Pekerjaan pengukuran dengan menggunakan pesawat theodolith atau alat ukur lainnya.
Pengukuran ini sangat penting karena merupakan dasar dari pembangunan proyek, posisi
bangunan baik arah horizontal maupun vertical. Peil bangunan umumnya diambil dari as jalan
atau peil banjir yang telah ada, dan menjadi acuan selanjutnya dalam melaksanakan
pekerjaan. Setelah pekerjaan pengukuran dilanjutkan dengan pekerjaan pasang bouwplank
Semua ukuran yang tercantum dalam rencana ini dinyatakan dalam mm, cm dan meter
serta Ukuran tinggi peil lantai bangunan dianggap sebagai titik duga kurang lebih 0,00 dan
ketepatan posisi lantai tersebut harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi Lapangan
5. Penyediaan air kerja dan P3K
Untuk mendapatkan air untuk air kerja dan air minum, dapat membuat sumur gali, atau
menyiapkan drum atau tandom Air untuk penampungan air.
Kotak P3K memuat semua kebutuhan obat-obatan, perban, plester dan alcohol, Kotak P3K
ditaruh ditempat yang mudah dilihat dan dijangkau.
Alas pondasi dari pasir urug yang di padatkan dan di siram air sampai mencapai
kepadatan maksimum.
Batu kosong di pasang rapi kemudian celah batu kosong tersebut di isi dengan pasir
urug dan di siram air sehingga posisi pasangan batu kosong tersebut tidak goyah dan
tetap kokoh
Bahan untuk pasangan pondasi :
Batu belah adalah batu belah ex. Lokal
Pasir pasang ex. Lokal
Adukan yang di pergunakan untuk pondasi batu gunung adalah 1 PC : 5 Psr.
Pasir pasang yang di gunakan adalah pasir yang tidak mengandung tanah atau kotoran
yang dapat mengurangi mutu dan kualitas pasir itu.
b. Kerikil
Agregat kasar harus terdiri dari batu batuan pecah dari bahan bahan yang dapat
mempengaruhi kekuatan serta ketahanan beton dalam jangka waktu lama, termasuk
ketahanan terhadap karat untuk beton bertulang. Kerkil harus memenuhi peraturan
PBI 1971 dan SK SNI 1989
Sumber pengambilan material batu pecah (Split) adalah ex. Lokal atau setara dengan
itu yang di setujui oleh direksi. Sumber pengambilan material kerikil kali adalah ex.
Lokal yang telah di setujui oleh direksi.
Penyimpanan harus diletakan di atas permukaan tanah yang bersih serta terhindar
dari pengotoran bahan bahan lainnya.
Material kerikil (split) harus bersih dari kotoran dan tanah serta bahan organik linya,
dan harus terlebih dahulu di cuci apabila akan di gunakan.
c. Air Kerja
Air yang di gunakan untuk adukan harus bersih dari bahan- bahan yang dapat
mengurangi ikatan semen. Diisyaratkan untuk menggunakan air dari PAM atau sumber
air artesis/sumur gali. Pemborong tidak diperbolehkan menggunakan air laut atau
kubangan bekas hujan.
d. Penulangan
Jenis penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu beton U 39 dan baja lunak
dengan mutu beton U 24 sesuai PBI 1971 dan SK SNI 1989
Penulangan tidak boleh terlalu lama di simpan dan harus di tempatkan pada daerah
yang bersih dan terlindung
Pelaksanaan penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, karat atau bahan lain yang
merugikan segera sebelum di lakukan pemasangan
Semua penulangan harus di tempatkan secara kokoh untuk menghindari pergeseran
selama pemasangan
Ketinggian dan jarak lapisan penutup harus tepat, untuk itu perlu memakai kios – kios
beton yang memenuhi syarat.
e. Bekisting
Bahan bekisting yang di gunakan harus dari kayu yang berkualitas baik dan di
isyaratkan dari kayu klas III dengan ketebalan tergantung dari persyaratan kualitas,
ketebalan minimum adalah 3 cm.
Pasangan bekisting harus rapi, kuat dan berkaki untuk menahan getaran/kejutan
tanpa perubah.
Celah antar papan harus rapat agar saat pengecoran air semen tidak merembes
keluar
Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala macam
kotoran
Bekisting harus di konstruksikan sedemikian rupa sehingga dapat di cegah timbulnya
getaran yang membahayakan atau lekukan yang tidak di inginkan akibat tekanan
beton.
Bekisting harus pula di buat sedemikian rupa untuk memudahkan pembongkaran
pada saatnya tanpa membahayakan konstruksi.
g. Pengecoran Beton
Pengecoran harus di lakukan secara kontinu sebelum beton mengeras, yaitu
sebelum 30 menit dalam keadaan normal terutama untuk satu bagian pekerjaan.
Pengecoran tidak boleh di lakukan pada saat hari hujan, kecuali ada persiapan untuk
itu.
h. Pemadatan Beton
Cara pemadatan beton pada saat pengecoran berlangsung harus menggunakan alat
penggetar (vibrator) untuk mendpatkan kepadatan maksimal.
Proses pemadatan ini hanya dapat di lakukan untuk waktu tidak boleh lebih dari 20
detik
Bagian beton yang telah mengeras atau melebihi waktu tidak boleh di getarkan.
j. Pembongkaran Bekisting.
Tidak di benarkan membongkar bekisting sebelum waktunya seperti yang di isyaratkan
untuk ketentuan beton. Pemborong wajib melaporkan kepada direksi pada saat akan
membongkar bekisting untuk di setujui.
k. Ketidak sempurnaan.
Ketidak sempurnaan yang di maksud adalah :
a. Sarang kerikil
b. Beton yang mempunyai bentuk atau tempat yang tidak sesuai gambar
c. Beton yang tidak lurus atau tegak
Beton yang mengandung bahan lain di luar material yang di tentukan oleh beton.
Cara pelaksanaan Pekerjaan poerplat beton
Semua bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan Beton Cor ini telah disiapkan
dilokasi pekerjaan dan telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam RKS, pekerjaan
ini akan dilaksanakan secara manual oleh tukang yang trampil dalam pekerjaan ini atas
petunjuk dari direksi/pengawas lapangan untuk mendapatkan kualitas yang diinginkan.
Metode Pelaksanaan :
Mal poerplat dipasang diatas lantai kerja dan distel kerataan dan kesikuan terhadap lantai
kerja.
Besi poerplat yang telah dirakit ditempatkan ditengah mal dengan memperhitungkan
selimut beton.
Pada titik-titik dimana akan ditempatkan kolom poerplatdipasang angker dari besi
sebagai pengikat antara poerplat.
Semen, pasir dan kerikil yang telah ditakar dicampur diaduk menjadi campuran pada alat
pencampuran (molen) dan diberi air sampai rata dan masak.
Campuran yang telah menjadi mortar tersebut dituang pada mal yang telah diisi tulangan
besi dan selama pengecoran harus digetarkan sehingga semua pori-pori dalam
campuran menjadi padat.
Setelah campuran mengering (2 x 24 Jam) maka mal tersebut dapat dibuka.
c. Air Kerja
Air yang di gunakan untuk adukan harus bersih dari bahan- bahan yang dapat
mengurangi ikatan semen. Diisyaratkan untuk menggunakan air dari PAM atau sumber
air artesis/sumur gali. Pemborong tidak diperbolehkan menggunakan air laut atau
kubangan bekas hujan.
d. Penulangan
Jenis penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu beton U 39 dan baja lunak
dengan mutu beton U 24 sesuai PBI 1971 dan SK SNI 1989
Penulangan tidak boleh terlalu lama di simpan dan harus di tempatkan pada daerah
yang bersih dan terlindung
Pelaksanaan penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, karat atau bahan lain yang
merugikan segera sebelum di lakukan pemasangan
Semua penulangan harus di tempatkan secara kokoh untuk menghindari pergeseran
selama pemasangan
Ketinggian dan jarak lapisan penutup harus tepat, untuk itu perlu memakai kios – kios
beton yang memenuhi syarat.
e. Bekisting
Bahan bekisting yang di gunakan harus dari kayu yang berkualitas baik dan di
isyaratkan dari kayu klas III dengan ketebalan tergantung dari persyaratan kualitas,
ketebalan minimum adalah 3 cm.
Pasangan bekisting harus rapi, kuat dan berkaki untuk menahan getaran/kejutan
tanpa perubah.
Celah antar papan harus rapat agar saat pengecoran air semen tidak merembes
keluar
Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala macam
kotoran
Bekisting harus di konstruksikan sedemikian rupa sehingga dapat di cegah timbulnya
getaran yang membahayakan atau lekukan yang tidak di inginkan akibat tekanan
beton.
Bekisting harus pula di buat sedemikian rupa untuk memudahkan pembongkaran
pada saatnya tanpa membahayakan konstruksi.
g. Pengecoran Beton
Pengecoran harus di lakukan secara kontinu sebelum beton mengeras, yaitu
sebelum 30 menit dalam keadaan normal terutama untuk satu bagian pekerjaan.
Pengecoran tidak boleh di lakukan pada saat hari hujan, kecuali ada persiapan untuk
itu.
h. Pemadatan Beton
Cara pemadatan beton pada saat pengecoran berlangsung harus menggunakan alat
penggetar (vibrator) untuk mendpatkan kepadatan maksimal.
Proses pemadatan ini hanya dapat di lakukan untuk waktu tidak boleh lebih dari 20
detik
Bagian beton yang telah mengeras atau melebihi waktu tidak boleh di getarkan.
j. Pembongkaran Bekisting.
Tidak di benarkan membongkar bekisting sebelum waktunya seperti yang di isyaratkan
untuk ketentuan beton. Pemborong wajib melaporkan kepada direksi pada saat akan
membongkar bekisting untuk di setujui.
k. Ketidak sempurnaan.
Ketidak sempurnaan yang di maksud adalah :
a. Sarang kerikil
b. Beton yang mempunyai bentuk atau tempat yang tidak sesuai gambar
c. Beton yang tidak lurus atau tegak
Beton yang mengandung bahan lain di luar material yang di tentukan oleh beton.
Metode Pelaksanaan :
Mal kolom pondasi poerplat dipasang diatas pondasi telapak poerplat dan distel kerataan
dan kesikuan terhadap pondasi telapak poerplat.
Besi kolom pondasi poerplat yang telah dirakit ditempatkan ditengah mal dengan
memperhitungkan selimut beton.
Pada titik-titik dimana akan ditempatkan kolom pondasi poerplat dipasang angker dari
besi sebagai pengikat antara kolom pondasi poerplat.
Semen, pasir dan kerikil yang telah ditakar dicampur diaduk menjadi campuran pada alat
pencampuran (molen) dan diberi air sampai rata dan masak.
Campuran yang telah menjadi mortar tersebut dituang pada mal yang telah diisi tulangan
besi dan selama pengecoran harus digetarkan sehingga semua pori-pori dalam
campuran menjadi padat.
Setelah campuran mengering (2 x 24 Jam) maka mal tersebut dapat dibuka.
Contoh Gbr. Pek. kolom pondasi poerplat
b. Kerikil
Agregat kasar harus terdiri dari batu batuan pecah dari bahan bahan yang dapat
mempengaruhi kekuatan serta ketahanan beton dalam jangka waktu lama, termasuk
ketahanan terhadap karat untuk beton bertulang. Kerkil harus memenuhi peraturan
PBI 1971 dan SK SNI 1989
Sumber pengambilan material batu pecah (Split) adalah ex. Lokal atau setara dengan
itu yang di setujui oleh direksi. Sumber pengambilan material kerikil kali adalah ex.
Lokal yang telah di setujui oleh direksi.
Penyimpanan harus diletakan di atas permukaan tanah yang bersih serta terhindar
dari pengotoran bahan bahan lainnya.
Material kerikil (split) harus bersih dari kotoran dan tanah serta bahan organik linya,
dan harus terlebih dahulu di cuci apabila akan di gunakan.
c. Air Kerja
Air yang di gunakan untuk adukan harus bersih dari bahan- bahan yang dapat
mengurangi ikatan semen. Diisyaratkan untuk menggunakan air dari PAM atau sumber
air artesis/sumur gali. Pemborong tidak diperbolehkan menggunakan air laut atau
kubangan bekas hujan.
d. Penulangan
Jenis penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu beton U 39 dan baja lunak
dengan mutu beton U 24 sesuai PBI 1971 dan SK SNI 1989
Penulangan tidak boleh terlalu lama di simpan dan harus di tempatkan pada daerah
yang bersih dan terlindung
Pelaksanaan penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, karat atau bahan lain yang
merugikan segera sebelum di lakukan pemasangan
Semua penulangan harus di tempatkan secara kokoh untuk menghindari pergeseran
selama pemasangan
Ketinggian dan jarak lapisan penutup harus tepat, untuk itu perlu memakai kios – kios
beton yang memenuhi syarat.
e. Bekisting
Bahan bekisting yang di gunakan harus dari kayu yang berkualitas baik dan di
isyaratkan dari kayu klas III dengan ketebalan tergantung dari persyaratan kualitas,
ketebalan minimum adalah 3 cm.
Pasangan bekisting harus rapi, kuat dan berkaki untuk menahan getaran/kejutan
tanpa perubah.
Celah antar papan harus rapat agar saat pengecoran air semen tidak merembes
keluar
Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala macam
kotoran
Bekisting harus di konstruksikan sedemikian rupa sehingga dapat di cegah timbulnya
getaran yang membahayakan atau lekukan yang tidak di inginkan akibat tekanan
beton.
Bekisting harus pula di buat sedemikian rupa untuk memudahkan pembongkaran
pada saatnya tanpa membahayakan konstruksi.
g. Pengecoran Beton
Pengecoran harus di lakukan secara kontinu sebelum beton mengeras, yaitu
sebelum 30 menit dalam keadaan normal terutama untuk satu bagian pekerjaan.
Pengecoran tidak boleh di lakukan pada saat hari hujan, kecuali ada persiapan untuk
itu.
h. Pemadatan Beton
Cara pemadatan beton pada saat pengecoran berlangsung harus menggunakan alat
penggetar (vibrator) untuk mendpatkan kepadatan maksimal.
Proses pemadatan ini hanya dapat di lakukan untuk waktu tidak boleh lebih dari 20
detik
Bagian beton yang telah mengeras atau melebihi waktu tidak boleh di getarkan.
j. Pembongkaran Bekisting.
Tidak di benarkan membongkar bekisting sebelum waktunya seperti yang di isyaratkan
untuk ketentuan beton. Pemborong wajib melaporkan kepada direksi pada saat akan
membongkar bekisting untuk di setujui.
k. Ketidak sempurnaan.
Ketidak sempurnaan yang di maksud adalah :
a. Sarang kerikil
b. Beton yang mempunyai bentuk atau tempat yang tidak sesuai gambar
c. Beton yang tidak lurus atau tegak
Beton yang mengandung bahan lain di luar material yang di tentukan oleh beton.
Metode Pelaksanaan :
Mal sloof uk. 25 x 45 cm (S1) dipasang diatas kolom pondasi poerplat dan distel
kerataan dan kesikuan terhadap kolom pondasi poerplat.
Besi sloof uk. 25 x 45 cm (S1) yang telah dirakit ditempatkan ditengah mal dengan
memperhitungkan selimut beton.
Pada titik-titik dimana akan ditempatkan sloof uk. 25 x 45 cm (S1) dipasang angker dari
besi sebagai pengikat antara sloof uk. 25 x 45 cm (S1).
Semen, pasir dan kerikil yang telah ditakar dicampur diaduk menjadi campuran pada alat
pencampuran (molen) dan diberi air sampai rata dan masak.
Campuran yang telah menjadi mortar tersebut dituang pada mal yang telah diisi tulangan
besi dan selama pengecoran harus digetarkan sehingga semua pori-pori dalam
campuran menjadi padat.
Setelah campuran mengering (2 x 24 Jam) maka mal tersebut dapat dibuka.
b. Kerikil
Agregat kasar harus terdiri dari batu batuan pecah dari bahan bahan yang dapat
mempengaruhi kekuatan serta ketahanan beton dalam jangka waktu lama, termasuk
ketahanan terhadap karat untuk beton bertulang. Kerkil harus memenuhi peraturan
PBI 1971 dan SK SNI 1989
Sumber pengambilan material batu pecah (Split) adalah ex. Lokal atau setara dengan
itu yang di setujui oleh direksi. Sumber pengambilan material kerikil kali adalah ex.
Lokal yang telah di setujui oleh direksi.
Penyimpanan harus diletakan di atas permukaan tanah yang bersih serta terhindar
dari pengotoran bahan bahan lainnya.
Material kerikil (split) harus bersih dari kotoran dan tanah serta bahan organik linya,
dan harus terlebih dahulu di cuci apabila akan di gunakan.
c. Air Kerja
Air yang di gunakan untuk adukan harus bersih dari bahan- bahan yang dapat
mengurangi ikatan semen. Diisyaratkan untuk menggunakan air dari PAM atau sumber
air artesis/sumur gali. Pemborong tidak diperbolehkan menggunakan air laut atau
kubangan bekas hujan.
d. Penulangan
Jenis penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu beton U 39 dan baja lunak
dengan mutu beton U 24 sesuai PBI 1971 dan SK SNI 1989
Penulangan tidak boleh terlalu lama di simpan dan harus di tempatkan pada daerah
yang bersih dan terlindung
Pelaksanaan penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, karat atau bahan lain yang
merugikan segera sebelum di lakukan pemasangan
Semua penulangan harus di tempatkan secara kokoh untuk menghindari pergeseran
selama pemasangan
Ketinggian dan jarak lapisan penutup harus tepat, untuk itu perlu memakai kios – kios
beton yang memenuhi syarat.
e. Bekisting
Bahan bekisting yang di gunakan harus dari kayu yang berkualitas baik dan di
isyaratkan dari kayu klas III dengan ketebalan tergantung dari persyaratan kualitas,
ketebalan minimum adalah 3 cm.
Pasangan bekisting harus rapi, kuat dan berkaki untuk menahan getaran/kejutan
tanpa perubah.
Celah antar papan harus rapat agar saat pengecoran air semen tidak merembes
keluar
Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala macam
kotoran
Bekisting harus di konstruksikan sedemikian rupa sehingga dapat di cegah timbulnya
getaran yang membahayakan atau lekukan yang tidak di inginkan akibat tekanan
beton.
Bekisting harus pula di buat sedemikian rupa untuk memudahkan pembongkaran
pada saatnya tanpa membahayakan konstruksi.
g. Pengecoran Beton
Pengecoran harus di lakukan secara kontinu sebelum beton mengeras, yaitu
sebelum 30 menit dalam keadaan normal terutama untuk satu bagian pekerjaan.
Pengecoran tidak boleh di lakukan pada saat hari hujan, kecuali ada persiapan untuk
itu.
h. Pemadatan Beton
Cara pemadatan beton pada saat pengecoran berlangsung harus menggunakan alat
penggetar (vibrator) untuk mendpatkan kepadatan maksimal.
Proses pemadatan ini hanya dapat di lakukan untuk waktu tidak boleh lebih dari 20
detik
Bagian beton yang telah mengeras atau melebihi waktu tidak boleh di getarkan.
k. Ketidak sempurnaan.
Ketidak sempurnaan yang di maksud adalah :
a. Sarang kerikil
b. Beton yang mempunyai bentuk atau tempat yang tidak sesuai gambar
c. Beton yang tidak lurus atau tegak
Beton yang mengandung bahan lain di luar material yang di tentukan oleh beton.
Metode Pelaksanaan :
Mal kolom uk. 30 x 30 cm (K1) dipasang diatas kolom pondasi poerplat dan distel
kerataan dan kesikuan terhadap kolom pondasi poerplat.
Besi kolom uk. 30 x 30 cm (K1) yang telah dirakit ditempatkan ditengah mal dengan
memperhitungkan selimut beton.
Pada titik-titik dimana akan ditempatkan kolom uk. 30 x 30 cm (K1) dipasang angker dari
besi sebagai pengikat antara kolom uk. 30 x 30 cm (K1).
Semen, pasir dan kerikil yang telah ditakar dicampur diaduk menjadi campuran pada alat
pencampuran (molen) dan diberi air sampai rata dan masak.
Campuran yang telah menjadi mortar tersebut dituang pada mal yang telah diisi tulangan
besi dan selama pengecoran harus digetarkan sehingga semua pori-pori dalam
campuran menjadi padat.
Setelah campuran mengering (2 x 24 Jam) maka mal tersebut dapat dibuka.
b. Kerikil
Agregat kasar harus terdiri dari batu batuan pecah dari bahan bahan yang dapat
mempengaruhi kekuatan serta ketahanan beton dalam jangka waktu lama, termasuk
ketahanan terhadap karat untuk beton bertulang. Kerkil harus memenuhi peraturan
PBI 1971 dan SK SNI 1989
Sumber pengambilan material batu pecah (Split) adalah ex. Lokal atau setara dengan
itu yang di setujui oleh direksi. Sumber pengambilan material kerikil kali adalah ex.
Lokal yang telah di setujui oleh direksi.
Penyimpanan harus diletakan di atas permukaan tanah yang bersih serta terhindar
dari pengotoran bahan bahan lainnya.
Material kerikil (split) harus bersih dari kotoran dan tanah serta bahan organik linya,
dan harus terlebih dahulu di cuci apabila akan di gunakan.
c. Air Kerja
Air yang di gunakan untuk adukan harus bersih dari bahan- bahan yang dapat
mengurangi ikatan semen. Diisyaratkan untuk menggunakan air dari PAM atau sumber
air artesis/sumur gali. Pemborong tidak diperbolehkan menggunakan air laut atau
kubangan bekas hujan.
d. Penulangan
Jenis penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu beton U 39 dan baja lunak
dengan mutu beton U 24 sesuai PBI 1971 dan SK SNI 1989
Penulangan tidak boleh terlalu lama di simpan dan harus di tempatkan pada daerah
yang bersih dan terlindung
Pelaksanaan penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, karat atau bahan lain yang
merugikan segera sebelum di lakukan pemasangan
Semua penulangan harus di tempatkan secara kokoh untuk menghindari pergeseran
selama pemasangan
Ketinggian dan jarak lapisan penutup harus tepat, untuk itu perlu memakai kios – kios
beton yang memenuhi syarat.
e. Bekisting
Bahan bekisting yang di gunakan harus dari kayu yang berkualitas baik dan di
isyaratkan dari kayu klas III dengan ketebalan tergantung dari persyaratan kualitas,
ketebalan minimum adalah 3 cm.
Pasangan bekisting harus rapi, kuat dan berkaki untuk menahan getaran/kejutan
tanpa perubah.
Celah antar papan harus rapat agar saat pengecoran air semen tidak merembes
keluar
Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala macam
kotoran
Bekisting harus di konstruksikan sedemikian rupa sehingga dapat di cegah timbulnya
getaran yang membahayakan atau lekukan yang tidak di inginkan akibat tekanan
beton.
Bekisting harus pula di buat sedemikian rupa untuk memudahkan pembongkaran
pada saatnya tanpa membahayakan konstruksi.
g. Pengecoran Beton
Pengecoran harus di lakukan secara kontinu sebelum beton mengeras, yaitu
sebelum 30 menit dalam keadaan normal terutama untuk satu bagian pekerjaan.
Pengecoran tidak boleh di lakukan pada saat hari hujan, kecuali ada persiapan untuk
itu.
h. Pemadatan Beton
Cara pemadatan beton pada saat pengecoran berlangsung harus menggunakan alat
penggetar (vibrator) untuk mendpatkan kepadatan maksimal.
Proses pemadatan ini hanya dapat di lakukan untuk waktu tidak boleh lebih dari 20
detik
Bagian beton yang telah mengeras atau melebihi waktu tidak boleh di getarkan.
j. Pembongkaran Bekisting.
Tidak di benarkan membongkar bekisting sebelum waktunya seperti yang di isyaratkan
untuk ketentuan beton. Pemborong wajib melaporkan kepada direksi pada saat akan
membongkar bekisting untuk di setujui.
k. Ketidak sempurnaan.
Ketidak sempurnaan yang di maksud adalah :
a. Sarang kerikil
b. Beton yang mempunyai bentuk atau tempat yang tidak sesuai gambar
c. Beton yang tidak lurus atau tegak
Beton yang mengandung bahan lain di luar material yang di tentukan oleh beton.
Metode Pelaksanaan :
Mal Beton Tangga 1 dipasang diatas Sloef dan distel kerataan dan kesikuan terhadap
Sloef.
Besi Beton Tangga 1 yang telah dirakit ditempatkan ditengah mal dengan
memperhitungkan selimut beton.
Pada titik-titik dimana akan ditempatkan Beton Tangga 1 dipasang angker dari besi
sebagai pengikat antara Beton Tangga 1.
Semen, pasir dan kerikil yang telah ditakar dicampur diaduk menjadi campuran pada alat
pencampuran (molen) dan diberi air sampai rata dan masak.
Campuran yang telah menjadi mortar tersebut dituang pada mal yang telah diisi tulangan
besi dan selama pengecoran harus digetarkan sehingga semua pori-pori dalam
campuran menjadi padat.
Setelah campuran mengering (2 x 24 Jam) maka mal tersebut dapat dibuka.
b. Kerikil
Agregat kasar harus terdiri dari batu batuan pecah dari bahan bahan yang dapat
mempengaruhi kekuatan serta ketahanan beton dalam jangka waktu lama, termasuk
ketahanan terhadap karat untuk beton bertulang. Kerkil harus memenuhi peraturan
PBI 1971 dan SK SNI 1989
Sumber pengambilan material batu pecah (Split) adalah ex. Lokal atau setara dengan
itu yang di setujui oleh direksi. Sumber pengambilan material kerikil kali adalah ex.
Lokal yang telah di setujui oleh direksi.
Penyimpanan harus diletakan di atas permukaan tanah yang bersih serta terhindar
dari pengotoran bahan bahan lainnya.
Material kerikil (split) harus bersih dari kotoran dan tanah serta bahan organik linya,
dan harus terlebih dahulu di cuci apabila akan di gunakan.
c. Air Kerja
Air yang di gunakan untuk adukan harus bersih dari bahan- bahan yang dapat
mengurangi ikatan semen. Diisyaratkan untuk menggunakan air dari PAM atau sumber
air artesis/sumur gali. Pemborong tidak diperbolehkan menggunakan air laut atau
kubangan bekas hujan.
d. Penulangan
Jenis penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu beton U 39 dan baja lunak
dengan mutu beton U 24 sesuai PBI 1971 dan SK SNI 1989
Penulangan tidak boleh terlalu lama di simpan dan harus di tempatkan pada daerah
yang bersih dan terlindung
Pelaksanaan penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, karat atau bahan lain yang
merugikan segera sebelum di lakukan pemasangan
Semua penulangan harus di tempatkan secara kokoh untuk menghindari pergeseran
selama pemasangan
Ketinggian dan jarak lapisan penutup harus tepat, untuk itu perlu memakai kios – kios
beton yang memenuhi syarat.
e. Bekisting
Bahan bekisting yang di gunakan harus dari kayu yang berkualitas baik dan di
isyaratkan dari kayu klas III dengan ketebalan tergantung dari persyaratan kualitas,
ketebalan minimum adalah 3 cm.
Pasangan bekisting harus rapi, kuat dan berkaki untuk menahan getaran/kejutan
tanpa perubah.
Celah antar papan harus rapat agar saat pengecoran air semen tidak merembes
keluar
Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala macam
kotoran
Bekisting harus di konstruksikan sedemikian rupa sehingga dapat di cegah timbulnya
getaran yang membahayakan atau lekukan yang tidak di inginkan akibat tekanan
beton.
Bekisting harus pula di buat sedemikian rupa untuk memudahkan pembongkaran
pada saatnya tanpa membahayakan konstruksi.
g. Pengecoran Beton
Pengecoran harus di lakukan secara kontinu sebelum beton mengeras, yaitu
sebelum 30 menit dalam keadaan normal terutama untuk satu bagian pekerjaan.
Pengecoran tidak boleh di lakukan pada saat hari hujan, kecuali ada persiapan untuk
itu.
h. Pemadatan Beton
Cara pemadatan beton pada saat pengecoran berlangsung harus menggunakan alat
penggetar (vibrator) untuk mendpatkan kepadatan maksimal.
Proses pemadatan ini hanya dapat di lakukan untuk waktu tidak boleh lebih dari 20
detik
Bagian beton yang telah mengeras atau melebihi waktu tidak boleh di getarkan.
j. Pembongkaran Bekisting.
Tidak di benarkan membongkar bekisting sebelum waktunya seperti yang di isyaratkan
untuk ketentuan beton. Pemborong wajib melaporkan kepada direksi pada saat akan
membongkar bekisting untuk di setujui.
k. Ketidak sempurnaan.
Ketidak sempurnaan yang di maksud adalah :
a. Sarang kerikil
b. Beton yang mempunyai bentuk atau tempat yang tidak sesuai gambar
c. Beton yang tidak lurus atau tegak
Beton yang mengandung bahan lain di luar material yang di tentukan oleh beton.
Metode Pelaksanaan :
Mal balok Uk. 25 x 45 cm (BL1) dipasang diatas Kolom dan distel kerataan dan kesikuan
terhadap Kolom.
Besi balok Uk. 25 x 45 cm (BL1) yang telah dirakit ditempatkan ditengah mal dengan
memperhitungkan selimut beton.
Pada titik-titik dimana akan ditempatkan balok Uk. 25 x 45 cm (BL1) dipasang angker dari
besi sebagai pengikat antara balok Uk. 25 x 45 cm (BL1).
Semen, pasir dan kerikil yang telah ditakar dicampur diaduk menjadi campuran pada alat
pencampuran (molen) dan diberi air sampai rata dan masak.
Campuran yang telah menjadi mortar tersebut dituang pada mal yang telah diisi tulangan
besi dan selama pengecoran harus digetarkan sehingga semua pori-pori dalam
campuran menjadi padat.
Setelah campuran mengering (2 x 24 Jam) maka mal tersebut dapat dibuka.
b. Kerikil
Agregat kasar harus terdiri dari batu batuan pecah dari bahan bahan yang dapat
mempengaruhi kekuatan serta ketahanan beton dalam jangka waktu lama, termasuk
ketahanan terhadap karat untuk beton bertulang. Kerkil harus memenuhi peraturan
PBI 1971 dan SK SNI 1989
Sumber pengambilan material batu pecah (Split) adalah ex. Lokal atau setara dengan
itu yang di setujui oleh direksi. Sumber pengambilan material kerikil kali adalah ex.
Lokal yang telah di setujui oleh direksi.
Penyimpanan harus diletakan di atas permukaan tanah yang bersih serta terhindar
dari pengotoran bahan bahan lainnya.
Material kerikil (split) harus bersih dari kotoran dan tanah serta bahan organik linya,
dan harus terlebih dahulu di cuci apabila akan di gunakan.
c. Air Kerja
Air yang di gunakan untuk adukan harus bersih dari bahan- bahan yang dapat
mengurangi ikatan semen. Diisyaratkan untuk menggunakan air dari PAM atau sumber
air artesis/sumur gali. Pemborong tidak diperbolehkan menggunakan air laut atau
kubangan bekas hujan.
d. Penulangan
Jenis penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu beton U 39 dan baja lunak
dengan mutu beton U 24 sesuai PBI 1971 dan SK SNI 1989
Penulangan tidak boleh terlalu lama di simpan dan harus di tempatkan pada daerah
yang bersih dan terlindung
Pelaksanaan penulangan harus bebas dari lemak, kotoran, karat atau bahan lain yang
merugikan segera sebelum di lakukan pemasangan
Semua penulangan harus di tempatkan secara kokoh untuk menghindari pergeseran
selama pemasangan
Ketinggian dan jarak lapisan penutup harus tepat, untuk itu perlu memakai kios – kios
beton yang memenuhi syarat.
e. Bekisting
Bahan bekisting yang di gunakan harus dari kayu yang berkualitas baik dan di
isyaratkan dari kayu klas III dengan ketebalan tergantung dari persyaratan kualitas,
ketebalan minimum adalah 3 cm.
Pasangan bekisting harus rapi, kuat dan berkaki untuk menahan getaran/kejutan
tanpa perubah.
Celah antar papan harus rapat agar saat pengecoran air semen tidak merembes
keluar
Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala macam
kotoran
Bekisting harus di konstruksikan sedemikian rupa sehingga dapat di cegah timbulnya
getaran yang membahayakan atau lekukan yang tidak di inginkan akibat tekanan
beton.
Bekisting harus pula di buat sedemikian rupa untuk memudahkan pembongkaran
pada saatnya tanpa membahayakan konstruksi.
g. Pengecoran Beton
Pengecoran harus di lakukan secara kontinu sebelum beton mengeras, yaitu
sebelum 30 menit dalam keadaan normal terutama untuk satu bagian pekerjaan.
Pengecoran tidak boleh di lakukan pada saat hari hujan, kecuali ada persiapan untuk
itu.
h. Pemadatan Beton
Cara pemadatan beton pada saat pengecoran berlangsung harus menggunakan alat
penggetar (vibrator) untuk mendpatkan kepadatan maksimal.
Proses pemadatan ini hanya dapat di lakukan untuk waktu tidak boleh lebih dari 20
detik
Bagian beton yang telah mengeras atau melebihi waktu tidak boleh di getarkan.
j. Pembongkaran Bekisting.
Tidak di benarkan membongkar bekisting sebelum waktunya seperti yang di isyaratkan
untuk ketentuan beton. Pemborong wajib melaporkan kepada direksi pada saat akan
membongkar bekisting untuk di setujui.
k. Ketidak sempurnaan.
Ketidak sempurnaan yang di maksud adalah :
a. Sarang kerikil
b. Beton yang mempunyai bentuk atau tempat yang tidak sesuai gambar
c. Beton yang tidak lurus atau tegak
Beton yang mengandung bahan lain di luar material yang di tentukan oleh beton.
Metode Pelaksanaan :
Mal plat lantai tebal 12 cm dipasang diatas Kolom dan distel kerataan dan kesikuan
terhadap Kolom.
Besi plat lantai tebal 12 cm yang telah dirakit ditempatkan ditengah mal dengan
memperhitungkan selimut beton.
Pada titik-titik dimana akan ditempatkan plat lantai tebal 12 cm dipasang angker dari besi
sebagai pengikat antara plat lantai tebal 12 cm.
Semen, pasir dan kerikil yang telah ditakar dicampur diaduk menjadi campuran pada alat
pencampuran (molen) dan diberi air sampai rata dan masak.
Campuran yang telah menjadi mortar tersebut dituang pada mal yang telah diisi tulangan
besi dan selama pengecoran harus digetarkan sehingga semua pori-pori dalam
campuran menjadi padat.
Setelah campuran mengering (2 x 24 Jam) maka mal tersebut dapat dibuka.
Contoh Gbr. Pek. Plat Beton
Metode pelaksanaan
Sebelum dimulai pemasangan, maka batu batanya harus direndam lebih dahulu
di dalam air selama setengah jam atau sampai jenuh dan permukaan yang akan
dipasang harus juga basah.
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati dengan campuran adukan 1
Pc:5 Psr , diaduk di dalam bak kayu yang besarnya memenuhi syarat.
Mencampurnya semen dan pasir harus di dalam keadaan kering yang kemudian
diberi air sampai didapat campuran plastis. Adukan yang sudah mengering /
kering tidak boleh dicampur dengan adukan yang baru.
Dalam satu hari pasangan tidak boleh lebih tinggi dari 1 (satu meter). Dari
pengakhiran pasangan satu hari tersebut harus dibuat bertangga menurun dan
tidak tegak berdiri untuk menghindari retak dikemudian hari. Tebalnya siar batu
bata tidak boleh kurang dari 1 (satu) cm atau 10 mm dan siarnya harus benar-
benar pada adukannya.
Semua pasangan baru dijaga jangan sampai terkena sinar matahari langsung
dengan menutupnya memakai karung basah
Metode Pelaksanaan :
Memasang benang pada ke empat sisi bidang dinding sesuai ketebalan yang di
kehendaki
Membuat caplaan dari adukan ukuran 10 x 10 cm2 dengan potongan triplek 2 x 5
cm diatasnya sesuai ketebalan plesteran.
Membuat lajur kepalaan plesteran horizontal per bidang (sisi atas dan bawah)
dengan memperhatikan lot lokasi paling atas dan bawah dengan menyesuaikan
plesteran antar kepalaan .
Buat kepalaan vertikal @ 1,5 m dari atas ke bawah dan biarkan +/- 24 jam (note :
siku 20.20.2 dapat dipakai sebagai kepalaan).
Sebelum pelaksanaan pekerjaan plesteran pada permukaan pasangan batu bata
dan beton, permukaan beton harus dibersihkan dari sisa-sisa begisting kemudian
diketrek/scratched. Semua lubang-lubang bekas pengikat begisting atau formtie
harus tertutup aduk plesteran.
Penyiraman dinding bata sebelum dilaksankan plesteran antara kepalaan.
Kamprot dan ratakan dengan jidar allumunium dan biarkan mengering 3-4 hari.
Perataan permukaan plesteran dengan kasut dan jidar hingga halus dan rata
Basahi permukaan plesteran dan aci permukaan plesteran hingga rata dan
menutup seluruh pori-pori plesteran
Finishing dengan kasut besi dan kertas ex. Semen.
Kondisi acian setelah kering digosokan dengan spon /busa agar halus dan rata
Biarkan +/- 14 hari sebelum dicat agar pengaruh garam alkali hilang / berkurang.
(note :pengaruh garam alkali dapat mengakibatkan perubahan warna)
Jika ada tali air, maka marking jalurnya dan potong dengan menggunakan mesin
potong keramik /cutter
Chipping dengan pahat dan palu jalur tali air yang telah dipotong dengan mesin
potong keramik
Laburkan acian dan ratakan / calbon dengan memakai kuas.
Isi acian dan ratakan / padatkan dengan menggunakan raskam tali air / mal yang
ukurannya sesuai dengan ukuran tali air
Plesteran kedap air adalah campuran 1 PC : 3 Pasir. Adukan plester ini untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan batu bata bagian luar/tepi
bangunan, semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan batu
bata seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar, tidak secara tiba-tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan
plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari terik matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.
Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai
b. Asumsi :
Pekerjaan dilakukan secara manual dan mekanik dengan alat Bantu.
Lokasi Pekerjaan terletak di Kec. Baruga Kota Kendari
Bobot Pekerjaan Struktur Bawah sebesar 11,951 % dari keseluruhan Item Pekerjaan
Bobot Mingguan sebesar 3,984 %
Pelaksaan Pekerjaan direncanakan di mulai pada minggu ke 13 sampai minggu ke 15.
F. PEK. SANITASI
1). Pek. pemasangan septitank
- Septic dibuat dari beton bertulang menurut gambar-gambar untuk itu, beton yang
harus dipakai adalah beton kedap air (1 pc : 1,5 ps : 2,5 kr) sesuai dengan spesifikasi
untuk itu.
- Bagian atas dari septic tank diberi penutup dari beton bertulang menurut PBI 71,
diperhitungkan beban atasnya 300 kg/m2. Diberi tempat untuk pemeriksaan yang
ditutup dengan beton plat yang diberi pengangkat, dan diberi pipa hawa dari pipa besi
diameter 2”.
- Bentuk, ukuran septic tank dan kedalamannya dibuat sesuai dengan gambar untuk itu
dan menurut instruksi dari Pemilik pekejaan.
- Setelah septic tank jadi, dipasang pipa limpahan tidak berlubang sepanjang 2 m
kemudian disambung dengan pipa rembesan dari pipa tanah liat bakar sepanjang
minimum 4 m dan bagian bawah dari pipa rembesan diberi lapisan ijuk, pasir, batu kali
belah/ batu karang, satu sama lainnya sesuai gambar untuk itu.