Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E
PROGRAM KERJA
Pendekatan metodologi ini merupakan program kerja Konsultan Supervisi dalam rangka
melakukan apresiasi dalam pelaksanaan kegiatan nanti. Pendekatan teknis, metodologi dan
program kerja adalah kriteria pokok dari Penawaran Teknis. Yang disampaikan dalam
metodologi ini adalah Pendekatan Teknis dan Metodologi, Program Kerja, dan Organisasi
dan Personil.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
5.3.2. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, PT. WAHANA KRIDA KONSULINDO
akan selalu berhubungan dengan Direksi Pekerjaan Pekerjaan, Direksi Pekerjaan
Lapangan dan Kontraktor Pelaksana sebagai Pelaksana Pekerjaan Konstruksi.
Kordinasi dengan pihak-pihak yang terkait akan sangat diperlukan demi
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, mulai dari tahap Pra Konstruksi, Pelaksanaan
Konstruksi maupun Pasca Konstruksi.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1. TAHAP 1
Pada tahap ini pekerjaan yang bisa ditangani untuk kegiatan dari
Konsultan Supervisi Supervisi adalah:
1. Pekerjaan Design, diantaranya:
1. Pengukuran daerah genangan & tapak bendungan (seting out )
Kegiatan pengukuran & setting out dilakukan untuk mendapatkan
gambaran detail kondisi awal tapak bangunan bendungan dan
daerah genangan, sehingga dapat diketahui apabila terjadi
perubahan antara design konstruksi dengan kondisi eksisting
site. Selain itu gambaran kondisi awal tersebut juga digunakan
untuk estimasi volume konstruksi yang akan dilaksanakan serta
estimasi perilaku daerah genangan berkaitan dengan proses
sediment transport di waduk Bendungan Pidekso.
Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh
Konsultan Supervisi Supervisi di bawah tanggung jawab Team
leader dan Tenaga Ahli Geodesi. Pelaksanaan. kegiatan ini
waktunya bisa di-overlap-kan dengan kegiatan review desain
dan kegiatan investigasi geoteknik.
2. Review Desain
Kegiatan investigasi geologi diperlukan untuk cek ulang terakhir
kondisi geologi tapak bangunan sebelum dilakukan pelaksanaan
konstruksi. Sehingga bisa diketahui apabila terjadi perbedaan
dengan desain. Investigasi geologi dilakukan pada tapak
konstruksi diversion dan konstruksi lokasi tapak spillway. Selain
pengeboran inti, investigasi geologi juga akan melakukan uji test
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2. Konstruksi Diversion
Konstruksi Diversion adalah konstruksi yang dibuat untuk
mengelakkan aliran sungai sementara selama masa konstruksi
bendungan. Tenaga Ahli Bendungan akan dibantu dengan Tenaga
Ahli Kontruksi dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi diversion
tersebut.
Pelaksanaan konstruksi diversion, akan berjalan setelah pekerjaan
jalan akses dilaksanakan dan bisa dilakukan bersamaan dengan
kegiatan tersebut.
2. TAHAP 2
Pekerjaan pada tahap dua ini yaitu lanjutan pekerjaan fisik dimulai dari
konstruksi cofferdam, pekerjaan pondasi, instrumentasi, galian dan
timbunan.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Lanjutan konstruksi diversion
Pekerjaan konstruksi diversion pada Tahap II ini merupakan lanjutan
pelaksanaa dari Tahap I.
Tenaga Ahli Bendungan akan dibantu dengan Tenaga Ahli Kontruksi
dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi diversion tersebut.
2. Clearing tapak bendungan
Kegiatan ini merupakan pembersihan tapak lokasi bendungan utama
termasuk dengan cofferdam. Pembersihan ini dilakukan untuk
menghilangkan top soil eksisting di tapak konstruksi terutama dari
material organik yang ada.
3. Galian pondasi tubuh bendungan
Galian pondasi yang dimaksud adalah galian untuk menyiapakan
konstruksi pondasi tubuh bendungan termasuk kontruksi cofferdam.
Rencana galian pondasi dilaksanakan sesuai dengan design
termasuk pelaksanaan perbaikan pondasi dengan mengganti tanah
galian dengan timbunan material pilihan (selected material) yang
menjadi pondasi dari tubuh bendungan.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
3. TAHAP 3
Pekerjaan pada tahap III ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap II,
dimulai dari timbunan tubuh bendungan, intake, bangunan pelimpah,
instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Timbunan tubuh bendungan
Pada tahap III pelaksanaan pekerjaan timbunan tubuh bendungan
merupakan lanjutan dari pekerjaan pada tahap II. Adapun proses
dan tahapan pekerjaan sama dengan pada tahap II
2. Pembetonan spillway
Pada tahap III konstruksi spillway merupakan lanjutan dari pekerjaan
konstruksi spillway sebelumnya, pada tahap ini akan dilaksanakan
konstruksi pada salauran transisi, saluran peluncur dan kolam olak
termasuk saluran outlet/tailrace. Proses dan tahapan pelaksanaan
pekerjaan sama dengan kegiatan konstruksi spillway pada tahap ke
II.
Diharapkan sesuai dengan jadwal pelaksanaan konstruksi pelaksanaan
pekerjaan spillway sudah bisa diselesaikan 100% pada tahap ke III ini.
3. Konstruksi Intake
Konstruksi intake merupakan bangunan pengambilan air dari waduk,
konstruksi ini direncanakan dari konstruksi beton. Proses dan
pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pekerjaan pada konstruksi
spillway.
4. Pipa Intake
Instalasi pipa intake merupakan bagian dari bangunan intake, namun
pada konstruksi ini material yang akan dipasang adalah pipa galvanis
lengkap dengan aksesorisnya termasuk pintu/gate yang diperlukan.
Tenaga Ahli Konstruksi dan Mechanical Engineer akan bertanggung
jawab terhadap pengawasan pada pekerjaan tersebut.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
No. Prosedur
1 Prosedur Pemeriksaan Gambar-gambar
2 Prosedur Percobaan Timbunan (Trial Embankment)
3 Prosedur Teknis Percobaan Timbunan (Trial Embankment)
4 Prosedur Density Test by In-situ Method
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Untuk memenuhi itu semua, pengawasan mutu ini dapat terdiri dari beberapa
urutan pekerjaan, antara lain :
Kontraktor Pelaksana Pelaksana harus mengajukan perrnintaan (request)
untuk mulai sesuatu pekerjaan. Pekerjaan tidak dapat dimulai sebelum
persetujuan diberikan oleh Konsultan Supervisi Supervisi. Dalam pengajuan
tersebut Kontraktor Pelaksana Pelaksana harus menjelaskan lokasi pekerjaan,
jenis pekerjaan, peralatan yang digunakan, pekerjaan yang diperlukan dan
perkiraan selesai suatu tahap serta perkiraan volume pekerjaan.
Pengajuan untuk memeriksa pemasangan profil atau patok. Pekerjaan tidak
dapat dimulai sebelum pemasangan profit atau patok mendapat persetujuan
dari Konsultan Supervisi Supervisi.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
C. Perubahan Kontrak
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Sesuai dengan tahapan pekerjaan, panel ini dapat dilaksanakan beberapa kali
dan terdiri dari ahli bendungan yang sesuai dengan permasalahan yang hendak
didiskusikan. Panel dapat berupa para ahli Nasional dan Intemasional.
Dengan diundangnya Panel Ahli Bendungan, maka Panel Ahli Bendungan akan
memberikan masukan yang dapat merupakan laporan tertulis berisikan saran
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
teknis atau bisa berbentuk diadakannya workshop apabila dipandang perlu oleh
Pemilik Proyek.
Untuk hal-hal yang bersifat regular dan umum, maka pengadaan Panel Ahli
Bendungan adaiah sebatas masukan teknis terhadap kondisi teknis di lapangan.
Sedangkan untuk masalah teknis yang tidak umum dan sangat jarang dilakukan
pada konstruksi proyek sejenis di Indonesia, maka diadakannya Workshop akan
menjadi suatu masukan yang penting bagi banyak pihak, mulai dari ketiga belah
pihak yang terlibat pada konstruksi pembanguan Bendungan Pidekso, maupun
pihak-pihak lain yang ingin mendapatan informasi baru mengenai suatu jenis
konstruksi atau metode konstuksi .
5.5.13. Dokumen Operasi dan Pemeliharaan
Dokumen Operasi dan Pemeliharaan (OP) merupakan salah satu dokumen yang
sangat penting, karena dalam dokumen ini akan menjadi manual dan petunjuk/
guidance bagi pelaksana setelah Bendungan Pidekso ini beroperasi.
Pada dasarnya dokumen OP ini dilandasi pada alokasi pemanfaatan air waduk,
baik itu untuk pengendali banjir, pemeliharaan sungai, air baku, dan lain-lain.
Operasi ini menjadi penting karena harus melayani berbagai kepentingan
pengguna air tersebut di atas, dan untuk kelangsungan pelayanan ini hingga
bermanfaat secara optimal dan menerus (continue) tetap terjaga.
Secara umum tujuan dari dibuatnya Dokumen OP ini adalah memanfaatkan air
secara optimal dengan cara mengalokasikan secara proposional sedemikian
sehingga tidak terjadi konflik antar kepentingan dan pengendali banjir di musim
hujan.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pola operasi waduk biasanya terdiri dari 2 (dua) pola yartu pola pengisian dan
pola pengoperasian, yang biasanya didasarkan pada musim hujan dan musim
kemarau. Sehingga pengoperasiannya harus selalu berfungsi baik di kedua
musim di atas.
Dalam hal-hal terdapat kerusakan dan kurang berfungsinya suatu perangkat yang
dioperasikan, maka dalam dokumen ini akan menjelaskan segala yang diperlukan
dalam perbaikan, rehabilitasi, rekondisi, bahkan kemungkinan konservasi
lingkungan.
Dalam dokumen OP ini juga, akan menjelaskan bila terjadi kegagalan operasi
akibat suatu masalah, maka apa saja resiko-resikonya, sehingga bila diperlukan
antisipasi, maka persiapannya akan lebih cepat dan lebih baik, termasuk
tindakan-tindakan daruratnya.
Pengisian waduk tidak boleh dilaksanakan sebelum ada inspeksi dari Balai dan
Komisi Bendungan yang akan memberikan rekomendasi kepada Menteri untuk
menerbitkan sertifikat persetujuan pengisian waduk.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1. Laporan Geologi Teknik rinci, mencakup bore log serta hasil explorasi
lainnya dan peta Geoteknik Tapak Bendungan dari investigasi galian
(pondasi) dan investigasi tambahan (kalau ada) serta laporan lengkap
mengenai perbaikan pondasi.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a. Bagan organisasi
11. Laporan pelatihan petugas O&P untuk kondisi Opeasi Normal dan Operasi
Darurat
16. Data teknis bendungan sesuai format baku yang telah dimuktahirkan
Konsultan Supervisi akan membantu Pemberi Tugas dalam semua aspek yang
ada dalam proses sertifikasi pengisian awal waduk. Konsultan Supervisi akan
merekomendasikan jadwal yang tepat untuk memulai pekerjaan Analisa
Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) yang kemungkinan akan dilakukan
oleh Konsultan Supervisi lain yang. Berdasarkan analisa keruntuhan ini akan
disusun Rencana Tindak Darurat yang juga merupakan salah satu persyaratan
yang harus dilengkapi dalam pengajuan ijin pengisian awal waduk.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2 DESAIN HIDROLOGI
2.1 Metoda dan kriteria desain X X
2.2 Karakteristik hidrologi, pola banjir, kondisi limpasan (Run X X X X
2.3 off) dan atau angkutan sedimen layang
2.4 Hambatan operasi X
2.5 Keadaan muka air bun (tail race) X X
2.6 Hambatan aliran banjir di hilir bendungan X X
2.7 Manajemen sungai dan DPS X X X
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
4 INSTRUMENTASI
4.1 Sistem observasi hidrologi X X X
4.2 Pemantauan bendungan >: X X X
4.3 Pemantauan seismak X X X
4.4 Pemantauan perilaku tumpuan (abutment) X X X
4.5 Pemantauan sedimentasi X X
4.6 Pemantauan kolam olak pelimpah (stiling basin) X X
5 OPERASI WADUK
5.1 Debit banjir dan operasi pelimpah X X
5.2 Stabilitas tebing waduk X X
5.3 Aspek lingkungan X X X X
5.4 Peringatan banjir X X X
D = Kajian Desain Bendungan
K = Kajian Pelaksanaan konstruksi bendungan untuk persetujuan pengisian awal waduk
O = Kajian Pelaksanaan Pengisian untuk persetujuan Operasi dan pemeliharaan
bendungan/waduk
X = Perlu kajian
POKOK - POKOK KAJIAN D K 0 H
6 INSPEKSI
6.1 Inspekstur dan inspeksi X X X X
6.2 Jadual inspeksi dan pokok inspeksi X X X
6.3 Metode inspeksi dan kegiatan rutin X X X X
6.4 Pemrosesan dan evaluasi X X
6.5 Alur data, laporan dan pelaporan X X
6.6 Prosedur dan proses Pembuatan Keputusan X X
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
12 PEMBIAYAAN
12.1 Perkiraan biaya X
12.2 Pendanaan X X
5.5.15. Serah Terima Pertama
Jika pada saat pengujian, hasil uji gagal memenuhi standar pada Dokumen
Spesifikasi, maka Konsulan atas persetujuan Pemilik Proyek akan:
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Masa pemeliharaan adalah masa yang dimulai dari saat Provisional Hand Over
(PHO) untuk seluruh pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Pemberi
Tugas/ Pemilik Proyek sampai dengan dilakukannya Final Hand Over (FHO).
Jika dalam masa pemeliharaani ini terjadi kekurangan, cacat, ketidak sesuaian
dan hal hal lain yang tidak tepat, maka Kontraktor Pelaksana harus meiakukan
perbaikan, perubahan, pembongkaran, pemindahan atas ketidaksesuaiannya
termasuk juga bila terdapat material yang tidak memenuhi syarat, maka harus
diganti.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Manfaat As built drawing ini adalah bila setelah Final Hand Over (FHO) pada
bangunan tersebut memerlukan perubahan/ rehabilitasi/ renovasi, maka dengan
adanya as built drawing ini akan lebih memudahkan dalam menentukan jenis/
bentuk perubahannya dan akan sangat membantu bila disuatu saat akan ada
bangunan baru di sekitamya, maka akan lebih mudah untuk diketahui
stabilitasnya akan terganggu apa tidak. Oleh karena itu as built drawing ini harus
tersimpan dengan baik.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Final Hand Over (FHO) adalah serah terima pekerjaan terakhir, yang
menunjukkan bahwa tidak saja semua pekerjaan sudah selesai tetapi juga telah
dilakukan uji, percobaan operasi, evaluasi dan dinyatakan bahwa semua hasil
pekerjaan Kontraktor Pelaksana sudah berfungsi sesuai dengan target yang
direncanakan.
Bila dalam pemeriksaan masih ada ketidak sesuaian maka acara FHO ditunda
hingga sudah benar-benar sudah sesuai dengan rencana dan target serta
ketentuan- ketentuan yang ada.
Setelah diterimanya sertifikat FHO oleh Kontraktor Pelaksana dari pemberi tugas
maka segala ikatan Kontraktor Pelaksana kepada pemberi tugas atas pekerjaan
Bendungan Pidekso tersebut dinyatakan berakhir.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Topik utama yang dapat menjadi bahan pelatihan dalam rangka alih pengetahuan
antara lain :
• Perencanaan dengan metode networking (CPM network) ;
• Quality control ;
• Cost control ;
• Safety control ;
• Construction method dengan teknologi khusus/terbaru ;
• Evaluasi claims ;
• Operasi dan Pemeliharaan ;
• dan lain-lain.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dampak Iingkungan yang terjadi secara bertahap terjadi pada masa pra
konstruksi, saat konstruksi dan paska konstruksi, yang terdiri dan beberapa hat
sebagai berikut:
2. Masa Konstruksi, pada periode ini secara umum akan memberikan dampak
terhadap Iingkungan secara nyata baik dari sisi kerugian ataupun sisi
keuntungannya. Pengerjaan fisik waduk dapat menurunkan kualitas dibagian
hilir, gangguan aliran air, gangguan aktifrtas di sungai yang akan
memberikan dampak kerugian antara lain : gangguan rantai makanan di
sungai, penurunan populasi ikan bahkan dapat menghilangkan jenis ikan
tertentu. Sedangkan dampak keuntungan pada masa ini antara lain
peningkatan kesejahteraan di desa sekitra waduk, peningkatan produktifitas
penduduk, peluang terciptanya peluang keragaman jenis usaha di
perdesaan.
3. Masa Pasca Konstruksi, periode ini memberikan suatu dampak yang tidak
hanya secara langsung merugikan tetapi secara perlahan dapat
meningkatkan pengembangan ekonomi perdesaan (multiplier effects).
Dampak secara langsung akibat PHK (pemutusan hubungan kerja)
memunculkan permasalahan produktifitas masyarakat sekitar lokasi.
Dampak lain dengan beroperasinya waduk adalah penyimpangan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a. Kegiatan Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi yang dilakukan mencakup mobilisasi alat, bahan dan tenaga
Konsultan Supervisi yang terlibat dalam pekerjaan ini beserta demobilisasinya.
b. Kegiatan Perijinan
Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana harus menghubungi
lebih dahulu kepala desa atau aparat setempat lainnya yang berwenang dari
wilayah kerjanya untuk memberitahukan kehadiran dan menjelaskan semua
rencana kerjanya di daerah tersebut. Pada tahap ini ketua tim bersama dengan
Direksi Pekerjaan pekerjaan dan kepala proyek Kontraktor Pelaksana harus hadir.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Alat yang dipakai dalam pengukuran ini minimal adalah waterpass dan theodolite
T-0. Pengikatan dalam pengukuran ini dilakukan terhadap patok-patok tertentu
yang berfungsi sebagai titik tetap / bench mark (BM).
Selain adanya titik tetap, juga perlu titik tambahan lainnya sedemikian sehingga
jarak 2 titik tetap tidak lebih dari 1 kilometer.
Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas keseksamaan sebagai
berikut :
Titik-titik untuk tampang melintang, boleh terletak kurang dari 2 cm dari posisi
yang ditentukan, baik dalam arah vertikal maupun horizontal.
Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau dibawa
kembali ke titik pertama. Kesalahan penutupan harus kurang dari 10 L mm,
dimana L adalah panjang atau jarak sirkuit pengukuran dalam km
Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan tanah harus
dipasang dengan tidak melewati 0,25 cm dari titik tinggi yang benar.
Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus kurang
dari 2 cm terhadap posisi yang benar. Titik untuk bangunan harus terletak tidak
lebih dari 0,25 cm dari kedudukan yang sebenarnya, kecuali pada
pemasangan pekerjaan baja dan peralatannya memerlukan yang lebih tinggi.
Pematokan pada as trase saluran dalam pengukuran ini, dilakukan pada setiap
interval 50 m dan pada setiap belokan dengan menggunakan patok kayu.
Pematokan pada lokasi bangunan-bangunan air harus dilakukan dengan
menggunakan patok beton.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pada setiap patok yang dipasang agar dicantumkan nomor urut dan elevasi hasil
pengukuran.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a. Pembersihan
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
pembersihan terdiri atas menyingkirkan, mengangkut dan mengumpulkan di suatu
tempat atau membuang semua pohon, semak, batang kayu, seresah, bangunan,
pagar dan sebagainya. Pohon (diameter batang lebih dari 90 cm) harus dipotong
tidak lebih dari 50 cm di atas tanah. Semak dan tumbuhan lain harus dipotong
tidak lebih dari 20 cm di atas tanah.
b. Pencongkelan
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
pencongkelan. Pencongkelan berupa menggali, memindahkan dan mengangkut
dan membuang semua rumput, bonggol dan batang kayu yang terpendam dan
sejenisnya dari daerah yang sudah dibersihkan dan fondasi bangunan.
c. Pengupasan
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
pengupasan. Pengupasan meliputi menggali, menyingkirkan dan mengangkut ke
tempat pengumpulan atau pembuangan yang ditentukan Konsultan Supervisi
semua tumbuhan, akar dan bahan organik, humus dan sejenisnya dan semua
jenis tanah penutup.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a. Pelaksanaan Galian
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
galian buka–potong. Semua galian jenis ini harus dilakukan sesuai dengan
gambar yang ditentukan dalam Syarat-syarat Teknik ini atau seperti diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Selama pekerjaan berlangsung Konsultan Supervisi
mungkin mengubah lereng. Kemiringan atau dimensi galian karena sesuatu
sebab. Kontraktor Pelaksana tidak akan mendapatkan biaya tambahan akibat
perubahan semacam itu. Galian lain yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
untuk keperluannya sendiri seperti untuk jalan masuk atau untuk mengangkut
bahan hasil galian harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi dan atas
biaya Kontraktor Pelaksana dan tidak dapat dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
Kontraktor Pelaksana harus selalu berusaha agar tanah/batuan di bawah galian
berada dalam kondisi tidak terganggu. Semua penggalian yang melebihi batas
yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi dianggap tidak sah dan tidak dapat
dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
Kecuali apabila Konsultan Supervisi memerintahkan lain, semua galian-Iebih
harus ditimbun kembali dengan tanah, tanah dipadatkan, beton atau bahan lain
yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi atas biaya Kontraktor Pelaksana.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Namun demikian apabila galian lebih terjadi akibat keadaan geologi yang tidak
menguntungkan dan bukan karena kelalaian Kontraktor Pelaksana, maka
Kontraktor Pelaksana berhak atas suatu pembayaran untuk mengisi kembali
galian-Iebih tersebut. Pembayarannya berdasarkan harga satuan yang sesuai
dengan bahan yang digunakan dan harga satuannya sudah ada dalam Kontrak.
Semua pekerjaan peledakan dan penanganan bahan peledak harus memenuhi
ketentuan yang tercantum untuk pekerjaan tersebut dalam Spesifikasi Teknis ini.
Kontraktor Pelaksana harus mengambil semua tindakan guna melindungi lereng
galian terhadap erosi atau degradasi selama pekerjaan berlangsung. Biaya untuk
pekerjaan ini harus dimasukkan dalam harga satuan pekerjaan yang berkaitan
dengan penggalian.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Semua pengukuran untuk menghitung volume yang akan dipakai dasar untuk
mengajukan pembayaran tambahan harus dilakukan dengan kehadiran Direksi
Pekerjaan. Kontraktor Pelaksana harus memberitahukan Konsultan Supervisi
sebelumnya sehingga pengukuran bersama bisa dilakukan tanpa mempengaruhi
kemajuan pekerjaan penggalian.
2. Jarak Pengangkutan-lebih
Karena suatu hal mungkin hasil galian harus dibuang ke tempat yang lebih jauh
dari tempat yang sudah ditentukan dalam gambar. Untuk menghitung volume
pekerjaan-Iebih akan diadakan klasifikasi jarak sebagai berikut :
- Jarak tambahan lebih dari 1,0 km dan kurang dari 1,5 km,
- Jarak tambahan lebih dari 1,5 km dan kurang dari 2,0 km
- Jarak tambahan lebih dari 2,0 km dan kurang dari 2,5 km.
Pengukuran jarak adalah jarak lurus antara tempat penggalian dan tempat
pembuangan akhir. Semua perhitungan pengangkutan-lebih harus dilakukan
dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan dihitung berdasar hitungan volume
muatan yang bersangkutan atau cara lain yang disetujui bersama antara
Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana.
3. Penimbunan Sementara
Penimbunan sementara dari bahan bangunan yang akan digunakan dan bahan
galian yang harus dibuang bilamana akan dilakukan dan prosesnya akan
dimintakan pembayaran maka kegiatan tersebut harus mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan. Semua perhitungan untuk pembayaran penimbunan sementara
harus atas persetujuan Konsultan Supervisi dan dilakukan dengan cara yang
disetujui bersama antara Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana.
4. Pekerjaan Pendukung untuk Penggalian
Semua pekerjaan pendukung untuk melaksanakan penggalian harus sudah
diperhitungkan dalam harga satuan pekerjaan ini. Apabila pekerjaan pendukung
akan dimintakan pembayarannya maka jenis pekerjaan tersebut harus dinyatakan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
b. Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh f y melebihi 400 MPa oleh
kuat leleh f y melebihi 400 MPa, maka f y harus diambil sama dengan
nilai tegangan pada regangan 0,35% bilamana kuat leleh yang disyaratkan
dalam perencanaan melampaui 400 MPa.
e. Jaring kawat polos las untuk penulangan beton harus memenuhi
“Spesifikasi untuk Jaring Kawat Baja Polos untuk Penulangan Beton”
(ASTM A185), kecuali bahwa untuk tulangan dengan spesifikasi kuat leleh
melebihi 400 MPa, maka f y diambil sama dengan nilai tegangan pada
regangan 0,35 %, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam
perencanaan melampaui 400 MPa. Jarak antara titik-titik persilangan yang
dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan yang ditinjau,
kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang sesuai
dengan penyaluran tulangan badan.
f. Jaring kawat ulir las untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi
Jaring Kawat Las Ulir untuk Penulangan Beton” (ASTM A 497M), kecuali
bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh f y melebihi 400 MPa,
maka f y harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh f y yang melebihi 400
MPa, maka f y harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
b. Pipa atau tabung baja untuk komponen struktur komposit tekan yang terdiri
dari inti beton berselubung baja sesuai persyaratan 10.16(6) harus
memenuhi persyaratan berikut:
i. Mutu B dari “Specification for Pipe, Steel, Black and Hot Dipped,
Zinc-Coated Welded and Seamless” (ASTM A 53).
ii. “Specification for Cold-Formed Welded and Seamless Carbon Steel
Structural Tubing in Rounds and Shapes” (ASTM A 500).
iii. “Specification for Hot-Formed Welded and Seamless Carbon Steel
Structural Tubing”(ASTM A 501).
F. Bahan tambahan
a) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan.
b) Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu
secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan
yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan proporsi
campuran beton sesuai dengan bab pemilihan proporsi beton.
c) Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton pratekan, pada beton dengan aluminium tertanam, atau
pada beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.
d) Bahan tambahan pembentuk udara harus memenuhi SNI 03-2496-1991
Spesifikasi Bahan Tambahan Pembentuk Gelembung Untuk Beton.
e) Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat
reaksi hidrasi beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi
beton dan gabungan pengurang air dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus
memenuhi “Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton” (ASTM C 494)
atau “Spesifikasi untuk Bahan Tambahan Kimiawi untuk Menghasilkan Beton
dengan Kelacakan yang Tinggi (ASTM C 1017).
f) Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai bahan
tambahan harus memenuhi “Spesifikasi untuk abu terbang dan pozzolan alami
murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral
pada beton semen portland” (ASTM C 618).
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
g) Slag tungku pijar yang diperhalus yang digunakan sebagai bahan tambahan
harus memenuhi “Spesifikasi untuk Slag tungku pijar yang diperhalus untuk
digunakan pada beton dan mortar”(ASTM C 989).
h) Bahan tambahan yang digunakan pada beton yang mengandung semen
ekpansif C845 harus cocok dengan semen yang digunakan tersebut dan
menghasilkan pengaruh yang tidak merugikan.
i) Silica fume yang digunakan sebagai bahan tambahan harus sesuai dengan
“Spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-
hidrolis”(ASTM C 1240).
G. Penyimpanan bahan-bahan
a) Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah
kerusakan, atau intrusi bahan yang mengganggu.
b) Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan
untuk pembuatan beton.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
air
Untuk perlindungan tulangan
terhadap korosi pada beton yang
terpengaruh lingkungan yang
mengandung klorida dari garam, 0.40 35
atau air laut
1
Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal
2
Untuk beton berat normal dan beton berat ringan
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Persyaratan nilai rasio air-semen dan kuat tekan beton pada Tabel 5.2,
dan persyaratan tebal selimut beton pada sub bab pelindung beton untuk
tulangan harus dipenuhi apabila beton bertulang akan berada pada
lingkungan yang mengandung klorida dari air garam, air laut, atau
cipratan dari sumber garam tersebut.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Bahan
Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus
dilengkapi dengan :
1) Sertifikat mutu dari produsen, atau;
2) Jika tidak terdapat sertifikat mutu, harus tersedia data hasil uji dari
laboratorium yang diakui, kecuali;
3) Jika tidak dilengkapi dengan sertifikat mutu atau data hasil uji, harus
berdasarkan bukti hasil pengujian khusus atau pemakai nyata yang
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
C. Peralatan
Semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan alat kerja.
D. Pelaksanaan
Pelaksanan pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan kerja berikut :
1) Persyaratan administratif yang dinyatakan didalam rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) harus diikuti;
2) Harus tersedia rencana beton dan rencana pelaksanaan pengecoran.
E. Spesifikasi Bahan
1) Air
Air harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Air
sebagai Bahan Bangunan.
2) Semen
Semen harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi
Bahan Perekat Hidrolis sebagai Bahan Bangunan.
3) Agregat
Agregat harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi
Agregat sebagai Bahan Bangunan.
4) Bahan Tambahan untuk Beton
Bahan tambahan untuk beton harus memenuhi SK SNI S-18-1990-03
tentang Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
5) Bahan Tambahan Pembentukan Gelembung Udara untuk Beton
Bahan tambahan pembentukan gelembung udara untuk beton harus
memenuhi SK SNI S-19-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan
Gelembung Udara untuk Bahan Bangunan.
F. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
G. Pelaksanaan
1) Persiapan
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan
persiapan yang mencakup hal berikut :
i. Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari
kotoran;
ii. Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel
pada permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum
beton yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah
mengeras tersebut;
iii. Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton
baru, harus dikasarkan dan dibasahi terlebih dahulu sebelum beton
baru dicorkan;
iv. Pasangan dinding bata yang akan berhubungan dengan beton baru,
harus dibasahi dengan air sampai jenuh;
v. Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam dari
acuan boleh dilapisi dengan bahan khusus, misalnya lapisan tipis
minyak mineral, lapisan bahan kimia, lembaran plastik, atau bahan
lain yang disetujui oleh pengawas bangunan;
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
vi. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala
lapisan penutup yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan
antara beton dan tulangan;
vii. Air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi adukan beton
harus dibuang, kecuali apabila pengecoran tremie atau bila diijinkan
oleh pengawas bangunan.
H. Penakaran
Penakaran bahan yang akan digunakan harus berdasarkan perbandingan
campuran yang direncanakan, dan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
i. Untuk beton dengan f’c lebih besar atau sama dengan 20 MPa,
proporsi campuran harus didasarkan pada teknik penakaran berat;
ii. Untuk beton dengan nilai fc lebih kecil dari 20 MPa, pelaksanaannya
boleh menggunakan teknik penakaran volume. Teknik penakaran
volume ini harus berdasarkan pada perhitungan proporsi campuran
dalam berat yang dikonversikan ke dalam volume melalui
perhitungan berat satuan volume dari masing-masing bahan.
I. Pengadukan
Pengadukan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Beton harus diaduk sedemikian hingga tercapai penyebaran bahan
yang merata dan semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum
mesin pengaduk diisi kembali;
ii. Pengadukan harus dilakukan tidak kurang dari 1 ½ menit untuk
setiap lebih kecil atau sama dengan 1 m3 adukan. Waktu
pengadukan harus ditambah ½ menit untuk setiap penambahan
kapasitas 1 m3 adukan;
iii. Pengadukan harus dilanjutkan minimal 1 ½ menit setelah semua
bahan dimasukkan ke dalam mesin pengaduk (atau sesuai dengan
spesifikasi alat pengaduk);
iv. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus
diawasi terus menerus dengan jalan memeriksa slump pada setiap
campuran beton yang baru;
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
J. Pengangkutan
Pengangkutan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat
penyimpanan akhir sebelum di cor, harus sedemikian hingga dapat
mencegah terjadinya segregasi atau kehilangan bahan;
ii. Pengangkutan harus dilakukan sedemikian hingga tidak
mengakibatkan perubahan sifat beton yang telah direncanakan, yaitu
perbandingan air semen, slump, dan keseragaman adukan;
iii. Pengangkutan harus berlangsung dalam waktu tidakmelebihi dari 30
menit. Bila pengangkutan dilakukan dengan truk pengangkut beton
waktu pengangkutan tidak boleh lebih dari 1 ½ jam. Apabila
diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan penghambat pengikatan.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ii. Tingkat kecepatan pengecoran beton harus diatur agar beton selalu
dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah ke dalam
sela-sela diantara tulangan;
iii. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang seluruhnya tidak
boleh dipergunakan untuk pengecoran;
iv. Beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh dituangkan ke
dalam struktur;
v. Pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus tanpa
berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel atau
penampang yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas
penghentian pengecoran yang ditentukan untuk siar pelaksanaan;
vi. Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan alat
yang tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan,
alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton
dan daerah sudut acuan;
vii. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat penggetar :
Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik, maksimal 15 detik;
Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian
beton yang sudah mengeras dan tidka boleh dipasang lebih
dekat 100 mm dari cetakan atau dari beton yang sudah
mengeras serta diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh
batang penggetar;
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
batang penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. Untuk
bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi
lapis.
viii.Dalam hal pengecoran yang menggunakan sistem cetakan/acuan
yang digeser ke atas permukaan atas besi acuan harus terisi rata;
ix. Bila diperlukan adanya siar pelaksanaan, siar tersebut harus dibaut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
L. Perawatan
Perawatan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab selama paling
sedikit 7 hari setelah pengecoran;
ii. Beton berkekuatan awal tinggi harus dipertahankan dalam kondisi
lembab selama paling sedikit 3 hari pertama;
iii. Bila diperlukan uji kuat tambahan harus diikuti ketentuan berikut :
Untuk memeriksa tingkat pelaksanaan perawatan dan
perlindungan dari beton dalam struktur di lapangan, pengawas
dapat meminta agar dilakukan uji tekan atas benda uji yang
dirawat di lapangan;
Silinder yang dirawat di lapangan harus dirawat sesuai dengan
kondisi di lapangan berdasarkan SK SNI M-62-1990-03 tentang
Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium menurut ketentuan yang berlaku;
Benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicetak pada
saat yang bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan
benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium;
Cara untuk melindungi dan merawat beton harus ditingkatkan bila
kekuatan dari silinder yang dirawat di lapangan pada umur uji
yang telah ditetapkan kurang dari 8,5% dari kekuatan pasangan
silinder yang dirawat di laboratorium untuk penentuan kekuatan
f’c.
M. Pemeriksaan
Pengambilan contoh uji beton segar untuk pemeriksaan mutu beton (slump,
berat isi, analisa) harus dilakukan pada saat selesai pengadukan tepi
sebelum dicorkan, sesuai dengan SK SNI M-26-1990-03 tentang Metode
Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar.
N. Cara Pengerjaan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Keterangan
a : Adukan beton yang dituangkan harus jatuh di tengah talang
penyalur, gerobak angkut, truk atau bejana penampang;
b,c : Masing-masing cara penuangan mencegah terjadinya segregasi
tidak peduli berapa panjangnya saluran atau ban berjalan, apakah
adukan beton itu tercurah ke talang penyalur, gerobak angkut, truk
atau bejana penampung.
Pengisian adukan beton ke bejana penampung atau talang penyalur
d : Menjatuhkan adukan beton ke sisi bejana penampang yang miring;
e : Menjatuhkan adukan beton langsung ke tengah mulut/corong;
Pencurahan adukan beton dari corong penampung untuk dimuatkan ke
sarana pengangkut
f : Mulut corong penampang yang bersisi miring berlaku sebagai
pelepas tanpa kontrol di ujungnya sehingga menyebabkan
segregasi adukan yang tidak boleh terjadi pada pengisian sarana
pengangkut;
g : Pencurahan dari tengah mulut corong agar jatuhnya adukan beton
tegak lurus ke tengah sarana pengangkut.
Atur tingkat kecepatan pengecoran sedemikian agar seluruh adukan
beton tetap dalam keadaan plastis, sehingga dapat mengisi dengan
mudah ke seluruh acuan;
Atur pengecoran agar berlangsung terus menerus dan hentikan
pengecoran hanya pada batas penghentian yang telah ditentukan.
x. Padatkan beton dengan alat penggetar atau alat pemadat lainnya
yang jenisnya disesuaikan dengan bentuk dan jenis pekerjaan. Bila
pemadatan dilakukan dengan alat penggetar :
Sesuaikan lama penggetaran dengan kekentalan beton, jenis,
frekwensi dan amplitudo dari alat penggetar, menurut petunjuk dari
pabrik pembuat alat penggetar;
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
)
Untuk sengkang pengikat tertutup yang didefinisikan sebagai sengkang tertutup
pada Butir 21, suatu bengkokan 135-derajat ditambah dengan suatu perpanjangan
paling sedikit 6db namun tidak kurang daripada 75 mm.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Minimum
D-10 sampai dengan D-25 6db
D-29, D-32, dan D-36 8db
D-44 dan D-56 10db
C. Cara pembengkokan
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali bila
diizinkan lain oleh Pengawas Lapangan.
Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar
rencana, atau diizinkan oleh Pengawas Lapangan.
E. Penempatan tulangan
Tulangan, tendon pratekan, dan selongsong pratekan harus ditempatkan
secara akurat dan didukung secukupnya sebelum beton dicor, dan harus
dijaga agar tidak tergeser melebihi toleransi yang diizinkan dalam butir
penempatan tulangan.
Bila tidak ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan, tulangan, tendon
pratekan, dan selongsong pratekan harus ditempatkan dengan toleransi
berikut:
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pada komponen struktur tekan yang diperkuat dengan tulangan spiral atau
sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh
kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.
Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarak
bersih antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan lewatan
lainnya atau batang tulangan yang berdekatan.
Pada dinding dan pelat lantai, selain konstruksi pelat rusuk, tulangan lentur
utama harus berjarak tidak lebih dari tiga kali tebal dinding atau pelat lantai,
ataupun 500 mm.
Bundel tulangan :
a) Kumpulan dari tulangan sejajar yang diikat dalam satu bundel
sehingga bekerja dalam satu kesatuan tidak boleh terdiri lebih dari
empat tulangan per bundel.
b) Bundel tulangan harus diletakkan di dalam sengkang atau
pengikat.
c) Pada balok, tulangan yang lebih besar dari D-36 tidak boleh
dibundel.
d) Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu bundel
tulangan yang berakhir dalam bentang komponen struktur lentur
harus diakhiri pada titik-titik yang berlainan, paling sedikit dengan
jarak 40db secara berselang.
e) Jika pembatasan jarak dan selimut beton minimum didasarkan
pada diameter tulangan db, maka satu unit bundel tulangan harus
diperhitungkan sebagai tulangan tunggal dengan diameter yang
didapat dari luas ekuivalen penampang gabungan.
f) Tendon dan selongsong pratekan:
Spasi sumbu-ke-sumbu antar tendon pratekan pada tiap
ujung suatu komponen struktur tidak boleh kurang dari 4db
untuk kawat untai (strand), atau 5dbuntuk kawat tunggal,
kecuali bahwa jika kuat tekan beton minimum pada saat
transfer prategang, fci, adalah 28 MPa, maka spasi sumbu-ke-
sumbu minimum dari strand haruslah 45 mm untuk strand
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Balok, kolom:
tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan
spiral……………………………………………… 40
Komponen struktur cangkang, pelat lipat:
batang D-19 dan yang lebih besar…………… 20
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir
W16 dan yang lebih kecil………………….. 15
2) Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses
pengawasan pabrik), tebal minimum selimut beton berikut harus
disediakan untuk tulangan:
3) Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
Panel dinding:
batang D-44 dan D-56 40
batang D-36 dan yang lebih kecil 20
Komponen struktur lainnya:
batang D-44 dan D-56 50
batang D-19 sampai D-36 40
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir W16 dan yang
lebih kecil 30
3) Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca
atau tanah:
Pelat, dinding, pelat berusuk:
batang D-44 dan D-56 30
batang D-36 dan yang lebih kecil 15
Balok, kolom:
tulangan utamadb (tetapi tidak kurang dari 15 dan tidak
perlu
lebih dari 40)pengikat, sengkang, lilitan spiral 10
Komponen cangkang, pelat lipat:
batang D-19 dan yang lebih besar 15
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir W16 dan
yang lebih kecil 10
4) Beton pratekan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2) Inti baja.
Penyaluran beban dalam struktur inti baja dari komponen struktur
tekan komposit harus dilakukan sebagai berikut:
a) Permukaan ujung komponen baja dari struktur inti baja harus
diratakan secara cermat untuk memungkinkan penyambungan inti
baja secara konsentrik, sehingga pertemuan tersebut mampu
berfungsi sebagai sambungan tumpu.
b) Pada sambungan tumpu tersebut di atas, gaya hanya dapat di
anggap efektif menyalurkan tidak lebih dari 50 persen gaya tekan
total yang bekerja pada komponen inti baja.
c) Penyaluran gaya antara alas kolom dan fondasi harus
direncanakan sesuai dengan ketentuan Butir Penyaluran gaya-
gaya pada dasar kolom, dinding, atau pedestal bertulang.
d) Penampang alas kolom struktur baja harus direncanakan mampu
menyalurkan beban total dari seluruh komponen struktur komposit
ke fondasi; atau, penampang alas tersebut boleh juga
direncanakan hanya untuk menyalurkan beban dari inti baja saja,
asalkan luas beton pada penampang komposit tersebut lebih dari
cukup untuk menyalurkan bagian dari beban total yang dipikul
oleh bagian beton bertulang ke fondasi sebagai gaya tekan pada
beton dan tulangan.
I. Sambungan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Ag fc'
ρ s = 0,45 − 1
Ac fy
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
disambung lewatkan. Kait tersebut harus tertanam di dalam inti beton yang
terkekang oleh tulangan spiral yang dimaksud..................................48db
b) Sambungan mekanis dan las penuh yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
h) Tulangan spiral harus menerus mulai dari puncak fondasi atau
pelat pada setiap tingkat bangunan hingga ketinggian dari
tulangan horizontal terendah dari komponen struktur yang
ditumpu di atasnya.
i) Di mana tidak terdapat balok atau konsol pendek yang menyatu
pada semua sisi kolom, sengkang ikat harus menerus mulai dari
atas pengakhiran spiral hingga batas bawah pelat atau penebalan
panel.
j) Pada kolom dengan kepala kolom, tulangan spiral harus
mencapai ketinggian di mana diameter atau lebar kepala kolom
adalah dua kali diameter atau lebar kolom tersebut
k) Spiral harus diikat dengan baik di tempatnya, dan betul-betul
terletak pada garisnya dengan menggunakan pengatur jarak
vertikal.
l) Untuk batang tulangan atau kawat spiral yang diameternya kurang
dari 16 mm, minimum dibutuhkan dua pengatur jarak untuk
diameter lingkaran spiral kurang dari 500 mm, tiga pengatur jarak
untuk diameter lingkaran spiral 500 sampai 800 mm, dan empat
pengatur jarak untuk diameter lingkaran spiral lebih dari 800 mm.
5) Sengkang.
Penulangan sengkang untuk komponen struktur tekan harus
memenuhi ketentuan berikut Gambar 4 :
a) Semua batang tulangan non-pratekan harus diikat dengan
sengkang dan sengkang ikat lateral, paling sedikit ukuran D-
10untuk tulangan longitudinal lebih kecil dari D-32, dan paling
tidak D-13 untuk tulangan D-36, D-44, D-56, dan bundel tulangan
longitudinal. Sebagai alternatif boleh juga digunakan kawat ulir
atau jaringan kawat las dengan luas penampang ekivalen.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
≤ 150
mm maksimum
135 derajat
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
a) Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki rasio luas
tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut,
tetapi tidak kurang dari 0,0014:
Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir mutu 300
0,0020
Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir atau jaring
kawat las (polos atau ulir) mutu 400 0,0018
Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh
melebihi 400 MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar
0,35% 0,0018x400/fy
b) Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih
dari lima kali tebal pelat, atau 500 mm.
c) Bila diperlukan, tulangan susut dan suhu pada semua penampang
harus mampu mengembangkan kuat leleh tarik fy sesuai dengan
ketentuan pada Butir penyaluran dan penyambungan tulangan.
3) Tendon pratekan sesuai butir tendon pratekan yang digunakan sebagai
tulangan susut dan suhu harus mengikuti ketentuan berikut:
a) Tendon harus diproporsikan untuk memberikan suatu tegangan
tekan rata-rata sebesar 1,0 MPa pada luas penampang beton
bruto dengan menggunakan pratekan efektif, setelah kehilangan
tegangan, sesuai dengan ketentuan butir kehilangan pratekan.
b) Spasi tendon tidak boleh lebih dari 2 m.
c) Bila spasi antar tendon lebih dari 1,4 m, di antara tendon-tendon
yang terletak pada tepi pelat harus disediakan tambahan tulangan
non-pratekan yang memenuhi butir tulangan ulir yang dipasang
sebagai tulagnn suhu dan susut yang dipasang pada daerah dari
tepi pelat sampai sejauh jarak spasi tendon.
4) Hal-hal berikut ini merupakan syarat minimum untuk konstruksi beton
cor setempat:
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan
elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan
menggunakan patok-patok. Apabila susunan batang ruji dan dudukannya
dibuat secara bagian demi bagian maka susunan tersebut harus
merupakan satu kesatuan.
C. Batang pengikat (Tie Bars)
Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi
spesifikasi untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan
berdiameter minimum 16 mm. Apabila digunakan batang pengikat dari jenis
baja lain, maka baja tersebut harus dapat dibengkokkan dan diluruskan
kembali tanpa mengalami kerusakan.
D. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan
organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang
dapat menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau
gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat
fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda uji dengan sikat kawat, tidak
memberikan nilai yang lebih kecil dari yang disyaratkan.
1) Persyaratan bahan
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a) Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk
tulangan dari kawat baja berulir;
b) Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c) Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81
dan AASHTO M 53-81.
2) Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan
adalah sebagai berikut :
a) Pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan,
tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman
batang baja; Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan
untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.
A. Sifat-sifat beton semen
Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki
kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaaan tanpa
terjadi segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria
kekuatan, keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan.
a) kadar air dan kandungan udara;
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja) untuk
mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara yang sesuai
dengan persyaratan.
b) mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap
dijaga.
c) bahan tambah (Admixtures);
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian
dan pengujian lapangan yang teliti.
d) kekesatan.
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.
B. Bahan beton semen
a) Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik
mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat
dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa
mengurangi mutu hasil pekerjaan.
b) Agregat
Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
b) ukuran maksimum agregat harus ≤ 1/3 tebal pelat atau ≤ ¾ jarak bersih
minimum antar tulangan.
Cara pengelolaan
agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila
bahan mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka
sebelum digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan
penyaringan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya
agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai
dan dijaga agar tidak membentuk kerucut
agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di
satukan
semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada
penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang
terpisah. Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai
kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi.
Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai
dengan SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai
lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup
untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
i. semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
ii. semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai
ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan
maksimum setinggi 10 zak semen
iii. tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa
iv. semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah
sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain
v. semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen
yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan
pengiriman
vi. apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan
maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen
tersebut memenuhi syarat
vii. pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0 C
Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak
perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari
sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai SK SNI S-
04-1989-F.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai
akurasi 2%.
Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
Bahan tambah (Admixtures)
Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :
i. kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau
ii. pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing),
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat dipercepat,
atau
iii. pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih
jauh
Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil
percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut :
a) SNI 03-2495 –1991 Bahan tambah untuk beton;
b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan gelembung
udara;
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan
yang digunakan dalam Beton Semen Portland;
d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.
Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada Tabel
5.8.
Tabel 5.8 Jenis dan kegunaan bahan tambah
No Jenis Kegunaan Maksud
1 Air Entrainment Kemudahan pengerjaan Memasukkan gelembung
kedap air dan keawetan. udara (0,03 -
0,08 mm) secara merata ke
dalam beton.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m –
1,50 m tergantung dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat,
penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket)
dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di
atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus
diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan
berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi
pengikatan akhir (final setting).
Pengecoran pada cuaca panas
Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila
temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 24 0 C, pencegahan
penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari,
dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan
mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur
agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton
harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan lebih dari 32 0
C.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan
menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir.
Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke
permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar
air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.
Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
a) metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara
digergaji sebelum retak susut terjadi.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
b) metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang.
Panel-panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor,
pengecorannya dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung
(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah
(hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan
gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan
penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus
dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil,
penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan
kapasitas alat pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan
tulangan harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan
dipadatkan dari atas.
Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda
untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan
pemadatan dengan getaran.
a) pemadatan dengan tangan (hand tamping);
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini
dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm 2 dengan panjang
sesuai lebar jalur yang dicor.
Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.9.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di
atas permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara
berulang-ulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus
dipakai untuk meratakan dan merapikan permukaan beton.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m 2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.11.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau
sinar matahari terhadap permukaan beton semen
kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan
udara baik cuaca panas maupun dingin
hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan
dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi
keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara
lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran
dan pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan
b) perlindungan terhadap hujan;
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan
bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.
c) perlindungan terhadap kerusakan permukaan.
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek,
dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang,
dan lain sebagainya.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan
mutu akhir beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton
harus dirawat.
Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar
resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-
base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus
disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m 2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat ≥ 12,5
cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit
setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan
lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera
diperbaiki.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat
dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak
memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat
permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum
beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum
lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus
dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian
rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran
penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang
cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton
setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih
berada pada tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton
dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus
dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal
7 hari.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
dengan batu bersudut, dan tidak boleh digunakan untuk dinding dengan
ketebalan kurang dari 40 cm.
Batu pasangan yang disimpan di lokasi proyek harus dijaga agar pada
saat akan dipasang berada dalam keadaan basah.
1. Adukan semen untuk perekat
Adukan semen untuk perekat pasangan batu harus terdiri dari
campuran semen Portland dan agregat/pasir halus yang sesuai
dengan persyaratan bahan. Tiga jenis adukan yang akan digunakan
sebagaimana tercantum dalam gambar maupun atas arahan Direksi
Pekerjaan, adalah seperti berikut :
- 1 bagian semen dengan 2 bagian agregat/pasir halus untuk
bangunan berkekuatan tinggi,
- 1 bagian semen dengan 3 bagian agregat/pasir halus untuk
pasangan batu yang terkena aliran air,
- 1 bagian semen dengan 4 bagian agregat/pasir halus untuk
pasangan batu pondasi dan bangunan yang tidak terkena
aliran air.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Jarak siar antar batu tidak boleh kurang dari 10 kilometer dan tidak
boleh lebih dari 50 milimeter dan tidak diperbolehkan adanya
permukaan batu yang bersentuhan langsung dengan batu lainnya.
Ukuran dan distribusi batu harus sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh penyediaan volume adukan semen yang sedikit mungkin.
Pemasangan batu harus dilakukan berselang-seling sehingga setiap titik
pertemuan batu memiliki arah vertikal dan horizontal. Harus dihindarkan
pula adanya bidang pertemuan batu yang lurus horizontal dan sambung
menyambung.
d. Sambungan Kontraksi dan Sambungan Sendi (Contraction
Joint dan False Joint)
1. Sambungan Kontraksi
Sambungan kontraksi harus dipasang pada dinding batu,
struktur penahanan dan pelapis saluran, sebagaimana
ditentukan dalam gambar atau yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan, atau pada interval tidak lebih dari 20 meter. Kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sambungan kontraksi
pada pasangan batu harus dibuat sebagaimana sambungan
kontraksi pada struktur beton, sebagaimana dalam bab
pekerjaan Beton pada Spesifikasi Teknis ini. Sambungan
kontraksi pada pasangan batu dan struktur penahan harus
berupa bidang vertikal atau tegak lurus terhadap arah aliran,
sejauh memungkinkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan kontraksi pada permukaan horizontal dan lantai
struktur batu harus tegak lurus dan/atau sejajar dengan dimensi
utama dari struktur atau dengan arah aliran sejauh
memungkinkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2. Sambungan Sendi
Sambungan sendi harus dipasang pada batu yang bukan
merupakan struktur penahan air sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar atau yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan sendi harus dipasang pada setiap bagian struktur
yang mengalami perubahan dimensi secara brsar atau secara
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
luar dinding pasangan harus dipasang batu yang telah dibentuk kotak
dan membentuk garis tepi sudut.
Distribusi jenis batu dan ukuran batu pada muka pasangan harus
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil permukaan pasangan batu
yang rapi, rata dan memiliki penanpilan seragam, tanpa adanya daerah
dengan permukaan batu-batu muka berukuran jauh lebih besar atau
jauh lebih kecil dari daerah-daerah lainnya, ataupun berbeda warna dan
teksturnya.
Pada pekerjaan-pekerjaan khusus yang ditunjukkan oleh Gambar atau
Direksi Pekerjaan, muka pasangan batu harus dibuat dari batu segi
enam atau dari batu candi.
Pasangan batu muka harus sedemikian supa sehingga penaikan-nya
bersamaan dengan penaikan batu belakang sehingga batu header
dapat dipasang dengan baik dan menghasilkan sambungan adukan
semen antara pasangan batu muka dan batu belakang yang baik dan
kuat.
Semua batu yang terbuka harus diberikan siar muka pasangan.
Sebelum pemberian siar muka pasangan (pointing), adukan semen
pada sambungan batu harus dikorek sedalam 30 milimeter atau
potongan (chiselled out) pada sambungan lamanya, kemudian
sambungan itu harus dibersihkan dari pasir dengan sikat kawat hingga
bersih, kemudian adukan semen dibasahkan.
Pasangan siar muka pasangan dapat berupa :
Siar muka pasangan cekung : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen hingga kedalaman kurang lebih 10 milimeter
ke arah dalam dari permukaan batu muka,
Siar muka pasangan rata : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen rata dengan permukaan batu muka,
Siar muka pasangan cembung : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen kurang lebih 10 milimeter ke arah luar
permukaan batu muka.
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
dan terlarut oleh hujan harus diambil kembali dan diganti sebelum
pekerjaan diteruskan.
Para pekerja, peralatan konstruksi, atau lalu lintas konstruksi tidak
diperbolehkan melintasi pasangan batu sebelum terpasang dengan
sempurna dan telah mencapai kekuatan penuhnya, dan jika ada
pasangan batu yang rusak akibat hal tersebut di atas, harus
dibongkar dan diganti sebagai tanggungan Kontraktor Pelaksana.
Pasangan batu harus dilindungi dari sinar matahari dan harus dijaga
agar selalu dalam keadaan basah selama kurang lebih tiga (3) hari
atau selama waktu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, setelah
pekerjaan pasangan batu selesai.
B. Bahan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Bahan untuk pekerjaan tanah umum berasal dari hasil galian dari
berbagai bagian pekerjaan permanen, tempat pengambilan tanah
(borrow area), tanah residual, endapan aluvium dan koluvium, atau
kombinasinya.
Klasifikasi tingkat pelapukan batuan dan klasifikasi penggalian yang
dipakai dalam Bab ini harus mengikuti klasifikasi yang berlaku dalam
Spesifikasi Teknis ini.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Penyiapan Pondasi
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
tanah yang telah dipadatkan temyata tidak masuk dalam kisaran yang
ditentukan, Direksi Pekerjaan akan memerintahkan Kontraktor
Pelaksana membongkar bahan tersebut, atau mengolahnya kembali
sedemikian rupa sehingga kandungan air dan kepadatannya mencapai
syarat-syarat yang yang ditentukan yang dibuktikan dengan
serangkaian pengujian.
D. Penempatan
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E. Pemadatan Tanah
Apabila digunakan lebih dari satu alat pemadat, maka alat pemadat
yang dipakai harus sejenis dengan berat, dimensi dan ciri operasi yang
sarna.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Setelah tanah yang kadar airnya telah diperiksa mendekati OMC sesuai
dengan persyaratan dihampar dengan ketebalan 30 cm, tanah
dipadatkan dengan alat pemadat sheepfoot roller tanpa digetarkan.
Dengan banyak lintasan 2 x, 4 x, 6 x, 8 x, dan 10 kali, dilakukan
pengujian.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Bahan timbunan harus dari jenis, dan dengan permukaan dan dimensi
seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan berikut.
B. Bahan-bahan
Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan berikut, kecuali apabila
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan :
1. Timbunan Acak
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Lantai kerja dari pecahan batu dan pasir digunakan di bangunan atau
pekerjaan dimana aliran air-tanah akibat rembesan dan/atau drainase
bisa diabaikan.
Lantai kerja filter kasar dan halus dipasang di bawah bangunan air atau
pekerjaan drainase atau pekerjaan lain di atas urugan tanah atau
batuan lapuk yang perlu drainase, dan dimana aliran air-tanah akibat
rembesan dan/atau drainase diperkirakan cukup besar sehingga ada
potensi erosi dan kehilangan butiran halus dari bahan pondasi atau
urugan.
Bahan lantai kerja harus dari jenis dan dipasang dan dipadatkan
menurut garis, permukaan, elevasi dan dimensi yang ditunjukkan dalam
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Bahan-Bahan
Bahan-bahan lantai kerja harus terdiri atas campuran kerikil dan pasir
atau pecahan batu bergradasi baik yang bebas dari bahan organik,
lempung atau bahan merusak lainnya.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Lantai kerja filter halus terdiri atas pasir atau pecahan batu dari
mesin pemecah batu dengan ketentuan berikut :
Ukuran butir maksimum 5 mm,
Bagian yang lolos Saringan No. 16 (1,19 mm) tidak kurang dari
60% sampai 100%,
Bagian yang lolos Saringan No. 50 (0,3 mm) tidak kurang dari
20% dan tidak lebih dari 65%,
Bagian yang lolos Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih dari
20%.
Bahan lantai kerja harus dipadatkan dengan alat yang sesuai dengan
kondisi tempatnya. Jenis alat yang digunakan harus mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
X1.85=2.0
d2 = 0.282
H Hd0.85 Y
Hd
d1 = 0.175 Koordinat
d
Hd X
R2 = 0.2
R1 = 0.5 Hd
Hd Y
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Namun demikian hasil analisis di atas perlu dikontrol dengan kondisi debit
banjir abnormal (QPMF) yang mungkin terjadi. Bila terjadi Q PMF tidak
diperkenankan terjadi over topping, namun bila ini terjadi, maka perlu
dipertimbangkan dimensi pelimpah yang lebih memadai.
Beberapa kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan bangunan pelimpah
adalah :
- Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah
Pada prinsipnya penelusuran banjir pada Bendungan didasarkan pada
persamaan kontinuitas sebagai berikut :
ds / dt = I–O
Bila dinyatakan dalam finite interval waktu :
St-1-St = (1/2)*(It + It+1)*∆t - (1/2)*(Ot - Ot-1)*∆t
atau dengan,
I t + I t +1 S t Ot S t +1 Ot +1
+ = +
2 ∆t 2 ∆t 2
It = Aliran masuk waduk pada permulaan waktu ∆t
It+1 = Aliran masuk waduk pada akhir waktu ∆t
Ot = Aliran keluar dari waduk pada permulaan waktu ∆t
Ot+1 = Aliran keluar dari waduk pada akhir waktu ∆t
St+1 = Tampungan waduk pada akhir waktu ∆t
Persamaan di atas dikembangkan oleh L.G. Puls dari US Army Corps of
Engineers.
Persamaan Outflow melalui pelimpah bebas, dirumuskan sebagai berikut:
Q = C * B * H3/2
dengan :
C = Koefisien limpahan (1,7 ~ 2,2 m1/2/det)
B = Lebar efektif pelimpah
= L’ - 2*(n*Kp + Ka)*H
L’ = Lebar kotor mercu pelimpah
N = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pada pilar
Ka = Koefisien kontraksi pada dinding samping
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
B. Saluran Pengarah
Saluran pengarah aliran berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar
aliran tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolik yang baik. Pada saluran
pengarah aliran ini, kecepatan masuknya aliran air supaya tidak melebihi 4
m/detik dan lebar saluran makin mengecil ke arah hilir. Apabila kecepatan
tersebut melebihi 4 m/detik, maka aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas
pengalirannya akan menurun. Di samping itu aliran helisoidal tersebut akan
meningkatkan beban hidrodinamis pada bangunan pelimpah.
Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari
1/5 x tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah. Selain
didasarkan pada kedua persyaratan tersebut, bentuk dan dimensi saluran
pengarah aliran biasanya disesuaikan dengan kondisi topografi setempat
serta dengan persyaratan aliran hidrolis yang baik.
Persyaratan hidrolik pada saluran pengarah adalah :
P ≥ H/5
V ≤ 4m/det
dengan :
H = tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah (m)
P = kedalaman dasar saluran pengarah aliran (m)
V = kecepatan masuknya aliran air (m/det)
Agar terbentuk aliran yang tenang dengan fluktuasi muka air kecil, angka
froudenya ≤ 0,40.
C. Saluran Transisi
Rencana teknis saluran transisi tersebut didasarkan pada perhitungan-
perhitungan hidrolika, untuk memperoleh profil muka air pada saluran tersebut
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
maka akan ditinjau debit-debit tertentu yaitu debit banjir rencana Q 1000 dan
QPMF sebagai kontrol. Metode analisis untuk menggambarkan profil muka air
pada saluran tersebut didasarkan pada persamaan Energi Spesifik. Saluran
transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan disalurkan tidak
menimbulkan air balik (back water) di bagian hilir saluran samping dan
memberikan kondisi yang paling menguntungkan, baik pada aliran di dalam
saluran transisi tersebut maupun pada aliran permukaan yang akan menuju
saluran peluncur.
Untuk menjaga agar air dari saluran transisi yang akan mengalir ke saluran
peluncur dalam kondisi hidraulik yang baik, maka pada hilir saluran transisi
direncanakan terjadi aliran kritis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan kondisi aliran yang baik pada saluran peluncur maka di bagian
akhir dari saluran transisi ditempatkan suatu konstruksi pelimpah (sill) sebagai
kontrol hidraulik seperti pada Gambar 5.15. di bawah ini.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
q2
yc = 3 α
g
dengan :
y1 = kedalaman aliran masuk ke dalam saluran transisi (m)
y2 = kedalaman aliran pada hilir saluran transisi (m)
v1 = kecepatan aliran masuk ke dalam saluran transisi (m/dt)
v2 = kecepatan aliran pada hilir saluran transisi (m/dt)
α = koefisien aliran (Coriolis)
z = ketinggian dasar saluran terhadap garis datum (m)
2
L.n 2 v rerata
hf = 4
R rerata 3
D. Saluran Peluncur
Saluran peluncur ini diusahakan memiliki trase yang lurus. Perhitungan profil
muka air pada saluran peluncur ini pada dasarnya sama dengan perhitungan
pada saluran transisi, hanya saja dalam hal ini kehilangan tinggi tekan akibat
turbulensi diabaikan mengingat bentuk salurannya yang prismatis.
Dalam merencanakan saluran peluncur harus memenuhi persyaratan berikut
(Suyono S., 1989 : 205) :
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir dengan lancar tanpa
hambatan-hambatan hidraulik
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil dalam menampung
semua beban yang timbul
Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin.
1. Profil Muka Air Saluran Peluncur
Dalam kajian ini perhitungan garis permukaan aliran di dalam saluran
peluncur digunakan persamaan-persamaan sebagai berikut (Suyono
Sosrodarsono, 1989:208) :
2 2
v v
z 1 + y1 + α 1 = z 2 + y 2 + α 2 + h f H = el. dasar saluran + y + hv
2g 2g
2
n 2 v rerata
hf = 4
× ∆L
R rerata 3
dengan :
y1 = kedalaman air pada potongan 1 (m)
y2 = kedalaman air pada potongan 2 (m)
z = tinggi dasar saluran dari garis persamaan (m)
v1 = kecepatan aliran pada potongan 1 (m/dt)
v2 = kecepatan aliran pada potongan 2 (m/dt)
∆L = jarak horisontal pada titik yang ditinjau (m)
θ = sudut kemiringan dasar saluran
hf = kehilangan tinggi tekan (m)
he = perbedaan elevasi muka air potongan 1 dan 2
n = koefisien kekasaran Manning
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E. Peredam Energi
Sebelum aliran air yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan ke dalam
sungai, maka aliran dengan kecepatan yang tinggi dalam kondisi superkritis
tersebut harus diperlambat dan dirubah pada kondisi aliran sub kritis. Hal ini
untuk mengurangi besarnya energi gerusan yang tinggi dalam aliran tersebut
hingga mencapai tingkat yang normal, sehingga aliran tersebut tidak
membahayakan kestabilan alur sungai. Untuk mengurangi energi tersebut,
maka di ujung hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan yang
disebut peredam energi pencegah gerusan.
Berdasarkan dengan tipe Bendungan urugan dan kondisi topografi serta sistim
kerjanya maka peredam energi mempunyai berbagai tipe, antara lain :
Tipe Loncatan
Peredam energi loncatan biasanya dibuat untuk sungai-sungai yang
dangkal (dengan kedalaman yang lebih kecil dibandingkan kedalaman
loncatan hidrolis aliran di ujung udik peredam energi). Tetapi tipe ini hanya
cocok untuk sungai dengan dasar alur yang kokoh.
Tipe Kolam Olakan (Stilling Basin)
Secara umum tipe kolam olakan dibedakan menjadi 3 tipe utama :
1. Kolam olakan datar
2. Kolam olakan miring ke hilir
3. Kolam olakan miring ke hulu
Akan tetapi yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan datar.
Selanjutnya kolam olakan datar dibedakan menjadi 4 macam, yang
dibedakan oleh rezim hidrolika alirannya dan kondisi konstruksinya.
a. Kolam Olakan Datar Tipe I
Tipe ini digunakan untuk debit yang kecil dengan kapasitas peredaman
energi yang kecil pula dan kolam olakannya berdimensi kecil. Tipe ini
biasanya dibangun untuk suatu kondisi yang tidak memungkinkan
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
dapa dasar kolam olakan. Kolam olakan tipe ini biasanya untuk
bangunan pelimpah pada Bendungan urugan yang rendah.
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1. Rumus Aliran
Untuk merencanakan desain saluran pengelak, saluran tailrace, peluncur
maupun bangunan pelengkap lainnya perlu diketahui nilai debit yang
direncanakan akan melewatinya. Adapun persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Persamaan Manning dan Strikcler :
V = 1/n . R2/3 . I1/2 atau V = K . R2/3 . I1/2
Q = A.V
dimana :
V = kecepatan (m/detiik)
R = radius hidrolik = A/P (m)
P = perimeter basah (m)
I = kemiringan saluran/sungai
A = luas basah (m2)
Q = debit (m3/detik)
n = koefisien kekasaran Manning
k = koefisien kekasaran Strickler
2. Koefisien Kekasaran
Nilai koefisien kekasaran dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.9. Koefisien Kekasaran
Koefisien Kekasaran
Material
N k
Pasangan Beton 0.014 70
Pasangan Tanah 0.022 – 0.028 35 – 40
Pasangan batu bata 0.017 60
Sungai 0.045 22
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
f = 2 g n2
R1/2
dimana :
hf = kehilangan karena gesekan (m)
f = koefisien gesekan
g = kecepatan gravitasi ( = 9.81 m/detik2)
L = panjang (m)
V = kecepatan (m/detik)
I = kemiringan hidrolis
R = radius hidrolis (m)
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
1
Ke = −1
C 2
dimana,
Dokumen Usulan Teknis
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
3. Kehilangan di belokan
Vb 2 a1 V 12
hb = Kb 2 g = Kb 2
ae 2 g
dimana,
Kb : koefisien kehilangan di belokan
ab+a1 : luas aliran pada belokan (m2)
Ve+V1 : Kecepatan aliran secara berurutan yang melewati belokan
(m/det)
4. Kehilangan friksi
a. Section Bulat
f *L V2
hf = *
D 2g
124,5n 2
f=
D4 / 3
dimana,
hf : koefisien gesek
n : koefisien kekasaran manning (untuk beton dapat dipakai n
= 0,008 samapai 0,014)
D : diameter pipa (m)
V : kecepatan rata-rata yang melewati section (m/det)
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
f '*L V 2
hf = *
R 2g
2 gn 2
f ‘=
D4 / 3
BH + 0,5πr
R=
B + 2 H + πr
dimana,
hf : Koefisien gesek
n : Koef kekasaran manning (untuk beton dapat dipakai n =
0,008 sampai 0,014)
R : Radius hidraulik pada saluran (m)
H : Tinggi sisi vertikal saluran (m)
B : Lebar saluran (m)
R : Radius tapak saluran (m)
V : Kecepatan rata-rata (m/det)
5. Kehilangan friksi
V 12 V 22
hex = Kex * −
2g 2g
dimana,
Kex : Koef kehilangan perluasan
V1 : Kecepatan perluasan pada upstream (m/det)
V2 : Kecepatan perluasan pada downstream (m/det)
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 173
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 174
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 175
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 176
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 177
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 178
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 179
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 180
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 181
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
d. Pengawasan Administrasi
Pengawasan administrasi yang akan dilakukan antara lain
Semua data lapangan tersebut disimpan oleh Konsultan Supervisi dan
dikirimkan secara berkala kepada Pemimpin Satuan Kerja.
Setiap bulan Konsultan Supervisi memeriksa surat penagihan dari
Kontraktor Pelaksana untuk pembayaran dan apabila tidak sesuai
dengan data yang akan disampaikan kepada Pemimpin Satuan Kerja
untuk ditinjau kernbali, selanjutnya Pemimpin Satuan Kerja akan
memproses pembayaran kepada Kontraktor Pelaksana.
Apabila selama pelaksanaan proyek terdapat hal-hal yang menurut
pertimbangan Pemimpin Proyek perlu diubah atau disesuaikan, maka
Konsultan Supervisi akan mengevaluasi perubahan tersebut dan
mengusulkan ke Pemimpin Satuan Kerja.
Pembuatan Dokumen Perubahan (Change Order) untuk disetujui oleh
Pemimpin Satuan Kerja dan Kontraktor Pelaksana.
E - 182
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 183
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 184
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 185
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 186
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 187
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dengan dipimpin oleh Team Leader, pada tahapan ini tenaga ahli dari
Konsultan Supervisi yang akan banyak berperan dalam pengawasan
pekerjaan seperti tersebut di atas adalah TA Geologi, TA Geodesi, TA
Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, Pengawas dan TA Lingkungan.
B. Pekerjaan Cofferdam
E - 188
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 189
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 190
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
D. Pekerjaan Intake
Pekerjaan ini pada dasarnya adalah gabungan dari dua konstruksi yaitu
Bangunan Sadap dan Rumah Katup. Pada Bangunan Sadap memakai
konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K-225. Penyadapan
disalurkan dengan pipa baja dia. 1,5 m. Untuk antisipasi pembuangan
udara yang terjebak pada saat setelah diadakan concrete plugging pada
bagin hulu, dipasang pipa aerasi dia. 4” . Bangunan Sadap ini dilengkapi
E - 191
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E. Pekerjaan Bendungan
E.1 Pekerjaan Perbaikan Pondasi
Untuk pekerjaan perbaikan pondasi dari Bendungan Pidekso ini
direncanakan akan memakai dua cara, yaitu :
1. Dental Concrete
E - 192
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 193
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
2. Grouting/Sementasi
Pelaksanaan grouting atau sementasi akan dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu sementasi tirai (curtain grouting) dan sementasi selimut
(blanket grouting). Jika dirasa dalam pelaksanaan diperlukan
tambahan, maka akan dilaksanakan juga sementasi sub-tirai (sub
curtain grouting).
Untuk curtain grouting akan dilaksanakan dengan ketentuan
kedalaman L = 15 ~ 30 m, jarak @ 1,5 m, untuk sub curtain grouting
dengan kedalaman L = 10 m, jarak @ 1,5 m dan untuk blaket
grouting dengan kedalaman L = 5 m dan jarak @ 1,5 m. Setelah
dilaksanakan grouting, permukaan pondasi akan diberi capping
beton dengan mutu K-125. Pelaksanaan grouting ini dilaksanakan
pada lokasi di as bendungan sepanjang pondasi tubuh bendungan di
bawah zona-1.
E - 194
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 195
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 196
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Zona-3 Transisi
Zona-4 Urugan Random Tanah dari Borrow Area
Zona-4R Urugan Random Tanah dari hasil galian
Zona-5 Rip-rap
Sebelum dilaksanakan timbunan untuk zona-1, permukaan pondasi
harus dibersihkan dari semua kotoran yang ada. Pembersihan dengan
menggunakan air dan angin (water jet pump) adalah sangat
direkomendasikan untuk lokasi ini. Seterlah lokasi bersih, maka langkah
pertama adalah permukaan pondasi disiram slurry yang berfungsi
sebagai pengikat atau ”lem” antara material inti contact clay dengan
permukaan pondasi batuan yang ada.
Slurry ini adalah terbuat dari semen, tanah liat (clay) pilihan dan air
dengan kekentalan secukupnya. Contact slay ditempatkan pada
permukaan pondasi yang telah diberi slurry dengan cara dipukul-pukul
memakai palu kayu agar bisa mengisi semua celah-celah dari
permukaan pondasi. Ketebalan dari contact clay tidak lebih dari 15-20
cm saja. Setelah material contact clay merata di seluruh pondasi, maka
timbunan untuk zona-1 bisa dilanjutkan dengan ketebalan sekitar 30 ~
50 cm per lapisan timbunannya.
Untuk timbunan filter (zona-2) pelaksanaannya harus lebih tinggi dari
progres timbunan material zona-1. Hal ini dilakukan untuk melindungi
timbunan material inti (zona-1), utamanya pada saat terjadi hujan.
Pelaksanaan timbunan material zona-2 ini dilakukan dengan cara
menghamparkan material tersebut dengan bantuan Dozer atau
Excavator. Pemadatan dilakukan dengan memakai Roller compactor.
Untuk timbunan zona-4 cara pelaksanaannya dilakukan dengan
bantuan Dozer untuk meratakan tersebar ke semua area
peruntukannya. Pemadatan dilakukan dengan Roller Compactor.
Jumlah lintasan tergantung dari hasil trail embankment yang ada.
Untuk penimbunan transisi dan rip-rap pelaksanaannya dilakukan
dengan bantuan Excavator dan dibantu dengan tenaga manusia.
E - 197
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 198
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Foto 12. Material inti/special contact clay ditimbunkan di atas slurry dan
dibantu dengan cara dipukul-pukul memakai palu kayu.
E - 199
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 200
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 201
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 202
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
PERSIAPAN LOKASI
SCREEN
FILTER PLANT AREA
Uji Lapangan
( Lokasi Uji Timbunan )
LAB TEST
LAB SITE
Persiapan Lokasi :
Persiapan lokasi adalah persiapan tempat percobaan sehingga lokasi
layak dipakai untuk uji lapangan. Biasanya pekerjaan persiapan meliputi
pembersihan (cleaning, striping dan leveling), pemadatan kembali (re-
E - 203
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Pengolahan Material :
Yaitu suatu proses penyediaan material (di area tempat pengambilan)
sedemikian rupa sehingga material siap dipakai untuk uji lapangan.
Pengolahan material secara umum dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Pengolahan material untuk Zone 1 (Soil)
2. Pengolahan material untuk Filter Zone (Gravel)
3. Pengolahan material untuk Rock Zone (Rock)
1. Zone 1 :
Pekerjaan pengolahan zone 1 meliputi :
Pengupasan (striping) dengan Bulldozer setebal ± 30 cm
Pencampuran dan penyeleksian material “Over Size” dengan
Bulldozer, Excavator & tenaga manusia.
2. Filter Zone :
Pekerjaan pengolahan material filter zone meliputi :
Penggalian material di “River Deposit” (General Borrow Area)
Memisahkan material “Over Size” dengan “Grizzly”
Memisahkan material sesuai dengan fraksinya dengan “Screen
Plant”
E - 204
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
3. Rock Zone:
Pekerjaan pengolahan untuk rock zone meliputi :
Pengupasan (sampai dengan permukaan batu)
Blasting (Trial Blasting)
Memisahkan material berdiameter diatas 1 m.
Filter Zone :
Dibuat limas terpancung.
Dibuat drainage.
Menempatkan material bergradasi besar ke kecil dari bawah ke atas.
E - 205
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 206
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
γt WC γd CD Κ S
Item Keterangan
3 3
(t/m ) (%) (t/m ) (%) (cm/det) (cm) (%)
-6
1 1.772 36.72 1.296 96.72 3,20 x 10 4.0 13 Standart Laborat
-6 3
4 Pass 2 1.777 36.82 1.299 96.94 3,06 x 10 5.7 19 γd = 1.340 t/m
3 1.754 36.92 1.280 95.52 5.7 19 OMC = 36.0 %
-6 -6
Rata-Rata 1.768 36.82 1.292 96.39 3,13 x 10 5.13 17 % K = 4.0 x 10 cm/det
-6
1 1.800 36.77 1.316 98.21 2,68 x 10 5.6 19 Compactor :
-6
6 Pass 2 1.813 36.79 1.325 98.88 2,15 x 10 6.6 22 - Pad Foot double drum
3 1.817 36.83 1.328 99.10 7.4 25 - Berat ~ 22 ton
-6
Rata-Rata 1.810 36.80 1.323 98.73 2,41 x 10 6.53 22 % - Tebal layer 30 cm sebelum dikompak
-6
1 1.800 36.85 1.328 99.10 1,92 x 10 10.8 36 - Lintasan yang direkomendasikan = 6 Pass
-6
8 Pass 2 1.817 36.78 1.316 98.21 2,08 x 10 10.7 36
3 1.812 36.70 1.325 98.89 9.5 32
-6
Rata-Rata 1.810 36.78 1.323 98.73 2,36 x 10 10.33 34%
E - 207
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
MAIN DAM
Rangkuman Hasil Trial Embankment Zone 2 dan Zone 3
Zone 2 γt WC γd ef DR K S
Keterangan
(t/m3) (%) (t/m3) (%) (cm/det) (cm)
-3
Pass 4 1 2.237 10.50 2.024 0.253 98.43 2.03 x 10 8.20 Yang direkomen-
-3
Ok 2 2.235 10.70 2.019 0.256 96.86 2.91 x 10 dasikan.
3 2.230 11.00 2.009 0.262 93.72
standard test laboratorium
= 2.029 t/m3
-4
Pass 6 1 2.248 10.22 2.040 0.243 103.66 8.37 x 10 9.40 γd max
2 2.238 9.94 2.036 0.245 102.61 γd min = 1.760 t/m3
3 2.229 9.98 2.027 0.251 99.48 Gs = 2.536
e. max = 0.441
-4
Pass 8 1 2.251 9.87 2.049 0.238 106.20 7.37 x 10 11.00 e. min = 0.250
2 2.24 9.89 2.038 0.244 103.14 e max-e min = 0.191
3 2.227 9.60 2.032 0.248 101.05
Zone 3 γt WC γd ef DR K S
Keterangan
(t/m3) (%) (t/m3) (%) (cm/det) (cm)
-3
Pass 4 1 2.308 8.90 2.119 0.216 92.41 7.88 x 10 7.10 Yang direkomen-
Ok 2 2.286 9.00 2.097 0.228 90.59 dasikan.
3 2.257 8.85 2.073 0.243 88.31
-3
Pass 6 1 2.347 9.00 2.135 0.196 95.45 4.73 x 10 9.40 standard test laboratorium
2 2.340 9.09 2.126 0.211 93.17 γd max = 2.306 t/m3
3 2.300 9.05 2.109 0.221 91.65 γd min = 1.950 t/m3
Gs = 2.576
-3
Pass 8 1 2.400 8.29 2.214 0.163 100.45 4.86 x 10 10.20 e. max = 0.321
2 2.370 8.21 2.190 0.176 98.48 e. min = 0.112
3 2.338 8.10 2.162 0.191 96.21 e max-e min = 0.209
Catatan :
- Tebal Layer ± 70 cm sebelum dikompak
- Kompaktor : Vibration Smoot Drum Roller
: Berat Alat ± 10 ton
: Lebar Drum Roller ± 2.18 m
E - 208
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
105
100
98.7
98.7
(%
D
C
96.4
)
95
jtK
n
d
p D
ra
e
90
4 6 8
Lintasan I Passing
15
10 10.3
6.5
mS
5
(c
)
5.1
tlm
n S
e
0
4 6 8
Lintasan I Passing
1.E-05 4 6 8
3.13E-06
2.41E-06
2.36E-06
1.E-06
e
t)m
/d K
.(c
rm
b
ilty
a K
f.P
o
e
1.E-07
Lintasan I Passing
E - 209
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 210
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 211
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
7 5 - - 1250 - - - -
(1)
PEKERJAAN GROUTING
SELESAI
YA
(2)
DEWATERING
(JIKA DIPERLUKAN)
YA
(3)
CIPPING AND CLEANING
( hanya untuk Zone 1)
E - 212
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
YA
(4)
MARKING
YA
TIDAK (5)
FOUNDATION
CHECK
YA
MOISTENING (6)
(7)
EMBANKMENT START
E - 213
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
G Konsltn Supervisi,
Check Ketebalan Lapisan (To be Name)
Embankment
Section
H Konsltn Supervisi,
Check Jumlah Lintasan (To be Name)
E - 214
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
K
TEST LAPANGAN
Name
Laboratory
dan
Earth Section
Tidak
L Pekerjaan Timbunan
Berhenti Untuk Sementara
N Visual Check
To be Name
Tidak Ya
P O
RE-COMPACTION
RE-COMPACTION
AA
BB
E - 215
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 216
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
tekanan uplift. Pada tebing dari galian pelimpah ini akan dipasang
anchor bar dengan dia. 25 mm dan shotcrete setebal 5 cm dengan
diberi tulangan waremesh untuk perkuatan tebing yang ada.
E - 217
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Foto 20. Tenaga Ahli Geologi akan selalu melakukan inspeksi pada
kondisi bantuan sebelum dilakukan tahapan selanjutnya. Akan
dilakukan mapping geologi untuk setiap lokasi.
Foto 21. Inspeksi pemasangan anchor bar pada tebing dari Spillway.
E - 218
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 219
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Foto 23. Pengeboran pondasi untuk pasang ancor bar untuk slab.
E - 220
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Foto 25. Joint inspection pada lokasi yang akan dilakukan pengecoran.
E - 221
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 222
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 223
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 224
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Foto 30. Diskusi dan inspeksi di lapangan akan sering dilakukan oleh
para tenaga ahli dari Konsultan Supervisi PT. Wahana Krida
Konsulindo.
E - 225
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 226
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Foto 33. Inspeksi dari peralatan elektrikal yang ada di Rumah Katup
akan dilakukan oleh M&E Engineer.
E - 227
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 228
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 229
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 230
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 231
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 232
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 233
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 234
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 235
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 236
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 237
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
7. Form-form Pengawasan
Form-form pengawasan..........................
E - 238
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 239
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 240
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
E - 241
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja