Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SIKAP PSIKOLOGI UMUM

KELOMPOK 1
AYU FITRI ANDINI
DIFFA AULIYA PUTRI
FAJRUL ILLAHI

PSIKOLOGI UMUM
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
“YPTK PADANG”
2023

Bab l

PAGE \* MERGEFORMAT 17
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anda pasti sering mendengar kata sikap, atau bahkan telah kerap menggunakannya dalam
percakapan keseharian. Apa sebenarnya sikap? Sikap bisa kita artikan sebagai kecenderungan
reaksi penilaian terhadap segala sesuatu di dunia ini. Bisa saja sesuatu itu orang lain, peristiwa
atau masalah, ide-ide maupun suatu keadaan fisik. Di dalam sikap terkandung aspek afeksi
(emosi atau perasaan), aspek kognisi (keyakinan), dan aspek perilaku (perilaku dalam bentuk
nyata ataupun kecenderungan berperilaku).
Sebagai ilustrasi, ambil contoh sikap tentang minuman keras. Mula-mula Anda harus
memiliki keyakinan tertentu tentang minuman keras, misalnya minuman keras itu enak, merusak
tubuh, mahal, teman saat stres, kadar alkohol tinggi bisa memabukkan, diharamkan agama, atau
lainnya (aspek kognisi). Lalu Anda bisa memiliki perasaan positif atau negatif terhadap
minuman keras. Anda bisa menyukai minuman keras atau tidak suka (aspek afektif). Kemudian,
Anda juga memiliki kecenderungan perilaku tertentu terhadap minuman keras. Jika Anda
menyukainya maka Anda meminumnya, mengatakan bahwa minum minuman keras itu baik,
bersedia mengeluarkan uang untuk membelinya, atau yang lain. Jika Anda tidak menyukainya
maka Anda tidak meminumnya, ikut operasi minuman keras, melarang teman Anda
meminumnya, mengeluarkan artikel tentang bahaya minuman keras, tidak mau mengeluarkan
uang untuk membelinya dan sebagainya (aspek perilaku).
Pemahaman mengenai mekanisme perubahan dan pengubahan sikap sangat diperlukan karena
sebagai manusia kadang-kadang kita berperan sebagai agen perubahan dan kadang-kadang kita
berperan sebagai subjek perubahan. Suatu waktu mungkin kita menginginkan orang lain agar
mengubah sikap dan lain waktu mungkin kita perlu mempertahankan sikap dari usaha-usaha yang
hendak mengubahnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian sikap

2. Ciri-Ciri sikap

3. Usaha mengubah sikap

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Bab ll

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap
Sikap merupakan kajian yang sangat krusial karena sikap berperan sangat penting dalam
setiap aspek dalam kehidupan sosial.
 Pertama, sikap pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam hubungan kita
dengan orang lain. Sebagai contoh sikap yang positif terhadap seseorang membuat kita
senang bertemu dengan orang itu, bahkan melakukan sesuatu untuk dia, mengimitasi
perilakunya, dan sebagainya. Sementara sikap yang negatif sebaliknya.
 Kedua, sikap mempengaruhi banyak keputusan-keputusan penting kita. Pilihan kita pada
masa pemilihan presiden, gaya hidup, jurusan kuliah, semua dipengaruhi sikap terhadap
orang dan objek-objek tersebut.
 Ketiga, sikap menentukan posisi kita ketika kita dihadapkan dengan isu-isu sosial yang
krusial.
Ellis mengemukakan tentang sikap sebagai berikut : “Attitude involve some knowledge of
situation. However, the essential aspect of the attitude is found in the fact that some
characteristic feeling or emotion is experienced. And as we would accordingly expect, some
definite tendency to action is associated.” Jadi menurtu Ellis, yang sangat memegang peranan
penting di dalam sikap ialah faktor perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi atau
respon, atau kecenderungan untuk bereaksi. Dalam beberapa hal, sikap merupakan penentu
yang penting dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan
dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan
melaksanakannya atau menjauhi atau menghindari sesuatu.
Definisi tentang sikap disampaikan dalam berbagai versi oleh para ahli Psikologi. Definisi
atau pengertian itu dapat dimasukkan ke dalam salah satu di antara kerangka pemikiran. Pertama
adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli Psikologi, seperti Louis Thurstone
(1928), Rensis Likert (1932). Menurut ke dua tokoh dalam bidang pengukuran sikap itu, sikap
diartikan sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. Secara khusus, Thurstone memformulasikan
sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologi.
Kerangka pemikiran kedua diwakili oleh para tokoh dalam bidang Psikologi Sosial dan
Psikologi Kepribadian, seperti Gordon Allport (1935) menjelaskan bahwa sikap merupakan
keadaan mental dan taraf kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu
PAGE \* MERGEFORMAT 17
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik
(triadic scheme). Menurut pemikiran ini, suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen
kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu reaksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu
objek. Zimbardo dan Ebessen misalnya menjelaskan bahwa Sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide/objek yang berisi komponen-komponen
kognitif, afektif, dan behavior sedangkan Secord & Backman (1964), mendefinisikan sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afektif), pemikiran (kognisi), dan predisposisi
tindakan (konatif) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitar.
Selain pemikiran tersebut di atas, ada beberapa pendekatan tentang sikap yang
dikemukakan oleh para ahli Psikologi Sosial yaitu oleh D . Krech dan RS. Crutchfield yang
mendefinisikan bahwa sikap adalah organisasi yang tetap dari proses persepsi, emosi, dan
motivasi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
Maka dari penjelasan-penjelasan tentang arti sikap dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
penilaian positif adan negatif terhadap isu, ide, orang, kelompok social, benda atau objek dan
pada akhirnya menentukan perilaku.

B. Ciri Sikap
Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek. Oleh
karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang bersangkutan.
Karena terbentuk selama perkembangan maka sikap dapat berubah, dapat dibentuk dan
dipelajari. Namun kecenderungannya sikap bersifat tetap.
b. Sikap selalu berhubungan dengan objek
Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui persepsi
terhadap objek tersebut.
c. Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek
Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maaka ia akan menunjukkan
sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.
d. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan berlangsung lama
bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri seseorang maka sikap relaatif

PAGE \* MERGEFORMAT 17
dapat berubah.
e. Sikap mengandung perasaan atau motivasi
Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun
negatif.Sikapjuga mengandung motivasi atau daya dorong untuk berperilaku.

C. Faktor dan Proses Pembentukan Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara
berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:
1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam
situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan
lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan
(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak
lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap
dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau
searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan
agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan

PAGE \* MERGEFORMAT 17
baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat
sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap
yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
Manusia mempunyai sifat bawaan, misalnya: kecerdasan, tempramen, dan sebagainya.
Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap (Olson & Zanna 1993). Selain
itu, manusia juga mempunyai sikap warisan, yang terbentuk dengan kuat dalam keluarga.
Misalnya sentimen golongan, keagamaan, dan sebagainya. Namun secara umum, para pakar
psikologi sosial berpendapat bahwa sikap manusia terbentuk melalui proses pembelajaran dan
pengalaman.

Menurut Klausmeier (1985), ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap. Tiga
model itu adalah: mengamati dan meniru; menerima penguatan; dan menerima informasi verbal.
Model-model ini, sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan. Tiga model
tersebut sebagai berikut.

a. Mengamati dan meniru

Pembelajaran model ini berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977)
menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui model (learning through
modeling). Menurut Bandura, banyak tingkah laku manusia dipelajari melalui model, yakni
dengan mengamati dan meniru tingkah laku atau perbuatan orang lain, terutama orang-orang
yang berpengaruh. Melalui proses pengamatan dan peniruan akan terbentuk pula pola sikap dan
tingkah laku yang sesuai dengan orang yang ditiru. Orang-orang yang akan ditiru adalah orang-
orang yang berpengaruh, misalnya: orang tua atau guru bagi anak-anak. Bagi masyarakat pada
umumnya, yang dimaksud dengan orang-orang berpengaruh dan dijadikan model, misalnya:
bintang film, politikus, dan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-
hari.

b. Menerima penguatan

Pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasaan operan, yakni dengan menerima
atau tidak menerima atas suatu respon yang ditunjukkan. Penguatan dapat berupa ganjaran

PAGE \* MERGEFORMAT 17
(penguatan positif) dan dapat berupa hukuman (penguatan negatif). Dalam proses pendidikan,
guru atau orang tua dapat memberikan ganjaran berupa pujian atau hadiah kepada anak yang
berbuat sesuai dengan nilai-nilai ideal tertentu. Dari waktu ke waktu respon yang diberi ganjaran
tersebut akan bertambah kuat. Dengan demikian, sikap anak akan terbentuk. Mereka akan
menerima nilai yang menjadi pegangan guru atau orang tuanya. Menurut Baron dan Byrne
(1981), banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa individu dengan cepat akan
mengekspresikan pandangan tertentu, apabila diberi ganjaran untuk perbuatan yang mendukung
pandangan tersebut.

c. Menerima informasi verbal

Informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang
objek tertentu yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya
terhadap objek yang bersangkutan. Misalnya informasi tentang bahaya penyakit AIDS Informasi
ini akan membentuk sikap tertentu di kalangan warga masyarakat terhadap penyakit AIDS,
pembawa virus HIV, dan orang yang terjangkit penyakit AIDS.
Sedangkan pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa proses antara lain :
 Pembentukan sikap melalui proses belajar sosial
Menurut Baron (1979), ada tiga proses yang sangat sederhana tetapi mempunyai efek
yang sangat kuat terhadap pembentukan sikap. Yaitu:
a. Classical Conditioning
Yaitu proses dimana beberapa stimulus yang bersifat netral, yaitu tidak mempunyai
efek untuk memicu respon positif ataupun negatif, secara bertahap mempunyai efek
itu (memicu respon positif ataupun negatif), setelah dilakukan pemasangan/asosiai
dengan stimulus lain yang memang pada dasarnya mempunyai efek memicu respon.
b. Instrumental Conditioning
Merupakan pembentukan sikap yang cukup efektif karena menetapkan sistem reward
dan punishment. Individu akan menerima reward apabila menerapkan sikap yang
diinginkan dan mendapatkan punishment bila menerapkan sikap yang tidak
diinginkan. Sikap bisa bertahan lama dan melekat pada individu apabila pemberian
reward menggunakan variable-ratio schedule, yaitu jumlah respon yang diinginkan
akan berbeda untuk mendapatkan reward.
c. Obsevational Learning / Modelling
Observatronal learning melibatkan proses pembelajaran meniru atau memperagakan
tindakan individu melalui penelitian atau pengamatan yang dilakukan individu
terhadap individu lainnya.
PAGE \* MERGEFORMAT 17
 Pembentukan Sikap melalui Social Comparison
Dalam pembentukan sikap kita dipengaruhi oleh informasi sosial yang ada, yang sesuai
dengan keinginan kita.
Contoh penelitian Maio, Esses & Bell, 1994
Orang Inggris mengatakan bahwa orang Camaria.: ramah, berjiwa wiraswasta, jujur,
pandai,mementingkan pendidikan, persamaan hak, kebebasan, hukum dan aturan.
 Pembentukan sikap melalui faktor bawaan atau genetik.
Ternyata orang kembar banyak memiliki persamaan sikap (walaupun dibesarkan secara
terpisah).

Bab lll

PENUTUP

PAGE \* MERGEFORMAT 17
A. Kesimpulan

Perilaku manusia juga dilatar belakangi oleh sikap. Sikap sendiri memeiliki pengertian
sebagai “organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi relatif yang
relatif ajeg yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada organisme untuk
membuat respon atau perilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya”. Atau dalam bahasa
sederhana sikap adalah kesediaan beraksi terhadap suatu hal.
Pada dasarnya sikap dapat dipahami lebih dari sekedar seberapa besar perasaan
seseorang, atau lebih dari pada seberapa positif atau negatifnya. Sikap dapat diungkap dan
dipahami dari dimensi yang lain. Sikap menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu
arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas.
Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan, yaitu apakah
setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak
memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek, Orang yang setuju, mendukung atau
memihak terhadap suatu objek sikap, berarti memiliki sikap yang arahnya positif, sebaliknya
mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya
negatif.
Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum
tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak suka terhadap
sesuatu, yakni sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap
negatif sama intensitasnya. Orang pertama mungkin saja tidak setuju, tetapi orang kedua dapat
saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap
orang, mulai dari agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.
Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap
objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula
mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. Seseorang dapat memiliki sikap
favorabel terhadap model penilaian portofolio secara menyeluruh , yaitu pada semua aspek dan
kegiatan penilaian yang berbasis portofolio, sedangkan yang lain mungkin memiliki sikap positif
yang lebih terbatas (sempit) misalnya hanya setuju pada model penugasannya saja.
Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap
yang dikemukakan dengan respon terhadap objek sikap yang dimaksud. Konsistensi sikap
diperlihatkan oleh kesesuaian antara waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam
diri individu untuk waktu yang relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah yang labil, tidak
dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Konsistensi juga dapat
diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak

PAGE \* MERGEFORMAT 17
sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten,
tidak menunjukkan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya atau yang mudah
berubah-ubah dari waktu ke waktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam
memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan
Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitasnya, yaitu menyangkut sejauhmana
kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap yang dikatakan memiliki
spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan
pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakan-nya. Hal ini tampak dari
pengamatan terhadap indikator sikap atau perilaku sewaktu individu memiliki kesempatan untuk
mengungkapkan sikapnya.
Pengukuran dan pemahaman terhadap sikap, idealnya harus mencakup semua dimensi
tersebut di atas. Hal ini sangat sulit untuk dilakukan, bahkan mungkin sekali merupakan hal yang
mustahil. Belum ada atau mungkin tak akan pernah ada instrumen pengukuran sikap hanya
mengungkapkan dimensi arah dan dimensi intensitas saja, yaitu dengan hanya menunjukkan
kecenderungan sikap positif atau negatif dan memberikan tafsiran mengenai derajat kesetujuan
atau ketidaksetujuan terhadap respon individu.

DAFTAR PUSTAKA

Baron, R.A dan Byne, D. Psikologi Sosial.jilid I. Edisi 10. Alih Bahasa:Ratna

Juwita, ddk Erlangga: Jakarta; 20004.

Meyer, J. P. “Cokitment to Organization and Occapitusion, “Journal Of Applied

PAGE \* MERGEFORMAT 17
Psychology,1993,hal 538-551.

Atkinson Rita L, Atkinson Ricard C, Smith Edward E, Bem Daryl j. Pengantar

Psikologi. jilid 1. edisi 2, Batam; Interaksara

PAGE \* MERGEFORMAT 17

Anda mungkin juga menyukai