua keyakinan mengasosiasikan perilaku menarik dengan
atribut dari beberapa jenis, baik itu suatu hasil, harapan normatif, atau sumber daya yang dibutuhkan
untuk melakukan perilaku. Dengan demikian, mungkin untuk mengintegrasikan semua keyakinan
tentang perilaku yang diberikan untuk mendapatkan ukuran keseluruhan perilaku disposisi. Keberatan
utama untuk pendekatan seperti itu adalah bahwa hal itu mengaburkan perbedaan yang menarik, baik
dari teori dan dari sudut pandang praktis. Secara teoritis, evaluasi pribadi dari perilaku (attitude),
perilaku sosial yang diharapkan (norma subjektif), dan sel fefficacy dengan perilaku (perceived behavioral
control) adalah konsep yang sangat berbeda masing-masing memiliki tempat yang penting dalam
penelitian sosial dan perilaku (Ajzen,1991).
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan mengenai Theory of Planned Behaviour (TPB) atau Teori Perilaku
Terencana, dapat disimpulkan bahwa TPB memberikan landasan yang kuat untuk memahami dan
menganalisis perbedaan antara sikap dan perilaku manusia. Teori ini menyoroti peran penting dari niat
individu, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi control perilaku dalam membentuk
perilaku seseorang.

Dalam konteks perilaku merokok, TPB dapat memberikan wawasan yang berharga. Misalnya,
sikap terhadap merokok mencakup evaluasi individu terhadap efek positif atau negatif dari perilaku
tersebut. Norma subjektif mencakup tekanan sosial, seperti dukungan atau penentangan dari lingkungan
sosial individu terhadap kebiasaan merokok. Perceived behavior control mencerminkan sejauh mana
individu merasa mampu atau sulit untuk mengontrol perilaku merokok.

Saran

1. Berdasarkan TPB, perlu dikembangkan program pendidikan kesehatan yang fokus pada
perubahan sikap, norma subjektif, dan perceived behavior control terkait merokok. Ini dapat
mencakup informasi tentang risiko kesehatan, norma sosial yang mendukung perilaku sehat, dan
strategi pengendalian diri. Dapat dilakukan guru disekolah ataupun peyuyluhan oleh promotor
Kesehatan.

2. Menyadari peran norma subjektif dalam TPB, upaya dapat diarahkan pada menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung perilaku tidak merokok. Kampanye anti-merokok disarankan
sehingga tercipta lingkungan yang mendukung perilaku tidak merokok dari keluarga dan teman-
teman sebagai pengaruh norma sosial individu.

3. Perceived behavior control mencakup kemudahan atau kesulitan dalam mengontrol perilaku.
Oleh karena itu, kebijakan KTR dan Konseling berhenti merokok di puskesmas dapat dirancang
untuk meningkatkan akses terhadap bantuan berhenti merokok dan mengurangi faktor-faktor
penghambat.

4. Pemerintah harus serius terkait permasalahan rokok dengan menjalankan aturan KTR secara
sungguh sungguh serta bermitra dengan ormas dan pihak swasta dapat meningkatkan efektivitas
intervensi berdasarkan TPB.

Referensi

Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes,
50: 179-211.
Ajzen I & Fishbein M. (2006). Understanding attitudes and predicting social behavior. Englewood & Cliffs,
New jersey: Prentice Hall.

Anda mungkin juga menyukai