Anda di halaman 1dari 26

CV.

CAHAYA LIMA MANDIRI


BIDANG USAHA : KONTRAKTOR , PENGADAAN BARANG DAN JASA
Alamat : Jln. Poros Kendari Bombana, Desa Tatangge , Kec. Tinanggea , Kab.Konawe Selatan
Email : cv.cahaya5mandiri@gmail.com Telp. 0852 1505 2834 Banker :
Bank BPD Sultra
PUSAT KONAWE SELATAN

Instansi : Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Sultra (Barat)
Nama Paket : Rehabilitasi Jembatan S.Woimendaa
Lokasi : Kolaka Utara
Tahun : 2019

METODE PELAKSANAAN
A .RUANG LINGKUP PEKERJAAN

DIVISI 1. UMUM
1. Mobilisasi
2. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
3. Pengujian Parameter Kualitas Air Lainnya
4. Pengujian Parameter Kebisingan dan/atau Getaran Lainnya
5. Pengujian Parameter Udara Emisi dan Ambien Lainnya
6. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7. Manajemen Mutu

DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK Galian Biasa


1. Galian Biasa
2. Galian Batu
3. Timbunan Pilihan dari Sumber galian

DIVISI 7. STRUKTUR
1. Beton Struktu fc’=30 Mpa
2. Beton Siklop fc’=15 Mpa
3. Baja Tulangan Polos BJTP 280
4. Baja Tulangan Sirip BJTP 420 A
5. Dinding Turap Baja
6. Pasangan Batu
7. Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis
8. Pembongkaran Beton

DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN DAN PEKERJAAN LAIN


1. Patok Pengarah
B. METODE PELAKSANAAN

Untuk lebih jelasnya metode pelaksanaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut meliputi Pekerjaan- pekerjaan :

I. DIVISI.1 UMUM

Pekerjaan ini mencakup pekerjaan Mobilisasi dan Demoilisasi

1. Mobilisasi dan Demobilisasi


Pekerjaan ini meliputi penyiapan fasilitas kontraktor seperti pembuatan base camp, kantor, barak,
bengkel dan gudang. Mendatangkan/Mobilisasi peralatan yang dibutuhkan hingga lokasi pekerjaan dan
mengembalikannya/Demobilisasi setelah seluruh pekerjaan selesai. Mendatangkan personil sesuai dengan
kebutuhan dan persetujuan Direksi. Menyiapkan fasilitas laboratorium di lapanganhingga dapat
digunakan selama masa konstruksi berlangsung. Menyiapkan laporan-laporan sesuai yang
disyaratkan serta gambar-gambar pelaksanaan pekerjaan.

1. EXCAVATOR
2. DUMP TUCK 3,5 TON
3. CONCETE MIXER
4. CONCRETE VIBRATOR
5. VIBRATORY HUMMER

Contoh gambar mobilisasi peralatan


2. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

Manajemen Keselamatan Lalu Lintas sangat diperlukan untuk penunjang keberhasilan pelaksanaan
kegiatan dari kecelakaan kerja di lapangan. Petugas Manajemen Lalu Lintas harus selalu berada di lokasi kerja dengan
menempatkan petugas untuk mengatur lalu lintas demi keselamatan pekerja dan penggunaan jalan mengingat pekerjaan
ini adalah peningkatan jalan , yang mana lalu lintas tidak tertutup,pekerjaan ini
meliputi :

1. Persiapan Personil
Personil petugas pengatur lalu lintas masing-masing 2 orang untuk mengatur arus lalu lintas di setiap lokasi kegiatan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Koordinator keselamatan lalu lintas 1 orang, untuk mengatur
petugas, memantau kerja petugas, dan membuat laporan keselamatan lalu lintas.

2. Peralatan
Peralatan yang biasa digunakan adalah :
• Bendera Tangan,
• Lampu Kedip Portabel,
• Peluit
• Alat Komunikasi,
• Rambu-Rambu Peringatan
2. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan secara berkala tentang kondisi keselamatan lalu lintas di lokasi kerja yang dilaporkan
kepada Safety Engineer sebagai bahan monitoring dan evaluasi Setiap penutupan jalan akan
dikoordinasikan dengan aparat desa dan kepolisian wilayah dimana lokasi pekerjaan.

3. Analisa K3
Personil Pelaksana
Petugas K3L
Tenaga Kerja
Aspek K3
Memasang Rambu Peringatan
Rambu Peringatan : “HATI-HATI, KURANGI KECEPATAN SEDANG ADA PEKERJAN JEMBATAN
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD )
Sarung Tangan
Helm
Sepatu Safety

3. Pengujian Parameter Kualitas Air Lainnya

Parameter Kualitas Air - Sebagai salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
manusia, air tentu memegang peranan penting di alam. Sebagai sumber daya yang langsung dinikmati manfaatnya
oleh makhluk hidup yang ada di bumi, tentu tidak bisa sembarangan dalam memilih air. Ada parameter kualitas
air yang harus dipertimbangkan ketika akan memanfaatkan air, baik untuk digunakan dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk kebutuhan lain.

Parameter kualitas air sendiri merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kualitas air. Untuk
mengetahui kualitas air ini bisa dilakukan dengan melakukan pengujian, baik berupa pengujian biologi,
fisika maupun pengujian kualitas air tersebut.

Dalam pengujian yang dilakukan terhadap air tersebut, ada beberapa indikator yang harus dipenuhi untuk
bisa menyebut air yang diuji tersebut memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dimanfaatkan. Beberapa
indikator atau parameter yang digunakan itu antara lain sebagai berikut:

1. Tingkat Keasaman (pH)


Parameter kualitas air yang pertama dilihat dari segi kimianya. pH atau tingkat keasaman air akan menentukan
apakah air tersebut memiliki kualitas yang baik atau tidak. Tingkat keasaman di dalam air akan sangat
mempengaruhi tingkat kesuburan wilayah perairan tersebut. Perairan dengan tingkat keasaman tinggi maka
produktivitasnya rendah, begitu pun sebaliknya pada kondisi basa. Maka yang paling baik adalah perairan
dengan tingkat keasaman yang normal.
2. Suhu

Suhu merupakan parameter kualitas air selanjutnya yang dapat mempengaruhi perkembangan organisme di
dalamnya. Suhu di suatu wilayah perairan bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya musim,
ketinggian wilayah perairan dari permukaan laut, kedalaman air bahkan aliran airnya. Suhu air yang
paling ideal bagi pertumbuhanorganisme di dalamnya adalah perairan dengan perbedaan suhu yang tidak
begitu signifikan antara di siang maupun malam hari.

3. Kecerahan

Faktor yang mempengaruhi kualitas air selanjutnya adalah tingkat kecerahan. Kecerahan adalah
parameter fisika kualitas air. Tingkat kecerahan air akan sangat berpengaruh pada fotosisntesis dari
organisme-organisme penghuni wilayah perairan tersebut. Apalagi jika perairan tersebut hendak
digunakan sebagai lokasi budidaya ikan atau organisme pangan lain, maka tingkat kecerahan adalah
faktor yang sangat penting untuk menunjang kehidupan di dalamnya. Air yang baik untuk lingkungan
hidup hendaknya tidak terlalu cerah maupun terlalu keruh.

4. Pengujian Parameter Kebisingan dan/atau Getaran Lainnya

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dalam Lokasi Pekerjaan.

Alat
1. Sound level meter (untuk mengukur tingkat kebisingan aktual. Hasil pengukuran diperoleh dengan satuan
deciBell (dB).
Gambar Sound level meter

2. Vibration meter
untuk mengukur tingkat getaran aktual. Hasil pengukuran diperoleh dengan satuan m/s2 .

Gambar Vibration meter


3. Stopwatch untuk mengukur waktu atau durasi.
4 Meteran yang digunakan untuk mengukur luasan daerah yang diukur kebisingan dan getarannya serta
memetakan ruangan.
5. Komputer, kalkulator, alat tulis, dan beberapa perlengkapan yang mendukung untuk pencatatan dan
pengolahan data.
6. Perlengkapan dokumentasi untuk media perekam kegiatan dan aktivitas yang dilakukan selama penelitian
yang berupa visual dan audio.

Subjek Penelitian penelitian ini terdiri dari dua orang operator yang kegiatannya bersentuhan langsung dan berada
di sekitar Lokasi pekerjaan

Metode Penelitian Pengukuran Kebisingan di Lapangan Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan
menggunakan sound level meter yang memiliki sensor untuk mengukur tingkat tekanan suara atau bunyi
dalam satuan deciBell (dB).

Pengambilan data hanya dilakukan pada saat generator beroperasi pada kecepatan putar 755 rpm dengan
frekuensi 52 Hz. Pengukuran kebisingan dilakukan di dalam power house dengan mengukur intensitas bunyi
sumber kebisingan serta lingkungan di sekitarnya yang terkena dampak dari kebisingan tersebut. Pada saat
pengukuran, sound level meter diletakkan setinggi
+ 120 cm dari lantai untuk memudahkan pembacaan nilai kebisingan yang terukur pada display.
Berdasarkan standar SNI 7231 Tahun 2009, sound level meter diletakkan pada ketinggian 120 cm + 10 cm di
atas tanah. Tahap pengukuran dilakukan dengan metode grid yaitu dengan memetakan tingkat kebisingan
dengan jarak tiap titiknya sejauh 1 meter sehingga membentuk luasan tertentu (Gambar 9). Pengukuran
di tiap- tiap titik dilakukan selama 50 detik dengan pembacaan setiap 10 detik. Pemetaan pola kebisingan
diperoleh dengan membuat garis-garis yang menghubungkan tingkat kebisingan yang sama sesuai dengan
kaidah kontur. Penentuan titik-titik kontur dibuat rapat dan beraturan dengan jarak antar titik sejauh 100 cm
x 100 cm agar kontur yang dibuat hasilnya baik. Koordinat X dan Y adalah koordinat posisi dari titik
pengukuran, sedangkan koordinat Z adalah nilai ukur kebisingan pada suatu titik pengukuran.

5. Pengujian Parameter Udara Emisi dan Ambien Lainnya


Pemantauan lingkungan khususnya kualitas udara menjadi konsekuensi bagi perusahaan dan kegiatan yang
mengemisikan pencemar udara. Pemantauan kualitas udara meliputi udara emisi dan udara ambien
diperlukan untuk pemenuhan peraturan (pemantaun rutin- abnormal-darurat, AMDAL/UKL-UPL, PROPER,
dll) dan memprediksi dampak pencemaran emisi udara ke lingkungan. Dalam hal sampling dan pengukuran ini
peran dari Tujuan Spesifik dari pemantauan kualitas udara antara lain untuk:

1. Data pemenuhan baku mutu


2. Evaluasi kinerja alat pengendali pencemaran udara
3. Pengendalian proses

Agar hasil pemantauan kualitas udara -baik yang dilakukan oleh pihak eksternal (laboratorium terakreditasi)
maupun internal oleh perusahaan- tersebut dapat dipertanggungjawabkan objektivitas dan validasinya maka
pemantauan haruslah memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kaidah pemantauan
2. Baku mutu kualitas udara
3. Sampling (prosedur, teknik, lokasi pengambilan dan penanganan)
4. Satuan-satuan dalam pemantauan, Dll
Hasil pemantauan seperti inilah yang dapat digunakan untuk melihat kepatuhan (compliance) antara kinerja
pengelolaan kualitas udara perusahaan dengan peraturan yang berlaku dan untuk mengukur kinerja program
pengendalian pencemaran udara, sehingga dapat ditentukan tindak lanjut dan perbaikan yang perlu dilakukan
oleh perusahaan. Untuk itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pemahaman dan kemampuan
untuk pengelolaa n dan pemantauan kualitas udara

Peraturan Terkait Pemantauan Kualitas Udara: kewajiban-kewajiban yang diemban baik oleh pemerintah
maupun penanggung jawab usaha sesuai dengan peraturan perundangan.
Prinsip Pemantauan Kualitas Udara: definisi pemantauan dan guideline pemantauan (bagaimana
mendesain pemantauan mulai dari perencanaan, operasional di lapangan dan laboratorium, sampai dengan
interpretasi data)
Teknik Pemantauan Kualitas Udara Ambien: pemilihan lokasi pemantauan, frekuensi pemantauan,
ISPU, perhitungan ISPU,
Teknik Pemantauan Kualitas Udara Emisi: penentuan lokasi lubang sampling, penentuan titik lintas,
frekuensi pemantauan,
Teknik Pemantauan Manual dan Continous Emission Monitoring System (CEMS)
Teknik Sampling dan Analisa Laboratorium Parameter TSP, SOx, NOx, dan CO

6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

1. PENDAHULUAN
Perusahaan jasa kontruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti penggunaan alat berat, mesin gerinda, las,
bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim, melakukan penggalian dan lain- lain.
Dengan adanya hal tersebut maka dipergunakan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
penerapannya meliputi Kantor, Projeck Site serta area pendukung lainnya yang merupakan kebijakan pihak
perusahaan.
Tersedianya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja datau Occupational Health and Safety
Manajement System (SMK3/OHSMS) dimana system ini diperluk an untuk menurunkan insiden dan penyakit
akibat kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman dan sehat.
Untuk memberikan kepuasan pelanggan dan perlindungan kepada karyawan dan
keselamatan dan kesehatan kerja serta menjaga kelestarian lingkungan hidup da n dalam rangka
pemenuhan OHSAS 18001:2007 butir 4:4.6 maka diperlukan suatu Rencana Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Proyek.

2. KEBIJAKAN K3

Sudah menjadi kebijaksanaan direksi CV.BELA ANOA agar setiap karyawan dan pekerja mendapatkan tempat
yang aman dan sehat dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Pada prinsipnya semua pihak harus berupaya
serta mengambil langkah-langkah positif sehingga seluruh karyawan dan pekerja terjamin dan bekerja dengan
aman dan sehat. Secara garis besar, kebijakan ini adalah :
1. Mematuhi seluruh peraturan perundangan dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan kerja, yang
merupakan persyaratan minimum kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Selalu memberikan perlindungan kepada seluruh karyawan, tamu, pihak ke tiga dan asset perusahaan
dengan mencegah dan mengendalikan kejadian yang dapat merugikan asset perusahaan.
3. Melakukan komunikasi yang efektif kepada seluruh karyawan, masyarakat dan pihak - pihak yang
berkepentingan.
4. Mempertimbangkan setiap aspek Keselamatan dan kesehatan kerja pada setip tahap penyelenggaraan
kegiatan serta mengendalikan resikoyang ada seminimal mungkin
5. Meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwah kecelakaan itu dapat dicegah.
6. Memberikan pengertian bahwah target utama CV.BELA ANOA adalah “zero accident”
7. Mengutamakan keselamatan karyawan dan pekerja dari penggunaan peralatan dan bahan dilokasi
proyek.
8. Menjamin bahwah semua karyawan dan pekerja telah mengetahui dan melaksanakan pekerjaannya
secara produktif yaitu dengan cara yang aman melalui petunjuk yang benar, instuksi pekerjaan yang
tepat, instuksi pemakaian peralatan yang tepat, instuksi pemakaian bahan yang tepat melalui pengawasan
yang tepat.
9. Menyediaakan fasilitas, peralatan, perlengkapan keselamatan kerja yang layak dan
memadai serta menjamin akan digunakan secara tepat.
10. Memastikan bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam kebijakan K3 telah diikuti.
11. Meningkatkan perlindindungan dan pelestarian lingkungan dalam segalah aktivitas dan meminimumkan
kerusakan yang mungkin terjadi akibat aktivitas tersebut.
Semua karyawan dan pekerja harus sudah mengetahui akan tanggungjawabnya masing- masing termasuk
peduli akan kesehatannya, keselamatannya dan lingkunangan ditempat kerja, sehubungan dengan kebijakan
diatas.

PERENCANAAN
Identifikasi Bahaya dab Pengendalian Resiko a) Pelatihan K3
b) Penggunaan Peralatan K3
c) Identifikasi Bahaya dan pengendalian Resiko Bahaya
d) Pemenuhan perundang – undangan dan persyaratan lainnya
e) Daftar peraturan perundang – undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3 yang wajib
dipunyai dan dipenuhi dalam melaksanaan paket pekerjaan ini adalah :
a) UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja b) UU No. 23
1992 tentang kesehatan
c) UU No. 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi
d) UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
e) Keputusan Menteri tenaga Kerja RI. Nomor : kep – 51/Men/1999 Tentang Nilai
Ambang batas Faktor Fisika ditempat kerja
f) Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor kep- 187/Men 1999 Tentang pengendalian
bahan kimia berbahaya ditempat kerja
g) Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan.
h) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE.05/BW/1997 Tentang Penggunaan Alat Pelindung
Diri.
i) Peraturan Menteri tenaga Kerja No: PER .05/MEN/1996 tentang sistem Manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja.
j) Keputusan presiden No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja
k) Keputusan menteri kesehatan Nomor 876/menkes/SK/IX/2001/tentang pedoman teknis analisis
dampak lingkungan
l) Keputusan Mewnteri Kesehatan Nomor 1217/Menkes SK/IX/2001tentang pedoman penanganan
dampak radiasi
m) Keputusan Mewnteri Kesehatan Nomor 315 Menkes/SK/III/2003 tentang komite kesehatan dan
keselamatan kerja sektor kesehatan
n) Permen PU No.9 /PRT/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan
Kerja (SMK3) konstriuksi bidang PU

8. SASARAN & PROGRAM K3 a) SASARAN K3


Sasaran kesehatan dan keselamatan kerja dilokasi proyek adalah karyawan dan pekerja yangb
terlibat langsung dengan peralatan kerja dan material serta lingkungan sekitaqrnya. Sasaran
yang dituju dalam penerapan k3 adalah:

a. Menghindari adanya kecelakaan kerja


b. Menghindari adanya penyakit akibat kerja c. Menyediakan
lingkungan kerja yang sehat
d. Menghindari terjadinya efek negatif terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh aktifitas kerja
e. Semua karyawan dan pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan resiko pekerjaannya
masing-masing.

b) PROGRAM K3
1. Promosi program k3 Promosi program k3 terdiri dari:
1. Pemasangan bendera K3, bendera RI, bender Perusahaan, bentuk dan cara pemasangan
(Lihat lampiran)
a. Pemasangan sign board k3
b. Slogan-slogan yang mengisyaratkan akan perlunya bekerja dengan selamat seperti contoh
pada lampiran.
c. Gambar-gambar pamplet tentang bahaya/kecelakaan yang mungkin terjadi dilokasi pekerjaan
dipasang dikantor proyek atau lokasi pekerjaan dilapangan.
2. Sarana peralatan untuk K3
sarana peralatan untuk K3 terdiri dari :
a. Yang melekat pada orang, yaitu :
1. Topi helm
2. Sepatu lapangan
3. Sabuk pengaman (untuk pekerja ditempat yang tinggi)
4. Sarung tangan (untuk pekerja tertentu)
5. Masker pengaman untuk gas beracun ( untuk pekerjaan tertentu)
6. Kacamata las/google
7. Obat-obatan untuk P3K
8. Pelampung renang untuk lokasi tertentu

7. Manajemen Mutu
Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan
menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan
dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus
memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas.
Hal hal yang menyangkut kualitas yang di maksud diatas adalah :
o Produk / pelayanan / proses pelaksanaan.
o Proses management proyek itu sendiri.
DIVISI III. PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah Biasa

Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Proyek tentu tidak lepas dari yang namanya metode pelaksanaan, metode
pelaksanaan merupakan cara kerja yang dilaksanakan pada pakerjaan tersebut, metode pelaksanaan
pada umumnya adalah pemahaman serta cara dan langkah-langkah yang diambil dalm melakukan suatu
pekerjaan yang melibatkan ruang lingkup, waktu, tenaga dan bahan yang menjadikan suatu tahapan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Metode pelaksanaan juga merupakan sebuah syarat bagi para penyedia jasa dalam
mengikuti proses tender yang menjadi bagian sangat penting guna melihat penguasaan dari penyedia itu
sendiri dalam melaksanakan pekerjaan.

Berikut adalah Metode Pelaksanaan Pekerjaan Galian Tanah Biasa (M) yang dilaksanakan dengan cara manual
menggunakan tenaga manusia. Yang tentunya dalam penyampaian metode pelaksanaan harus disesuaikan
dengan kondisi dan lingkup pekerjaan itu sendiri, sehingga pada dasarnya setiap metode pelaksanaan itu akan
selalu berbeda atau bisa juga sama.

Pekerjaan Galian Tanah Biasa Manual

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan galian ini kami terlebih dahulu mengajukan request kepada
Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan serta arahan nantinya dilapangan.

Setelah Pelaksanaan pekerjaan selesai dilaksanakan termasuk pembersihan yang terutama adalah pekerjaan
pengukuran dan pemasangan bouwplank telah selesai dilaksanakan, dan mendapat persetujuan dari Direksi
pekerjaan pertama yang dilakukan adalah melakukan pekerjaan galian tanah biasa dengan kedalaman
dan lebar sesuai dengan gambar pelaksanaan serta sesuai dengan petunjuk dan arahan dari Direksi
pekerjaan.

Pelaksanaan Pekerjaan Galian Tanah Biasa Manual ini akan dilakukan dengan menggunakan tenaga
manusia dengan menggunakan alat bantu, dan jika memungkinkan akan dilakukan dengan alat bantu lain
yang sesuai, dimana pelaksnaan pekerjaan ini akan dilakukanmulai dari bagian beakang dengan tujuan
untuk memudahkan mobilisasi, baik mobilisasi tenaga kerja, atau pembuangan hasil galian jika diperlukan
serta memudahkan dalam mobilisasi material.
Pelaksanaan pekerjaan Galian Tanah Biasa dengan menggunakan tenaga manusia ini
meliputi pekerjaan pemotongan tanah untuk mencapai elevasi rencana, serta menyediakan perlatan
antara lain : Cangku, sekop, linggis/gancu, keranjang/gerobak dorong dan alat bantu lainnya.

Dalam Metode pelaksanaan pekerjaan galian tanah biasa dilakukan dengan menentukan batas-batas
penggalian dan kedalaman galian rencana, setelah batas penggalian ditentukan, dilanjutkan dengan
penggalian tanah yang telah ditentukan dan pada akhir galian dirapikan dengan menggunakan alat bantu.
Kedalaman Galian berdasarkan kedalaman elevasi rencana sesuai dengan gambar rencana dan penggunaan
dari pekerjaan galian tersebut.
Untuk hasil galian yang telah digali untuk sementara dibuang disekitar lokasi galian dimana
material hasil galian dapat digunakan untuk urugan kembali.
Pembentukan profil galian dengan tinggi dan lebar yang memungkinkan untuk kemudahan pekerjaan
pembuatan bekisting dan untuk pekerjaan struktur.
Apabila diperlukan (kondisi dimana muka air tanah tinggi) dapat dipasang pompa air untuk drainase
secukupnya supaya air dapat segera dipompa keluar, sehingga tidak mengganggu proses pekerjaan.

Tanah hasil galian yang memenuhi spesifikasi digunakan untuk penimbunan kembali dan yang tidak
memenuhi spesifikasi dibuang ke lokasi pembuangan yang telah ditentukan.
Saat Penggalian Tanah Biasa sangat dimungkinkan ditemukannya lokasi bekas pembuangan sampah,
banyak potongan kayu, atau tanah berlumpur, bila hal ini di jumpai, maka sebaiknya benda-benda tersebut
akan diangkat.

Pelaksanaan Pekerjaan Galian Tanah Biasa (Manual) ini akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal waktu
pelaksanaan pekerjaan adalah 6,76 Hari Kerja atau 1 Minggu yang akan dilaksanakan pada minggu ke 2 setelah
pelaksanaan persiapan selesai dilaksanakan dengan voume = 529, 03 M3 sesuai yang
tercantum dalam Bill of Quantity.

Dalam pelaksanaan pekerjaan galian tanah biasa (Manual) ini akan mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja dengan menggunakan cara standard, dengan menggunakan peralatan safety untuk para
pekerja sesuai peraturan keselamatan yang berlaku, atau sesuai dengan petunjuk dan arahan Direksi
Pekerjaan.

Galian Struktur
2. Pekerjaan Timbunan Pilihan dari sumber galian
Pekerjaan timbunan Pilihan dilasanakan setelah pekerjaan timbunan biasa siap dilaksanakan dan sempurna
menurut spesifikasi Teknis dan persetujuan Direksi Teknis, urutan pelaksanaan sebagai berikut :

Urutan Pelaksanaan :
Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar design dari data -data awal yang
diambil pada saat survey awal dan gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu, timbunan ini terletak pada oprite jembatan atau lokasi lain yang ditentukan.
Untuk menjamin keselamatan kerja, sebelumnya dilakukan juga inspeksi kondisi alat, alat
pelindung diri (sepatu Safety, helm) rambu-rambu beserta petugas pengatur lalu lintas dilengkapi bendera
merah dan semua harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Setelah gambar design disetujui, kemudian dilaksanakan pemasangan patok kontrol elevasi
(bowplank)
Sebelum material didatangkan dari quarry yang telah disepakati bersama-sama dengan direksi teknis,
diadakan pengujian simple material selected terlebih dahulu. Dan setelah pengujian material telah
disetujui oleh Direksi dan kemudian dituangkan ke dalam report hasil investigasi dan menjadi pegangan
untuk pelaksanaan pengiriman material untuk pekerjaan.
Setelah itu, material dari quarry dikirim ke lokasi dengan memakai dump truck, dan pada lokasi telah
tersedia peralatan penghamparan dan pemadatan serta water tank untuk menjaga pada saat
penghamparan material tetap dalam kadar air yang telah disepakati bersama dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Material dihampar dengan Motor Grader secara per layer dengan tebal hampar maksimum
15 cm dan kemudian diikuti dengan pemadatan oleh Vibro Roller yang juga telah disepakati jumlah lintasan
pemadatan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kemudian, apabila penghamparan dilaksanakan pada saat
terik matahari yang mengakibatkan material menjadi kering dan terburai oleh embusan angin maka
segera dilakukan penyiraman air dengan water tank.
Selanjutnya dilakukan test pemadatan dan jika hasil test sudah sesuai dilanjutkan dengan
pengukuran guna dituangkan dalam sertifikasi pembayaran.
DIVISI 7 . PEKERJAAN STRUKTUR

Untuk Pekerjaan struktur ini dilaksanakan terlebih dahulu setelah diperoleh hasil Job mix dari laboratorium
dan pengujian bahan material, kemudian setelah pekerjaan selesai harus diuji/dievaluasi mutunya dari
laboratorium.
1. Dinding Turap Baja/Sheet Pile
Dinding Turap Baja di pasang secara vertikal yang berfungsi untuk menahan tanah dan untuk menaha masuknya
air ke dalam pondasi jembatan. Sebagaimana di tunjukan pada gambardi bawah ini ...

Metode Kerja
Pemasangan Sheet Pile

o Pengukuran Dan Positioning


Langkah - Langkah Pengukuran
a. Menentukan titik-titik Koordinat, ini diperlukan untuk menentukan pemasangan Sheet Pile .
b. Membaca gambar dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan untuk diaplikasikan dilapangan.
c. Menentukan elevasi kedalaman galian pondasi dan lantai basement, kesalahan dalam penentuan elevasi ini
dapat menyebabkan pemborosan pekerjaan urugan dan galian tanah.
d. Menentukan as untuk mencari lokasi titik Sheet Pile.
e. Memonitoring saat Pekerjaan Pemancangan terhadap Titik rencana yang sudah direncakan.
o Pengadaan Turap Sheet Pile
.1. Kondisi Bahan
1) Didalam Memulai Pekerjaan, Mempersiapkan kebutuhan Material Perlu pengecekan terhadap
kebutuhan volume di lapangan.
2) Sheet Pile Yang digunakan bersertifikasi uji laboratorium dari pabrik.

.2. Kondisi Peralatan


1) Sebelum memulai pekerjaan pemancangan, kesiapan peralatan beserta kelengkapannya harus bisa diyakini
berfungsi sebagaimana mestinya,dan mendapat persetujuan tertulis Pengawas.

o Pekerjaan Pemancangan Turap Sheet Pile

Pelaksanaannya akan dijelaskan seperti dibawah ini :

1. Persiapan Lokasi Pemancangan Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan diletakan, tanah haruslah
dapat menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli,
maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar
dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja.

2. Persiapan Alat Pemancang Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenis
tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang
telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan,tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana
dapat melakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu. Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis crane, diesel
atau hidrolik. Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi
pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat palu tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang
total beserta topi pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton.
3. Pemacangan Sheet Pile harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel. Tiang pancang Sheet Pile diikatkan
pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang pancang masuk pada bagian alat.

Pemancangan Tiang Sheet Pile Mengunakan Crane Hydrolik


4. Pemancangan Sheet Pile harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu sesuai dengan
perencana atau Direksi Pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pemancangan di titik berikutnya dengan langkah yang
samak sehingga tiang pancang masuk pada bagian alat.

5. Pekerjaan Pemotongan Top Level

a. Pemotongan Tiang Pancang Sheet Pile

1. Untuk pemotongan tiang pancang digunakan tenaga manual, dan hasil potongan dikumpulkan serta dibuang ke
area yang telah ditentukan.
2. Untuk ikatan antara Tiang pancang dengan Lantai Konstruksi ditambahkan besi pada tiang pancang.

b. Pelaksanaan test yang dilakukan adalah:

c. Pemasangan Angkur Pemasangan angkur ini bertujuan sebagai tempat perletakan guide beam agar berdiri sejajar
dengan garis titik kelurusan yang sudah ditentukan oleh para surveyor.

d. Pemasangan Guide beam Guide beam mi adalah tempat pancang berdiri tegak yang sengaja di desain dan
digunakan untuk membantu menegakkan pancang CCSP agar mempermudah proses pernancangan ketika akan
dipukul menggunakan hammer atau vibro.

e. Proses Pengangkatan Tiang Pancang CCSP Pengambilan tiang pancang CCSP untuk dipasang pada posisi
pemancangan harus diperhitungkan terhadap momen karena berat sendiri.

f. Untuk tiang pancang CCSP yang panjang perlu diambil dengan beberapa titik, untuk mengurangi pan jang tiang
yang tidak terdukung. Pengangkatan tiang pancang CCSP menggunakan Crawler Crane HP55 dengan posisi titik
angkat sesuai dengan perhitungan sehingga tidak terjadi patah pada saat pengangkatan.

g. Pemancangan

1) Menggunakan Hydraulic Hammer


2) Menggunakan Vibratory Hammer

h. Proses Pelepasan Guide Beam

Setelah proses pemancangan berada pada ketinggian yang sesuai dengan tinggi guide beam, unttik memperlancar
proses pemancangan sampai pada tanah keras, maka terjadi pelepasan guide beam. Karena guide beam itu sendiri
hanya berfungsi sebagai frame atau penyanggah agar letak pancang tetap stabil pada saat pemukulan hal itu
dikarenakan pancang terlalu panjang, sehingga perlu bantuan untuk menyanggah agar pancang tetap tegak lurus.

g. Proses Pengukuran Kembali Terhadap Kelurusan


Setelah pelepasan guide beam dan pancang CCSP benar-benar berada pada posisi tegak lurus, hal itu tidak membuat
para surveyor diam saja. Maka para Surveyor melakukan pengukuran atau membidik kembali titik-titik yang sudah
ditentukan di awal pekerjaan apakah letak pancang benar
6. Pekerjaan Caping beam

Setelah proses pemancangan selesai, maka langkah selanjutnya adalah memasang Angkur dan Tulangan caping Beam
diatas Turab Baja , dan bagian tertentu di kancing dengan las . Selanjutnya persiapan pengecoran Caping beam sesuai
dengan spek dan gambar ..

2. Beton Struktur fc’=30 Mpa


Untuk pekerjaan beton 30 Mpa digunakan pada Betong Capim Beam yang ditentukan oleh gambar atau
direksi teknis. Pekerjaan ini dimulai setelah pekerjaan pembesian selesai, diaduk dengan
menggunakan concrete mixer dan pemadatannya dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator,
untuk menjaga mutu beton sesuai spesifikasi yang diinginkan perlu diambil slump test pada saat
pengecoran dan selinder untuk uji tekan beton dilaboratorium.

Gambar Capim Beam


A. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan yang termasuk dalam hal ini adalah pekerjaan struktur beton.
Material campuran beton (semen, pasir, aggregate) didatangkan dari supplier ke lokasi pekerjaan dan
disimpan dalam tempat penyimpanan/ Gudang/Storage.
Mutu beton yang digunakan sesuai dengan mutu beton pada dokumen lelang yang diminta.
Jenis semen Portland yang digunakan sesuai dengan permintaan dokumen lelang.
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya digunakan air bersih
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organic.
Agregat kasar dan halus yang digunakan (ukuran/dimensi) sesuai dengan permintaan dari
spesifikasi dokumen lelang dan telah menda pat persetujuan direksi.
Material agregat diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau
dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
Agregat bebas dari bahan organic seperti spesifikasi teknis yang ada dalam dokumen
pelelangan.
Selama kegiatan pengecoran dilakukan, keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi pekerjaan harus
tetap diperhatikan guna menghindari terjadinya resiko kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

B. Pencampuran dan Penakaran

Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran menggunakan metode sesuai yang
disyaratkan.
Campuran Percobaan dilakukan dan hasil dari percobaan tersebut akan dijadikan
acuan pembuatan beton pada saat dilakukan pekerjaan beton di lapangan dan disaksikan oleh
direksi pekerjaan.
Campuran percobaan sesuai dengan permintaan spesifikasi dalam dokumen lelang dan mendapat
persetujuan dari direksi pekerjaan.
Ketentuan sifat-sifat campuran sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta
dalam dokumen pelelangan.
Pencampuran :
Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis (concrete mixer)
Pencampur dilengkapi dengan tangki air bersih yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
Pertama-tama alat pencampur diisi dengan aggregate, pasir dan semen yang telah ditakar, selanjutnya
alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
C. Pelaksanaan Pengecoran.

Sebagai persiapan, lokasi pengecoran dibersihkan dari sampah, potongan kayu, bendrat, paku dan
sampah lainnya dengan penghisap debu, kompresor dan atau air.
Bekisting dilumuri mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah dicek dan disumbat. Sambungan
dengan pengecoran sebelumnya (jika ada) telah disiram dengan calbond atau air semen serta bekisting
dibebaskan dari genangan air. Sebelum instruksi pengecoran segala persetujuan yang diperlukan
telah diurus dan disetujui oleh direksi/owner dan pengawas pekerjaan.
Penuangan dilakukan dengan tenaga manusia (sebelumnya material beton ditampung pada
tempat penampungan untuk kemudian dituang langsung ke tempat bekisting. Tinggi jatuh beton
pada scat pengecoran tidak lebih dari 1,5 meter agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang
berat dengan pasta beton, (segregasi).
Pemadatan dibantu dengan vibrator mekanikal type tertentu dalam jumlah yang
memadai. Selang vibrator dibenamkan sampai batas kedalaman beton sebelumnya dan agar tidak
terjadi kantong udara. Vibrator tidak mengenai tulangan atau penutup (shutter) kecuali penutup
dari beton.
Selanjutnya dilakukan perawatan beton sesuai spesifikasi teknis.

3. Beton Siklop fc’= 15 Mpa


Untuk pekerjaan beton Siklop fc’= 15 Mpa digunakan mengisi area antara dinding Turap Baja dan Dinding
Sumuran Dembatan sesuai dengan gambar. Pekerjaan ini dimulai setelah pekerjaan pemasangan Turap
dinding baja jembatan.
A. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan yang termasuk dalam hal ini adalah pekerjaan struktur beton.
Material campuran beton (semen, pasir, aggregate) didatangkan dari supplier ke lokasi pekerjaan dan
disimpan dalam tempat penyimpanan/ Gudang/Storage.
Mutu beton yang digunakan sesuai dengan mutu beton pada dokumen lelang yang diminta.
Jenis semen Portland yang digunakan sesuai dengan permintaan dokumen lelang.
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya digunakan air bersih
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organic.
Agregat kasar dan halus yang digunakan (ukuran/dimensi) sesuai dengan permintaan dari
spesifikasi dokumen lelang dan telah mendapat persetujuan direksi.
Material agregat diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
Agregat bebas dari bahan organic seperti spesifikasi teknis yang ada dalam dokumen
pelelangan.
Selama kegiatan pengecoran dilakukan, keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi pekerjaan harus
tetap diperhatikan guna menghindari terjadinya resiko kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

B. Pencampuran dan Penakaran


Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran menggunakan metode sesuai yang
disyaratkan.
Campuran Percobaan dilakukan dan hasil dari percobaan tersebut akan dijadikan acuan pembuatan
beton pada saat dilakukan pekerjaan beton di lapangan dan disaksikan oleh direksi pekerjaan.
Campuran percobaan sesuai dengan permintaan spesifikasi dalam dokumen lelang dan mendapat
persetujuan dari direksi pekerjaan.
Ketentuan sifat-sifat campuran sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta dalam dokumen
pelelangan.
Pencampuran :
Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis (concrete mixer)
Pencampur dilengkapi dengan tangki air bersih yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
Pertama-tama alat pencampur diisi dengan aggregate, pasir dan semen yang telah ditakar, selanjutnya
alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.

C. Pelaksanaan Pengecoran.
Sebagai persiapan, lokasi pengecoran dibersihkan dari sampah, potongan kayu, bendrat, paku dan
sampah lainnya dengan penghisap debu, kompresor dan atau air.
Sebelum instruksi pengecoran segala persetujuan yang diperlukan telah diurus dan disetujui oleh
direksi/owner dan pengawas pekerjaan.
Penuangan dilakukan dengan tenaga manusia (sebelumnya material beton
ditampung pada tempat penampungan untuk kemudian dituang langsung ke area pengecoran.
Tinggi jatuh beton pada scat pengecoran tidak lebih dari 1,5 meter agar tidak terjadi pemisahan
antara batu pecah yang berat dengan pasta beton, (segregasi).
Pemadatan dibantu dengan vibrator mekanikal type tertentu dalam jumlah yang memadai. Selang
vibrator dibenamkan sampai batas kedalaman beton sebelumnya dan agar tidak terjadi
kantong udara.
Selanjutnya dilakukan perawatan beton sesuai spesifikasi teknis.
Gambar Area Pengecoran Beton Siklop

4. Baja Tulangan Polos BJTP 280 dan Baja Tulangan Sirip BJTP 420

Baja tulangan tersebut diatas di gunakan untuk tulang caping beam


Pelaksanaan ..

Pekerjaan Baja Tulangan Sirip BJTP 280 ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu besi didatangkan kelokasi
pekerjaan dan dilakukan pemotongan dan pembengkokkan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang telah
ditentukan dalam gambar teknik (rencana). Pekerjaan pembesian dimulai sebelum pekerjaan pengecoran
beton dilaksanakan.

Asumsi:
Pekerjaan dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan alat bantu berupa bar bender dan bar
cutter.
Lokasi pekerjaan : Tulangan Caping Beam.
Alat pelindung keselamatan seperti Sarung tangan, helm dan sepatu safety harus dikenakan oleh
para pekerja guna menghindari cedera serius saat melaksanakan pekerjaan pembesian di lapangan.

Uraian pelaksanaan :
Material baja tulangan didatangkan dari pabrik/supplier ke lokasi pekerjaan.
Material diletakkan pada stock area material baja tulangan atau dalam gudang proyek.
Selanjutnya dilakukan perakitan tulangan/pabrikasi, yaitu berupa pengukuran panjang yang
diperlukan, pemotongan dengan bar cutter dan pembengkokan dengan bar bender dan dikerjakan
pada saat suhu dingin.
Batang tulangan kemudian disusun/dipasang dan dan persilangannya diikat kuat dengan kawat
bendrat Agar tidak tergeser pada saat pengecoran .
5. Pekerjaan Pasangan Batu
Pekerjaan pasangan batu ini dilaksanakan pada lokasi sisi luar jembatan berfingsi sebgaia dinding penahan tanah
/ pengaman sisi terluar dari oprit jembatan tersebut, untuk itu maka dipasang tembok pengaman dengan
pasangan batu.

Urutan Pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :


Sebelum pelaksanaan dilakukan, terlebih dahulu mempersiapkan gambar kerja bersama dengan Direksi
Pekerjaan.
Setelah lokasi yang akan dikerjakan ditentukan, kemudian dipasang patok dan elevasi serta diberi rambu-
rambu lalu lintas pada lokasi pekerjaan tersebut agar lalu lintas tidak terhambat dan tidak merusak
pekerjaan.

Selain persiapan di lokasi, material yang akan dipergunakan terlebih dahulu diusulkan kepada direksi.
Setelah material disetujui direksi, penyiapan material pada lokasi pekerjaan harus telah diperhitungkan
terhadap kapasitas pekerja pada satu hari pekerjaan sehingga tidak terdapat pekerjaan yang terlantar.
pekerjaan pasangan batu dimulai dari pondasi bawah dan kearah dinding atas.
Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengukuran bersama hasil pekerjaan dengan Direksi Pekerjaan
dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara pemeriksaan pekerjaan sebagai dasar untuk menjadikan hasil
pekerjaan pada progress prestasi pekerjaan.

6. Bronjong dengan kawat yang dilapisi galvanis

Bronjong digunakan untuk pencegah erosi dan di pasangan dalam Bentuk anyaman heksagonal
dengan lilitan kawat anyaman 3 kali dan berjarak maksimum 40 mm. Ukuran ø anyaman bronjong
80 mm x 110 mm (toleransi 10%) dengan ø kawat 2,7 mm. Bronjong berbentuk kotak serupa matras
berukuran 2 m x 1 m x 0,5 m. Toleransi ukuran kotak / matras (panjang, lebar, tinggi) sebesar 5%. Pada
pemasangan, bronjong untuk penahan tanah harus ditempatkan pada bagian yang bersinggungan dengan
tanah dan diberi lapisan filter ijuk.
Gambar Rehabilitasi Jembatan .S.Woimendaa
Cara Pelaksanaan
a. Merentang bronjong sebelum pengisian ;

o Letakkan bronjong atau kelompok bronjong pada tempatnya, mantapkan ujung bronjong dimana
pekerjaan akan dimulai dengan tonggak yang dimasukkan melalui kedua sudut kedalam tanah dan diikat
dengan kuat.
o Selama pekerjaan berjalan, bronjong kosong selebihnya diikat satu dengan yang lain. Rentangkan sisi
bronjong dengan menyelipkan palang dari kayu kedalam sudut bawah dan mengungkitnya kedepan.
o Selama bronjong direntangkan, periksalah ikatan kawat yang telah dikerjakan dengan betul dan tidak
berantakan. Periksa ikatan-ikatan dengan bronjong lapis bawahnya, jika terdapat ikatan yang tidak betul
harus diikat kembali.

b. Pengisian bronjong ;

o Isilah bronjong dengan batu keras yang tahan lama berdiameter 25 cm dan tidak lebih kecil dari
anyaman. Prosentase material kecil untuk mengisi rongga batuan besar hanya diperbolehkan 5 % ( lima
persen ) saja.
o Isilah bronjong dengan mengatur sedemikian rupa sehingga isian batu dapat penuh, padat, dan ruangan
kosong sangat menimum. Bila mungkin biarkan bronjong tersebut kosong, karena akan mudah
menyambung bronjong berikutnya.
o Isilah semua bagian ruangan bronjong hanya 1/3 ( satu per tiga ) nya dulu, kemudian pasanglah semua
kawat-kawat penguat horizontal dalam bronjong langsung diatas permukaan batu, untuk menjaga agar
permukaan bronjong merata.
o Selanjutnya diisi batu lagi samapi 2/3 ( dua per tiga ) bagian dan ulangi lagi penguatan kawat horizontal
dan akhirnya diisi lagi hingga penuh.

c. Mengunci tutup bronjong ;

o Rentangkan tutup bronjong dengan tepat menyelimuti isi bronjong dengan memakai linggis bengkok (
crowbar ) dan diikat dengan kawat.
o Sudut-sudut harus dikunci sementara dulu, guna menjaga agar tersedia cukup anyaman untuk menutupi
seluruh permukaan.
o Bila isi bronjong terlalu penuh mungkin beberapa isi harus dibuang / dikeluarkan dari puncak bronjong
untuk mencegah tutup tidak terentang terlalu renggang

d. Pada saat hendak dilakukan pemasangan bronjong terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari direksi
7. Pasangan Batu Kosong.

o Pasangan batu kosong di lakukan setelah pemasangan bronjong dan berfungsi sebagai sandaran
sekaligus penahan bronjong yang terpasangan di dasar kali .
o Batu di susun rapi di belakang permukaan beronjong seperti di tunjukan pada gambar ..

Gambar Pasangan Batu

Demikian metode pelaksanaan secara garis besarnya, metode pelaksanaan yang lebih detail akan dibuat pada
saat pelaksanaan nanti. Tentu saja di dalam pelaksanaannya nanti dapat timbul alternatif – alternatif lain yang
mungkin lebih efisien dan efektif. Mudah-mudahan uraian ini dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek ini.

Kendari 5 Agustus 2019


CV. CAHAYA LIMA MANDIRI

SULHAN
Direktur

Anda mungkin juga menyukai