Anda di halaman 1dari 241

8/19/2019 Metodologi Embung

BAB EE 

U RAIAN   T EKNIS,   MET ODOLOGI  


DAN  P
PROGRAM  K
KERJA  

E.1. UMUM
Supaya rencana dan Spesifikasi Teknis yang telah disiapkan dan berjalan sesuai

dengan rencan maka diperlukan konsultan supervisi untuk Pekerjaan Supervisi

Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh), secara

umum dilakukan untuk menjamin agar penyelesaian Peningkatan Embung Geunang

Uyat ini selesai tepat pada waktunya, sesuai dengan mutu yang disyaratkan, serta

tidak menyimpang dari spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam pekerjaan

pembangunan Peningkatan Embung Geunang Uyat ada beberapa bagian yang perlu

dipertimbangkan meliputi:

BAB E 1 1

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 1/241
8/19/2019 Metodologi Embung

a.  Tubuh embung berfungsi untuk menutup lembah atau cekungan,

sehingga air dapat tertampung di sebelah hulunya.

b.  Kolam embung berfungsi untuk menampung air hujan yang masuk.

c.  Kolam embung berfungsi untuk menampung air hujan yang masuk.

d.  Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir dari kolam

ke lembah dan untuk mengamankan tubuh embung terhadap peluapan.

e.  Kolam jebakan air berfungsi untuk menangkap air yang tersisa pada musim
kemarau, agar air terkumpl pada kolam embung.

f.  Kolam jebakan lumpur digunakan untuk menangkap sedimentasi yang

masuk ke kolam embung, agar efektifitas embung tetap terjaga.

g.  Jaringan irigasi atau distribusi dapat berupa rangkaian saluran terbuka

atau pipa yang berfungsi membawa air dari kolam embung ke daerah irigasi

atau ke bak penampung air harian yang terletak dekat pemukiman (bila

hal ini memungkinkan) secara gravitasi dan bertekanan dengan cara

pemberian air tidak kontinyu.

BAB E 1 2

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 2/241
8/19/2019 Metodologi Embung

E.2. PENTINGNYA KETERLIBATAN KONSULTAN SUPERVISI INDONESIA

UNTUK KOMPETENSI BIDANG EMBUNG

Di Indonesia, pembangunan embung sudah dilaksanakan dalam beberapa

dekade terakhir, baik itu embung kecil, menengah sampai dengan embung besar

dengan tingkat kesulitan yang cukup besar.

Pada hampir semua embung menengah sampai besar yang sudah dilaksanakan di

Indonesia, umumnya pelaksanaan supervisi pembangunan embung dilakukan dengan


Konsultan Supervisi utama dari Konsultan Supervisi asing dengan pendamping

Konsultan Supervisi lokal dengan kemampuan yang bisa dibilang setara, disertai

dengan alih/transfer pengetahuan selama proses konstruksi berlangsung.

Dengan makin maraknya kompetensi keahlian, dimana keahlian, kompetensi

dan kemampuan tenaga Konsultan Supervisi Indonesia dan tenaga Konsultan

Supervisi asing sudah setara, maka sudah saatnya pelaksanaan Pembangunan

Embung Geunang Uyat ini diserahkan kepada putera-putera terbaik Indonesia yang

sudah mempunyai kompetensi, kemampuan dan keahlian yang cukup memadai,

sehingga tenaga-tenaga Konsultan Supervisi Indonesia akan bisa lebih berkibar

dan bisa lebih bersaing di dunia konstruksi internasional.

BAB E 1 3

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 3/241
8/19/2019 Metodologi Embung

E.3. PENDEKATAN OPERASIONAL

Untuk pelaksanaan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat

Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh), ini CV. ROXY ENGINEERING akan melibatkan

tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan proyek Supervisi

Peningkatan Embung Geunang Uyat dan pelaksanaan embung, sesuai dengan

ketetapan personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk mempertancar tugas,

pelaksanaan pekerjaan akan didukung oleh fasilitas penunjang berupa peralatan


 yang memadai dan sistem kerja yang seefisien mungkin.

E.3.1. Pemanfaatan Pengalaman Pekerjaan Sejenis

CV. ROXY ENGINEERING telah berpengalaman cukup dalam proyek

peningkatan embung, untuk berbagai tahapan proyek sejak dari studi kelayakan,

detail desain sampai dengan pengawasan konstruksi. Uraian detail atas pengalaman

perusahaan dalam pekerjaan yang sejenis dengan proyek pembangunan supervisi

peningkatan embung geunang uyat ini dapat dilihat pada Bab B – Daftar

Pengalaman Kerja Sejenis.

Akumulasi pengalaman para Konsultan, sangat bermanfaat dalam penyusunan

strategi pendekatan dan metodologi penanganan Pekerjaan Supervisi Pelaksanaan

Pekerjaan Pembangunan embung geunang uyat. Pengendalian pekerjaan akan dapat

berjalan dengan lancar karena konsep pengendalian, metode kerja, konsep alur

BAB E 1 4

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 4/241
8/19/2019 Metodologi Embung

koordinasi, dan format-format pengendalian setiap tahapan pekerjaan, telah

dimiliki oleh Konsultan Supervisi berdasarkan akumulasi pengalaman tersebut,

seperti akan diuraikan dalam subbab-subbab berikut.

E.3.2. Koordinasi

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, CV. ROXY ENGINEERING akan selalu

berhubungan dengan Direksi Pekerjaan, Direksi Pekerjaan Lapangan dan


Kontraktor Pelaksana sebagai Pelaksana Pekerjaan Konstruksi. Kordinasi dengan

pihak-pihak yang terkait akan sangat diperlukan demi kelancaran pelaksanaan

pekerjaan, mulai dari tahap Pra Konstruksi, Pelaksanaan Konstruksi maupun Pasca

Konstruksi.

E.3.3. Tenaga Ahli yang sesuai

Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam pekerjaan Supervisi Peningkatan

Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh). Agar diperoleh hasil

kerja yang baik CV. ROXY ENGINEERING akan menempatkan tenaga ahli dari

berbagai disiplin ilmu sesuai dengan kerangka acuan kerja dan yang sudah

berpengalaman dalam menangani proyek-proyek embung yang sejenis. Untuk

menangani pekerjaan ini CV. ROXY ENGINEERING memilih tenaga ahli yang

memenuhi kriteria sebagai berikut:

BAB E 1 5

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 5/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang

tugasnya,

  mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya,

  mempunyai latar belakang pengalaman kerja bidang embungan,

  bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Tenaga Ahli

 yang akan ditugaskan untuk menangani proyek ini akan dipimpin oleh seorang

Pimpinan Tim (Team Leader) yang akan membawahi sejumlah tenaga ahli, dan
tenaga pendukung.

E.3.4. Sistem Manajemen Proyek

Pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat

(Otsus Aceh)  yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor. Hubungan interkoneksi

antara satu pihak/pekerjaan dengan yang lainnya yang sangat kompleks dimana

target waktu penyelesaian suatu pekerjaan dapat mempengaruhi sebagian atau

seluruh target yang telah ditetapkan menjadi dasar pemikiran pentingnya

menetapkan suatu Sistem Manajemen Proyek yang komprehensif.

Sistem Manajemen Proyek harus dibentuk sebagai sarana pencapaian target

pelaksanaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat

(Otsus Aceh)  yaitu mendapatkan suatu produk yang memenuhi kualitas, tepat

BAB E 1 6

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 6/241
8/19/2019 Metodologi Embung

waktu, dan tepat biaya (ekonomis). Untuk itu sistem manajemen proyek yang telah

ditetapkan harus diterapkan secara tegas dan konsekwen.

Untuk menjaga agar progres kerja tetap dalam schedule dalam keadaan

mutu terkendali, selamat dan ekonomis, dan untuk mengatur progress dan schedule

pekerjaan yang terkait, suatu manajemen proyek yang baik harus dipilih dengan

memperhatikan program kerja, monitoring progres/pekerjaan, melaksanakan rapat

koordinasi dengan seluruh pihak, kontrol pekerjaan tambah, kontrol potensi klaim,
dan memberikan rekomendasi teknis yang cepat dan tepat terhadap permasalahan

lapangan yang timbul.

Manajemen proyek selama proses supervisi dan konstruksi merupakan fungsi dari

pada monitoring, perencanaan dan kontrol dari Proyek, sehingga proyek dapat

selesai dengan kualitas yang memadai, tepat waktu dan tepat biaya.

Kendali mutu akan diwujudkan melalui memeriksa dan menyetujui Gambar

Konstruksi, Gambar Kerja dan Shop Drawing yang diajukan oleh Kontraktor

Pelaksana Pelaksana, inspeksi harian dan supervisi terhadap kegiatan konstruksi

melalui kendali pekerjaan yang akan dicapai dengan perantara Spesifikasi, proses

pengujian/testing/start-up/pengoperasian awal peralatan. Metode pengendalian

mutu akan dijelaskan dalam pasal pasal selanjutnya.

Kendali waktu akan diwujudkan dalam bentuk kendali rencana/program konstruksi

 yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana, pengajuan gambar Konstruksi oleh

BAB E 1 7

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 7/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Engineer, rencana waktu kerja yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana yang

kemudian akan direview oleh Konsultan Supervisi dan rekomendasi teknis selama

proses konstruksi, review metode konstruksi dan manajemen harian melalui

inspeksi harian dan supervise pekerjaan, yang akan diuraikan lebih lanjut dalam

pasal berikut.

Kontrol terhadap biaya konstruksi akan diwujudkan melalui pengecekan dan

pengukuran harian terhadap semua dimensi sebagaimana yang tertera pada


Gambar Konstruksi dengan dasar Spesifikasi Teknis, pencatatan yang baik

terhadap progress pembayaran dan proses surat menyurat, pemahaman/

interpretasi yang benar terhadap item pembayaran sebagaimana tercantum dalam

Dokumen Kontrak. Hal-hal tersebut akan dikemukakan lebih lanjut dalam pasal

berikut.

Sistem Manajemen Proyek yang akan diterapkan adalah yang berbasis

komputer (Computer Based Project Management Sistem ) untuk memenuhi

berbagai keperluan sebagaimana diuraikan diatas. dan akan terdiri antara lain :

Data base korespondensi, Database Gambar-Gambar, Sistem Monitoring Kemajuan

Pekerjaan, dan Sistem Kontrol Biaya, dan lain-lain.

1.  Database korespondensi

Sistem ini akan dioperasikan dengan software yang umum terdapat, dengan

fungsi utama:

BAB E 1 8

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 8/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  memonitor tanggapan dari waktu ke waktu yang memerlukan

tanggapan dari Engineer,

  untuk mengurut korespodensi berdasarkan kategori, nomor surat,

 judul, atau sumbemya,

  mempersiapkan list korespodensi yang dilampirkan pada progress

kerja,

2.  Database Gambar-Gambar


Sistem ini, akan dioperasikan dengan software yang umum, dengan

fungsiutama antara lain:

  Untuk mengidentifikasikan status Gambar-Gambar (construction

drawing/shop drawing/fabrication drawing, as built drawing) mulai dari

penerimaan, persetujuan, pengiriman kembali, perbaikan, untuk

memonitor proses antara persiapan dan kelengkapan gambar

  Untuk membuat urutan sesuai dengan kategori, tanggal dan judul.

3.  Sistem Monitoring Kemaiuan Pekerjaan

Sistem ini, bisa mempergunakan program yang umum dipakai mulai dari

Excel, Microsoft Project, Timeline, Primavera atau program lain yang

sejenis, dengan tujuan:

BAB E 1 9

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 9/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Untuk menganalisa dan memonitor kemajuan pekerjaan Kontraktor

Pelaksana Pelaksana yang dibuat dalam bentuk CPM maupun Bar Chart,

  Untuk mempersiapkan dan memonitor rencana kerja secara

keseluruhan dan dikombinasikan dengan schedule dengan skala yang lebih

detail.

4.  Sistem Kontrol Biaya


Sistem ini bisa diperasikan dengan Microsoft Excel atau program sederhana

lainnya dengan tujuan :

  Untuk membuat database mengenai volume pekerjaan dan progress

kemajuan konstruksi yang meliputi biaya untuk perlode waktu bulanan

dengan jumlah yang diakumulasikan sesuai dengan yang tertera dalam Bill

of Quantity,

  Untuk mempersiapkan besaran progres biaya konstruksi yang sudah

dicapai oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan membandingkannya

dengan volume awal yang tertera pada BOQ,

  Untuk mempersiapkan besaran volume pekerjaan tambah (apabila ada)

untuk mempersiapkan backup untuk keperluan klaim dari Kontraktor

Pelaksana Pelaksana.

BAB E 1 10

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 10/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Konsultan Supervisi Supervisi akan merencanakan, mempersiapkan dan

menerapkan Sistem Manajemen Proyek sejak tahap awal pekerjaan. Untuk dapat

menerapkan sistem manajemen proyek ini, harus dibentuk struktur organisasi dan

diadakan rapat-rapat koordinasi gabungan seperti akan dijelaskan dalam sub bab

di bawah ini.

E.3.4. Pertemuan (Rapat)


Untuk memfasilitasi manajemen proyek, rapat-rapat koordinasi akan

dilaksanakan antara Konsultan Supervisi, Dinas Pengairan Aceh, Kontraktor

Pelaksana Pelaksana dan berbagai pihak/instansi lain yang terkait dan sesuai

keperluan, dengan berbagai tujuan rapat.

1. Rapat Koordinasi

Tujuan rapat ini adalah untuk membahas masalah-masalah yang timbul

berkaitan dengan rencana kerja pelaksanaan, sasaran proyek dan program

kerja. Rapat ini dihadiri oleh pihak Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas,

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pihak Kedua dan pihak-pihak lain

 yang terkait dengan pekerjaan.

2. Rapat Lapangan

BAB E 1 11

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 11/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Tujuan rapat ini adalah untuk membahas semua masalah teknis yang timbul

dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan. Rapat ini dihadiri oleh staf/wakil

dari Pemberi Tugas, Konsultan Pengawas yang bertugas di lapangan, Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Pihak Kedua dan pihak-pihak lain yang

terkait dengan pekerjaan.

3. Rapat Intern Konsultan

Rapat ini akan dilaksanakan secara rutin dengan melibatkan personil yang
terkait baik yang ada di kantor maupun lapangan. Tujuan rapat ini adalah

untuk mengevaluasi dan mencari pemecahan atas penyimpangan/perubahan

dari perencanaan semula yang mungkin terjadi di lapangan menyangkut

substitusi bahan, metode pelaksanaan, serta untuk melengkapi kekurangan

detail perencanaan.

E. 4. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN

Tahap pelaksanaan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat

Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh) ini secara keseluruhan adalah :

1.  TAHAP 1

Pada tahap ini pekerjaan yang bisa ditangani untuk kegiatan dari

Konsultan Supervisi adalah:

BAB E 1 12

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 12/241
8/19/2019 Metodologi Embung

1.  Pekerjaan Design, diantaranya:

1.  Pengukuran daerah embung & tapak embung (seting out  )

Kegiatan pengukuran & setting out   dilakukan untuk mendapatkan

gambaran detail kondisi awal tapak bangunan embung dan daerah

genangan, sehingga dapat diketahui apabila terjadi perubahan

antara design konstruksi dengan kondisi eksisting site. Selain itu

gambaran kondisi awal tersebut juga digunakan untuk estimasi


volume konstruksi yang akan dilaksanakan serta estimasi perilaku

daerah genangan berkaitan dengan proses sediment transport di

Embung geunang uyat kab. Aceh Barat.

Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh

Konsultan Supervisi di bawah tanggung jawab ketua tim dan

Tenaga inspector. Pelaksanaan kegiatan ini waktunya bisa di-

overlap-kan dengan kegiatan review desain dan kegiatan

investigasi geoteknik.

2.  Review Desain

Kegiatan investigasi geologi diperlukan untuk cek ulang terakhir

kondisi geologi tapak bangunan sebelum dilakukan pelaksanaan

konstruksi. Sehingga bisa diketahui apabila terjadi perbedaan

BAB E 1 13

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 13/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dengan desain. Investigasi geologi dilakukan pada tapak konstruksi

diversion dan konstruksi lokasi tapak spillway. Selain pengeboran

inti, investigasi geologi juga akan melakukan uji test pit untuk

mencari material borrow area untuk timbunan tubuh embung.

Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh

Konsultan Supervisi di bawah tanggung jawab Ketua Tim, dan

Inspector.

2. TAHAP 2

Pekerjaan pada tahap dua ini yaitu lanjutan pekerjaan fisik dimulai dari

konstruksi cofferdam, pekerjaan pondasi, instrumentasi, galian dan

timbunan.

Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:

1.  Lanjutan konstruksi diversion

Pekerjaan konstruksi diversion pada Tahap II ini merupakan lanjutan

pelaksanaa dari Tahap I.

Tenaga Ahli Embung akan dibantu dengan Tenaga Ahli Kontruksi

dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi diversion tersebut.

2.  Clearing tapak embung

BAB E 1 14

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 14/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Kegiatan ini merupakan pembersihan tapak lokasi embung utama

termasuk dengan cofferdam. Pembersihan ini dilakukan untuk

menghilangkan top soil eksisting di tapak konstruksi terutama dari

material organik yang ada.

3.  Galian pondasi tubuh embung

Galian pondasi yang dimaksud adalah galian untuk menyiapakan

konstruksi pondasi tubuh embung termasuk kontruksi cofferdam.


Rencana galian pondasi dilaksanakan sesuai dengan design termasuk

pelaksanaan perbaikan pondasi dengan mengganti tanah galian dengan

timbunan material pilihan (selected material ) yang menjadi pondasi

dari tubuh embung.

Ketua Tim Ahli Bendungan dibantu dengan Inspector akan bertanggung

 jawab terhadap pelaksanaan galian pondasi dan perbaikan tanah pondasi

tubuh embung tersebut.

4.  Konstruksi horizontal drain

Merupakan fasilitas dalam tubuh embung untuk mematuskan aliran

seepage (rembesan). Konstruksi horizontal drain merupakan hamparan

material yang mempunyai nilai permeabilitas cukup besar (maksimal 10-3),

dalam hal ini adalah material pasir atau kerikil.

BAB E 1 15

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 15/241
8/19/2019 Metodologi Embung

5.  Konstruksi cofferdam

Kontruksi cofferdam merupakan satu kesatuan sistem fungsi dengan

konstruksi diversion, dimana konstruksi cofferdam yang dibuat dari

timbunan tanah homogen fungsinya adalah untuk menahan serta

melindungi area lokasi tubuh embung dan mengarahkan aliran sungai

eksisting menuju ke saluran diversion. Rencananya sesuai dengan design,

konstruksi cofferdam dibuat menyatu dengan konstruksi tubuh embung


sehingga proses dan metode pelaksanaannya harus sesuai dengan kriteria

pelaksanaan konstruksi tubuh embung.

Dalam pelaksanaan ini Tenaga Ahli Embung bertanggung jawab terhadap

kuantitas, kualitas dan waktu konstruksi yang dilaksanakaan oleh

Kontraktor Pelaksana Pelaksana.

6.  Pemasangan instrumentasi di pondasi embung

Adapun beberapa peralatan instrumentasi yang akan dipasang setelah

palaksanaan perbaikan pondasi tubuh embung dan horizontal drain, sesuai

dengan kebutuhan adalah :

- Instrument piezometer untuk pondasi, untuk mengetahui tekanan air

pori di pondasi tubuh embung mengingat kondisi geologi eksisting

adalah soft soil. Tujuannya pembacaan tekan air pori tersebut (pure

BAB E 1 16

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 16/241
8/19/2019 Metodologi Embung

water pressure) guna menentukan proses penimbunan bertahap

(stagging process)

- Inklinometer multilayer, untuk mengetahui pergerakan horizontal

tubuh embung.

- Settlement plate, untuk mengetahui besar penurunan selama masa

konstruksi yang berkaitan dengan volume material timbunan

terpasang.
7.  Timbunan tubuh embung

Konstruksi tubuh embung merupakan kegiatan yang cukup kompleks

dalam proses pelaksanaannya yang melibatkan banyak kegiatan dan

banyak personil, dimana di dalam kegiatan tersebut termasuk di

dalammnya adalah:

- kegiatan pemilihan dan pengambilan material timbunan dari borrow

area ke lokasi tapak tubuh embung.

- Proses penghamparan material timbunan

- Proses pemadatan material tubuh embung per layer

- Inspeksi kepadatan timbunan (sandcone test)

Kegiatan ini diawasi inspector khusus untuk timbunan tubuh embung.

BAB E 1 17

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 17/241
8/19/2019 Metodologi Embung

8.  Konstruksi beton spillway termasuk galian pondasi

Konstruksi spillway merupakan bagian penting dari sistem embung, yang

berfungsi untuk melimpaskan debit banjir yang masuk dalam waduk.

Bangunan spillway dibuat dari konstruksi beton dengan karakteristik

tertentu. Pada tahap ke II ini, pelaksanaan pekerjaan konstruksi spillway

di mulai dari bagian hulu, yaitu lantai apron dinding spillway dan spillway.

Metode dan tahapan pekerjaan konstruksi spillway adalah :


- Galian pondasi sesuai dengan peil rencana serta perbaikan struktur

tanah pondasi apabila diperlukan

- Pemasangan under drain (perforated drain) untuk minimalisasi gaya

uplift

- Konstruksi lantai kerja (beton mutu B-0)

- Pembesian beton dan pemasangan bekisting

- Pengecoran atau pembetonan

Tenaga Ahli Konstruksi di bantu dengan Pengawas Pekerjaan dan Quality

Enginner akan bertanggung jawab terhadap pengawasan pelaksanaan

konstruksi spillway.

BAB E 1 18

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 18/241
8/19/2019 Metodologi Embung

3. TAHAP 3

Pekerjaan pada tahap III ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap II,

dimulai dari timbunan tubuh embung, intake, bangunan pelimpah,

instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya.

Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:

1.  Timbunan tubuh embung

Pada tahap III pelaksanaan pekerjaan timbunan tubuh embung


merupakan lanjutan dari pekerjaan pada tahap II. Adapun proses dan

tahapan pekerjaan sama dengan pada tahap II

2.  Pembetonan spillway

Pada tahap III konstruksi spillway merupakan lanjutan dari pekerjaan

konstruksi spillway sebelumnya, pada tahap ini akan dilaksanakan

konstruksi pada salauran transisi, saluran peluncur dan kolam olak

termasuk saluran outlet/ tailrace. Proses dan tahapan pelaksanaan

pekerjaan sama dengan kegiatan konstruksi spillway pada tahap ke II.

Diharapkan sesuai dengan jadwal pelaksanaan konstruksi pelaksanaan

pekerjaan spillway sudah bisa diselesaikan 100% pada tahap ke III ini.

3.  Konstruksi Intake

Konstruksi intake merupakan bangunan pengambilan air dari waduk,

konstruksi ini direncanakan dari konstruksi beton. Proses dan

BAB E 1 19

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 19/241
8/19/2019 Metodologi Embung

pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pekerjaan pada konstruksi

spillway.

4.  Pipa Intake

Instalasi pipa intake merupakan bagian dari bangunan intake, namun pada

konstruksi ini material yang akan dipasang adalah pipa galvanis lengkap

dengan aksesorisnya termasuk pintu/gate yang diperlukan.

Tenaga Ahli Konstruksi dan Mechanical Engineer akan bertanggung jawab


terhadap pengawasan pada pekerjaan tersebut.

5.  Bangunan Fasilitas Embung

Yang dimaksud dengan bangunan pelengkap embung antara lain adalah :

- Bangunan Rumah Dinas

- Bangunan Rumah Jaga

- Bangunan Menara Sadap (Intake Tower)

- Rumah Pintu Katup

- Gardu Pandang

- Kantor Pengelola dan lainnya

Dimana bangunan-bangunan seperti tersebut di atas akan dilaksanakan

sesuai dengan design dan akan langsung diawasi oleh Konsultan Supervisi.

BAB E 1 20

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 20/241
8/19/2019 Metodologi Embung

4. TAHAP 4

Pekerjaan pada tahap empat ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap

tiga, dimulai pekerjaan dari timbunan tubuh embung, intake, bangunan

pelimpah, instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya. Diharapkan pada

tahap terakhir ini 5 bulan sebelum kontrak berakhir pekerjaan kegiatan

konstruksi sudah selesai dilaksanakan, sehingga Konsultan Supervisi

Supervisi bisa membuat Laporan MC ke Pengguna Jasa untuk serah terima


pekerjaan.

Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:

1.  Pengukuran genangan dan tapak embung

Pekerjaan ini bersifat kontrol terhadap tapak lokasi bangunan-bangunan

 yang telah dilaksanakan

2.  Pengadaan quickbird

Pengadaan foto udara pada lokasi embung sesaat setelah di konstruksi

3.  Instrumentasi

Pemasangan instrumentasi yang dilaksanakan setelah tubuh embung

selesai dilaksanakan adalah :

- Instrument standpipe piezometer, untuk mengetahui ketinggian aliran

rembesan di dalam tubuh embung. Dipasang di bagian lereng hulu dan

bagian lereng hilir tubuh embung.

BAB E 1 21

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 21/241
8/19/2019 Metodologi Embung

- Patok geser tubuh embung

Tenaga Ahli Instrumentasi akan bertanggung jawab terhadap

pengawasan dan pemasangan instrumentasi tersebut,

4.  Pekerjaan tubuh embung

Pada tahap IV ini pelaksanaan pekerjaan tubuh embung bersifat

bangunan-bangunan pelengkap, seperti pemasangan blok beton untuk rip

rap di bagian lereng tubuh embung bagian hulu, gebalan rumput di lereng
sebelah hilir, saluran V- Notch dan lain-lain.

5.  Intake dan pipa intake

Pekerjaan ini merupakan lanjutan dari pekerjaan system intake yang

dilakukan pada tahap ke III

6.  Pembuatan Manual OP dan Imponding

Pembuatan Laporan Manual O&P merupakan bagian dari pelaksanaan

pengawasan kegiatan konstruksi embung setelah pelaksanaan selesai.

Selain membuat laporan terhadap konstruksi yang telah dibuat, pada

kegiatan ini juga akan mengumpulkan data-data dan laporan hasil bacaan

instrumentasi yang telah dipasang pada awal konstruksi. Hal tersebut

dilakukan untuk mengetahui perilaku tubuh embung setelah konstruksi

selesai dilaksanakan berkaitan dengan kondisi tanah pondasi (penurunan)

dan rembesan.

BAB E 1 22

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 22/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Konsultan Supervisi Supervisi selaku perwakilan Direksi Pekerjaan di

lapangan berkewajiban untuk melakukan pengawasan dan pengujian kuantitas

dan kualitas konstruksi dengan berpedoman kepada spesifikasi teknis yang

telah ditetapkan pada saat tahap perencanaan detail Embung Geunang Uyat.

E. 5. PENDEKATAN TEKNIS

E. 5.1. Review Data / Laporan dan Gambar Desain yang ada


Segera setelah memobilisasi personil, Konsultan Supervisi akan melakukan

pengenalan kondisi lokasi pekerjaan untuk mendapatkan gambaran umum akan

kondisi topografi, lingkungan area kerja dan lainnya yang dapat membantu

Konsultan Supervisi memahami karakteristik proyek.

Selanjutnya Konsultan Supervisi akan melakukan review atas semua data, laporan

perencanaan terakhir, dan gambar-gambar desain yang ada. Hal ini akan mutlak

dilakukan agar para tenaga ahli dari Konsultan Supervisi yang terlibat dapat

memahami secara teknis pekerjaan yang akan dihadapi.

Kontrak konstruksi dengan Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga akan segera

dipelajari untuk dapat mengerti persyaratan dan kondisi kontrak konstruksi yang

berlaku pada proyek ini.

BAB E 1 23

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 23/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Dari hasil review ini juga Konsultan Supervisi akan memberi rekomendasi

pekerjaan tambahan (jika ada) yang pengadaannya mungkin akan dilakukan secara

sublet seperti disyaratkan dalam KAK.

E. 5.2. Memeriksa dan Menyetujui Jadwal Pelaksanaan

Dengan mempertimbangkan karakteristik, skala dan lingkup pekerjaan maka

dibutuhkan suatu metode monitoring jadwal yang sistematik dan menguraikan


inter-relasi antar kegiatan pekerjaan/aktifitas sehingga dimungkinkan diambil

langkah langkah pencegahan/ koreksi untuk menjaga kemajuan pekerjaan secara

keseluruhan. Untuk kepertuan ini, metode Critical Path Method Network   (CPM

Network) adalah metode yang paling sesuai dalam menyusun jadwal pelaksanaan.

Berdasarkan Condition of Particular Application, maka dalam waktu pelaksanaan

selama 168 (seratus enam puluh delapan ) hari kalender Kontraktor Pelaksana

Pelaksana wajib menyerahkan Jadwal Pelaksanaan menyeluruh atas semua

pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam pembangunan Embung Geunang Uyat ini.

Konsultan Supervisi Supervisi akan memeriksa secara detail ketepatan, kebenaran

inter-relasi setiap aktifitas pekerjaan, dan jalur-jalur kritis (critical path) yang

terjadi selama berlangsungnya pekerjaan.

BAB E 1 24

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 24/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Jadwal pelaksanaan akan didiskusikan dalam suatu rapat yang harus dihadiri oleh

Pemberi Tugas, Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan Konsultan Supervisi dan

pihak-pihak lain yang berkepentingan. Selanjutnya akan ditetapkan Keydates /

milestone   atas pekerjaan-pekerjaan utama. Untuk pembangunan Embung Geunang

Uyat ini yang merupakan pekerjaan yang berjangka waktu panjang, sangat

dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau banyak peralatan/ equipment dari pekerjaan

Hydromechanical yang perlu pemesanan dan fabrikasi dalam waktu lama, maka
penetapan keydates/milestone sebagai sasaran antara berguna untuk mengontrol

kepastian ketepatan jadwal pelaksanaan keseluruhan.

Keydates/milestone untuk pekerjaan pembangunan Embung Geunang Uyat dapat

berupa penetapan:

•  Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan saluran pengelak (diversion

channel ),

•  Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan bendungan utama (main dam ),

•  Pekerjaan-pekerjaan penting lainnya

Jadwal pelaksanaan secara keseluruhan beserta keydates/milestone   selanjutnya

akan dituangkan dalam sebuah Berita Acara dan mengikat pihak Pemberi Tugas

dan Kontraktor Pelaksana Pelaksana. Selanjutnya monitoring dan pengendalian

kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana Pelaksana dilakukan berdasarkan jadwal

BAB E 1 25

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 25/241
8/19/2019 Metodologi Embung

pelaksanaan tersebut. Penilaian kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana

Pelaksana berikut konsekwensinya (denda, pengalihan pekerjaan, pemutusan

kontrak, dll) seperti diurai dalam Condition of Particular Application dan General

Condition  dapat dilakukan berdasarkan keydates/milestone yang telah disepakati.

Kondisi perkembangan pekerjaan sepanjang waktu pelaksanaan dapat berubah

akibat perubahan atau variasi pekerjaan atau akibat situasi lainnya. Hal ini

mengakibatkan CPM network haruslah selalu diperbaharui dan dipertahankan up-


to-date, sesuai dengan perkembangan atau kondisi pekerjaan yang ada agar selalu

dapat menjadi sarana pengendalian kemajuan pekerjaan.

Selanjutnya, Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga harus menyerahkan dokumen-

dokumen sebagai berikut :

1.  Program kerja detail untuk 3 (tiga) bulan ke depan dalam bentuk bar chart  

2.  Construction method  secara detail

3.  Daftar construction plant  yang akan didirikan dan skedulnya

4.  Estimasi kebutuhan total tenaga kerja ( labour ) yang dibutuhkan

5.  Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Pelaksana

Berdasarkan CPM network yang telah disetujui, Konsultan Supervisi Supervisi akan

memeriksa ketepatan dokumen-dokumen tersebut.

BAB E 1 26

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 26/241
8/19/2019 Metodologi Embung

E. 5.2. Memeriksa dan Menyetujui Jadwal Pelaksanaan

Dengan mempertimbangkan karakteristik, skala dan lingkup pekerjaan maka

dibutuhkan suatu metode monitoring jadwal yang sistematik dan menguraikan

inter-relasi antar kegiatan pekerjaan/aktifitas sehingga dimungkinkan diambil

langkah langkah pencegahan/koreksi untuk menjaga kemajuan pekerjaan secara

keseluruhan. Untuk kepertuan ini, metode Critical Path Method Network   (CPM

Network) adalah metode yang paling sesuai dalam menyusun jadwal pelaksanaan.

Berdasarkan Condition of Particular Application, maka dalam waktu 6,0 (enam

koma nol) bulan Kontraktor Pelaksana Pelaksana wajib menyerahkan Jadwal

Pelaksanaan menyeluruh atas semua pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam

pembangunan Embung Geunang Uyat ini. Konsultan Supervisi Supervisi akan

memeriksa secara detail ketepatan, kebenaran inter-relasi setiap aktifitas

pekerjaan, dan jalur-jalur kritis (critical path) yang terjadi selama berlangsungnya

pekerjaan.

Jadwal pelaksanaan akan didiskusikan dalam suatu rapat yang harus dihadiri oleh

Pemberi Tugas, Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan Konsultan Supervisi Supervisi

dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Selanjutnya akan ditetapkan Keydates /

milestone   atas pekerjaan-pekerjaan utama. Untuk pembangunan Embung Geunang

Uyat ini yang merupakan pekerjaan yang berjangka waktu panjang, sangat

BAB E 1 27

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 27/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau banyak peraiatan/equipment dari pekerjaan

Hydromechanical yang perlu pemesanan dan fabrikasi dalam waktu lama, maka

penetapan keydates/milestone sebagai sasaran antara berguna untuk mengontrol

kepastian ketepatan jadwal pelaksanaan keseluruhan.

Keydates/milestone untuk pekerjaan pembangunan Embung Geunang Uyat dapat

berupa penetapan:

•  Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan saluran pengelak (diversion


channel ),

•  Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan bendungan utama (main dam ),

•  Pekerjaan-pekerjaan penting lainnya

Jadwal pelaksanaan secara keseluruhan beserta keydates/milestone   selanjutnya

akan dituangkan dalam sebuah Berita Acara dan mengikat pihak Pemberi Tugas

dan Kontraktor Pelaksana Pelaksana. Selanjutnya monitoring dan pengendalian

kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana Pelaksana dilakukan berdasarkan jadwal

pelaksanaan tersebut. Penilaian kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana

Pelaksana berikut konsekwensinya (denda, pengalihan pekerjaan, pemutusan

kontrak, dll) seperti diurai dalam Condition of Particular Application dan General

Condition  dapat dilakukan berdasarkan keydates/milestone yang telah disepakati.

BAB E 1 28

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 28/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Kondisi perkembangan pekerjaan sepanjang waktu pelaksanaan dapat berubah

akibat perubahan atau variasi pekerjaan atau akibat situasi lainnya. Hal ini

mengakibatkan CPM network haruslah selalu diperbaharui dan dipertahankan up-

to-date, sesuai dengan perkembangan atau kondisi pekerjaan yang ada agar selalu

dapat menjadi sarana pengendalian kemajuan pekerjaan.

Selanjutnya, Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga harus menyerahkan dokumen-

dokumen sebagai berikut :


1.  Program kerja detail untuk 3 (tiga) bulan ke depan dalam bentuk bar chart  

2.  Construction method  secara detail

3.  Daftar construction plant  yang akan didirikan dan skedulnya

4.  Estimasi kebutuhan total tenaga kerja ( labour ) yang dibutuhkan

5.  Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Pelaksana

Berdasarkan CPM network yang telah disetujui, Konsultan Supervisi Supervisi akan

memeriksa ketepatan dokumen-dokumen tersebut.

E. 5.3. AS Buiil Drawing

As built drawing adalah gambar bangunan setelah dinyatakan selesai 100%

(mutual check 100%), gambar ini disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana dengan

acuan dan ukuran sesuai dengan hasil pemeriksaan di lapangan. Gambar yang di

BAB E 1 29

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 29/241
8/19/2019 Metodologi Embung

buat secara detail ini harus diserahkan Kontraktor Pelaksana kepada pemberi

tugas, yang kemudian atas prosedur harus dilakukan pemeriksaan oleh Konsultan

Supervisi terlebihdahulu, dan bila terdapat keraguan maka harus dilakukan

pengechekan kembali dilapangan. Dan bila memang ada ketidak sesuaian, maka

Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya. As Built drawing   ini tidak saja

menunjukkan gambar yang tampak tetapi juga harus menunjukkan bangunan

substructure   (bangunan bawah tanah/ tertanam). As Built drawing   ini harus


diserahkan sebelum Provisional hand over  (PHO).

Manfaat As built drawing   ini adalah bila setelah Final Hand Over   (FHO) pada

bangunan tersebut memerlukan perubahan/ rehabilitasi/ renovasi, maka dengan

adanya as built drawing ini akan lebih memudahkan dalam menentukan jenis/

bentuk perubahannya dan akan sangat membantu bila disuatu saat akan ada

bangunan baru di sekitamya, maka akan lebih mudah untuk diketahui stabilitasnya

akan terganggu apa tidak. Oleh karena itu as built drawing   ini harus tersimpan

dengan baik.

E. 6. METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Setelah mempelajari Dokumen lelang berikut spesifikasi yang direncanakan

 yang telah dijelaskan pada Aanwijzing kantor serta Aanwijzing lapangan. Dengan

BAB E 1 30

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 30/241
8/19/2019 Metodologi Embung

memperhitungkan waktu pelaksanaan yang tersedia maka kami dapat membuat

Metode Pelaksanaan yang nantinya akan dijadikan pedoman penyelesaian pekerjaan

 yang akan kami lakukan :

a.  Pekerjaan Pendahuluan

Terbagi atas beberapa kegiatan pekerjaan yaitu :

Berkaitan dengan Direksi


1.  Mengadakan rapat persiapan pelaksanaan (Pre ward Meeting)dimana rapat

ini dilaksanakan selambat&lambatnya 7 hari sejak tanggal

diterbitkannya SPMK. Beberapa hal yang biasanya disepakati dalam

rapat adalah :

Organisasi Kerja

Tata cara pengaturan pekerjaan

Jadwal pelaksanaan pekerjaan

Jadwal pengadaan bahan

Mobilisasi peralatan dan personil

Penyusunan rencana pemekrisaan lapangan

Waktu sosialisasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah

setempat

Penyusunan program mutu

BAB E 1 31

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 31/241
8/19/2019 Metodologi Embung

2.  Mengajukan rencana Mutu kontrak (Quality Plan)

3.  Persiapan penerapan prosedur pelaksanaan audit mutu internal dan prosedur

kaji ulang manajemen

4.  Persiapan kontrak dan seluruh administrasi kontrak

Tujuan rapat ini adalah untuk :

Team Building : membangun tim proyek agar seluruh petugas sesuai


dengan struktur organisasi dan uraian kerja., memahami benar tugas

 yang menjadi tanggung jawab masing – masing personil.

Menyamakan persepsi tentang jadwal% kualitas dan anggaran proyek.

Menyatukan langkah agar masing-masing unit tidak berjalan

sendiri&sendiri dalam pelaksanaan proyek.

Menetapkan SOP (Standard Operating Sistem)

Agenda rapat adalah sebagai berikut :

1.  Penjelasan menyeluruh dari manejer proyek tentang :

- Target Biaya proyek

- Target waktu penyelesaian proyek

- Target mutu yang sudah ditetapkan

2.  Target kerja jangka pendek

3.  Pembagian tugas pekerjaan

BAB E 1 32

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 32/241
8/19/2019 Metodologi Embung

4.  Menyusun SOP (Standar Operating Sistem)

5.  Membuat Perencanaan Site Plan

 y a n g termasuk dalam perencanaan site plan pada

prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau lay out

dari fasilitas&fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan

proyek, fasilitas tersebut antara lain :

a.  Kantor proyek/direksi keet


b.  Gudang material (strorage)

c.  Base camp proyek dan barak pekerjaan

d.  Los kerja

e.  Penempatan peralatan

Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu

diperhitungkan se c ar a ce r m at pe ne mp at a n

masing&masing fasilitas dan sarana yang diperlukan

untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan

kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan proyek yang

akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan

dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan.

BAB E 1 33

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 33/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lay out

fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek

antara lain :

•  Menempatkan semua fasilitas proyek diluar dari bagian areal

proyek y a n g a kan dik erj aka n se dem iki an r upa

a g a r t i d a k m e n g g a n g g u pelaksanaan proyek.

•  Menempatkan material material yang harus


terlindung dari cuaca seperti > Semen ditempatkan dalam

gudang tertutup

•  Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material.

•  Menempatkan barak kerja dan base camp staf proyek yang

tidak jauh dari lokasi proyek

6.  Pembuatan Shop Drawing

Shop drawing atau gambar kerja merupakan acuan bagi pelaksanaan

pekerjaan dilapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan

lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis baik dari

segi waktu maupun mutu kerja. Gambar kerja dibuat dengan berpedoman

pada perencanaan.

7.  Pengadaan Material untuk pekerjaan persiapan

BAB E 1 34

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 34/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Untuk pekerjaan persiapan belum begitu banyak membutuhkan material,

terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan kantor proyek,

kantor konsultan / pengawas, gudang, barak kerja, base camp staf dan

lainnya.

8.  Persiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan (Time Schedule) untuk Pedoman

Pelaksanaan

9.  Pembuatan dan pemasangan plank proyek


10.  Mobilisasi seluruh tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan schedule

tenaga.

11.  Mobilisasi Bahan/Material

Sebelum kami memasukkan material kami akan menyusun schedule material

terlebih dahulu Jumlah volume bahan yang kami masukkan sesuai dengan jumlah

kebutuhan yang sudah diestimasi untuk seluruh penyelesaian pekerjaan.

Setiap bahan yang didatangkan kelokasi proyek harus sesuai dengan kualitas yang

direncanakan. Kami akan menugaskan bagian Quality Control untuk memeriksa

seluruh material yang didatangkan ke proyek sesuai dengan persetujuan Direksi

lapangan.

BAB E 1 35

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 35/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Bahan dan material yang didatangkan kelokasi proyek juga dicatat dan

didokumentasikan kedalam buku material Record.

b.  Pekerjaan Persiapan

Pengukuran/ Uzetten

Pada pelaksanaan pengukuran ini kami akan menyediakan tenaga juru ukur

 yang telah berpengalaman dalam proyek.

Atas persetujuan Direksi kami akan menyiapkan titik tetap pembantu (Neut)

untuk digunakan sebagi titik utama dalam pelaksanaan dan pemeriksaan.

Jumlah titik tetap ini akan disiapkan sebanyak kebutuhan dan petunjuk

teknis dari direksi pengawas.

Titik tetap pembantu ini kami buat sedemikian rupa agar kedudukannya

tidak berubah.

Teknis pelaksanaan :

1.  Menyediakan Patok dan pemasangan patok untuk menentukan elevasi sebagai

pedoman kerja selanjutnya.

2.  Pembersihan lahan

3.  Penggambaran

BAB E 1 36

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 36/241
8/19/2019 Metodologi Embung

1.  Foto Dokumentasi

•  Foto Dokumentasi

Foto dokumentasi ini dilakukan pada awal pelaksanaan pekerjaan, saat

pertengahan/pekerjaan sedang dilakukan dan pada saat pekerjaan telah

selesai dikerjakan ( 0%, 50%, 100%)

Pengambilan foto dokumentasi untuk pekerjaan dilakukan pada titik dan arah yang

sama agar bisa dilihat keadaan sebelum dan sesudah pekerjaan selesai

dilaksanakan.

2.  Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat

Sebelum mendatangkan excavator ke lokasi pekerjaan ada hal – hal yang

perlu dipersiapkan untuk kelancaran pelaksanaan dan acces masuk ke lokasi

proyek.

•  Menetapkan jumlah alat yang akan didatangkan

•  Menentukan ruas jalan yang akan dilewati

•  Melakukan sosialisasi dengan pemilik lahan untuk acces road.

BAB E 1 37

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 37/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Setelah semua dipersiapkan dengan matang, maka alat didatangkan dari pool

alat dan diangkut menggunakan truck tronton ke lokasi.

Alat diturunkan di daerah yang agak luas dan bebas macet. Saat menurunkan

alat pengawas, operator dan mekanik harus benar – benar memperhatikan kondisi

alat dan kondisi truck tronton agar tidak terjadi kecelakaan kerja.

Selanjutnya excavator bergerak kearah lokasi pekerjaan dengan melewati


 jalan setapak dan rintisan jalan yang sudah mendapatkan persetujuan pemilik lahan.

Saat rolling alat harus mendapatkan pengawalan mekanik, pelaksana dan pengawas

sehingga alat benar – benar sudah bisa sampai kelokasi pekerjaan dengan selamat

dan stand by untuk melakukan kegiatan. Jika terjadi kerusakan baik tanaman dan

bangunan masyarakat setempat akibat pekerjaan mobilisasi ini, maka kami akan

siap menanggulanginya dari pihak penyedia jasa.

Sementara untuk pekerjaan Demobilisasi, alat akan dikembalikan ke pool

alat setelah pekerjaan benar – benar selesai dan mendapatkan persetujuan direksi.

3.  Kisdam dan Dewatering

Pekerjaan pemasangan kisdam ini dilaksanakan setelah pekerjaan galian

tanah berbatu selesai dikerjakan. Tanggul – tanggul dibuat dari batuan yang

BAB E 1 38

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 38/241
8/19/2019 Metodologi Embung

disusun serta dipasang karung plastik yang diisi tanah dan pasir. Selanjutnya

karung – karung plastik tersebut disusun memanjang sepanjang daerah yang

akan dikeringkan. Selanjutnya bagian tengah antara karung dan karung

tersebut diisi dengan tanah sebagai tanggul kisdam untuk menghindari agar

kisdam benar – benar bisa kering dari rembesan air.

Pekerjaan ini dibantu dengan alat pompa air untuk pengeringan setelah
kisdam tersebut dipasang. Pengeringan dilaksanakan selama dibutuhkan

saat pemasangan batu kali, plester dan pekerjaan beton dalam air.

4.  Pembuatan dan Pemasangan Slogan dari rangka / plat baja

Papan nama proyek bertujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat

perihal tentang proyek yang sedang dilaksanakan.

5.  Pengadaan,Penanaman, Pemupukan dan Pagar Tanaman Penghijauan

Penanaman dilakukan setelah pekerjaan selesai sesuai dengan intruksi yang

telah ditetapkan.

b.  Pekerjaan Jalan Masuk ke Lokasi / Acces Road

1.  Pek. Galian tanah dengan menggunakan alat berat

BAB E 1 39

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 39/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Untuk pekerjaan galian tanah dengan menggunakan alat berat membutuhkan

tenaga seperti operator arat berat dan mandor. Sedangkan peralatan yang

kami pergunakan seperti Excavator. excavator melakukan kegiatan galian

tanah sesuai gambar yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis. Kapasitas

produksi alat excavator dihitung mengacu kepada perhitungan P.5 dengan

memperhitungkan semua job factor termasuk factor kesulitan serta umur

ekonomis alat berat yang akan mengurangi kapasitas produksi serta dapat
memperhitungkan tingkat keberhasilan pekerjaan ini.Untuk mengetahui

ataupun galian tersebut siap maka kami akan meminta izin dari Direksi

pekerjaan tersebut, apakah pekerjaan dapat dilanjutkan atau tidak.

2.  Pek. Galian tanah dengan tenaga manusia

Pekerjaan galian tanah biasa ini akan kami mulai pelaksanaannya dengan

melakukan pemasangan bouplank terlebh dahulu. Untuk pemasangan bouplank

ini akan dilakukan secara bersama – sama dengan direksi pada lokasi yang

telah ditetapkan dalam MC0. Sehingga nanti akan didapat Actual Check

sesuai dengan yang telah direncanakan. Setelah dilaksanakan pemasangan

bouplank maka pekerjaan galian akan segera kami mulai setelah

mendapatkan izin pelaksanaan dari pengawas lapangan. Untuk pekerjaan

galian tanah biasa ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga

BAB E 1 40

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 40/241
8/19/2019 Metodologi Embung

manusia seperti pekerja dan mandor. Sedangkan peralatan yang kami

pergunakan seperti linggis , cangkul, keranjang batu serta linggis dan baling.

Untuk mengetahui ataupun galian tersebut siap maka kami akan meminta izin

dari Direksi pekerjaan tersebut, apakah pekerjaan dapat dilanjutkan..

3.  Pek. Galian timbunan bekas galian

Pekerjaan timbunan tanah dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan.


Pekerjaan dengan manual ini dilakukan dengan cara bertahap lapis demi lapis

lalu dipadatkan atau ditimbris dengan alat yang terbuat dari besi atau beton

atau bahan lain yang beratnya + 15 Kg. sesuai dengan Spesifikasi Teknik dan

petunjuk Direksi.

4.  Urugan sirtu da dipadatkan

  1.Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan urugan sirtu bawah lantai seperti

 yang disebutkan/ditunjukkan pada gambar.

  2.Urugan bawah pondasi tebal 10 cm atau sesuai gambar dipasang dalam

kondisi padat.

BAB E 1 41

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 41/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  3.Urugan sirtu dilaksanakan diatas lantai existing/dibawah lantai baru

dengan ketebalan disesuikan dengan gambar kepadatan urugan didapatkan

dengan cara disiram air sampai jenuh.

  4.Lapisan pekerjaan diatas urugan pair/sirtudapat dikerjakan bila mendapat

persetujuan dari pihak Direksi Lapangan.

5. Pasangan Batu Kali camp. 1 : 4

Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan setelah pekerjaan galian tanah

siap dilaksanakan. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan batu kali harus

ada izin dari pihak pengawas pekerjaan dan untuk mengambil foto

dokumentasi sebagai bukti nyata. Pekerjaan pasangan batu kali 1 : 4 ini

dilaksanakan dengan secara manual dengan menggunakan tenaga pekerja,


tukang batu , kepala tukang batu dan mandor. Bahan bahan yang akan dipakai

didatangkan terlebih dahulu dan bahan tersebut harus bersih . Dalam

melakukan adukan spesi dipergunakan Beton Molen untuk mendapatkan hasil

adukan yang lebih baik dan merata, air yang digunakan untuk pengadukan

spesi harus bersih dan tidak terkontaminasi oleh zat lain yang dapat

merusak kualitas pekerjaan dan supaya mutu pekerjaan yang direncanakan

tercapai. Sebaiknya dalam setiap kali pemasangan , pengawas pekerjaan

lapangan harus berada dilokasi pekerjaan atau yang mewakili untuk

BAB E 1 42

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 42/241
8/19/2019 Metodologi Embung

mengikuti lancarnya pekerjaan sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan

rencana.

Adapun material sebagai campuran yang akan kami gunakan untuk pekerjaan

ini adalah :

•  Batu kali adalah batu gunung, berongga dan keras dengan tegangan
komprensi minimum 400 Kg/m2

•  Pasir yang akan kami gunakan untuk pasangan batu kali adalah pasir

sungai yang bersih, berbutir keras dan tidak terkontaminasi oleh zat

lain yang dapat merusak mutu pekerjaan.

•  Semen yang kami gunakan adalah semen PC type I

•  Air yang digunakan adalah air yang bersih.

Batu dipasang sesuai benang profil agar pasangan benar – benar lurus dan

rapi. Tidak dibenarkan ada peraduan antara batu dengan batu lainnya,

Semua rongga batu ditutupi dengan semen campuran dan tidak boleh ada

lobang besar yang menganga. Sementara setiap akan meninggalkan

pekerjaan pasangan harus ditutup dengan kertas semen, untuk menjaga agar

pasangan batu tidak mengering dan bersentuhan langsung dengan sinar

BAB E 1 43

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 43/241
8/19/2019 Metodologi Embung

matahari. Dan setiap akan memulai pekerjaan kembali maka sambungan

dibersihkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen (acian).

6.  Pekerjaan Plesteran camp. 1 : 3

Untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran camp. 1 : 3 terlebih dahulu harus

ada izin dari pengawas pekerjaan lapangan. Pekerjaan ini harus dilaksanakan

dengan serapi mungkin dan sebaiknya menggunakan rol. Pekerjaan ini

dilaksanakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia seperti :

pekerja, tukang batu, kepala tukang batu dan mandor yang trampil dan

memakai alat bantu seperti cangkul, sekop, sendok semen. Untuk pengadukan

spesi maka kita akan membuat bak takaran, material yang digunakan harus

bersih. Dan pekerjaan siap untuk dimulai sesuai dengan spesifikasi yang

diminta. Semua sambungan sambungan dan permukaan batu harus

dibersihkan dan dibasahi terlebih dahulu. Terakhir kita harus mengambil

foto dokumentasi lagi.

7.  Pengadaan dan Pemasangan Pipa Resapan PVC 2 inch + ijuk

Pengadaan pipa dilakukan sebelum pipa resapan dipasangkan sesuai dengan

spesifikasi dan instruksi dari pengawas.

BAB E 1 44

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 44/241
8/19/2019 Metodologi Embung

8.  Beton mutu K-225.

Setelah pembesian selesai dan disetujui oleh pengawas barulah pelaksanaan

pekerjaan beton dimulai, dan bahan yang dipakai sudah ada dilokasi. Material

 yang dipakai sesuai dengan spesifikasi dan bebas dari segala kotoran.

Setelah itu material dengan komposisi yang tepat diaduk dengan mesin

pengaduk. Lama pengadukan dengan molen lebih kurang 2-4 menit. Kemudian

adukan diangkut dengan gerobak sorong atau dengan bak adukan ketempat
lokasi pekerjaan. Untuk pemadatan beton tersebut dipakailah vibrator agar

tidak ada celah celah udara pada bidang beton tersebut yang akan

mengakibatkan beton keropos. Untuk masa pemeliharaan beton harus selalu

disiram/ dibasahi agar tahap perkerasannya stabil.

9.  Pekerjaan Pembesian

Pembesian disini besi yang dipakai harus memenuhi syarat dan spesifikasi

teknis sebab besi disini digunakan untuk tulangan beton maka ukuran yang

akan dipasang disesuaikan dengan Peraturan Beton Indonesia. Dan

penyimpanan bahan logam ini harus diperhatikan sebab waktu

pemasangannya tidak boleh ada karat ataupun organik lainnya supaya beton

BAB E 1 45

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 45/241
8/19/2019 Metodologi Embung

tetap homogen dengan baja tulangan. Adapun ketentuan lain yang harus

diperhatikan adalah :

•  Besi tulangan untuk beton harus seperti ditunjukkan dalam gambar dan

memenuhi PBI – 71.

•  Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk

menghilangkan kotoran, lumpur, karat dan percikan adukan atau lapisan


lain yang dapat mengurangi atau merusak perelat dengan beton.

•  Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat

pengikat sehingga tidak tergeser waktu operasi pengecoran.

•  Besi tulangan bulat biasa, harus sesuai dengan ketentuan standar.

•  Besi tulangan harus mempunyai diameter dan penampang melintang sama

disetiap bagian besi tulangan itu. Diameter rata – rata besi tulangan

 yang digunakan dilokasi pekerjaan tidak boleh lebih besar atau lebih

kecil dari 2 (dua) persen diameter yang telah ditentukan. Besi tulangan

harus bersih dari serpihan, minyak, kotoran dan cat – cat pembuatannya.

•  Pemotongan dan pembengkokkan tulangan mengikuti daftar yang dibuat

terlebih dahulu berdasarkan gambar kerja yang sudah disetujui oleh

Direksi. Pembengkokkan tulangan harus dilakukan diatas meja

pembengkokkan dengan menggunakan kunci penekuk yang cocok dengan

BAB E 1 46

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 46/241
8/19/2019 Metodologi Embung

setiap besi tulangan serta harus mengikuti aturan dan pemasangan

penyusunannya harus sesuai dengan gambar kerja / kontrak.

Tekukan besi tidak boleh retak dan apabila pada saat pembengkokkan terjadi

keretakan pada tekukan, maka besi harus diganti, Sambungan besi / overlap ujung

sambungan besi harus paling sedikit 40 x diameter besi.

10. Cetakan Beton ( bekisting)

Setelah Pasangan batu kali selesai maka kami mulai menyiapkan bekisting,

namun sebelum pekerjaan beton cor dilaksanakan kita harus membuat

cetaknnya dengan kayu yang sesuai dengan kelas kayu yang tercantum dalam

kontrak / bestek. Dibuat dari kayu lapis harus kuat/kaku tidak berubah

sampai dibuka dan tidak bocor dengan ketentuan sebagai berikut :

•  Bekisting dan perancah dapat dibuat dari kayu yang cukup kokoh untuk

mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan

dan perawatannya.

•  Kayu yang tidak dihaluskan dapat dipergunakan pada permukaan yang

tidak tampak pada struktur akhir, sedangkan untuk permukaan beton

BAB E 1 47

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 47/241
8/19/2019 Metodologi Embung

 yang tampak harus menggunakan kayu yang dihaluskan dengan tebal dan

merata.

•  Bekisting dan perancah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat

dibongkar tanpa merusak beton.

11. Penyediaan dan pemasangan gebalan rumput.

1.  Setelah pekerjaan timbunan tubuh embung selesai, tubuh embung

bagian hilir diberi gebalan rumput agat tidak longsor.


2.  Sebelum penanaman rumput tanah harus dibuat gembur terlebih

dahulu dengan cara menyiram dan memberi pupuk organik atau

anorganik

3.  Kemudian Dibiarkan beberapa hari baru gebalan rumput diletakkan di

atas muka tanah yang telah diolah sebelumnya.

4.  Gebalan rumput berupa lembaran segi empat dengan ukuran ±30 x 30

cm, dan meletakannya agar tidak bergeser dariposisinya maka

digunakan tusuk bambu.

E. 7. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulang pelat

A.  Ruji (Dowel)

Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi

untuk batang polos AASHTO M 31-81, AASHTO M 42-81 atau

BAB E 1 48

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 48/241
8/19/2019 Metodologi Embung

AASHTO M 31-81. Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki

tonjolan sehingga tidak mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam

beton. Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam

(metal expansion cap  pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung

ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm. Pelindung harus memberikan ruang

pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada waktu

pelaksanaan tidak rusak.


Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat. Kepadatan

beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara

sempurna. Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi

dengan bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah karat kering,

maka bagian ini harus dilapisi dengan dengan cat atau diolesi dengan

bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai. Ujung

batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan

tupi/penutup topi pelindung muai. Pelapis ruji dari jenis plastik atau

 jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan anti lengket.

Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti

dudukan untuk penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi

bawah harus cukup kuat untuk menahan pergeseran atau deformasi

sebelum dan selama pelaksanaan.

BAB E 1 49

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 49/241
8/19/2019 Metodologi Embung

B.  Pemasangan dudukan ruji

Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah

dasar yang sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan

tegak lurus sumbu jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar

Rencana. Ruji harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah

ditetapkan sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu

kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang


pada sumbu bangunan harus diatur sedemikian rupa sehingga

mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat.

Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan

elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya

dengan menggunakan patok-patok. Apabila susunan batang ruji dan

dudukannya dibuat secara bagian demi bagian maka susunan tersebut

harus merupakan satu kesatuan.

C.  Batang pengikat (Tie Bars)

Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi

spesifikasi untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan

berdiameter minimum 16 mm. Apabila digunakan batang pengikat dari

 jenis baja lain, maka baja tersebut harus dapat dibengkokkan dan

diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan.

BAB E 1 50

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 50/241
8/19/2019 Metodologi Embung

D.  Tulangan

Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-

bahan organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton

atau yang dapat menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak,

atau gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat minimum, serta

sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda uji dengan

sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang
disyaratkan.

1)  Persyaratan bahan

Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan

spesifikasi sebagai berikut :

a.  Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi

persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk

tulangan dari kawat baja berulir;

b.  Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;

c.  Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-

81 dan AASHTO M 53-81.

2)  Pemasangan tulangan

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan

tulangan adalah sebagai berikut :

BAB E 1 51

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 51/241
8/19/2019 Metodologi Embung

a.  Pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan,

tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman

batang baja; Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman

batang baja harus diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu

anyaman tersebut dipasang, kawat/batang baja yang paling luar

terletak 7,5 cm dari tepi/sambungan pelat.

b.  Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat.


Batang-batang baja yang disambung, bagian ujung-ujungnya

harus berimpit dengan panjang tidak kurang dari 30 kali

diameternya.

c.  Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara

mengelas pada tiap persilangan batang-batang tersebut, bagian

ujung-ujung batang memanjang harus berimpit dengan panjang

minimal 30 kali diameternya; Pola anyaman harus sedemikian

rupa sehingga batang-batang baja harus mempunyai jarak tidak

kurang dari 5 cm.

d.  Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan

sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar

anyaman harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran;

BAB E 1 52

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 52/241
8/19/2019 Metodologi Embung

e.  Apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka

permukaan lapis pertamaharus rata dan terletak pada

kedalaman tidak kurang dari 5 cm di bawah permukaan akhir

pelat. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran;

Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar

pengecoran dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan

agar anyaman dapat digelar pada posisi akhir tanpa terjadi


kelebihan penulangan yang terlalu jauh. Untuk mencegah

pergeseran, anyaman tulangan yang berdampingan harus diikat;

Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di

atas tulangan. Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton

lapis pertama tidak boleh dibiarkan terbuka lebih dari 30

menit, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin.

Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu

diperiksa dan apabila dipandang perlu harus dilakukan

perbaikan.

f.  Pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka

tulangan harus dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut

beton adalah ¼ tebal pelat + 2,5 cm dan tulangan melintangnya

tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal pelat. Pada

BAB E 1 53

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 53/241
8/19/2019 Metodologi Embung

beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus

diletakkan pada dudukan agar pada saat pengecoran tulangan

tersebut dapat ditahan pada posisi yang telah ditentukan;

Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi

dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari

satu tepi perkerasan ketepi lainnya seperti terlihat pada Gambar 5.

Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus berimpit satu sama
lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak boleh

kurang dari 40 cm.

E. 7. 1 . Prosedur Pengawasan Pekerjaan Pembetonan

Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan

dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan

sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton

harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan

untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.

A.  Sifat-sifat beton semen

Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki

kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaaan tanpa

BAB E 1 54

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 54/241
8/19/2019 Metodologi Embung

terjadi segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi

kriteria kekuatan, keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan.

a) kadar air dan kandungan udara;

Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja)

untuk mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara

 yang sesuai dengan persyaratan.

b) mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap

dijaga.

c) bahan tambah (Admixtures);

Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian

dan pengujian lapangan yang teliti.

d) kekesatan.

Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan

kekesatan permukaan perkerasan beton.

B.  Bahan beton semen

a)  Sumber bahan

Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan

dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini,

baik mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan,

BAB E 1 55

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 55/241
8/19/2019 Metodologi Embung

maka dapat dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan

tersebut tanpa mengurangi mutu hasil pekerjaan.

b)  Agregat

  Persyaratan mutu

Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;

≤ 1/3 tebal pelat atau ≤ ¾ jarak bersih


b) ukuran maksimum agregat harus
minimum antar tulangan.

  Cara pengelolaan

agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,

pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan

mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum

digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang,

pencucian atau cara-cara lainnya

agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.

Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan

penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai dan

dijaga agar tidak membentuk kerucut

agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di

satukan

BAB E 1 56

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 56/241
8/19/2019 Metodologi Embung

semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam

sebelum digunakan

waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang

berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam

pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut

harus mempunyai kadar air yang seragam

agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang


mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada penakaran

dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.

Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai kadar air

bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi.

  Semen

Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan

SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai lingkungan

dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk

pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.

Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :

i.  semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat

BAB E 1 57

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 57/241
8/19/2019 Metodologi Embung

ii.  semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai

ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan maksimum

setinggi 10 zak semen

iii.  tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi

perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa

iv.  semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah sehingga

tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain


v.  semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang

sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman

vi.  apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka

sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut

memenuhi syarat

vii.  pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0 C

Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak

perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.

BAB E 1 58

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 58/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Gambar 5.8.. Gudang Penyimpanan Semen

  Air

Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas

dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain

 yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari

sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai SK SNI S-

04-1989-F.

BAB E 1 59

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 59/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai

akurasi 2%.

Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.

  Bahan tambah (Admixtures)

Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :

i.  kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau

ii.  pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing),
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat dipercepat, atau

iii.  pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih jauh

Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil percobaan.

Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai

berikut :

a)  SNI 03-2495 –1991 Bahan tambah untuk beton;

b)  SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan

gelembung udara;

c)  ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural

Pozzolan yang digunakan dalam Beton Semen Portland;

d)  AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.

BAB E 1 60

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 60/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada

Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Jenis dan kegunaan bahan tambah

No Jenis Kegunaan Maksud

1 Air Kemudahan pengerjaan Memasukkan gelembung

Entrainment kedap air dan udara (0,03 -

keawetan. 0,08 mm) secara merata


ke dalam beton.

2 Water Mempertahankan slump Mengurangi penggunaan

Reducer dan kemudahan air dan semen.

pengerjaan

3 Retarder Menyesuaikan waktu Memperlambat waktu

pelaksanaan pengikatan.

pembetonan.

4 Accelerator Kuat awal tinggi dalam Mempercepat waktu

waktu relatip singkat. pengikatan.

Tidak boleh digunakan

bersamaan dengan “

Air Entrainment”.

BAB E 1 61

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 61/241
8/19/2019 Metodologi Embung

No Jenis Kegunaan Maksud

Sering mengandung

Calcium

Chlorida yang

menimbulkan korosi

dan reaksi alkali-

agregat.
Catatan :

Lebih aman bila

digunakan :

- Semen kuat awal

tinggi.

- Beton mutu tinggi.

- Pemanasan uap.

5 Plasticizer Meningkatkan Bila proporsi campuran

kemudahan dan mutu dan bentuk agregat

pengerjaan kurang baik, adukan

(workability). kurang “ workable”.

Bila jarak tulangan

BAB E 1 62

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 62/241
8/19/2019 Metodologi Embung

No Jenis Kegunaan Maksud

rapat.

6 Lain-lain Mengendalikan suhu Beton masif (mutu dan

Pozolan dalam beton dan cara uji semen

mencegah reaksi alkali- pozolan sesuai dengan

agregat. SII 0132-75).

C.  Penentuan proporsi campuran beton semen

Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan

rancangan dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana

campuran akhir harus didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh

pada awal pekerjaan.

Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan untuk

menggunakan semen minimum 335 kg/m3, kecuali bila pengalaman setempat

menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.

Disarankan kuat tarik lentur beton yang ditentukan untuk tujuan

perencanaan dan keawetan pada umur 28 hari tidak boleh lebih kecil dari 4

MPa (40 kg/cm2).

BAB E 1 63

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 63/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Bila dalam perencanaan dimasukkan parameter lain dari beton, maka

kebutuhan semen per m3 beton berdasarkan metoda semen minimum, harus

dinaikkan atau diturunkan berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar

semen tidak boleh lebih kecil dari 280 kg/m3

D.  Pengadukan beton semen

  Unit penakaran (Batching Plant)


Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk

setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak

penimbang (weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran

(batching controls).

Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan tidak

boleh ditimbang kumulatif dengan agregat.

Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan

sekali menimbang.

Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti.

Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala

selama

pelaksanaan.

  Pengukuran dan penanganan bahan

BAB E 1 64

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 64/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a)  semen curah maupun semen kemasan dapat digunakan, asalkan

menggunakan cara penakaran yang sama. Semen yang berbeda merek

tidak boleh digunakan pada pencampuran yang bersamaan. Semen

harus ditimbang dengan penyimpangan maksimum 1%. Apabila digunakan

semen kemasan, maka jumlah semen dalam satu adukan beton harus

merupakan bilangan bulat dalam zak;


b)  agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2 %;

c)  air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat.

Toleransi penakaran maksimum 1%;

d)  bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum

dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar

dalam berat atau volume, dengan toleransi penakaran maksimum 3%.

Bila digunakan bahan tambah pembentuk udara (air entraining

admixture) bersamaan dengan bahan kimia, maka masing-masing bahan

tambah harus ditakar dan ditambahkan kedalam adukan secara

terpisah;

e)  abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat

dengan batas ketelitian 3 %.

  Cara pengadukan beton semen

BAB E 1 65

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 65/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-

tahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan

ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan

pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan

alat pengaduk dan material bahan campuran beton.

Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum

dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah


dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan

selesai.

Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil

percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik,

kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.

Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan

pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-03.

a)  Cara masinal

Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan

 yang telah memenuhi semua persyaratan yang bisa dikendalikan secara

otomatis, baik dalam hal penimbangan atau penakaran material maupun

pengadukannya.

BAB E 1 66

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 66/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan petunjuk dari pabrik yang

menyatakan kapasitas dan jumlah putaran per menit yang dianjurkan.

b)  Cara semi masinal

Apabila cara masinal tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya, pengadukan

beton dapat dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan peralatan

atau mesin yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan secara otomatis

(beton molen). Kondisi pelaksanaan seperti ini harus disertai dengan


pengawasan yang lebih baik.

c)  Cara manual

Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam

hal kondisi darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing)

menggunakan sekop dan cangkul boleh dilakukan.

E.  Pengangkutan adukan beton

Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan antara

lain : tipping trucks, truck mixers atau agitators, sesuai dengan pertimbangan

ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut. Pengangkutan harus dapat

menjaga campuran beton tetap homogen, tidak segregasi, dan tidak

menyebabkan perubahan konsistensi beton.

Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating),

rentang waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk

BAB E 1 67

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 67/241
8/19/2019 Metodologi Embung

hingga selesai pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk

beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit.

untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥

30° C. Apabila digunakan truck mixers atau truck agitators, rentang waktu

pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus

lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur

beton ≥ 30° C.

F.  Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan

  Pengecoran

Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi

segregasi. Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m –

1,50 m tergantung dari konsistensi adukan.

Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan

adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang.

Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas

permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus

diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan

berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi

pengikatan akhir (final setting).

BAB E 1 68

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 68/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Pengecoran pada cuaca panas

Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur

beton basah (fresh concrete) di atas 240  C, pencegahan penguapan harus

dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara

melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa

penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar

diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton harus dihentikan


bila temperatur beton pada saat dituangkan lebih dari 320 C.

Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan

menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia

untuk menyelesaikan pekerjaan akhir.

Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke

permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air

bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.

  Penghamparan

Ada dua metoda penghamparan beton semen.

a)  metoda menerus;

Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan

melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara

digergaji sebelum retak susut terjadi.

BAB E 1 69

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 69/241
8/19/2019 Metodologi Embung

b)  metoda panel-berselang.

Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-

panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya

dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.

Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung

(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah

(hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir.


Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya

sudah menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama.

Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan

cara manual.

Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan

kapasitas alat pemadat.

Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan

harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari

atas.

  Pemadatan

Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda

untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan pemadatan

dengan getaran.

BAB E 1 70

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 70/241
8/19/2019 Metodologi Embung

a)  pemadatan dengan tangan (hand tamping);

Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini

dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang

sesuai lebar jalur yang dicor.

Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm

seperti diperlihatkan pada Gambar 5.9.

Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas


permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-

ulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk

meratakan dan merapikan permukaan beton.

b)  pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-

operated vibrating beam).

Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping.

Kepadatan beton

dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang

dioperasikan secara manual

Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut,

dapat digunakan

BAB E 1 71

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 71/241
8/19/2019 Metodologi Embung

alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).

Pemadatan beton

harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan

beton, dan harus

sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.

Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut

sekitar fasilitas
drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan

persimpangan,

diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.

E.8. Prosedur Perlindungan dan Perawatan Beton 

A.  Perlindungan

Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton

harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor

lingkungan.

a) pencegahan retak susut plastis;

Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton

basah dan pada saat masih plastis.

BAB E 1 72

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 72/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton

 yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur

beton dan udara serta kecepatan angin.

Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,

temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin

bertiup pada permukaan beton.

Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang
akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan

dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang

cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat

pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.

Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m 2  per jam, pencegahan harus

dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju

penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti

diperlihatkan pada Gambar 5.11.

Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :

  buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar

matahari terhadap permukaan beton semen

  kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan

udara baik cuaca panas maupun dingin

BAB E 1 73

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 73/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton

  rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan

dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi

keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara

  lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan

pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan

b) perlindungan terhadap hujan;


Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan

bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.

c) perlindungan terhadap kerusakan permukaan.

Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek,

dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang,

dan lain sebagainya.

BAB E 1 74

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 74/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 75/241
8/19/2019 Metodologi Embung

base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus

disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m2  (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat≥

12,5 cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm.

Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit

setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan

lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera

diperbaiki.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat

dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.

Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan

beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton

mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran

plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang

tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga

tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus

dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga

dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan

samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada

tempatnya selama waktu perawatan.

BAB E 1 76

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 76/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat

dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga

menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum

beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus

dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7

hari.

C.  Kelandaian yang curam

Pada kelandaian yang curam (> 6%) diperlukan alur yang lebih dalam untuk

memberikan kekesatan yang lebih tinggi.

Prosedur pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian yang

rendah;

b) pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur harus dipasang

pada acuan tepi atas dari panel bagian bawah. Balok pembuat alur

terlebih dahulu harus dicabut sebelum panel atasnya dicor, untuk

mendapatkan sambungan yang kuat;

c) harus dibuat angker panel (Gambar 12) dan angker blok (Gambar 13)

sesuai keperluan;

BAB E 1 77

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 77/241
8/19/2019 Metodologi Embung

d) kelecakan dari campuran beton harus disesuaikan dengan kemiringan

untuk mengurangi campuran beton mengalir kebawah selama pemadatan.

Penggunaan adukan beton yang kental memerlukan balok penggetar untuk

memadatkannya, atau dengan menggunakan pemadat tangan, namun

memerlukan usaha yang lebih keras.

Penggunaan metoda panel berselang memungkinkan aliran beton bisa terjadi


 yang akan menyebabkan naiknya ketinggian pada sambungan dengan pelat

sebelumnya. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan perataan kembali dari

beton yang masih plastis disekitar sambungan dalam waktu 30 menit sejak

penyelesasian akhir.

Gambar 5.12.  Angker panel Gambar 5.13.  Angker blok

BAB E 1 78

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 78/241
8/19/2019 Metodologi Embung

E.9. Prosedur Pengendalian Mutu

A.   Kegiatan pengontrolan yang harus dilakukan selama pelaksanaan

Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan

perkerasan beton semen sebagai berikut :

a)  pekerjaan awal;

  mempelajari gambar rencana dan spesifikasi

  pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan


  peralatan dan Organisasi Kontraktor Pelaksana

  penentuan tugas dan tanggung jawab

  menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan

  peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian

b)  bahan;

Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan

kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan

pembuangan bahan yang ditolak. Bahan tersebut meliputi :

  semen

  agregat

  air

  bahan tambah

  tulangan, ruji, dan bahan pengikat

BAB E 1 79

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 79/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  material perawatan beton

  bahan sambungan

c) perbandingan campuran;

  pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar

lempung

  data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat,

air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan


  volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam

takaran dan koreksi kadar air agregat

d) unit penakar / penimbang meliputi;

  pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen,

agregat, air dan bahan tambah

  pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan

skala timbangan

e) unit pencampur ;

Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat

pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran

beton semen ;

  acuan : kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji

  tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air

BAB E 1 80

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 80/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan dan ruji

f) pembetonan ;

  persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan

pelindung cuaca

  pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan

butir (segregasi) dan keterlambatan

  pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan


perubahan konsistensi

  pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh,

penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan

pemeriksaan sambungan

  penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan

kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi

  pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan, alinemen,

perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan

g) setelah pembetonan ;

  waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari

  perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai

perawatan dan lama waktu perawatan

BAB E 1 81

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 81/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca

panas dan pencatatan temperatur

  sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan

pelebaran bagian atas pada sambungan

  penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup,

pembersihan sambungan dan penutupan

  pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau


penggantian

h) pengujian beton semen.

  campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan

kadar udara.

  pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji,

penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan,

pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan

penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.

B.   Toleransi penyimpangan

a) kerataan permukaan baik melintang atau memanjang;

Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan

dengan menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3

meter. Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan

BAB E 1 82

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 82/241
8/19/2019 Metodologi Embung

untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan

untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3

meter.

b) ketebalan.

Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika

dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah

penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core drill)


dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m 2 

perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil

pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan

pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang

diambil dari pekerjaan yang telah selesai.

Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti

tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan

satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama,

lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna.

Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan

sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang

berlaku.

BAB E 1 83

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 83/241
8/19/2019 Metodologi Embung

E.10. Pasangan Batu

a. Umum

Pasangan batu akan digunakan dalam pembangunan berbagai bangunan

dan pendukungnya yang mencakup namun tidak terbatas kepada,

bangunan hidraulik, pelapis saluran dan bangunan pelindung, saluran

drainase, dinding penahan (retaining walls), penahan lereng, pondasi

untuk bangunan, pembatas jalan, dan lain sebagainya. Semua pekerjaan


pasangan batu harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan yang

tersebut dalam bab ini, dan juga kepada persyaratan garis, level, gradasi

dan dimensi sebagaimana yang ditentukan dalam Gambar maupun yang

disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan.

Bahan dan metode konstruksi untuk pasangan batu harus memenuhi

standar yang disebutkan dalam bab Spesifrkasi Umum. Peraturan

Indonesia yang berlaku untuk material adalah PUBI-1982 (Peraturan

Umum Baran Bangunan di Indonesia). Selain itu spesifikasi juga harus

mengacu kepada Standar Perencanaan Irigasi yang diterbitkan oleh

Dirjen Pengairan, Departemen Pemukiman dan Pengembangan Prasarana

Wilayah, Republik Indonesia.

BAB E 1 84

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 84/241
8/19/2019 Metodologi Embung

b. Material Pasangan Batu

Material yang harus digunakan dalam pasangan batu adalah sebagai

berikut :

1.  Batu

Batu pasangan berasal batuan sungai maupun hasil pemecahan

sebagaimana yang disetujuil oleh Direksi Pekerjaan, tidak

saling melekat satu sama lainnya dan tidak memiliki cacat


lainnya.

Batu harus memiliki spesific gravity  tidak kurang dari 2,5.

Batu pasangan harus terdiri dari ukuran yang beragam,

dipasang dengan batuan pemukulan dengan palu sehinggga saling

berdekatan dan tidak ada siar besar diantaranya. Setiap batu

harus memiliki berat antara 6 hingga 25 kg. Batu yang lebih

kecil dapat digunakan, namun harus memperoleh persetujuan

dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu. Ukuran maksimum batu

harus dibatasi hingga 2/3 ketebalan plat atau dinding yang

akan dibangun, atau tidak boleh lebih besar dari pada 30 cm.

Kecuali diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, penggunaan batu

bulat, hanya diijinkan dalam jumlah yang terbatas dengan

BAB E 1 85

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 85/241
8/19/2019 Metodologi Embung

pencampuran dengan batu bersudut, dan tidak boleh digunakan

untuk dinding dengan ketebalan kurang dari 40 cm.

Batu pasangan yang disimpan di lokasi proyek harus dijaga agar

pada saat akan dipasang berada dalam keadaan basah.

2.  Adukan semen untuk perekat

Adukan semen untuk perekat pasangan batu harus terdiri dari

campuran semen Portland dan agregat/pasir halus yang sesuai


dengan persyaratan bahan. Tiga jenis adukan yang akan

digunakan sebagaimana tercantum dalam gambar maupun atas

arahan Direksi Pekerjaan, adalah seperti berikut :

-  1 bagian semen dengan 2 bagian agregat/pasir halus

untuk bangunan berkekuatan tinggi,

-  1 bagian semen dengan 3 bagian agregat/pasir halus

untuk pasangan batu yang terkena aliran air,

-  1 bagian semen dengan 4 bagian agregat/pasir halus

untuk pasangan batu pondasi dan bangunan yang tidak

terkena aliran air.

Adukan harus dicampur dengan air secukupnya hingga menghasilkan

adukan yang konsisten.

BAB E 1 86

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 86/241
8/19/2019 Metodologi Embung

c. Pemasangan Dan Penyusunan Batu

Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan secara menyeluruh terhadap

kotoran tanah, pasir, dan kotoran lainnya. Selain itu batu juga harus

dipasang dalam keadaan basah.

Dalam pemasangan, batu harus ditata dengan tangan sebagian rupa

sehingga permukaan rata dari batu, tegak lurus terhadap arah tegangan

utama dan seluruh adukan semen melekat di seluruh pertemuan


permukaan batu. Penataan lebih lanjut dilakukan dengan pemukulan palu

baja. Apabila pemukulan ini menimbulkan kerusakan pada batu, maka

batu tersebut harus diambil, dibersihkan, dan dipasang kembali dengan

adukan semen baru. Setiap celah pertemuan batu harus dipenuhi dengan

adukan. Harus diyakinkan pula bahwa seluruh permukaan batu terlapisi

oleh adukan semen.

Jarak siar antar batu tidak boleh kurang dari 10 kilometer dan tidak

boleh lebih dari 50 milimeter dan tidak diperbolehkan adanya permukaan

batu yang bersentuhan langsung dengan batu lainnya. Ukuran dan

distribusi batu harus sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh

penyediaan volume adukan semen yang sedikit mungkin. Pemasangan batu

harus dilakukan berselang-seling sehingga setiap titik pertemuan batu

BAB E 1 87

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 87/241
8/19/2019 Metodologi Embung

memiliki arah vertikal dan horizontal. Harus dihindarkan pula adanya

bidang pertemuan batu yang lurus horizontal dan sambung menyambung.

d. Sambungan Kontraksi dan Sambungan Sendi ( Contraction

Joint dan False Joint )

1.  Sambungan Kontraksi

Sambungan kontraksi harus dipasang pada dinding batu, struktur

penahanan dan pelapis saluran, sebagaimana ditentukan dalam


gambar atau yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, atau pada

interval tidak lebih dari 20 meter. Kecuali ditentukan lain oleh

Direksi Pekerjaan, sambungan kontraksi pada pasangan batu

harus dibuat sebagaimana sambungan kontraksi pada struktur

beton, sebagaimana dalam bab pekerjaan Beton pada Spesifikasi

Teknis ini. Sambungan kontraksi pada pasangan batu dan struktur

penahan harus berupa bidang vertikal atau tegak lurus terhadap

arah aliran, sejauh memungkinkan dan disetujui oleh Direksi

Pekerjaan. Sambungan kontraksi pada permukaan horizontal dan

lantai struktur batu harus tegak lurus dan/atau sejajar dengan

dimensi utama dari struktur atau dengan arah aliran sejauh

memungkinkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

BAB E 1 88

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 88/241
8/19/2019 Metodologi Embung

2.  Sambungan Sendi

Sambungan sendi harus dipasang pada batu yang bukan

merupakan struktur penahan air sebagaimana ditunjukkan dalam

gambar atau yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan. Sambungan

sendi harus dipasang pada setiap bagian struktur yang mengalami

perubahan dimensi secara brsar atau secara tiba-tiba, atau pada

bagian dimana perbedaan penurunan diramalkan akan terjadi.


Sambungan sendi dibuat dengan menata batu sedemikian rupa

sehingga adukan semen akan membentuk bidang datar

bersambung sepanjang tinggi pasangan batu tersebut, termasuk

batu mukanya. Jika diperlukan, semacam bekisting sementara

dapat dipergunakan selama pekerjaan pasangan batu untuk

mengendalikan lokasi dan sambungan dari sambungan sendi. 

3.  Filter Drainase Sambungan

Di balik seluruh jenis sambungan pada pekerjaan pasangan batu,

termasuk sambungan kontraksi dan sambungan sendi, harus

dipasang batu pecah yang bergradasi atau filter kerikil sepanjang

tinggi sambungan. Filter yang bergradasi ini harus terdiri dari

batu pecah pilihan dan krilil dan gradasi yang baik untuk

BAB E 1 89

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 89/241
8/19/2019 Metodologi Embung

mencegah teralirkannya material filter dan/atau material pondasi

dan harus dilapisi lagi dengan lapisan filter geotekstilsintetis

seperti dalam gambar atau yang ditunjukkan oleh Direksi

Pekerjaan. Penggunaan ijuk dan material organik yang dapat

melapuk lainnya tidak diijinkan kecuali mendapatkan ijin khusus

dari Direksi Pekerjaan.

e.  Pekerjaan Pasangan Batu Muka dan Siar Pasangan Batu Muka
Kecuali gambar atau Direksi Pekerjaan menunjukkan lain, batu-batu muka

pada pasangan batu yang biasa harus terdiri dari batu yang berukuran

acak dengan penempatan batu header   (bond stone ) paling sedikit sebuah

tiap satu meter persegi. Batu header   harus masuk pada kedalaman

paling sedikit dua kali ketebalan pasangan batu muka ke arah pasangan

batu belakang. Batu muka harus dipilih dan ditata dengan baik sehingga

permukaan luarnya membentuk bidang rata dan permukaan luar antar

batu tersebut berjarak sedekat mungkin tapi tidak kurang dari 10

milimeter dan tidak melebihi 20 milimeter, dan titik pertemuan terbagi

ke arah vertikal dan horizontal. Pada sudut dan tepi luar dinding

pasangan harus dipasang batu yang telah dibentuk kotak dan membentuk

garis tepi sudut.

BAB E 1 90

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 90/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Distribusi jenis batu dan ukuran batu pada muka pasangan harus

sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil permukaan pasangan batu yang

rapi, rata dan memiliki penanpilan seragam, tanpa adanya daerah dengan

permukaan batu-batu muka berukuran jauh lebih besar atau jauh lebih

kecil dari daerah-daerah lainnya, ataupun berbeda warna dan teksturnya.

Pada pekerjaan-pekerjaan khusus yang ditunjukkan oleh Gambar atau

Direksi Pekerjaan, muka pasangan batu harus dibuat dari batu segi enam
atau dari batu candi.

Pasangan batu muka harus sedemikian supa sehingga penaikan-nya

bersamaan dengan penaikan batu belakang sehingga batu header dapat

dipasang dengan baik dan menghasilkan sambungan adukan semen antara

pasangan batu muka dan batu belakang yang baik dan kuat.

Semua batu yang terbuka harus diberikan siar muka pasangan.

Sebelum pemberian siar muka pasangan ( pointing ), adukan semen pada

sambungan batu harus dikorek sedalam 30 milimeter atau potongan

(chiselled out ) pada sambungan lamanya, kemudian sambungan itu harus

dibersihkan dari pasir dengan sikat kawat hingga bersih, kemudian

adukan semen dibasahkan.

BAB E 1 91

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 91/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pasangan siar muka pasangan dapat berupa :

  Siar muka pasangan cekung : berupa pengisian muka sambungan

dengan adukan semen hingga kedalaman kurang lebih 10 milimeter ke

arah dalam dari permukaan batu muka,

  Siar muka pasangan rata : berupa pengisian muka sambungan dengan

adukan semen rata dengan permukaan batu muka,

  Siar muka pasangan cembung : berupa pengisian muka sambungan


dengan adukan semen kurang lebih 10 milimeter ke arah luar

permukaan batu muka.

Kecuali ditentukan oleh gambar atau Direksi Pekerjaan, semua pasangan

siar muka pasangan harus berjenis siar adukan semen rata.

Adukan semua untuk siar ini harus memiliki perbandingan 1:3, kecuali

ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan.

Permukaan batu muka harus dibersihkan dengan baik dari kelebihan

adukan semen setelah pekerjaan pemasangan siar muka pasangan selesai.

f. Lubang Drainase (Drainage Holes ) dan Lubang Buangan Air

(Wheep Holes )

Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan, bagian

miring atau vertikal dari pasangan dinding penahan, pelapis saluran,

saluran buang, dan pasangan pengukuh dan pelindung lereng, harus

BAB E 1 92

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 92/241
8/19/2019 Metodologi Embung

diberikan lubang drainase atau kubang buangan air pada interval satu

setiap 4 meter persegi dari permukaan pasangan yang terbuka atau yang

ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan, lubang

drainase dan lubang buangan air harus dibuat dari pipa PVC 50 milimeter.

Pada lubang drainase dan lubang buangan air pada pasangan penahan air

harus dipasang katup bola (ball valves ) atau katup buka tutup (flap
valves ) yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditunjukkan oleh

gambar atau Direksi Pekerjaan.

1.  Plesteran

Plesteran pasangan batu harus dipasang pada dinding, lantai, pelapis

saluran, dan pasangan batu lainnya sebagaimana yang ditunjukkan pada

gambar atau oleh Direksi Pekerjaan dengan mengikuti aturan sebagai

berikut :

2.  Permukaan terbuka

Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan, plesteran

harus dipasang pada permukaan atas seluruh struktur pasangan batu

seperti dinding, pilar, tumpuan dan lain-lain dan pada 10 centimeter

dibawah permukaan atas dari struktur-struktur tersebut dan

mernbentuk tudung.

BAB E 1 93

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 93/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Plesteran harus menggunakan adukan semen dengan perbandingan 1

bagian pasir dalam besaran volume.

Sebelum plesteran, adukan semen pada sambungan batu harus dikerok

atau dipotong sedalam 30 millimeter, kemudian permukaan pasangan

batu dan sambungannya harus dibersihkan dari semua kotoran adukan

semen atau kotoran lainnya dengan sikat kawat dan dibasahi sebelum

dipasang plester.
Plester harus dipasang dalarn dua lapis dengan ketebalan total kurang

leblh 20 millimeter dan harus diselesaikan dengan sendok tembok baja

untuk mendapatkan hasil akhir yang bersesuaian dengan hasil akhir

beton dengan kelas U3 seperti yang tersebut pada bab Pekerjaan

Beton.

3.  Urugan di Belakang pasangan Batu

Kecuali ditunjukkan lain oleh gambar atau hal lainnya yang telah

disetujui oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pengurugan bagian belakang

pasangan batu yang tidak akan terlihat dari luar, pasangan batu harus

diberi plester kasar dengan campuran adukan semen 1 bagian semen

dan 4 bagian pasir dalam besaran volume dengan ketebalan 20

millimeter.

BAB E 1 94

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 94/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Harus diperhatikan agar plesteran kasar tersebut tidak menutupi atau

buangan air lubang drainase dan dinding lainnya yang telah dlbuat pada

pekerjaan pasangan batu, dan pengurugan tidak boleh dimulai sebelum

perneriksaan pemberian persetujuan oleh Direksl pada saat pekerjaan

pasangan batu dan plesteran selesai dilaksanakan.

4.  Perlindungan dan Perawatan

Untuk melaksanakan pekerjaan pasangan batu pada cuaca yang tldak


baik, dan perlindungan dan perawatan pekerjaan yang telah

selesaiKontraktor Pelaksana harus merujuk kepada kondisi yang sama

untuk pekerjaan beton.

Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dilakuk:an pada kondisi hujan

 yang lebat atau lama yang akan sanggup melarutkan adukan semen dari

pasangan batu. Adukan semen yang telah terpasang dan terlarut oleh

hujan harus diambil kembali dan diganti sebelum pekerjaan diteruskan.

Para pekerja, peralatan konstruksi, atau lalu lintas konstruksi tidak

diperbolehkan melintasi pasangan batu sebelum terpasang dengan

sempurna dan telah mencapai kekuatan penuhnya, dan jika ada

pasangan batu yang rusak akibat hal tersebut di atas, harus dibongkar

dan diganti sebagai tanggungan Kontraktor Pelaksana.

BAB E 1 95

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 95/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pasangan batu harus dilindungi dari sinar matahari dan harus dijaga

agar selalu dalam keadaan basah selama kurang lebih tiga (3) hari atau

selama waktu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, setelah pekerjaan

pasangan batu selesai.

5.1.1.  Pekerjaan Timbunan Tanah 

5 . 1 . 1 . 1 .  Umum 

A. Cakupan Pekerjaan

Pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini dengan judul di atas meliputi

semua pekerjaan tanah dan pekerjaan yang terkait yang merupakan

permanen atau diperlukan dalam kaitannya dengan pekerjaan permanen

 yang tidak secara khusus diuraikan pada sub bab sebelumnya.

Pekerjaan ini meliputi:

  Penimbunan dan pemadatan tubuh bendungan dan cutoff ,

  Penimbunan kembali bangunan,

  Pekerjaan restorasi termasuk penggalian dan atau penimbunan,

pemasangan tanah penutup (topsoiling) dan penanaman rumput

  Pembuatan dan pemeliharaan tempat penimbunan dan tempat

pembuangan sisa galian

BAB E 1 96

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 96/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Pekerjaan tanah lain seperti ditunjukkan dalam gambar atau

diperintahkan Direksi Pekerjaan.

B.  Bahan

Bahan untuk pekerjaan tanah umum berasal dari hasil galian dari

berbagai bagian pekerjaan permanen, tempat pengambilan tanah (borrow

area), tanah residual, endapan aluvium dan koluvium, atau kombinasinya.

Klasifikasi tingkat pelapukan batuan dan klasifikasi penggalian yang


dipakai dalam Bab ini harus mengikuti klasifikasi yang berlaku dalam

Spesifikasi Teknis ini.

C.  Pekerjaan Sampai Garis, Permukaan dan Elevasi yang


Ditentukan

Kontraktor Pelaksana harus mengerjakan semua pekerjaan tanah sampai

mencapai garis, permukaan, elevasi atau dimensi yang ditunjukkan dalam

gambar atau seperti diperintahkan atau disetujui Direksi Pekerjaan.

Rincian pekerjaan ini tidak selalu ditunjukkan secara lengkap dalam

gambar Kontrak, dalam hal itu rinciannya harus mengikuti perintah

Direksi Pekerjaan dalam bentuk gambar Kerja Tambahan atau perintah

tertulis di lapangan sesuai dengan ketentuan dan Spesifikasi Umum dan

Syarat-syarat Kontrak; atau sesuai dengan usulan Kontraktor Pelaksana

BAB E 1 97

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 97/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 98/241
8/19/2019 Metodologi Embung

5 . 1 . 1 . 2 .  Bahan Timbunan Tanah

A. Jenis Tanah

Yang dimaksud dengan timbunan tanah adalah semua timbunan tanah baik

untuk tubuh bendungan,maupun di luar timbunan untuk bendungan,

termasuk cutoff .

Timbunan tanah terdiri dari bahan aluvium, bahan batuan lapuk residual

dari galian, tanah dari tempat pengambilan tanah atau kupasan tanah

penutup.

Gradasi Tanah Timbunan harus bergradasi baik (well graded) dalam

batas-batas berikut :

  Tidak mengandung butiran berukuran 5 cm, kecuali kalau ditentukan

lain,

  Bahan harus mengandung bagian yang lolos Saringan No. 200 (0,074

mm) tidak kurang dari 40%,

  Bahan harus mengandung butiran berukuran lempung (0,002 mm)

tidak kurang dari 30%.

Indeks Plastisitas (PI) bahan yang ditentukan dengan ASTM Standards

D 423 dan D 424, tidak kurang dari 25%. Berdasarkan pengujian

BAB E 1 99

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 99/241
8/19/2019 Metodologi Embung

konsistensi Atterberg, tanah material urugan embung tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai CH - MH, yaitu lanau lempungan, plastisitas

sedang-tinggi, warna coklat kekuningan. Material ini dijumpai di Borrow

Area pada kedalaman antara 1 m sampai dengan 2 m, dibawahnya jenis

tanah berubah menjadi lanau pasiran yang lebih porus. Untuk itu,

Kontraktor Pelaksana harus hati-hati untuk menggalinya dan harus

dipandu oleh teknisi lapangan yang berpengalaman dalam bidang mekanika


tanah.

B.  Penyiapan Pondasi

Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar atau diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, pondasi pekerjaan urugan (embankment) atau timbunan harus

dibersihkan, dibongkar dan dikupas sesuai dengan ketentuan mengenai

pekerjaan tersebut yang ditentukan dalam Spesifikasi ini.

Semua bagian ketidak-teraturan, dan rongga di pondasi dan bekas-bekas

sumuran uji atau galian lain yang lebih dalam dari galian yang ditunjukkan

gambar, harus ditimbun kembali sesuai perintah Direksi Pekerjaan

dengan bahan yang sama dengan timbunan di atasnya, dan dipadatkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk timbunan yang bersangkutan

BAB E 1 100

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 100/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Menjelang penghamparan lapisan pertama bahan timbunan, permukaan

pondasi harus dibersihkan dari semua tanah yang mengandung

gambut/humus, bahan-bahan lepas dan benda-benda lain yang tidak pada

tempatnya. Semua air yang ada di tempat tersebut harus disingkirkan

dengan cara yang disetujui Direksi Pekerjaan. Apabila perlu, permukaan

pondasi harus dibasahi sebelum ditimbun untuk memperoleh ikatan yang baik
dengan lapisan timbunan pertama.

Berdasarkan hasil analisa design timbunan tubuh Embung Geunang Uyat ,

mengingat kondisi tanah pondasi tapak bendungan yang berupa soft soil

maka proses penimbunan tubuh bendungan dilakukan secara bertahap

(staging fill embankment) dengan ketinggian timbunan yang dilaksanakan

pertahapnya dilakukan berdasarkan simulasi kekuatan tekanan air pori tanah

di tapak tubuh bendungan.

Setiap pekerjaan penimbunan untuk pekerjaan permanen hanya boleh

dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

BAB E 1 101

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 101/241
8/19/2019 Metodologi Embung

C.  Kontrol Kandungan Air dan Kepadatan

Kandungan air bahan timbunan sebelum dan selama pemadatan harus

seragam untuk setiap lapisan. Kecuali bi!a ditentukan lain oleh Direksi

Pekerjaan kandungan air bahan timbunan menurut ASTM Standard D

2216 harus dalam kisaran minus 2% (-2%) dan plus 2% (+2%) dari

Kandungan Air Optimum (Omc)  yang diperoleh dari Uji Pemadatan

Standar (Standard Compaction Test) menurut ASTM Standard' D 698.

Khusus untuk lapisan cutoff hulu dan selimut lempung hulu, kadar air

harus lebih basah 4% sampai dengan 5% di atas OMC, untuk

memperoleh sifat yang kedap air.

Penyiapan kandungan air bahan timbunan untuk. mencapai kandungan air


 yang ditentukan, harus dilakukan sebelum pengangkutan ke tempat

penimbunan yaitu di tempat pengambilan bahan timbunan, di tempat

pengumpulan atau tempat lain. Metode untuk mencapai kandungan air

 yang ditentukan, menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana dan

harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Penambahan air mungkin

perlu dilakukan di tempat penimbunan. Tetapi hal ini hanya boleh

dilakukan atas persetujuan Direksi Pekerjaan, dan pelaksanaannya harus

menggunakan alat atau dengan cara yang disetujui Direksi Pekerjaan.

BAB E 1 102

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 102/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Kecuali ada ketentuan lain atau diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan,

kepadatan kering (dry density) bahan timbunan setelah pemadatan tidak

kurang dari 90% dari Kepadatan Kering Maksimum Maximum Dry

Density) kalau diuji dengan prosedur ASTM Standard Proctor.

Kandungan air harus diuji langsung di lapangan menggunakan alat yang

dengan cepat dapat mengetahui kadar air lapangan, misalnya speedy


moisture tester. Yang secara berkala di chek dengan menggunakan

metode oven di laboratorium lapangan. Kepadatan Kering tanah yang

dipadatkan juga akan diperiksa oleh Direksi Pekerjaan secara berkala

dengan uji kontrol lapangan dan laboratorium terhadap contoh yang

diambil secara acak. Apabila kandungan air atau kepadatan kering tanah

 yang telah dipadatkan temyata tidak masuk dalam kisaran yang

ditentukan, Direksi Pekerjaan akan memerintahkan Kontraktor Pelaksana

membongkar bahan tersebut, atau mengolahnya kembali sedemikian rupa

sehingga kandungan air dan kepadatannya mencapai syarat-syarat yang

 yang ditentukan yang dibuktikan dengan serangkaian pengujian.

BAB E 1 103

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 103/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pengambilan dan penentuan uji kepadatan di lapangan dilakukan pada

setiap 100 m2 atau setiap lapis pemadatan atau kapan dan dimana seperti

 yang diminta oleh Direksi Pekerjaan.

Direksi Pekerjaan berhak merubah batas-batas kandungan air dan

kepadatan timbunan setiap waktu selama pelaksanaan, dan perubahan

semacam itu tidak merubah harga satuan untuk pembayaran.

D. Penempatan

Pemilihan, penempatan dan penghamparan bahan timbunan harus

sedemikian rupa sehingga sebaran (distribution) dan gradasinya di

seluruh timbunan bebas dari lensa, kantong atau lapisan bahan yang
tekstur, gradasi, kandungan air atau kepadatannya sangat berbeda

dengan bahan di sekitarnya.

Penempatan bahan timbunan harus sedemikian rupa sehingga sebarannya

bisa sebaik mungkin dan harus disetujui Direksi Pekerjaan, dan bilamana

perlu untuk mencapai tujuan ini Direksi Pekerjaan dapat menentukan

tempat penempatan bahan timbunan.

Apabila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, permukaan pondasi atau

permukaan yang dipadatkan dari salah satu lapisan terlalu kering atau

BAB E 1 104

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 104/241
8/19/2019 Metodologi Embung

terlalu licin sehingga tidak bisa terjadi ikatan dengan lapisan berikutnya,

maka permukaan tersebut harus dikasarkan dengan alat sampai

kedalaman tertentu sehingga terbentuk permukaan ikatan yang baik

sebelum timbunan berikutnya ditempatkan.

Bahan timbunan harus ditempatkan di urugan atau di timbunan berupa

lapisan menerus yang horizontal, dengan ketebalan sedemikian rupa

sehingga bisa dicapai kepadatan yang direncanakan sesuai dengan cara

pemadatan yang dituangkan dalam dokumen spesifikasi teknis di samping

itu tebal lapisan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 30 cm,

kecuali bila ditentukan atau disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Semua

permukaan lapisan harus miring 1:30 untuk keperluan drainase

mengalirkan air permukaan.

Direksi Pekerjaan berhak merubah ketebalan timbunan berdasar

informasi dari hasil pengujian; perubahan yang ditimbulkannya tidak

merubah harga satuan untuk pembayaran.

BAB E 1 105

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 105/241
8/19/2019 Metodologi Embung

E.  Pemadatan Tanah

Segera setelah penempatan setiap lapisan, timbunan harus dipadatkan

menggunakan ''selfpropelled tamping roller"atau sheepfoot roller atau

alat sepadan sehingga menjadi lapisan yang seragam kepadatannya.

Jumlah Iintasan alat pemadat akan ditentukan Direksi Pekerjaan

berdasarkan hasil percobaan timbunan (trial embankment). Namun

demikian, Direksi Pekerjaan tetap berhak merubah jumlah Iintasan alat

pemadat setiap saat selama konstruksi, tergantung hasil uji kontrol.

Tidak akan ada penyesuaian pembayaran untuk bahan kalau Direksi

Pekerjaan memerintahkan penambahan atau pengurangan jumlah lintasan.

Jenis alat pemadat yang akan dipakai Kontraktor Pelaksana harus

disetujui Direksi Pekerjaan, beban, operasi dan kecepatan alat tersebut

harus dapat mencapai tingkat keseragaman dan kepadatan sesuai

ketentuan Direksi Pekerjaan.

Apabila digunakan lebih dari satu alat pemadat, maka alat pemadat yang
dipakai harus sejenis dengan berat, dimensi dan ciri operasi yang sarna.

Jika pekerjaan penimbunan diberhentikan karena akan turun hujan,

permukaan timbunan atau urugan harus dimiringkan dan dihaluskan untuk

melancarkan drainase. Sebelum penempatan dan pemadatan lapisan

BAB E 1 106

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 106/241
8/19/2019 Metodologi Embung

selanjutnya, permukaannya harus digaru dan diatur kandungan airnya

sesuai ketentuan yang berlaku.

F.  Percobaan Timbunan (Trial Embankment)

Sebelum melakukan pekerjaan penimbunan dan pemadatan, khusus untuk

tubuh embung, Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan percobaan

penimbunan dan pemadatan langsung di lapangan di tempat yang akan

dilakukan penimbunan tubuh embung. Luas daerah percobaan minimal 5

m x 10 m atau ditentukan bersama-sama dengan tim supervisi dan

Direksi Pekerjaan. Sebelumnya, Kontraktor Pelaksana harus menyiapkan

tanah bahan urugan, peralatan penghampar dan pemadat yang akan


digunakan, serta alat-alat pengujian kadar air dan kepadatan langsung di

lapangan.

Setelah tanah yang kadar airnya telah diperiksa mendekati OMC sesuai

dengan persyaratan dihampar dengan ketebalan 30 cm, tanah dipadatkan

dengan alat pemadat sheepfoot roller tanpa digetarkan. Dengan banyak

lintasan 2 x, 4 x, 6 x, 8 x, dan 10 kali, dilakukan pengujian.

Kepadatan tanah menggunakan drive cylinder yang telah disetujui Direksi

Pekerjaan. Pada setiap banyak Iintasan tersebut dihitung kepadatan

BAB E 1 107

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 107/241
8/19/2019 Metodologi Embung

tanah dan tingkat kepadatan tanahnya, hasilnya kemudian dibuat grafik

hubungan antara kepadatan kering dengan banyak lintasan. Grafik

tersebut kemudian dianalisisoleh tim supervisi dan Direksi Pekerjaan

untuk menentukan banyak lintasan yang akan digunakan sebagai

pedomandalam pelaksanaan timbunan tubuh embung selanjutnya.

G. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran bahan timbunan tanah atau pekerjaan

timbunan dilakukan berdasar volume dalam meter kubik bahan

terpadatkan di urugan atau timbunan yang telah selesai sampai garis,

permukaan atau ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti


diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Pembayaran untuk bahan timbunan tanah di pekerjaan urugan atau

timbunan dilakukan menurut harga satuan per meter Kubik seperti

ditetapkan dalam syarat-syarat Kontrak.

BAB E 1 108

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 108/241
8/19/2019 Metodologi Embung

5 . 1 . 1 . 3 .  Timbunan Kembali

A. Umum

Yang dimaksud timbunan disini adalah timbunan kembali (backfill).

Kontraktor Pelaksana harus menimbun macam-macam bangunan baik

bangunan permanen maupun pekerjaan lain seperti ditunjukkan dalam

gambar atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Penimbunan kembali dilakukan dengan bahan yang bisa dibagi dalam 2

(dua) jenis tergantung lokasi, jenis fungsi bangunan atau pekerjaan yaitu

1.  Timbunan Acak (Random Backfill; Ordinary Backfill),

2.  Timbunan Lulus Air (Free Draining Backfill).

Bahan timbunan harus dari jenis, dan dengan permukaan dan dimensi

seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi

Pekerjaan sesuai dengan ketentuan berikut.

Apabila jenis bahan timbunan tertentu tidak ditentukan dalam Gambar

atau bahannya hanya ditentukan sebagai "Timbunan" atau "Timbunan

Biasa" maka bahan seperti itu harus diartikan sebagai Timbunan Acak

seperti ditentukan berikut.

BAB E 1 109

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 109/241
8/19/2019 Metodologi Embung

B.  Bahan-bahan

Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan berikut, kecuali apabila

ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan :

1. Timbunan Acak

Tlmbunan Acak terdiri atas bahan yang sesuai dengan persyaratan

untuk timbunan tanah, yaitu mempunyai ukuran maksimum 5 cm, tanah

granular berupa pasir lanauan lempungan campur kerikil berupa tanah

bekas galian intake dan spillway. Jenis tanah ini dapat digunakan

sebagai tanah backfill.

2. Timbunan lulus Air
Timbunan Lulus air harus diseleksi dari bahan tanah  granular  yang

bisa didapat dari kerikil sungai yang bersih atau hancuran batu dari

lombong, dicuci dan diayak bila perlu, sampai bergradasi baik dengan

batas ukuran butir berikut :

  Ukuran butir maksimum 15 cm,

  Bagian yang lolos dari Saringan No.4 (4,76 mm) tidak kurang

dari 15% dan tidak lebih dari 75%,

BAB E 1 110

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 110/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Bagian yang lolos dari Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih

dari 5%

  Bahan ini harus bebas dari lempung dan hanya digunakan di

daerah di luar embung atas perintah Direksi Pekerjaan.

C.  Kontrol Kandungan Air dan Kepadatan

1.  Timbunan Acak


Persyaratan kandungan air dan kepadatan bahan ini harus sama

dengan ketentuan dalam Sub-Bab 4.2.4

2. Timbunan lulus Air

Timbunan lulus air tidak terikat ketentuan kandungan air tertentu,

namun demikian bahan ini harus ditempatkan dalam keadaan terbasahi

seluruhnya sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan. Pembasahan bahan

timbunan jenis ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pemadatannya.

Kecuali ditentukan atau diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan,

Timbunan Lulus Air harus dipadatkan sampai mencapai Kepadatan

Relatif sekurang-kurangnya 70% kalau ditentukan menurut ASTM

Standard D 2049 atau USBR Earth Manual Test Designation E 12.

BAB E 1 111

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 111/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Kandungan air bahan timbunan yang telah dihampar di lapangan harus

diperiksa langsung di lapangan menggunakan alat yang dengan cepat

dapat mengetahui kandungan airnya. Alat ini secara berkala harus di

chek dan dibandingkan dengan hasil pengujian di laboratorium

lapangan dengan cara oven.

Kepadatan kering dari tanah yang telah dipadatkan dilakukan dengan


menggunakan alat sand replacement atau drive cylinder langsung di site,

sehingga pada waktu itu juga dapat diperoleh tingkat kepadatan tanah

 yang dicapai. Hasil pengujian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman

dalam menilai kualitas dari pemadatan tanah yang telah dilakukan, apakah

telah memenuhi persyaratan.

D. Penempatan dan Pemadatan

Pemilihan, penempatan dan penyebaran bahan timbunan harus sedemikian

rupa sehingga penyebaran dan gradasi timbunan seluruhnya tidak

mengandung lensa, kantong atau lapisan yang terdiri atas bahan yang

tekstur, gradasi, kandungan air atau kepadatannya sangat berbeda

dengan bahan di sekitarnya.

BAB E 1 112

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 112/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Timbunan harus dipadatkan dengan menggunakan alat yang sesuai dengan

ruang kerja yang tersedia dan alat yang digunakan harus mendapat

persetujuan Direksi Pekerjaan.

Bahan timbunan harus ditempatkan secara menerus, kurang lebih

horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan tercapainya kepadatan

di seluruh lapisan. Ketebalan lapisan sebelum dipadatkan tidak boleh

lebih dari 35 cm, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan.

E.  Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran bahan timbunan dilakukan berdasar

volume dalam meter kubik bahan terpadatkan di tempat timbunan sesuai

garis, permukaan dan elevasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau

seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Pembayaran bahan timbunan dilakukan dengan harga satuan dalam meter

kubik yang ditentukan sesuai dengan syarat-syarat Kontrak.

BAB E 1 113

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 113/241
8/19/2019 Metodologi Embung

5 . 1 . 1 . 4 .  Lantai Kerja

A. Umum

Kontraktor Pelaksana harus memasang lantai kerja untuk pekerjaan

beton, pasangan batu kali, pasangan batu kosong, bronjong kawat,

bantalan, pekerjaan pipa atau pekerjaan lain seperti ditunjukkan dalam

gambar sesuai Spesifikasi, atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Bahan lantai kerja bisa dibagi dalam 4 (empat) macam tergantung lokasi,

 jenis dan fungsi dari bangunan atau pekerjaan yaitu :

1.  Pecahan Batu,

2.  Pasir,

3.  Filter Kasar,

4.  Filter Halus.

Lantai kerja dari pecahan batu dan pasir digunakan di bangunan atau

pekerjaan dimana aliran air-tanah akibat rembesan dan/atau drainase

bisa diabaikan.

Lantai kerja filter kasar dan halus dipasang di bawah bangunan air atau

pekerjaan drainase atau pekerjaan lain di atas urugan tanah atau batuan

lapuk yang perlu drainase, dan dimana aliran air-tanah akibat rembesan

BAB E 1 114

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 114/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dan/atau drainase diperkirakan cukup besar sehingga ada potensi erosi

dan kehilangan butiran halus dari bahan pondasi atau urugan.

Bahan lantai kerja harus dari jenis dan dipasang dan dipadatkan menurut

garis, permukaan, elevasi dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar

atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan sesuai ketentuan berikut.

B.  Bahan-Bahan

Bahan-bahan lantai kerja harus terdiri atas campuran kerikil dan pasir

atau pecahan batu bergradasi baik yang bebas dari bahan organik,

lempung atau bahan merusak lainnya.

Persyaratan ukuran butir dan gradasi untuk bermacam jenis bahan lantai

kerja adalah sebagai berikut, kecuali ditentukan lain oleh Direksi

Pekerjaan

1.  Lantai Kerja Hancuran Batu


Lantai kerja hancuran batu terdiri atas hancuran batu bergradasi

baik dari mesin pemecah batu (crusher'), dengan ukuran butir

maksimum 75 mm dan butiran yang lebih lolos dari Saringan No. 16

(1,19 mm) tidak lebih dari 20%.

BAB E 1 115

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 115/241
8/19/2019 Metodologi Embung

2. Lantai Kerja Pasir

Lantai Kerja pasir terdiri atas pasir alam bersih atau hasil mesin

pemecah batu dengan ukuran butir maksimum 5 mm dan butiran yang

lebih halus dari Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih dari 20%.

3. Lantai Kerja Filter Kasar

Lantai kerja filter kasar terdiri atas campuran pasir dan kerikil atau

hasil pecahan mesin pemecah batu dengan ketentuan berikut :

  Ukuran butir maksimum 50 mm,

  Bagian yang lolos Saringan 19,4 mm tidak kurang dari 70% sampai

100%,

  Bagian yang lolos Saringan NO.4 (4,75 mm) tidak kurang dar 20%

dan tidak lebih dari 65%, 

  Bagian yang lolos Saringan No. 16 (1,19 mm) tidak lebih dari 20% 

4. Lantai Kerja Filter Halus

Lantai kerja filter halus terdiri atas pasir atau pecahan batu dari

mesin pemecah batu dengan ketentuan berikut :

  Ukuran butir maksimum 5 mm,

  Bagian yang lolos Saringan No. 16 (1,19 mm) tidak kurang dari 60%

sampai 100%,

BAB E 1 116

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 116/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Bagian yang lolos Saringan No. 50 (0,3 mm) tidak kurang dari 20%

dan tidak lebih dari 65%,

  Bagian yang lolos Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih dari

20%.

C.  Kontrol Kandungan Air dan Kepadatan

Tidak ada persyaratan khusus mengenai kandungan air bahan lantai kerja
ini, tetapi bahan ini harus dibasahi secara merata sebelum dipasang atas

persetujuan Direksi Pekerjaan, agar pemadatannya sempurna.

Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, bahan ini dipadatkan

sampai mencapai Kepadatan Relatif tidak kurang dari 70% kalau diukur

menurut ASTM Standard D 2049 atau USBR Earth Manual Test

Designation E 12.

D. Penempatan dan Pemadatan

Pemilihan, penempatan dan penyebaran bahan lantai kerja ini harus

sedemikian rupa sehingga sebaran dan distribusinya di seluruh lapisan

bebas dari lensa, kantong, atau lapisan yang mempunyai tekstur, gradasi,

BAB E 1 117

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 117/241
8/19/2019 Metodologi Embung

kandungan air atau kepadatan yang sangat berbeda dengan bahan

sekitarnya.

Bahan lantai kerja harus dipadatkan dengan alat yang sesuai dengan

kondisi tempatnya. Jenis alat yang digunakan harus mendapat

persetujuan Direksi Pekerjaan.

Bahan lantai kerja harus ditempatkan secara menerus menjadi lapisan

horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan pemadatannya mencapai

kepadatan sesuai dengan ketentuan Sub-Bab 4.4.3 dari Bab ini di seluruh

lapisan, disamping itu ketebalan lapisan sebelum dipadatkan tidak lebih

dari 15 cm, kecuali kalau diperintahkan atau disetujui lain oleh Direksi

Pekerjaan.

E.  Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran bahan lantai kerja ini dilakukan

berdasar volume dalam meter Kubik bahan terpadatkan sesuai dengan

garis, permukaan dan elevas iyang ditunjukkan dalam gambar atau

seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Pembayaran bahan lantai kerja dilakukan menurut harga satuan dalam

meter kubik sesuai ketentuan dalam Sub-Bab 4.1.4.

BAB E 1 118

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 118/241
8/19/2019 Metodologi Embung

5 . 1 . 1 . 5 .  Pekerjaan Penyimpanan Sementara dan Pembuangan

A. Umum

Kontraktor Pelaksana harus mengelola tempat-tempat pembuangan dan

penyimpanan sementara untuk bahan galian yang tidak bisa dipakai yang

berasal dari penggalian, tempat pengambilan tanah atau lombong batu atau

tempat untuk menyimpan sementara bahan galian yang akan dipakai untuk
pekerjaan yang tidak dapat secara spesifik dimasukkan dalam pekerjaan

tertentu. Tempat dan luas daerah pembuangan dan penyimpanan sementara

tersebut harus seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti

diperintahkan atau disetujui Direksi Pekerjaan.

Tempat pembuangan atau penyimpanan sementara yang ditunjukkan dalam

Gambar atau diperintahkan Direksi Pekerjaan harus dibersihkan dari

tanaman dan tanah penutup dengan cara yang berlaku dalam Spesifikasi

Teknik ini.

Pengupasan hanya perIu dilakukan apabila dianggap perlu oleh Kontraktor

Pelaksana, atau diperintahkan Direksi Pekerjaan untuk mencegah

kontaminasi terhadap bahan atau untuk menjamin stabilitas buangan

dan/atau simpanan sementara. Apabila diperlukan, pengupasan harus

BAB E 1 119

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 119/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai pengupasan yang berlaku dalam

Spesifikasi Teknik ini.

Daerah pembuangan dan penyimpanan umumnya harus diratakan dan

dipotong sehingga terbentuk permukaan yang teratur sesuai dengan

ketentuan Direksi Pekerjaan.

Bahan buangan atau simpanan harus diletakkan sedemikian rupa sehingga

terbentuk timbunan yang rapih dan teratur yang tidak mengganggu kegiatan
atau fasilitas pekerjaan lain.

Bahan buangan atau simpanan harus diletakkan dan dilindungi sedemikian

rupa sehingga tidak tererosi hujan atau aliran permukaan.

Buangan atau simpanan sementara di dekat sungai, alurf  saluran atau

bangunan drainase permanen harus terlindung dari erosi oleh aliran sungai

atau air permukaan, disamping itu harus disediakan sarana untuk mengatur

atau membelokkan aliran untuk mencegah kontaminasi di jalan air tersebut.

Pekerjaan itu meliputi tetapi tidak terbatas pada pembuatan saluran

gendong (catch drain), saluran elak, mulut saluran-buang (outfall) talang

dan gorong-gorong untuk drainase di sekitar atau melalui daerah

pembuangan dan penyimpanan.

BAB E 1 120

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 120/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Bangunan pelindung erosi di tempat pembuangan permanen harus berupa

bangunan permanen.

Tempat buangan harus dibangun sesuai gambar atau seperti perintah

Direksi Pekerjaan. Apabila ditentukan, ditunjukkan dalam gambar atau

diperintahkan Direksi Pekerjaan bahan buangan harus ditempatkan

secara berlapis-Iapis secara teratur dan dipadatkan dengan alat

pemadat atau dengan cara yang diperintahkan atau disetujui Direksi


Pekerjaan.

Permukaan buangan permanen yang sudah selesai diurug harus rata dan

rapih dan harus dimiringkan untuk drainase sesuai perintah atau

persetujuan Direksi Pekerjaan; dan harus dirawat agar rapih dan

teratur, serasi dengan bentang alam sekitarnya.

Apabila ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan Direksi Pekerjaan,

tempat buangan permanen harus ditutupi tanah penutup dan ditanam

rumput, semak atau pohon

B.  Pengukuran dan Pembayaran

Kecuali apabila ditentukan secara spesifik dalam Spesifikasi dan

dimasukkan dalam Daftar Volume Pekerjaan, tidak ada pembayaran

khusus untuk penyiapan, drainase, perawatan dan rehabilitasi daerah-

BAB E 1 121

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 121/241
8/19/2019 Metodologi Embung

daerah buangan dan simpanan sementara. Semua biaya yang terkait

dianggap sudah termasuk dalam harga satuan dan harga jumlah bulat

(lump sum)  yang terkait seperti tercantum dalam Daftar Volume

Pekerjaan untuk beraneka-macam butir pekerjaan galian dan urugan.

5 . 1 . 1 . 6 .  Rehabilitasi Daerah Kerja

A. Umum
Setelah pekerjaan selesai, tempat kerja dan tempat pengambilan bahan

galian (borrow area), lombong batu, tempat pembuangan dan

pengumpulan, jalan hantar sementara dan semua daerah kerja lainnya

 yang ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan Direksi Pekerjaan,

kecuali daerah yang akan terendam air waduk, harus direhabilitasi sesuai

perintah Direksi Pekerjaan. Tempat-tempat tersebut harus bersih,

rapih, ber-drainase baik dengan lereng galian yang stabil, sehingga bisa

diterima Direksi Pekerjaan.

Apabila Direksi Pekerjaan memandang perlu, Kontraktor Pelaksana harus

melandaikan lereng buangan (spoilbank), permukaan bahan timbunan, dan

galian sementara menjadi sekurang-kurangnya vertikal : horizontal = 1 :

2,5 ; dan/atau menstabilkannya dengan cara-cara lain; dan/atau membuat

drainase permanen tambahan yang mungkin diperlukan.

BAB E 1 122

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 122/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Di tempat yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan Direksi

Pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus memasang kembali tanah penutup

 yang dikupas pada waktu mulai pekerjaan atau pengambilan bahan galian

dan/atau menyebar campuran benih rumput yang disetujui Direksi

Pekerjaan. Tanah penutup harus dihamparkan menjadi lapisan-Iapisan

 yang ketebalan dan pengerjaannya menggunakan alat yang sesuai dengan

perintah Direksi Pekerjaan.

B.  Pengukuran dan Pembayaran

Kecuali apabila secara spesifik ditentukan dalam Spesifikasi dan

dicantumkan dalam Daftar Volume Pekerjaan, tidak ada pembayaran khusus

untuk pekerjaan yang termasuk dalam Pasal ini. Semua biaya yang terkait

harus dianggap sudah dimasukkan dalam harga satuan dan harga jumlah

bulat untuk butir-butir pekerjaan konstruksi yang tercantum dalam Daftar

Volume Pekerjaan.

E.11. Konstruksi

Konstruksi pembangunan embung dilakukan oleh pelaksana yang telah

ditunjuk (kelompok tani) dan dilaksanakan secara padat karya agar petani

mampu mengembangkan embung dan merasa ikut memiliki sejak dini.

BAB E 1 123

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 123/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pelaksanaaan pembuatan embung dilakukan dalam beberapa tahap antara lain

1. Bentuk permukaan embung

Gambar 1. Bentuk Permukaan Embung

a. Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di lapangan

b. Volume galian merupakan volume air yang akan ditampung. Besaran volume

 yang dibuat minimal 170 m3. Besaran volume embung ini akan tergantung

kepada konstruksi embung yang akan digunakan atau ada partisipasi dari

BAB E 1 124

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 124/241
8/19/2019 Metodologi Embung

masyarakat. Embung dengan kontruksi sederhana (tanpa memperkuat

dinding) dimungkinkan akan lebih luas dari volume minimal tersebut.

Gambar 2. Sketsa Bentuk Embung Tampak Atas Dan Samping

BAB E 1 125

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 125/241
8/19/2019 Metodologi Embung

2. Menggali Tanah 

Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran drainase/mata

air untuk dapat dijadikan sebagai sumber pengisian air ke dalam embung.

3. Dinding pinggir embung

Dinding pagar embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman 2 s/d 2,5

m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk


menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.

4. Memperkokoh dinding embung 

a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retakdan air yang

telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan
memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak

diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada bagian-

bagian tertentu yang rawan bocor. 

b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan yang bisa


digunakan tergantung dari bahan/material yang mudah diperoleh di lokasi

dan biaya yang tersedia. Adapun bahan/material yang dapat dipakai untuk

dinding embung antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali, pasangan

beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun kolam,

BAB E 1 126

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 126/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 127/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Gambar 5. Desain Sederhana Embung

H. Pengawasan 

Aparat Dinas Pengairan Aceh sebagai penanggung jawab kegiatan harus

melakukan pengawasan selama proses pembangunan sejak perencanaan

hingga konstruksi selesai.

BAB E 1 128

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 128/241
8/19/2019 Metodologi Embung

I. Pembiayaan 

Biaya disediakan melalui sumber anggaran APBA 2015, untuk Rangkaian

kegiatan pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab.

Aceh Barat (Otsus Aceh). Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan

biaya Rp. 260.000.000,- (Dua Ratus Enam Puluh Juta Rupiah) termasuk

PPN.

J. Form form pengawasan 

Untuk lebih memperlancar jalannya pengawasan dari pekerjaan yang akan

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana, berikut adalah form-form

pengawasan/supervisi yang akan dipakai di dalam pelaksanaan pengawasan

pekerjaan.

5 . 1 . 2 .   Kontrol Pelaksanaan Program Keselamatan Konstruksi

Keselamatan dianggap sesuatu yang utama pada semua jenis pekerjaan

konstruksi. Konsultan Supervisi mengharuskan Kontraktor Pelaksana untuk


mengambil semua tindakan yang mungkin untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja maupun kejahatan-kejahatan terhadap area pekerjaan,

peralatan dan material, dan seluruh pekerja.

BAB E 1 129

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 129/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Kendali keselamatan pada masa konstruksi terdiri dan beberapa unsur

kegiatan sebagai berikut:

1.  Orgasinasi Pengendalian Keselamatan (Safety Comitte)

2.  Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan

3.  Program Pengendalian Keselamatan

1. Organisasi Pengendalian Keselamatan

Kontraktor Pelaksana diwajibkan membentuk Organisasi Pengendalian

Keselamatan yang terdiri dan unsur Otoritas Keamanan, Pemilik Proyek,

Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana juga

menugaskan pelaksana senior mereka sebagai petugas pengendali

keselamatan. Pelaksana senior tersebut bertanggungjaawab terhadap


ketentuan Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana akan

menyampaikan bagan organisasi pengendalian keselamatan dan merinci

program keselamatan kerja kepada pihak pemilik proyek untuk dievaluasi.

2. Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan


Segera setelah pembentukan organisasi pengendalian keselamatan,

Konsultan Supervisi melaksanakan rapat organisasi yang dihadiri semua

unsur terkait diatas. Didalam rapat tersebut diuraikan kondisi/informasi

 yang ada diiingkungan pekerjaan, sistem transportasi pelaksanaan

BAB E 1 130

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 130/241
8/19/2019 Metodologi Embung

pekerjaan, prinsip pokok metode pelaksanaan pekerjaan Kontraktor

Pelaksana dan keselamatan lokal. Pengendali Keselamatan dan pihak

Kontraktor Pelaksana wajib menyampaikan ketersediaan perangkat yang

menunjang program keselamatan sesuai peraturan yang berlaku di

Indonesia.

3. Program Pengendalian Keselamatan

Program Pengendalian Keselamatan akan ditinjau oleh Konsultan

Supervisi. Program pengendalian keselamatan ini meliputi:

  Sarana transportasi menuju jalan umum,

  Pengendalian lalulintas di lokasi pekerjaan,

  Stabilitas alam dan lereng hasil galian,


  Pekerjaan konstruksi di/dalam air,

  Pekerjaan Pengelasan,

  Lampu kerja di malam hari,

  Pengendalian untuk meminimalkan dampak lingkungan sepanjang masa

pekerjaankonstruksi merupakan tujuan utama.

BAB E 1 131

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 131/241
8/19/2019 Metodologi Embung

5 . 1 . 3 .   Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Investigasi tambahan

Seluruh kegiatan investigasi tambahan diluar volume yang tercantum dalam

Kerangka Acuan Kerja kegiatan Supervisi Peningkatan Embung Geunang

Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh)   akan menjadi beban dan tanggung

 jawab Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi hanya membantu pihak

Pemilik Proyek dalam memberikan saran dan pengawasan dan evaluasi teknis.

Sepanjang pekerjaan investigasi tambahan dirasa pertu dan disetujui oleh


Pemilik Pekerjaan, maka Konsultan Supervisi akan membantu Pemilik Proyek

dalam pengawasan investigasi tambahan yang dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana menyangkut hal-hal sebagai berikut:

  Pencarian altenatif Borrow / Quarry Area

  Pencarian altenatif source material untuk pekerjaan beton, dan

  Hal-hal lain yang dipandang pertu oleh Pihak Pemilik

Konsultan Supervisi akan membantu pihak Pemilik Proyek dalam pekerjaan-

pekerjaan yang disebut diatas dengan tanggung jawab hasil pekerjaan ada di

pihak Kontraktor Pelaksana.

5 . 1 . 4 .   Inspeksi, Testing, dan Kontrol Pengiriman selama proses Fabrikasi

Salah satu tanggung jawab personil Konsultan Supervisi, dalam hal ini

Mekanikal & Elektrikal Engineer atau engineer lainnya, apabila dianggap

BAB E 1 132

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 132/241
8/19/2019 Metodologi Embung

perlu oleh pihak Pemilik Proyek adalah mengadakan inspeksi, pengujian dan

monitoring selama proses pembuatan di tempat fabrikasi.

Konsultan Supervisi akan mengimplementasikan pekerjaan ini untuk

meyakinkan bahwa pekerjaan Kontraktor Pelaksana berasal dari sumber

 yang memenuhi pekerjaan disyaratkan.

1.  E.3. ORGANISASI DAN PERSONIL

Berfungsinya sistem manajemen proyek sangat tergantung oleh struktur

organisasi yang jelas. Hubungan kerja diantara PU, Konsultan Supervisi,

Kontraktor Pelaksana dan badan lain yang berkaitan dalam proyek pembangunan

Embung Geunang Uyat ini dapat digambarkan pada Gambar 5.28 berikut.
Hubungan kerja yang jelas juga akan mempermudah Konsultan Supervisi

dalam menyiapkan berbagai prosedur, mendistribusikan berbagai informasi,

menyelenggarakan berbagai rapat yang dibutuhkan sepanjang periode pekerjaan.

Ketiga belah pihak utama dalam organisasi proyek terdiri Pemilik/Engineer ,

Konsultan Supervisi sebagai Wakil Engineer (Engineer Representative ), dan

Kontraktor Pelaksana sebagai Pelaksana.

Organisasi Konsultan Supervisi sebagai Wakil Engineer ( Engineer

Representative ) akan diuraikan secara detail pada Gambar 5.29. Secara singkat

BAB E 1 133

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 133/241
8/19/2019 Metodologi Embung

organisasi Konsultan Supervisi akan dipimpin oleh seorang Ketua Tim yang

membawahi berbagai tenaga ahli dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan.

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap tenaga ahli akan diuraikan dalam

bagian G.

BAB E 1 134

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 134/241
8/19/2019 Metodologi Embung

PPK Pembangunan
Ketua Tim Embung Geunang Uyat

Inspector

Gambar 5.35  :Hubungan Kerja diantara Pemilik Pekerjaan, Konsultan

Supervisi, Kontraktor Pelaksana

BAB E 1 135

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 135/241
8/19/2019 Metodologi Embung

1.  Khusus

Untuk mencapai kerja yang maksimal dan dapat tercapai kondisi kerja yang

baik, maka diperlukan koordinasi yang baik antara konsultan supervisi dengan

lembaga-lembaga yang terkait dengan proyek itu, serta hubungan antara konsultan

dengan instansi lainnya yang membantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas
Pengairan Aceh . Konsultan sebagai pihak pengawas dan kontraktor sebagai pihak

pelaksana, masing-masing merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam

penentuan lancar tidaknya pelaksanaan proyek. Selain itu Konsultan harus dapat

bekerja sama sepenuhnya dengan lembaga pemerintah lainnya yang terkait dengan

pekerjaan.

Tugas-tugas yang akan didelegasikan adalah berupa tugas-tugas yang

berkaitan dengan masalah teknis dan kontrak, dimana tugas-tugas tersebut

diuraikan dalam sub bab lain dari dokumen usulan teknis ini.

Agar diperoleh hasil pengawasan pekerjaan yang maksimal dalam pekerjaan

Supervisi Konstruksi ini, Tim Supervisi akan melaksanakan sistem pengawasan dan

pembagian kerja yang sistematis dan terencana sebagaimana prinsip-prinsip dalam

manajemen konstruksi. Untuk itu pemilihan personil yang berpengalaman dan

pengelompokan personil dalam tim merupakan hal yang tak dapat dipisahkan untuk

BAB E 1 136

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 136/241
8/19/2019 Metodologi Embung

mencapai sasaran diatas.

Pemahaman atas lingkup supervisi yang akan dilaksanakan sangat mutlak

diperlukan, khususnya jenis pekerjaan dalam kategori Task Concept .

Kategori Task Concept   akan menuntut peranan dan tanggung jawab

Konsultan yang lebih mendalam dan berwenang penuh untuk penanganan supervisi

pelaksanaan pekerjaan mencakup diantaranya pekerjaan perencanaan dan review

design   (jika diperlukan) berikut penyiapan gambar design dan estimasi biaya
konstruksinya serta terhadap pengawasan pekerjaan agar hasil akhir mutu

pekerjaan sesuai dengan yang disyaratkan. Disamping itu pada akhir pekerjaan

menyiapkan manual operasi dan pemeliharaan (jika diperlukan).

Sedangkan kategori Assistance Concept , Konsultan cenderung akan lebih

banyak membantu Pihak Proyek untuk pekerjaan pengawasan / supervisi dalam

usaha menyelesaikan pekerjaan kontruksi sesuai dengan standar teknis yang

diinginkan.

Tugas / sasaran utama dalam pelaksanaan supervisi konstruksi adalah

mencapai sasaran yang diinginkan, yakni mencakup :

a.  Tercapainya Kualitas Pekerjaan, dimana hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan kualitas teknik yang diinginkan.

BAB E 1 137

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 137/241
8/19/2019 Metodologi Embung

b.  Fungsi Bangunan yang Optimal, dalam hal ini bangunan konstruksi yang dibuat

sesuai dengan dimensi yang direncanakan dan dapat berfungsi sebagaimana

 yang diharapkan.

c.  Pengendalian Ketepatan Waktu Pelaksanaan, dimana pelaksanaan pekerjaan

sesuai dengan jadwal kontrak yang telah ditetapkan.

d.  Pengendalian Biaya Pekerjaan, dimana konsultan supervisi turut

mengendalikan sehingga biaya pekerjaan sesuai dengan kuantitas dan kualitas


bangunan yang dibuat dan secara keseluruhan tidak melampauai dana yang

telah disediakan.

e.  Ketepatan Cara Pelaksanaan, dilakukan dengan cara yang tepat.

f.  Terjaminnya Keselamatan Kerja, dapat terjaga dengan baik.

g.  Hasil Akhir Pelaksanaan, diselesaikan dengan rapih.

h.  Diterima Lingkungan, tidak mengganggu lingkungan.

Disamping tugas utama tersebut, konsultan supervisi juga akan melaksanakan

kegiatan :

•  review design (jika diperlukan),

•  on the job training  kepada staff proyek (jika diperlukan),

•  checking gambar konstruksi yang dibuat kontraktor,

•  evaluasi BOQ dan estimasi biaya konstruksi,

•  monitoring kemajuan pekerjaan dan pembayaran,

BAB E 1 138

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 138/241
8/19/2019 Metodologi Embung

•  checking as built drawing ,

•  dokumentasi dan pengarsipan pelaksanaan konstruksi

•  dan lain-lain.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan Pengawasan /

supervisi adalah :

A Aspek Umum
1)  Melakukan kaji ulang dan memberikan persetujuan terhadap semua usulan

rencana, jadual dan dokumen terkait pekerjaan konstrksi dan pelaksanaan

proyek yang telah dibuat oleh kontraktor.

2)  Melakukan penngecekan untuk memastikan pertanggung jawaban

kontraktor terhadap jadual dan rencana kerja yang telah disetujui.

3)  Melakukan pengecekan dan memberikan persetujuan terhadap desain dan

perhitungan desain yang disiapkan oleh kontraktor.

4)  Melakukan pengecekan dan inspeksi kualitas dan kuantitas pekerjaan.

5)  Melakukan pengawasan tambahan penyelidikan / penelitian lapangan

(sesuai dengan keperluan)

6)  Memberikan saran dan persetujuan terhadap jadual pengadaan dan jumlah

bahan konstruksi seperti semen, dan lain-lain yang diusulkan oleh

kontraktor.

BAB E 1 139

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 139/241
8/19/2019 Metodologi Embung

7)  Meberikan saran dan persetujuan terhadap metode pengukuran dan

perhitungan volume pekerjaan dan membantu melakuka verifikasi

kemajuan kontrak dan pembayaran.

8)  Melakukan inspeksi ke pabrik pembuat peralatan dan bahan-bahan

konstruksi (sesuai dengan keperluan bila diperlukan).

9)  Menyiapkan laporan-laporan inspeksi dan kegiatan pegawasan

10)  Melakukan pangawasan dan persetujuan gambar purna laksana (as built
drawing ) yang telah dibuat dan diserahkan oleh kontraktor.

B Aspek Khusus (Modifikasi Desain)

Aspek khusus (modifikasi desain) bangunan yang perlu dikaji adalah :

1.  Aspek Ukuran/ Dimensi Bangunan bangunan.

2.  Aspek Pemilihan bahan / material yang digunakan.

3.  Aspek Kekuatan konstruksi.

4.  Aspek Stabilitas.

1.  Siklus dalam Pekerjaan Pengawasan

Kegiatan pengawasan (supervisi) dapat digambarkan berupa siklus dari suatu

aktivitas ataupun sub aktivitas, seperti yang digambarkan dalam gambar

dibawah ini.

BAB E 1 140

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 140/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pe De
nja fini
  Ev
Ta   alu
rg asi
et Te

 
Sk
De em
fini a
 

Dia
Per  gra
uba m
han Bal
 

Pen  An
alis
ga is
mbil
an

 Alo
kas
La i
o
 

Me
tod
 An e
ali

  Pe
Ko
nga
Pe mp
ma
ngo  Ar 
 
ntr  us
 
 

Gambar E -1Siklus dalam pekerjaan pengawasan yang berbasis pada

fungsi Manajemen Konstruksi

2.  Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Konsultan Supervisi

Bagan alir (flow chart ) pekerjaan Supervisi Konstruksi dari Konsultan disajikan

pada gambar dibawah ini. 

BAB E 1 141

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 141/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Mulai

PEKERJAAN
PERSIAPAN

⇒ Persiapan Administrasi
⇒ Penyusunan Sistem Organisasi
⇒ Koordinasi Intern Tim Pelaksana
⇒ Penyusunan Rencana Kerja
⇒ Penempatan Tenaga Ahli
⇒ Dukungan Kantor Pusat
⇒ Ketepatan Waktu Pelaksanaan

PEKERJAAN
PENDAHULUAN

Pengumpulan data Kontrak dan


Dokumen Pelelangan

PENINJAUAN LOKASI/
FIELD ENGINEERING

⇒ Identifikasi jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan


T  untuk masing-masing konstruksi
A  ⇒ inventarisasi kondisi bangunan existing
⇒ Klarifikasi kebutuhan konstruksi yang diperlukan.
 S 
Review data dan masukan teknis dari SID
K  ⇒

 C  ⇒ Klarifikasi modifikasi desain


 O  ⇒ Penajaman rencana kerja konsultan.
N  ⇒ Rangkuman evaluasi
 C  - sketsa desain
E  - estimasi kuantitas bahan
P  - estimasi biaya

EVALUASI DAN KAJI ULANG HASIL SID

Membandingkan kondisi di lapangan dengan hasil Survei,


investigasi dan desain (SID)

Y
Perbedaan KOORDINASI DENGAN TIM
signifikan? TEKNIS

T PENENTUAN JENIS DAN


MACAM REVIEW DESAIN

√ Penentuan dimensi dan analisa stabilitas struktur 


√ Penggambaran bangunan hasil review desain
√ Perhitungan volume dan biaya pelaksanaan konstruksi
√ Penyusunan spesifikasi teknis
√ Usulan Addendum

PRA K ONSTRUKSI

√ Pre Construction Meeting


√ Evaluasi Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK)
√ Penyusunan Rencana Konstruksi (Construction Plan)
√ Penyusunan Pedoman Kendali Mutu Pekerjaan
√ Evaluasi Mutual Check 0% (MC-0).

PELAKSANAAN K ONSTRUKSI

√ Melakukan pengukuran/ Uitzet


√ Checking PM dan CP


Evaluasi gambar kerja dan hasil analisis

 S 
Check List Pengawasan Pekerjaan

 S 
Pengendalian jadwal pelaksanaan

I   
 S  Evaluasi rencana kerja dengan implementasi pelaksanaan
T  √ Optimalisasi Volume dan biaya konstruksi
A  √ Menyiapkan format Laporan Harian, Mingguan, Bulanan dan
Menetapkan metode

 C  √ testing material dan alat
E  √ Inspeksi dan kontrol kualitas material dan peralatan
 C  √ Kontrol kualitas pekerjaan
 O  √ Mengevaluasi kerja tambah/kurang
N  √ Memberikan peringatan/ teguran/ sangsi
√ Evaluasi usulan pembayaran termyn

 C 
On the job training thd staff proyek


P  Menyiapkan laporan progress

RUNNING TEST

MUTUAL CHECK (MC) 100%

PEMELIHARAAN

√ Supervisi selama masa pemeliharaan

SERAH TERIMA PEKERJAAN/ FINAL HAND OVER

Selesai

 
 

Gambar E -2 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Supervisi

BAB E 1 142

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 142/241
8/19/2019 Metodologi Embung

3.  Pekerjaan Persiapan 

Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan yang

akan dilakukan oleh Konsultan Supervisi. Pekerjaan ini lebih bersifat intern

Konsultan dan dimaksudkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang sekiranya

akan dapat mendukung kelancaran pekerjaan.

Pekerjaan persiapan ini diantaranya adalah :

a.  Persiapan Administrasi 

Persiapan administrasi merupakan kegiatan paling awal dari Konsultan setelah

menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPK) / Kontrak dari Pemberi Kerja.

Persiapan administrasi tersebut mencakup :

•  pembuatan dokumen kontrak,

•  pengurusan surat ijin ke instansi terkait,

•  pembuatan surat tugas kepada personil yang akan terlibat dalam penanganan

proyek,

•  surat permohonan data dan sebagainya.

Persiapan administrasi tersebut diusahakan dapat diselesaikan sesegera

mungkin sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

Pekerjaan persiapan ini akan dilaksanakan oleh seorang administrasi teknik

 yang telah cukup berpengalaman dalam menangani pekerjaan yang sejenis, sehingga

BAB E 1 143

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 143/241
8/19/2019 Metodologi Embung

diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang disediakan untuk itu.

Segala sesuatu yang terkait dengan masalah administrasi tersebut akan selalu di

bawah pengawasan Tim Leader yang bertanggung jawab atas penyelesaian seluruh

pekerjaan.

b.  Sistem Pengorganisasian 

Agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai

target yang diinginkan, maka konsultan akan menyusun struktur organisasi


pelaksanaan pekerjaan yang mencerminkan :

•  Tugas dan tanggung jawab

•  Sistem koordinasi

•  Keterlibatan, maupun

•  Jalur komunikasi dan lain-lain

Dibawah pimpinan Tim Leader seluruh kegiatan diatur seefektif mungkin

sehingga tercipta tim work yang padu dan solid, serta bertanggung jawab penuh

terhadap semua hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan Supervisi Konstruksi

ini.

c.  Koordinasi Intern Tim Pelaksana 

Diskusi intern antar seluruh tim pelaksana dilakukan dibawah pimpinan Tim

Leader. Diskusi intern akan membahas :

•  Semua masalah yang ada

BAB E 1 144

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 144/241
8/19/2019 Metodologi Embung

•  Kemungkinan masalah yang timbul

•  Merumuskan pemecahannya

•  Tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan

•  Prosedur pelaksanaan supervisi konstruksi serta menampung usulan-usulan tim

pelaksana sebagai bahan masukan dan evaluasi pelaksanaan.

d.  Penyusunan Rencana Kerja 


Tingkat keberhasilan suatu proyek tidak hanya tergantung atas kemampuan

dari para Tenaga Ahli yang menangani, akan tetapi faktor perencanaan (kerja)

akan memegang peranan kunci yang akan menentukan kelancaran dan kesempurnaan

hasil yang akan dicapai.

Dengan adanya rencana kerja diharapkan tidak ada kerancuan dan tumpang

tindih pelaksanaan kegiatan, sehingga dukungan dari masing-masing personil akan

memberikan hasil yang optimal.

Mengingat pentingnya rencana kerja ini, Tim Leader akan memimpin langsung

untuk membicarakan dan mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan :

•  Jadwal pelaksanaan supervisi pekerjaan

•  Jadwal penugasan masing-masing personil

•  Uraian tugas dari masing-masing personil

•  Hubungan kerja antar personil maupun dengan proyek dan kontraktor.

BAB E 1 145

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 145/241
8/19/2019 Metodologi Embung

•  Peralatan yang akan dibutuhkan

•  Dukungan pendanaan

•  Dan sebagainya.

e.  Penempatan Tenaga Ahli 

Konsultan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menugaskan tenaga ahli

 yang cukup berpengalaman sesuai dengan bidang disiplin ilmu masing-masing untuk
mengawasi, mengkoordinasi dan menganalisa aktivitas pekerjaan agar diperoleh

standar kualitas yang cukup tinggi.

f.  Dukungan Kantor Pusat 

Kantor pusat konsultan di Jakarta sepenuhnya akan mendukung pelaksanaan

pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat

(Otsus Aceh)  dengan menyiapkan :

•  Tenaga ahli supervisi

•  Finansial yang memadai

•  Dukungan administrasi

•  Sistem komunikasi, dan lain-lain

BAB E 1 146

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 146/241
8/19/2019 Metodologi Embung

 g.  Ketepatan Waktu Pelaksanaan 

Evaluasi dan analisa semua aktivitas kegiatan pelaksanaan konstruksi akan

dilakukan konsultan supervisi secara kontinyu sehingga ketepatan waktu

pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang telah disediakan.

Mengingat pelaksanaan pekerjaan cukup padat yakni harus sudah dapat

diselesaikan dalam waktu 168 (seratus enam puluh delapan) hari, maka diperlukan

suatu menejemen pengelolaan yang cermat dengan memperhatikan faktor-faktor


 yang dapat menghambat aktifitas pelaksanaan pekerjaan.

Pengenalan terhadap item-item pekerjaan serta urut-urutan kerja serta

keterkaitan item satu dengan yang lain harus dipahami. Dari hasil evaluasi dan

analisa semua aktivitas kegiatan selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelaksanaan

pekerjaan.

4.  Pekerjaan Pendahuluan

Dalam Pekerjaan Pendahuluan kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi hal-

hal sebagai berikut :

-  Penyusunan Bagan Organisasi Pekerjaan Supervisi

-  Pengumpulan data

-  Peninjauan kondisi lapangan

-  Evaluasi hasil Survai, Investigasi dan Desain (SID)

BAB E 1 147

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 147/241
8/19/2019 Metodologi Embung

-  Melakukan kajian ulang (review design ) tahap awal

a.  Penyusunan Bagan struktur Organisasi Pekerjaan Supervisi  

Bagan struktur organisasi dimaksudkan agar semua pelaksanaan pekerjaan

dapat berjalan dengan baik karena telah terdifinisi masing-masing tugas,

wewenang dan tanggung jawab antara semua pihak yang terkait, dalam hal ini

pelaksanaan Supervisi Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat


(Otsus Aceh).

Secara garis besar, pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan konstruksi ini

adalah :

1.  PPTK

2.  Instansi terkait

3.  Konsultan Supervisi.

4.  Kontraktor Pelaksana.

Bagan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan yang akan diusulkan oleh Konsultan

Supervisi dalam pelaksanaan pekerjaan ini sebagaimana ditunjukkan dalam Sub Bab

Organisasi dan Personil akan mencerminkan :

  Hubungan kerja

  Tugas, wewenang dan tanggung jawab

  Mekanisme Kerja

BAB E 1 148

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 148/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Jalur instruksi

  Jalur koordinasi

  Jalur komunikasi

b.  Hubungan Kerja dan koordinasi dengan Proyek 

Tim Supervisi yang terdiri dari Ketua Tim, Tenaga Inspektor, Tenaga Teknis

(staff teknis) dan Tenaga Penunjang akan berada dan berkantor di dekat lokasi
pekerjaan sebagai upaya untuk dapat memonitor secara langsung dan terus

menerus mengenai perkembangan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh

kontraktor serta mengupayakan agar segala pekerjaan yang dihasilkan sesuai

dengan standard mutu dan persyaratan/ spesifikasi teknis yang ada. Tim supervisi

akan membuat laporan kemajuan yang akan disampaikan kepada Pemimpin Proyek

 yang mencakup aktivitas konsultan sendiri maupun aktivitas Kontraktor sebagai

pelaksana fisik.

Pekerjaan-pekerjaan ini juga mencakup hal-hal seperti :

  pembuatan rekayasa lapangan,

  Contract Change Order ,

  Menganalisa klaim Kontraktor,

BAB E 1 149

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 149/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  memeriksa pengajuan Sertifikasi Pembayaran Bulanan (Monthly Certificate )

lengkap dengan back up datanya,

  serta penyiapan Professional Hand Over  (PHO).

Disamping itu Konsultan Supervisi akan membantu Pemimpin Proyek dalam

menyelesaikan perbedaan pendapat yang mungkin timbul dengan Kontraktor dan

memberikan pendapat yang diminta atau tidak berdasarkan pertimbangan dan

analisa obyektif terhadap semua tuntutan yang mungkin diajukan oleh Kontraktor.
Koordinasi kegiatan Tim Pengawasan Lapangan akan dilaksanakan oleh Tim

Supervisi yang dalam hal ini akan diwakili oleh Ketua Tim bersama-sama dengan

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Dinas Pengairan Aceh .

c.  Hubungan Kerja dan koordinasi dengan Kontraktor 

Hubungan koordinasi dengan kontraktor dilakukan melalui Pemimpin Proyek

atau Direksi yang ditunjuk. Dalam hubungan ini konsultan bertindak sebagai wakil

dari Pengguna jasa atau biasa disebut dengan ‘Engineer Representative ”. Konsultan

di dalam melaksanakan tugasnya akan memberikan saran-saran kepada Kontraktor

mengenai masalah-masalah yang berkaitan dan timbul di dalam pelaksanaan

pekerjaan.

Selain itu konsultan akan membantu kontraktor dengan memberikan saran-

saran mengenai metode kerja, organisasi pelaksanaan, pemilihan dan penempatan

staf/tenaga, pemilihan dan penempatan peralatan kerja yang digunakan dan

BAB E 1 150

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 150/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 151/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah

memngumpulkan, memahami dan mempelajari:

1.  Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pekerjaan Supervisi Peningkatan Embung

Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh).  

2.  Laporan hasil Soil Investigation dilokasi Pekerjaan Supervisi

Peningkatan Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh)  

3.  Gambar Kerja, Spesifikasi Teknik Pekerjaan Supervisi Peningkatan


Embung Geunang Uyat Kab. Aceh Barat (Otsus Aceh)

4.  Dokumen Perjanjian Pemborongan (Kontrak) pekerjaan fisik yang

menjadi lingkup tugasnya.

5.  Dokumen-dokumen lain yang terkait.

5.  Peninjauan Kondisi Lapangan / Field Engineering

Pada awal pelaksanaan pekerjaan, konsultan supervisi akan melaksanakan

Survei lapangan untuk mengetahui kondisi existing. Survei pendahuluan ini, disebut

sebagai Field Engineering atau Rekayasa Lapangan.

Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Rekayasa Lapangan oleh

tim supervisi diantaranya sebagai berikut :

BAB E 1 152

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 152/241
8/19/2019 Metodologi Embung

-  Melakukan identifikasi lapangan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan

untuk masing-masing konstruksi disesuaikan dengan hasil SID

-  Melakukan inventarisasi masalah-masalah di bangunan existing (jika ada)

serta melakukan klarifikasi terhadap kebutuhan konstruksi yang diperlukan.

-  Melakukan kajian kembali terhadap data dan masukan teknis dari SID yang

pernah dilakukan serta melakukan klarifikasi dengan kondisi existing untuk

dapat mengevaluasi apakah diperlukan modifikasi desain atau tidak.


-  Melakukan penajaman rencana kerja konsultan.

Selanjutnya Tim Supervisi akan membuat rangkuman evaluasi dengan

menampilkan sketsa desain serta estimasi kuantitas bahan yang diperlukan untuk

konstruksi termasuk estimasi biayanya.

6.  Evaluasi Hasil SID

Berdasarkan hasil peninjauan kondisi lapangan yang dilengkapi dengan

catatan mengenai karakteristik konstruksi yang perlu dibangun untuk masing-

masing lokasi, selanjutnya dibandingkan dengan hasil Survei, investigasi dan desain

(SID) untuk mengevaluasi apakah terdapat perbedaan yang cukup signifikan

sehingga diperlukan adanya review desain terhadap beberapa konstruksi yang

relatif vital.

BAB E 1 153

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 153/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 154/241
8/19/2019 Metodologi Embung

bangunan sadap. Disamping itu kehilangan tinggi energi perlu ditambahkan untuk

alat ukur, pengambilan, saluran primer dan pada kantong Lumpur.

Lebar Efektif bendung

Lebar efektif bendung di sini adalah jarak antar pangkalpangkalnya

(abutment), menurut kriteria lebar bendung ini diambil sama dengan lebar rata-

rata sungai yang setabil atau lebar rata-rata muka air banjir tahunan sungai yang
bersangkutan atau diambil lebar maksimum bendung tidak lebih dari 1,2 kali lebar

rata-rata sungai pada ruas yang stabil.

Berikut adalah persamaan lebar bendung :

Dimana :

Be = Lebar efektif bendung (m).

N = Jumlah pilar

Kp = Koefisien kontraksi pilar.

Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung

H1 = Tinggi energi diatas mercu (m).

BAB E 1 155

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 155/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 156/241
8/19/2019 Metodologi Embung

berat jenis 2,4 Ton/m3. untuk menghitung kedalaman gerusan digunakan metode

Lacey.

Dimana :

R = kedalaman gerusan di bawah permukaan air banjir (m)


Dm = diameter rata-rata material dasar sungai (mm)

Q = debit yang melimpah di atas mercu (m3/det)

f = faktor lumpur Lacey

Menurut Lacey, kedalaman gerusan bersifat empiris, maka dalam

penggunaannya dikalikan dengan angka keamanan sebesar 1,5.

Gambar E -20 sketsa gerusan di Hilir bendung 

BAB E 1 157

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 157/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Perhitungan Daya Dukung Tanah

Untuk menghitung daya dukung tanah digunakan Metode Terzaghi dengan

persamaan sebagai berikut :

•  Pondasi Menerus :

Qu = C.Nc. + D.Nq + 0,5. γ .B.Nγ 

•  Pondasi Bujur Sangkar :

Qu = 1,3 . C . Nc . + γ . D . Nq + 0,4 . γ . B . Nγ 


Qa = Qu / SF

dimana :

Qu = daya dukung tanah (ton/m2)

C = kohesi tanah (ton/m2)

γ  = berat isi tanah efektif (ton/m3)

D = dalam pondasi (m)

B = lebar pondasi (m)

Nc, Nq, Nγ  = faktor daya dukung tanah

Qa = daya dukung yang diijinkan (ton/m2)

SF = faktor keamanan, diambil sebesar 3

BAB E 1 158

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 158/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Perhitungan daya dukung tanah ini untuk mengetahui apakah terjadi keruntuhan

atau tidak bila dibangun pintu, bangunan pompa, gorong-gorong, jembatan dan

tanggul.

Stabilitas Lereng

Dalam analisa stabilitas lereng terhadap bahaya longsor (gelincir) digunakan

metode irisan bidang luncur, Methode Fellenius.  Persamaan dari Metode  Fellenius  
ini dirumuskan sebagai berikut :

∑ (c . l + (N − U − Ne) tan Φ)
Fs =  
∑( T + Te)

Fs > 
  1,1 (pembebanan tetap)

Fs >    1,2 (pembebanan sementara)

dengan :

Fs = faktor keamanan

N = beban komponen vertikal yang timbul dari berat setiap irisan

bidang luncur (ton/m)

T = beban komponen tangemsial yang timbul dari berat setiap irisan

bidang luncur (ton/m)

BAB E 1 159

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 159/241
8/19/2019 Metodologi Embung

U = tekanan air pori yang bekerja pada setiap irisan bidang luncur

(ton/m)

Ne = komponen horisontal beban seismic yang bekerja pada setiap irisan

bidang luncur (ton/m)

Te = komponen tangensial beban seismic yang bekerja pada setiap irisan

bidang luncur (ton/m)

l = panjang busur (m)


φ  = sudut geser dalam bahan yang membentuk dasar setiap irisan

bidang luncur

c = angka kohesi tanah pembentuk dasar setiap irisan bidang luncur

(ton/m3)

σ  = berat isi dari setiap bahan pembentuk irisan bidang luncur (ton/m3)

Gambar E -21 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Bidang Luncur

BAB E 1 160

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 160/241
8/19/2019 Metodologi Embung

N e  dan Te  bernilai 0 bila perhitungan dalam kondisi normal (tidak ada gempa).

Analisa Penurunan Tanah 

Penurunan tanah (settlemen t) pada tanah dasar akibat dari adanya beban diatas

seperti tanggul, bangunan pompa dan lain-lain akan diestimasi dengan menggunakan

Rumus Terzaghi sebagai berikut :

h α k  + ∆ α k 
Z = × Ln ×  
C α k 

dimana :

Z = penurunan (m)
H = tebal lapisan yang dapat dimampatkan (m)

C = modulus kemampatan

αK = tegangan butiran awal ditengah lapisan (kg/m2)

∆αK = tambahan tegangan butiran akibat beban (kg/m2)

8.  Tahap Pelaksanaan Supervisi Konstruksi

Tim supervisi yang dipimpin oleh Tim Leader akan secara kontinyu melakukan

supervisi atas pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, dimana

BAB E 1 161

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 161/241
8/19/2019 Metodologi Embung

seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam dokumen

kontrak pekerjaan fisik (spesifikasi).

Sebelum pelaksanaan pekerjaan supervisi konstruksi dimulai, Konsultan

Supervisi terlebih dahulu akan membuat suatu pedoman dasar pelaksanaan

konstruksi agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat berjalan lancar dan sesuai

dengan standar mutu yang diinginkan, hal ini mencakup antara lain :

a.  Penyusunan Rencana konstruksi (Construction Plan) 

Maksud dari penyusunan rencana konstruksi adalah agar pelaksanaan

konstruksi dapat berjalan lancar sesuai dengan schedule yang telah dibuat yang

didukung oleh :

•  Sarana jalan masuk dan jembatan yang memadai (kekuatan, kapasitas maupun

lebar jalan/jembatan) untuk transportasi bahan dan peralatan konstruksi.

Jika diperlukan rencana perbaikan yang dibutuhkan.

•  Terdifinisinya lokasi, kuantitas dan kualitas material konstruksi yang akan

digunakan.

•  Tersedianya peralatan konstruksi yang diperlukan baik itu jenis, kapasitas

maupun jumlahnya.

BAB E 1 162

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 162/241
8/19/2019 Metodologi Embung

•  Tersedianya sumber daya manusia (manpower ) dalam jumlah yang cukup serta

mempunyai kemampuan teknis sebagaimana tuntutan jenis pekerjaan yang

akan ditangani.

•  Terdifinisinya bangunan sementara yang diperlukan.

Rencana Konstruksi ini akan dijabarkan lebih jauh dalam rangka membuat :

•  Rencana perbaikan jalan dan jembatan yang diperlukan

•  Rencana pembuatan bangunan sementara yang diperlukan

•  Jadwal Pelaksanaan Konstruksi

•  Jadwal, Jumlah dan Jenis Peralatan yang akan digunakan

•  Rute/rencana jalur pengangkutan material konstruksi

•  Jadwal, Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Kerja yang dibutuhkan

•  Rencana Alokasi Pemakaian Bahan Konstruksi

•  Dengan adanya Rencana Konstruksi ini diharapkan dapat dihindari berbagai

hal mencakup :

⇒  Terkonsentrasinya puncak kegiatan konstruksi pada satu waktu

tertentu.

⇒  Terjadinya Idle peralatan konstruksi

⇒  Terlalu padatnya trafik pengangkutan material konstruksi

BAB E 1 163

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 163/241
8/19/2019 Metodologi Embung

⇒  Dapat dihindari kerusakan jalan kerja serta gangguan terhadap

lingkungan.

⇒  Kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat direduksi sekecil

mungkin

⇒  Dimungkinkan efisiensi biaya pelaksanaan konstruksi

⇒  Dan lain sebagainya.

b.  Monitoring dan Kontrol Jadual Pelaksanaan Konstruksi 

Pada saat ini dikenal beberapa cara untuk mengontrol dan memonitor

 jadwal kemajuan proyek antara lain:

a)  Diagram balok

b)  Diagram garis

c)  Teknik jaringan kerja

d)  Kurva - S

e)  Diagram skala waktu.

Beberapa cara tersebut dapat dipakai bersama-sama atau dikombinasikan.

Misalnya pembuatan master network plan   cocok untuk kontrol jadwal seluruh

proyek, sedangkan diagram balok dan diagram garis dapat dipergunakan untuk

BAB E 1 164

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 164/241
8/19/2019 Metodologi Embung

aktivitas pekerjaan yang lebih mendetail dan terperinci. Variasi penggunaan cara-

cara tersebut diatas dapat dikembangkan secara optimal.

c.  Monitoring dan Kontrol Jadual Keselamatan Kerja 

Pencegahan kecelakaan perlu diperhatikan didalam manajemen konstruksi.

Tidak hanya keselamatan manusia saja tetapi juga terhadap kondisi kerja yang

mempengaruhi prestasi kerja dan pada akhirnya terhadap biaya proyek.

Di negara-negara yang sudah maju masalah keselamatan amat ditekankan dan

seringkali dicantumkan dalam spesifikasi oleh pihak pemilik.

Secara umum ada beberapa prinsip dasar yang dapat dipergunakan pada

setiap lokasi pekerjaan misalnya:

memakai mesin dan peralatan yang baik.

mempergunakan mesin/ peralatan yang sesuai dengan instruksi

pembuatnya/pabriknya, dan tidak membebani lebih dari kapasitasnya.

bekerja dengan teratur, hati-hati dan tidak simpang siur.


meyakinkan diri bahwa semua instruksi harus diberikan secara singkat,

 jelas dan mudah dimengerti .

tidak memperkenankan pekerja melakukan kegiatannya ditempat yang

berbahaya tanpa alat peIindung/ pengamanan yang tepat.

BAB E 1 165

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 165/241
8/19/2019 Metodologi Embung

memakai pertimbangan yang logis sebelum menugaskan suatu aktivitas

kepada bawahan.

mengadakan check  dan recheck , apakah semua instruksi yang diberikan

sudah ditaati.

Atau dapat pula ditempatkan seorang Safety Engineer . Tugasnya adalah

mengamati dan melokalisir akan kemungkinan timbulnya bahaya, sebelum, sedang

dan sesudah pekerjaan selesai, misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifat-


nya sementara seperti konstruksi acuan, jembatan-jembatan penolong, dimana

para kontraktor cenderung sering mengabaikan kekokohannya. Kadang-kadang

konstruksi bangunan sementara tersebut runtuh atau rusak sehingga dapat

mengakibatkan kecelakaan. Disinilah peranan Safety Engineer   diharapkan dapat

membantu mendeteksi dan melihat kemungkinankemungkinan akan bahaya

keruntuhan konstruksi. Untuk ini dipertimbangkan adanya Asuransi Tenaga

Kerja.

d.  Monitoring dan Kontrol Tata letak dan ukuran konstruksi 

Aspek ini mencakup dimana bangunan tersebut harus dibuat, apakah titik

tetap, koordinat dan level nya sudah sesuai dengan rencana. Pengawasan terha-

BAB E 1 166

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 166/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dap letak sesuatu bangunan/konstruksi bisa dari yang amat sederhana

sampai kepada yang paling rumit.

Dalam hal-hal yang khusus seperti ini peran ahli geodesi dan topography

sangat menentukan. Disamping itu bangunan-bangunan konstruksi harus

diperiksa kebenaran dimensi ukurannya. Apakah lebar, panjang dan tingginya

cocok dengan gambar kerja. Untuk pekerjaan yang memiliki unsur-unsur

bahan yang tak terlihat seperti ukuran ketebalan urugan.pasir, diameter

tulangan dan jarak jaraknya, seorang pengawas wajib meningkatkan

pengawasannya untuk mencegah " pencurian   " ukuran. Pekerjaan yang sudah

selesai dan ternyata tidak cocok dengan bestek harus dibongkar. Disini

faktor integritas dari pengawas lapangan amat menentukan sekali.

e.  Kontrol Kuantitas (Quantity Control) dan Pengerjaan (Workmanship) 

Kontrol bahan mencakup produk-produk bahan dari alam maupun produk

produk bahan yang diolah oleh manusia ( artificial ). Semua persyaratan-

persyaratan bahan diuji kualitasnya terhadap spesifikasi yang telah ditentukan

dalam dokumen kontrol.

Bilamana hasilnya dibawah standar dari apa yang telah ditetapkan di dalam

dokumen kontrol, maka bahan produk pekerjaan seyogyanya tidak diterima,

BAB E 1 167

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 167/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dibongkar dan diulangi lagi sehingga memenuhi standar kualitas yang seharusnya.

Dalam hal ini para pengawas lapangan harus mempunyai angka toleransi dalam

melakukan Quantity control  tersebut.

Batasan toleransi tersebut dapat diangkapkan kepada pihak kontraktor

atau dapat pula diatur secara tertulis, dimana pada periode- periode tertentu

batasan tersebut dapat ditinjau kembali.

Quantity control   akan dilakukan dengan pengujian bahan/ material

dilapangan atau pengujian-pengujian tersebut dapat pula diselenggarakan di

laboratorium dan akan dihadiri oleh pihak pengawas. Atau pengujian bahan/

material dapat pula dilakukan dengan peralatan-peralatan laboratorium yang

dapat dibawa ke lapangan. Pada umumnya pekerjaan-pekerjaan pengujian


diselenggarakan atas permintaan pihak pemilik pekerjaan. Seperti halnya

dengan aspek sebelumnya, integritas kontraktor dan pengawas merupakan

faktor yang paling utama dalam pengawasan ini.

f.  Aspek Administratif 

Selain pekerjaan pengawasan di lapangan, tim pengawas lapangan juga akan

mengatur dan menyusun pekerjaan administrasi di kantor. Pekerjaan pokok di

kantor adalah membuat laporan-laporan secara periodik dan tertulis sebagai

bahan untuk pertemuan dan bahan untuk pemecahan masalah.

BAB E 1 168

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 168/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pada dasarnya ada beberapa bagian tata usaha administrasi yang perlu

ditangani, antara lain:

Meninjau dan menginterpretasikan gambar-gambar kerja dan membuat

koreksi seperlunya.

Mendokumentasikan pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang.

Membuat laporan kemajuan pekerjaan secara berkala.

Memeriksa dan menyetujui permintaan pembayaran angsuran .

Mengadakan inspeksi total sebelum berita acara penyerahan .

Mengatur segala sesuatunya menjelang penyerahan akhir dan tindak

lanjut pada waktu masa pemeliharaan.

 g.  Kontrol yang Sistematis Terhadap Kegiatan di Lapangan 

Dalam konteks yang lebih luas, pekerjaan supervisi mengemban juga fungsi

kontrol manajamen proyek konstruksi. Sebelum memeriksa hasil pekerjaan,

perlu diperiksa dahulu persiapan kerjanya. Persiapan pekerjaan yang dilakukan

setengah-setengah atau dengan cara perencanaan yang mendadak akan

mengakibatkan hasil kerja yang tidak memuaskan. Untuk menanggulangi masalah

ini, diperlukan suatu kontrol yang sistimatik. Pengawas lapangan harus mengerti

bagaimana cara menerapkan sistim kontrol yang baik dilapangan.

BAB E 1 169

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 169/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 170/241
8/19/2019 Metodologi Embung

pemakaian tenaga kerja dan peralatan untuk menjamin efektivitas dan

efisiensi kerja lapaagan .

pemantapan kerja sama antar pekerja proyek dari seluruh bagian

hubungan dengan pihak pemilik

Tiap bidang tersebut diatas ditinjau apakah situasinya mantap, kurang memadai

atau menunjukkan tendensi yang tidak menggembirakan.

Apakah target yang ditentukan tiap bulannya terpenuhi atau tidak, salah satu

cara mengevaluasinya seperti dijabarkan dalam format pada Tabel dibawah ini :

Format pada table dibawah ini dapat dipakai secara efektif bilamana target

 yang ditentukan dapat dinyatakan dengan angka secara jelas. Tentunya tidak

semua hal dapat dikuantitatifkan seperti misalnya bidang sasaran kegiatan pokok
hubungan dengan pihak pemilik. Namun demikian pada kolom "Target Bulan Ini "

dapat disusun pertanyaan-pertanyaan, yang

didisain sedemikian rupa sehingga jawabannya bisa dikategorikan dari sangat

baik, baik, sedang, kurang dan akhirnya kurang baik. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut didisain sedemikian rupa dengan maksud mengemukakan kejadian

aktual di lapangan. Paling tidak pengungkapan status yang sebenarnya akan

situasi dan keadaan proyek dapat tergambarkan dengan jelas.

BAB E 1 171

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 171/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Dengan mengetahui keadaan dan situasi masalahnya dengan benar, maka langkah-

langkah yang diambil untuk mengatasinya akan lebih tepat dan efektif.

h.  Alokasi Sumber Daya 

Pelaksanaan suatu proyek umumnya terdiri dari beberapa atau banyak

aktivitas atau kegiatan, dimana semua aktivitas tersebut memerlukan waktu,

dana dan sumber-sumber daya. Sumber-sumber daya yang dimaksudkan dapat

merupakan tenaga manusia, alat-alat, bahan-bahan yang diperlukan dan lain-lain.

Pada umumnya dalam suatu jaringan kerja dimana penentuan lintasan

kritisnya berdasarkan pada kendala waktu, masih diperlukan adanya pengaruh

alokasi sumber daya tadi, sehingga mungkin dapat mempengaruhi lintasan kritis.

Sebagai contoh suatu jadwal aktivitas-aktivitas menurut dasar mulai yang

paling awal (earliest Start) dapat dilihat bahwa untuk setiap periode waktu

terdapat satu atau beberapa aktivitas yang harus dilaksanakan. Oleh karena
aktivitas itu aktivitas tersebut membutuhkan waktu dan sumber daya, maka

pada setiap periode waktu di dalam jadwal dibutuhkan pula sumber daya yang

dibutuhkan oleh semua aktivitas yang harus dilaksanakan pada periode waktu

tersebut.

BAB E 1 172

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 172/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Bila terdapat konflik (kebutuhan somber melampaui kemampuan

penyediaannya) antara aktivitas A dan B, maka antara kedua aktivitas tersebut

ditambahkan hubungan ketergantungan, dimana satu aktivitas bergantung

pada aktivitas yang lain. Jika terdapat lebih dari dua aktivitas yang

konflik, maka dipilih dua buah aktivitas saja yang harus ditambahkan hubungan

ketergantungannya. Bilamana hal ini belum juga teratasi, maka cara tersebut

diulang beberapa kali sampai tidak ada lagi aktivitas-aktivitas yang mengalami

konflik. Dengan demikian penambahan waktu akibat alokasi somber terbatas

tadi dapat diminimumkan.

Misalnya pertambahan waktu penyelesaian proyek yang diakibatkan

pertambahan hubungan ketergantungan diantara dua aktivitas yang mengalami


konflik adalah IPD (Increase In Project Duration ) maka IPDAB  dapat dihitung

sebagai berikut

 IPD AB =  EF 
  A  +  D B − LF  B  

=  EF  A − ( LF 
     B − D B )  

Atau

 IPD AB =  EF 
     A − LS  B  

Iterasi diatas dilakukan :

BAB E 1 173

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 173/241
8/19/2019 Metodologi Embung

i)  bila IPD AB   = x > 0, berarti waktu penyelesaian proyek akan

bertambah selama periode x.

ii)   bila IPD AB   = x < 0, berarti waktu penyelesaian proyek tidak

bertambah, karena kelonggaran waktu dari aktivitas B belum

terlampaui.

Secara logika dapat dicari IPD AB  yang minimum, apabila :

a) EF A  minimum dan

b) LS B  maksimum

Oleh karena itu dipilih aktivitas A yang mempunyai EF A  yang minimum dan

aktivitas B yang mempunyai LS B   maksimum; kemudian ditentukan bahwa

aktivitas B bergantung pada aktivitas A atau aktivitas A harus dilaksanakan

mendahului aktivitas B.

Untuk jelasnya perlu diberikan contoh sederhana alokasi sumber-daya

terbatas ini dengan menuliskan terlebih dahulu langkah-langkah pelaksanaannya

sebagai berikut :

1)  Menyusun jadwal dasar proyek dengan EF  dan LS  tiap-tiap aktivitas

2)  Menentukan harga EF min   dan LS maks   dari aktivitas-aktivitas yang

mengalami konflik, dan menambahkan hubungan ketergantungan

BAB E 1 174

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 174/241
8/19/2019 Metodologi Embung

diantara kedua aktivitas yang bersangkutan.

3)  Menyusun network   yang baru dengan memperhatikan pula tambahan

hubungan ketergantungan seperti tersebut pada butir 2.

4)  Menyusun jadwal yang baru berdasarkan network   yang telah disusun

pada langkah 3 menurut jadwal dasarnya

5)  Jika masih terdapat aktivitas yang konflik, langkah butir 2 sampai

dengan 4 diulangi kembali sampai teratasi seluruhnya yang berarti


alokasi sumber terbatas ini telah mencapai optimum

i.  Analisa Time Cost Trade Off 

Pada sub bab diatas telah diuraikan bagaimana membuat jadwal alokasi

sumber daya dihubungkan dengan jaringan kerja yang direncanakan, namun

belurn mengetengahkan masalah hubungan antara waktu dengan biaya (cost ).

Dalam bab ini akan dikemukakan di dalam perencanaan awal suatu proyek di

samping varlabel waktu dan sumber daya, maka variabel biaya ( cost ) tak dapat

dilupakan peranan pentingnya. Biaya (cost ) merupakan salah satu aspek yang

penting dalam manajemen, dimana biaya yang mungkin timbul harus dikendalikan

seminimum mungkin. Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu,

BAB E 1 175

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 175/241
8/19/2019 Metodologi Embung

karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek dengan

biaya-biaya proyek yang bersangkutan atau aktivitas pendukungnya.

Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat daripada waktu

normalnya dalam hal ini pengawas dihadapkan kepada masalah bagaimana

mengawasi penyelesaian proyek dengan biaya yang minimal. Oleh karena itu perlu

dipelajari terlebihb dahulu hubungan antara waktu dan biaya ( cost )/(time cost

relation ship ). Dan analisa mengeanai pertukaran antara waktu dan biaya

disebut analisa pertukatran waktu dan biaya ( Cost )/(Time Cost Trade Off

Analysis  atau disingkat TCTO analysis ).

a)  Hubungan antara Waktu (Time) dan Biaya (Cost)

Seperti telah kita kenal ada dua macam biaya proyek yaitu :

a.  Biaya langsung (Direct Cost )  yaitu semua biaya yang dapat

dinyatakan keterlibatannya secara langsung didalam aktivitas-

aktivitas proyek seperti biaya bahan, pekerja dan peralatan.

b.   Biaya tak langsung (Indirect Cost )  yaitu semua biaya proyek

 yang tidak dapat dinyatakan ketsrlibatannya secara langsung

didalam aktivitas-aktivitas pendukung proyek seperti upah/ gaji,

bunga investasi, bonus dan lain-lain.

BAB E 1 176

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 176/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Gambar E -22 Hubungan Antara Waktu Dengan Biaya

Apabila waktu penyelesaian suatu aktivitas dipercepat, maka biaya

langsung akan bertambah sedangkan biaya langsung akan berkurang.

Hubungan antara Waktu dan Biaya

Pertambahan biaya langsung (direct cost ) untuk mempercepat suatu

aktivitas persatuan waktu disebut Cost-slope  sehingga :

Cost Slope   = biaya ( cost ) per satu satuan waktu, untuk memperpendek

penyelesaian proyek/ aktivitas

= perbandingan antara pertambahan biaya dengan percepatan

waktu penyelesaian

crash cost - normal cost


=
normal duration - crash duration

BAB E 1 177

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 177/241
8/19/2019 Metodologi Embung

∆C 
Cost Slope =  
∆t

b)   Hal-hal khusus mengenai hubungan antara waktu dan biaya ( cost )

Gambar dibawah ini menunjukkan perilaku hubungan antara waktu dan

biaya. Dalam hal ini kurva perkiraan digambarkan sebagal suatu garis lurus dan

kurva yang sebenarnya digambarkan sebagai suatu garis yang terputus-putus.

Dalam hal ini waktu dapat dikurangi dengan tambahan biaya yang relatif rendah.

Waktu yang dibutuhkan untuk proyek ini dapat dikurangi dari titik L meajadi

titik Vu, sedangkan biaya naik dari titik P hingga titik Q.

Gambar E -23 

Hubungan Antara Waktu Dengan Biaya, Dimana waktu

Dapat Dikurangi Dengan Penambahan Biaya Yang relative rendah

BAB E 1 178

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 178/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Untuk menentukan bentuk kurva waktu dan biaya yang sebenarnya (yang

digambarkan oleh garis putus-putus) terutama dalam proyekproyek yang

mempunyai ribuan aktivitas adalah rumit. Berdasarkan alasan ini maka

dipergunakanlah garis perkiraan linier, yaitu garis lurus yang menghubungkan

titik normal (normal point ) dengan titik cepat/jenuh ( crash point ). Meskipun hal

ini mengandung ketidak tepatan kesalahan ini tidak besar artinya .

Gambar E.23 memberikan perilaku hubungan waktu dan biaya yang

sebaliknya dari yang ditunjukkan dalam Gambar E.22. Disini pengurangan waktu

dari titik L menjadi titik K hanya dapat dicapai dengan menambah biaya dari

titik P hingga titik Q. Biaya dalam hal ini bertambah dengan jumlah yang relatif

lebih besar jika dibasdingkan dengan berkurangnya waktu. Jadi dapat dikatakan

bahwa biaya untuk mempercepat selesainya aktivitas ini cukup mahal.

Gambar E -24 

BAB E 1 179

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 179/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Hubungan Waktu Dengan Biaya, Dimana Waktu Dapat Dikurangi Dengan

Penambahan Biaya Yang Relatif Tinggi

Bila dalam suatu proyek diharuskan mempercepat waktu penyelesaiannya

dari waktu normalnya dimana aktivitas-aktivitas yang digambarkan dalam

Gambar E.22 dan Gambar E.23 merupakan sebagian dari jalur kritisnya, maka

pertama-tama usaha yang harus dilakukan adalah mempercepat aktivitas yang


diperlihatkan dalam Gambar E.22 karena dengan demikian dapat mengurangi

waktu dengan biaya yang relatif tidak mahal. Sebaliknya tindakan yang di-

perlihatkan dalam Gambar E.23 baru dipergunakan apabila semua aktivitas-

aktivitas lain yang mempunyai kurva hubungan waktu dan biaya yang lebih

menguntungkan telah dipercepat maksimum.

c)   Pertukaran Waktu dan Biaya (Cost )

Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan

penekanan (kompresi) waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan biaya

(cost) yang ditimbulkan seminimum mungkin. Pengendalian biaya disini ditujukan

pada biaya langrung ( direct cost ) karena biaya inilah yang akan bertanbah.

BAB E 1 180

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 180/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Diaemping itu hanus diperhatikan pula bahwa kompresi hanya dilakukan pada

aktivitas-aktifitas yang berada didalam lintasan kritis.

Apabila kompresi dilakukan pada aktivitas yang tidak berada dilintasan

kritis maka waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan tidak akan

berkurang. Kompresi dilakukan lebih dahulu pada aktivitas-aktivitas yang punyai

cost slope   terendah pada lintasan kritis. Selanjutnya langkah-langkah kompreai

dapat dituliskan sebagai berikut :

1.  Susunlah jaringan kerja proyek dengan nuliskan cost slope dari

masing-masing aktivitas.

2.  Lakukan kompresi pada aktivitas yang ada pada lintasan kritis dan

 yang mempunyai cost slope  terendah.


3.  Susunlah kembali jaringan kerjanya.

4.  Ulangi lagi langkah kedua.

Langkah kedua akan berhenti bila terjadi tambahan lintasan kritis

dan bila terdapat lebih dari satu lintasan kritis, maka langkah kedua

dilakukan secara serentak pada semua lintasan kritis dan

perhitungan cost slope nya dijumlahkan.

5.  Langkah keempat dihentikan bila terdapat salah satu lintasan kritis

dimana aktivitas-aktivitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak mungkin

BAB E 1 181

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 181/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dikompres lagi) sehingga pengendalian biaya telah optimum (crash ).

Ada beberapa macam sistem Analisa TCTO   (Time Cost Trade Off ) yang

dikenal yaitu :

Penekanan waktu dan biaya sistem Jalur Kritis.

Penekanan waktu dan biaya sistem Cut Set  

Penekanan waktu dan biaya sistem Pegas

 yang kesemuanya bertujuan sama yaitu untuk memperoleh penyelesaian

proyek menjadi lebih cepat dengan penambahan biaya yang minimum ( optimum

duration with minimum cost ).

 j.  Pengontrolan Proyek 

Rencana dan membangun adalah suatu aktivitas yang dinamis, yang

dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Karena itu pekerjaan ( Work ) yang

telah selesai dan disetujui sebagai pegangan untuk pelaksanaan harus secara

periodik dichek  kembali ;

1)  apakah waktu yang direncanakan telah ditepati.

2)   akan ditepati atau dalam jangka panjang atau segera.

3)  nantinya akan ditepati ( jangka panjang ).

4) 

BAB E 1 182

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 182/241
8/19/2019 Metodologi Embung

a)  Jarak Waktu Kontrol

Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi 2 macam rentang waktu

 yaitu

a.  1 sampai dengan 2 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang kritis atau

 yang mendekati kritis.

b.  2 sampai dengan 4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak

kritis.

b)   Cara MengontroL 

Dibedakan 3 cara mengontrol dan disajikan flow chart  langkah-langkah

cara mengontrol sebagai berikut :

Cara mengontrol untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai

Cara mengontrol untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai seperti pada

gambar dibawah ini :

Dapatkah
pekerjaan Ok
ini dimulai?

 Alasannya?
Solusi
 Ada
Pemecah
Keterlambat
 
 

Gambar E -25 FlowChart Cara Kontrol Untuk Sebuah Aktifitas Yang Akan


Dimulai

BAB E 1 183

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 183/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 184/241
8/19/2019 Metodologi Embung

C a r a me n go n tr o l un tuk s e bua h a k ti v i ta s ya n g s e h a r us n ya s ud a h S ud a h

Selesai

 Apakah
pekerjaan
yang
seharusnya

Sisa waktu
sampai
dengan

Solusi

Gambar E -27 FlowChart Untuk Mengontrol Sebuah Aktifitas Yang

Seharusnya Sudah Selesai

c)  Penanganan (Replanning)

Penanganan (Replanning ) harus dilakukan bila hasil test negatif . Dengan dasar

bahwa akhir proyek tak dapat diubah atau tak boleh sampai terganggu terdapat 2

cara penanganan yaitu :

Replanning  dengan Percepatan

Replanning  dengan Perubahan

BAB E 1 185

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 185/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Dalam praktek biasanya replanning   ini tak dapat dilaksanakan hanya dengan

instruksi saja, melainkan sehubungan dengan ketergantungan yang komplek satu

sama lain antara semua bagian dan personalia yang terlibat dalam perencanaan dan

pelaksanaan proyek. Semua yang berkepentingan dengan proyek harus

diikutsertakan.

Rapat koordinasi proyek diadakan 1 kali seminggu dan bila perlu diadakan 2

kali seminggu tergantung jenis pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan.

Sebelum rapat perlu disiapkan semua data-data kemajuan fisik sampai saat

terakhir harus lengkap. Data yang akurat menghasilkan decision  yang jitu

Replanning dengan Percepatan

Tujuan - dalam proses yang tidak diubah, termin-termin pekerjaan yang

belum selesai harus dikejar, dengan :

Meningkatkan Kapasitas

o   menambah mesin-mesin/ peralatan

o  
menambah orang.
Prestasi Tambahan

o   Iemburan

o   kerja di hari libur

o   kerja around the clock

BAB E 1 186

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 186/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Replanning dengan Perubahan

Replanning dengan perubahan yaitu dengan mengubah jaringan kerjanya

sejauh seara teknis memungkinkan :

o   beberapa aktivitas bisa dilakukan dalam waktu bersamaan

o   aktivitas yang bukan penghalang bisa dilaksanakan lebih dahulu

o   pekerjaan yang telah jadi routine dapat dipercepat.

d)  Kurva-S (S- Curve)

Beberapa cara pemantauan (monitoring ) yang telah diuraikan sebelumnya

menitik beratkan kepada pemantauan ( monitoring ) aktivitas, prestasi yang

dihubungkan dengan variabel waktu. Sedangkan pemakaian diagram Kurva-S lebih

menitik beratkan untuk pemantauan pelaksanaan proyek ditinjau dari segi biaya

dan prestasi kerja.

Sumbu X merupakan skala waktu, sedang pada sumbu Y merupakan skala

biaya/ prestasi. Diagram kurva-S merupakan representasi dari sebuah proyek, sub

proyek atau kumpulan aktivitas yang dapat dibuatkan kurva-S nya. Cara

membuatnya adalah selalu dikaitkan dengan jadwal aktivitas. Apabila kurva-S ini

dikaitkan dengan Diagram Skala Waktu ( TSD / Time Scaled Diagram ), maka

BAB E 1 187

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 187/241
8/19/2019 Metodologi Embung

keduanya merupakan alat yang paling efektif untuk memonitor besaran waktu yang

telah dipakai, prestasi kerja yang telah dicapai dan yang telah dibelanjakan.

S-CURVE
100

90

80
   )
   %
   ( 70
   f
   i
   t
   a
   l 60
  u
   m
  u
   K 50
   i
   a
   l
   i
   N 40
   /
   a
  y 30
   a
   i
   B
20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Waktu (Minggu)

Kurva Saat Lambat (SL) Kurva Saat Dini (EL) Nilai Aktual Biaya Aktual
 

Gambar E -28 Kontrol Dengan S-Curva

Bila terlihat kurva-S yang sebenarnya cenderung keluar batas SD dan SL,

maka pengawas sudah dapat mengambil langkah-langkah penanganannya

Kurva-S bisa ditampilkan dengan kurva SD (Saat Dini) atau Earliest Cost Curve  

dan dengan kurva SL (Saat Lambat) atau Latest Cost Curve . Kedua kurva-S itu

berfungsi membatasi perilaku kurva-S yang sebenarnya, yang berarti kurva-S yang

sebenarnya akan terletak diantara kurva SD dan SL. Bila aktivitas-aktivitas dalam

proyek banyak float -nya, maka bentuk kedua kurva SD dan SL akan makin

BAB E 1 188

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 188/241
8/19/2019 Metodologi Embung

berjauhan. Sebaliknya bila float -nya makin sedikit, maka bentuk kurva SD dan SL

makin mendekati dan bila semua aktivitas kritis (artinya tak ada float  sama sekali

= semua kritis) maka kurva SD dan SL menjadi satu-S saja. Disini perilaku

perkembangan proyek dapat dilihat kecenderungannya secara dini. Sehingga

berguna untuk pengawas di dalam mengevaluasi Proyek.

k.  Penyusunan Pedoman kendali Mutu Pekerjaan 

Guna memperoleh mutu yang handal dari pembangunan infrastruktur,

diperlukan langkah-langkah pendekatan terhadap segala aspek yang akan

mempengaruhi tercapainya kehandalan mutu tersebut. Beberapa system standar

 yang diperlukan dalam rangka pencapaian kehandalan mutu konstruksi adalah :

  Quality Assurance

  Quality Control Circle

  ISO 9000 & SNI terkait

  Total Quality Management

  Sistem Mutu menurut spesifikasi teknik

  Dan lain sebagainya.

BAB E 1 189

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 189/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 190/241
8/19/2019 Metodologi Embung

A)  Kegiatan Pra-Konstruksi

Kegiatan pra-konstruksi yang akan dilaksanakan pada umumnya

menyangkut kegiatan proses tender kontraktor meliputi kegiatan penyiapan

paket-paket pekerjaan; penyiapan dokumen lelang termasuk penyiapan

gambar konstruksi, spesifikasi teknik maupun BOQ; prakualifikasi

kontraktor; penjelasan pekerjaan; evaluasi calon pemenang serta penyiapan


dokumen kontrak.

B)  Kegiatan Saat Pelaksanaan Konstruksi

Selama pelaksanaan konstruksi, Konsultan akan melaksanakan

aktivitas supervisi konstruksi pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan :

-  Evaluasi jadwal pelaksanaan konstruksi yang telah disusun oleh

kontraktor, sehingga ketepatan waktu pelaksanaan dapat

dikendalikan.

-  Meneliti dan mengevaluasi semua usulan rencana kerja dan

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan implementasi

proyek dan pekerjaan konstruksi yang diserahkan kontraktor

untuk disetujui.

-  Mengoptimasikan volume dan biaya pelaksanaan konstruksi agar

diperoleh biaya pekerjaan yang paling ekonomis.

BAB E 1 191

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 191/241
8/19/2019 Metodologi Embung

-  Meneliti gambar konstruksi dan perhitungan yang disiapkan oleh

kontraktor.

-  Menyiapkan format Laporan Harian, Mingguan, Bulanan dan

Check List  Pengawasan Pekerjaan, dalam hal ini dapat diterapkan

Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau disebut juga Rencana Mutu

Kontrak (RMK).

-  Menetapkan cara kerja test bahan konstruksi dan mengevaluasi


hasil tesnya.

-  Meneliti dan menginspeksi kualitas material/bahan dan peralatan

 yang dipakai oleh kontraktor.

-  Memeriksa spesifikasi teknis untuk setiap kegiatan pelaksanaan

konstruksi.

-  Mengevaluasi dan meneliti pekerjaan tambah/kurang jika

diperlukan.

-  Memberikan pengarahan pada rencana pengadaan dan kuantitas

dari bahan konstruksi.

-  Melakukan inspeksi ke pabrik penyalur bahan konstruksi dan

peralatan jika diperlukan.

-  Menyiapkan laporan inspeksi, test dan aktivitas supervisi.

-  Pengawasan yang teliti dalam pelaksanaan konstruksi.

BAB E 1 192

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 192/241
8/19/2019 Metodologi Embung

-  Terhadap Kontraktor yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai

dengan isi SPK atau Surat Perjanjian Kontrak (SPK) dikenakan

sanksi atau teguran atau peringatan. Sebelum teguran

dikeluarkan, Konsultan membuat surat pemberitahuan/instruksi

kepada Kontraktor dan tembusan kepada Pemimpin Proyek.

Apabila Kontraktor tidak melaksanakan isi surat

pemberitahuan/instruksi dari Konsultan, maka Pemimpin Proyek


akan mengeluarkan Surat Teguran I. Apabila Surat Teguran I

tidak dilaksanakan oleh Kontraktor dalam waktu 3 (tiga) hari

kerja, maka Konsultan membuat rekomendasi kepada Pemimpin

Proyek untuk dikeluarkan Surat Teguran II.

-  Mengevaluasi usulan dokumen pembayaran bulanan yang diajukan

oleh kontraktor.

-  Memeriksa gambar terlaksana (as-build drawing) kontraktor.

-  On the job training kepada staff proyek dalam pelaksanaan

kegiatan supervisi konstruksi.

-  Membuat progress pekerjaan kontraktor dalam bentuk audio

visual.

Penjabaran lebih lanjut terhadap pelaksanaan supervisi konstruksi

tersebut diuraikan dalam penjelasan berikut :

BAB E 1 193

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 193/241
8/19/2019 Metodologi Embung

a). Evaluasi Jadwal Kerja Kontraktor

Tim supervisi akan mengevaluasi rencana kerja ( Schedule ) kontraktor untuk

disesuaikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi seperti waktu yang

tersedia, kondisi cuaca, ketersediaan peralatan, ketersediaan tenaga kerja

dan material. Selain itu urutan-urutan pekerjaan juga harus diperhatikan di

dalam penyusunan rencana kerja yang akan dimintakan persetujuan kepada

direksi yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar rencana kerja secara
keseluruhan agar dapat diperoleh cara kerja yang efektif dan efisien.

Jadwal Kerja Kontraktor yang dibuat juga tidak terlepas dari pedoman

dasar yang telah dibuat yakni Rencana Konstruksi (Construction Plan ).

Monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja ini harus


terus menerus dilakukan untuk dapat tercapainya jadwal seperti yang

diinginkan. Pada evaluasi jadwal kerja ini dapat dilakukan revisi-revisi dan

perubahan atau pembaharuan apabila timbul keterlambatan pelaksanaan,

untuk dapat dikejar dari sisa waktu yang telah disediakan.

b). Evaluasi Perhitungan dan Gambar Konstruksi

Tim supervisi akan mengevaluasi analisis perhitungan selama desain atau

desain rehabilitasi, serta gambar rencana konstruksinya sebelum kontraktor

BAB E 1 194

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 194/241
8/19/2019 Metodologi Embung

memulai pelaksanaannya. Evaluasi ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya

sudah tidak ada kesalahan, baik daftar keamanan konstruksi, efisiensi biaya

maupun kelayakan konstruksi. Tidak menutup kemungkinan pada tahapan

evaluasi ini akan dilakukan koreksi, revisi modifikasi desain, agar didapatkan

hasil yang lebih baik.

Tim supervisi akan selalu melakukan koordinasi dengan Direksi untuk

mendapatkan persetujuan hasil evaluasi.

c). Tes Material

Tim supervisi, selain melaksanakan pengawasan pekerjaan lapangan secara

visual, juga akan melakukan pengawasan kualitas material di laboratorium.


Pengawasan ini dimaksudkan agar seluruh material yang dipakai untuk

pekerjaan ini sesuai dengan persyaratan seperti yang diuraikan di dalam

dokumen kontrak, khususnya spesifikasi teknik. Teknisi laboratorium

beserta Supervisor Konstruksi akan memonitor pekerjaan-pekerjaan

laboratorium seperti :

  analisa test,

  gradasi material,

  test stability ,

BAB E 1 195

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 195/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  test kompaksi/kepadatan,

  analisa formula campuran,

  soundness  test untuk agregat, dan

  test-test laboratorium lainnya.

d). Evaluasi Kualitas dan Kuantitas Pekerjaan

Tim leader supervisi akan secara rutin dan terus-menerus melakukan

pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan

kontraktor.

Dalam pengawasan kualitas pekerjaan, konsultan akan melakukan

checking terhadap metodologi pelaksanaan, kualitas bahan-bahan dan

campuran yang dilakukan.

Untuk beberapa pekerjaan khususnya konsultan akan meminta kepada

kontraktor untuk melakukan test material maupun test laboratorium untuk

mengetahui kekuatan material. Dan selanjutnya konsultan akan mengevaluasi

hasil test laboratorium tersebut.

Sedangkan untuk pengawasan kuantitas pekerjaan, konsultan supervisi

akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  melakukan pemeriksaan kuantitas material

BAB E 1 196

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 196/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  melakukan pemeriksaan terhadap pengukuran yang dilakukan baik

sebelum maupun sesudah pelaksanaan konstruksi ( joint

measurement ).

e). Supervisi Konstruksi

Pengawasan merupakan bagian pokok dari program kerja konsultan

 yakni berupa monitoring secara kontinyu segala pekerjaan kontraktor serta


hasilnya. Metode pelaksanaan kerja kontraktor dimonitor agar sesuai

dengan persyaratan yang dikehendaki di dalam spesifikasi, dan apabila

terdapat cara pelaksanaan yang menyimpang dari ketentuan yang ada,

kontraktor harus dapat menjelaskan dan memberikan argumentasi bahwa

metode pekerjaan yang diterapkan tidak akan mengurangi kualitas

pekerjaan. Inspektor ataupun anggota tim supervisi yang lain akan membuat

laporan harian mengenai pelaksanaan konstruksi, tenaga kerja yang ada,

peralatan yang dipakai, estimasi kuantitas hasil pekerjaan dan bilamana

perlu konsep dan sket gambar serta ukuran, serta total kuantitas, kondisi

cuaca serta kondisi lokasi pekerjaan. Pekerjaan pengawasan akan dilakukan

secara teliti dan terkendali untuk masing-masing item pekerjaan dengan

menggunakan prosedur pengawasan yang lazim digunakan dan dengan

BAB E 1 197

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 197/241
8/19/2019 Metodologi Embung

menggunakan tata cara dan flow chart yang berlaku. Pengawasan detail akan

dilakukan terhadap pekerjaan utama.

Selama kontraktor melaksanakan pekerjaan, tim supervisi akan selalu

memonitor mengenai pembuatan profil konstruksi (Uitzet), pengukuran-

pengukuran awal, kualitas material, pemadatan, kadar air material, gradasi

material, pekerjaan shoulder (bahu jalan), saluran tepi dan lain-lain. Tim

supervisi akan secara bersama memonitor, memberikan saran-saran teknis


apabila diperlukan dan tindakan alternatif yang biasa ditempuh apabila

terdapat kesulitan-kesulitan pelaksanaan pekerjaan. Untuk pekerjaan

struktur akan dilakukan monitoring terhadap kestabilannya, pelaksanaan

campuran dan komposisi campuran dan lain-lain.

Hasil pemantauan pekerjaan akan selalu dicatat dalam catatan Buku

Harian Lapangan (BHL) yang dilakukan baik pada saat awal, selama dan

setelah pekerjaan dilaksanakan. Pengukuran kuantitas hasil pekerjaan akan

dilakukan bersama-sama Konsultan, Kontraktor dan pihak Pemimpin

proyek/bagian proyek dimana pengukuran ini dilakukan setelah pekerjaan

tersebut dan dapat diterima baik dari segi hasil pekerjaan (performance)

maupun mutu, pelaksanaan pekerjaan. Prosedur pembayaran yang dilakukan

akan mengikuti ketentuan yang disebutkan didalam dokumen kontrak,

terutama menginduk pada spesifikasi (persyaratan khusus) atau pada buku

BAB E 1 198

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 198/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dokumen Kontrak fisik. Bagan alir (flow chart ) Proses Bagan Alir Kerja

Lapangan tim supervisi disajikan pada gambar dibawah ini.

BAB E 1 199

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 199/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Gambar E -30 Bagan Alir Pekerjaan Lapangan

BAB E 1 200

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 200/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Tahapan dan Prosedur pengawasan dan pelaksanaan supervisi konstruksi

untuk berbagai jenis kegiatan pekerjaan lapangan adalah sebagai berikut:

Pre Construction Meeting

Penyelenggaraan pre construction meeting, dimaksudkan untuk mempelajari

lebih dalam hal-hal yang kurang atau tidak jelas tentang isi dokumen kontrak

beserta kelengkapannya serta penjelasan dari kontraktor atas Rencana

Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu Kontrak (RMK) yang dianggap
belum jelas. Dengan demikian keraguan atau beda pendapat dalam

penafsiran pasal-pasal dokumen kontrak dapat dihindari, demikian pula

ketidak jelasan tentang Rencana Mutu Pekerjaan (RMP) atau Rencana Mutu

Kontrak (RMK) yang dibuat oleh kontraktor dapat dipahami sehingga

terdapat kesamaan dalam pemahaman. Disamping itu dalam pertemuan

tersebut kontraktor diminta untuk menjelaskan program kerja pelaksanaan,

struktur organisasi kerja di lapangan dan mekanisme kerja, efisiensi dan

efektivitas program kerja yang telah disusun serta bagian-bagian pekerjaan

 yang akan diserahkan kepada sub-kontraktor.

Dalam membuat RMP atau RMK kontraktor sekurang-kurangnya menjelaskan

tentang uraian singkat pekerjaan, organisasi pelaksana kontraktor, rencana

kerja pelaksanaan oleh kontraktor dilengkapi dengan bagan alurnya, standar

BAB E 1 201

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 201/241
8/19/2019 Metodologi Embung

prosedur dan standar desain yang akan digunakan, inspeksi dan test yang

akan dikerjakan.

Pekerjaan Persiapan

Dalam pekerjaan persiapan ini, Konsultan akan melakukan pengawasan dan

pemeriksaan terhadap kegiatan kontraktor menyangkut :

•  Penyiapan Kantor Lapangan Kontraktor, termasuk system

sanitasi, penerangan, gudang penyimpanan material


konstruksi dan bengkel peralatan.

•  Ruang kerja pengawas (Direksikeet)

•  Penyiapan papan nama proyek.

•  Penyiapan jalan kerja dan bangunan sementara.

•  Mobilisasi peralatan dan SDM.

•  Penyiapan gambar kerja.

•  Pengadaan dan pengujian bahan konstruksi.

Pekerjaan Pengukuran Lapangan (Uitzet )

Pekerjaan pengukuran ini dilakukan baik untuk pengukuran ulang maupun

pengukuran tambahan untuk memperoleh gambaran yang lebih realistis atas

keadaan lapangan kondisi terakhir. Sebelum melaksanakan pengukuran,

BAB E 1 202

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 202/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 203/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Gambar Kerja yang dibuat harus mengikuti ketentuan atau mengacu pada

pedoman membuat gambar teknik yang berlaku (bentuk simbol-simbol

gambar, ukuran huruf dan angka, maupun tanda-tanda lainnya).

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, Gambar Kerja tersebut harus

mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi pekerjaan.

Penyiapan Buku Harian Lapangan, Buku Pengawasan


Yang dimaksud dengan Buku Harian Lapangan (BHL) adalah buku yang

disediakan oleh Kontraktor yang digunakan untuk mencatat kegiatan,

peristiwa, kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan, yang terjadi

setiap hari di lapangan pekerjaan.

Yang dimaksud dengan Buku Pengawasan adalah buku yang disediakan oleh

Kontraktor yang digunakan oleh Pengawas Pekerjaan untuk mencatat

kegiatan, peristiwa atau kejadian yang menyangkut pengawasan pekerjaan

 yang terjadi setiap hari di lapangan. Termasuk disini adalah pemberian

petunjuk dan pengarahan dari Konsultan agar pelaksanaan pekerjaan benar-

benar berlangsung sesuai dengan ketentuan dalam kontrak dan dapat

dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelaksanaan.

Dalam Buku Harian, Kontraktor harus mencatat semua kegiatan, diantaranya

adalah:

BAB E 1 204

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 204/241
8/19/2019 Metodologi Embung

•  Penerimaan material konstruksi

•  Kegiatan pekerjaan konstruksi yang dilakukan

•  Penggunaan alat-alat kerja

•  Jumlah tenaga kerja

•  Progres pekerjaan yang telah dicapai

•  Kejadian-kejadian baik yang mengganggu maupun yang tidak

mengganggu kegiatan lapangan


•  Keadaan cuaca atau hari hujan

•  Dan lain-lain kegiatan

Dalam Buku Pengawasan, Pengawas Pekerjaan/Konsultan akan mencatat

semua kegiatan atau peristiwa yang berkaitan dengan pengawasan dan

pengendalian pekerjaan, diantaranya adalah:

•  Persetujuan rencana kerja kontaktor yang rinci, metode

pelaksanaan, setting out/uitzet , pekerjaan yang selesai dan

memenuhi persyaratan.

•  Petunjuk atau arahan bagi pelaksana pekerjaan, agar

pelaksanaan pekerjaan atau mutu pekerjaan jangan sampai

menyimpang.

•  Teguran atau peringatan kalau terjadi penyimpangan atau

keterlambatan.

BAB E 1 205

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 205/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 206/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Penempatan dan Pengujian Bahan Konstruksi  

Supervisi yang dilaksanakan Konsultan dalam kegiatan ini adalah agar

Kontraktor dalam menempatkan/menyimpan bahan konstruksi pada tempat

 yang memenuhi persyaratan, sebelum bahan tersebut digunakan yakni aman,

tidak mengganggu lingkungan dekat dengan tempat penggunaan bahan

tersebut dan terlindung dari gangguan hujan dan sebagainya.

Sedangkan pengujian bahan konstruksi dengan cara menerapkan tatacara


dalam standar prosedur pengujian yang telah disepakati. Bahan yang akan

digunakan harus lulus dari pengujian mutu bahan dan hasil pengujian dicatat

dan disimpan dengan baik dan tertib karena akan menjadi bagian dari bukti

pelaksanaan pekerjaan.

Pemeriksaan dan Pemasangan Setting Out Uitzet)  

Konsultan akan melakukan supervisi terhadap pemasangan profil yang dibuat

dari kayu dan papan, disekitar atau dekat dengan rencana tapak bangunan

 yang menunjukkan araah sumbu atau trase dari bangunan yang akan

dibangun, dan atau kedudukan elevasi tertentu sebagai pembanding elevasi

bangunan yang akan dibangun, serta menunjukkan rencana bentuk

bangunannya.

BAB E 1 207

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 207/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Pemasangan setting out/uitzet ini didasarkan pada gambar situasi dan denah

serta gambar potongan dari bangunan yang akan dibangun. Kontraktor harus

selalu memelihara kedudukan setting out/uitzet yang telah didirikan dan

telah disetujui Pengawas Pekerjaan.

Pekerjaan Pondasi

Yang dimaksud dengan pekerjaan pondasi adalah konstruksi bangunan yang


terletak dibagian bawah yang merupakan bangunan yang menyangga

konstruksi diatasnya. Pada umumnya konstruksi pondasi terletak dibawah

permukaan tanah.

Mengingat pada pekerjaan pengairan konstruksi pondasi banyak yang

terletak dibawah permukaan air, maka Konsultan akan memberi perhatian

tersendiri terhadap pembangunan pondasi yang terletak dibawah air.

Peletakan konstruksi pondasi harus benar-benar memperhatikan kondisi

tanah setempat sesuai dengan hasil penyelidikan geoteknikal sebelumnya.

Apabila ditemui bahwa kondisi tanah untuk peletakan pondasi berbeda

dengan hasil penyelidikan tanah sebelumnya, Kontraktor diwajibkan

melaporkan kepada Pengawas Pekerjaan dan konsultan untuk dilakukan

tindakan seperlunya.

BAB E 1 208

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 208/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Bilamana diperlukan, Kontraktor harus membuat bangunan sementara yang

dibutuhkan (misal: dewatering, tanggul sementara, dll).

Apabila ada penggalian tanah dan atau dewatering, Kontraktor harus

menempatkan hasil galian dan pembuangan air sedemikian rupa sehingga

tidak mengganggu lingkungan setempat.

Dilihat dari bentuk konstruksi pondasi, pada umumnya terdiri dari :

trapezium, plat beton (bentuk T terbalik), tiang pancang, sumuran, tiang


strauss. Sedangkan dari jenis konstruksinya, pada umumnya terdiri dari:

pasangan batu kali, konstruksi beton bertulang, konstruksi beton siklop.

Untuk menjaga dan memelihara mutu pelaksanaan untuk setiap jenis

konstruksi pondasi, Kontraktor harus melakukan tindakan :

•  Pondasi Pasangan Batu, mengikuti standar prosedur untuk: 

  Pembuatan campuran spesi 

  Penyusunan pasangan batu

•  Pondasi Konstruksi Plat Beton Bertulang, sesuai standar

prosedur untuk: 

  Pembuatan campuran beton 

  Pengadukan campuran beton 

BAB E 1 209

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 209/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 210/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 211/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Melakukan pemeriksaan gambar kerja Kontraktor

  Memeriksa kesiapan peralatan Kontaktor yang akan dipakai untuk

menggali, mengangkut dan membuang hasil galian ( excavator, bulldozer,

dumptruck , dll).

  Melakukan pemeriksaan setting out/uitzet. 

  Memeriksa pekerjaan sementara (jika diperlukan).

 
Memeriksa rencana lokasi tempat pembuangan hasil galian.

Selama pelaksanaan pekerjaan penggalian, Konsultan akan melakukan

supervisi dengan berpedoman atas standar prosedur yang berlaku mencakup

kegiatan:

  Galian tanah biasa, pasir atau lumpur

  Peledakan atau pemecahan batu, termasuk perijinan dari instansi

terkait.

  Pengambilan dan pengangkutan hasil galian

 
Pengoperasian masing-masing peralatan yang digunakan

  Penempatan hasil galian di tempat buangan.

  Kemajuan pekerjaan yang dilakukan dibandingkan dengan metode

pelaksanaan yang telah disusun dalam tahap persiapan dan apabila

terjadi keterlambatan, Kontraktor diminta untuk melakukan revisi

BAB E 1 212

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 212/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 213/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Bahwa pipa dan perlengkapan yang digunakan harus sesuai dengan

standar yang disetujui.

  Metode pemotongan dan penyambungan pipa harus dikerjakan sesuai

dengan standar yang berlaku.

  Penyetelan pipa harus sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi teknik

 yang disetujui.

 
Penempatan dan pemasangan pipa di tempat yang telah direncanakan
harus sesuai dengan kedudukan setting out/uitzet dan gambar kerja.

  Pipa yang telah dipasang harus dipelihara sesuai dengan standar yang

berlaku.

  Bilamana pipa dan perlengkapannya adalah merupakan produk

manufaktur, harus disertakan sertifikasi dari manufakturingnya.

  Spesifikasi teknik yang disebutkan dalam sertifikat manufakturingnya

telah memenuhi ketentuan dalam spesifikasinya (ukuran atau dimensi

baik kapasitas dan tipenya, jenis bahan yang digunakan).

 
Kedatangan pipa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

  Pondasi pipa telah dinyatakan benar dan siap dibebani.

  Pemasangan angker atau jangkar dalam pondasi telah sesuai dengan

gambar kerja.

BAB E 1 214

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 214/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 215/241
8/19/2019 Metodologi Embung

⇒  Pemadatan yang dilakukan sesuai dengan persyaratan pemadatan baik

tingkat pemadatan maupun tebal masing-masing lapisan tanah timbunan

 yang diijinkan ataupun ketentuan stripping dan clearing sebelum

dilakukan pemadatan.

⇒  Jika diperlukan, dilakukan trial test pemadatan lapangan dengan

menerapkan standar prosedur pemadatan yang berlaku.

⇒  Uji mutu pemadatan di lapangan maupun di laboratirium.


⇒  Apabila Kontraktor menggunakan jalan umum untuk pengangkutan

bahan timbunan, Konsultan akan selalu memonitor penggunaan jalan

umum tersebut sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan tidak

mengganggu lalu lintas.

⇒  Untuk menjaga atau memelihara mutu pekerjaan timbunan tanah,

Konsultan akan melakukan tindakan/petunjuk kepada Kontraktor, yaitu:

  Sebelum dilakukan penimbunan tanah perlu dilakukan pengambilan

contoh tanah dari borrow area   untuk dilakukan pengujian mutu

bahan timbunan.

  Agar diperkirakan bahwa volume yang terdapat dalam borrow

area   yang disiapkan telah mencukupi sesuai dengan yang

dibutuhkan.

BAB E 1 216

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 216/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 217/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 218/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 219/241
8/19/2019 Metodologi Embung

  Penyetelan, pemasangan dan pengikatan besi beton

harus dikerjakan secara rapih, sesuai dengan petunjuk

dalam gambar kerja pembesian serta sesuai dengan

standar desain pemasangan besi beton yang berlaku.

  Kontraktor agar selalu menjaga perbandingan campuran

beton sesuai dengan spesifikasi teknik, dan selalu

melakukan test atau pengujian campuran beton pada


waktu yang ditentukan dengan menggunakan metode

pengujian seperti yang ditentukan dalam spesifikasi

teknik.

  Pengangkutan, pengadukan dan pengecoran beton harus

dilakukan dengan secepatnya dan disuahakan dengan

cara yang paling efektif.

  Apabila harus dilakukan penghentian pengecoran

sebelum cetakan beton terisi penuh harus ditempat

pemberhentian menurut standar yang berlaku.

  Penggetaran beton harus dilakukan secara merata di

semua bagian dan dengan menggunakan alat penggetar

 yang telah disetujui.

BAB E 1 220

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 220/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 221/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Untuk pekerjaan besi profil atau baja, Konsultan akan melakukan supervisi

terhadap Kontraktor meliputi:

•  Bahwa profil yang digunakan harus sesuai dengan standar

besi yang disetujui.

•  Metode pemotongan dan penyambungan profil besi (keeling

atau las) harus dikerjakan sesuai dengan standar yang

berlaku.
•  Penyetelan (montage ) kerangka besi harus sesuai dengan

gambar kerja dan spesifikasi teknik yang disetujui.

•  Penempatan dan pemasangan kerangka besi di tempat yang

telah direncanakan harus sesuai dengan kedudukan setting

out/uitzet dan gambar kerja.

•  Kerangka besi yang telah dipasang harus dipelihara sesuai

dengan standar yang berlaku.

•  Bilamana peralatan hidromekanikal adalah merupakan

produk manufaktur, harus disertakan sertifikasi dari

manufakturingnya.

•  Standar prosedur pemasangan peralatan hidromekanikal

harus diikuti

BAB E 1 222

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 222/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Untuk pekerjaan pompa air, Konsultan akan melakukan supervisi dan

pemeriksaan terhadap kebutuhan pompa air mencakup hal-hal sebagai

berikut:

•  Spesifikasi teknik yang disebutkan dalam sertifikat

manufakturingnya telah memenuhi ketentuan dalam

spesifikasinya (ukuran atau dimensi baik kapasitas dan

tipenya, jenis bahan yang digunakan serta alat


penggeraknya).

•  Kedatangan pompa air sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan.

•  Pondasi serta rumah pompa telah dinyatakan benar dan siap

dibebani pompa air.

•  Pemasangan angker atau jangkar dalam pondasi telah sesuai

dengan gambar kerja.

•  Prosedur pengangkutan pompa air sesuai dengan prosedur

 yang telah ditetapkan.

•  Pemasangan pompa dan motornya memerlukan kecermatan

sekali, maka prosedur pemasangannya harus sesuai dengan

metode pemasangan dan spesifikasi teknik dan gambar

kerja yang telah disetujui.

BAB E 1 223

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 223/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 224/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 225/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 226/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 227/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 228/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 229/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Mulai

Pembuatan
as-built Drawing

HARGA SATUAN VOLUME

PERHITUNGAN BIA YA

PERSETUJUAN DIREKSI

BERITA ACARA

PENGAJUAN DANA
PEMBAYARAN

Selesai

 
Gambar E -31  Diagram alir pengajuan dana pembayaran oleh kontraktor

Pembuatan Contract Change Order   (perubahan Kontrak) akan

disiapkan dan dibuat sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi yang

dilengkapi alasan-alasan dan argumen tasi dilakukan perubahan, perhitungan-

perhitugan, sket/gambar-gambar, dan usulan mengenai perpanjangan waktu

(apabila diperlukan) yang berkaitan dengan perubahan tersebut. Seluruh

BAB E 1 230

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 230/241
8/19/2019 Metodologi Embung

dokumen kontrak, gambar-gambar hasil survei, gambar desain/redesain

serta gambar-gambar kerja dan gambar terlaksana, catatan-catatan hasil

pekerjaan pengawasan, test laboratorium, akan disimpan rapi di kantor Tim

Leader dan dapat dilihat apabila diperlukan setiap saat.

Setiap klaim yang diajukan oleh kontraktor, seperti permintaan

perpanjangan waktu pelaksanaan, permintaan pembayaran atas hasil

pekerjaan akan selalu dipelajari dan dichek terhadap hasil monitoring

pekerjaan, serta didiskusi terlebih dahulu sebelum diambil keputusan.

Saran-saran teknis, rekomendasi, serta alternatif-alternatif terhadap

pemecahan setiap masalah yang timbul, akan selalu diberikan oleh Tim

supervisi kepada Kepala Satuan Kerja baik secara lisan maupun tertulis.
Semua dokumen administrasi baik dokumen administrasi biasa maupun

administrasi teknis termasuk kelengkapan-kelengkapannya akan diserahkan

kepada Kepala Satuan Kerja pada akhir dari masa layanan konsultasi

pekerjaan Tim Supervisi. Bagan Aliran ( flow chart ) Prosedur Perubahaan

Kontrak (CCO) seperti terlihat pada gambar dibawh ini.

BAB E 1 231

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 231/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 232/241
8/19/2019 Metodologi Embung

Mulai

Pelaksanaan Pekerjaan
Jadwal
Perencanaan Awal

KOMPARASI

T
Tidak Ada
 Ada Perb edaan?
Perpanjangan Waktu

Perhitungan Sisa Volume Pekerjaan

Penyusunan Jadwal Perpanjangan Waktu

Permohonan Perpanjangan Waktu :


- Alasan

- Jadwal

Persetujuan Oleh Kons ultan

T
Sesuai?

Selesai

 
 

Gambar E -43  Bagan Alir Prosedur Perpanjangan Waktu Pelaksanaan

BAB E 1 233

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 233/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 234/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 235/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 236/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 237/241
8/19/2019 Metodologi Embung

2.  Pekerjaan Pendahuluan

a.  Pengumpulan data Kontrak dan Dokumen Pelelangan.

3.  Peninjauan Lokasi / Field Engineering  

a.  Identifikasi jenis-jenis kegiatan konstruksi.

 
b. Inventarisasi kondisi bangunan eksisting.
c.  Klarifikasi modifikasi desain.

d.  Penajaman rencana kerja.

4.  Evaluasi dan Kajian Ulang SID

a.  Membandingkan kondisi di lapangan dengan hasil SID.

5.  Redesign

a.  Review Desain.

b.  Review Metode Konstruksi.

6.  Tahap Pre Konstruksi

a.  Pre Construction Meeting.

b.  Evaluasi RMK.

c.  Construction Plan.

BAB E 1 238

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 238/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 239/241
8/19/2019 Metodologi Embung

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 240/241
8/19/2019 Metodologi Embung

pemilik/pemberi pekerjaan dengan yang melaksanakan pekerjaan, sehingga

merupakan suatu garis komando.

http://slidepdf.com/reader/full/metodologi-embung 241/241

Anda mungkin juga menyukai