Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ILMU SOSIAL DAN PERILAKU

DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh
Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan

Desliana Sande (19/448450/PKU/17964)


Dita Margarini (19/448457/PKU/17971)
Lusia Lero Maya Sari (19/448494/PKU/18008)
Yuriza Utami (19/448557/PKU/18071)

Program Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
2019
ANALISIS PERILAKU MEROKOK DAN TIDAK MEROKOK MENGGUNAKAN
TEORI REASONED ACTION (TRA) DAN PLANNED BEHAVIOR (TPB)

LANDASAN TEORI
Perilaku merupakan respon terhadap stimulus yang dapat diamati atau tindakan yang memiliki
frekuensi, durasi dan tujuan tertentu baik secara sadar atau tidak sadar. Perilaku bisa menjadi baik maupun
buruk. Perubahan perilaku merupakan suatu paradigma bahwa manusia akan berubah sesuai dengan apa yang
mereka pelajari baik dari keluarga, teman, sahabat, ataupun belajar dari diri mereka sendiri, proses
pembelajaran diri inilah yang nanti akan membentuk orang tersebut, sedangkan pembentukan tersebut sangat
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan orang tersebut baik dalam kesehariannya ataupun dalam keadaan
tertentu. Teori perilaku kesehatan sering di gunakan untuk memberikan panduan dalam merancang,
menerapkan dan mengevaluasi berbagai perilaku.
Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan atau Teori Aksi Beralasan mengatakan
bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan,
dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum
tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap tetapi
juga oleh norma subyektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar
kita lakukan. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma subyektif membentuk suatu intensi
atau niat untuk berperilaku tertentu. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action
(TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri
dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara
lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia
memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya orang lain ingin agar ia melakukannya.
TRA terbagi menjadi beberapa komponen, antara lain :
1. Behavior Belief yaitu mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu, disini seseorang
akan mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior), disamping itu
juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu bila ia
melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the outcome) ;
2. Normative Belief yaitu mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak
dari norma-norma subyektif dan norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap
bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons)
dan motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut (seberapa penting kita menerima saran atau
anjuran dari orang lain) ;
3. Attitude towards the behavior menerangkan bahwa sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang
konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persepsi terhadap konsekuensi seuatu perilaku dan
penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan umum yang menyatakan
keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya.
Faktor sikap merupakan poin penentu perubahan perilaku yang ditujukan oleh perubahan sikap
seseorang dalam menghadapi sesuatu ; 4
4. Importance Norms yaitu norma-norma penting atau norma-norma yang berlaku di masyarakat,
adalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat dimana seseorang tinggal. Unsur-
unsur sosial budaya yang dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapat membawa seseorang untuk
mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku;
5. Subjective Norms atau norma subjektif atau norma yang dianut seseorang atau keluarga. Dorongan
anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima
perilaku tertentu, yang kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau
kerabat. Kemampuan anggota keluarga atau kerabat terdekat mempengaruhi seorang individu untuk
berperilaku seperti yang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan penilaian
individu tersebut terhadap perilaku tertentu dan keyakinannya melihat keberhasilan orang lain
berperilaku seperti yang disarankan;
6. Behavioral Intention adalah niat yang ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat dan
norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini merupakan
hasil pertimbangan untuk rugi dari perilaku tersebut (outcome of behavior). Disamping itu juga
dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu (evaluation
regarding og the outcome). Komponen kedua mencerminkan dampak dari norma-normasubjektif dan
norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan
orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut;
7. Behavior atau perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih seseorang untuk ditampilkan
berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam
action atau tindakan (Fishbein dan Ajzen, 1975).

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam TRA
dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the
behavior dan subjective norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi
yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991). Faktor ini merupakan peninjauan terhadap hasil control
beliefs dan perceived power. Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol sepenuhnya
perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi dapat sebaliknya dimana seorang
individu dapat mengkontrol perilakunya dibawah kendali individu tersebut.
Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor
internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu tersebut seperti
keterampilan, kemauan, informasi, dan lain-lain.Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan yang ada
disekeliling individu tersebut. Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa
perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh dirinya. Perceived behavioral
control mengacu pada kontrol yang dilakukan oleh individu atas perilaku dan dianggap sebagai prediktor
moderat dari niat yang secara lansung mampu memprediksi perilaku. (Armitage, 2001)
LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH

Dewasa ini, teori ini juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti pencegahan
perilaku merokok. Merokok adalah suatu “kebiasaan” atau “ketagihan”. Merokok disebut sebagai “Tobacco
Depedency” atau ketergantungan pada tembakau. Ketergantungan pada tembakau atau tobacco dependence
didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus
rokok per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau secara
berulang-ulang (Tohari, et al., 2019).
Data Riskesdas 2018 menunjukkan jumlah perokok diatas 15 tahun sebanyak 33,8 %. Dari jumlah
tersebut 62,9 % merupakan perokok laki-laki dan 4,8% perokok perempuan. Prevalensi merokok pada usia 10
– 18 tahun terus meningkat, sebesar 9,1% pada tahun 2018. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya
diberbagai bangsa di belahan dunia.
Merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi
perokok sendiri tapi juga bagi orang lain di sekitarnya (perokok pasif). Padahal mereka yang bukan perokok
mempunyai hak untuk menghirup udara bersih bebas asap rokok. Perokok pasif adalah orang yang menghisap
asap rokok orang lain. Perokok pasif mempunyai resiko kesehatan yang sama seperti resiko perokok aktif.
Sebagian besar perokok berkeinginan untuk berhenti tapi tetap meneruskan untuk merokok. Hal
tersebut disebabkan perokok berubah pikiran atau kurangnya kesadaran untuk berhenti merokok. Kegagalan
untuk berhenti merokok bisa juga disebabkan persepsi berhenti merokok dapat menghilangkan kebebasannya
(Vollkow, 2015). Sekali mencoba merokok dapat membuat kecanduan, ketika kadar nicotin menurun dalam
tubuh akan memunculkan keinginan lagi untuk merokok. Seseorang yang mulai kecanduan merokok, mereka
miliki dua kemungkinan. Pertama, merokok membawa kesenangan dan kedua, tidak merokok akan
menimbulkan efek yang tidak enak. Kedua alasan ini yang membuat perokok menolak berhenti merokok
(Baumeister, 2017). Sebagian besar perokok ingin berhenti merokok, namun motivasinya kurang kuat.
Perokok cenderung tidak berdaya untuk mengontrol kecanduan. Perokok akan berhenti jika pasangan, teman,
saudara mereka juga berhenti merokok (Christakis dan Fowler, 2008).
Dalam kajian psikologi kesehatan, terdapat salah satu konsep yaitu Theory of Planned Behavior yang
merupakan konsep dengan tujuan untuk memprediksi perilaku manusia berdasarkan intensinya (Ajzen, 1991).
Intensi terbentuk atas tiga prediktor, yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subjektif, dan perceived behavioral
control (Ajzen, 1988). Oleh karena itu kelompok kami akan mencoba menganalisis hasil wawancara yang telah
kami lakukan tentang perilaku merokok dan tidak merokok menggunakan theory of reasoned Action (TRA) dan
Theory of Planned Behaviour (TPB).
IMPLEMENTASI TEORI UNTUK PERTANYAAN WAWANCARA
1. Behavior Beliefs
Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu.
- Apa alasan Anda merokok ?
- Apa alasan Anda tidak merokok ?
2. Evaluation of Behavioral outcomes
Konsekuensi yang akan terjadi jika terhadap perilaku tertentu.
- Apakah Anda tahu bahaya merokok ?
- Apakah Anda dijauhi teman jika tidak merokok ?
3. Normative beliefs
Dampak perilaku yang dipengaruhi dari norma subjektif dan sosial yang ada di masyarakat
- Apakah iklan rokok “ merokok bisa membunuhmu” berpengaruh ?
4. Motivation to comply
Motivasi dari seseorang untuk mengikuti norma yang ada
- Apakah ada niat untuk berhenti ?
- Apakah pernah mencoba untuk merokok ?
- Apakah ada dukungan dari keluarga / teman ?
4. Control Beliefs
Upaya seseorang untuk mempertahankan atau merubah perilaku
- Bagaiman cara Anda untuk berhenti merokok ?
- Bagaimana jika ada ajakan dari teman untuk merokok ?
5. Perceived Power
Lingkungan mendukung untuk terjadi perubahan perilaku
- Apakah Anda lebih suka merokok sendiri / kelompok ?
- Apakah Anda suka kumpul dengan teman yang merokok ?
6. Attitude toward behavior
Perubahan sikap yang didasari oleh persepsi / keyakinan seseorang
- Apakah Anda ada niat untuk berhenti merokok?
- Apakah Anda Pernah mencoba untuk merokok ?
7. Subjective Norm
Dorongan anggota untuk mempengaruhi seseorang dalam berperilaku
- Adakah teman / Keluarga yang mendukung untuk berheti merokok ?
- Respon teman saat menolak ajakan untuk merokok bagaimana ?
8. Perceived Behavioral Control
Faktor lingkungan yang mendukung terjadinya perubahan perilaku
- Bagaimana akses Anda dalam mendapatkan rokok?
- Apakah lingkungan Anda ada yang merokok ?

RANGKUMAN JAWABAN RESPONDEN


Pada hari Jumat, 30 Agustus 2019 kami telah selesai mewawancarai 6 responden yang berjenis kelamin
laki – laki dan 2 responden berjenis kelamin perempuan tentang perilaku merokok dan tidak merokok. Dari
beberapa pertanyaan yang telah kami paparkan kepada responden, hasil wawancara yang telah kami rangkum
adalah sebagai berikut :
Responden Perokok (terdiri dari 3 laki-laki dan 1 perempuan) :
1. Semua responden sudah menjadi perokok aktif lebih dari 5 tahun
2. Alasan responden untuk merokok berbeda-beda. Satu responden mengkonsumsi rokok karena tuntutan
kerja, satu responden karena pelarian masalah, dua responden karena ingin mencoba – coba dan
berujung dengan kecanduan.
3. Jumlah konsumsi rokok dalam sehari terbagi menjadi dua, 2 responden dapat menghabiskan 2 bungkus
rokok dalam sehari dan 2 responden lainnya menghabiskan 1 bungkus rokok dalam sehari.
4. Semua responden sangat tahu bahaya rokok tetapi tidak mempengaruhi perilaku mereka untuk berhenti
merokok.
5. Semua responden mengatakan bahwa ada niat untuk berhenti merokok karena merasa tubuh sudah tidak
sehat lagi.
6. Sebagian besar responden, yaitu tiga diantaranya mengatakan bahwa cara mereka untuk berhenti
merokok dengan mengurangi jumlah batang rokok yang dikonsumsi dalam sehari dan satu responden
beralih menggunakan rokok elektrik yang kandungan zat berbahaya lebih sedikit.
7. Semua responden mengatakan bahwa iklan pada bungkus rokok tidak mempengaruhi perilaku rokok
mereka dalam berhenti merokok.
8. Semua responden berpendapat bahwa teman dan keluarga sangat mendukung untuk bisa berhenti
merokok.
9. Dua responden mengaku merokok mempengaruhi kualitas tidur mereka seperti sesak nafas dan susah
untuk tidur terlentang, sedangkan dua lainnya tidak.
10. Semua responden mengatakan bahwa sangat mudah mendapatkan rokok dengan membeli di warung dan
minimarket.
Responden Tidak Merokok (terdiri dari 3 laki-laki dan 1 perempuan) :
1. Semua responden mengatakan bahwa merokok merupakan hal yang tidak penting dan tidak tertarik
melakukannya.
2. Semua responden berpendapat bahwa setiap orang memiliki hak masing – masing untuk merokok.
3. Semua responden mengatakan bahwa mereka suka berkumpul dengan teman yang sedang merokok.
4. Tiga responden mengatakan telah menjadi perokok pasif dan tahu tentang bahaya dari perokok pasif dan
satu responden memilih untuk menghindar dan tidak suka menghirup asap rokok.
5. Responden memiliki sumber pengetahuan yang berbeda-beda tentang bahaya merokok. Satu responden
mendapatkan sumber pengetahuan tentang rokok melalui sosial media, Satu responden dari tempat kerja,
Satu responden dari iklan rokok dan 1 responden dari Rumah Sakit.
6. Dua responden mengatakan bahwa pernah menasihati teman yang merokok untuk berhenti sedangkan
lainnya memilih untuk tidak menasehati.
7. Sebagian besar responden mengatakan bahawa mereka tinggal di lingkungan perokok, namun satu
responden mengatakan tidak ada keluarga yang merokok.
8. Semua responden mengatakan bahwa mereka akan menolak jika ditawari untuk merokok.
9. Dari keempat responden, 3 responden menjadi perokok pasif dan 1 responden mengatakan bahwa akan
menghindar jika ada teman yang merokok
10. Setengah dari jumlah responden pernah mencoba untuk merokok tetapi merasa mual dan sakit kepala.

KESIMPULAN

Pada Perokok Aktif


Attitude toward behavior dan perceived control lebih besar dibandingkan dengan Subjective Norm.
Keyakinan bahwa merokok bisa memberi ketenangan ditambah dengan factor lingkungan yang mendukung,
lebih besar pengaruhnya dibandingkan dukungan keluarga dan kesadarannya. Perokok sudah ada niat namun
belum diikuti dengan tindakan yang maksimal.

Pada Perokok Pasif


Attitude toward behavior dan subjective norm lebih besar dibandingkan dengan Perceived Behavioral control.
Keyakinan untuk tidak merokok ditambah adanya dukungan dari keluarga lebih besar sehingga lingkungan
yang banyak perokok tidak akan berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA

Ajzen I, Fishbein M (1980). Understanding Attitudes and Predicting Social behavior. Englewood Cliffs, NJ:
Prentice-Hall.
Ajzen, I. (1988). Attitudes, Personality, and Behavior. England: Open University Press.
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes,
50, 179-211.
Armitage CJ, Conner M. (2001) Efficacy of the theory of planned behaviour: A meta analytic review. Brit J
Soc Psychol. 2001;40(4):471–499.
Baumeister, Roy F. (2017). Addiction, cigarette smoking, and voluntary control of action: Do cigarette smokers lose their free
will? Addictive Behaviours Reports 5 (2017) 67-84.
Browning C., Shane A.T (2005) Behavioural Change: An Evidence-Based Handbook for Social and Public
Health
Christakis, N. A., & Fowler, J. H. (2008). The Collective Dynamics of Smoking in a Large Social Network.
New England Journal of Medicine, 358(21), 2249–2258.
Kementrian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Republik Indonesia.
Tohari Sabit, Laelatuh A (2019), Peningkatan Kapasitas Terapi Berhenti Merokok Bagi Tenaga Kesehatan Melalui
Hypnoteraphy di Puskesmas. Muria Jurnal Layanan Masyarakat Vol. 1, No. 1, Maret 2019, Hal. 17-21
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary.
Volkow, N. (2015). Addiction is a Disease of Free Will.. Retrieved from https://www.drugabuse.gov/about-
nida/noras-blog/2015/06/addictiondisease-free-will.
HASIL WAWANCARA PER RESPONDEN

