Anda di halaman 1dari 36

SIKAP

dalam Psikologi Sosial

Nur Frida Irfiani (212407005)


Ristriardani (2124090091)
Overview

Pengertian Sikap
Komponen terbentuknya Sikap
Hubungan Sikap dengan Perilaku serta Emosi
Intensi Perilaku dari Icek Ajzen
Seni Persuasi
Hubungan Disonansi kognitif dan perubahan sikap
Sikap
Dalam ilmu psikologi sosial, sikap
didefinisikan sebagai evaluasi akan
manusia, objek, atau ide (Aronson, Wilson,
Akert, 2012).
Evaluasi ini dimaksud sebagai proses
menilai mengolah dan menghubungkan
suatu stimulus (objek sikap) dengan suatu
respon tertentu
Sikap
Jadi, sikap dalam psikologi sosial bukan
berarti postur tubuh ataupun perilaku
seseorang.

Sikap adalah proses evaluasi yang


sifatnya internal /subyektif yang
berlangsung dalam diri seseorang dan
tidak dapat diamati secara langsung
Komponen Terdapat tiga komponen penting
yang membentuk sikap yaitu,

terbentuknya Cognitively Based Attitude

Sikap Affectively Based Attitude:

Behaviorally Based Attitude:


Cognitively Based
Attitude
Sikap dapat berasal dari keyakinan seseorang mengenai
karakteristik dari objek sikap. (Aronson, Wilson, Akert, 2012).
Affectively Based
Attitude
Sikap dapat berasal dari perasaan dan values yang dimiliki
seseorang (Aronson, Wilson, Akert, 2012).

Selain perasaan dan value, sumber lainnya yang mendasari affectively based
attitude diantaranya seperti, reaksi sensori , kemudian reaksi estetis dan yang
terakhir adalah melalui conditioning.
Behaviorally Based
Attitude
Sikap juga dapat berasal dari observasi akan bagaimana seseorang
berperilaku terhadap suatu objek (Aronson, Wilson, Akert, 2012).
Teori Pembentukan Sikap

Pengkondisian Klasik (Clasical Conditioning


learning based on association)

Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus/rangsang selalu


diikuti oleh stimulus/rangsang yang lain, sehingga rangsang yang pertama
menjadi suatu isyarat bagi rangsang yang kedua. Lama-kelamaan, orang
akan belajar jika stimulus pertama muncul, maka akan diikuti oleh
stimulus kedua
Seorang anak melihat setiap ada
tamu, ibunya akan menyuguhkan
teh dan kue (stimulus 1)
kemudian dilanjutkan bincang
bincang dg gembira (stimulus 2)

Setelah dewasa anak bersikap


positif dgn tamu selalu bersikap
gembira meskipun stimulus 1
tidak muncul
Teori Pembentukan Sikap
Pengondisian instrumental (instrumental conditioning)

Proses pembelajaran terjadi ketika suatu perilaku mendatangkan hasil


yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut akan
diulang kembali. Sebaliknya, bila perilaku mendatangkan hasil yang tidak
menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku tersebut tidak akan
diulang lagi atau dihindari.

Perilaku membuang sampah jika diberikan pujian oleh orang tua maka
akan diulang
Teori Pembentukan Sikap
Belajar melalui pengamatan (observational learning, learning by example)
Proses pembelajaran dengan cara mengamati perilaku orang lain,
kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berperilaku serupa Akibat dari
pembelajaran melalui pengamatan pada tampilan yang disiarkan dalam
berbagai media, dapat menimbulkan anggapan bahwa orang lain lebih
mudah dipengaruhi daripada diri sendiri.

Penelitian A.Gunther (1995, dalam Baron dan Byrne, 2008) membuktikan


bahwa orang cenderung memberi penilaian yang berlebihan terhadap
orang lain terkait dengan penyiaran pornografi dan adegan kekerasan di
media massa (maksudnya orang lain mudah dipengaruhi). Sebaliknya,
terhadap dirinya sendiri la menilai tidak mudah dipengaruhi.
Teori Pembentukan Sikap
Perbandingan sosial (social comparison)
Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk mengecek
apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah benar atau salah disebut
perbandingan sosial. Kita cenderung menyamakan diri kita dengan mengambil
ide-ide dan sikap-sikap mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Terry dan Hogg (1996) di Australia membuktikan
tersebut, yaitu sikap positi terhadap pemakaian krim tabir surya dan intensi
untuk menggunakan krim tersebut setiap keluar rumah. Sikap ini dibentuk atau
diperoleh seseorang melalui anjuran dari orang-orang yang dikenal dan
dihormatinya.
Perbedaan Sikap Secara singkat, sikap seperti yang telah dijelaskan
adalah suatu evaluasi yang dilakukan manusia
dan Perasaan terhadap manusia lain, objek, atau suatu ide.

