Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Psikologi Pembelajaran PAI Dra. Afrida, M. Ag.

“REGULASI EVICASI DIRI & KESEHATAN MENTAL DALAM BELAJAR”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

Bagus Setyawan (12110112105)

Dea Amelia Sari(

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat


fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Dalam
menjalani kegiatan belajar dan proses pencarian jati diri siswa dituntut untuk mampu
berfikir kritis dan tanggap terhadap apa yang terjadi dalam lingkungan sekitar,
kemampuannya dalam menerima hal-hal tesebut harus ditanggapi dengan prilaku
regulasi diri yang dapat terkontrol dan harus ada sikap efikasi diri juga.Dalam belajar
pun perlu adanya kesehatan mental karena siswa yang sehat mentalnya tentu akan
mudah cepat paham dan menangkap materi yang disampaikan oleh gurunya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian regulasi, evicasi diri &kesehatan mental ?
2. Apa faktor-faktor pengaruhregulasi, evicasi diri &kesehatan mental
3. Bagaimana cara meningkatkan regulasi, evicasi diri &kesehatan mental ?
4. Apa contoh-contoh regulasi, evicasi diri &kesehatan mental ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa itu regulasi, evicasi diri & kesehatan mental.
2. Untuk mengetahui apa faktor penyebab dari regulasi, evicasi diri &kesehatan
mental.
3. Untuk mengetahui cara meningkatkan regulasi, evicasi diri & kesehatan mental.
4. Untuk mengetahui contoh dari regulasi, evicasi diri &kesehatan mental.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Regulasi, Evicasi Diri & Kesehatan Mental


1. Pengertian Regulasi Diri

Manusia mempunyai kemampuan berpikir, dengan kemampuan tersebut


manusia memanipulasi lingkungan sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat

ii
kegiatan manusia. Menurut Bandura akan terjadi strategi reaktif & proaktif dalam
regulasi diri. Strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan
hampir tercapai, srategi proaktiflah yang menentukan tujuan baru yang lebih
tinggi.1

Didalam regulasi diri ada tiga komponen penting yaitu kemampuan


metakognitif untuk membuat perencanaan, monitoring dan modifikasi cara
berpikir. Manajemen diri dan minat dalam pengerjaan tugas-tugas, seperti
kemampuan bertahan dalam menyelesaikan tugas yang sulit serta aspek penting
yang lainnya adalah strategi kognitif yang digunakan siswa untuk belajar,
mengingat dan mengerti materi-materi pembelajaran. Apabila siswa mampu dan
memiliki ketiga aspek tersebut, maka ia akan memiliki tingkat regulasi diri yang
tinggi sehingga ia memiliki adversity quotient yang baik.
2. Pengertian Evicasi Diri

Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau
buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan. Bagaimana
orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung pada resipkoral antara
lingkungan dan kondisi kognitif, khususnya berhubungan dengan keyakinannya
bahwa dia mampu atau tidak untuk melakukan tindakan yang memuaskan.2 Efikasi
dapat di peroleh, diubah, ditingkatkan bahkan di turunkan melalui kombinasi empat
sumber yaitupengalaman performasi (performance accomploishment), pengalaman
vikarius (vicarious exprience), persuasi sosial (social persuation) dan keadaan emosi
(emotional state).
Efikasi diri memiliki 4 fungsi yang mempengaruhi individu, yaitu sebagai
berikut :
1) Fungsi Kognitif, dalam efikasi diri kognitif seseorang sangat bervariasi. Proses
kognitif merupakan proses berfikir, didalamnya termasuk pemerolehan,
pengorganisasian dan penggunaan informasi. Individu yang memiliki efikasi yang
lebih senang membayangkan tentang kesuksesan, sebaliknya individu yang efikasi
dirinya rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat
menghambat tercapainya kesuksesan.

1
Seto Mulyadi dkk, Psikologi Kepribadian( Jakarta : Penerbit Gunadarma, 2016), h 36.
2
Ibid, hlm, 38.

iii
2) Fungsi Motivasi, Kebanyakan motivasi manusia dibangkitkan melalui kognitif.
Individu memberi motivasi bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan
melalui pemikiran-pemikiran sebelumnya.
3) Fungsi Afeksi, merupakan proses pengaturan kondisi emosi dan reaksi emosional.
Semakin kuat efikasi diri, individu semakin berani bertindak menghadapi situasi
yang menekan dan mengancam, individu yang yakin pada dirinya sendiri dapat
menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak membangkitkan pola
pikir yang menganggu. Sedangkan bagi individu yang tidak bisa mengatur situasi
mengancam akan mengalami kecemasan yang tinggi.
4) Fungsi Selektif, mempengaruhi pemilikan aktivitas atau tujuan yang akan diambil
oleh individu.
3. Pengertian Kesehatan Mental
Perkataan sehat mengandung arti yang lebih luas yaitu tidak hanya berarti
terhindarnya seseorang dari penyakit-penyakit tertentu saja, tetapi menunjukkan suatu
kondisi tertentu secara keseluruhan. Sehat tidaknya seseorang tidak hanya ia terhindar
dari suatu penyakit tetapi tercermin dari kondisi pribadi secara keseluruhan. Demikian
pula yang dikatakan orang yang mentalnya sehat tidak hanya orang yang terhindar
dari gangguan atau penyakit mental tetapi tercermin dalam kondisi pribadi secara
keseluruhan.Dalam mental yang sehat ada tiga hal yang ingin dicapai yaitu full
expression, harmonization and the direction to common end of our motive and
acquired potentialities, dalam kondisi mental yang sehat potensi potensi baik yang
bersifat pembawaan maupun yang diperoleh, terekspresikan secara penuh, harmonis
dan terarah kepada satu tujuan. Mereka yang mentalnya sehat akan mampu
mengekspresikan potensinya secara penuh, dan bebas serta tidak akan merasa ragu-
ragu atau terkekang.3
Jika seseorang dalam hidup berlingkungan termasuk dengan manusia atau
makhluk lain yang menampakkan sikap serta kelakuan tidak wajar, yang kelakuan
tidak wajar itu biasanya menimbulkan bermacam-macam problema dan
kesukaran.4Oleh karena itu, peran psikologi menjadi semakin penting untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kesehatan mental masyarakat. Psikologi dapat
menolong mencarikan jalan keluar yaitu dengan mendokumentasikan keluarga yang

3
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep & Aplikasi, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2020), hlm, 154.
4
Zakiah Daradjat, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, ( Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1974), hlm,10.

iv
mampu menumbuhkan anak yang baik, kreatif, optimis membuat suasana kerja yang
memuaskan dan bagaimana kehidupan ini betul-betul berharga bagi umat manusia.5
Jadi Kesehatan mental adalah terhindarnnya seseorang dari gejala-gejala
gangguan jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan
bakat yang ada dengan semaksimal mungkin, serta terwujudnnya keharmonisan yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran perasaan, sikap jiwa,
pandangan, keyakinan hidup dapat membantu satu sama lain, sehingga dapat
menjauhkan orang lain dari perasaan ragu dan bimbang.
B. Faktor-Faktor Pengaruh Regulasi, Evicasi Diri & Kesehatan Mental
1.
Faktor Pengaruh Regulasi Diri Dalam Belajar
Regulasi diri yang baik di perlukan karena dengan adanya regulasi diri ini
siswa akan mengetahui dan memahami perilaku seperti apa yang dapat di terima oleh
orangtua dan lingkungannya, sehingga anak bisa menetapkan target prestasi yang
harus di raihnya. Regulasi diri yang baik juga membantu siswa dalam mengatur,
merencanakan dan mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu.Menurut
beberapa para tokoh salah satunya ada Susanto menyatakan bahwa perkembangan
regulasi diri sebenarnya sudah mulai berlangsung pada anak ketika memasuki
lingkungan sekolah, dalam lingkungan sekolah itulah anak-anak dituntut untuk dapat
mengikuti proses pembelajaraan seperti belajar untuk bisa memusatkan perhatian.
Adapun tiga proses yang dapat dilakukan untuk melakukan pengaturan diri
yaitu memanipulasi faktor eksternal, memonitoring dan mengevaluasi tingkah laku
internal. Tingkah laku manusia merupakan hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal
dan internal.
a. Faktor Eksternal dalam regulasi diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam dua cara, yaitu pertama,
faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan
berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri
seseorang. Melalui orang tua dan guru, serta pengalaman berinteraksi dengan
lingkungan yang lebih luas, anak belajar mengembangkan standar yang dapat dipakai
untuk menilai diri. Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk
penguatan (reinforcement).

5
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta : Kencana,
2010), hlm, 189.

v
b. Faktor Internal dalam regulasi diri
Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal, yaitu pertama, observasi
diri (self observation) dimana individu harus mampu memonitoring performansinya,
walau tidak sempurna karena individu cenderung menilai beberapa aspek tingkah
lakunya dan mengabaikan tingkah laku yang lainnya. Kedua, proses penilaian tingkah
laku (judgement process) adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar
pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar tingkah laku orang lain,
menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas dan memberi atribusi performansi.
Serta yang ketiga, yaitu respon diri (self response) dimana pada akhirnya berdasarkan
pengamatan dan judgment, individu mengevaluasi diri sendiri dan menghadiahi atau
menghukum dirinya sendiri.6
Menurut Zimmerman dan Pons ada 3 faktor yang mempengaruhi regulasi diri,
berikut faktor-faktornya :
1. Individu (diri), meliputi sebagai berikut :
a) Pengetahuan individu, semakin banyak dan beragam pengetahuan yang dimiliki
individu akan semakin membantu individu dalam melakukan pengelolaan diri.
b) Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang semakin tinggi
akan membantu pelaksanaan pengelolaan diri dalam individu.
c) Tujuan yang ingin di capai, semakin banyak dan komplek tujuan yang ingin di
raih, semakin besar kemungkinan individu melakukan pengelolaan diri.
2. Perilaku, mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan yang dimiliki,
semakin besar dan optimal upaya yang dikerahkan individu dalam mengatur dan
mengorganisasi suatu aktivitas akan meningkatkan regulation pada diri individu.
3. Lingkungan, teori asal kognitif mencurahkan perhatian khusus pada pengaruh sosial
dan pengalaman pada fungsi manusia. Hal ini bergantung pada bagaimana
lingkungan itu mendukung atau tidak mendukung.
2. Faktor Pengaruh Evicasi Diri Dalam Belajar
Ada 4 hal yaitu, sebagai berikut :
a. Pengalaman, merupakan faktor yang paling mempengaruhi efikasi diri pada
seseorang, keberhasilan akan mampu meningkatkan ekspektasi tentang
kemampuan sedangkan kegagalan cenderung menurunkan hal tersebut.

6
Seto Mulyadi dkk, Psikologi Kepribadian( Jakarta : Penerbit Gunadarma, 2016), hlm,37.

vi
b. Modeling Sosial, melalui model ini efikasi diri individu dapat meningkat, dengan
meningkatnya efikasi diri individu ini dapat meningkatkan motivasi untuk
mencapai suatu prestasi. Proses modeling atau belajar dari pengalaman orang lain
akan memengaruhi efikasi diri, Pengalaman yang di miliki oleh orang lain
menentukan persepsi akan keberhasilan atau kegagalan individu.
c. Persuasi Sosial, dampak dari persuasi sosial terhadap meningkatkannya atau
menurunnya efikasi diri cukup terbatas dan harus ada pada kondisi yang tepat.
d. Kondisi Fisik & Emosional, ketika seseorang mengalami ketakutan, kecemasan
yang kuat dan stres yang tinggi memungkinkan seseorang akan memiliki efikasi
diri yang rendah, sehingga emosi yang kuat cenderung untuk mengurangi
performa seseorang.
3. Faktor Pengaruh Kesehatan Mental Dalam Belajar
Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai
berikut :
a. Kepribadian, yakni yang ada dalam diri individu termasuk ada aspek konsep diri,
penerimaan diri dan realisasi diri.
b. Kondisi-Kondisi Fisik, ada faktor pembawaan, sistem syaraf dan konstruksi fisik.
c. Perkembangan dan Kematangan, terutama dalam aspek intelektual, sosial, moral
& emosional.
d. Kondisi Psikologis, ada aspek pengalaman, hasil belajar, kebiasaan, sikap, frustasi
dan konflik.
e. Kondisi Lingkungan & Kultural, seperti dalam kehidupan keluarga hubungan
anak dengan orangtua serta saudara-saudara. Dalam lingkungan sekolah seperti
adminstrasi, kurikulum, guru dan perlengkapan lainnya. Serta dalam lingkungan
masyarakat secara luas dengan segala norma dan nilai didalamnya. Sedangkan
kondisi kultural mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan mental.
f. Kondisi Keagamaan, hal yang menyangkut antara hubungan manusia dengan
Tuhan yang terdapat beberapa aspek seperti pengetahuan, perbuatan & sikap
keagamaan.7
C. Cara Meningkatkan Regulasi, Evicasi Diri & Kesehatan Mental
1) Cara meningkatkan Regulasi Diri

7
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep & Aplikasi, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2020), hlm, 156-
157.

vii
Regulasi diri dalam belajar adalah kemampuan untuk memunculkan dan
memonitor sendiri baik pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan belajar.
Regulasi diri dalam belajar penting agar siswa memiliki kemandirian dalam belajar.
Terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai regulasi diri dalam belajar ditinjau dari
jenis kelamin. Regulasi ini fungsi utama nya yaitu untuk meningkatkan kemampuan
individu dalam mengatur diri sendiri dandengan meningkatkan regulasi diri dalam
belajar ini dapat membuat prestasi makin lebih baik. Dengan regulasi diri yang baik
maka kesuksesan seseorang terkait aktivitas belajar maupun pekerjaan dapat tercapai
lebih mudah dibandingkan individu yang tidak memilikinya . Cara meningkatkannya
yaitu sebagai berikut :

a. Dengan mengenali emosi diri sendiri


b. Gunakan blocking time
c. Menahan diri untuk tidak melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan
namun tidak memberi manfaat atau bahkan tidak ada dampak positifnya
d. Berlatih dalam kemampuan reframing
e. Dalam membentuk regulasi selain individu itu sendiri diperlukan juga dalam
mengikuti layanan konseling.
2) Cara meningkatkan Evicasi Diri

Efikasi sangat di butuhkan karena dengan ini siswa mampu untuk berubah dan dapat
mengenali jati diri nya sendiri tanpa harus menjadi orang lain. Cara meningkatkannya
yaitu sebagai berikut :

a. Utamakan percaya diri


b. Kerap lakukan hal-hal yang positif
c. Bergaul dengan lingkungan yang positif
d. Tetap optimis
3) Cara meningkatkan Kesehatan Mental

Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang


meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan
anak, atau stres berat jangka panjang. Jika kesehatan mental terganggu, maka timbul
gangguan mental atau penyakit mental, gangguan mental dapat mengubah cara

viii
seseorang dalam menangani stres, berhubungan dengan orang lain dan memicu
hasrat untuk menyakiti diri sendiri.

Ciri-ciri dari kesehatan mental pada anak-anak yaitu ia merasa tenang, tidak
takut sendirian, berbuat sesuai dengan umurnya, senang bermain, periang, optimis,
bersahabat dengan baik, menyenangi kehidupan dirumah, memiliki selera makan
yang baik & jam tidur yang teratur. Sedangkan ciri-ciri kesehatan mental pada orang
dewasa yaitu merasa aman dengan hadirnya orang asing, memiliki sense of humor
(rasa humor), emosionalitas yang seimbang, percaya diri, merasa bersyukur dengan
segala keadaan, jam tidur yang teratur & menyukai orang lain. 8Berikut cara
meningkatkan kesehatan mental yaitu sebagai berikut :

a. Makan-makanan yang bergizi dan bernutrisi


b. Berfikir yang positif tentang hal apapun itu (tidak overthingking)
c. Bersyukur atas apa yang telah di berikan Allah swt.
d. Jangan memendam masalah sendiri
e. Istirahat dan olahraga yang cukup
f. Melakukan aktivitas yang positif
D. Contoh Regulasi, Efikasi Diri & Kesehatan Mental Dalam Belajar
1) Contoh Regulasi Diri

Contoh regulasi dapat kita ambil dari pemerintahan yaitu undang-undang,


regulasi dalam agama bisa juga di sebut dengan hukum fikih, dan masih banyak lagi
contoh yang lainnya. Begitu pula dalam dunia pendidikan tak lepas pula dari
pengaruh dan peran dari regulasi agar sebuah pendidikan dapat berjalan, yang
prosesnya meliputi belajar mengajar yang melibatkan banyak orang.9

2) Contoh Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan suatu upaya untuk berubah namun sulit untuk di
lakukan, seperti contoh berhenti merokok, makan-makanan sehat, dan rajin
melakukan latihan fisik. Sedangkan kalau contoh efikasi dalam belajarnya yaitu

8
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep & Aplikasi, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2020), hlm. 155-
156.
9
Syamsu Yusuf, Kesehatan Mental Perspektif Psikologi dan Agama,(Bandung:PT Remaja Rosdikarya,
2018) h.10.

ix
berusaha berubah untuk tidak bermalas-malasan, mengerjakan tugas yang diberikan
guru, disiplin dalam berpakaian dan mentaati peraturan yang ada di sekolah.

3) Contoh Kesehatan Mental

Tentunya kesehatan mental ini orang yang tidak terkena gangguan mental, kalau
dalam contoh pembelajaraan orang yang sehat mentalnya ia akan berteman dengan
siapapun tanpa merasa terintimindasi, tidak membuat kericuhan di lingkungan
belajar, gemar melakukan aktivitas yang positif dan mampu mengendalikan emosi
serta menjalin hubungan baik antar sesama manusia.

x
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Regulasi diri dalam belajar adalah kemampuan untuk memunculkan dan


memonitor sendiri baik pikiran, perasaan, perilaku untuk mencapai tujuan belajar
dan dengan regulasi pun dapat melatih kemandirian siswa. Adanya regulasi yang
baik maka akan menghasilkan kesuksesaan bagi individu tersebut. Efikasi sangat di
butuhkan karena dengan ini siswa mampu untuk berubah dan dapat mengenali jati
diri nya sendiri tanpa harus menjadi orang lain. Sedangkan kesehatan mental adalah
terhindarnnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa, dapat menyesuaikan diri,
dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada dengan semaksimal
mungkin, serta terwujudnnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-
fungsi jiwa seperti fikiran perasaan, sikap jiwa, pandangan, keyakinan hidup dapat
membantu satu sama lain, sehingga dapat menjauhkan orang lain dari perasaan ragu
dan bimbang.

Lalu upaya agar itu semua dapat meningkat yakni dengan utamakan percaya
diri, lakukan kegiatan-kegiatan yang positif, bergaul dengan lingkungan yang positif,
tidak overthingking dan tetap optimis. Karena itu semua akan terbentuk dari diri kita
sendiri dulu bukan orang lain, mungkin jika ada dari orang lain barangkali hanya
dari pengalaman orang saja.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1974. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental. Jakarta : PT. BulanBintang.

Mulyadi, Seto, dkk. 2016. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Penerbit Gunadarma.

Surya, Muhamad. 2020. Psikologi Guru Konsep & Aplikasi. Bandung : Penerbit Alfabeta .

Thalib, Syamsul, Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta : Kencana.

Yusuf, Syamsu. 2018. Kesehatan Mental Perspektif Psikologi & Agama. Bandung: PT.
Remaja Rosdikarya.

xii

Anda mungkin juga menyukai