Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian Sikap (Attitude)

Sikap (Attitude) adalah evaluasiatau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap

suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar, 2013).

ambivalen individu terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap

merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap.

Menurut Sarwono (2000), sikap dapat didefinisikan kesiapan pada seseorang

untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat

positif, dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan

adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam

sikap membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

Menurut Thurstone dalam Rejaningsih (2004), sikap sebagai total

kecenderungan, perasaan, prasangka (prejudice atau bias), ide, perasaan takut,

ancaman dan keyakinan seseorang tentang topik tertentu. Sedangkan definisi yang

dikemukakan Allport bahwa sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap

suatu objek dengan cara-cara tertentu (dalam Azwar, 2013). Menurut

ThursioneDalam bukunya, Ahmadi(2009), menjelaskan bahwa sikap sebagai

tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


objek psikolgi, sikap positif apabila ia suka sebaliknya orang yang di katakan

memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologi bila ia tidak suka.

Thurston mendifinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif

terhadap suatu objek psikologis (Edwards dalam Azwar, 2013).

Menurut Lapierre mendifinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi,

atau kesepian antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,

atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan (Azwar 2013). Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan

sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain,

objek atau isyu-isyu (Azwar, 2013)

Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan afektif suka tidak suka pada

suatu objek sosial tertentu (Hakim,2012). Definisi sikap yang di kembangkan oleh

Mohadjir (1992: 95) bahwa: Sikap merupakan ekspresi afek seseorang pada Obyek

sosial tertentu yang mempunyai kemungkinan rentangan dari suka sampai tak suka

(Hakim,2012). Menurut Muhadjir (1992: 80) sikap di tinjau dari unsur-unsur

pembentuknya dapat di bedakan menjadi tiga hal yaitu sikap yang transformatif,

transaktif dan transinternal. Sikap yang transformatif merupakan sikap yang lebih

bersifat psikomotorik atau kurang di sadari. Sikap yang transaksional merupakan

sikap yang lebih mendasar pada kenyataan obyektif, sedang sikap yang transinternal

merupakan sikap yang lebih di pedomani oleh nilai-nilai hidup (Hakim, 2012).

Di tinjauan dari kategori sikap diatas, maka sikap seseorang terhadap sesuatu

obyek tertentu dapat di pengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut atau yang

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


melatarbelakangi seseorang tersebut sebagai pengalaman hidupnya. Orang yang telah

tertanam dan terkristal nilai-nilai tertentu dalam mental atau kepribadiannya, tentunya

dalam menghadapi dan merespon sesuatu tersebut akan di warnai oleh nilai-nilai yang

di yakininya.

Dalam Penelitian sikap adalah reaksi suatu respon stimuli sosial yang

terkondisikan. Sikap merupakan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku

yang relatif menetap.

2. Praktik/Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata di perlukan faktor pendukung

atau kondisi yang memungkinkan. Terbentuknya perilaku baru, terutama pada orang

dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek dahulu tahu terhadap

stimulus berupa materi atau objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan

baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk

sikap terhadap objek yang diketahuinya. Akhirnya objek atau rangsangan yang telah

diketahui atau disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi

berupa tindakan (action). Namun seseorang dapat pula bertindak tanpa disadari oleh

pengetahuan dan sikap, atau seseorang dapat bertindak langsung tanpa memakai

stimulus terlebih dahulu.

Menurut Walgito (2003), mengatakan bahwa sikap adalah organisasi

pendapat, keyakinan seseorang meyakini objek atau situasi yang relatif ajeg, yang di

sertai dengan perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang di pilihnya. Sikap

manusia atau untuk singkatnya disebut sikap telah di definisikan dalam berbagai versi

oleh para ahli (Azwar, 2013).

Baron dan Byrne (2002) mendifinisikan sikap sebagai penilaian subjektif

seseorang terhadap suatu objek. Sikap adalah respons evaluatif yang diarahkan

seseorang terhadap orang, benda, peristiwa dan perilaku sebagai objek sikap. Sikap

melibatkan kecenderungan respon yang bersifat prefensal. Sikap sebagai respons

evaluatif menunjukan ekspresi suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju,

mendekati atau menghindari dan tertarik atau tidak tertarik terhadap objek sikap.

Menurut Sear dkk. 1999 (dalam Kartika, 2010), mengemukakan teori sikap

melalui tiga pendekatan yaitu teori belajar, teori insentif, dan teori konsistensi

kognitif.

a. Teori Belajar

Dalam proses belajar tersebut (individu) mendapat informasi dan fakta-

fakta melalui tiga mekanisme umum yaitu

1) Asosiasi melalui classical conditioning

2) Reinforcement

3) Imitasi

Pembentukan sikap melalui proses asosiasi terjadi dengan adanya stimulus

yang muncul bersamaan.

b. Teori insentif

Teori yang menggariskan bahwa pembentukan sikap merupakan proses

menimbang baik atau buruknya berbagai kemungkinan kemudian mengambil

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


alternatif terbaik. Individu cenderung mengambil sikap yang secara maksimal

menguntungkan

c. Teori konsistensi kognitif

Individu merupakan makhluk yang telah menemukan makna dan

hubungan dalam struktur kognitifnya. Individu yang memiliki suatu nilai atau

keyakinan yang tidak konsisten satu dengan yang lainnya akan berupaya

menyelaraskan untuk menjadi konsisten. Individu akan merasa nyaman bila

kondisi kognisinya konsisten dan sesuai.

Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah

pendapat dan keyakinan seseorang untuk memberikan respon suka atau tidak suka, setuju

atau tidak setuju, mendekati atau menghindari dan tertarik atau tidak tertarik secara

konsisten.

Sikap juga dapat dipelajari melalui proses belajar.

a. Ciri-ciri Sikap

Sikap memiliki ciri-ciri, beberapa ahli psikologi sosial mengemukakan ciri-ciri

sikap diantaranya ialah Gerungan (2004) yaitu:

1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau di pelajarinya sepanjang

perkembangan individu

2) Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat di pelajari individu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap

suatu objek.

4) Objek sikap merupakan satu hal, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-

hal.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


5) Sikap mempunyai aspek-aspek motivasi dan aspek perasaan

Walgito (2003), mengemukakan ciri-ciri sikap sama dengan ciri-ciri yang di

kemukakan oleh pendapat Gerungan yaitu:

1. Sikap tidak dibawa sejak lahir

2. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap

3. Sikap tidak hanya tertuju pada satu objek saja tetapi dapat tertuju pada sekumpulan

objek-objek.

4. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar

5. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi

Menurut Walgito (2003), pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan

oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi dunia

luar dengan selektif sehinggga tidak semua yang datang akan diterima atau

ditolak.

2. Faktor eksternal yaitu keadaan keadaan yang ada diluar individu yang merupakan

stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap memiliki ciri-ciri

antara lain sikap itu tidak di bawa sejak lahir, sikap selalu berhubungan, sikap tidak

hanya tertuju pada satu objek, sikap berlangsung lama atau sebentar dan sikap

mengandung unsur perasaan dan motivasi.

3. Komponen-komponen Sikap

Menurut Allport dalam Azwar (2013) sikap dibagi menjadi 3 komponen

pokok yaitu:

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu konsep

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak

Dimana ketiga komponen pokok diatas secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

a. Pengalaman Pribadi

Tanggapan adalah salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan peenghayatan, seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

b. Pengaruh Orang lain yang di anggap penting

Orang merupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengruhi

sikap individu

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita.

d. Media Massa

Sarana komunikasi, mempunyai pengaruh beda dalam pembentukan opini

dan kepercayaan individu.

e. Lembaga Pendidikan dan lembaga Agama

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang

sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Kesimpulan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang yaitu

pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh

kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh

faktor Emosional.

5. Aspek-aspek Sikap

Azwar (2013), menyatakan bahwa sikap memiliki komponen kognitif

(cognitive), komponen afektif (affective), dan koponen konatif (conative). Komponen

kognitif merupakan representasi apa yang di percaya oleh individu pemilik sikap,

komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan

komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

a. Komponen kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi objek sikap.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


b. Komponen Afektif, menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap

suatu objek sikap

c. Komponen Perilakuatau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang di hadapinya.

Ketiga komponen tersebut konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen

kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai

komponen konatif.

Walgito (2003), menyatakan bahwa sikap mempunyai komponen aspek-aspek

yaitu

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan

pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan

bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan

dengan rasa senang dan tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang dalam

penelitian ini merupakan hal yang negatif, sedangkan rasa tidak senang dalam

penelitian ini merupakan hal yang positif. Komponen ini menunjukan arah sikap,

yaitu positif dan negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan

dengan kecenderungan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya

kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Kesimpulannya adalah bahwa sikap memiliki tiga aspek-aspek dari komponen

kognitif, afektif, dan konatif. Ketiga komponen sikap tersebut bersifat konsisten antara

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


komponen yang satu dengan yang lainnya. Jika salah satu komponen dipengaruhi,

maka komponen yang lainnya akan berubah. Masing-masing komponen mempunyai

manifestasi yang berbeda-beda yang membentuk sikap menyeluruh terhadap

rangsangan-rangsangan diterima.

6. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif menurut Purwanto

(Maemanah, 2014).

a. Sifat positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenengi,

mengharapkan objek tertentu.

b. Sifat negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,

tidak menyukai obyek tertentu.

Kesimpulan sifat sikap menurut Maemanah ada 2 yaitu: sifat positif dan sifat

negatif.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang berati dewasa

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada

masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-

perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja

dalam kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Kondisi ini juga di perberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin

derasnya arus informasi (Depkes RI, 2007).

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Pada remaja putri, masa puber ditetapkan mulai saat ia mendapat haid yang

pertama (menarche), yaitu pada usia sekitar 11-13 tahun. Setelah haid pertama terjadi

pematangan (maturasi) biologis pada fungsi organ seksualnya, sehingga rata-rata

pada usia 13 tahun seorang anak perempuan organ seksualnya sudah matang. Proses

maturasi biologis ini dapat disertai dengan maturasi psikologis, tetapi umumnya

maturasi biologis terjadi lebih cepat dari psikologis sehingga potensi untuk terjadinya

konflik dalam diri seorang anak remaja cukup besar. Secara biologis, remaja tersebut

dapat di golongkan dewasa, tetapi secara mental sebenarnya dia dalam tahap

pencarian identitas diri Depkes, 1991, Rejaningsih 2004 (dalam Karianti 2010)

Kesimpulan adalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-

anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik

maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja.

2. Pubertas

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia,

karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia

yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari pubercere yang berarti

menjadi matang (Depkes RI, 2007).

Masa remaja adalah proses perkembangan antara masa anak dengan masa

dewasa (Halima dkk, 2014). Pada masa ini seorang remaja akan meningkat dorongan

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


seksualnya dan akan selalu mencari informasi lebih banyak tentang seks, karena

remaja sekarang lebih terbuka dan dapat menerima tentang kehidupan seks bebas di

luar pernikahan, sementara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan informasi

berkaitan tentang kesehatan reproduksi yang mereka miliki sangatlah sedikit, baik di

sekolah maupun di lingkungan keluarganya karena di sebagian besar masyarakat

Indonesia yang masih memegang tradisi menganggap tabuh hal–hal yang

berhubungan tentang seks, termasuk pemberian informasi dan pendidikan seks

(Halima dkk, 2014).

Remaja adalah periode perkembangan individu yang mengalami perubahan

dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan usia antara 13-20 tahun

(Ardhiana, 2012). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa remaja

(adolescent) adalah penduduk usia 10-19 tahun, sedangkan menurut United Nations

Fund for Population Activities (UNFPA), pemuda (youth) adalah penduduk berusia

15-24 tahun (Ardhiana, 2012). Berbagai definisi tersebut menggambarkan rentang

usia dan karakteristik remaja yang digunakan untuk mendeskripsikan populasi remaja

dari masa kanak-kanak menuju dewasa.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait,

berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Perkembangan adalah proses

perubahan dalam diri remaja yang terintegrasi, sehingga dapat berespon dalam

menghadapi rangsangan-rangsangan.Awal pubertas terjadi pada usia 9-13 tahun.

Berbagai penelitian menunujukan bahwa munculnya pubertas di pengaruhi oleh status

gizi atau kegiatan fisik. Perbaikan pada status gizi telah mempercepat usia awal

pubertas. Hal tersebut telah di buktikan David (dalam arneti,2003) bahwa aktifitas

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


atau latihan fisik yang berat dan teratur akan menunda saat menarche. Hal ini

diperkirakan terjadi melalui mekanisme hormonal, karena menurunkan produksi

progesteron yang menyebabkan tertundanya kematangan endometrium. Sedangkan

penurunan kalori dan protein, serta kekurangan unsur-unsur gizi lainnya yang

berlangsung sejak usia pra-pubertas, berkaitan dengan penurunan produksi hormon

gonadropin, yaitu hormon yang di hasilkan oleh kelenjar hipofisis di bawah

otakAgustina, 1997 (dalam Karianti, 2010).Berbagai perubahan yang terjadi di masa

pubertas meliputi perubahan fisik dan perilaku.

a). Perubahan Fisik pada Pubertas

Perubahan fisik pada masa remaja adalah terjadinya pubertas. Perubahan fisik

melibatkan perubahan hormonal dan perubahan tubuh yang berlangsung pada masa

remaja awal (Santrock, 2007). Menurut WHO, perubahan fisik merupakan tahap

perkembangan organ reproduksi dan fungsinya dalam mencapai kematangan yang

ditandai dengan munculnya tanda-tanda seks primer, seperti haid dan mimpi basah

dan seks sekunder, seperti buah dada dan jakun (Moeliono, et.al., 2006). Perubahan

fisik yang cepat menjadikan remaja mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Pada

perempuan Pertumbuhan fisik dan pematangan organ reproduksi pada masa remaja di

masa pubertas yaitu estrogen dan progesteron, sedangkan pada laki-laki dipengaruhi

oleh hormon testosteron merupakan hal yang penting bagi kesehatan reproduksi

(Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Achadi (2001) (dalam saadah, 2004) menjelaskan bahwa perubahan fisik

yang terjadi pada masa pubertas adalah sebagai berikut: proses biologis pada masa

pubertas ditandai dengan bertambahnya tinggi badan dan berat badan secara tajam,

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan, dan perubahan karakteristik seksual.

Rata-rata proses lama pubertas pada anak wanita adalah empat tahun. 15-20% tinggi

badan dewasa dicapai dalam masa ini. Sedang untuk berat badan pada anak wanita

pada masa pubertas merupakan lima puluh persen dari berat badan dewasa yang ideal.

Perubahan komposisi tubuh dipengaruhi hormon, yaitu estrogen dan

progesteron pada wanita. Anak wanita lebih banyak menyimpan lemak dan pada

memasuki masa pubertas mempunyai presentase lemak sebesar 15%, pada saat

pertumbuhan selesai presentasi lemak menjadi 25%. Frisch mengasumsikan bahwa

untuk terjadinya menarche, presentasi lemak dalam tubuh sedikitnya adalah sebesar

17%, dan membutuhkan 25% lemak untuk terjadinya dan mempertahankan ovulasi.

Perubahan karakteristik seks primer juga terjadi, yang di tandai dengan organ

seks yang bertambah besar dan mulai berfungsi. Misalnya Ovarium yang mulai

berfungsi pada saat menstruasi. Karakteristik seks sekunder juga mengalami

perubahan, ditandai dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan dan pada ketiak.

b). Karakteristik sikap dan perilaku remaja pada masa pubertas

Pada masa pubertas kadang-kadang timbul sikap agresif, pertentangan dengan

orang tua, ingin menang sendiri dan mencari-cari kesalahan dari apa yang dilakukan

orang dewasa. Mereka juga sulit diajak berkomunikasi, kecuali jika diperlukan. Lebih

sering menjawab tidak tahu atau tidak inget. Kadang-kadang sering merassa malu

pada semua orang, disebabkan oleh kecemasan yang berlebihan terhadap penilaian

orang tentang perubahan yang terjadi pada tubuh dan perilakunya (Hurlock dalam

Saadah 2004).

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Sejalan dengan perkembangan fisiknya, pada masa remaja juga akan terlihat

jelas berbagai perubahan yang menyangkut aspek psikis, sosial dan perilakunya. Pada

masa ini mulai muncul kebutuhan akan privasi, keintiman dan ekspresi erotik.

Ditandai dengan mulai tumbuh ketertarikan pada lawan jenisnya dan keinginan untuk

menjalin hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenisnya. Beberapa perubahan

yang bisa diamati adalah:

a. Emosi yang mudah berubah (antara sedih, marah, senang, takut)

b. Rasa ingin tahu dan ingin mencoba besar

c. Rasa ingin dihargai dan diakui kedewasaannya

d. Lebih percaya dan mudah terpengaruhi oleh teman sebaya

e. Merasa mampu bertanggung jawab dan mulai berani mengambil resiko

f. Lebih kritis dan ingin menuntut keadilan

g. Menjadi lebih sensitif

h. Timbul perhatian pada lawan jenis sehingga suka memperhatikan penampilan

i. Ingin diperhatikan dan disayang

3. Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Sosial

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Perubahan sikap sosial dimasa pubertas dimulai dengan penurunan minat

terhadap kelompok dan menyukai menyendiri. Perkembangan selanjutnya

berubah cepat, perilaku kadang-kadang menjadi anti sosial. Perilaku anti sosial

pada usia ini sering disebut dengan fase negatif dan pada masa ketidak

seimbangan. Kapan efek fase negatif sosialisasi berlanjut pada banyak faktor

seperti kapan pubertas muncul, berapa lama berakhir dan bagaimana pengaruh

orang tua, guru dan teman sebaya berperan selama masa transisi tersebut

(Hurlock, dalam saadah 2004).

Sebagian besar remaja mampu menyesuaikan diri tanpa mendapatkan

kesulitan apa-apa. Tetapi selama masa penyesuaian remaja akan bersikap

irasional, mudah tersinggung dan sulit dimengerti. Hal ini karena adanya konflik

dalam dirinya, frustasi, kebimbangan dan bahkan mungkin keputusasaan. Tugas

psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi

orang yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut

berhubungan dengan lainnya dalam gaya dewasa. Kehadiran problem emosional

bervariasi antara setiap remaja.

Remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat mereka

peroleh, misalnya membahasnya dengan teman sebaya, membaca buku–buku,

tentang seks, mengakses situs porno di internet atau melakukan percobaan

masturbasi, bercumbu atau bersenggama dengan pasangannya (Halimah dkk,

2014). Minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, tidak sedikit remaja

yang menjadi korban kejahatan seksual, seperti pemerkosaan, hubungan seks

diluar nikah dan kehamilan diusia dini dan menempatkan remaja pada tantangan

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


masalah kesehatan reproduksi lainnya, seperti terkena IMS atau terinfeksi HIV

dan AIDS (Halima dkk, 2014).

C. Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Merujuk dari beberapa definisi mengenai kesehatan reproduksi maka Lubis

(2013) juga memberikan pengertian mengenai kesehatan reproduksi, yaitu suatu

keadaan di mana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu

menjalankan fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan aman, juga setiap orang

berhak dalam mengatur jumlah keluarganya termasuk memperoleh penjelasan yang

lengkap tentang cara yang tepat dan di sukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan reproduksi lainnya seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas

dan pelayanan bagi bayi baru lahir, kesehatan remaja, dan lain-lain perlu di jamin.

Dalam hal ini (Lubis, 2013) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal

pokok dalam reproduksi wanita, yaitu:

a. Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)

b. Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproduktive decision making)

c. Kesehatan pria dan wanita (equality and equity for men and women)

d. Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security).

Kesimpulan yaitu suatu keadaan di mana manusia dapat menikmati kehidupan

seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksi secara sehat dan

aman, juga setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya termasuk

memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara yang tepat dan di sukai.empat hal

pokok dalam reproduksi wanita, yaitu: Kesehatan reproduksi dan seksual

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


(reproductive and sexual health)Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproduktive

decision making)Kesehatan pria dan wanita (equality and equity for men and

women)Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)

2. Menstruasi

Menstruasi atau menarche adalah perdarahan dari uterus karena perubahan

hormonal yang teratur atau berdaur teratur, kira-kira empat minggu sekali. Menstruasi

adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan yang

terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang

pertama atau menarche paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi bisa juga

terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun tergantung faktor-faktor yang memengaruhi

kedewasaan atau perkembangan hormon pada gadis itu sendiri (dalam Lubis, 2013).

3. Gangguan Menstruasi

Pada masa menstruasi banyak sekali terdapat gangguan-gangguan, baik dari segi fisik

maupun dari segi psikologis. Gangguan-gangguan menstruasi ini dapat menyebabkan

terganggunya aktifitas-aktifitas dari wanita yang mengalami gangguan menstruasi

tersebut.

a. Gangguan-gangguan psikologi pada saat menstruasi, yaitu:

1) Kecemasan atau ketakutan terhadap menstruasi, sehingga menimbulkan fobia

terhadap menstruasi. Maksudnya disini jika keregangan dan kecemasan ini

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


secara terus-menerus serta berlebihan serta tidak segera di atasi, maka akan

menimbulkan fobia pada menstruasi

2) Merasa terhalangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh datangnya

menstruasi. Wanita akan merasa kebebasannya terbatas akibat datangnya

menstruasi ini misalnya saja wanita akan terbatas dalam melaksanakan

aktifitasnya sehari-hari, contohnya ia tidak dapat melaksanakan ibadah, aktifitas

olahraga, dan aktifitas lainnya

3) Mudah tersinggung atau mudah marah. Perasaan ini timbul di karenakan akibat

dari perubahan cara kerja hormon serta karena pengaruh rasa nyeri yang timbul

pada saat menstruasi

4) Perubahan pola makan, pola makan cenderung meningkat terutama pada makan

yang manis

5) Merasa gelisah dan gangguan tidur. Pada saat menstruasi seorang wanita akan

mengalami gangguan atau masalah susah tidur atau insomnia.

b. Gangguan Fisik menstruasi yang paling sering terjadi pada wanita, diantaranya:

1) Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri pada waktu haid terasa di perut bagian bawah

atau didaerah bujur angkar michaelis, nyeri terasa sebelum, selama dan sesudah

haid. Dapat bersifat kholik atau terus-menerus. Dismenorea adalah nyeri perut

yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Disebut dismenorea

primer jika tidak di temukan penyebab yang mendasar. Nyeri pada dismenorea

primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang di rangsang oleh prosta glandin.

2) Amenorea

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi berhenti pada masa

menstruasi teratur. Amenorea bisa disebabkan oleh penyakit pada indung telur

atau uterus, beberapa penyakit berat misalnya penyakit ginjal kronik, obat-obatan,

serta pengangkatan kandung rahim atau indung telur.

Pelayanan kesehatan reproduksi sangat penting mengingat dampaknya juga terasa

pada kualitas hidup generasi berikutnya. Sejauh mana seseorang dapat menjalankan

fungsi dan proses reproduksinya secara aman dan sehat sesungguhnya tercermin dari

kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak,

remaja, dewasa hingga masa pasca usia reproduksi.

4. Area Kesehatan Reproduksi

Menurut Lubis (2013), masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih

luas dan dapat di kelompokan sebagai berikut:

a. Masalah Reproduksi

1) Kesehatan, morbiditas (ganguan kesehatan) dan kematian perempuan yang

berkaitan dengan kehamilan. Termasuk di dalamnya juga masalah gizi dan

anemia di kalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan,

masalah kemandulan, dan ketidak suburan.

2) Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya

bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai

anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil

3) Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya program

KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


4) Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta

terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak.

5) Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi di bawah umur lima tahun

6) Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan

terhadap kesehatan reproduksi.

b. Masalah gender dan seksualitas

1) Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan dan

kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran, dan pendidikan seksualitas.

2) Pengendalian sosiobudaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma

sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami dan perceraian

3) Seksualitas di kalangan remaja

4) Status dan peran perempuan

5) Perlindungan terhadap perempuan pekerja

c. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak di inginkan

1) Pembunuhan bayi pengguguran kandungan, terutama yang di lakukan secara tidak

aman

2) Dampak kehamilan yang tidak diinginkan terhadap sosial ekonomi dan kesehatan

perempuan serta keluarga

3) Kebijakan pemerintah dalam menghadapi hal tersebut

d. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

1) Kecenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan,

perkosaan serta dampaknya terhadap korban

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


2) Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai

tindak kekerasan terhadap perempuan

3) Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur

4) Berbagai langkah untuk mengatasi masalah-masalah

e. Masalah penyakit yang di tularkan melalui hubungan eksual

a. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis dan gonorrhea

b. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia dan herpes

c. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immunodeficiency Syndrome)

d. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual

e. Kebijakan dan program pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut (termasuk

penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial)

f. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual

f. Masalah pelacuran

a. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran

b. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnya

c. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun

bagi konsumennya dan keluarganya.

g. Masalah sekitar teknologi

a. Teknologi reproduksi dengan bantuan (Inseminasi buatan dan bayi tabung)

b. Pemilihan bayi berdasarkan jenis kelamin (gender fetal screening)

c. Pelapisan genetik (genetic screening)

d. Keterjangkauan dan kesamaan kesempatan

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Hak reproduksi perorangan adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-

laki maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama,

dan lain-lain). Untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri,

keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta penentuan

waktu kelahiran anak dan akan melahirkan, serta hak untuk mencapai standar tertinggi

kesehatan seksual dan reproduksi. Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan akan

hak-hak asasi manusia yang di akui di dunia internasional.

Hal ini juga mencakup hak semua orang untuk membuat keputusan mengenai

reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan, dan kekerasan seperti dinyatakan

dalam dokumen-dokumen hak asasi manusia. Untuk melaksanakan hak tersebut, mereka

harus mempertimbangkan kebutuhan kehidupan anak-anak mereka yang sekarang dan

pada masa mendatang, serta tanggung jawab mereka terhadap masyarakat.

Hak reproduksi menurut Undang-undang No. 36/2009 meliputi:

a. Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, serta bebas

dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.

b. Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi, paksaan dan/atau

kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan martabat

manusia sesuai dengan norma agama

c. Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat secara medis

serta tidak bertentangan dengan norma agama.

d. Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang

benar dan dapat dipertanggung jawabkan.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Hak-hak reproduksi yang di tuliskan oleh Lubis (2013) bahwa hak-hak reproduksi

ini berasal dari kesepakatan dalam konferensi internasional kependudukan dan

pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik

kesehatan jasmani maupun rohani, sedangkan menurut BKKBN (2008a), hak reproduksi

secara umum di artikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu, baik pria maupun

perempuan yang berkaitan dengan keadaan reproduksinya. Berdasarkan konferensi

internasional kependudukan dan pembangunan (ICPD) di Kairo 1994, di tentukan ada 12

hak-hak reproduksi yaitu:

a. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi. Setiap remaja

berhak mendaapatkan informasi dan pendidikan yang jelas dan benar tentang berbagai

aspek terkait dengan masalah kesehatan reproduksi. Contohnya: seorang remaja harus

mendapatkan informasi dan pendidikan perihal kesehatan reproduksinya.

b. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi. Setiap remaja

memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlindungan terkait dengan

kehidupan reproduksinya termasuk terhindar dari risiko kematian akibat proses

reproduksi. Contoh: seorang remaja yang positif HIV berhak mendapatkan perawatan

dan pelayanan ARV (Anti Retroviral) sehingga kemungkinan mengalami infeksi

oportunitis dapat diperkecil.

c. Hak untuk kebebasan berpikir tentang kesehatan reproduksi. Setiap remaja berhak

untuk berpikir atau mengungkapkan pikirannya tentang kehidupan yang di yakininya.

Perbedaan yang ada harus diakui dan tidak boleh menyebabkan terjadinya kerugian

atas diri yang bersangkutan. Orang lain dapat saja berupaya mengubah pikiran atau

keyakinan tersebut, namun tidak dengan pemaksaan, akan tetapi dengan melakukan

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


upaya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) atau advokasi. Contoh: seseorang

dapat saja mempunyai pikiran bahwa banyak anak menguntungkan bagi dirinya dan

keluarganya. Bila ini terjadi, maka orang tersebut tidak boleh serta merta di kucilkan

atau di jauhi dalam pergaulan. Upaya mengubah pikiran atau keyakinan tersebut

boleh dilakukan sepanjang di lakukan sendiri oleh yang bersangkutan setelah

mempertimbangkan berbagai hal sebagai dampak dari KIE dan advokasi yang di

lakukan petugas.

d. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari

perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual. Remaja laki-laki maupun

perempuan berhak mendapatkan perlindungan dari kemungkinan berbagai perlakuan

buruk diatas karena akan sangat berpengaruh pada kehidupan reproduksi. Contoh:

perkosaan terhadap remaja putri misalnya dapat berdampak pada munculnya

kehamilan yang tidak diinginkan oleh yang bersangkutan maupun oleh keluarga dan

lingkungannya. Penganiayaan atau tindakan kekerasan lainnya dapat berdampak pada

trauma fisik maupun psikis yang kemudian dapat saja berpengaruh pada kehidupan

reproduksinya

e. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan

kesehatan reproduksi. Setiap remaja berhak mendapatkan manfaat dari kemajuan

teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan kesehatan reproduksi, serta

mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya dan sebenar-benarnya, dan kemudahan

akses untuk mendapatkan pelayanan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja.

Contoh: jika petugas mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja, maka petugas

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


berkewajiban untuk memberi informasi kepada remaja, karena mungkin pengetahuan

tersebut adalah hal yang paling baru untuk remaja

f. Hak untuk menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran. Setiap orang berhak untuk

menentukan jumlah anak yang dimilikinya serta jarak kelahiran yang diinginkan.

Contoh: dalam konteks program KB, pemerintah, masyarakat, dan lingkungan tidak

boleh melakukan pemaksaan jika seseorang ingin memiliki anak dalam jumlah besar.

Yang harus di lakukan adalah memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dan sebenar-

benarnya mengenai dampak negatif dari memiliki anak jumlah besar dan dampak

positif dari memiliki jumlah anak sedikit. Jika pun berkeputusan untuk memiliki anak

sedikit, hal tersebut harus merupakan keputusan sendiri.

D. Santri Putri

1. Pengertian Santri

Pengertian santri pada hakekatnya adalah murid yang sedang menuntut ilmu

agama di dalam lingkungan pesantren, dan bertempat tinggal di pesantren pula akan

tetapi ada juga yang pulang ke rumah. Kata santri atau talib berasal dari kata “al-

muta’alim” yang bermakna siswa atau murid (Tamyiz, Shofa dalam Fatimah,

2013).Arifin (dalam, repositori.upi.edu dalam Fatimah, 2013) mendifinisikan santri

merupakan sebutan bagi individu yang belajar mendalami agama di pesantren. Para

santri tinggal di pondok atau asrama yang telah di sediakan oleh pesantren. Melalui

pendidikan yang di selenggarakan dalam lingkungan pesantren, santri di kondisikan

untuk hidup teratur dan mandiri. Para santri diarahkan untuk mampu melayani dan

merawat diri sendiri dan mengurusi segala keperluan secara sendiri dan mandiri.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Segala pekerjaan yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi di lakukan sendiri

secara tanggung jawab.

Pada umumnya, kehidupan santri di lakukan secara sederhana, para santri di

bekali nilai-nilai keagamaan seperti ukhuwah (persaudaraan), ta’awun (tolong

menolong), ittihad (persatuan), menuntut ilmu, ikhlas, jihad, taat kepada Allah, Rasul,

ulama atau kyai sebagai pewaris nabi, dan kepada para pemimpin. Para santri

memiliki iklim sosial yang sama derajatnya dan saling membantu, para santri

memiliki solidaritas yang tinggi karena sama-sama merasa jauh dari keluarga.

Kehidupan santri yang terikat pada situasi yang homogen tersebut memberi dampak

kondisi psikologis yang homogen pula, termasuk mengenai aksesbilitas dan interaksi

dunia luar yang memungkin pola informasi berkembang secara terbatas (Fatimah,

2013).

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa santri adalah seorang murid

yang sedang menuntut ilmu agama dan belajar mendalami ilmu agama di pondok

pesantren.

2. Usia Santri

Secara umum, masa usia santri berada pada rentang usia remaja yaitu kisaran

usia 13-18 tahun. Masa remaja adalah tahap yang banyak terjadi perubahan baik

perubahan secara fisik maupun psikologis, remaja yang juga diartikan sebagai masa

kritis dan transisi memiliki harapan untuk dapat menyesuaikan diri terhadap

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


perubahan yang di alami serta akibat dari perubahan yang akan di timbulkan

(Fatimah, 2013).

Masa remaja juga sering disebut sebagai masa pubertas atau akil baligh. Pada

umumnya orang tua dan pendidik cenderung menyebut remaja dari padaa puber atau

adolesen. Adolesen dapat diartikan sebagai pemuda yang keadaannya sudah

mengalami kematangan (Zulkifli, Shofa, dalam Fatimah, 2013). Masa remaja sering

pula disebut masa pancaroba atau masa peralihan. Perubahan dan perkembangan yang

berlangsung selama masa remaja dengaan sendirinya tidak hanya terjadi pada aspek

ragawi, tetapi juga dalam kemamapuan berpikir, rasa keagamaan dan lain sebagainya.

Mengenai penghayatan dan pemahaman keagamaan, G. W. Allport menyatakan

bahwa pada umumnya para remaja menunjukkan perubahan sikap terhadap agama

(Fatimah, 2013).

Berkaitan dengan hal tersebut, Hurlock (2009) menyebutkan beberapa ciri

yang ada pada masa remaja:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting di sertai dengan cepatnya

perkembangan mental, terjadi pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai

dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Masa remaja merupakan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap

berikutnya. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


mempengaruhi tingkat perilaklf individu dan mengakibatkan diadakannya

penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser. Pada masa ini,

remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa

c. Masa remaja sebagai perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selania masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan yang hampir bersifat

universal bagi remaja, yaitu meningginya emosi yang intensitasnya bergantung

pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi; perubahan tubuh, minat

dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial yang dipetankan; berubahnya

minat dan perilaku mengubah pula nilai-nilai; dan sebagian besar remaja

bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa

dirinya, apa perannya dalam masyarakat Salah satu cara untuk mencoba

mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan simbol

status.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak

rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,

menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan

remaja.

f. Masa remaja sebagai yang tidak realistis

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia

inginkan dan bukan sebagaimana adanya. Bertambahnya pengalaman pribadi

dan pengalaman sosial, serta meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional,

remaja mulai memandang diri sendiri, keluarga, teman-teman dan kebidupan

pada umumnya secara realistik.

3. Karakteristik Pertumbuhan dan perkembangan Santri

Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan santri di sini sama seperti

remaja pada umumnya. Menurut Santrock (2003) karakteristik pertumbuhan dan

perkembangan remaja dibagi menjadi tiga transisi, diantaranya:

a. Transisi Biologis

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat Nampak pada saat

pubertas yaitu meningkatnya tinggi berat badan serta kematangan sosial.

Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan

jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan

tinggi).

b. Transisi Kognitif

Menurut Piaget, pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11

sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis

daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa temaja

terdorong unituk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya

penyesuaian diri biologis. Dalam perkembangan kognitif. remaja tidak terlepas

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


dari lingkungan sosial lebih menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya

dalam petkembangan kognitif remaja.

c. Transisi Sosial

Pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan

individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, kepribadian, dan dalam peran

dari konteks sosial dalam perkembangan. Kemampuan remaja untuk memantau

kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai

adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.

Kesimpulannya adalah karaktenstik pertumbuhan dan perkembangan remaja

mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial.

4. Tugas Perkembangan Santri Remaja

Havighurst (dalam Fatimah, 2013) mengartikan; tugas perkembangan

merupakan suatu tugas yang muncul dalam periode tertentu dalam rentang kehidupan

individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa

kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan berikutnya,

sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri

individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-

kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Tugas perkembangan santri disini masuk dalam tugas perkembangan remaja.

Menurut Havighurst (dalam Fatimah, 2013) tugas-tugas perkembangan remaja di

antaranya:

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


a. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa

dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan akan memperoleh

peranan sosial

b. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif.

c. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

d. Mencapai kepastian akan kebebsan dan kemampuan berdiri sendiri

e. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

f. Mempersiapkan diri dalam pembentukkan keluarga

g. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Secara rinci, Hurlock (2009) menjelaskan tugas-tugas perkembangan pada masa

remaja sebagai berikut:

a. Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita,

b. Mencapai peran sosial sebagai seorang pria dan wanita.

c. Menenma keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dari orang-orang dewasa

lainnya.

f. Mencapai kemandirian ekonomi.

g. Mempersiapkan peikawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-

mengembangkan ideologi.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Dari tugas-tugas perkembangan remaja diatas secara umum dapat disimpulkan

bahwa remaja dalam menjalankan tugas perkembangannya ialah mencapai

kematangan sosial yang sesuai dengan konsep din remaja tersebut.

E. Pondok pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah pesantren dalam pemakaian sehari-hari juga dikenal dengan pondok,

dan tericadang disebut pondok pesantren. Penggunaan kedua istilah tersebut pada

dasarnya memiliki arti yang sama, yaitu tempat belajar ngaji atau belajar ilmu

(Fatimah, 2013).

Pondok yang disinyalir berasal dari bahasa Arab, funduq, yang artinya gedung

diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia untuk menyebut tempat belajar santri. Tempat

pengkajian kitab-kitab Islam klasik yang memiliki asrama (pemondokan) oleh

masyarakat terkadang disebut pesantren. Dengan demikian penggunaan istilah

poridok atau pesantren dan penggabungan keduanya pondok pesantren memiliki arti

tempat belajar santri yang sedang belajar dan mengkaji ilmu agama dan ilmu-ilmu

umum lainnya, bertempat tinggal di asrama. Pesantren juga memiliki model dinamika

psikologi yang unik dibandingkan dengan sekolah umum (formal) lainnya, karena

pesantren memiliki nilai lebih dalam pembinaan aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik secara simultan dan terjadi dalam rentang waktu 24 jam setiap harinya.

(Fatimah, 2013). Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memberikan

evaluasi atau penilaian kepada santri selama 24 jam sesuai dengan standar nilai yang

diyakini dan dipegang masyarakat pesantren. Pesantren juga memiliki tiga sumber

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


pendidikan yang bertanggungjawab terhadap keberhasilan pembentukkan moral siswa

atau santri, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat (Fatimah, 2013).

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga pendidikan keagamaan di

masyarakat, pesantren merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang

tertuang dalam pasal 30 ayat 4 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor

20 tahun 2003, yang menyatakan "Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan

diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

Artinya, keberadaan lembaga pendidikan pesantren pada masa 'sekarang telah

memiliki posisi yang sejajar dengan lembaga pendidikan formal (Fatimah, 2013).

Sebagai lembaga, sekolah dengan system pesantren dimaksudkan untuk

mempertahankan nilai-nilai ke-Islaman dengan titik berat pada pendidikan. Pesantren

juga berusaha untuk mendidik santri menjadi orang-orang yang mendalam

pengetahuan keislamannya Kemudian, santri dapat mengajarkannya kepada

masyarakat, di mana santri kembali setelah selesai menamatkan pelajarannya di

pesantren (Fatimah, 2013).

Dari uraian diatas sama halnya pada Pondok Pesantren Putri Al-Manar

Muhammadiyah I Pemalang. Gambaran umumnya adalah pondok pesantren ini

didirikan atas tuntutan masyarakat untuk menampung santri yang ada dilingkungan

sekitar. Dengan sistem kurikulum yang terpadu, pendidikan berasrama dan penilaian

evaluasi kurang lebih 24 jam serta pengajaran bahasa Arab dan Inggris secara intensif

dengan didukung lingkungan yang asri, selalu mengupayakan terciptanya al-ulama

al-amilin wa as sholihin, para mubaligh dan imam, guru-guru agama serta pemimpin

yang agamis, dipimpin oleh bapak Sapto Suhendro S.Ag., alumnus Pondok Pesantren

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Gontor Darussalam Ponorogo, Jawa Timur. Dengan menerima masukan dari

masyarakat berdiri pula SMP, dan Madrasah Aliyah.

Pengelolaan pendidikan dan pengajaran serta kegiatan santri sehari-hari

dilaksanakan oleh para guru atau ustadz dengan berlatar belakang pendidikan dari

berbagai perguruan tinggi dan pesantren baik salafiah maupun modern yang sebagian

besar tinggal di asrama, dan secara penuh mengawasi serta membimbing santri.

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe- dan akhiran –an berarti tempat

tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja juga menjelaskan pesantren berasal dari kata

santri yaitu seseorang yang belajar agama islam, sehingga dengan demikian pesantren

mempunyai arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama islam. Ada juga yang

mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam indonesia yang

bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu agama islam dan mengamalkannya

sebagai pedoman hidup keseharian (Daulay, 2004).

Sesuai arus dinamika zaman definisi serta persepsi terhadap pesantren menjadi

berubah pula. Kalau pada tahap awalnya pesantren di beri makna dan pengertian

sebagai lembaga pendidikan tradisional, tetapi saat sekarang pesantren sebagai

lembaga pendidikan tradisional tidak lagi selamanya benar. Dan pola-pola pesantren

yang akan di kemukakan dalam uraian ini akan terlihat bahwa tidak selamanya

pendidikan pesantren saat sekarang ini di golongkan kepada pendidikan tradisional.

Namun secara umum perlu di berikan suatu keseragaman pengertian tentang

pesantren. Untuk itu tentu tidak mudah oleh karena banyaknya pesantren, yang dapat

disebutkan hanyalah unsur-unsur pokoknya saja.

2. Unsur-unsur Pondok Pesantren

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Unsur-unsur tersebut menurut Zamakhsyari Dofier ada lima: Pondok, Masjid,

Santri, Pengajaran kitab-kitab klasik, dan Kiai. Namun berdasarkan kenyataan di

lapangan unsur-unsur pokok itu dapat di kemukakan pondok, masjid, santri,

pengajaran ilmu-ilmu agama dan kiai (dalam Daulay, 2004).

3. Pola-pola Pesantren

Adapun menurut Daulay (2004) pola-pola pesantren dapat di kemukakan sebagai

berikut:

a. Pola I

Pesantren Pola I yang di maksud dalam tulisan ini adalah pesantren yang

masih terikat kuat dengan sistem pendidikan Islam sebelum zaman pembaruan

pendidikan islam di indonesia. Ciri-ciri dari pesantren Pola I adalah pertama,

pengkajian kitab-kitab klasik semata-mata. Kedua, memakai metode

sorogan,wetonan dan hafalan di dalam berlangsungnya proses belajar mengajar.

Ketiga, tidak memakai sistem klasikal. Pengetahuan seseorang diukur dari

sejumlah kitab-kitab yang telah pernah di pelajarinya dan kepada ulama mana ia

berguru. Keempat, tujuan pendidikan adalah untuk meninggikan moral, melatih,

dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual, dan kemanusiaan

mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral, serta menyiapkan

para santri untuk hidup dan bersih hati.

Sebagian dari pesantren Pola I ini ada yang lebih mengkhususkan diri

kepada satu bidang tertentu, misalnya keahlian fiqih, hadits, bahasa arab, tasawuf,

ataupun lainnya. Oleh karena itulah sering seorang santri pindah dari satu

pesantren ke pesantren lainnya yang menjadi pola spesifik pesantren yang dituju.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


b. Pola II

Pesantren Pola II adalah merupakan pengembangan dari pesantren Pola I.

Kalau Pola I inti pelajaran adalah pengkajian kitab-kitab klasik dengan

menggunakan metode sorogan, wetonan, dan hafalan, sedangkan pada pesantren

pola II ini lebih luas dan dari itu. Pada pesantren Pola II inti pelajaran tetap

menggunakan kitab-kitab klasik yang di ajarkan dalam bentuk klasikal dan non

klasikal. Di samping itu, diajarkan ekstra kurikuler seperti ketrampilan dan

praktik keorganisasian. Pada bentuk sistem klasikal, tingkat pendidikan di bagi

kepada jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) 6 tahun, jenjang pendidikan

menengah pertama (tsanawiyah), dan jenjang pendidikan atas (Takhasus) 3 tahun.

Di luar waktu pengajaran klasikal di pesantren Pola II ini di programkan pula

sistem nonklasikal, yakni membaca kitab-kitab klasikal dengan metode sorogan

dan wetonan. Pimpinan pesantren telah mengatur jadwal pengkajian tersebut

lengkap dengan waktu, kitab yang akan di baca dan ustadz yang akan

mengajarkannya. Para santri bebas memilih kitab apa yang diikutinya untuk

dibaca.

Selain dari materi pelajaran ilmu agama lewat kitab-kitab klasik, di

pesantren ini juga diajarkan sedikit pengetahuan umum, ketrampilan, latihan

berorganisasi, olah raga dan lain-lain.

c. Pola III

Pesantren Pola III adalah pesantren yang di dalamnya program ke ilmuan

telah di upayakan menyimbangkan antara ilmu agama dan umum. Ditanamkan

sikap positif terhadap kedua jenis ilmu itu kepada santri. Selain dari itu dapat di

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


golongkan kepada ciri pesantren Pola III ini adalah penanaman berbagai aspek

pendidikan, seperti kemasyarakatan, ketrampilan, kesenian kejasmanian,

kepramukaan, dan sebagian dari pesantren Pola III telah melaksanakan program

pengembangan masyarakat.

Struktur kurikulum yang di pakai pada pesantren pola III ini ada yang

mendasarkannya kepada struktur madrasah negeri dengan memodifikasi mata

pelajaran agama, dan ada pula yang memakai kurikulum yang di buat oleh

pondok sendiri. Pengajaran ilmu-ilmu agama pada pesantren pola III ini tidak

mesti bersumber dari kitab-kitab klasik.

d. Pola IV

Pesantren pola IV, adalah pesantren yang mengutamakan pengajaran ilmu-

ilmu ketrampilan di samping ilmu-ilmu agama sebagai mata pelajaran pokok.

Pesantren ini mendidik para santrinya untuk memahami dan dapat melaksanakan

berbagai ketrampilan guna dijadikan bekal hidupnya. Dengan demikian kegiatan

pendidikannya meliputi kegiatan kelas, praktik di laboratorium, bengkel,

kebun/lapangan.

e. Pola V

Pesantren pola V adalah pesantren yang mengasuh beraneka ragam

lembaga pendidikan yang tergolong formal dan nonformal. Pesantren ini juga

dapat dikatakan sebagai pesantren yang lebih lengkap dari pesantren yang telah

disebutkan diatas. Kelengkapannya itu ditinjau dari segi keanekaragaman bentuk

pendidikan yang di kelolanya.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


Di pesantren ini di temukan pendidikan madrasah, sekolah, perguruan

tinggi, pengkajian kitab-kitab klasik, majelis taklim, dan pendidikan keterampilan.

Pengajian kitab-kitab klasik di pesantren ini di jadikan sebagai materi yang wajib

diikuti oleh seluruh santri yang mengikuti pelajaran di madrasah, sekolah, dan

perguruan tinggi. Sementara itu ada santri yang secara khusus mengikuti

pengajian kitab-kitab klasik saja.

Dari urain diatas Pondok Pesantren Al Manar merupakan pola yang ke V

adalah pesantren yang mengasuh beraneka ragam lembaga pendidikan yang

tergolong formal dan nonformal. Pesantren ini juga dapat dikatakan sebagai

pesantren yang lebih lengkap dari pesantren yang telah disebutkan diatas.

Kelengkapannya itu ditinjau dari segi keaneka ragaman bentuk pendidikan yang

di kelolanya.

Di pesantren ini di temukan pendidikan madrasah, sekolah, pengkajian

kitab-kitab klasik, majelis taklim, dan pendidikan keterampilan. Pengajian kitab-

kitab klasik di pesantren ini di jadikan sebagai materi yang wajib diikuti oleh

seluruh santri yang mengikuti pelajaran di madrasah, sekolah.

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016


F. KerangkaPemikiran

Santri remaja Pesantren Putri Al-Manaar


Muhammadiyah 1 Pemalang

Aspek-aspeksikap (Walgito, 2003) yaitu :


a. Komponen kognitif (komponen perseptual)
b. Komponen afektif (komponen emosional)
c. Komponen konatif (komponen perilaku)

Reproduksi wanita(Lubis, 2013), yaitu:


a. Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and
sexual health)
b. Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproduktive
decision making)
c. Kesehatan pria dan wanita (equality and equity for men
and women)
d. Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and
reproductive security)

Sikap santri remaja putri dterhadap


kesehatan reproduksi

Sikap Santri Terhadap..., Nurul Mahmudah, Fakultas Psikologi UMP, 2016

Anda mungkin juga menyukai