Anda di halaman 1dari 11

PERILAKU ORGANISASI

AYU CASWATI
2134021179

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN S-1


UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA 2022
PERSEPSI DAN KEPRIBADIAN

A. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan
dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang
merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi
sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2009),
persepsi (perception) diartikan sebagai cara individu menganalisis dan mengartikan pengamatan
indrawi mereka dengan tujuan untuk memberikan makna terhadap lingkungan sekitar mereka.
Seorang individu akan memandang segala sesuatu dengan persepsi mereka sendiri yang mungkin
saja berbeda dengan persepsi orang lain. Mengapa persepsi itu penting dalam studi perilaku
organisasi, karena dari perilaku individu inilah persepsi mendasari cara pandang mereka dalam
menghadapi kenyataan hidup, dalam melakukan proses aktifitas atau kegiatan untuk mencapai
tujuan yang akan memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan harapan mereka.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :


1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat,
pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan
merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-contoh
seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang
tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian
untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama
halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai
orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara
kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh
orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama
pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat
membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya
adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang
sama atau serupa.
3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang
berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun
jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

Karakteristik target yang sering di observasi dan yang bisa mempengaruhi apa yang
diartikan individu yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam sebuah kelompok
dibandingkan individu yang diam. Konteks di mana kita melihat berbagai objek atau peristiwa, itu
juga penting. Waktu adalah sebuah objek atau peristiwa yang dilihat, dapat mempengaruhi
perhatian, seperti halnya; lokasi, cahaya, panas, dan lain sebagainya.
Teori hubungan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sebuah persepsi. Persepsi
kita terhadap individu berbeda dengan persepsi kita tentang benda-benda mati, seperti kursi,
jendela, rumah, karena kita membuat kesimpulan tentang berbagai tindakan dari individu yang
tidak kita temui pada benda-benda mati. Teori hubungan ini merupakan suatu usaha ketika
individu-individu mengamati perilaku untuk menentukan apakah hal ini disebabkan secara internal
atau eksternal.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Thoha,
2007:147),adalah :
a. Psikologi, persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia
ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
b. Famili, pengaruh yang sangat besar pula terhahdap anak- anak adalah
famili atau orang tua.
c. Kebudayaan, kebudayaan dan lingkungan tertentu juga merupakan
salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap,
nilai dan cara seseorang mermandang dan memahami keadaan di dunia
ini
Menurut Gitosudarmo (2000 :16), faktor-faktor yang mempengaruhi proses
perhatian terhadap stimulus lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Ukuran. Semakin besar ukuran suatu objek fisik, semakin besar
kemungkinanya objek tersebut di persepsikan
2. Intensitas. Semakin besar intensitas suatu stimulus, semakin besar
kemungkinannya diperhatikan. Suara yang keras misalnya akan lebih di
perhatikan dari pada suara yang lembut.
3. Frekwensi. Semakin sering frekwensi suatu stimulus di sampaikan, semakin
besar kemungkinannya stimulus tersebut di perhatikan. Prinsip
pengulangan ini di pergunakan dalam perriklanan untuk menarik perhatian
konsumen.
4. Kontras. Stimulus yang kontras atau mencolok dengan lingkungan
sekelilingnya kemungkinan di pilih untuk di perhatikan akan semakin besar
dari pada stimulus yang sama dengan lingkungannya .
5. Gerakan. Stimulus yang bergerak lebih di perhatikan dari pada stimulus
yang tetap atau tidak bergerak.
6. Perubahan. Suatau stimulus akan lebih di perhatikan jika stimulus atau
objek tersebut dalam bentuk yang berubah- ubah. Lampu yang nyalanya
kelap-kelip akan lebih di perhatikan dari pada lampu biasa.
7. Baru. Suatu stimulus yang baru dan unik akan lebih cepat mendapatkan
perhatian dari pada stimulus yang sudah bisa dilihat.

B. TEORI AMBISI
Robbins, (2007:175) memberikan pengertian persepsi atau perception adalah proses
dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka.
Persepsi ialah proses kognitif (di dalam pikiran) seseorang untuk memberi arti
terhadap stimuli dari lingkungan yang dapat ditangkap melalui indranya (sensation). (Sigit,
2003 : 16). Sementara Gitosudarmo (2000:16) menyatakan bahwa persepsi adalah proses
memperhatikan dan menyeleksi, mengorganisasikan dan menapsirkan stimulus lingkungan.
Rakhmat (2005: 51) Persepsi adalah Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Thoha, (2003 : 141) memberikan defenisi tentang persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan
baik lewat penglihatan, penghayatan, perasaan dan penciuman. Mangkunegara, (2005:14)
mengemukakan tentang pengertian persepsi sebagai berikut : suatu proses menyeleksi
stimulus dan diartikan.
Senada dengan itu, Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpre tasian terhadap stimulus yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti,dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat
diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan
mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.
Sementara Kast dan James (2002:394), persepsi adalah untuk memahami perilaku,
karena ia merupakan alat dengan mana ransangan (stimuli) mempengaruhi seseorang atau
sesuatu organisme. Suatu ransangan yang tidak dirasakan, tidak akan berpengaruh terhadap
perilaku. Dengan demikian orang berperilaku berdasarkan apa yang dirasakan dan bukan apa
yang sesungguhnya. Dengan kata lain bahwa garis langsung ke kebenaran seringkali
dianggap berdasarkan berbagai persepsi individual tentang dunia nyata, tetapi setiap orang
sesungguhnya hanya mempunyai satu sudut pandangan saja.
Dari berbagai defenisi yang dikemukakan di atas disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses pemberian arti atau makna terhadap suatu objek yang ada pada
lingkungan. Dengan demikian setiap orang mempunyai persepsi sendiri- sendiri, karena
perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimuli (obyek).

C. Cara –cara Menilai Orang Lain


Ketika kita menilai orang lain, maka kita mendasarkan penilaian kita tersebut berdasarkan
persepsi kita sendiri. Persepsi yang kita dapatkan itu berasal dari informasi yang kita peroleh dari
pengamatan inderasi. Informasi yang diperoleh dari pengamatan inderawi kemudian kita tafsirkan
sehingga akhirnya keluarlah suatu penilaian terhadap orang tersebut.
Akan tetapi, ada kalanya kita memiliki informasi yang cukup untuk memberikan penilaian
sehingga kita kemudian menggunakan jalan pintas. Akibatnya sering kali penilaian yang kita
berikan salah, karena persepsi yang terbentukpun salah.
Teori Atribusi  pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,
mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal. Misalnya saja
persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai
manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun
persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda karena mereka adalah
benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal).
Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada
tiga faktor :
1.      Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi
yang berlainan.
2.      Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan cara yang
sama.
3.      Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau
prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti
mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan
pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai
sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang
lebih akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan. Namun
teknik-teknik ini akan menceburkan kita dalam kesulitankarena tidak ‘foolproof’. Karena itu,
pemahaman akan jalan pintas ini dapat membantu kita mewaspadai bila teknik-teknik ini
menghasilkan distorsi.
1. Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini dikarenakan kita tidak
dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita. Misalnya saja, seperti diatas tadi, orang
yang menyenangi hasil seni akan cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang
menyenangi teknologi. Dengan selektivitas sebagai jalan pintas, kita mencerna sedikit demi sedikit
dari apa yang ingin kita nilai, dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar belakang,
pengalaman, kepentingan, dan minat kita. Tentu saja, kesalahan sangat mungkin terjadi dengan
jalan pintas ini.
2. Efek halo : yaitu menarik eksan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu
karakteristik tunggal, misalnya pendiam, sangat bersemangat, pintar, dls. Orang yang menilai dapat
mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suau ciri tunggal dapat mempengaruhi seluruh kesan
oarng dari individu yang sedang dinilai.
3. Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi
oleh pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat
lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. Contohnya adalah orang yang
diwawancara dapat memperoleh evaluasi yang lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah
didahului oleh banyak pelamar yang kurang bermutu.
4. Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya saja
orang yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama dengannya.
5. Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok
seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas, maka kita akan
mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi seperti ini dapat menyerdehanakan
dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita mempertahankan konsistensi, namun sangat mungkin
juga bahwa stereotipe itu tidak mengandung kebenaran ataupun tidak relevan.

KESIMPULAN :

Menurut Robbins dan Judge (2009), persepsi (perception) diartikan sebagai cara individu
menganalisis dan mengartikan pengamatan indrawi mereka dengan tujuan untuk memberikan
makna terhadap lingkungan sekitar mereka. Seorang individu akan memandang segala sesuatu
dengan persepsi mereka sendiri yang mungkin saja berbeda dengan persepsi orang lain.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :


1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat
dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat,
pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan
merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka.
2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita
memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang
yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula.
3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang
berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun
jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Thoha,


2007:147),adalah :
d. Psikologi, persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia
ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
e. Famili, pengaruh yang sangat besar pula terhahdap anak- anak adalah
famili atau orang tua.
f. Kebudayaan, kebudayaan dan lingkungan tertentu juga merupakan
salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap,
nilai dan cara seseorang mermandang dan memahami keadaan di dunia
ini

Orang berperilaku berdasarkan apa yang dirasakan dan bukan apa yang sesungguhnya.
Dengan kata lain bahwa garis langsung ke kebenaran seringkali dianggap berdasarkan
berbagai persepsi individual tentang dunia nyata, tetapi setiap orang sesungguhnya hanya
mempunyai satu sudut pandangan saja.
Dari berbagai defenisi yang dikemukakan di atas disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses pemberian arti atau makna terhadap suatu objek yang ada pada
lingkungan. Dengan demikian setiap orang mempunyai persepsi sendiri- sendiri, karena
perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimuli (obyek).

Teori Atribusi  pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,
mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal. Misalnya saja
persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai
manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun
persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda karena mereka adalah
benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal).

Ada beberapa teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi yang lebih
akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid (sahih) untuk membuat ramalan.

1. Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini dikarenakan kita tidak
dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita. Misalnya saja, seperti diatas tadi, orang
yang menyenangi hasil seni akan cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang
menyenangi teknologi. Dengan selektivitas sebagai jalan pintas, kita mencerna sedikit demi sedikit
dari apa yang ingin kita nilai, dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar belakang,
pengalaman, kepentingan, dan minat kita. Tentu saja, kesalahan sangat mungkin terjadi dengan
jalan pintas ini.

2. Efek halo : yaitu menarik eksan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu
karakteristik tunggal, misalnya pendiam, sangat bersemangat, pintar, dls. Orang yang menilai dapat
mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suau ciri tunggal dapat mempengaruhi seluruh kesan
orang dari individu yang sedang dinilai.

3. Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih
tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. Contohnya adalah orang yang diwawancara
dapat memperoleh evaluasi yang lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah didahului oleh
banyak pelamar yang kurang bermutu.

4. Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya saja orang
yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama dengannya.

5. Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok


seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas, maka kita akan
mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi seperti ini dapat menyerdehanakan
dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita mempertahankan konsistensi, namun sangat mungkin
juga bahwa stereotipe itu tidak mengandung kebenaran ataupun tidak relevan.
SOAL

1. Berikan penjelasan tentang persepsi!


JAWAB :
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang
merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi
sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.

2. Sebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi


JAWAB :
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Thoha,
2007:147),adalah :
A. Psikologi, persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini
sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
B. Famili, pengaruh yang sangat besar pula terhahdap anak- anak adalah
famili atau orang tua.
C. Kebudayaan, kebudayaan dan lingkungan tertentu juga merupakan
salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap,

3. Tentukan menurut anda teori menurut ahli manakah yang paling relevan mengenai persepsi
JAWAB :
Kast dan James (2002:394), persepsi adalah untuk memahami perilaku, karena ia merupakan
alat dengan mana ransangan (stimuli) mempengaruhi seseorang atau sesuatu organisme. Suatu
ransangan yang tidak dirasakan, tidak akan berpengaruh terhadap perilaku. Dengan demikian
orang berperilaku berdasarkan apa yang dirasakan dan bukan apa yang sesungguhnya. Dengan
kata lain bahwa garis langsung ke kebenaran seringkali dianggap berdasarkan berbagai
persepsi individual tentang dunia nyata, tetapi setiap orang sesungguhnya hanya mempunyai
satu sudut pandangan saja.

4. Apa yang diungkapkan Bimo Walgito (2004: 70) mengenai Persepsi. Dan Sebutkan beberapa
teknik dalam menilai orang yang memungkinkan kita membuat persepsi
JAWAB :
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pengorganisasian, penginterpre tasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau
individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti,dan merupakan aktivitas yang integrated
dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan
berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu
tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.
A. Persepsi selektif : orang-orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan
berdasarkan pengalaman, latar belakang, kepentingan, dan sikap. Hal ini dikarenakan kita tidak
dapat mengamati semua yang berlangsung disekitar kita. Misalnya saja, seperti diatas tadi, orang
yang menyenangi hasil seni akan cenderung memperhatikan lukisan daripada orang yang
menyenangi teknologi. Dengan selektivitas sebagai jalan pintas, kita mencerna sedikit demi sedikit
dari apa yang ingin kita nilai, dan tentu saja kita mencernanya sesuai dengan latar belakang,
pengalaman, kepentingan, dan minat kita. Tentu saja, kesalahan sangat mungkin terjadi dengan
jalan pintas ini.

B. Efek halo : yaitu menarik eksan umum mengenai seorang individu berdasarkan suatu
karakteristik tunggal, misalnya pendiam, sangat bersemangat, pintar, dls. Orang yang menilai dapat
mengisolasi hanya karakteristik tunggal. Suau ciri tunggal dapat mempengaruhi seluruh kesan
orang dari individu yang sedang dinilai.

C. Efek kontras : yaitu evaluasi atas karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
pembandingan-pembandingan dengan orang lain yang baru saja dijumpai yang berperingkat lebih
tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. Contohnya adalah orang yang diwawancara
dapat memperoleh evaluasi yang lebih menguntungkan jika sebelumnya ia telah didahului oleh
banyak pelamar yang kurang bermutu.

D. Proyeksi : Yaitu menghubungkan karakteristik kita sendiri ke orang lain. Misalnya saja orang
yang bekerja dengan cepat dan ulet akan menganggap orang lain sama dengannya.

E. Berstereotipe : yaitu menilai seseorang bedasarkan persepsi seorang terhadap kelompok


seseorang itu. Misalnya kita menilai bahwa orang yang gemuk malas, maka kita akan
mempersepsikan semua orang gemuk secara sama. Generalisasi seperti ini dapat menyerdehanakan
dunia yang rumit ini dan memungkinkan kita mempertahankan konsistensi, namun sangat mungkin
juga bahwa stereotipe itu tidak mengandung kebenaran ataupun tidak relevan.

5. Berikan contoh atas faktor yang mempengaruhi persepsi


JAWAB :
1. Pelaku persepsi : seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang
daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit
mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh
kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru,
dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
2. Target : kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita
mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau
jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.
3. Situasi : seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-
laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para
lelaki akan memandangnya.
Daftar Pustaka

https://repository.ung.ac.id 

http://industri20intoharyanto.blogspot.com/2013/10/kepribadian-persepsi-dan-
pengambilan.html

Anda mungkin juga menyukai