Anda di halaman 1dari 22

Draft 3

BAB III TAHAP PEMBANGUNAN EMBUNG


TAHAP PEMBANGUNAN EMBUNG

Tahap pelaksanaan Pembangunan Embung seluruhnya bersandar kepada


dokumen perencanaan teknis yang terdapat dalam dokumen pelelangan.
Diantaranya gambar rencana beserta detail pelaksanaan arsitektur, struktur,
pertamanan dan tata ruang; rencana kerja (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB),
Rincian volume Pekerjaan (Bill of quantity-BQ) dan Laporan Perencanaan Teknis.
Berdasarkan dokumen tersebut, maka Tahap Pelaksanaan Pembangunan Embung
dapat dibagi ke dalam tiga tahapan kegiatan utama, yakni:
1. Tahap persiapan dan mobilisasi;
2. Tahap pelaksanaan pembangunan atau tahap konstruksi;
3. Tahap Pelaporan.
Masing-masing tahapan memiliki tata cara dan persyaratan tersendiri, kait mengkait
dan dilaksanakan secara berurut dan kronologis. Khusus untuk RAB dan BQ dalam
penulisan buku ini akan ditempatkan dalam Bab IV.

3.1 TAHAP PERSIAPAN


Pekerjaan Persiapan dan Mobilisasi merupakan kegiatan pokok
yang mempersiapkan dan mengadakan seluruh kebutuhan yang
diperlukan Tahapan Konstruksi pembangunan embung. Diantaranya
berupa pengadaan barang dan perlengkapan, peralatan dan material
yang dibutuhkan, termasuk yang menyangkut dengan masalah
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja serta mobilisasi dan
demobilisasi tenaga kerja dan peralatan, pembuatan gudang atau bedeng
dan pembuatan papan nama proyek.
3.1.1 Pengadaan perlengkapan, alat dan material
3.1.1.1 Keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Faktor keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja penting
diperhatikan, dan merupakan prasyarat yang wajib dipenuhi pelaksana
pembangunan embung untuk mencegah terjadinya resiko kecelakaan
kerja. Perlengkapan yang harus diadakan adalah Helm, Sarung Tangan
dan Sepatu boot. Dalam konteks ini perlu disediakan pula kotak P3K, yang
berisi berbagai jenis obat ringan, perban, gunting, kapas dan alat
pembersih hyginis sebagaimana dipersyaratkan dinas kesehatan
3.1.1.2 Peralatan Konstruksi

Peralatan pokok untuk pembangunan embung meliputi peralatan galian,


timbunan atau urugan, pemadatan, pembuangan tanah, peralatan
pertukangan dan peralatan terkait dengan pemasangan lapisan kedap air
seperti geomembrane dan atau terpal.
1. Pekerjaan pemadatan dilakukan dengan mesin hand stamper atau
vibro ukuran kecil.
2. Pekerjaan pembuangan tanah menggunakan gerobak angkut, pacul,
sekop dan kendaraan pick up/truk untuk pembuangan tanah dalam
jumlah besar.
3. Pekerjaan Pertukangan memerlukan gergaji, palu besar dan kecil,
linggis besar dan kecil, gegep (kakak tua) atau tang, sendok semen,
molen untuk keperluan cor, selang water pass, benang dan lain-lain
sebagainya. Sebagian peralatan ini biasanya sudah dibawa Tukang
saat mobilisasi.
4. Peralatan Pelapis Kedap Air untuk pemasangan geomembrane dan
terpal. Bila menggunakan geomembrane, maka diperlukan peralatan
dan tenaga kerja khusus dengan qualifikasi standar pabrik.
3.1.1.3 Material konstruksi.
Bahan-bahan atau material yang digunakan untuk membangun embung
adalah:
1. Tanah lempung untuk urugan atau pelapis kedap air di kolam
embung.
2. Pasir halus dan kerikil untuk pengisi material semen-tanah, adukan
pasangan batu dan agregat halus beton.
3. Batu pecah berukuran kecil, bongkahan batu atau batu kali, dan
kerikil untuk urugan kolam embung, agregat kasar beton dan lapisan
pelindung erosi.
4. Semen untuk pasangan batu dan untuk bak penampung air
5. Pipa HDPE Atau pipa PVC dengan diameter 11/4 atau 2 inchi untuk
distribusi air.
6. Geomembrane atau terpal untuk mencegah peresapan atau
rembesan air secara berlebihan (bila diperlukan).
7. Papan atau triplex ukuran 6 mm-9 mm untuk pembuatan papan
nama, dan berbagai material bangunan untuk keperluan pembuatan
bedeng, gudang penyimpanan peralatan dan material, serta kantor
mini yang merupakan representasi pelaksana proyek.
3.1.2 Mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan alat
Untuk pembangunan embung, jumlah dan jenis tenaga kerja yang
diperlukan Pengertian mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja dan
peralatan proyek pembangunan embung adalah kegiatan mendatangkan
ke lokasi (mobilisasi) baik untuk tenaga kerja dan peralatan yang
dibutuhkan. seperti backhoe (excavator), hand stamper atau vibro, dan
mengembalikannya (demobilisasi) setelah tidak diperlukan lagi. Tenaga
kerja yang diperlukan untuk membangun embung tidak banyak. Mereka
hanya diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu setelah kolam
embung digali dengan menggunakan excavator, dipadatkan dengan
mesin hand stamper atau vibro, dan tenaga khusus terkait pemasangan
geomembrane. Pekerjaan itu antara lain untuk pembuatan boks kontrol,
pemasangan pipa HDPE, pekerjaan cor-coran dan plesteran, dan
pemasangan pagar. Para tenaga ahli sipil dan arsitek yang bekerja di
perusahaan pelaksana pembangunan embung dapat memperkirakan
jumlah tenaga kerja yang diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Tenaga kerja, peralatanan dan bahan bangunan harus sudah tersedia
di lokasi proyek 3 hari sebelum kegiatan kontruksi dimulai. Peralatan
dan bahan bangunan seperti kayu, semen, besi, seng atau apapun
yang diperlukan ditempatkan di lokasi yang aman agar tidak mudah
rusak, dan tidak jauh dari lokasi pekerjaan pembangunan embung.
Khusus untuk meterial geomembrane atau terpal disimpan dengan
terlebih dahulu disediakan alas, agar tidak langsung menempel pada
tanah atau semen, dan diperhitungkan faktor peletakan agar tidak
terlipat atau kena benda tajam seperti paku atau batu pecahan.
Tindakan ini harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya
kebocoran saat geomembrane atau terpal digelar untuk pelapis dasar
dan dinding kolam embung.
2. Tenaga kerja disediakan tempat istirahat yang layak, antara lain
tersedia tempat tidur yang layak, ada lampu penerangan, ada MCK,
tercukupi kebutuahan makan dan minum, dan kotak P3K. Tempat
yang dimaksudkan adalah tenda atau bedeng tempat mereka
berteduh saat hujan dan terik mentari.
3. Pengarahan dilakukan oleh mandor sebelum kegiatan konstruksi
dimulai.
4. Demobilisasi tenaga kerja dan peralatan yang mendukung
pelaksanaan pekerjaaan dilakukan apabila pekerjaan dinyatakan
telah selesai.
3.1.3 Bedeng Kantor dan gudang
Bangunan bedeng atau bangunan sederhana dengan material kayu, tripleks
dan asbes atau seng bergelombang untuk atap, dibuat dengan ukuran 3 x 4 meter.
Bangunan ini menyambung dengan gudang seukuran 2 x 3 meter. Fungsi bangunan
ini adalah sebagai tempat berkumpul dan berkoordinasi para pekerja, tempat
istirahat dan tinggal sementara, serta tempat untuk menyimpan peralatan dan
material pekerjaan.
Khusus untuk bangunan kantor, sifatnya tidak wajib, tetapi disesuaikan
dengan keperluan. Bila diperlukan, kantor dibuat dari bahan kayu kaso, dinding
tripleks 4 mm atau multipleks 9 mm dan atap seng bergelombang. Luasnya cukup 4
m x 6 m. Kantor sementara ini dapat diisi dengan :
1. Meja dan kursi.
2. Kamar mandi dan toilet.
3. Telepon/Alat komunikasi.
4. Papan tulis.
5. Kotak P3K.
3.1.4 Pembuatan papan nama proyek
Papan nama proyek dibuat dengan bahan utama berupa tripleks
(ketebalan 4 mm) atau multipleks (ketebalan 6 mm) dengan ukuran 1 m x
1,5 m dan satu permukaannya diberi cat warna putih. Pilihan lainnya
adalah papan reklame digital printing dengan ukuran 90 cm x 120 cm.
Teks ditulis dengan cat warna hitam, dan Papan reklame disangga dengan
tiang kayu setinggi 1 atau 2 meter agar mudah dilihat.
Papan nama proyek diperlukan untuk pemberitahuan kepada umum bahwa
di lokasi yang bersangkutan sedang dilaksanakan pekerjaan tertentu (identitas
proyek). Karena itu papan nama proyek harus memuat:
1. Nama kegiatan/pekerjaan
2. Lokasi Proyek
3. Jumlah Biaya/Harga Pekerjaan sesuai kontrak
4. Sumber dana
5. Tahun Anggaran
6. Waktu Pelaksanaan Proyek (Tanggal, bulan, tahun)
7. Nama pelaksana/Kontraktor
8. Nama Konsultan Pengawas/Perencana.
Gambar 1. Papan nama proyek

3.2 TAHAP PELAKSANAAN


Tahapan pekerjaan pada tahap pelaksanaan pembangunan embung
dimulai saat pengukuran kembali (uitzet) dan pematokan batas
pekerjaan, pembersihan lahan (land clearing), pekerjaan galian, timbunan
atau urugan, pemadatan tanah, pekerjaan betonisasi, pemasangan dan
plesteran, pekerjaan kawat (pagar embung), pemasangan pipa HDPE/PVC
dan aksesorisnya, serta bangunan pelengkap seperti sumur resapan dan
lain-lain. Pada bangunan embung yang memerlukan lapisan kedap air,
maka setelah kolam digali dan dipadatkan, berlaku aturan tata cara
pemasangan geomembrane (Rinciannya dijelaskan pada sub bab
pemasangan geomembrane atau terpal).

3.2.1 Pengukuran kembali (uitzet) dan Pematokan Batas Pekerjaan


Kegiatan pengukuran kembali atau uitzet (pengukuran ulang) diperlukan
untuk memastikan ada tidaknya perubahan (pengurangan atau
penambahan) akibat pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.
Pengukuran dan pematokan dilakukan untuk membatasi area pekerjaan
embung, menentukan bench mark (BM) dan elevasi ketinggian
permukaan tanah. Jenis dan besarnya perubahan pekerjaan harus dicatat
dan didokumentasikan ke dalam dokumen resmi. Bila ada atau
ditemukan perubahan ukuran, maka yang harus dilakukan pelaksana
pekerjaan adalah:
a. Mengacu kembali pada perencanaan awal dengan beberapa
penyesuaian.
b. Bila jumlah perubahan tergolong besar, maka ada dua solusi yang
dapat dilakukan. Pertama, merubah rancangan awal agar tidak
melebihi anggaran maksimum, dan kedua, membagi pekerjaan
menjadi dua tahap. Tahap 1 menggunakan anggaran yang sudah
disepakati, dan tahap 2 atau sisa pekerjaan diselesaikan dengan
menggunakan dana dari sumber lain seperti swadaya.
c. Pengukuran ulang dapat dilakukan dengan menggunakan alat GPS
atau pita ukur. Kedua alat ukur digunakan untuk mengukur tinggi dan
peta lokasi. Cara lain yang lebih sederhana menggunakan meteran
dan water pass untuk mengukur kesesuaian tinggi.
d. Ketinggian elevasi +/- 0.00 diambil dari titik ketinggian permukaan
tanah/jalan dan wilayah pengguna air embung. Pilihan terbaik
adalah semakin tinggi posisi embung, semakin lancar distribusi dan
pembuangan air embung. Tetapi dapat juga disesuaikan dengan
mempertimbangkan faktor kondisi lapangan setelah berkonsultasi
dengan Konsultan Pengawas dan Pemberi Pekerjaan (PPK atau yang
mewakili).
Gambar 2. Pengukuran kembali dan Pematokan batas pekerjaan

3.2.2 Pembersihan lahan (Land Clearing)


Kegiatan pembersihan (land clearing), ditujukan untuk menyingkirkan semua
halangan yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Misalnya pepohonan, sampah,
semak belukar dan lain-lain. Tahapan land clearing antara lain:
1. Memastikan batas-batas lahan yang akan dibersihkan.
2. Batas lahan yang telah ditetapkan diberi tanda berupa patok kayu yang
disambung dengan tali.
3. Para pekerja membersihkan dan meratakan lahan dalam area yang sudah diberi
pembatas dengan bekhoe. Lubang bekas akar pohon dan semak belukar diisi
tanah dan dipadatkan antara lain dengan menggunakan stamper atau vibro.
4. Sampah hasil perbersihan lahan seperti pohon, tanah dan semak belukar,
dibuang pada tempat yang telah ditentukan. Tujuannya agar masyarakat bisa
memanfaatkan material yang masih bisa dipakai. Sisanya ( yang tidak bisa
dipakai) harus dibakar atau dibuang di tempat yang ditentukan, tetapi bukan di
sungai atau tempat yang mengganggu kepentingan umum.
Gambar 3. Pembersihan Lahan

3.2.3 Lokasi Pembuangan Material Galian


Pekerjaan pembangunan embung utamanya adalah menggali tanah sesuai
ukuran tertentu sehingga membentuk kolam penampungan air. Untuk mengurangi
jumlah tanah galian yang harus dibuang, volume pekerjaan galian sebaiknya dibuat
sama dengan volume pekerjaan timbunan. Namun bila volume timbunan lebih
sedikit daripada volume galian, maka akan ada sisa tanah galian yang tidak boleh
dibiarkan begitu saja. Solusinya antara lain bisa dibuat tanggul, atau dijual kepada
pihak lain yang membutuhkan tanah urugan. Teknis pembuangan material galian ini
adalah:
1. Ditentukan lokasi pembuangan radius 150 meter di luar lokasi proyek agar tidak
mengganggu aktivitas pekerjaan proyek dan kepentingan umum.
2. Material galian buangan diangkut dengan gerobak atau alat angkut lainnya ke
lokasi pembuangan.
3.2.4 Pekerjaan Galian
Hampir seluruh kegiatan awal pembangunan embung terkait dengan
pekerjaan galian. Mulai dari kolam embung, boks kontrol, fondasi pagar,
angkur geomembrane, sumur resapan, saluran inlet dan outlet
semuanya memerlukan galian tanah. Hanya saja volume galian berbeda-
beda sesuai dengan besaran dan luas area galian. Syarat Pelaksanaan
Galian:
1. Semua pekerjaan galian harus didasarkan pada panjang, lebar,
kedalaman dan kemiringan slope sesuai dengan gambar rencana dan
pertimbangan mudah tidaknya pengerjaannya.
2. Kedalaman galian harus diawasi dengan seksama agar tidak terjadi
kesalahan dalam penentuan kedalaman galian
3. Jika lubang galian tergenang air, maka genangan air tersebut harus
dikeringkan dulu dengan memompanya keluar dari area yang akan
digali.
3.2.4.1 Pekerjaan Galian Kolam Embung
Pekerjaan galian tanah kolam embung menggunakan satu unit backhoe
atau excavator. Dengan syarat pelaksanaan galian sebagai berikut :
1. Excavator atau Beckhoe yang digunakan untuk menggali kolam
embung (milik sendiri pelaksana pembangunan atau sewa) harus
dalam keadaan baik, sehat dan muda tahun pembuatannya agar
dapat menjamin percepatan penyelesaian pekerjaan.
2. Operator Excavator memulai pekerjaan menggali setelah mendapat
perintah dan petunjuk dari Mandor, dan pengawas pekerjaan. Dan
area yang digali adalah kolam embung dengan panjang dan lebar
sesuai dengan spesifikasi gambar dan telah dibuat patok batas galian
seperti halnya bowplank pada pembangunan rumah atau gedung.
3. Sesuai dengan petunjuk gambar rancang bangun, kedalaman galian
kolam embung adalah 2-4 meter diukur berdasarkan dasar kolam ke
puncak tanggul.
4. Waktu yang diperlukan untuk pekerjaan galian kolam embung adalah
maksimal 6 hari kerja untuk embung volume 1.000 m 3 dan
maksimum 15 hari kerja untuk embung volume 5.000 m3.
Gambar 4. Pekerjaan Galian

3.2.4.2 Pekerjaan Galian Pendukung Kolam Embung


Pekerjaan galian pendukung kolam embung seperti Fondasi Pagar, Sumur
Resapan, Saluran Air Masuk (Inlet), Saluran Air Keluar (Outlet), dan galian
untuk tempat Angkur Geomembrane, dapat dilakukan olehctenaga kerja
atau pekerja bangunan. Karenanya diperlukan peralatan manual seperti
pacul, sekop, belincong, dan alat gali lainnya. Pekerjaan galian ini
dilakukan setelah seluruh pekerjaan galian kolam selesai, dan sudah siap
untuk dilanjutkan dengan pekerjaan lainnya.
3.2.4.3 Pemeriksaan Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian kolam dianggap selesai setelah diperiksa dengan
seksama oleh mandor dan pengawas pekerjaan lapangan dan dicocokkan
dengan spesifikasi gambar. Keduanya harus memastikan:
1. Luas area galian, kedalaman kolam, serta jenis galian lain yang
berada dalam kolam seperti bak kontrol atau kolam kuras. Bila tidak
sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki, maka segera meminta
operator beckhoe untuk menggali kembali.
2. Permukaan tanah dasar dan dinding kolam. Apakah masih ada
lubang-lubang yang perlu diurug atau ditimbun, atau masih belum
rata sehingga memerlukan pekerjaan tambahan.
3. Tempat pembuangan tanah hasil galian, sudah sesuai dengan
perencanaan awal atau belum. Tanah hasil galian ini banyak sekali,
dan memerlukan penanganan yang serius dan harus dibuang pada
tempat yang telah ditentukan.
4. Membuat laporan proses hasil pekerjaan galian dan menyertakan
hasil dokumentasi.

3.2.5 Pekerjaan Timbunan (Urugan) dan Pemadatan Tanah


Setelah dilakukan penggalian, dan tanah hasil galian dipindahkan ke
tempat pembuangan yang telah ditentukan, maka pekerjaan dilanjutkan
dengan memadatkan tanah dan menimbun tanah pada tempat-tempat
atau bagian yang diperlukan terutama dasar embung, dinding dan
tanggul embung. Tanah untuk mengurug atau menimbun diambil dari
bekas galian. Dua alat utama untuk mengurug menggunakan excavator
atau backhoe, dan untuk pemadatan digunakan mesin pemadat
(compactor) atau hand stamper.
Syarat-Syarat Pelaksanaan Penimbunan dan Pemadatan Tanah ini adalah:
1. Penimbunan dan pemadatan tanggul harus dilakukan berlapis-lapis.
Setiap mencapai ketinggian tertentu, tanah urugan langsung
dipadatkan hingga mencapai ketebalan 15 cm. Begitu seterusnya
hingga tanggul mencapai ketinggian ideal sebagaimana tertuang
dalam gambar rancang bangun embung.
2. Timbunan untuk mengisi angkur geomembrane menggunakan tanah
setempat dan pemadatan dilakukan dengan menggunakan hand
stamper .
Gambar 5. Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan

3.2.6 Pemasangan Geomembrane atau terpal


Pemasangan geomembrane diperlukan hanya pada jenis tanah tertentu,
yang perkolasi (tingkat rembesan)nya tinggi. Kebanyakan lokasi
permukiman transmigrasi yang berada di Tanah Gambut mengharuskan
embung menggunakan geomembrane atau terpal sebagai solusi.
3.2.6.1 Bahan geomembrane yang dianjurkan
1. Terbuat dari bahan polimer sintetis High Density Poly Ethylene (HDPE)
berkualitas tinggi yang murni (bukan hasil daur ulang). Densitasnya 0, 94 g/cm 3
dan 2-3% kandungan karbon hitam. Sertifikasi bahan baku ini harus dikeluarkan
oleh laboratorium independen.
2. Material geomembrane diproduksi dengan menggunakan flat cast, dan
dibuktikan dengan adanya keterangan dari pabrik pembuatnya.
3. Garansi 5 tahun resmi dari pabrik dan pabrik harus memiliki sertifikat mutu ISO
9001 (2008)
4. Setiap rol geomembrane harus ada nomor identifikasi produksi dan wajib
disertai pada laporan QA/QC.
5. Ketebalan geomembrane adalah 1,00 mm, berwarna hitam dan halus di kedua
sisi.
6. Lebar setiap lembaran geomembrane 7 – 8 m, dan panjang 21 m.
7. Material geomembrane harus memenuhi semua persyaratan dan kriteria
sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah ini :

Tabel I. Spesifikasi Bahan Geomembrane

NO Item Pengujian Metode Tes Frekuensi Satuan Nilai


1 Ketebalan ASTM D 5199 Setiap rol mm 1,00
2 Densitas ASTM D 1505 Setiap 5 rol g/cm3 0,94
3 Tensile Properties ASTM D 6693, Type IV Setiap 5 rol    
4 Strength at Break Dumbell, 2 ipm Setiap 5 rol N/mm 18
5 Strength at Yield   Setiap 5 rol N/mm 15
6 Elongation at Break G.L. 51 mm Setiap 5 rol % 700
7 Elongation at Yield G.L. 33 mm Setiap 5 rol % 13
8 Tear Resistance ASTM D 1004 Setiap 5 rol N 125
9 Puncture Resistance ASTM D 4833 Setiap 5 rol N 352
10 Carbon Black Content ASTM D 1603 Setiap 5 rol % 2,0-3,0
11 Carbon Black Dispersion ASTM D 5596 90000 kg - Note
12 Notched Constant Tensile Load ASTM D 5397, Appendix 90000 kg jam 400
13 Oxidative Induction Time ASTM D 3895, 200° C ; O 2, 1 atm   menit > 100
14 Panjang Per Rol -   m 210
15 Lebar Per Rol -   m2 7
m
16 Luas Per Rol -   1.470
Sumber : Penentuan Lokasi, Rancangan dan Pembuatan Embung untuk Pertanian

3.2.6.2 Peralatan untuk pemasangan geomembrane


1. Mesin hot wedge welder dan Mesin extrusion welder sebagai penyambungan
panel geomembrane.
2. Air pressure tester, alat tes penyambungan geomembrane
3. Vacuum tester, alat tes kebocoran sambungan geomembrane
4. Alat tensiometer, untuk menguji kekuatan tarik (peel) dan geser (shear) dari
sambungan geomembrane
5. Coupon Cutter, pemotong sample sambungan geomembrane yang akan diuji
kekuatan tariknya.

3.2.6.3 Syarat Pelaksanaan Pemasangan Geomembrane


1. Sub Kontraktor spesialis pemasang geomembrane harus memiliki sertifikat mutu
ISO 9001 (tahun 2008) dan OHSAS 18001 (2007).
2. Teknisi pemasang geomembrane harus memiliki sertifikat CWT (certified welding
technician) yang dikeluarkan asosiasi geosintetik internasional (IAGI), dan pada
saat pemasangan menggunakan alat pengaman dan perlindungan diri (APD)
seperti baju rompi safety, sepatu boot, helm pelindung kepala, sarung tangan
dan kaca mata safety.
3. Permukaan tanah tempat digelarnya geomembrane harus sudah bersih dari :
a. Benda-benda perusak seperti batu, kerikil tajam, akar pohon, batang pohon,
dan lain-lain yang dapat menimbulkan kebocoran dan kerusakan
geomembrane.
b. Tanah dasar embung yang akan dilapisi harus sudah rata, sama ratanya di
seluruh area. Sehingga tidak akan ada rongga angin di bawah lapisan
geomembrane.
4. Lokasi penyimpanan geomembrane sedekat mungkin dengan lokasi kerja untuk
efisiensi pelaksanaan pemasangan.
5. Pemasangan geomembrane harus sesuai dengan petunjuk pabrik, dan digelas
sesuai dengan gambar panel yang telah direncanakan.
6. Minimalkan pemotongan geomembrane dan paralel dengan garis maksimal
lereng (kemiringan), tidak melintang terhadap lereng, dan sambungannya
sebaiknya memotong lereng tegak lurus dari atas ke bawah.
7. Panel geomembrane harus dikunci dengan menggunakan angkur yang
dipersyaratkan dan sesuai dengan perencanaan.
8. Ujicoba (trial welding) harus dilakukan sebelum panel geomembrane digelar
untuk pertama kalinya. Fungsinya untuk menguji kekuatan tarik sampel
sambungan. Tata cara pengujian untuk kekuatan tarik sampel sambungan,
dimensi sampel sambungan dan besar kekuatan tarik yang harus dipenuhi harus
sesuai dengan standar GRI GM 19, dan hasilnya dicatat dan didokumentasikan.
9. Cara mengetes bocor tidaknya sambungan geomembrane menggunakan air
pressure tester dan vacuum tester yang harus memenuhi standar GRI GM 19.
Hasil proses tes kedua alat itu secara visual akan memunculkan gelembung
akibat adanya kebocoran sambungan.
3.2.6.4 Pemasangan geomembrane.
Setelah mengetahui spesifikasi bahan, peralatan dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi, berikut ini adalah tahap pemasangan geomembrane.
1. Setelah pekerjaan galian kolam selesai, seluruh permukaan kolam dibersihkan
dengan membuang semua material yang diperkirakan akan merusak
geomembrane, dan diratakan seperti halnya pekerjaan plester adukan semen
dinding rumah. Tidak boleh ada kerikil, batu atau kayu yang menonjol, yang
masih tersisa.
2. Selanjutnya gulungan geomembrane dibuka oleh pekerja sambil berjalan dengan
hati-hati agar tidak lari dari garis panel.

Gambar 6. Penggelaran Geomembrane

3. Penyambungan Geomembrane
Penyambungan antar lembar geomembrane menggunakan alat penyambung
otomatis hot wedge welder yang diprogram untuk dapat bergerak sendiri
dengan kecepatan tertentu. Penggunaan alat ini memudahkan penyelesaian
pekerjaan. Penyambungan geomembrane dengan pipa HDPE bisa digunakan
mesin extrusion welder secara manual.
Gambar 7. Penyambungan geomembrane dengan mesin

4. Rangkaian Tes dan Ujicoba


Setelah seluruh pekerjaan pemasangan dan penyambungan geomembrane
selesai, tidak serta merta dilakukan pengisian air. Tetapi, harus dilakukan
inspeksi (pengecekan) terutama pada berbagai sambungan dan uji coba atas
kekuatan tarik geomembrane dan uji kebocoran. Untuk uji kekuatan tarik
dilakukan sesuai dengan petunjuk pabrik dan untuk uji kebocoran digunakan air
pressure tester dan vacuum tester.
Ada dua cara bisa dilakukan untuk menguji kebocoran geomembrane.
a. Menggunakan meteran air. Meteran ini tujuannya untuk mengukur
kedalaman air. Bila permukaan air embung berkurang (dipantau melalui
meteran air) dipastikan terjadi kebocoran.
b. Pengukuran evaporasi menggunakan pan evaporator. Bila terjadi penurunan
permukaan air embung lebih besar dari laju evaporasi maka bisa dipastikan
terjadi kebocoran.
3.2.7 Pekerjaan Beton
Pekerjaan beton diperlukan untuk memperkuat dasar bangunan yang
memerlukan betonisasi. Bahan bakunya adalah semen protland (PC), Pasir (PS),
agregat (split, batu pecah), papan kayu untuk bekisting dan air. Jenis pekerjaan
beton untuk embung adalah:
1. Pembuatan boks control.
2. Pembuatan fondasi pagar
3. Pekerjaan beton untuk dasar kolam (pipa pemompa)
4. Pembuatan sumur resapan
5. Pekerjaan beton untuk inlet.

Syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan beton adalah :

1. Material cor beton diaduk berdasarkan perkiraan perbandingan volume dengan


campuran 1 PC : 2 PS dan 3 KR. Komposisi adukan atau adonan ini diharapkan
mampu menghasilkan beton yang rapat pori-pori, dan tidak akan terpengaruh
cuaca atau perubahan alam. Adonan cor beton dimasukkan ke lokasi yang akan
dicor yang telah dibatasi bekisting.
2. Sebelum dilakukan pengecoran, sisi dalam bekisting disiram dengan air dan
harus bebas dari berbagai kotoran yang tak dikehendaki. Kebersihan area cor ini
penting sekali dijaga agar tidak ada ruang yang memungkinkan terjadi
kecocoran.
3. Masa pengerasan cor berlaku umum, yakni 14 hari. Selama masa itu dilakukan
perawatan dengan tetap menjaga kelembaban permukaan beton dengan cara
menyiram air, menggenangi air, atau menutupnya dengan karung goni basah.

Gambar 8. Pekerjaan Beton


3.2.8 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
Pekerjaan pasangan dan plesteran dikhususkan untuk membuat saluran
overflow, atau pembuangan air. Bahan bakunya adalah batu belah yang keras yang
memiliki 3 sisi bidang permukaan, portland cement (PC), pasir (PS) dan air. Adapun
syarat pelaksanaan pekerjaannya adalah:
1. Pasangan batu belah tidak boleh berongga, celah-celah besar harus ditutup
dengan pecahan batu kecil dan direkatkan dengan adukan 1 PC : 4 PS.
2. Bagian yang muncul di permukaan tanah harus diplester dengan komposisi
adukan 1 PC : 4 PS.
3. Dimensi dan ukuran pemasangan batu untuk overflow harus sesuai dengan
gambar rencana.
3.2.9 Pekerjaan Pagar Kawat
Pekerjaan yang satu ini mengandalkan bahan baku berupa kawat berduri 2.50 –
3.00 mm, dan pipa besi ∅ 1.5” untuk tiang pagar. Cara pengerjaannya adalah :
1. Pagar dengan kawat besi berduri dipasang di atas tanggul yang mengelilingi
embung. Setiap jarak 3 meter dipasang satu fondasi beton untuk tiang pagar.
2. Tinggi tiang pagar tergantung keperluan. Bisa 1 (satu) m, atau 1,5 m.

Gambar 9. Pekerjaan Pemasangan Pagar

3.2.10 Pemasangan Pipa HDPE/ PVC/ dan aksesorisnya.


1. Bahan yang dipergunakan:
a. Pipa HDPE PN 10 SDRI 17 ∅ 110 mm, 160 mm dan 300 mm
b. Tee HDPE ∅ 160 mm
c. Valve ∅ 160 mm dan ∅ 300 mm
d. Strainer
e. Welding Rod HDPE
2. Peralatan yang digunakan
a. Butt Fusion Machine untuk penyambungan pipa HDPE
b. Extrusion welder untuk penyambungan pipa HDPE dan aksesoris pipa
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pipa HDPE disambung dengan menggunakan alat butt fusion machine yang
menggunakan sistem panas
b. Pipa HDPE dan aksesoris pipa berupa Tee dapat disambung dengan
menggunakan alat extrusion welder.
c. Strainer dipasang pada pipa pemompa untuk menyaring air yang akan
dipompakan sehingga kotoran tidak merusak pompa.
d. Valve dipasang di dalam control box sesuai dengan gambar perencanaan.

Gambar 10. Pemasangan Pipa


3.3 TAHAP PELAPORAN
3.3.1 Administrasi dan Pelaporan
Kegiatan administrasi dan pelaporan harus dilakukan oleh pelaksana pekerjaan bisa
berbentuk mingguan atau bulanan. Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui
kemajuan progress pekerjaan dari waktu ke waktu. Formatnya bisa bermacam-
macam sesuai kesepakatan. Laporan yang dibuat oleh pelaksana pekerjaan
diserahkan kepada pemberi pekerjaan, dalam hal ini Ditjen PKT2P. Bentuk dan jenis
laporan yang dikehendaki adalah:
1. Progress Pelaksanaan Pekerjaan.
Pelaksana Pekerjaan (Kontraktor) melaporkan detail pekerjaan yang sudah
dilaksanakan secara kronologis, mulai dari persiapan pekerjaan hingga pelaksanaan
pekerjaan. Pelaporan itu antara lain:
a. Tahapan penentuan lokasi, pengukuran ulang, mobilisasi peralatan dan tenaga
kerja, pembersihan lahan, hingga penentuan lokasi dan pembuangan hasil
galian.
b. Tahapan konstruksi mulai pekerjaan galian, pekerjaan timbunan, pemadatan dan
pekerjaan bangunan pelengkap.
c. Kendala dan pokok masalah yang dihadapi, dan solusi untuk penyelesaian
masalah tersebut.
2. Realisasi Penggunaan Anggaran
Pelaporan penggunaan keuangan sangat penting dilakukan agar pihak pemberi
bantuan/penyedia anggaran mengetahui detail penggunaan anggaran. Pelaporan
penggunaan anggaran ini berguna untuk pencegahan salah guna anggaran, dan atau
penyelewengan anggaran.
3.3.2 Dokumentasi
Dokumentasi yang dimaksudkan di sini adalah pengumpulan seluruh dokumen
kegiatan pembangunan embung. Diantaranya:
1. Rekaman gambar berupa foto dan video kegiatan pembangunan dari awal
hingga akhir dengan diserahkannya bangunan kepada pihak pelaksana pengelola
embung.
2. Arsip seluruh dokumen terkait pembangunan, mulai dari perencanaan, gambar
rancang bangun, dan dokumen lelang.

Berita Acara serah terima bangunan embung dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi RI kepada pihak pelaksana pengelola embung.

Anda mungkin juga menyukai