Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SHAPING DAN TOKEN EKONOMI

Disusun Guna Memenuhi :


Mata Kuliah : Modifikasi Perilaku
Dosen Pengampu : Lainatul Mudzkiyyah, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :

Cynthia Septiandinny (1807016002)


Deta Novitasari J (1807016017)
Susanti (1807016019)
Ilfa Nihlatika (1807016020)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Modifikasi Perilaku.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Modifikasi Perilaku tentang “Shaping
dan Token Ekonomi”dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 2 Oktober 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Token ekonomi telah banyak diteliti dan terbukti efektif diberbagai latar
belakang, baik sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menenengah,
klinik psikiatri serta lembaga rehibilitasi anak-anak dengan permasalahan perilaku.1
Modifikasi perilaku merupakan salah satu jenis intervensi klinis dimana  perilaku
yang dianggap bagus pada individu dapat di tingkatkan serta perilaku yang dianggap
kurang baik dapat di tekan. Banyak metode dalam intervensi Modifikasi Perilaku yang
dapat di gunakan.Salah satu metode yang sering di gunakan adalah metode token
ekonomi.Bagaimana sebenarnya metode ini sehingga banyak di gunakan?
2. Rumusan Masalah
a. Apakonsep dasar shaping dan token ekonomi?
b. Bagaimana Prinsip-prinsip Token Ekonomi?
c. Bagaimana penerapan shaping dan Token Ekonomi?
d. Apa kelebihan dan kekurangan Token Ekonomi?
e. Bagaimana contoh kasus Token Ekomomi?
3. Tujuan Masalah
a. Ketepatan memahami Konsep Dasar shaping dan token ekonomi
b. Ketepatan memahami Prinsip-prinsip Token Ekonomi
c. Ketepatan memahami Penerapan shaping dan Token Ekonomi
d. Ketepatan memahami kelebihan dan kekurangan Token Ekonomi.
e. Ketepatan memahami contoh kasus Token Ekomomi.

BAB II
1
(Field, Nash, Handwearl & Friman, 2004; Reitman, Murphy, Hupp & O’Collaghan, 6 Humanitas, Vol. X
No.1 Januari 2013 2004).
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Shaping dan Token Ekonomi
Shaping
1. Definisi Shaping
Shaping merupakan suatu prosedur yang dapat digunakan untuk membentuk suatu
perilaku yang belum pernah ditampilkan oleh individu di dalam modifikasi perilaku
(Martin & Pear, 2010). Di dalam shaping pembentukan perilaku baru dilakukan dengan
cara memberikan reinforcer pada setiap tahapan perilaku sehingga semakin lama semakin
mendekati target perilaku yang diinginkan (Martin & Pear, 2010).
Shaping merupakan pembentukan perilaku baru dengan cara memberi penguat
secara sistematik atau bertahap jika telah muncul perilaku-perilaku yang menyerupai
(aproksimasi suksesif) perilaku yang diinginkan ( target behavior ) (Lois, Sujana, &
Tirtayani, 2016). Shaping diterapkan secara bertahap karena perilaku memiliki tingkatan
kejadian, sehingga tidak mungkin untuk meningkatkan atau membentuk suatu perilaku
seorang individu hanya dengan menunggu sampai perilaku target terjadi dan kemudian
baru diberi penguat.
2. Dimensi perilaku yang bisa dibentuk melalui shaping
Lima aspek atau dimensi dari perilaku yang bisa dibentuk melalui shaping (Martin &
Pear, 2010) yaitu;
a. Topografi (bentuk), gerakan fisik yang terlibat dalam perilaku.
b. Frekuensi, jumlah contoh perilaku dalam waktu tertentu.
c. Durasi, jumlah waktu yang terus-menerus dari perilaku itu berlangsung.
d. Latensi, waktu antara stimulus pengendali dan perilaku.
e. Intensitas, jumlah energi yang dikeluarkan untuk perilaku tersebut.
3. Faktor yang memengaruhi keefektifan shaping
Menurut Martin & Pear (2010) terdapat empat faktor yang dapat memengaruhi
keefektifan dari shaping , yaitu sebagai berikut.
a. Spesifikasi Target akhir perilaku yang diinginkan. Tahap awal dari shaping adalah
mengidentifikasi dengan jelas apa target akhir dari sebuah perilaku. Perilaku
target akhir harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga semua karakteristik yang
relevan dari perilaku (Topografi, frekuensi, durasi, latensi dan intensitas) dapat
diidentifikasi.
b. Memilih starting behavior. Starting behavior merupakan salah satu hal yang
penting juga dalam mengetahui kemana kita akan pergi tapi juga bagaimana kita
memulainya, dimana individu tampilkan saat ini.
c. Menentukan tahapan shaping
d. Laju gerakan langkah-langkah shaping
Token Economy
Token ekonomi merupakan suatu program yang digunakan pada remaja dimana
perawatan atau perlakuannya dapat dilakukan di rumah. Tujuan dari token ekonomi adalah
untuk memperkuat perilaku yang diinginkan klien yang terjadi terlalu jarang dan untuk
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan mereka dalam lingkungan perawatan yang
terstruktur atau pengaturan pendidikan.
Jadi, Setiap poin yang diterima oleh remaja untuk perilaku yang diinginkan adalah tanda
atau token. Menurut Djiwandono (2002) bentuk dari token ekonomi dapat berupa angka, cek,
kartu, mainan yang berbentuk uang, atau apa saja yang dapat diidentifikasi sebagai milik
subjek.2Token diberikan segera setelah perilaku yang diinginkan muncul dan kemudiandapat
ditukar dengan penguat lainnya berupa benda atau aktivitas yang diinginkan subjek.
Karena token dipasangkan dengan penguat lain (berupa benda atau aktivitas yang
diinginkan subjek) maka penguat tersebut memperkuat perilaku yang diinginkan supaya
perilaku yang di inginkan itu tetap dilakukan oleh subjek. Jadi antara penguat dan perilaku
yang ingin dibentuk itu saling mengikuti.
Penguat cadangan (berupa benda atau aktivitas yang di inginkan subjek) dapat diperoleh
hanya dengan membayarnya dengan token, dan token hanya dapat diperoleh dengan
menunjukkan perilaku yang diinginkan. Penguat cadangan dipilih karena dikenal sebagai
penguat yang kuat untuk klien di lingkungan perawatan; oleh karena itu, klien termotivasi
untuk terlibat dalam perilaku yang diinginkan dan menghindari perilaku yang tidak
diinginkan. Berikut ini adalah komponen dasar dari ekonomi token:
1. Perilaku target yang diinginkan untuk diperkuat
2. Token untuk digunakan sebagai penguat terkondisi

