Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

THEORY OF REASINED ACTION AND PLANNED BEHAVIOR

Disusun oleh:
Devi Amarisnaini Romadhoni 1804006
Novela Amalia Handayani 1804022
Selfya Wulandari 1804024
Veni Utari 1804025
Refi Anisa Maira 1804027

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul Theory Of Reasined
Action And Planned Behavior, dapat kami selesaikan. Penyelesaian makalah ini
juga berkat dorongan dan bantuan dari dosen pengampu mata kuliah ilmu
kesehatan masyarakat ini yaitu Bapak Abdullah, SKM., MPH semoga Allah SWT
berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah diberikan dan semoga
makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan yang bermanfaat.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan untuk
itu, penulis sangat mengharapkan masukan serta saran yang membangun guna
perbaikan selanjutnya. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua.
Aamiin.

Pringsewu, 20 Mei 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam
dan unik. Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian paa ahli
untuk meneliti tentang perilaku manusia, terhadap banyak teori yang
menjelaskan tetang determinan perilaku manusia. Dalam teori-teori
tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana suatu
perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi.
Teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) yang
diusulkan oleh Ajzen dan Fishbein (1980) dan diperbaharui dengan teori
perilaku direncanakan (Theory of Planned Behavior) oleh Ajzen (1991),
telah digunakan selama dua decade masa lalu untuk meneliti keinginan dan
perilaku berbagi. Teori tindakan beralasan Ajzen dan Fishbein (1980)
mengasumsikan perilaku ditentukan oleh keinginan individu untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu atau sebaliknya.
Keinginan ditentukan oleh dua variable independen termasuk sikap dan
norma subyektif.
Norma subyektif mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku, norma subyektif sendiri
merupakan keyakinan normative yang berkaitan dengan persepsi individu
tentang bagaimana kelompok melihat perilaku dan evaluasi yang pada
umumnya diekspresikan sebagai motivasi individu untuk mematuhi
kelompok-kelompok rujukan (Ajzen, 1991).
Skiner dalan Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skinner ini dikenal sebagai
teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon), namun dalam kenyataan
stimulus yang diterima oleh organisme tidak selamanya mampu
menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain yang berperan dalam
munculnya perilaku, salah satunya adanya niat untuk berprilaku tertentu
dari suatu individu, niat itu sendiri tidak akan muncul tanpa adanya
deteminan yang mempengaruhi. Teori ini dijelaskan oleh Ajzen dalam
teorinya yang dikenal dengan Theory of Reasoned Action / Teori Perilaku
yang direncanakan (Theory of Planned Behavior), teori ini
menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention)
dan perilaku. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai teori
tersebut untuk mengetahui bagaimana perilaku muncul karena adanya niat
dari orang tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam makalah
ini ialah:
1. Apa itu (Theory of Reasoned Action) / Teori Perilaku yang
direncanakan (Theory of Planned Behavior)?
2. Bagaiaman aplikasi teori tesebut dalam kaitannya dengan perilaku
kesehatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui (Theory of Reasoned Action) / Teori Perilaku yang
direncanakan (Theory of Planned Behavior)
2. Mengetahui aplikasi teori tesebut dalam kaitannya dengan perilaku
kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Theory of Reasoned Action (TRA)


1. Pengertian
Theory of Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Icek
Ajzen dan Martin Fishbein pada tahun 1980, teori ini disusun
menggunakan asumsi dasar bahwa manusi berperilaku dengan cara
yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia.
Dalam TRA ini, Ajzen menyatakan bahwa niat seseorang untuk
melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak
dilakukannya perilaku tersebut. Theory of Reasoned Action (TRA) atau
Teori Aksi Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi
perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan
beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal.
Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum
tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak
hanya dipengaruhi oleh sikap tetapi juga oleh norma subyektif
(subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan agar kita lakukan. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku
bersama-sama norma subyektif membentuk suatu intensi atau niat
untuk berperilaku tertentu. Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua
determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan
aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk
melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan
norma subyektif (Ajzen & Fishbein, 2005).
Kesimpulan dari pengertian Theory of Reasoned Action (TRA)
menurut Ajzen & Fishbein 2005, merupakan teori perilaku manusia
secara umum dipergunakan dalam berbagai macam perilaku manusia,
khususnya yang berkaitan dengan permasalahan social-psikologis,
kemudian makin bertambah digunakan untuk menentukan faktor-
faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.

2. Macam-macam Variabel
a. Behaviour Belief adalah mengacu pada keyakinan seseorang
terhadap perilaku tertentu, seseorang akan mempertimbangkan
untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior),
disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi yang
akan terjadi bagi individu bila ia melakukan perilaku tersebut
(evaluation regarding of the outcome) (Ajzen, 1985).
b. Normative Belief adalah mencerminkan dampak keyakinan
normatif, disini mencerminkan dampak dari norma–norma
subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan
seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang–
orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan
motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut (Ajzen,
1985).
c. Attitude towards the behaviour adalah fungsi dari kepercayaan
tentang konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persamaan
terhadap konsekuensi suatu perilaku dan penilaian terhadap
perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaa n umum yang
menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang
terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap
merupakan point penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan
oleh perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu.
Perubahan sikap tersebut dapat berbentuk penerimaan ataupun
penolakan (Ajzen, 1985).
d. Importance Norms adalah norma–norma penting atau norma yang
berlaku di masyarakat. Pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku
di masyarakat di mana seseorang itu tinggal. Unsur – unsur sosial
budaya yang dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapat membawa
seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku
(Ajzen, 1985).
e. Subjective Norms adalah norma subjektif atau norma yang dianut
seseorang (keluarga). Dorongan anggota keluarga,termasuk kawan
terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima
perilakutertentu, yang kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan
motivasidari keluarga atau kawan. Kemampuan anggota keluarga
atau kawanterdekat mempengaruhi seorang individu untuk
berperilaku sepertiyang mereka harapkan diperoleh dari
pengalaman, pengetahuan dan penilaian individu tersebut terhadap
perilaku tertentu dankeyakinannya melihat keberhasilan orang lain
berperilaku seperti yang disarankan (Ajzen, 1985).
f. Behavioural Intention adalah niat ditentukan oleh sikap, norma
penting dalam masyarakat dan norma subjektif. Komponen
pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku
tersebut (outcome of behavior) (Ajzen, 1985).
g. Perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih seseorang untuk
ditampilkan berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku
merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam action/ tindakan
(Ajzen, 1985).
Menurut Ajzen tahun 1987 mengemukakan bahwa niat
melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua
penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards
behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu
norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya mengungkapkan
pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau
tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan
keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari
keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma
subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).
3. Keuntungan Theory of Reasoned Action (TRA)
Keuntungan teori ini adalah memberikan pegangan untuk
menganalisa komponen perilaku dalam item yang operasional. Fokus
sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati
secara langsung dan dibawah kendali seseorang, artinya perilaku
sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara jelas. Tuntutan ini
memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan tidakan (action),
sasaran (target), konteks (context), waktu (time), sikap, norma
subjektif, dan keyakinan (Ajzen, 2002)
Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian (salience).
Istilah ini mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus
menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku
populasi yang dipertimbangkan. Hal ini berbeda dari perilaku populasi
yang satu ke populasi yang lain. Ini mengacu pada norma nilai dan
norma-norma dalam kelompok sosial yang diselidiki, sebagai indikator
penting untuk memprediksikan perilaku yang akan diukur. Contohnya:
terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan suatu
penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak.
Hal tersebut berarti masyarakat memandang diare bukan fokus
perhatian yang penting (Ajzen, 2002).

4. Kelemahan Theory of Reasoned Action (TRA)


Kelemahan TRA adalah kehendak dan perilaku hanya
berkorelasi sedang. kehendak tidak selau menuju pada perilaku itu
sendiri, terdapat hambatanhambatan yang mencampuri
ataumempengaruhi kehendak dan perilaku. Selain itu, TRA tidak
mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan
mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel
demografi, gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap
pemenuhan kehendak perilaku. Meskipun demikian, kelebihan TRA
dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh TRA berhubungan dengan
norma subjektif. Menurut TRA, seseorang dapat membuat
pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda.
Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu tindakan
tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan (Ajzen, 2005).

5. Aplikasi Theory of Reasoned Action (TRA)


Menurut Ryu et al pada tahun 2003 Theory of Reasoned Action
(TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan
telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan,
seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol,
dan narkotik), perilaku makan dan pengaturanmakan, pencegahan
AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan
alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran ( fitness)dan
praktik olahraga.
Contoh aplikasi dari TRA adalah pengguna NAPZA suntik
untuk berkunjung ke klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT).
Seorang pengguna NAPZA suntik percaya bahwa berkunjung ke klinik
VCT memberikan manfaat bagi orang yang berisiko HIV&AIDS
seperti mendapat informasi tentang penggunaan NAPZA suntik yang
aman (keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama
pengguna NAPZA suntik (kerugian). Pengguna NAPZA suntik akan
mempertimbangkan mana yang paling penting diantara keduanya.
Kemudian ia juga akan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi
setelah melakukan VCT, seperti setelah melakukan VCT dan
dinyatakan HIV positif, dia tidak diperbolehkan untuk bekerja
meskipun mampu untuk bekerja. Nilai dan norma di lingkungan
masyarakat tidak mendeskriminasi pengguna NAPZA suntik setelah
berkunjung keklinik VCT. Orang yang dianggap penting (teman
sesama pengguna NAPZA suntik yang telah berkunjung ke klinik
VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk berkunjung ke klinik
VCT dan pengguna NAPZA suntik termotivasi untuk patuh mengikuti
petunjuk tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk
berkunjung ke klinik VCT.

B. Theory of Planned Behaviour (TPB)


1. Pengertian
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan
lebih lanjut dari TRA. Ajzen (1985) menambahkan konstruk yang
belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi
(perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya
memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka
melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukan atau tidak
dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan
norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol
yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap
kontrol tersebut (control beliefs).

2. Macam-macam Variabel
Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang
direncanakan) mengandung berbagai variabel yaitu:
a. Latar belakang (background factors)
Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana
hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan) mempengaruhi sikap dan
perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada
dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri seseorang, yang
dalam model Kurt Lewin dikategorikan ke dalam aspek O
(organism). Dalam kategori ini Ajzen (2002), memasukkan tiga
faktor latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor
personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat
kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan
kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia,
jenis kelamin (gender), etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama.
Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan ekspose
pada media.

b. Sikap
Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon terhadap suatu objek dalam bentuk rasa
suka atau tidak suka. Sikap merupakan kecenderungan untuk
mengevaluassi dengan beberapa derajat suka (favor) atau tidak
suka (unfavor), yang ditunjukan dalam respon kognitif, afektif, dan
tingkalh laku terhadap suatu objek, situasi, institusi, konsep atau
orang / sekelompok orang.

c. Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap
adanya tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan
tingkah laku. Selain itu, Ajzen 2002 juga mendefinisikan norma
subjektif sebagai belief seseorang individu atau kelompok tertentu
menyetujui dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.
Peran Norma Subjektif untuk melakukan seseuatu yang
penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang
lain (orang-orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya. Namun,
harapan orang-orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada
yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.

3. Aplikasi Theory Planned Behaviour


Contoh aplikasi : PHBS di lingkungan Sekolah Dasar (SD)
a. Sikap
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya sikap para siswa
mengenai PHBS di lingkungan sekolah, salah satunya adalah
pengarahan yang diberikan oleh guru atau penyuluhan oleh petugas
kesehatan. Dari kegiatan semacam itu akan memberikan
pengetahuan terhadap para siswa mengenai apa dan bagaimana
PHBS itu (kognitif). Dengan pengetahuan pengetahuan tersebut
akan memunculkan sikap dalam siri para siswa. Sikap yang muncul
pada tiap-tiap siswa pasti berbeda. Sikap tersebut bisa berupa:
 Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap
objek. Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau
pemikiran siswa terhadap PHBS.
 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek,
artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya
faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. Dalam hal ini
berarti bagaimana para siswa menilai terhadap PHBS,
apakah merupakan suatu hal yang baik dan bermanfaat,
biasa saja atau malah sesuatu yang tidak berguna.
 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya
sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau
perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Dalam hal ini
siswa akan berpikir/berancang-ancang untuk menerapkan
PHBS.

C. Perbedaan Teory Of Reasoned Action (TRA) dan Teory Of Planned


Behavior (TPB)
Perbedaan utama antara TRA dan TPB Menurut Ajzen dan Fishbein
pada tahun 2002 adalah tambahan penentu intensi berperilaku yang ke
tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan oleh dua
faktor yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam
mengendalikan) dan perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang
dimiliki untuk melakukan suatu perilaku). PBC mengindikasikan bahwa
motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat
kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Jika
seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang
ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut
memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu
perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki persepsi yang
rendah dalammengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs
yang kuat mengenai faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini
dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi
yang akan datang, dan sikap terhadap norma-norma yang berpengaruh di
sekitar individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori
Perilaku Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan
suatu teori yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Teori ini disusun
menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang
sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Teori yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan bentuk
pengembangan dari Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action).
Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) / Teori Reasoned
Action (Theory Of Reasoned Action) menjelaskan bahwa perilaku manusia
teerbentuk karena adanya niat dan niat itu sendiri juga memiliki
determinan.
Salah satu contoh aplikasi teori ini adalah pada penerapan PHBS
oleh siswa Sekolah Dasar. Langkah pertama adalah memunculkan sikap
para siswa mengenai PHBS kemudian membentuk lingkungan normatif
yang bisa memberikan efek positif terhadap para siswa mengenai PHBS.
Setelah dua hal tersebut, para siswa akan melakukan control sikap
terhadap dirinya mengenai mampu atau tidak menerapkan PHBS di
sekolah yang jika mereka merasa mampu dan tidak ada hal yang menjadi
penghambat, maka akan muncul dalam diri mereka kemauan untuk
menerapkan PHBS yang akhirnya akan terealisasi dalam perilaku mereka,
yaitu perilaku hidup sehat di sekolah.

B. Saran
Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati
karena sikap akan menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang
pendapat orang lain dalam menentukan perilaku memang perlu tapi
keputusan untuk melakukan sebuah perilaku tertentu tetap tergantung pada
diri kita. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam berperilaku
adalah kontrol perilaku karena dengan begitu kita akan lebih mengetahui
apakah kita mampu untuk berperilaku sesuai dengan apa yang kita niatkan
atau tidak. Kita juga akan mengetahui halangan atau hambatan yang akan
kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku yang akan kita lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., and Fishbein, M. 1980. Understanding Attidues and Predicting Social
Behavior. Englewood Cliffs, NJ: Prentice. Hall.
Ajzen, I., and Fishbein, M. 2005. The Influnce of Attitudes on Behavior, In
Albarracin, D., Johnson, BT., Zanna MP, (Eds), The handbook af
attitudes, Lawrence Erlbaum Associates.
Ajzen, I. 1985. From Intentions to Actions: A Theory of Planned Behavior. In J.
Kuhl and J. Beckmann (Eds), Action control: From Cognition to
Behavior. Berlin, Heidelber, New York: Springer-Verlag.
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior, Organization Behavior and
Human Decision Processes, vol. 50, no. 2, pp. 179-211.
Ajzen, I. 1987. Attitudes, traits, and actions: Dispositional prediction of behavior
in personality and social psychology. In L. Berkowitz (Ed), Advances
in experimental social psychology, New York: Academic Press, Vol.
20, pp. 1-63.
Ryu, Seewon., Seung Hee HO and Ingoo Han 2003. Knowledge Sharing Behavior
of Physicians in Hospitals, Expert Systems with Applications, Vol. 25
No. 1, pp. 113-22.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai