Anda di halaman 1dari 46

PERILAKU KEORGANISASIAN LANJUTAN

TUGAS UTS
“TEORI KEPRIBADIAN GESTALT”

Dosen Pengampu : DR. DRA. GAYATRI, M.SI., AK., CA

Luh Sri Isa Dewi Jayanti (2281611019)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023

2
1. Teori Gestalt
Secara harfiah, "Gestalt" berarti "bentuk" atau "keseluruhan" dalam bahasa
Jerman. Teori Gestalt berpendapat bahwa manusia cenderung mengorganisasi
pengalaman sensorik mereka menjadi bentuk-bentuk keseluruhan yang lebih
bermakna, bukan sebagai kumpulan elemen yang terpisah. Teori belajar menurut
psikologi gestalt ini sering pula disebut field theory atau insight full learning.
Melihat kepada nama teori ini dan kepada aliran psikologi yang mendasarinya,
yakni psikologi gestalt, jelaslah kiranya bahwa pendapat teori ini berbeda dengan
pendapat-pendapat teori behavioristik. Menurut para ahli psikologi gestalt,
manusia bukan hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi
jika ada perangsang yang mempengaruhinya. Manusia itu adalah individu yang
merupakan kebulatan jasmani dan rohani. Sebagai induvidu, manusia bereaksi
atau lebih tepat berinteraksi dengan dunia luar dengan kepribadiannya dan
dengan caranya yang unik pula. Tidak ada dua orang yang mempunyai
pengalaman yang benar-benar sama atau identik terhadap objek atau realita yang
sama (Purwanto, 2007).
Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang mempelajari
suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data dalam psikologi
Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena adalah data yang paling
dasar dalam Psikologi Gestalt. Dalam hal ini Psikologi Gestalt sependapat
dengan filsafat phenomenologi yang mengatakan bahwa suatu pengalaman harus
dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat dua unsur yaitu obyek dan
arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat dideskripsikan, setelah tertangkap
oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu informasi dan sekaligus kita telah
memberikan arti pada obyek itu. Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan
proses persepsi melalui pengorganisasian komponenkomponen sensasi yang
memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt
beroposisi terhadap teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya
mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Teori ini dibangun
oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka

1
menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat
dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Teori Gestalt menekankan pada keseluruhan pengalaman yang diterima
manusia, daripada pada bagian-bagian atau detail yang membentuk pengalaman
tersebut. Teori ini juga menekankan bahwa cara pikiran manusia mengorganisasi
pengalaman sensorik adalah sistematis dan tidak acak. Teori Gestalt adalah
sebuah teori psikologi yang berfokus pada pemahaman bagaimana manusia
mempersepsi dan memproses informasi melalui pengalaman visual, seperti
melihat objek, pola, dan bentuk. Teori kepribadian Gestalt memandang
kepribadian sebagai suatu keseluruhan yang saling berinteraksi dengan
lingkungan dan orang lain di sekitarnya. Teori ini menekankan pentingnya
integrasi antara aspek fisik, mental, dan spiritual dalam kepribadian yang sehat
dan utuh. Teori ini telah banyak digunakan dalam konteks terapi Gestalt dan
terbukti efektif dalam membantu individu untuk memperbaiki kesehatan mental
dan emosional mereka. Berikut adalah pengertian teori Gestalt dari beberapa
sumber:
 Menurut Cherry (2019), teori Gestalt adalah sebuah teori yang mencoba
untuk menjelaskan bagaimana manusia memproses informasi melalui
pengalaman visual, dan bahwa manusia cenderung mempersepsi objek dan
bentuk dalam bentuk kesatuan yang utuh.
 Menurut Schultz dan Schultz (2016), teori Gestalt merupakan teori psikologi
yang memandang bahwa pemahaman manusia terhadap pengalaman visual
ditentukan oleh cara mereka mengorganisasikan informasi tersebut dalam
bentuk pola atau kesatuan yang utuh.
 Menurut Feldman (2019), teori Gestalt adalah sebuah teori yang
mengemukakan bahwa manusia cenderung untuk mengorganisasikan
informasi visual dalam bentuk kesatuan atau pola yang utuh, dan bahwa cara
manusia mengorganisasikan informasi tersebut dapat mempengaruhi
pemahaman mereka terhadap dunia visual.

2
 Menurut Goldstein (2019), teori Gestalt adalah sebuah teori yang
mengemukakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk
mempersepsi dunia visual sebagai sebuah kesatuan yang utuh, daripada
sebagai kumpulan bagian-bagian terpisah. Teori ini juga menekankan bahwa
manusia cenderung menggunakan prinsip-prinsip organisasi tertentu dalam
memproses informasi visual, seperti prinsip kesinambungan, kesamaan, dan
keterpisahan.

Dari berbagai sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori Gestalt


merupakan sebuah teori psikologi yang mengemukakan bahwa manusia
cenderung untuk mengorganisasikan informasi visual dalam bentuk kesatuan
atau pola yang utuh, dan bahwa cara manusia mengorganisasikan informasi
tersebut dapat mempengaruhi pemahaman mereka terhadap dunia visual. Teori
ini juga menekankan penggunaan prinsip-prinsip organisasi tertentu dalam
memproses informasi visual.

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui


pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola,
ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori
strukturalisme Wundt. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian
sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Psikologi Gestalt berasal dari bahasa
Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu
gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Semua
penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu
sendiri. Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan
berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.

Sejalan dengan itu, gestalt menunjukkan premis dasar sistem psikologi


yang mengonseptualisasi berbagai peristiwa psikologis sebagai fenomena yang
terorganisasi, utuh dan logis. Pandangan ini menjelaskan integritas psikologis
aktivitas manusia yang jelas. Menurut para gestaltis, pada waktu itu psikologi

3
menjadi kehilangan identitas jika dianalisis menjadi komponen-komponen atau
bagian-bagian yang telah ada sebelumnya.

2. Penemu Teori Gestalt


Aliran Gestalt muncul di Jerman sebagai kritik terhadap strukturalisme
Wundt. Pandangan Gestalt menolak analisis dan penguraian jiwa ke dalam
elemen-elemen yang lebih kecil karena dengan demikian, makna dari jiwa itu
sendiri berubah sebab bentuk kesatuannya juga hilang. Teori ini dibangun oleh
tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka
menyimpulkan bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat
dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.
Psikologi gestalt adalah gerakan jerman yang secara langsung menantang
psikologi strukturalisme Wundt. Para gestaltis mewarisi tradisi psikologi aksi
dari Brentano, Stumpf dan akademi Wurzburg di jerman, yang berupaya
mengembangkan alternatif bagi model psikologi yang diajukan oleh model ilmu
pengetahuan alam reduksionistik dan analitik dari Wundt.
Gerakan gestalt lebih konsisten dengan tema utama dalam filsafat jerman
yakni aktivitas mental dari pada sistem Wundt. Psikologi gestalt didasari oleh
pemikiran Kant tentang teori nativistik yang mengatakan bahwa organisasi
aktivitas mental membuat individu berinteraksi dengan lingkungannya melalui
cara-cara yang khas. Sehingga tujuan psikologi gestalt adalah menyelidiki
organisasi aktivitas mental dan mengetahui secara tepat karakteristik interaksi
manusia-lingkungan. Hingga pada tahun 1930, gerakan gestalt telah berhasil
menggantikan model wundtian dalam psikologi Jerman. Namun, keberhasilan
gerakan tersebut tidak berlangsung lama kerena munculnya hitlerisme. Sehingga
para pemimpin gerakan tersebut hijrah ke Amerika.
Psikologi gestalt diawali dan dikembangakan melalui tulisan-tulisan tiga
tokoh penting, yaitu Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.
Ketiganya dididik dalam atmosfer intelektual yang menggairahkan pada awal

4
abad 20 di Jerman, dan ketiganya melarikan diri dari kejaran nazi dan bermigrasi
ke Amerika. Tetapi di Amerika psikologi gestalt tidak memperoleh dominasi
seperti di Jerman. Hal ini dikarenakan psikologi Amerika telah berkembang
melalui periode fungsionalisme dan pada tahun 1930-an didominasi oleh
behaviorisme. Oleh karena itu, kerangka psikologi gestalt tidak sejalan dengan
perkembangan-perkembangan di Amerika. Psikologi Gestalt adalah sebuah aliran
psikologi yang berkembang di Jerman pada tahun 1912, bersamaan dengan
diterbitkan sebuah artikel yang berjudul “Experimental Studies of the Perception
of Movement” oleh Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) dianggap
sebagai pendiri dari Psikologi Gestalt, ia juga bekerjasma dengan kedua
temannya yaitu Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfag Kohler (1887-1967)
dimana keduanya juga memiliki pandangan yang sama dengan Wertheimer.
Aliran Gestalt menentang aliran behavioristik yang mempunyai pandangan
yang elementaristik. Menurut Gestalt baik strukturalisme maupun behaviorisme
sama-sama memiliki kesalahan karena telah membagi pokok bahasan yaitu
mengenai perilaku menjadi sebuah elemen-elemen. Pandangan psikologi Gestalt
berpusat pada apa yang dipersepsi itu merupakan sebuah kebulatan. Teori ini
juga dikenal dengan teori pembelajaran yang mendalam.
Psikologi Gestalt tidak semata-mata berbicara tentang kilasan-kilasan
instuisi saja, melainkan tentang bagaimana lebih memecahkan sebuah masalah
dengan cara menganali keseluruhan kejadian atau prinsip yang mengorganisasi.
berikut adalah tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan aliran
psikologi gestalt.
2.1 Max Wertheimer (1880-1943)
Max Wertheimer lahir pada tanggal 15 April 1880 di Praha, dan wafat pada
12 Oktober 1943 di New York. Dia merupakan tokoh pertama sekaligus yang
tertua dalam mengembang aliran psikologi Gestalt. Wetheirmer menjadi tokoh
pertama yang berpengaruh dalam berkembangnya psikologi gestalt karena dia
telah melakukan percobaan dengan menggunakan sebuah alat yang bernama
Stroboskop.

5
Stroboskop adalah suatu alat yang berbentuk kotak dengan ada alat
tambahan yang berfungsi untuk melihat kedalam kotak. Didalam kotak tersebut
terdapat gambar yang diletakkan dengan arah melintang dan tegak dengan
diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang timbul adalah gambar tersebut
bergerak dari arah tegak kearah melintang secara bergantian.
Dalam buku nya yang berjudul “investigation of Gestalt Theory” dia
mengemukakan tentang hukum-hukum Gestalt. Berikut adalah hukum-hukum
Gestalt yang dikemukakan Wertheimer :
 Hukum kedekatan (law of proximity), Hukum ini menjelaskan segala
sesuatu yang saling berdekatan baik dari segi waktu ataupun tempat
biasanya dianggap sebagai suatu totalitas atau keseluruhan. Misal ada
seorang wanita yang memiliki paras sederhana, lalu dia berdekatan dengan
sekumpulan wanita dengan paras cantik. Hal itu akan membuat seseorang
yang melihat wanita dengan paras sederhana akan memiliki paras yang
cantik pula karena dia berdekatan dengan wanita berparas cantik.
 Hukum ketertutupan (law of closure), Hukum ketertutupan menjelaskan
segala sesuatu yang tertutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
Misal ada dua garis melengkung yang didekatkan. Kedua garis itu akan
membentuk sebuah lingkaran yang penuh, walau pada kenyataanya kedua
garis itu tidak menyatu. Namun, orang yang melihat itu akan menganggap
bahwa lingkaran itu merupakan lingkaran yang penuh.
 Hukum kesamaan (law of equivalence), Hukum kesamaan menjelaskan
segala sesuatu yang memiliki kesamaan antara satu dengan lainnya,
cenderung dipersepsikan sebagai suatu totalitas atau persamaan dalam
suatu kelompok. Misal ada individu yang baik namun dia berteman dengan
individu yang memiliki perilaku yang kurang baik. Orang lain akan melihat
individu yang baik ini sama dengan individu yang memiliki perilaku
kurang baik.

2.2 Kurt Koffka (1886-1941)

6
Kurt Koffka lahir pada tanggal 18 Maret 1886 di Berlin, dan wafat di
Northampton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 22 November 1941.
Ilmu yang sudah diterapkan Koffka kepada Psikologi adalah penyajian dalam
pembelajaran secara sistematis, pengamalan dari prinsip-prinsip gestalt yang
meliputi rangkaian gejala psikologi dari mulai persepsi, belajar, mengingat,
sampai pada psikologi belajar dan psikologi sosial.
Koffka menerbitkan sebuah buku jilid pertama yang berjudul “contribution
to gestalt psychology” pada tahun 1923. Teori Koffka yang mempelajari tentang
arti belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar, sebagaimana tingkah laku
lainnya yang diterangkan dari prinsip-prinsip organisasi gestalt. Berikut adalah
prinsip-prinsip organisasi gestalt yang dikemukakan oleh Koffka :
 Jejak Ingatan (memory traces), Teori ini menjelaskan bahwa suatu
pengalaman akan membekas pada bagian-bagian tertentu di otak. Jejak
ingatan akan diorganisasikan di dalam otak, lalu akan dimunculkan kembali
apabila kita menjumpai hal yang serupa dengan ingatan pada saat itu. Misal
pada suatu hari Ananda bertemu dengan Noor, kemudian Noor bercerita
dengan Ananda banyak hal. Cerita yang Noor berikan kepada Ananda
membekas pada ingatan. Hingga suatu hari Ananda bertemu dengan Febri,
lalu Febri bercerita banyak hal pula kepada Ananda. Salah satu cerita dari
Febri hampir sama dengan cerita yang di utarakan Noor kepada Ananda, lalu
Ananda mengingat kembali bahwa cerita tersebut memilki kesamaan.
 Perubahan waktu tidak akan melumpuhkan jejak ingatan, Perubahan waktu
tidak akan melumpuhkan jejak ingatan yang ada di dalam otak karena
perubahan waktu itu cenderung lebih menyempurnakan ingatan kita agar
lebih baik lagi.
 Latihan secara terus – menerus akan meningkatkan atau memperkuat daya
ingatan

Maksud dari kata latihan ini adalah seperti berlatih untuk berkonsentrasi
dalam membaca, baik membaca buku, koran, dan artikel. Dengan cara

7
memahami betul apa topik dari yang dibaca, apabila sudah berhasil untuk
memahaminya maka kita telah dapat berkonsentrasi dengan baik dan hasilnya
dapat memperkuat daya ingat kita.

2.3 Wolfgang Kohler (1887-1967)


Wolfgang Kohler lahir pada tanggal 21 januari 1887 di Reval, Estonia, dan
wafat di Lebanon, New Hampshire, Amerika Serikat pada tanggal 11 Juni 1967.
Kohler melakukan penelitian yang cukup terkenal dalam psikologi belajar
berkaitan dengan problem solving. Kohler menggunakan simpanse dalam
percobaannya.
Menurut Kohler apabila individu atau organisme dihadapkan pada suatu
masalah, maka akan terjadi ketidakseimbangan kognitif dan akan terjadi sampai
individu dapat menyelesaikan masalahnya. Dalam Gestalt dapat dikatakan pula
apabila terdapat permasalah akan menimbulakan ketidakseimbangan kognitif, hal
ini akan mendorong menuju kearah keseimbangan hingga permasalahan itu
terselesaikan. Pada percobaan ini Kohler mengambil kesimpulan bahwa
simpanse dalam memperoleh pemecahan masalah dengan pengertian atau insight.
Perbedaan antara percobaan yang dilakukan oleh Kohler dengan percobaan
yang dilakukan oleh Thorndike terletak pada cara pandang bagaimana
pemecahan masalah yang dilakukan oleh Sinpanse. Menurut Thorndike cara
Sinpanse menyelesaikan masalahnya dengan trial and error, sedangkan menurut
Kohler cara sinpanse memecahkan masalahnya dengan insight.

3. Konsep Teori Gestalt


Keberadaan teori berawal dari ketidak puasan karakter dengan teori yang
telah dikemukakan oleh karakter sebelumnya. Adapun mengenai stimulus dan
respon. Menurut gestalt dalam kehidupan, manusia tidak hanya terpaku pada
rangsangan dan respon tetapi lebih dari itu. Manusia akan mengambil
kebijaksanaan dalam segala hal yang mereka alami. Mereka mampu menarik
pemahaman tentang berbagai hal dalam pengalaman mereka. Dengan demikian

8
mereka dapat memanfaatkan pemahamannya dengan pemahaman yang saling
terkait sesuai dengan peristiwa yang telah di alami.
Teori Gestalt menggunakan konsep-konsep dalam penerapannya. Yang
pertama, ‘Teori Medan’ bahwa tidak ada yang eksis secara terpisah atau
terisolasi. Kedua, ‘Nature versus Nurture’ bahwa otak bukan penerima pasif dan
gudang penyimpanan informasi dari lingkungan. Ketiga, ‘Hukum Prognanz’
bahwa gestaltis sebagai prinsip pedoman mereka dalam meneliti persepsi,
belajar, dan memori (Abdullah, 2016). Teori gestalt memandang belajar sebagai
proses pemahaman (insight) yang berbeda dengan teori behaviorisme yang
memandang belajar sebagai proses trial and error. Pengertian insight adalah
pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubunganhubungan antar
bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Seseorang dikatakan berhasil
dalam proses belajar jika mendapatkan insight. Dengan adanya insight seseorang
akan mengerti permasalahan yang dihadapi dan mampu menyelesaikannya
(Wisman, 2020).
Menurut Gestalt, semua Kegiatan pembelajaran menggunakan
pemahaman atau pemahaman mendadak pada relasi, mampu memahami makna
relasi interrelasi satu sama lain, dapat di fahami juga bahwa di perlukan wawasan
untuk mendapatkannya. Masalah konseptual inilah yang terpenting dalam teori
Gestalt, bukan mengulang halhal yang harus dipelajari, tetapi memahaminya
untuk menambah wawasan (Indrawati, 2019). Menurut Ernest Hilgard, ciri-ciri
belajar pemahaman (insight) yaitu: (1) Keterampilan dasar mempengaruhi
pemahaman, (2) Pengalaman sebelumnya dapat mempengaruhi pemahaman, (3)
Keadaan dan kondisi juga mempengaruhi pemahaman, (4) Pemahaman dapat
dimulai dari percobaan, (5) Proses pembelajaran melalui pemahaman lebih
bermakna, (6) Pemahaman dapat diterapkan untuk memahami peristiwa dalam
situasi dan kondisi lain (Ariyani, 2020).
Pembelajaran berdasarkan teori Gestalt, merupakan perkembangan
kognitif. Seseorang dapat menemukan solusi saat memecahkan masalah.
Seseorang pasti memikirkan semua aspek yang diperlukan untuk memecahkan

9
masalah dan menyelaraskan semuanya secara kognitif dengan metode metode
lain sampai masalah itu terselesaikan. Setelah menemukan solusi untuk masalah,
seseorang dapat menarik pemahaman tentang kejadian tersebut. Karakter Gestalt
percaya bahwa solusi dapat ditemukan dan tidak dapat diperoleh.

4. Aplikasi Teori Gestalt


Menerapkan Teori kepribadian Gestalt menyatakan bahwa kepribadian
adalah suatu totalitas atau keseluruhan yang terdiri dari berbagai aspek yang
saling berinteraksi. Aplikasi teori kepribadian Gestalt dapat diterapkan dalam
beberapa bidang, seperti terapi, pendidikan, dan psikologi industri. Berikut
beberapa contoh aplikasi teori kepribadian Gestalt:
a. Terapi Gestalt, Terapi Gestalt adalah suatu pendekatan terapi yang berfokus
pada pengalaman saat ini dan membantu individu untuk lebih menyadari diri
mereka sendiri dan lingkungan di sekitar mereka. Terapi Gestalt memandang
individu sebagai satu kesatuan yang utuh, sehingga dalam terapi ini, terapis
akan membantu individu untuk menyadari pola-pola perilaku mereka yang
dapat membatasi atau mempersempit pengalaman hidup mereka.
b. Pendidikan, dalam bidang pendidikan, teori kepribadian Gestalt dapat
diterapkan untuk membantu siswa belajar dengan lebih efektif. Guru dapat
memperhatikan kebutuhan siswa secara utuh, termasuk aspek fisik, emosional,
sosial, dan intelektual mereka. Guru juga dapat mendorong siswa untuk lebih
aktif dalam pengalaman belajar mereka, seperti melalui diskusi kelompok dan
proyek kolaboratif.
c. Psikologi Industri, dalam psikologi industri, teori kepribadian Gestalt dapat
diterapkan dalam pemilihan karyawan dan pengembangan karir. Tes
kepribadian dapat membantu memahami pola perilaku dan preferensi
karyawan, sehingga dapat membantu menempatkan karyawan di posisi yang
paling sesuai dengan kekuatan mereka. Selain itu, pelatihan dapat membantu
karyawan untuk lebih memahami diri mereka sendiri dan mengembangkan

10
kemampuan mereka untuk lebih efektif berinteraksi dengan orang lain di
tempat kerja.
d. Psikoterapi kelompok, teori kepribadian Gestalt juga dapat diterapkan dalam
psikoterapi kelompok. Dalam terapi kelompok, individu dikelompokkan
bersama dengan individu lain yang memiliki masalah yang sama atau serupa.
Terapis dapat membantu individu dalam kelompok untuk saling berbagi
pengalaman dan saling mendukung untuk mencapai tujuan terapi mereka.
Terapi kelompok dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan
memperkuat koneksi sosial, yang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan individu secara keseluruhan.
e. Konseling Karir: Teori kepribadian Gestalt juga dapat diterapkan dalam
konseling karir. Konselor dapat membantu individu untuk memahami
kekuatan dan kelemahan mereka serta pola perilaku yang mungkin
mempengaruhi karir mereka. Konselor juga dapat membantu individu untuk
membangun rencana karir yang sesuai dengan minat dan nilai mereka, serta
membantu mereka untuk menavigasi situasi sulit di tempat kerja.
f. Seni Terapi: Teori kepribadian Gestalt dapat diterapkan dalam seni terapi,
yaitu terapi yang menggunakan seni sebagai alat untuk membantu individu
mengungkapkan perasaan dan emosi mereka. Dalam seni terapi, terapis dapat
membantu individu untuk menggambar atau membuat karya seni lainnya, dan
kemudian membantu mereka memahami makna dan signifikansi dari karya
seni tersebut.

5. Desain-desain Teori Gestalt


Desain-desain dalam teori Gestalt didasarkan pada prinsip-prinsip Gestalt,
yaitu konsep bahwa pikiran manusia secara alami mengelompokkan pola atau
bentuk yang kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana dan berarti.
Beberapa desain dalam teori Gestalt yang populer antara lain:
a. Hukum Kesinambungan (Law of Continuity): Prinsip ini menyatakan
bahwa manusia cenderung mengelompokkan bentuk yang kontinu pada

11
satu garis atau arah yang sama. Contohnya dalam desain grafis, garis
kontinu pada desain yang memiliki arah yang sama akan membuat desain
tersebut terlihat lebih mudah dipahami.
b. Hukum Kesamaan (Law of Similarity): Prinsip ini menyatakan bahwa
manusia cenderung mengelompokkan bentuk-bentuk yang memiliki
kesamaan dalam bentuk, warna, ukuran atau tekstur. Contohnya dalam
desain grafis, penggunaan warna yang sama dalam beberapa elemen
desain dapat membantu pengelompokan dan pemahaman yang lebih
mudah.
c. Hukum Keselarasan (Law of Proximity): Prinsip ini menyatakan bahwa
manusia cenderung mengelompokkan bentuk-bentuk yang berdekatan
satu sama lain. Dalam desain grafis, elemen-elemen desain yang
dikelompokkan secara spasial akan membantu membentuk kelompok atau
subkelompok yang mudah dipahami.
d. Hukum Kelengkapan (Law of Closure): Prinsip ini menyatakan bahwa
manusia cenderung mengisi ruang kosong atau membuat bentuk lengkap
dari bentuk yang tidak lengkap. Contohnya dalam desain grafis, bentuk
yang tidak lengkap seperti bentuk lingkaran yang tidak tertutup secara
penuh dapat diisi dan dipahami oleh manusia sebagai bentuk lingkaran
lengkap.
e. Hukum Figuratif-Fondasional (Law of Figure-Ground): Prinsip ini
menyatakan bahwa manusia cenderung memisahkan gambar dari latar
belakang atau bidang yang melingkupinya. Dalam desain grafis, elemen
desain yang memiliki kontras yang kuat dengan latar belakang akan
terlihat lebih menonjol dan mudah dikenali.
f. Hukum Simplicity (Law of Simplicity): Prinsip ini menyatakan bahwa
manusia cenderung mencari bentuk yang paling sederhana dan efisien
untuk memahami pola atau bentuk kompleks. Dalam desain grafis, desain
yang sederhana dan minim informasi akan terlihat lebih mudah dipahami
dan menarik perhatian.

12
g. Hukum Keseimbangan (Law of Balance): Prinsip ini menyatakan bahwa
manusia cenderung mencari keseimbangan dan harmoni dalam bentuk
atau pola yang mereka lihat. Dalam desain grafis, penggunaan proporsi
dan ukuran yang tepat antara elemen-elemen desain dapat membantu
menciptakan keseimbangan visual yang menarik dan mudah dipahami.

6. Perkembangan Teori Gestalt


Teori Gestalt adalah teori psikologi yang pertama kali muncul pada awal
abad ke-20 di Jerman. Teori ini mengemukakan bahwa pengalaman manusia
dipengaruhi oleh cara manusia mengorganisir dan menafsirkan informasi
sensorik. Teori Gestalt berkembang dan dipengaruhi oleh banyak ahli
psikologi dan filosof dari waktu ke waktu. Berikut adalah beberapa
perkembangan penting dari teori Gestalt:
Teori Gestalt pertama kali dikembangkan oleh tiga psikolog Jerman: Max
Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka. Mereka memperkenalkan
prinsip-prinsip Gestalt seperti kesinambungan, kesamaan, keselarasan,
kelengkapan, dan figuratif-fondasional. Mereka menekankan bahwa manusia
mengalami dunia secara keseluruhan dan bahwa aspek-aspek pengalaman
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Pada periode pengembangan, para ahli psikologi memperluas dan
mengembangkan teori Gestalt. Kurt Lewin mengembangkan konsep lapangan
psikologis dan menekankan pentingnya konteks dalam pengalaman manusia.
Wolfgang Kohler memperkenalkan konsep insight learning dan menunjukkan
bahwa manusia dapat memecahkan masalah dengan memahami pola
keseluruhan.
Pada periode penyebaran, teori Gestalt mulai diterapkan dalam berbagai
bidang, termasuk seni, desain grafis, dan arsitektur. Rudolf Arnheim dan
Abraham Moles memperkenalkan konsep baru dalam teori Gestalt seperti
"bentuk visual" dan "semantik visual". Para desainer grafis dan arsitek mulai

13
menerapkan prinsip-prinsip Gestalt dalam karya mereka. Fritz Perls dan Laura
Perls mengembangkan pendekatan terapi Gestalt, yang menekankan
pentingnya memahami pengalaman keseluruhan seseorang untuk membantu
mereka mencapai keseimbangan dan kesejahteraan psikologis. Pendekatan ini
menekankan pentingnya menghadapi masalah dan konflik dalam pengalaman
hidup seseorang.
Teori Gestalt juga memiliki pengaruh pada bidang neurosains. Penelitian
pada bidang neurosains telah menunjukkan bahwa cara manusia
mengorganisir informasi sensorik mencerminkan struktur dan aktivitas dalam
otak. Konsep Gestalt seperti kesinambungan dan keselarasan dapat diamati
dalam struktur dan fungsi otak manusia. Teori Gestalt merupakan sebuah teori
psikologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Teori ini memiliki
banyak kontribusi dalam berbagai bidang, termasuk seni, desain grafis,
arsitektur, dan terapi psikologis.

14
Judul : THE TEACHING-RESEARCH GESTALT IN ACCOUNTING:
A CLUSTER ANLYTIC APPROACH.
Penulis : Angus Duff, Neil Marriott
Jurnal : The British Accounting Review, Volume 49, Issue 4, July 2017,
Pages 413-428
Tahun : 2017

1. Area of Interest: Pendidikan Akuntansi


2. Phenomena: Fenomena yang diamati dalam jurnal "The teaching-research
gestalt in accounting: A cluster analytic approach" adalah kurangnya
keterhubungan antara pengajaran dan penelitian dalam pendidikan akuntansi.
Hal ini menyebabkan terpisahnya praktik pengajaran dan penelitian dalam
kurikulum pendidikan akuntansi, sehingga banyak dosen yang mengalami
kesulitan dalam mengintegrasikan pengajaran dan penelitian. Melalui
pendekatan teori Gestalt, penulis ingin mengeksplorasi bagaimana pengajaran
dan penelitian dapat diintegrasikan secara efektif dalam pendidikan akuntansi.
3. Theoritical Foundation: Theoritical Foundation digunakan dalam jurnal
"The teaching-research gestalt in accounting: A cluster analytic approach"
adalah teori Gestalt. Teori ini berfokus pada pemahaman pola dan struktur
dari suatu objek atau fenomena, daripada hanya melihat bagian-bagiannya
secara terpisah. Dalam konteks pendidikan akuntansi, teori Gestalt dapat
digunakan untuk mengintegrasikan pengajaran dan penelitian, sehingga
membentuk suatu kesatuan yang utuh dan saling terkait. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan teori Gestalt untuk

15
mengeksplorasi bagaimana pengajaran dan penelitian dapat diintegrasikan
secara efektif dalam pendidikan akuntansi.
4. Research Gap: Research gap yang diidentifikasi dalam jurnal "The teaching-
research gestalt in accounting: A cluster analytic approach" adalah
kurangnya penelitian yang mengeksplorasi keterhubungan antara pengajaran
dan penelitian dalam pendidikan akuntansi dengan menggunakan pendekatan
teori Gestalt. Penelitian sebelumnya cenderung hanya fokus pada aspek
pengajaran atau penelitian saja, tanpa mempertimbangkan keterkaitan antara
keduanya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan
untuk mengisi kekosongan penelitian tersebut dan mengeksplorasi bagaimana
pengajaran dan penelitian dapat diintegrasikan dengan menggunakan
pendekatan teori Gestalt dalam konteks pendidikan akuntansi.
5. Research Statement: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
bagaimana pengajaran dan penelitian dapat diintegrasikan secara efektif
dalam pendidikan akuntansi dengan menggunakan pendekatan teori Gestalt.
Penelitian ini akan mengidentifikasi pola-pola atau struktur-struktur yang
muncul dalam hubungan antara pengajaran dan penelitian, serta mencari cara
untuk mengintegrasikan keduanya dalam kurikulum pendidikan akuntansi.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan cluster analytic
untuk menganalisis data dari dosen-dosen akuntansi yang terlibat dalam
pengajaran dan penelitian di universitas-universitas di Indonesia.
6. Methodology: Pendekatan kuantitatif, dengan teknik analisis klaster.
7. Metode Pengumpulan Data: Kuesioner yang disebarkan kepada dosen-
dosen akuntansi yang terlibat dalam pengajaran dan penelitian di universitas-
universitas. Kuesioner ini berisi pertanyaan tentang pengalaman dan pendapat
dosen-dosen mengenai pengajaran dan penelitian dalam pendidikan akuntansi,
serta bagaimana keduanya dapat diintegrasikan secara efektif. Kuesioner ini
dikembangkan berdasarkan pendekatan teori Gestalt dan pengalaman penulis
sebagai dosen akuntansi. Data yang diperoleh dari kuesioner ini kemudian
dianalisis menggunakan pendekatan cluster analytic untuk mengidentifikasi

16
pola-pola atau struktur-struktur yang muncul dalam hubungan antara
pengajaran dan penelitian.
8. Metode Analisis Data: Metode analisis data yang digunakan dalam jurnal ini
adalah pendekatan cluster analytic. Pendekatan ini digunakan untuk
mengidentifikasi pola-pola atau struktur-struktur yang muncul dalam
hubungan antara pengajaran dan penelitian dalam pendidikan akuntansi.
Dalam pendekatan cluster analytic, data yang diperoleh dari kuesioner
dianalisis dengan mengelompokkan dosen-dosen akuntansi ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan karakteristik-karakteristik tertentu, seperti pengalaman,
pendidikan, dan penelitian.
9. Findings:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran dan penelitian dapat
diintegrasikan secara efektif dalam pendidikan akuntansi menggunakan
pendekatan teori Gestalt. Berdasarkan analisis cluster, ditemukan beberapa
pola atau struktur yang muncul dalam hubungan antara pengajaran dan
penelitian, serta cara untuk mengintegrasikan keduanya secara efektif dalam
kurikulum pendidikan akuntansi.
Salah satu hasil penelitian yang signifikan adalah ditemukannya empat
kelompok dosen akuntansi yang berbeda dalam hal pengalaman, pendidikan,
dan penelitian. Kelompok-kelompok ini menunjukkan perbedaan dalam cara
mereka mengintegrasikan pengajaran dan penelitian dalam pendidikan
akuntansi. Kelompok yang paling sukses dalam mengintegrasikan keduanya
adalah kelompok dosen yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
baik tentang penelitian dan mampu menggabungkan pengalaman penelitian
mereka ke dalam pengajaran mereka. Dari hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa integrasi antara pengajaran dan penelitian dapat
meningkatkan kualitas pendidikan akuntansi.
10. Conclusion:

17
Menyimpulkan bahwa pengajaran dan penelitian dapat diintegrasikan
secara efektif dalam pendidikan akuntansi menggunakan pendekatan teori
Gestalt.
Penelitian menunjukkan bahwa integrasi antara pengajaran dan
penelitian dapat meningkatkan kualitas pendidikan akuntansi. Ditemukan
bahwa kelompok dosen yang paling sukses dalam mengintegrasikan
pengajaran dan penelitian adalah mereka yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang baik tentang penelitian dan mampu menggabungkan
pengalaman penelitian mereka ke dalam pengajaran mereka.
11. Recommendations:
 Dosen harus didorong untuk terus mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman mereka dalam penelitian agar dapat mengintegrasikan
pengajaran dan penelitian dengan lebih efektif.
 Institusi pendidikan akuntansi harus mempertimbangkan pendekatan teori
Gestalt dalam pengembangan kurikulum agar dapat memfasilitasi
integrasi pengajaran dan penelitian.
 Dalam pengajaran akuntansi, penting untuk mengintegrasikan aspek-
aspek penelitian untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih
holistik dan relevan dengan kebutuhan industri.
 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektivitas integrasi
pengajaran dan penelitian dengan menggunakan pendekatan teori Gestalt
pada lingkungan pendidikan akuntansi yang berbeda
12. Further Researches: Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi
bagaimana pendekatan teori Gestalt dapat diterapkan dalam pembelajaran
akuntansi, serta menguji efektivitas dari pendekatan tersebut dalam
meningkatkan keterhubungan antara pengajaran dan penelitian.

18
Judul : Pengaruh Pemahaman Analisis Transaksi, Persamaan Dasar
Akuntansi dan Konsep Debit Kredit terhadap Hasil Belajar
Jurnal Penyesuaian dengan Kemampuan Berpikir Deduktif
sebagai Variabel Moderating
Penulis : Nur Khabibah, Agus Wahyudin
Jurnal : Economic Education Analysis, Journal, EEAJ 9 (1) (2020) 182-
199
Tahun : 2020

1. Area of Interest:
Pengaruh dari pemahaman analisis transaksi, persamaan dasar akuntansi, dan
konsep debit kredit terhadap hasil belajar jurnal penyesuaian dengan
kemampuan berpikir deduktif sebagai variabel moderasi.
2. Phenomena:
Permasalahan yang dihadapi siswa mungkin terjadi karena ketidaksesuaian
cara menjelaskan bagaimana penalaran siswa terhadap pembelajaran
akuntansi di tingkat sekolah. Bahkan terkadang ketika sampai di penyusunan
jurnal penyesuaian, siswa kesulitan dan tidak dapat mengerjakan. Suatu teori
yang dikemukakan oleh Gestalt dalam proses pembelajaran mengenai
Pengalaman tilikan (insight) yang menerangkan bahwa dalam proses
pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu
kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek atau peristiwa

19
sebelumnya (Sudrajat, 2008). Berdasarkan hal tersebut ketika siswa
mengalami kesulitan dalam belajar jurnal penyesuaian, maka perlu adanya
pengamatan tilikan untuk meninjau materi sebelumnya yang telah diterima
siswa demi tercapainya tujuan awal. Menilik pada siklus akuntansi yang
memiliki beberapa tahapan, sebelum siswa sampai di materi jurnal
penyesuaian hal-hal pokok yang patut diperhatikan yakni mulai dari transaksi,
dilanjutkan pencatatan yang biasanya dijadikan persamaan akuntansi,
selanjutnya penjurnalan serta posting buku besar untuk menentukan kolom
debit kredit dalam neraca saldo hingga sampai ke jurnal penyesuaian.
3. Theoritical Foundation:
Memakai landasan teori Gestalt. Gestalt menerangkan bahwa dalam proses
pembelajaran ada yang namanya pengalaman tilikan (insight) yang memegang
peranan penting dalam perilaku yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa (Lefrancois, 1995).
4. Research Gap:
Research gap yang terdapat pada jurnal tersebut adalah kurangnya penelitian
yang menghubungkan antara pemahaman analisis transaksi, persamaan dasar
akuntansi, dan konsep debit kredit dengan hasil belajar jurnal penyesuaian
serta mempertimbangkan kemampuan berpikir deduktif sebagai variabel
moderating. Selain itu, masih kurangnya penelitian mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi hasil belajar jurnal penyesuaian dalam konteks Indonesia
juga menjadi research gap yang dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut.
5. Research Statement: untuk menguji pengaruh pemahaman analisis transaksi,
persamaan dasar akuntansi, dan konsep debit kredit terhadap hasil belajar
jurnal penyesuaian serta mempertimbangkan kemampuan berpikir deduktif
sebagai variabel moderating pada mahasiswa akuntansi di Indonesia.
Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat interaksi antara
pemahaman analisis transaksi, persamaan dasar akuntansi, dan konsep debit
kredit dengan kemampuan berpikir deduktif dalam memoderasi pengaruh
variabel independen terhadap hasil belajar jurnal penyesuaian.

20
6. Methodology:
Metode Kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik (Sugiyono, 2016). Menurut Arikunto (2014: 17)
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan variabel yang
kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Istilah untuk
penelitian ini adalah ex post facto, dalam penelitian survey ex post facto
mengandung arti bahwa pengamatan dilakukan setelah kejadian lewat.
7. Metode Pengumpulan Data:
Populasi dalam penelitian ini adalah selurus siswa kelas X jurusan Akuntansi
di SMK N 1 Kudus yang berjumlah 106 siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian populasi karena menggunakan keseluruhan populasi yang terdiri
dari tiga kelas jurusan Akuntansi kelas X dengan jumlah kurang dari 120
siswa. Sehingga penelitian menggunakan sampel jenuh yakni keseluran untuk
dijadikan objek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
tes. Dalam hal ini, instrumen tes berupa tes pengetahuan dan pemahaman
siswa berupa tes tulisan dalam bentuk soal pilihan ganda yang diadakan di
kelas.
8. Metode Analisis Data:
Metode Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase,
inferensial, serta analisis regresi. Uji MRA digunakan untuk mengetahui
pengaruh variable moderasi. tujuan analisis regresi moderasi ini untuk
mengetahui apakah variabel moderating akan memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
9. Hasil Penelitian:
 Pemahaman analisis transaksi mempengaruhi siswa dalam pengerjaan
atau penyusunan jurnal peyesuaian materi pembelajaran akuntansi dasar
siswa kelas X jurusan akuntansi SMK N 1 Kudus tahun ajaran 2017/2018.
Hal ini dapat dilihat dari hasil olah data SPSS 23 yang menunjukkan nilai
pengaruh sebesar 3,845.

21
 Pemahaman persamaan dasar akuntansi mempengaruhi siswa dalam
pengerjaan atau penyusunan jurnal peyesuaian materi pembelajaran
akuntansi dasar siswa kelas X jurusan akuntansi SMK N 1 Kudus tahun
ajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari hasil olah data SPSS 23 yang
menunjukkan nilai pengaruh sebesar 3,162.
 Pemahaman konsep debit kredit mempengaruhi siswa dalam pengerjaan
atau penyusunan jurnal peyesuaian materi pembelajaran akuntansi dasar
siswa kelas X jurusan akuntansi SMK N 1 Kudus tahun ajaran 2017/2018.
Hal ini dapat dilihat dari hasil olah data SPSS 23 yang menunjukkan nilai
pengaruh sebesar 2,194.
 Pemahaman analisis transaksi dengan kemampuan berpikir deduktif
sebagai variabel moderating mempengaruhi siswa dalam pengerjaan atau
penyusunan jurnal peyesuaian materi pembelajaran akuntansi dasar siswa
kelas X jurusan akuntansi SMK N 1 Kudus tahun ajaran 2017/2018. Hal
ini dapat dilihat dari hasil olah data SPSS 23 yang menunjukkan nilai
pengaruh sebesar -2,175.
 Pemahaman persamaan dasar akuntansi dengan kemampuan berpikir
deduktif sebagai variabel moderating tidak mempengaruhi siswa dalam
pengerjaan atau penyusunan jurnal peyesuaian materi pembelajaran
akuntansi dasar siswa kelas X jurusan akuntansi SMK N 1 Kudus tahun
ajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari hasil olah data SPSS 23 yang
menunjukkan
 Pemahaman konsep debit kredit dengan kemampuan berpikir deduktif
sebagai variabel moderating tidak mempengaruhi siswa dalam pengerjaan
atau penyusunan jurnal peyesuaian materi pembelajaran akuntansi dasar
siswa kelas X jurusan akuntansi SMK N 1 Kudus tahun ajaran 2017/2018.
Hal ini dapat dilihat dari hasil olah data SPSS 23 yang menunjukkan nilai
pengaruh sebesar -0,636.
10. Conclusion:

22
 Merdeka Pemahaman analisis transaksi, persamaan dasar akuntansi, dan
konsep debit kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil
belajar jurnal penyesuaian.
 Kemampuan berpikir deduktif moderat hubungan antara pemahaman
analisis transaksi, persamaan dasar akuntansi, dan konsep debit kredit
dengan hasil belajar jurnal penyesuaian.
 Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar jurnal penyesuaian antara
kelompok siswa dengan kemampuan berpikir deduktif tinggi dan rendah,
namun perbedaan ini hanya muncul pada kelompok siswa yang
mempunyai tingkat pemahaman analisis transaksi, persamaan dasar
akuntansi, dan konsep debit kredit yang rendah.
 Dalam hal ini, penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman analisis
transaksi, persamaan dasar akuntansi, dan konsep debit kredit sangat
penting untuk meningkatkan hasil belajar jurnal penyesuaian siswa.
Selain itu, kemampuan berpikir deduktif siswa juga memoderasi
pengaruh variabel tersebut terhadap hasil belajar jurnal penyesuaian.
11. Recommendations:
 Pentingnya memperhatikan pemahaman analisis transaksi, persamaan
dasar akuntansi, dan konsep debit kredit dalam pembelajaran jurnal
penyesuaian. Dalam hal ini, disarankan agar pengajar akuntansi
memberikan penekanan yang cukup pada konsep-konsep dasar tersebut
agar mahasiswa dapat lebih mudah memahami materi jurnal penyesuaian.
 Diperlukan penggunaan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir deduktif mahasiswa. Hal ini penting untuk
membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep akuntansi dan
mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam konteks yang berbeda.
 Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan
pembelajaran di bidang akuntansi, terutama dalam hal peningkatan
kemampuan berpikir deduktif mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan melalui
pelatihan dan pengembangan kurikulum yang lebih efektif dan efisien.

23
12. Further Researches:
 Diharapkan juga agar penelitian lebih lanjut dilakukan dalam hal ini,
terutama dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhi hasil belajar mahasiswa dalam jurnal penyesuaian. Dengan
demikian, hasil penelitian tersebut dapat menjadi landasan untuk
pengembangan kurikulum dan pengajaran yang lebih baik di bidang
akuntansi.

24
Judul : GESTALT AKUNTANSI : KOMITMEN PERUSAHAAN
DALAM PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL
Penulis : Aditya Pratama, Anis Charir
Jurnal : DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING, Volume 2,
Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-15
Tahun : 2013

 Area of Interest: Intellectual Capital, Salah satu topik yang dibahas dalam
Jurnal Gestalt Akuntansi adalah tentang komitmen perusahaan dalam
pengungkapan intelektual kapital. Intelektual kapital merujuk pada nilai-nilai
intangible seperti pengetahuan, keterampilan, inovasi, dan merek.
Pengungkapan intelektual kapital merupakan hal yang penting bagi
perusahaan karena dapat meningkatkan citra perusahaan di mata investor dan
masyarakat. Dalam jurnal ini, mungkin dibahas mengenai bagaimana
komitmen perusahaan dalam pengungkapan intelektual kapital dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, bagaimana perusahaan dapat
mengukur dan memperkirakan nilai intelektual kapital yang dimilikinya, dan
bagaimana perusahaan dapat mengelola intelektual kapital untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
 Phenomena:
Berdasarkan PSAK No.19, perusahaan dapat secara sukarela mengungkapkan
beberapa elemen IC di dalam laporan tahunan, tetapi, sebagian besar elemen
tetap tidak dapat diungkapkan karena sulitnya kriteria pengakuan mengenai
IC. Akibatnya, investor kekurangan informasi yang dapat menyebabkan
meningkatnya resiko yang dihadapi karena perbedaan persepsi. Asimetri
informasi ini dapat menyebabkan kesulitan untuk menarik sumber dana, yang
pada akhirnya dapat menurunkan proyeksi laba di masa depan (Walker,
2006). Untuk menghindari underestimating nilai saham saat menarik investor
baru, perusahaan dapat memutuskan untuk mengungkapkan secara sukarela
informasi yang relevan. Hasil penelitian Cordazzo (2007), dalam prospektus

25
perusahaan menyediakan pengungkapan IC dengan laporan tambahan
mengenai risiko yang sedang dihadapi, perkiraan keuntungan, dan strategi
untuk calon investor baru. Sebaliknya, Bruggen et al., (2009) memfokuskan
pada pengungkapan IC dalam laporan tahunan perusahaan di Australia dan
mengidentifikasi bahwa jenis industri dan ukuran perusahaan sebagai variabel
yang menjelaskan level pengungkapan. Laporan tahunan secara umum
berfokus pada performa perusahaan pada masa lalu, karena itu terdapat
beberapa perbedaan mengenai pengungkapan IC pada prospektus dan laporan
tahunan perusahaan. Beberapa peneliti berpendapat kualitas pelaporan dalam
prospektus dapat dijadikan rujukan mengenai pengungkapan informasi
rencana perusahaan pada masa yang akan datang (Cumby dan Conrad, 2001).
Tetapi ada satu pertanyaan yang dapat diajukan, apakah perusahaan yang
memiliki tingkat pengungkapan IC yang tinggi dalam prospektusnya juga
melakukan pengungkapan yang tinggi dalam laporan tahunannya. Dengan
kata lain, apakah perusahaan benar – benar memiliki komitmen untuk
mengungkapkan informasi mengenai IC dan bukan hanya karena ingin
menarik calon investor semata.
 Theoritical Foundation: Teori Gestalt, Teori Gestalt adalah landasan teori
utama dalam pendekatan Gestalt Akuntansi. Teori ini menyatakan bahwa
keseluruhan lebih dari sekadar gabungan bagian-bagiannya, sehingga
perusahaan harus dilihat sebagai sebuah kesatuan yang kompleks. Dalam
konteks pengungkapan intelektual kapital, teori ini membantu dalam
memahami bagaimana intelektual kapital dapat mempengaruhi keseluruhan
kinerja perusahaan dan bagaimana pengungkapan intelektual kapital dapat
memperkaya pemahaman terhadap perusahaan secara keseluruhan.

 Research Gap:
 Pengukuran Intelektual Kapital: Studi-studi sebelumnya cenderung
menggunakan metode pengukuran intelektual kapital yang berbeda-beda,
sehingga sulit untuk membandingkan hasil penelitian antara satu studi dengan

26
studi lainnya. Oleh karena itu, masih diperlukan pengembangan metode
pengukuran intelektual kapital yang konsisten dan dapat diterapkan secara
luas.
 Pengaruh faktor internal perusahaan yang mempengaruhi komitmen
pengungkapan intelektual kapital: Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
faktor internal perusahaan seperti struktur organisasi, kebijakan manajemen,
dan budaya perusahaan dapat mempengaruhi komitmen perusahaan dalam
pengungkapan intelektual kapital. Namun, masih perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk memahami mekanisme bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi komitmen pengungkapan intelektual kapital.
 Pengaruh faktor eksternal yang mempengaruhi komitmen pengungkapan
intelektual kapital: Studi-studi sebelumnya telah mengidentifikasi faktor
eksternal seperti regulasi pemerintah dan tuntutan investor yang
mempengaruhi komitmen pengungkapan intelektual kapital. Namun, masih
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana faktor-
faktor tersebut mempengaruhi komitmen pengungkapan intelektual kapital.
 Hubungan antara pengungkapan intelektual kapital dan kinerja perusahaan:
Beberapa studi telah menemukan hubungan antara pengungkapan intelektual
kapital dan kinerja keuangan perusahaan. Namun, masih perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana pengungkapan intelektual
kapital dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dari perspektif yang lebih
luas, seperti kinerja operasional, inovasi, dan keberlanjutan.
 Pengaruh faktor budaya dan kontekstual pada pengungkapan intelektual
kapital: Beberapa studi telah menunjukkan bahwa faktor budaya dan
kontekstual dapat mempengaruhi pengungkapan intelektual kapital. Namun,
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana
faktor-faktor tersebut mempengaruhi pengungkapan intelektual kapital dalam
konteks Gestalt Akuntansi.

27
 Research Statement:
 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan intelektual
pengungkapan modal dalam prospektus dengan pengungkapan modal
intelektual selanjutnya laporan Tahunan. Tujuan utamanya adalah untuk
menyelidiki komitmen perusahaan terhadap intelektual pengungkapan modal.
Tingkat pengungkapan yang lebih tinggi pada laporan tahunan menunjukkan
komitmen perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual. Tujuan
kedua adalah untuk menyelidiki apakah perusahaan lebih banyak melaporkan
modal intelektual dalam prospektus daripada dalam laporan tahunan tujuan
 Methodology:
Metode Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
data sekunder yaitu prospektus perusahaan dan laporan tahunan berikutnya
yang dikumpulkan dari www.idx.co.id serta pojok BEI UNDIP.
 Metode Pengumpulan Data:
Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah tahun 2005-2011. Pemilihan
tahun ini berdasarkan pada adanya keterbatasan sumber data berupa annual
report tahu 2012, sehingga tidak dimungkinkan diperpanjang periode
penelitian hingga tahun 2012. Pengambilan sampel perusahaan dalam
penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu cara
pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Sampel sengaja dipilih agar dapat
mewakili populasinya yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan
penelitian ini. Oleh karena itu, beberapa kualifakasi sampel yang memenuhi
kriteria adalah sebagai berikut: Kualifikasi sampel yang memenuhi kriteria: a)
Perusahaan yang IPO pada tahun 2005 hingga 2010 serta menerbitkan annual
report satu tahun setelah IPO. b) Perusahaan yang termasuk dalam industri
jasa, perbankan, properti, dan manufaktur c) Perusahaan yang memiliki laba
bersih positif.

28
 Metode Analisis Data:
Analisis Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum dan minimum.
 Hasil Penelitian:
 Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan mengungkapkan lebih banyak
informasi IC dalam prospektus dibandingkan dalam annual report. Secara
etis, perusahaan telah memenuhi kewajibannya kepada stakeholder
perusahaan.
 Hasil penelitian mengindikasikan bahwa manajemen perusahaan akan
mengungkapakan item-item pengungkapan IC sebelum IPO dengan
tujuan hanya untuk mendapatkan perhatian dari para stakeholder
mengenai kondisi dan kemampuan modal intelektual perusahaan sebagai
modal utama perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif,
sehingga diharapkan dapat menarik investor untuk berinvestasi pada
perusahaan.
 Conclusion:
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
 Tidak diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara skor
pengungkapan IC dalam prospektus dengan skor pengungkapan IC dalam
annual report tahun pertama sesudah IPO yang dikontrol oleh ukuran
perusahaan, umur, auditor dan kepemilikan saham serta sektor industri.
Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan belum memiliki komitmen dalam
pengungkapan informasi IC.
 Diperoleh bahwa ada penurunan skor pengungkapan IC yang signifikan
pada annual report satu tahun sesudah IPO dibanding dengan
pengungkapan IC dalam prospektus. 3. Perusahaan melakukan
pengungkapan informasi IC lebih banyak dalam prospektus dibandingkan
dalam annual report.

29
 Recommendations:
 Penelitian ini menghasilkan informasi mengenai tingkat pengungkapan
informasi IC dalam prospektus dan annual report satu tahun setelah IPO.
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh stakeholder pada umumnya
dan calon investor secara khususnya untuk memahami luas pengungkapan
yang dilakukan perusahaan sehingga dapat membantu mengurangi asimetri
informasi antara perusahaan dengan calon investor.
 Untuk bidang akademis, penelitian ini menghasilkan pengetahuan baru
dibidang akuntansi, terutama yang berhubungan dengan perbandingan
pengungkapan informasi IC didalam prospektus dengan informasi
pengungkapan IC didalam annual report satu tahun setelah IPO.
 Penelitian mengenai komitmen perusahaan dalam pengungkapan informasi
IC tidak berhenti hanya sebatas ini. Penelitian mengenai komitmen
pengungkapan dapat dihubungkan lebih jauh lagi ke area penelitian
lainnya. Contohnya adalah menganalisa hubungan antara komitmen
pengungkapan IC dengan unsur-unsur dari Corporate Social Responsibility
(CSR). Topik lain yang dapat diangkat dari tema mengenai komitmen
pengungkapan adalah pengaruh iklim ekonomi dan efeknya dalam
komitmen pengungkapan.
 Further Researches:
 Pemahaman mengenai indeks informasi pengungkapan IC bersifat
subjektif, artinya pemahaman tentang indeks pengungkapan informasi IC
tergantung terhadap pemahaman masing-masing individu dalam
menginterpretasikan informasi pengungkapan. Besar kemungkinan antar
individu memiliki hasil interpretasi yang berbeda dalam memberikan skor
pengungkapan informasi IC, sehingga kemungkinan terjadi perbedaan
dalam pengukuran indeks informasi pengungkapan IC. Untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan perbandingan yang dilakukan oleh
individu lain untuk mengukur pengungkapan informasi IC, sehingga hasil
pengukuran pengungkapan lebih valid.

30
 Penelitian ini tidak berhasil membuktikan komitmen perusahaan dalam
pengungkapan informasi IC. Penelitian selanjutnya dapat membuktikan
kembali mengenai komitmen perusahaan dalam pengungkapan informasi
IC.
 Karena penelitian ini berfokus menggunakan sampel hanya perusahaan
yang mengikuti IPO, secara alamiah sampel penelitian ini kecil. Untuk
menambah jumlah sampel, penelitian selanjutnya dapat memasukkan
perusahaan yang listing dalam jenis pasar modal yang serupa (contoh Bursa
Malaysia dan Singapore Stock Exchange).

31
Judul : PENGEMBANGAN MULTIMEDIA AKUNTANSI BIAYA
METODE HARGA POKOK PESANAN BAGI MAHASISWA
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI UNY
Penulis : Sumarsih, Mukminan
Jurnal : Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan Volume 3, No 1, April
2016 (92-105)
Tahun : 2016

1. Area of Interest:
Area of interest dari topik tersebut adalah pengembangan multimedia
untuk membantu mahasiswa jurusan Pendidikan Akuntansi UNY memahami
konsep dan penerapan metode harga pokok pesanan dalam akuntansi biaya.
Tujuan dari pengembangan multimedia ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman mahasiswa dalam memahami konsep harga pokok pesanan dan
bagaimana menghitung biaya produksi berdasarkan metode tersebut.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran akan membantu
memudahkan pemahaman mahasiswa dalam memahami konsep dan
penerapan metode harga pokok pesanan. Selain itu, pengembangan
multimedia dapat meningkatkan minat belajar dan motivasi mahasiswa dalam
mempelajari akuntansi biaya, karena materi yang disajikan lebih interaktif dan
menarik dibandingkan dengan metode pengajaran konvensional.
2. Phenomena:
Fenomena yang diamati dalam jurnal pengembangan multimedia
akuntansi biaya metode harga pokok pesanan bagi mahasiswa jurusan
Pendidikan Akuntansi UNY adalah masih rendahnya pemahaman mahasiswa
terhadap konsep dan penerapan metode harga pokok pesanan dalam akuntansi
biaya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesulitan mahasiswa dalam memahami
materi dan menghitung biaya produksi berdasarkan metode tersebut, serta
rendahnya motivasi belajar mahasiswa dalam mempelajari akuntansi biaya.