2
Hidayah, N. (2014). Pengaruh token ekonomi untk mengurangi agresivitas pada siswa tk. Empathy, 2(2), 44-52.
3. Penguat cadangan untuk ditukar dengan token
4. Jadwal penguatan untuk pengiriman token
5. Tingkat di mana token ditukar dengan waktu dan tempat penguat cadangan untuk
menukar token dengan penguat cadangan
6. Dalam beberapa kasus, komponen biaya respons, di mana perilaku target yang
tidak diinginkan untuk dihilangkan diidentifikasi, bersama dengan tingkat
kehilangan token untuk setiap contoh dari perilaku ini.

B. Prinsip-prinsip Token Ekonomi


Walker, et.al (1981) mengatakan ada elemen pokok sebagai prinsip dalam token
ekonomi, yaitu (Purwanto, 2012: 151-152) :
1. Lingkungan dapat dikontrol, dalam melakukan token ekonomi diharapkan lingkungan
dapat diprediksi dan dikendalikan
2. Sasaran perilaku harus spesifik, bahwa perilaku yang akan diubah harus dideskripsikan
dengan jelas.
3. Tujuan dapat terukur, tujuan yang telah ditetapkan dapat diukur kemunculannya,
pengukuran ini dapat dilihat dari segi frekuensi, besaran, ataupun intensitasnya.
4. Bentuk atau jenis benda yang dijadikan sebagai token harus jelas
5. Token sebagai hadiah, token tersebut dapat berfugsi sebagai hadiah bagi anak yang telah
menjalankan program sesuai dengan rancangannya. Oleh karena itu, token harus terlihat
lebih menarik, supaya makna hadiah dapat terpenuhi.
6. Sesuai dengan perilaku yang diinginkan , apabila perilaku yang diinginkan telah muncul
atau terhadi, maka sesegera mungkin diberikan token
7. Mempunyai makna lebih sebagai pengukuh, token yang diperolehnya mempunyai makna
sebagai pungukuh untuk perilaku berikutnya.

C. Penerapan shaping dan Token Ekonomi


Menurut Fahrudin ada enam elemen yang harus ada dalam pelaksanaan terapi psikososial
ekonomi token yaitu :
1) Token (koin)
Sesuatu yang dapat dilihat dan dihitung dapat dijadikan token, selain itu token seharusnya
berupa sesuatu yang menarik, mudah dibawa dan sukar untuk ditiru. Umumnya beberapa
item dapat dijadikan token seperti duit poker, stiker, tally poin ataupu uang mainan.
Ketika individu menampilkan tingkah laku yang disukai maka klien akan diberika
sejumlah token untuk dikumpulkan dan kemudian ditukar dengan sesuatu yang berharga.
Individu juga dapat kehilangan token (denda) jika menunjukan perilaku yang tidak
disukai.
2) Kejelasan pendifinisian tingkah laku target

Individu yang terlibat dalam ekomonitoken harus mengetahui secara jelas apakah yang
harus mereka lakukan untuk mendapatkan token. Kemudian tingkah laku yang disukai
maupun tidak disukai harus dijelaskan diawal secara spesifik, begitupula dengan jumlah
token yang akan dihadiahkan atau kehilangan token bagi setiap perilaku.
3) Motif-motif penguat

Motivasi yang kuat adalah objek yang penuh makna, keistimewaan atau aktivitas
tambahan yang diberikan kepada klien sebagai pertukaran dengan token yang mereka
peroleh. Token dapat berupa hadiah kecil seperti mainan dan waktu tambahan.
Kesuksesan dari suatu token ekonomi tergantung pada pesona atau tawaran menarik dari
motif penguat tersebut. suatu ekonomi token yang direncanakan akan menjadi baik
apabila penggunaan motif-motif penguat tersebut dipilih sendiri oleh individu tersebut.
4) Sistem penukaran token

Klien perlu mengetahui mekanisme tempat dan waktu yang sesuai untuk menukarkan
token dengan motif-motif penguatnya. Nilai dari suatu token dari setiap motif penguat
ditentukan oleh nilai uang, permintaan atau nilai terapi yang dijalankan. Misalnya saja
jika motif penguat itu adalah mahal ataupun sangat menarik maka nilai token harus lebih
tinggi. Jika nilai token ditetapkan terlalu rendah maka individu akan kurang termotivasi
untuk emndapatkan token. Sebaliknya, jika nilai itu ditetapkan terlalu tinggi maka
individu akan merasa takut atau ragu dalam mendapatkan token.
5) Suatu sistem perekam data

Sebelum treatment dimulai, informasi (baseline data) perilaku individu yang sekarang
perlu dikumpulkan. Perubahan perilaku kemudian direkam di lembar data harian (daily
data sheet). Informasi ini digunakan untuk mengukur kemajuan individu dan efektivitas
dari token ekonomi. Informasi mengenai pertukaran dari token juga perlu untuk
direkam/dicatat.
6) Implementasi konsistensi ekonomi oleh pekerja sosial/petugas

Keberhasilan implementasi ekonomi token sangat tergantung dari semua pekerja


sosial/petugas sebagai terapis yang harus memperlihatkan perilaku-perilaku yang sama,
menggunakan token dalam jumlah yang sesuai, menghindari motif penguat dibagikan
dengan bebas, dan mencegah token dari pemalsuan, pencurian, atau diperoleh secara
tidak adil. Tanggung-jawab pekerja sosial/petugas dan ketentuan-ketentuan token
ekonomi harus dijelaskan dalam suatu manual tertulis. Pekerja sosial/petugas juga perlu
dievaluasi. pada waktu tertentu dan diberi peluang untuk bertanya atau berpendapat.
D. Kelemahan dan Kelebihan
Keuntungan token Ekonomi:
1. Mereka dapat diberikan segera sesudah suatu perilaku yan diinginkan terjadi dan
dipertukarkan di waktu mendatang dengan backup reinforcers. Dengan demikian mereka
dapat dipakai untuk menjembatani penundaan yang sangat panjang antara respon target
dengan back up reinforcers, yang sangat penting ketika situasinya tidak praktis/ mustahil
untuk memberikan backup reinforcers sesudah perilaku.
2. Token mempermudah untuk mengatur penguat-penguat yang konsisten dan efektif ketika
menangani sekelompok individu.
Kelemahan Token ekonomi:
1. Kurangnya pembentukan motivasi renforce, karena token merupakan dorongan dari luar
diri.
2. Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung/  back up
reinforcement.
E. Contoh Kasus Token Economy
Penelitian jurnal Efektivitas Metode Modifikasi Perilaku ”Token Economy” Dalam
Proses Belajar Mengajar Di Kelas. Penelitian ini bertujuan melihat apakah ada perbedaan
efektivitas antara metode Token Economy dan Metode Konvensional terhadap munculnya
perilaku: (1) menjawab dengan benar pertanyaan guru, (2) bertanya pada guru tentang materi
pelajaran, (3) menanggapi pertanyaan atau jawaban guru maupun teman, dan (4) menjawab
pertanyaan dari guru meskipun salah. Populasi penelitian adalah siswa kelas 2 SMP Negeri 5
Jember.Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, dipilih dua kelas yang
menunjukkan beberapa perilaku pasif ataupun bermasalah. Dari lima kelas yang dimiliki oleh
kelas 2, maka diambil dua kelas yaitu kelas 2C dan 2D yang memiliki ciri hampir sama yaitu
siswa-siswanya kurang aktif di kelas, Dari hasil undian, kelas 2D menjadi kelompok
eksperimen sedangkan kelas 2C menjadi kelompok control. Tipe penelitian ini adalah
eksperimen.Data dianalisis dengan t-Test.
Langkah awal yang penting dipersiapkan dalam penelitian ini adalah memberi petunjuk
dan sekaligus melatih guru (yang telah ditunjuk) mengenai metode modifikasi perilaku token
economy dan aturan permainan dari eksperimen yang akan dilakukan. Selanjutnya peneliti
bersamasama dengan guru mengidentifikasi perilaku perilaku siswa yang pasif (sebagai
baseline) yang seharusnya muncul (dikehendaki).Akhirnya diperoleh empat perilaku seperti
yang sudah diuraikan sebelumnya.
Setelah itu barulah dibuat aturan yang akan diberikan pada siswa-siswa dan membuat
token yang berbentuk kupon. Untuk kelas eksperimen, pada pertemuan pertama guru
membuat kontrak atau perjanjian dengan siswa-siswanya.Kemudian siswa diberi penjelasan
mengenai perilaku-perilaku yang diharapkan kemunculannya. Setiap perilaku yang
dimunculkan akan diberikan nilai seperti yang diuraikan di atas. Siswa-siswa diinformasikan
bahwa setiap perilakunya sangat menentukan nilai akhir dirinya sehingga mereka diharapkan
bersaing atau berkompetisi untuk memunculkan perilaku positif.
Pada akhir periode yang telah ditentukan (dilaksanakan selama 2 minggu yang terdiri dari
6 kali tatap muka atau 10 jam pelajaran), nilai yang telah diperoleh tiap-tiap siswa tersebut
akan dijumlahkan. Bagi siswa yang mendapatkan poin tertinggi pertama boleh menukarkan
tokennya dengan tas sekolah dengan harga termahal, siswa yang mengumpulkan point
tertinggi kedua boleh menukarkan tokennya dengan tas sekolah dengan harga yang lebih
murah sedangkan siswa yang mengumpulkan point tertinggi ketiga boleh menukarkan
tokennya dengan tas sekolah yang harganya paling murah.
Untuk kelompok kontrol, proses belajar mengajar berlangsung sebagaimana biasanya
yang diterapkan oleh guru selama ini. Tanpa sepengetahuan siswa-siswanya, perilaku-perilaku
positif siswa yang muncul selama proses pengajaran tersebut, dicatat (diwujudkan dalam
token juga) oleh guru. Kupon (token) juga disediakan untuk kelas kontrol namun
pengadministrasiannya hanya dilakukan oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Perilaku
yang diharapkan kemunculannya sama dengan kelompok eksperimen. Pada akhir periode skor
yang diperoleh oleh siswa-siswa dijumlahkan, berapapun skor yang mereka dapatkan tidak
memperoleh hadiah apapun.
Dalam pelaksanaannya, materi pelajaran yang diberikan sama dan guru yang
mengajarpun orang yang sama. Selama proses eksperimen berlangsung, peneliti tidak terlibat
langsung dalam penerapan metode, hal ini bertujuan untuk memunculkan perilaku yang
alamiah dari subyek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan efektivitas antara Metode Token Economy
dan Metode Konvensional dalam memunculkan empat perilaku siswa yang diteliti. Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas antara Metode token
economy dengan metode konvensional terhadap munculnya perilaku yang diinginkan yaitu
menjawab dengan benar pertanyaan dari guru, bertanya pada guru tentang materi pelajaran,
menanggapi pertanyaan atau jawaban guru maupun teman, menjawab pertanyaan dari guru
meskipun salah. Masing-masing dari keempat perilaku yang diukur menunjukkan hasil yang
signifikan, meannya menunjukkan perbedaan yang cukup besar untuk keempat perilaku
tersebut.Sehingga dengan diterapkannya metode token economy meningkatkan kemunculan
perilaku positif yang diharapkan.
F. Unity Of Science
Q.S. Ar-Ra’du ayat 11
۟ ‫ۚ إ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر ما بقَوْ ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬....
ُ‫ُوا َما بِأَنفُ ِس ِه ْم ۗ َوإِ َذٓا أَ َرا َد ٱهَّلل ُ بِقَوْ ٍم س ُٓو ًءا فَاَل َم َر َّد لَ ۥه‬ ِ َ ِ
.....

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (ar - Ra’du:11) .

Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa Allah tidak akan merampas nikmatnya dari manusia
meskipun ia melakukan maksiat. Ini dapat terjadi pada realitas empirik orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah sukses dalam keduniawian. Sementara al-Qurtubi menjelaskan
bahwa dalam ayat ini Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali terdapat perubahan dalam
diri mereka, atau orang lain yang mengamati mereka, atau sebagian dari kaum mereka. Ayat
ini tidak bermakna bahwa orang yang tidak melakukan dosa tidak akan mendapatkan musibah
atau azab karena tidak pernah melakukan dosa.
Jika dihubungkan dengan teori modifikasi perilaku maka ayat tersebut dapat menjadi
pedoman dalam berperilaku. Seperti halnya ketika kita ingin merubah perilaku yang kurang
baik dalam diri kita maka kita harus berniatterlebih dahulu supaya perilaku yang yang akan
dirubah bisa sepenuhnya hilang ataupun digantikan dengan perilaku yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Shaping merupakan pembentukan perilaku baru dengan cara memberi penguat secara sistematik
atau bertahap. Shaping diterapkan secara bertahap karena perilaku memiliki tingkatan kejadian,
sehingga tidak mungkin untuk meningkatkan atau membentuk suatu perilaku seorang individu
hanya dengan menunggu sampai perilaku target terjadi dan kemudian baru diberi penguat.
Sedangkan token ekonomi merupakan suatu program yang digunakan pada remaja dimana
perawatan atau perlakuannya dapat dilakukan di rumah. Tujuan dari token ekonomi adalah untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan klien yang terjadi terlalu jarang dan untuk mengurangi
perilaku yang tidak diinginkan mereka dalam lingkungan perawatan yang terstruktur atau
pengaturan pendidikan.jadi dapat disimpulkan bahwa shaping dan token ekomoni merupakan
program yang efefktif dalam mengubah perilaku seseorang yang kurang sesuai menjadi perilaku
yang dapat diterima oleh lingkungan masyarakat. Kedua program pembentukan perilaku ini
harus menaati prosedur yang sesuai atau tepat supaya modifikasi perilaku dapat menunjukkan
hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Martin, G & Pear, J. 1996. Behavior Modification : What It Is and How To Do It.  New Jersey.

Prentice Hall International, Inc.

Nurmawati, E. 2013.Penerapan metode modifikasi perilaku Token Economy untuk mengurangi

Conduct Disorder.Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikolog. Vol 1 (1), 31-35.

Purwanta, E. 2012.Modifikasi Perilaku.Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Susanti, E. 2012.Meningkatkan keterampilan menganyam sarang ketupat  Melalui teknik token

ekonomi pada anak tunagrahita ringan Di smplb  perwari padang. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Khusus. Vol 1 no. 3, 273-283.

Hidayah, N. (2014). Pengaruh token ekonomi untk mengurangi agresivitas pada siswa
tk. Empathy, 2(2), 44-52.

Milten, Raymond G. Behavior Modification: Principles and Procedures. Thomson Higher


Education.
Dania Fiska. 2017. Peningkatan Kedisiplinan Anak Melalui Token Ekonomi Di Kelompok B TK
ABA DEKSO Kalibawang. Skripsi

Alaniyah, Minhatul. 2019. Penerapan Teknik Token Ekonomi Untuk Mengatasi Perilaku
Menunda-Nunda Mengerjakan PR (Studi Kasus di Pondok Pesantren An-Nawa Kampung
Pangoreng Desa Mangunreja Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang Provinsi Banten). UIN
SMH Banten.

Sejati, Sugeng. 2017. Tinjauan Al Qur’an Terhadap Perilaku Manusia: Dalam Perspektif
Psikologi Islam. Syi’ar. Vol 17 (1), 61-70

Anda mungkin juga menyukai