Pewawancara : Desliana Sande


Responden Perokok ( NN; 23 Tahun; Perempuan)
1. Sejak kapan merokok ?
Jawab : sejak 5 tahun yang lalu.
2. Alasan merokok ?
Jawab : karena pelarian atas masalah hidup dan lama-lama jadi ketagihan.
3. Berapa kali dalam sehari merokok ? Kontrolnya gimana ?
Jawab : awal pertama kali merokok dalam sehari bisa 2-3 bungkus rokok tapi sekarang 1 bungkus
rokok bisa untuk 2-3 hari
4. Apakah anda mengetahui bahaya dari merokok ?
Jawab : Tahu tapi tidak berpengaruh karena sudah kecanduan terhadap rokok.
5. Lebih suka merokok sendiri / kelompok ?
Jawab : Sama saja tidak ada perbedaannya klu sendiri karena bosan saja dikos makanya merokok.
6. Apakah anda ada niat untuk berhenti merokok
Jawab : ada karena sudah merasa kesehatan sudah tidak se fit dlu dan mulai merasa perubahan pada
wajah yang terlihat kusam tidak sehat.
7. Cara untuk berhenti merokok ?
Jawab : dengan mengurangi jumlah rokok yang dulunya dalam sehari bisa 2-3 bungkus sekarang jadi 1
bungkus buat 2-3 hari
8. Bagaimana akses anda dalam mendapatkan rokok?
Jawab : dengan membeli ditoko atau warung karena rokok bisa didapatkan dimana saja.
9. Apakah iklan rokok “ merokok bisa membunuhmu” berpengaruh ?
Jawab : Tidak berpengaruh
10. Adakah teman / Keluarga yang mendukung untuk berheti merokok ?
Jawab : ada; adik sangat mendukung buat berhenti merokok
11. Apakah kebiasan merokok berpengaruh pada kualitas tidur anda ?
Jawab : tidak ada tapi lebih berpengaruh pada tubuh saja karena sekarang saya sudah merasa tubuhku
tidak se-fit dulu
Responden Tidak Merokok (NN; 26 Tahun; Perempuan)
1. Apa alasan anda tidak merokok ?
Jawab : Karena saya tidak tertarik dan merasa tidak nyaman buat merokok
2. Bagaimana pendapat anda tentang teman yang merokok ?
Jawab : biasa saja dan memilih cuek karena itu pilihan dia buat merokok dan saya menghargai itu
3. Apakah anda suka kumpul dengan teman yang merokok ?
Jawab : tidak karena merasa tidak nyaman dengan bau asap rokoknya
4. Apakah anda tahu dari bahaya perokok pasif ?
Jawab : Tahu tapi saya tidak enak buat menegur teman yang merokok
5. Dari mana anda mengetahui tentang bahaya dari merokok?
Jawab : Dari sosial media
6. Apa anda menasehati apa bila ada teman yang merokok ?
Jawab : Tidak, saya memilih cuek dan membiarkan saja.
7. Lingkunganmu ada tidak yang perokok ?
Jawab : Iya ada kakekku dan dia meninggal karena kaker paru makanya saya tidak mau merokok
8. Pernah ngak di jauhin karena tidak merokok ?
Jawab : Tidak pernah
9. Klu pas Kumpul-kumpul di ajak merokok jawabnya gimana?
Jawab : saya menjawab saja kalau saya tidak merokok
10. Respon teman saat menolak ajakan gimana ?
Jawab : biasa saja karena memang dia tahu kalau saya tidak suka merokok dan mencium bau dari asap
rokok
11. Pernah mencoba untuk merokok ?
Jawab : tidak karena saya memang tidak suka merokok.
12. Apa manfaat yang anda rasakan dengan tidak merokok ?
Jawab : saya merasa hidup saya lebih sehat dan tubuh saya lebih fit.
Pewawancara : Dita Margarini
Responden Perokok (NN, 30 Tahun, Laki-Laki, Pegawai Swasta)
1. Sejak kapan merokok ?
Jawab : Sejak lulus SMA tahun 2007 -> 12 tahun
2. Alasan merokok ?
Jawab : Awal mula melihat teman merokok sepertinya enak, kemudian mencoba dan kecanduan.
3. Berapa kali dalam sehari merokok ? Kontrolnya gimana ?
Jawab : 1 bungkus / hariatau 12 batang ,inisudahmulaimengurangiawalnya 16 batang.
Menguranginya dengan banyak kegiatan
4. Apakah anda mengetahui bahaya dari merokok ?
Jawab : Tahu seperti kanker paru-paru, radang tenggorokan, namun tidak takut
5. Lebih suka merokok sendiri / kelompok ?
Jawab : Lebih suka bersama –sama dengan teman, kalau sendiri cocok ditemani dengan kopi
6. Apakah anda ada niat untuk berhenti merokok
Jawab : Ada niat karenas udah merasa paru-paru sakit dan jantung sudah tidak kondusif
7. Cara untuk berhenti merokok ?
Jawab : Mengurangi dari 16 batang perhari menjadi 12 batang, memilih rokok yang lebih ringan
8. Bagaimana akses anda dalam mendapatkan rokok?
Jawab : Di toko atau warung terdekat
9. Apakah iklan rokok “ merokok bisa membunuhmu” berpengaruh ?
Jawab : Tidak berpengaruh, gambarnya hanya di atas tidak full, waktu beli bisa milih gambar
bukan hanya rokok yang membunuhmu
10. Adakah teman / Keluarga yang mendukung untuk berheti merokok ?
Jawab : Banyak, teman dan keluarga mendukung berhenti merokok dengan menasehati bahaya
merokok
11. Apakah kebiasan merokok berpengaruh pada kualitas tidur anda ?
Jawab: Berpengaruh, susah tidur terlentang karena paru-paru terasa berat, nafas mulai menggunakan
mulut, jika ganti rokok akan batuk-batuk sebelum tidur
Responden Tidak Merokok (NN, 28 Tahun, Laki-Laki, Pegawai Swasta)
1. Apa alasan anda tidak merokok ?
Jawab : Tidak tertarik, karena tidak ada manfaatnya, boros, punya kesibukan lain
2. Bagaimana pendapat anda tentang teman yang merokok ?
Jawab : Merokok adalah hak pribadi, menghargai teman-teman yang merokok
3. Apakah anda suka kumpul dengan teman yang merokok ?
Jawab : Suka, menyesuaikan diri aja, semaksimal mungkin tidak terkena asap secara langsung
4. Apakah anda tahu dari bahaya perokok pasif ?
Jawab : Tahu, sama dengan perokok aktif
5. Dari mana anda mengetahui tentang bahaya dari merokok?
Jawab : Dari televisi, sosial media, koran, dsb
6. Apa anda menasehati apa bila ada teman yang merokok ?
Jawab : Tidak, karena sebagian besar perokok sudah tahu bahaya merokok tidak perlu di nasehati
7. Apakah pernah diajak teman untuk merokok ?
Jawab : Pernah dulu banget, tapi sekarang tidak karena sudah tahu kalau tidak merokok
8. Kalau saat kumpul dengan teman – teman, kemudian diajak merokok bagaiman sikap anda ?
Jawab : Menolak dengan halus
9. Respon teman saat menolak ajakan merokok ?
Jawab : Tidak masalah, teman juga menghargai
10. Pernah dijauhi karena tidak merokok ?
Jawab : Tidak
11. Dari lingkungan keluarga, apakah ada yang merokok ?
Jawab : Tidak ada
12. Pernah mencoba merokok ?
Jawab : Belum pernah
13. Apa manfaat yang Anda rasakan dengan tidak merokok ?
Jawab : Hidup lebih sehat
Pewawancara : Lusia Lero Maya Sari
Responden Perokok (NN, 30 tahun, Laki – laki, Driver Mobil Rental)
1. Sejak kapan merokok ?
Jawab : Sudah bertahun-tahun (5 tahun )
2. Kenapa merokok?
Jawab : Karena pekerjaan, sebagai driver yang menghabiskan banyak waktu di perjalanan, merokok
agak tidak mengantuk
3. Berapa kali dalam sehari ?
Jawab : 1 bungkus pasti
4. Tahu akan bahayanya ?
Jawab : Sedikir tahu akan bahayanya, tapi pasrah
5. Merokok sendiri atau kelompok ?
Jawab : Sendiri dan kelompok, intinya saya ingin ya merokok.
6. Ada niat untuk berhenti ?
Jawab : Ada niat dulu saat sibuk kuliah,sempat berhenti. Tapi karena pekerjaan ya merokok lagi.
7. Akses dapat rokoknya ?
Jawab : Mudah karena di toko kelontong, Indomaret, Alfamaret juga jual.
8. Iklan pada bungkus rokok “ rokok membunuhmu “ berpengaruh tidak ?
Jawab : Iklan ini bagus bagi perokok pemula karena sebenarnya berpengaruh dalam hal mencegah,
tapi kalau sudah perokok aktif biasanya mengabaikan.
9. Teman atau keluarga mendukung untuk berhenti atau tidak ?
Jawab : Ada. Teman dan keluarga sering menasehati untuk berhenti.
Responden Tidak Merokok (NN, 18 Tahun, Laki – laki, Mahasiswa)
1. Alasan tidak merokok?
Jawab : Tidak suka saja karena kesehatan dan alasan sendiri untuk tidak merokok
2. Bagaimana pendapat anda tentang teman yang merokok?
Jawab : Biasa saja, karena itu sampingan
3. Suka kumpul dengan teman merokok ?
Jawab : Suka kumpul, karena bapak saya juga merokok, rame-rame tidak masalah.
4. Tahu tidak bahaya perokok pasif ?
Jawab : Tahu bahayanya lebih parah dari perokok aktif, seperti sakit asma
5. Sumber pengetahuan tentang bahaya merokok ?
Jawab : Dari sekolah, karena dari sekolah di ajarkan khususnya pelajaran Biologi
6. Menasehati teman yang merokok ?
Jawab : Tidak, karena bapak saya juga perokok, jadi merasa tidak mungkin menasehati orangtua.
Pewawancara : Yuriza Utami
Responden Perokok (NN, 22 Tahun, Laki-laki, Mahasiswa FT)
1. Menurut anda, definisi sehat itu seperti apa ?
Jawab : sehat itu yaa sehat, kebersihan itu sudah bagian dari sehat jasmani fisik banyak artinya
2. Apakah anda merokok :
Jawab : iya, saya merokok
3. Sudah berapa lama anda merokok ?
Jawab : pertama kali saya merokok dari SMP
4. Apakah teman- teman atau lingkungan sekitar anda juga perokok ?
Jawab : iya, teman – teman kampus saya merokok
5. Berapa kali anda merokok ?
Jawab : tergantung kalau lagi sama teman – teman bisa sampai 1 bungkus tapi kalau sendiri 1 bungkus
itu bisa sampai 1 atau 2 hari.
6. Apakah anda tau bahaya dari rokok ?
Jawab : iya, saya tau salah satunya menyebabkan jantung, kanker paru kalau ibu hamil merusak janin
7. Jika anda sudah tau bahaya dari rokok, mengapa anda masih mengonsumsi rokok ?
Jawab : karena kalau merokok itu bikin tenang dan tidak bisa kalau sehari nda liat asap
8. Dimana biasa anda sering membeli rokok ?
Jawab : paling sering itu di warung, karena kalau di warung nda ada pajaknya
9. Bagaimana dengan gambar dan pesan yang ada pada bungkus rokok ? apakah anda tidak takut
melihatnya?
Jawab : sebenarnya takut, tapi kalau mau di lepas juga agak susah
10. Apakah ada niat anda untuk berhenti merokok ?
Jawab : iya ada
11. Mengapa niat itu muncul ?
Jawab : ya kembali lagi kepada definisi sehat, semua orang ingin hidup sehat
12. Bagaimana upaya anda untuk berhenti merokok ?
Jawab : sekarang sudah 2 bulan ini saya sudah beralih ke rokok elektrik walaupun berbahaya
setidaknya tidak seperti rokok
13. Apakah anda yakin bahwa anda akan total berhenti merokok ?
Jawab: iya, karena sekarang kalau mau kembali ke rokok kretek sudah sakit kepala, sedangkan rokok
elektrik itu mood-an kalau batreinya sudah habis dan belum bisa beli berarti tidak merokok.
14. Apakah keluarga anda mendukung untuk berhenti merokok ?
Jawab : iya, keluarga sangat mendukung
Responden Tidak Merokok (NN, 22 Tahun, Laki-laki, TNI AD)
1. Menurut anda sehat itu apa ?
Jawab : sehat itu orang yang menjaga pola hidupnya dengan baik. Contohnya berolahraga dan
menjaga pola makan yang teratur
2. Apakah anda merokok ? mengapa anda tidak merokok?
Jawab : tidak, karena saya tidak suka dengan baunya, tidak penting untuk di beli, membuang-buang
uang
3. Apakah anda tau bahaya rokok ?
jawab : iya saya tau, salah satunya serangan jantung dan stroke
4. Apakah teman-teman dan lingkungan sekitar anda juga perokok ?
Jawab : ya, banyak teman saya yang merokok
5. Apakah anda pernah ditawarkan untuk rokok bersama ?
Jawab : iyaa sudah pasti
6. Bagaimana cara anda menolaknya ?
Jawab : saya terus terang saja bahwa saya tidak suka merokok
7. Apakah anda tau bahaya dari perokok pasif ?
Jawab : setau saya perokok pasif lebih bahaya dari perokok aktif
8. Bagaimana cara anda menghindar jika ada teman anda yang sedang merokok ?
Jawab : ya menyesuaikan saja, tapisebenarnya saya tidak suka.
9. Apakah anda pernah menasihati teman anda yang merokok ? apa responnya ?
Jawab : ya pernah saya lakukan, tetapi responnya hanya iya saja, sampai sekarang masih saja
merokok. Itu sudah haknya karena dia yang beli pake uangnya sendiri jadi saya tidak bisa memaksa.
10. Dimana anda mendapatkan sumber tentang bahaya rokok ?
Jawab : di bungkus rokok ada, di rumah sakit, pernah juga ikut sosialisasi dan di tempat kerja saya
juga ada.

Anda mungkin juga menyukai