Sedangkan, perasaan menurut definisi APA adalah


pengalaman fenomenal mandiri. Perasaan juga
bersifat subjektif, evaluatif, dan terpisah dari sensasi,
pikiran atau gambaran yang membangkitkannya
(APA, n.d.). Berdasarkan komponen dari sikap yang
telah dijelaskan sebelumnya, perasaan bisa menjadi
dasar komponen sikap seseorang seperti pada
affectively based attitude
Hubungan Sikap dan
Tingkah laku
Perilaku merupakan sebuah keadaan atau suatu aktivitas dari seorang individu
yang dalam pengertian memiliki arti yang cukup luas.

Diantaranya dapat dilihat dari cara berbicara, cara berjalan, menangis, tertawa,
menulis, membaca dan bentuk lainnya yang mempresentasikan sebuah
perilaku.

Perilaku sendiri dapat dibatasi dengan cara seseorang tersebut berfikir,


bersikap serta akan melakukan tindakan
Hubungan Sikap dan
Tingkah laku
Perilaku seringkali didasari oleh sikap seseorang terhadap suatu objek Namun,
sikap tidak selalu dapat meramalkan perilaku. Banyak perilaku/perbuatan yang
kita lakukan, tidak sejalan dengan sikap kita atau mungkin bertentangan sama
sekali.
Perilaku yang ditampilkan oleh seseorang bergantung pada situasi, terutama
dalam konteks yang paling relevan dari sudut pandang orang tersebut. Oleh
karena itu, timbul pertanyaan mengapa dan kapan sikap dapat menentukan
atau berpengaruh terhadap perilaku.
Teori tentang hubungan
sikap & perilaku

⦿ Theory of Reason Action/Teori perilaku beralasan (Fishbein &


Ajzen, 1980)
⦿ Theory of Planned Behavior/Teori perilaku berencana (Ajzen,
1991)
⦿ Attitude-to-Behavior Process Model (Fazio, 1989)
Theory of Reason Action/ Teori perilaku
beralasan (Fishbein dan Ajzen, 1980)

Fisbein dan Ajzen berpendapat bahwa keputusan untuk melakukan sebuah


perilaku tertentu merupakan hasil dari proses yang bersifat rasional.

Individu akan melakukan tingkah laku apabila tingkah laku tersebut berdampak
positif pada dirinya dan orang lain menyukai atau menyetujui tingkah lakunya
tersebut.
Attitude-to-Behavior Process Model
(Fazio,1989)
Menurut teori ini huungan sikap dan perilaku adalah spontan. Jadi, apabila kita
dihadapkan pada sebuah kejadian atau peristiwa yang berlangsung secara
cepat, maka secara spontan sikap yang terdapat pada diri kita akan mengarah
pada perilaku.

Beberapa kejadian tersebut juga dapat mengaktifkan pengetahuan kita tentang


norma sosial dan sikap sehingga keduanya akan membentuk dedinisi kita
tentang situasi (persepsi) yang akan menentukan tingkah laku yang akan kita
tampilkan. Contohnya adalah ketika kita melihat kecelakaan lalu lintas di jalan,
norma sosial kita mengenai tolong menolong yang telah diajarkan dari sejak
kecil akan mendorong kita untuk menolong korban kecelakaan tersebut.
Theory of Planned Behavior/Teori
perilaku berencana (Azjen,1991)
Teori ini hampir sama dengan teori perilaku beralasan. Namun pada teori ini
azjen menambahkan satu determinan perilaku yang disebut sebagai Perceived
Behavior Control (PBC) atau kendali perilaku yang dipersepsikan.

PBC merupakan persepsi terhadap tingkat kesulitan sebuah perilaku untuk


dapat dilaksanakan. PBC juga merefleksikan pengalaman masa lalu dan
antisipasi terhadapa hambatan yang mungkin terjadi ketika kita melakukan
sebuah perilaku.

