“KONSEP SELF-CONTROL”
OLEH :
KELAS 2016 B
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Self-control merupakan tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Self- control
terjadi ketika seseorang atau individu mencoba untuk mengubah cara bagaimana seharusnya
individu tersebut berpikir, merasa, atau berperilaku (Muraven & Baumeister, 2000). Self-
control merupakan kenderungan individu untuk mempertimbangkan berbagai konsekuensi
untuk perilaku tertentu (Wolfe & Higgins, 2008). Dijelaskan kembali bahwa self-control adalah
kemampuan individu untuk menahan diri atau mengarahkan diri ke arah yang lebih baik ketika
dihadapkan dengan godaan-godaan (Hofmann, Baumeister, Förster, & Vohs, 2012). Sehingga
kesimpulannya self control merupakan sebuah kontrol yang dilakukan individu untuk
mempertimbangkan berbagai konsekuensi, menahan dan mengarahkan suatu hal ke arah yang
lebih baik. Ada banyak contoh yang menunjukkan berbagai permasalahan yang sering muncul
dalam kehidupan ini banyak diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam
mengendalikan diri, seperti tawuran antar pelajar, mengambil hak milik orang lain (mencuri,
merampok, korupsi), tidak dapat mengatur dirinya dan tidak mampu mengetahui sesuatu yang
seharusnya dilakukan oleh diri individu .
Self control self control juga sangat diperlukan agar seseorang tidak terlibat dalam
pelanggaran norma keluarga, sekolah dan masyarakat. Individu yang memiliki kontrol diri
yang rendah kemungkinan besar akan melakukan pelanggaran norma-norma seperti contoh
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Rendahnya self control individu ini dipegaruhi oleh
berbagai faktor/ variabel, seperti gender, kepribadian, faktor luar seperti lingkungan, politik,
spiritual, dsb.
Self control sebenarnya juga merupakan salah satu metode yang digunakan oleh para
psikolog dalam membantu individu yang mengalami masalah/ gangguan untuk memperbaiki
kondisi psikologis dan perilaku nya. Penggunaan metode self control ini bisa diterapkan pada
individu yang ingin lepas dari suatu kebiasaan yang merugikan, seperti pada individu yang
ingin berhenti dari kebiasaan merokok . Namun metode ini ternyata ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan agar hasil yang didapatkan bisa sesuai dengan tujuannya. Dalam
makalah ini kelompok kami akan menjabarkan materi mengenai self control, mulai dari
definisi, konsep-konsep, desain, hingga contoh penerapan nya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Self-Control
Kontrol diri merupakan salah satu kompentensi diri meliputi perilaku baik, konstruktif,
serta keharmonisan dengan individu lain yang harus dimiliki oleh setiap individu (Mulyani,
2016). Perilaku individu ditentukan oleh dua variabel, yaitu variabel eksternal dan internal.
Menurut Alwisol (2009, dalam Mulyani, 2016) perilaku individu masih dapat diubah melalui
proses kontrol diri, terlepas sekuat apapun faktor eksternal yang mempengaruhi. Hal ini berarti,
pengendalian diri individu memegang peranan untuk memilih perilaku mana yang akan
ditampilkan. Pusat dari konsep pengendalian diri adalah kemampuan untuk menghiraukan
tanggapan bati, serta menekankan kecenderungan perilaku yang tidak diinginkan dengan
menahan diri dari tekanan yang menyimpang.
Menurut Lazarus (1976, dalam Mulyani 2016) terdapat tiga jenis self control, yaitu:
1. Over control.
Kontrol diri yang berlebihan yang dilakukan oleh individu sehingga individu terlalu
serung untuk menahan diri untuk melakukan reaksi terhadap rangsangan yang muncul.
Individu yang melakukan over control cenderung kesulitan dalam menunjukkan
ekspresinya dalam menghadapi kesulitan situasi yang dihadapi.
2. Under control.
Kecenderungan individu dalam mengekspresikan apa yang dirasakannya tanpa
perhitungan yang matang. Individu yang under control cenderung akan menjadi lepas
kendali dalam hal apapun yang mengakibatkan kesulitan untuk mengambil keputusan.
3. Appropriate control.
Kontrol individu dalam mengendalikan diri secara tepat. Kontrol diri ini akan
membantu individu dalam mengendalikan rangsangan sehingga dapat menghasilkan
dampak negatif lebih kecil serta membantu individu untuk mampu berhubungan dengan
lingkungan dan beradaptasi secara tepat.
Aspek self control dapat digunkan untuk mengukur self control individu. Terdapat tiga jenis
aspek self control, antara lain:
1. Behavioral control.
Kemampuan individu dalam mengendalkan diri pada suatu keadaan yang tidak
menyenangkan. Kemampuan mengontrol diri diperinci menjadi kemampuan
mengontrol pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi
perilaku (stimulus modifiability). Kemampuan mengontrol pelaksanaan adalah
kemampuan untuk mengendalikan situasi, sedangkan kemampuan memodifikasi
perilaku adalah kemampuan untuk mengetahui bagaiman dan kapan stimulus yang
tidak dikehendaki akan dihadapi.
2. Cognitive control.
Kemampuan individu dalam mengendalikan diri dalam mengolah informasi
kedalam suatu kerangka kognitif sebagai proses adaptasi psikologis dalam menghadapi
tantangan. Dengan informasi yang dimiliki individu mengenai keadaan yang tidak
menyenangkan, individu dapat mengantisipasi hal tersebut dengan berbagai
pertimbangan.
3. Decisional control.
Kemampuan individu dalam mengendalikan diri dengan cara memilih tindakan
berdasarkan sesuatu yang diyakini. Kontrol diri ini sangat berguna dalam menentukan
pilihan baik dengan kesempatan individu dalam memilih berbagai kemungkinan
tindakan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self control adalah faktor genetik dan faktor
lingkungan (Logue, 1995. dalam Mulyani, 2016). Faktor genetik yang dapat mempengaruhi
dalam pengendalian diri adalah usia. Self control berkembang seiring bertambahnya usia
individu. Pada anak-anak, perilaku cenderung bersifat impulsif dan lebih dapat mengendalikan
diri seiring pertambahan usia. Tetapi hal ini tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan
pengendalian diri pada orang dewasa. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan self control terutama adalah orang tua. Model pengasuhan orang tua mulai dari
cara merespon kegagalan anak, mengajarkan disiplin pada anak, cara orang tua
mengekspresikan amarah (dengan penuh emosi atau mampu menahan diri) adalah tahap awal
anak belajar untuk mengendalikan diri.
Self control sangat berperan dalam kehidupan individu agar individu tidak terlibat
dalam pelanggaran norma keluarga maupun norma masyarakat. Pelanggaran norma yang
muncul bisa dikarenakan oleh rendahnya self control dan sikap orang tua yang salah.
Modifikasi perilaku digunakan untuk menangani salah satu permasalahan pengendalian diri
seseorang. Dengan pemberian modifikasi perilaku, maka tujuan individu untuk memunculkan
perilaku atau menghilangkan perilaku yang merugikan. Dalam modifikasi perilaku, terdapat
beberapa tahapan yang dapat dilakukan, yaitu:
Sumber terjadinya self control atau pengendalian diri dalam kehidupan seseorang ada
dua yakni sumber internal yang berasal dari dalam diri dan sumber eksternal yang berasal dari
luar. Oleh sebab itu adanya teknik self control dapat diterapkan dalam kehidupan seseorang
yang memiliki masalah dan tidak dapat mengatur perilaku. Contohnya seperti memperbaiki
apa yang menurut seseorang tidak tepat dalam dirinya dalam mengahadapi suatu masalah.
Dalam hal ini, dapat dilihat contoh dari riset yang berkaitan dengan self-control. Yakni
hasil penelitian dari Meirina Ramdhani mahasiswi Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang tahun 2013. Penelitian ini berjudul “Penerapan teknik kontrol diri untuk mengurangi
konsumsi rokok pada kategori perokok ringan”. Adapun gambaran abstrak dari penelitian ini
sebagai berikut :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontrol diri merupakan salah satu kompentensi diri meliputi perilaku baik, konstruktif,
serta keharmonisan dengan individu lain yang harus dimiliki oleh setiap individu. perilaku
individu masih dapat diubah melalui proses kontrol diri, terlepas sekuat apapun faktor eksternal
yang mempengaruhi. Hal ini berarti, pengendalian diri individu memegang peranan untuk
memilih perilaku mana yang akan ditampilkan. Pusat dari konsep pengendalian diri adalah
kemampuan untuk menghiraukan tanggapan bati, serta menekankan kecenderungan perilaku
yang tidak diinginkan dengan menahan diri dari tekanan yang menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiasari & Malihah, Z. (2018). Perilaku cyberbullying pada remaja dan kaitannya dengan
kontrol diri dan komunikasi orang tua. Jurnal Ilm. Kel. & Kons. 11(2), 145-156
Baumeister, R. F., Muraven, M., & Tice, D. M. (2000). Ego depletion: A resource model of
volition, self-regulation, and controlled processing. Social Cognition, 18(2), 130– 150.
Heriansyah, M & Rahayu. S.M. (2017). Teknik self control untuk mengatasi masalah obesitas.
[versi elektronik]. Jurnal Bimbingan dan Konseling, 1(2). Diunduh dari
https://www.gci.or.id/assets/papers/jambore-konseling-3-2017-209.pdf.
Martin, G., & Pear, J. (2015). Modifikasi Perilaku: Makna dan penerapannya (edisi
kesepuluh). (Y. Santoso, penerjemah). Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyani. (2016). Bimbingan kelompok teknik modeling untuk meningkatkan self control.
Proposal penelitian, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Diunduh dari
http://repository.upi.edu/23487/5/S_PPB_1102451_Chapter2.pdf.
Ramdhani, Meirina. (2013). Penerapan teknik kontrol diri untuk mengurangi konsumsi rokok
pada kategori perokok ringan. [versi elektronik]. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi,
1(3). Diunduh dari http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jspp/article/view/1691.
Wolfe, S. E., & Higgins, G. E. (2008). Self-control and perceived behavioral control: an
examination of college student drinking. psychology in criminal justice, 4(1).115-117.