32
Selain itu, pengajaran akuntansi biaya yang masih menggunakan metode
pengajaran konvensional seperti ceramah dan tanya jawab kurang memenuhi
kebutuhan mahasiswa yang lebih visual dan interaktif. Keterbatasan waktu
dan jumlah mahasiswa yang banyak juga membuat pengajar sulit memberikan
perhatian khusus kepada setiap mahasiswa dalam memahami konsep dan
penerapan metode harga pokok pesanan.
3. Theoritical Foundation:
 Theoretical foundation yang digunakan dalam jurnal pengembangan
multimedia akuntansi biaya metode harga pokok pesanan bagi mahasiswa
jurusan Pendidikan Akuntansi UNY adalah teori pembelajaran multimedia.
Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran multimedia dapat membantu
meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan menggabungkan berbagai
jenis media seperti teks, gambar, suara, dan video untuk menyajikan
informasi secara lebih menarik dan interaktif.
 Selain itu, teori konstruktivisme juga digunakan sebagai landasan teoritis.
Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran lebih efektif apabila mahasiswa
dapat membangun pengetahuan mereka sendiri dengan mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Pengembangan multimedia yang interaktif dan memungkinkan mahasiswa
untuk berpartisipasi dalam pembelajaran diharapkan dapat memfasilitasi
proses pembangunan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa.
 Teori pembelajaran kolaboratif juga dapat digunakan dalam pengembangan
multimedia ini. Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran akan lebih
efektif jika mahasiswa dapat belajar dari dan dengan satu sama lain.
Pengembangan multimedia yang memungkinkan mahasiswa untuk
berinteraksi dan bekerja sama dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran.

33
4. Research Gap:
Dalam jurnal Pengembangan Multimedia Akuntansi Biaya Metode
Harga Pokok Pesanan bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi UNY,
terdapat beberapa research gap yang dapat diidentifikasi, antara lain:
 Kurangnya penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran di jurusan
Pendidikan Akuntansi UNY. Hal ini disebabkan oleh minimnya
pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi,
sehingga multimedia belum menjadi bagian dari metode pembelajaran yang
umum digunakan.
 Tidak tersedianya multimedia yang khusus dirancang untuk
memperkenalkan konsep dan aplikasi metode harga pokok pesanan pada
mahasiswa Pendidikan Akuntansi. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi
mahasiswa untuk memahami materi dan konsep yang kompleks, serta
mengaplikasikan teori dalam situasi praktik.
 Kurangnya penelitian yang dilakukan pada pengembangan multimedia
khusus untuk pembelajaran akuntansi biaya, terutama pada metode harga
pokok pesanan. Sehingga, penggunaan multimedia dalam pembelajaran
akuntansi biaya masih terbatas dan belum memperoleh banyak perhatian
dari peneliti.
 Kurangnya penelitian yang mengevaluasi efektivitas penggunaan
multimedia dalam pembelajaran akuntansi biaya, terutama pada metode
harga pokok pesanan. Sehingga, belum diketahui secara pasti sejauh mana
multimedia dapat membantu meningkatkan pemahaman dan keterampilan
mahasiswa dalam aplikasi konsep dan teori akuntansi biaya.
5. Research Question:
Berdasarkan jurnal Pengembangan Multimedia Akuntansi Biaya Metode
Harga Pokok Pesanan bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi UNY,
terdapat beberapa pertanyaan penelitian yang dapat diidentifikasi, antara lain:

34
 Apa saja kriteria yang harus dipenuhi oleh multimedia yang digunakan
dalam pembelajaran metode harga pokok pesanan bagi mahasiswa
Pendidikan Akuntansi UNY?
 Bagaimana cara merancang multimedia yang efektif dalam
memperkenalkan konsep dan aplikasi metode harga pokok pesanan bagi
mahasiswa Pendidikan Akuntansi UNY?
 Apa efektivitas penggunaan multimedia dalam meningkatkan pemahaman
dan keterampilan mahasiswa dalam aplikasi konsep dan teori metode harga
pokok pesanan?
 Bagaimana respon mahasiswa terhadap penggunaan multimedia dalam
pembelajaran metode harga pokok pesanan?
 Metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis yaitu: a)
Strategi pengorganisasian (Organizational srategy), b) Strategi
penyampaian (Delivery strategy), dan c) Strategi pengelolaan
(management strategy).
6. Metode Pengumpulan Data:
Model pengembangan produk multimedia pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mengadaptasi dua model pengembangan yaitu
desain pembelajaran mengadaptasi model desain pembelajaran Dick, Carrey
& Carrey (2005, p.1) dan pengembangan produk multimedia pembelajaran
mengadaptasi model Borg & Gall (1983, 775). Kedua model pengembangan
tersebut dipilih karena ada hubungan yang erat antara pengembangan desain
pembelajaran dan pengembangan produk multimedia. Dari adaptasi kedua
model pengembangan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sebuah model
desain pengembangan produk yang cocok digunakan dalam mengembangkan
multimedia pembelajaran AB-MHPP untuk pembelajaran di program studi
Akuntansi FE UNY. Prosedur penelitian pengembangan multimedia terdiri
enam tahap, yaitu: (1) menentukan mata kuliah; (2) mengidentifikasi silabus
mata kuliah; (3) desain pembelajaran; (4) produksi media; (5) evaluasi
produk; dan (6) produk akhir. Uji coba yang dilakukan meliputi uji coba

35
perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji lapangan. Subjek uji coba
produk multimedia pembelajaran yang dikembangkan adalah mahasiswa
Jurusan Pendidikan Akuntansi sejumlah 43 mahasiswa, 3 mahasiswa untuk uji
coba perorangan, 10 mahasiswa untuk uji coba kelompok kecil, 30 mahasiswa
untuk uji coba lapangan. Mahasiswa yang dijadikan uji coba mahasiswa
Program studi Akuntansi semester 3 dan yang dipakai uji lapangan mahasiswa
Program Studi Akuntansi semester 3 tahun berikutnya.
7. Metode Analisis Data:
Data yang dikumpulkan dari uji lapangan dianalisis dengan teknik
analisis secara deskripstif. Data yang diperoleh dari kuesioner tentang
tanggapan mahasiswa diubah menjadi data interval. Di dalam kuesioner
diberikan lima pilihan untuk memberikan tanggapan produk multimedia
pembelajaran yang dikembangkan yaitu: sangat baik= 5, baik= 4, cukup baik=
3, kurang baik= 2, sangat kurang baik=1.
8. Hasil Penelitian:
Hasil Berdasarkan jurnal Pengembangan Multimedia Akuntansi Biaya
Metode Harga Pokok Pesanan bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi
UNY, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia dalam
pembelajaran metode harga pokok pesanan dapat meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap materi tersebut.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan
multimedia dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar mahasiswa, serta
meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Namun demikian, penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan
multimedia harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik mahasiswa,
serta perlu dilakukan penyesuaian dan pengembangan terus-menerus agar
multimedia dapat tetap efektif dalam meningkatkan pembelajaran. Secara
keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan multimedia
dalam pembelajaran metode harga pokok pesanan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran dan membantu mahasiswa dalam memahami konsep

36
yang sulit, sehingga disarankan bagi dosen untuk menggunakan multimedia
dalam proses pembelajaran di kelas.
9. Conclusion:
Produk hasil penelitian dan pengembangan ini berupa multimedia
pembelajaran AB-MHPP. Simpulan atas hasil penelitian dan pengembangan
mengenai proses pengembangan, kelayakan, dan keefektifan multimedia
pembelajaran ABMHPP adalah sebagai berikut: (1) multimedia pembelajaran
AB-MHPP dinyatakan layak ditinjau dari aspek pembelajaran, materi, media;
(2) multimedia pembelajaran AB-MHPP efektif untuk meningkatkan hasil
belajar Akuntansi Biaya Metode Harga Pokok Pesanan
10. Recommendations:
Beberapa saran yang dapat diberikan dan diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut. Pertama, dosen hendaknya memiliki inisiatif
mengembangkan media pembelajaran guna meningkatkan kualitas
pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang lebih cepat tercapai. Kedua,
mahasiswa hendaknya memberikan apresiasi positif apabila dosennya
memiliki inisiatif melakukan pengembangan media pembelajaran. Bentuk
apresiasi positif tersebut dapat ditunjukkan dengan memberikan dukungan
informasi kebutuhan dalam pembelajaran. Ketiga, meskipun dosen telah
memiliki multimedia pembelajaran ABMHPP dan mahasiswa dapat belajar
secara mandiri, namun dosen tetap harus memantau belajar mahasiswa dan
menyampaikan materi-materi tambahan yang relevan. Keempat, multimedia
pembelajaran ABMHPP perlu dikembangkan lebih lanjut menggunakan
aplikasi macromedia flash atau sejenisnya agar mampu berfungsi interaktif.
11. Further Researches:
Untuk penelitian berikutnya, peneliti dapat mengembangkan lebih lanjut
model pembelajaran praktikum akuntansi yang sudah dikembangkan dalam
penelitian ini. Salah satu cara untuk mengembangkan model tersebut adalah
dengan menambahkan elemen-elemen baru yang dapat meningkatkan
aktivitas belajar mahasiswa dan kompetensi di bidang Akuntansi Keuangan.

37
Selain itu, peneliti juga dapat mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi model pembelajaran praktikum akuntansi, seperti
faktor-faktor psikologis, lingkungan, dan teknologi. Selain itu, peneliti juga
dapat memperluas sampel penelitian untuk menguji validitas dan generalisasi
dari model pembelajaran yang dikembangkan. Selain mahasiswa jurusan
akuntansi, peneliti juga dapat menguji model tersebut pada mahasiswa di
bidang lain atau di universitas yang berbeda. Dalam menguji model tersebut,
peneliti dapat menggunakan variasi teknik pengumpulan data dan analisis data
yang lebih lengkap dan mendalam, seperti teknik kualitatif, kuantitatif, atau
mixed-methods. Terakhir, peneliti juga dapat mengkaji implikasi praktis dari
penggunaan model pembelajaran praktikum akuntansi yang dikembangkan.
Implikasi praktis tersebut dapat berupa rekomendasi kebijakan dan strategi
pembelajaran yang dapat diadopsi oleh institusi pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di bidang Akuntansi Keuangan.

Judul : Strategi Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Akuntansi


Melalui Model Pembelajaran Berbasis Praktikum
Penulis : Jefry Gasperz, Christina Sososutiksno, dan Rita J.D.
Atarwaman
Jurnal : JURNAL MANEKSI VOL 8, NO. 2
Tahun : 2019

1. Area of Interest:
Proses belajar dan mengajar disebut pembelajaran. Pembelajaran didefinisikan
sebagai kegiatan mengatur dan mengorganisasikan lingkungan di sekitar
mahasiswa untuk mendorong dan memudahkan mahasiswa melakukan
kegiatan belajar. Dalam
pembelajaran akuntansi, diharapkan dapat membantu mahasiswa memperoleh
pemahaman yang lebih mendasar tentang praktek akuntansi dalam dunia

38
bisnis. Untuk menentukan keberhasilan proses belajar dan mengajar ini,
diperlukan suatu model pembelajaran sebagai bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual untuk menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisir pengalaman belajar guna mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Phenomena:
Pengembangan Iptek adalah cara baru atau cara yang lebih baik untuk
melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan. Ada 3 (tiga) cara klasifikasi pokok
pengembangan Iptek yaitu yang netral, hemat tenaga kerja dan hemat modal.
Salah satu pengembangan Iptek yang selaras dengan penelitian ini adalah
hemat modal yaitu menggunakan sumber daya yang ada dan menghasilkan
kualitas sumber daya yang lebih baik yang meliputi peningkatan kualitas
pengajaran, dan kualitas sumber daya manusia. Investasi yang dilakukan
dalam meningkatkan kualitas fisik dan kualitas sumber daya manusia akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan secara
agregat akan meningkatkan produktivitas.
3. Theoritical Foundation:
Teori pembelajaran aktif, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran
praktikum.
4. Research Gap:
 Ukuran sampel yang digunakan hanya 100 mahasiswa. Sebaiknya, dalam
penelitian selanjutnya, ukuran sampel dapat ditingkatkan untuk
memperkuat validitas dan reliabilitas penelitian.
 Meskipun penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, sebaiknya
penelitian selanjutnya dilakukan dalam beberapa siklus yang lebih banyak
untuk lebih menguji efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan.
 Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini hanya
menggunakan teknik analisis deskriptif dengan persentase. Sebaiknya,

39
dalam penelitian selanjutnya digunakan metode analisis yang lebih
canggih, seperti analisis regresi atau analisis faktor.
 Penelitian ini hanya dilakukan di satu universitas saja. Sebaiknya, dalam
penelitian selanjutnya, dapat dilakukan di beberapa universitas untuk
memperluas generalisasi hasil penelitian.
5. Research Question:
 Mengapa penelitian ini memilih Model Problem Based Learning sebagai
model pembelajaran yang diimplementasikan dalam praktikum akuntansi?
 Bagaimana peneliti memastikan bahwa sampel yang diambil mewakili
populasi mahasiswa jurusan akuntansi di Universitas Pattimura?
 Apa saja delapan indikator yang diamati dalam penelitian ini untuk
menilai Aktivitas Pembelajaran Akuntansi mahasiswa?
 Apa saja kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini selain
peningkatan Aktivitas Belajar Akuntansi?
 Bagaimana peneliti mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan yang
dapat dijawab oleh penelitian ini?
6. Methodology:
Metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis yaitu: a)
Strategi
pengorganisasian (Organizational srategy), b) Strategi penyampaian (Delivery
strategy), dan c) Strategi pengelolaan (management strategy).

7. Metode Pengumpulan Data:


Teknik pengumpulan data meliputi observasi, catatan lapangan, dan
dokumentasi. Instrumen penelitian meliputi Lembar Observasi Kegiatan
Pembelajaran Akuntansi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Instrumen
pengajaran yang digunakan adalah RPS (Rencana Pembelajaran Semester).
8. Metode Analisis Data:
Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan teknik analisis deskriptif
dengan persentase. Analisis meliputi pengolahan nilai Kegiatan Belajar

40
Akuntansi, menghitung persentase rata-rata Kegiatan Belajar Akuntansi,
menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Indikator keberhasilannya adalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah berbasis Praktik Akuntansi mencapai
skor di atas 80% untuk setiap indikator Aktivitas Belajar Akuntansi siswa.
9. Hasil Penelitian:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Model Problem Based
Learning dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi. Hal tersebut
didukung oleh data penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan pada
delapan indikator yang diamati. Secara umum, Aktivitas Belajar Akuntansi
juga mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II. Penelitian yang akan
datang peneliti diharapkan lebih teliti dalam melakukan pengamatan sehingga
dapat diperoleh data yang benar-benar mewakili kondisi Aktivitas Belajar
Akuntansi.
10. Conclusion:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Model Problem Based
Learning berbasis praktikum dapat meningkatkan Aktivitas Belajar
Akuntansi. Hal tersebut didukung oleh data penelitian yang menunjukkan
adanya peningkatan pada delapan indikator yang diamati. Secara umum,
Aktivitas Belajar Akuntansi juga
mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II.
11. Recommendations:
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat merekomendasikan penggunaan
Model Problem Based Learning dengan berbasis Praktikum sebagai strategi
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi
pada mahasiswa jurusan akuntansi di Universitas Pattimura. Selain itu,
peneliti juga dapat merekomendasikan penggunaan Rencana Pembelajaran
Semester (RPS) sebagai perangkat pembelajaran yang dapat membantu dalam
merancang dan melaksanakan model pembelajaran tersebut. Untuk penelitian
selanjutnya, peneliti dapat merekomendasikan untuk memperluas cakupan
penelitian dengan mengambil sampel dari universitas atau program studi yang

41
berbeda untuk memperoleh data yang lebih representatif. Selain itu, peneliti
juga dapat merekomendasikan penggunaan teknik analisis data yang lebih
canggih dan komprehensif untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan. Terakhir, peneliti dapat merekomendasikan
pengembangan model pembelajaran yang lebih spesifik dan efektif untuk
meningkatkan kompetensi mahasiswa di bidang Akuntansi Keuangan.
12. Further Researches:
Untuk penelitian berikutnya, peneliti dapat mengembangkan lebih lanjut
model pembelajaran praktikum akuntansi yang sudah dikembangkan dalam
penelitian ini. Salah satu cara untuk mengembangkan model tersebut adalah
dengan menambahkan elemen-elemen baru yang dapat meningkatkan
aktivitas belajar mahasiswa dan kompetensi di bidang Akuntansi Keuangan.
Selain itu, peneliti juga dapat mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi model pembelajaran praktikum akuntansi, seperti
faktor-faktor psikologis, lingkungan, dan teknologi. Selain itu, peneliti juga
dapat memperluas sampel penelitian untuk menguji validitas dan generalisasi
dari model pembelajaran yang dikembangkan. Selain mahasiswa jurusan
akuntansi, peneliti juga dapat menguji model tersebut pada mahasiswa di
bidang lain atau di universitas yang berbeda. Dalam menguji model tersebut,
peneliti dapat menggunakan variasi teknik pengumpulan data dan analisis data
yang lebih lengkap dan mendalam, seperti teknik kualitatif, kuantitatif, atau
mixed-methods. Terakhir, peneliti juga dapat mengkaji implikasi praktis dari
penggunaan model pembelajaran praktikum akuntansi yang dikembangkan.
Implikasi praktis tersebut dapat berupa rekomendasi kebijakan dan strategi
pembelajaran yang dapat diadopsi oleh institusi pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di bidang Akuntansi Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

42
Hashim S., Razali M., Jantan R., (2003). Psikologi pendidikan. Kuala lumpur : PT
Professional Publishing.

Chaplin J.P., (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Boeree, C.G. (2007). Sejarah psikologi dari masa kelahiran sampai masa modern,
cetakan kedua. Jogjakarata : Prismashopie.

Sarwono, Sarlito W. Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi.


Jakarata : PT. Bulan bintang.

Hall, S. Calvin; Lindzey, Gardner (1993). Teori-Teori Sifat dan


Behavioristik. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Hilgard, E.R, 1948, Theories of Learning. New York: Harper

Olson, Matthew H.; Hargenhahn (2011). Pengantar Teori Kepribadian Edisi Ke-8.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Pahliwandari, R. (2016). Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran


Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan Olahraga, 5(2), 154–164.
Pautina, A. R. (2018). Tadbir. Aplikasi Teori Gestalt dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Anak, 6(1), 15–16.

Purwaningrum, R. A. dan J. P. (2021). Penerapan Teori Gestalt dalam Materi Luas


dan Keliling Bangun Datar Untuk SD/MI. Jurnal MathEdu, 4(1), 1–9.

Risma Kusumadewi, K., Sedanayasa, G., & Madri Antari, N. N. (2014). Penerapan
Efektivitas Konseling Gestalt Dengan Teknik “Saya Bertanggung Jawab Atas....”
Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Akademik Siswa. Jurnal Online Jurusan
Bimbingan Konseling, 2(1).

Risnawati, Z. A. dan. (2015). Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:


Aswaja Presindo. Rohmansyah, N. A. (2017). Implikasi Teori Gestalt dalam
Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar. Malih Peddas, 7(2), 197.

43
Widjajanto, D. (2018). Teori Gestalt. Wisman, Y. (2020). Teori Belajar Kognitif dan
Implementasi dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang,
11(1), 209–215.

44

Anda mungkin juga menyukai