Menurut teori ini periaku dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: sikap, norma subyektif
dan PBC. Intensi dapat memengaruhi perilaku seseorang secara langsung dan
juga dapat menentukan apakah tingkah laku akan ditampilkan atau tidak.
Balance Theory dan Cognitive
Dissonance Theory (Festinger)
Menurut teori ini tingkah laku dapat memengaruhi sikap begitupun sebaliknya sikap dapat
memengaruhi tingkah laku. Menurut teori ini, kita sering menyadari bahwa ada hal-hal yang
tidak sejalan dengan diri kita yang membuat kita tidak nyaman, dan kita akan berusaha
untuk membuatnya balance dengan dua pilihan, yaitu dengan cara mengubah sikap dan
mengubah perilaku. Jadi, apabila kita berada dalam sebuah situasi yang menekan atau
menuntut keseragaman, maka tingkah laku akan merubah sikapnya dan apabila kita berada
pada situasi yang tidak menekan, maka sikap akan merubah tingkah laku.

Contoh sikap yang merubah tingkah laku: ketika kita menyukai seseorang, dan mau
berpacaran dengannya, tetapi karena mengetahui bahwa dia adalah seorang perokok dan
kita tidak menyukai rokok, maka kita tidak jadi berpacaran dengannya.

Contoh tingkah laku memengaruhi sikap: ketika kita tidak menyukai bola, tapi karean pacar
kita sering menemani pacar kita menonton bola, maka kita jadi suka bola.
Hubungan Sikap
dan Tingkah laku
Kuat dan lemahnya sikap bergantung pada ekstremitas dan
pengalaman pribadi seseorang. (Petty & Krosnick, 1995). Konsistensi
hubungan sikap dan perilaku dipengaruhi oleh: (1) kuat/lemahnya sikap
yang dimiliki seseorang dan (2) faktor situasional yang dapat
menghambat seseorang untuk berperilaku sesuai dengan sikap yang
dimilikinya.
Penguatan Sikap dan Tingkah laku

PENGALAMAN PRIBADI
Sikap yang terbentuk melalui pengalaman langsung akan lebih menetap dalam
ingatan dan mudah diaktifkan lagi ketika kita menemui objek sikap yang serupa.

EKSTREMITAS
Menurut Krosnick, (1988) salah satu determinan dari ekstremitas adalah adanya vested
interest, yaitu sejauh mana kepedulian orang terhadap suatu hal, khususnya bila konsekuensi
dari hal tersebut menyangkut dirinya sendiri.

"semakin besar vested interest seseorang, semakin besar pula pengaruh sikap terhadap
perilakunya"
Perubahan sikap dapat disebabkan oleh pengalaman atau hal-
hal baru yang diperoleh dari orang lain/ media massa.
perubahan sikap merupakan hasil dari komunikasi persuasif.
Intensi Perilaku (Icek Ajzen)
Intensi adalah probabilitas subjektif yang dimiliki seseorang tentang
akan melakukan sesuatu perilaku
(Fishbein & Ajzen, 1975).

Artinya adalah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan


suatu perbuatan/tindakan
Theori Of Planned Behavior
(Icek Ajzen, 1991)
Seni Persuasi
Definisi Persuasi:

Brembeck and Howell, (1952) mendefinisikan persuasi sebagai usaha sadar


untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif
orang kearah tujuan yang sudah ditetapkan.

Hardo, (1981), mendefinisikan persuasi sebagai proses komunikatif


untukmengubah kepercayaan, sikap, perhatian atau perilaku baik secara
sadar maupun tidak dengan menggunakan kata-kata dan pesan nonverbal.

Soemirat, (2000) mendefinisikan persuasi yaitu melakukan upaya untuk


mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang melalui cara-cara yang
luwes, manusiawi, dan halus dengan akibatmunculnya kesadaran, kerelaan
dan perasaan senang serta adanya keinginan untuk bertindak sesuai yang
dikatakan komunikator/persuader.
Seni Persuasi
Seni persuasi merupakan upaya mengubah sikap orang lain melalui
penggunaan berbagai macam pesan.
Contoh : iklan, kampanye, sosialisasi dsb

Teori The ElaborationLikelihood Model (ELM) oleh Petty &Cacioppo (1986)


Terdapat 2 macam cara dalam memproses pesan :
a. Systematic Processing
mempertimbangkan kekuatan pesan melalui central route (proses
pemikiran dengan logika/rasio & terperinci)
b. Heuristic Processing
menggunakan pemikiran sederhana/mental short cut melalui peripheral
route/secara sepintas, dan kekuatan isi pesan tidak penting,
Upaya menghindari Persuasi
dari Pihak Lain
Reaksi Peringatan Menghindari Membantah Suntikan
penolakan sebelum
Write your selektif aktif kekebalan
(Reactance) kejadian
topic or idea (Selective (Active (Innocuation)
(Forewarning) Avoidance) Counterarguing)

Perlawanan thd Individu mengetahui


Elaborate on what Menghindari/tidak
Elaborate on what Individu aktif Pesan persuasif
Elaborate on what
persuasi karena dirinya menjadi
you want to discuss. memperhatikan isi
you want to discuss. menentang dan yyang bertentangan
you want to discuss.
merasa sasaran persuasi pesan & informasi membantah dengan sikap
kebebasannya sehingga cenderung yang tidak sesuai pandangan yang individu dan
terancam menolak dan dengan sikap kita berbeda dengan menjadi suntikan
Misal : dilarang menyiapkan bantahan Individu cenderung sikap yang melawan ide
merokok,larangan (counterargument) memilih isi pesan dan dimilikinya Individu tidak akan
menonton film dsb. Contoh : iklan à ganti pembawa pesan yang mau mengubah
channel dsb disukai dan sesuai sikap yang ada dan
minat serta sikapnya menjadi “imun”
Hubungan Disonansi Kognitif
dan Perubahan Sikap
Disonansi kognitif adalah keadaan internal yang tidak nyaman karena
ketidaksesuaian antara dua sikap atau lebih serta antara sikap dan tingkah
laku.

Disonansi kognitif terjadi apabila terdapat hubungan yang bertolak


belakang antara elemen-elemen kognitif dalam diri individu (Leon
Festinger, 1957)
Hubungan Disonansi Kognitif
dan Perubahan Sikap
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial
yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat
sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi
seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan
tersebut.

Individu akan berusaha mengurangi ketidaknyamanan tersebut dengan


mengubah sikap dan perilaku, untuk mencapai keseimbangan dalam diri
individu atau bertoleransi dengan ketidaknyamanan tersebut.
Contoh Disonansi Kognitif
Seseorang tetap merokok walau ia paham bahwa aktivitas tersebut
dapat mengganggu kesehatannya
Seseorang mengatakan kebohongan namun ia meyakinkan dirinya bahwa
ia sedang mengatakan hal yang baik
Seseorang memaparkan pentingnya olahraga walau ia sendiri tidak
melakukannya. Perilaku ini dikenal dengan hipokrisi atau kemunafikan.
Seseorang mengonsumsi daging walau menyebut dirinya pencinta hewan
yang tidak menyetujui sembelih hewan. Perilaku ini dikenal juga dengan
istilah meat paradox.
Seorang dokter yang makan Junk Food sementara tahu resiko dari
makanan tersebut.
Penyebab Munculnya
Disonansi Kognitif
Tekanan dari pihak lain, Misalnya, seorang karyawan tetap pergi bekerja
ke kantor di tengah pandemi Covid-19. Ia terpaksa berangkat ke kantor
karena takut dipecat serta demi mempertahankan penghasilannya. Contoh
lain yakni peer pressure dari orang terdekat. Misalnya, seorang karyawan
yang tengah berhemat “terpaksa” ikut memesan makanan secara online
agar bisa berbaur dengan teman-teman kantornya.

Informasi baru, Misalnya, seorang pria memiliki informasi bahwa


temannya merupakan pria homoseksual. Kondisi tersebut membuatnya
dilema karena ia menganut kepercayaan bahwa homoseksual adalah suatu
bentuk dosa.
Penyebab Munculnya
Disonansi Kognitif
Keputusan yang diambil, kita akan terus menciptakan beragam keputusan
saat dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama kuat, maka kita akan
mengalami kondisi disonansi. Misalnya, seseorang menerima dua tawaran
pekerjaan, yakni satu pekerjaan di dekat rumah orangtuanya dan satu
pekerjaan di luar kota namun dengan gaji lebih tinggi. Ia mungkin bingung
dengan dua pilihan tersebut karena menurutnya faktor kedekatan dengan
keluarga dan gaji sama pentingnya.
Mekanisme Mengurangi Disonansi Kognitif
(Aronson, 1968 dan Festinger, 1957)

Mengubah sikap atau perilaku menjadi konsisten satu sama lain


Mencari informasi baru yang mendukung sikap atau perilaku untuk
menyeimbangkan elemen kognitif yang bertentangan
Mengabaikan atau menganggap ketidaksesuaian antara sikap atau perilaku
yang menimbulkan disonansi sebagai sesuatu yang tidak penting.

Upaya lain untuk mengurangi disonansi konitif antara lain :


Menolak atau menghindari suatu informasi
Melakukan justifikasi
Mengubah keyakinan lama
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai