Oleh
Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan
LANDASAN TEORI
Perilaku merupakan respon terhadap stimulus yang dapat diamati atau tindakan yang memiliki
frekuensi, durasi dan tujuan tertentu baik secara sadar atau tidak sadar. Perilaku bisa menjadi baik maupun
buruk. Perubahan perilaku merupakan suatu paradigma bahwa manusia akan berubah sesuai dengan apa yang
mereka pelajari baik dari keluarga, teman, sahabat, ataupun belajar dari diri mereka sendiri, proses
pembelajaran diri inilah yang nanti akan membentuk orang tersebut, sedangkan pembentukan tersebut sangat
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam kesehariannya ataupun dalam keadaan
tertentu. Teori perilaku kesehatan sering di gunakan untuk memberikan panduan dalam merancang,
menerapkan dan mengevaluasi berbagai perilaku.
Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan atau Teori Aksi Beralasan mengatakan
bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan,
dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum
tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap tetapi
juga oleh norma subyektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar
kita lakukan. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma subyektif membentuk suatu intensi
atau niat untuk berperilaku tertentu. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action
(TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri
dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara
lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia
memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya orang lain ingin agar ia melakukannya.
TRA terbagi menjadi beberapa komponen, antara lain :
1. Behavior Belief yaitu mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu, disini seseorang
akan mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), disamping itu
juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu bila ia
melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the outcome) ;
2. Normative Belief yaitu mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak
dari norma-norma subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap
bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons)
dan motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut (seberapa penting kita menerima saran atau
anjuran dari orang lain) ;
3. Attitude towards the behavior menerangkan bahwa sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang
konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persepsi terhadap konsekuensi seuatu perilaku dan
penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang menyatakan
keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya.
Faktor sikap merupakan poin penentu perubahan perilaku yang ditujukan oleh perubahan sikap
seseorang dalam menghadapi sesuatu ; 4
4. Importance Norms yaitu norma-norma penting atau norma-norma yang berlaku di masyarakat,
adalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat dimana seseorang tinggal. Unsur-
unsur sosial budaya yang dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapat membawa seseorang untuk
mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku;
5. Subjective Norms atau norma subjektif atau norma yang dianut seseorang atau keluarga. Dorongan
anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima
perilaku tertentu, yang kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau
kerabat. Kemampuan anggota keluarga atau kerabat terdekat mempengaruhi seorang individu untuk
berperilaku seperti yang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan penilaian
individu tersebut terhadap perilaku tertentu dan keyakinannya melihat keberhasilan orang lain
berperilaku seperti yang disarankan;
6. Behavioral Intention adalah niat yang ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat dan
norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan
hasil pertimbangan untuk rugi dari perilaku tersebut (outcome of behavior). Disamping itu juga
dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation
regarding og the outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-normasubjektif dan
norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan
orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut;
7. Behavior atau perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih seseorang untuk ditampilkan
berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam
action atau tindakan (Fishbein dan Ajzen, 1975).
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam TRA
dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the
behavior dan subjective norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi
yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991). Faktor ini merupakan peninjauan terhadap hasil control
beliefs dan perceived power. Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol sepenuhnya
perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi dapat sebaliknya dimana seorang
individu dapat mengkontrol perilakunya dibawah kendali individu tersebut.
Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu tersebut seperti
keterampilan, kemauan, informasi, dan lain-lain.Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan yang ada
disekeliling individu tersebut. Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa
perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh dirinya. Perceived behavioral
control mengacu pada kontrol yang dilakukan oleh individu atas perilaku dan dianggap sebagai prediktor
moderat dari niat yang secara lansung mampu memprediksi perilaku. (Armitage, 2001)
LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH
Dewasa ini, teori ini juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti pencegahan
perilaku merokok. Merokok adalah suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Merokok disebut sebagai “Tobacco
Depedency” atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada tembakau atau tobacco dependence
didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus
rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara
berulang-ulang (Tohari, et al., 2019).
Data Riskesdas 2018 menunjukkan jumlah perokok diatas 15 tahun sebanyak 33,8 %. Dari jumlah
tersebut 62,9 % merupakan perokok laki-laki dan 4,8% perokok perempuan. Prevalensi merokok pada usia 10
– 18 tahun terus meningkat, sebesar 9,1% pada tahun 2018. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya
diberbagai bangsa di belahan dunia.
Merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi
perokok sendiri tapi juga bagi orang lain di sekitarnya (perokok pasif). Padahal mereka yang bukan perokok
mempunyai hak untuk menghirup udara bersih bebas asap rokok. Perokok pasif adalah orang yang menghisap
asap rokok orang lain. Perokok pasif mempunyai resiko kesehatan yang sama seperti resiko perokok aktif.
Sebagian besar perokok berkeinginan untuk berhenti tapi tetap meneruskan untuk merokok. Hal
tersebut disebabkan perokok berubah pikiran atau kurangnya kesadaran untuk berhenti merokok. Kegagalan
untuk berhenti merokok bisa juga disebabkan persepsi berhenti merokok dapat menghilangkan kebebasannya
(Vollkow, 2015). Sekali mencoba merokok dapat membuat kecanduan, ketika kadar nicotin menurun dalam
tubuh akan memunculkan keinginan lagi untuk merokok. Seseorang yang mulai kecanduan merokok, mereka
miliki dua kemungkinan. Pertama, merokok membawa kesenangan dan kedua, tidak merokok akan
menimbulkan efek yang tidak enak. Kedua alasan ini yang membuat perokok menolak berhenti merokok
(Baumeister, 2017). Sebagian besar perokok ingin berhenti merokok, namun motivasinya kurang kuat.
Perokok cenderung tidak berdaya untuk mengontrol kecanduan. Perokok akan berhenti jika pasangan, teman,
saudara mereka juga berhenti merokok (Christakis dan Fowler, 2008).
Dalam kajian psikologi kesehatan, terdapat salah satu konsep yaitu Theory of Planned Behavior yang
merupakan konsep dengan tujuan untuk memprediksi perilaku manusia berdasarkan intensinya (Ajzen, 1991).
Intensi terbentuk atas tiga prediktor, yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subjektif, dan perceived behavioral
control (Ajzen, 1988). Oleh karena itu kelompok kami akan mencoba menganalisis hasil wawancara yang telah
kami lakukan tentang perilaku merokok dan tidak merokok menggunakan theory of reasoned Action (TRA) dan
Theory of Planned Behaviour (TPB).
IMPLEMENTASI TEORI UNTUK PERTANYAAN WAWANCARA
1. Behavior Beliefs
Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu.
- Apa alasan Anda merokok ?
- Apa alasan Anda tidak merokok ?
2. Evaluation of Behavioral outcomes
Konsekuensi yang akan terjadi jika terhadap perilaku tertentu.
- Apakah Anda tahu bahaya merokok ?
- Apakah Anda dijauhi teman jika tidak merokok ?
3. Normative beliefs
Dampak perilaku yang dipengaruhi dari norma subjektif dan sosial yang ada di masyarakat
- Apakah iklan rokok “ merokok bisa membunuhmu” berpengaruh ?
4. Motivation to comply
Motivasi dari seseorang untuk mengikuti norma yang ada
- Apakah ada niat untuk berhenti ?
- Apakah pernah mencoba untuk merokok ?
- Apakah ada dukungan dari keluarga / teman ?
4. Control Beliefs
Upaya seseorang untuk mempertahankan atau merubah perilaku
- Bagaiman cara Anda untuk berhenti merokok ?
- Bagaimana jika ada ajakan dari teman untuk merokok ?
5. Perceived Power
Lingkungan mendukung untuk terjadi perubahan perilaku
- Apakah Anda lebih suka merokok sendiri / kelompok ?
- Apakah Anda suka kumpul dengan teman yang merokok ?
6. Attitude toward behavior
Perubahan sikap yang didasari oleh persepsi / keyakinan seseorang
- Apakah Anda ada niat untuk berhenti merokok?
- Apakah Anda Pernah mencoba untuk merokok ?
7. Subjective Norm
Dorongan anggota untuk mempengaruhi seseorang dalam berperilaku
- Adakah teman / Keluarga yang mendukung untuk berheti merokok ?
- Respon teman saat menolak ajakan untuk merokok bagaimana ?
8. Perceived Behavioral Control
Faktor lingkungan yang mendukung terjadinya perubahan perilaku
- Bagaimana akses Anda dalam mendapatkan rokok?
- Apakah lingkungan Anda ada yang merokok ?
KESIMPULAN
Ajzen I, Fishbein M (1980). Understanding Attitudes and Predicting Social behavior. Englewood Cliffs, NJ:
Prentice-Hall.
Ajzen, I. (1988). Attitudes, Personality, and Behavior. England: Open University Press.
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes,
50, 179-211.
Armitage CJ, Conner M. (2001) Efficacy of the theory of planned behaviour: A meta analytic review. Brit J
Soc Psychol. 2001;40(4):471–499.
Baumeister, Roy F. (2017). Addiction, cigarette smoking, and voluntary control of action: Do cigarette smokers lose their free
will? Addictive Behaviours Reports 5 (2017) 67-84.
Browning C., Shane A.T (2005) Behavioural Change: An Evidence-Based Handbook for Social and Public
Health
Christakis, N. A., & Fowler, J. H. (2008). The Collective Dynamics of Smoking in a Large Social Network.
New England Journal of Medicine, 358(21), 2249–2258.
Kementrian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Republik Indonesia.
Tohari Sabit, Laelatuh A (2019), Peningkatan Kapasitas Terapi Berhenti Merokok Bagi Tenaga Kesehatan Melalui
Hypnoteraphy di Puskesmas. Muria Jurnal Layanan Masyarakat Vol. 1, No. 1, Maret 2019, Hal. 17-21
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary.
Volkow, N. (2015). Addiction is a Disease of Free Will.. Retrieved from https://www.drugabuse.gov/about-
nida/noras-blog/2015/06/addictiondisease-free-will.
HASIL WAWANCARA PER RESPONDEN