Anda di halaman 1dari 244

Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

BAGIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN

E
PROGRAM KERJA
Pendekatan metodologi ini merupakan program kerja Konsultan Supervisi dalam rangka
melakukan apresiasi dalam pelaksanaan kegiatan nanti. Pendekatan teknis, metodologi dan
program kerja adalah kriteria pokok dari Penawaran Teknis. Yang disampaikan dalam
metodologi ini adalah Pendekatan Teknis dan Metodologi, Program Kerja, dan Organisasi
dan Personil.

E.1. PENDEKATAN TEKNIS


5.1. UMUM
Pekerjaan Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri,
secara umum dilakukan untuk menjamin agar penyelesaian pembangunan
Bendungan Pidekso ini selesai tepat pada waktunya, sesuai dengan mutu yang
disyaratkan, serta tidak menyimpang dari spesifikasi yang telah ditetapkan.
Pekerjaan pembangunan Bendungan Pidekso meliputi pembangunan:
a. Pemindahan Jalan
b. Bangunan Pengelak
c. Bendungan Pengelak (Cofferdam)
d. Tubuh Bendungan Utama
e. Pemasangan Instrumentasi
f. Bangunan Pelimpah
g. Bangunan Pengambilan/Menara Sadap

Dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan yang relatif singkat maka


agar pekerjaan ini dapat disetesaikan dengan tepat waktu serta dengan mutu
yang dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan personil pelaksana yang
sudah berpengalaman dalam bidang supervisi konstruksi bendungan.
Dalam bab ini akan diuraikan usulan metode pendekatan pelaksanaan
pekerjaan Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri,
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan Konsultan Supervisi dalam
menangani proyek-proyek sejenis.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.2. PENTINGNYA KETERLIBATAN KONSULTAN SUPERVISI INDONESIA


UNTUK KOMPETENSI BIDANG WADUK
Di Indonesia, pembangunan waduk/bendungan sudah dilaksanakan dalam
beberapa dekade terakhir, baik itu bendungan kecil, menengah sampai dengan
bendungan besar dengan tingkat kesulitan yang cukup besar.
Pada hampir semua bendungan menengah sampai besar yang sudah
dilaksanakan di Indonesia, umumnya pelaksanaan supervisi pembangunan
bendungan dilakukan dengan Konsultan Supervisi utama dari Konsultan Supervisi
asing dengan pendamping Konsultan Supervisi lokal dengan kemampuan yang
bisa dibilang setara, disertai dengan alih/transfer pengetahuan selama proses
konstruksi berlangsung.
Dengan makin maraknya kompetensi keahlian, dimana keahlian,
kompetensi dan kemampuan tenaga Konsultan Supervisi Indonesia dan tenaga
Konsultan Supervisi asing sudah setara, maka sudah saatnya pelaksanaan
Pembangunan Bendungan Pidekso ini diserahkan kepada putera-putera terbaik
Indonesia yang sudah mempunyai kompetensi, kemampuan dan keahlian yang
cukup memadai, sehingga tenaga-tenaga Konsultan Supervisi Indonesia akan
bisa lebih berkibar dan bisa lebih bersaing di dunia konstruksi internasional

5.3. PENDEKATAN OPERASIONAL


Untuk pelaksanaan pekerjaan Supervisi Lanjutan Pembangunan
Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri ini PT. WAHANA KRIDA KONSULINDO dan
akan melibatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
proyek perencanaan dan pelaksanaan bendungan, sesuai dengan ketetapan
personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk mempertancar tugas, pelaksanaan
pekerjaan akan didukung oleh fasilitas penunjang berupa peralatan yang
memadai dan sistem kerja yang seefisien mungkin.

5.3.1. Pemanfaatan Pengalaman Pekerjaan Sejenis


PT. WAHANA KRIDA KONSULINDO telah berpengalaman cukup dalam
proyek waduk/bendungan di Indonesia, baik untuk skala kecil, sedang maupun
besar, untuk berbagai tahapan proyek sejak dari studi kelayakan, detail desain
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

sampai dengan pengawasan konstruksi. Uraian detail atas pengalaman


perusahaan dalam pekerjaan yang sejenis dengan proyek pembangunan
Bendungan Pidekso ini dapat dilihat pada Bab B – Daftar Pengalaman Kerja
Sejenis.
Akumulasi pengalaman para Konsultan Supervisi nasional ini, sangat
bermanfaat dalam penyusunan strategi pendekatan dan metodologi penanganan
Pekerjaan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Bendungan Pidekso.
Pengendalian pekerjaan akan dapat berjalan dengan lancar karena konsep
pengendalian, metode kerja, konsep alur koordinasi, dan format-format
pengendalian setiap tahapan pekerjaan, telah dimiliki oleh Konsultan Supervisi
berdasarkan akumulasi pengalaman tersebut, seperti akan diuraikan dalam
subbab-subbab berikut.

5.3.2. Koordinasi
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, PT. WAHANA KRIDA KONSULINDO
akan selalu berhubungan dengan Direksi Pekerjaan Pekerjaan, Direksi Pekerjaan
Lapangan dan Kontraktor Pelaksana sebagai Pelaksana Pekerjaan Konstruksi.
Kordinasi dengan pihak-pihak yang terkait akan sangat diperlukan demi
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, mulai dari tahap Pra Konstruksi, Pelaksanaan
Konstruksi maupun Pasca Konstruksi.

5.3.3. Tenaga Ahli yang sesuai


Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam pekerjaan Supervisi
Pembangunan Bendungan Pidekso. Agar diperoleh hasil kerja yang baik PT.
WAHANA KRIDA KONSULINDO akan menempatkan tenaga ahli dari berbagai
disiplin ilmu sesuai dengan kerangka acuan kerja dan yang sudah berpengalaman
dalam menangani proyek-proyek bendungan yang sejenis. Untuk menangani
pekerjaan ini PT. WAHANA KRIDA KONSULINDO memilih tenaga ahli yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang
tugasnya,
 mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya,
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 mempunyai latar belakang pengalaman kerja bidang bendunganan,


 bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Tenaga Ahli
yang akan ditugaskan untuk menangani proyek ini akan dipimpin oleh seorang
Pimpinan Tim (Team Leader) yang akan membawahi sejumlah tenaga ahli,
asisten tenaga ahli dan tenaga pendukung.

5.3.4. Sistem Manajemen Proyek


Pekerjaan konstruksi pembangunan Bendungan Pidekso akan
dilaksanakan dalam 1 (satu) paket pekerjaan besar dengan berbagai pekerjaan
yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana Nasional. Hubungan
interkoneksi antara satu pihak/pekerjaan dengan yang lainnya yang sangat
kompleks dimana target waktu penyelesaian suatu pekerjaan dapat
mempengaruhi sebagian atau seluruh target yang telah ditetapkan menjadi dasar
pemikiran pentingnya menetapkan suatu Sistem Manajemen Proyek yang
komprehensif.
Sistem Manajemen Proyek harus dibentuk sebagai sarana pencapaian
target pelaksanaan pembangunan Bendungan Pidekso yaitu mendapatkan suatu
produk yang memenuhi kualitas, tepat waktu, dan tepat biaya (ekonomis). Untuk
itu sistem manajemen proyek yang telah ditetapkan harus diterapkan secara
tegas dan konsekwen.
Untuk menjaga agar progres kerja tetap dalam schedule dalam keadaan
mutu terkendali, selamat dan ekonomis, dan untuk mengatur progress dan
schedule pekerjaan yang terkait, suatu manajemen proyek yang baik harus dipilih
dengan memperhatikan program kerja, monitoring progres/pekerjaan,
melaksanakan rapat koordinasi dengan seluruh pihak, kontrol pekerjaan tambah,
kontrol potensi klaim, dan memberikan rekomendasi teknis yang cepat dan tepat
terhadap permasalahan lapangan yang timbul.
Manajemen proyek selama proses supervisi dan konstruksi merupakan fungsi dari
pada monitoring, perencanaan dan kontrol dari Proyek, sehingga proyek dapat
selesai dengan kualitas yang memadai, tepat waktu dan tepat biaya.
Kendali mutu akan diwujudkan melalui memeriksa dan menyetujui Gambar
Konstruksi, Gambar Kerja dan Shop Drawing yang diajukan oleh Kontraktor
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pelaksana Pelaksana, inspeksi harian dan supervisi terhadap kegiatan konstruksi


melalui kendali pekerjaan yang akan dicapai dengan perantara Spesifikasi, proses
pengujian/testing/start-up/pengoperasian awal peralatan. Metode pengendalian
mutu akan dijelaskan dalam pasal pasal selanjutnya.
Kendali waktu akan diwujudkan dalam bentuk kendali rencana/program konstruksi
yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana, pengajuan gambar Konstruksi
oleh Engineer, rencana waktu kerja yang diajukan Kontraktor Pelaksana
Pelaksana yang kemudian akan direview oleh Konsultan Supervisi Supervisi dan
rekomendasi teknis selama proses konstruksi, review metode konstruksi dan
manajemen harian melalui inspeksi harian dan supervise pekerjaan, yang akan
diuraikan lebih lanjut dalam pasal berikut.
Kontrol terhadap biaya konstruksi akan diwujudkan melalui pengechekan
dan pengukuran harian terhadap semua dimensi sebagaimana yang tertera pada
Gambar Konstruksi dengan dasar Spesifikasi Teknis, pencatatan yang baik
terhadap progress pembayaran dan proses surat menyurat, pemahaman/
interpretasi yang benar terhadap item pembayaran sebagaimana tercantum dalam
Dokumen Kontrak. Hal-hal tersebut akan dikemukakan lebih lanjut dalam pasal
berikut.
Sistem Manajemen Proyek yang akan diterapkan adalah yang berbasis
komputer (Computer Based Project Management Sistem) untuk memenuhi
berbagai keperluan sebagaimana diuraikan diatas. dan akan terdiri antara lain :
Data base korespondensi, Database Gambar-Gambar, Sistem Monitoring
Kemajuan Pekerjaan, dan Sistem Kontrol Biaya, dan lain-lain.
1. Database korespondensi
Sistem ini akan dioperasikan dengan software yang umum terdapat,
denganfungsi utama:
 memonitor tanggapan dari waktu ke waktu yang memeriukan tanggapan
dari Engineer,
 untuk mengurut korespodensi berdasarkan kategori, nomor surat, judul,
atau sumbemya,
 mempersiapkan list korespodensi yang dilampirkan pada progress kerja,
2. Database Gambar-Gambar
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Sistem ini, akan dioperasikan dengan software yang umum, dengan


fungsiutama antara lain:
 Untuk mengidentifikasikan status Gambar-Gambar (construction
drawing/shop drawing/fabrication drawing, as built drawing) mulai dari
penerimaan, persetujuan, pengiriman kembali, perbaikan, untuk
memonitor proses antara persiapan dan kelengkapan gambar
 Untuk membuat urutan sesuai dengan kategori, tanggal dan judul.

3. Sistem Monitoring Kemaiuan Pekerjaan


Sistem ini, bisa mempergunakan program yang umum dipakai mulai dari
Excel,Microsoft Project, Timeline, Primavera atau program lain yang
sejenis, dengan tujuan:
 Untuk menganalisa dan memonitor kemajuan pekerjaan Kontraktor
Pelaksana Pelaksana yang dibuat dalam bentuk CPM maupun Bar
Chart,
 Untuk mempersiapkan dan memonitor rencana kerja secara
keseluruhan dan dikombinasikan dengan schedule dengan skala yang
lebih detail.

4. Sistem Kontrol Biaya


Sistem ini bisa diperasikan dengan Microsoft Excel atau program
sederhana lainnya dengan tujuan :
 Untuk membuat database mengenai volume pekerjaan dan progress
kemajuan konstruksi yang meliputi biaya untuk perlode waktu bulanan
dengan jumlah yang diakumulasikan sesuai dengan yang tertera dalam
Bill of Quantity,
 Untuk mempersiapkan besaran progres biaya konstruksi yang sudah
dicapai oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan membandingkannya
dengan volume awal yang tertera pada BOQ,
 Untuk mempersiapkan besaran volume pekerjaan tambah (apabila ada)
untuk mempersiapkan backup untuk keperluan klaim dari Kontraktor
Pelaksana Pelaksana.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Konsultan Supervisi Supervisi akan merencanakan, mempersiapkan dan


menerapkan Sistem Manajemen Proyek sejak tahap awal pekerjaan. Untuk dapat
menerapkan sistem manajemen proyek ini, harus dibentuk struktur organisasi dan
diadakan rapat-rapat koordinasi gabungan seperti akan dijelaskan dalam sub bab
di bawah ini.

5.3.5. Rapat-rapat Koordinasi


Untuk memfasilitasi manajemen proyek, rapat-rapat koordinasi akan dilaksanakan
antara Konsultan Supervisi Supervisi, PU BBWS Bengawan Solo, Kontraktor
Pelaksana Pelaksana dan berbagai pihak/instansi lain yang terkait dan sesuai
keperluan, dengan berbagai tujuan rapat.
1. Rapat Kemajuan Pekerjaan
Rapat Kemajuan Pekerjaan diselenggarakan mingguan, 2-mingguan atau
bulanan sesuai yang tercantum dalam Dokumen Kontrak atau sesuai
dengan kesepakatan antara PU, Konsultan Supervisi Supervisi dan
Kontraktor Pelaksana Pelaksana untuk membahas semua item pekerjaan,
dan akan membahas semua permasalahan yang mungkin timbul selama
proses pelaksanaan konstruksi pembangunan Bendungan Pidekso.

2. Rapat internal PU - Konsultan Supervisi


Rapat ini diwacanakan untuk membahas hal-hal yang bersifat internal pihak
PU dan atau Konsultan Supervisi Supervisi terutama untuk membahas
laporan dan mendiskusikan masalah di lapangan dan alternatif solusi yang
diperlukan, waktu demi waktu, termasuk yang menyangkut potensi klaim
oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana. Rapat ini dapat diselenggarakan
secara rutin atau diadakan sesuai kebutuhan dan perkembangan
pekerjaan.

3. Rapat internal Konsultan Supervisi


Rapat internal Konsultan Supervisi Supervisi direncanakan akan
diselenggarakan setiap minggu untuk membahas kemajuan pekerjaan,
permasalahan ekstemal maupun internal yang dihadapi Konsultan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Supervisi, dan lebih memastikan tetap terjaganya koordinasi antar tenaga


ahli Konsultan Supervisi sendiri.

5.4. TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN


Tahap pelaksanaan pekerjaan pembangunan Bendungan Pidekso di Kab.
Wonogiri ini secara keseluruhan adalah :

1. TAHAP 1
Pada tahap ini pekerjaan yang bisa ditangani untuk kegiatan dari
Konsultan Supervisi Supervisi adalah:
1. Pekerjaan Design, diantaranya:
1. Pengukuran daerah genangan & tapak bendungan (seting out )
Kegiatan pengukuran & setting out dilakukan untuk mendapatkan
gambaran detail kondisi awal tapak bangunan bendungan dan
daerah genangan, sehingga dapat diketahui apabila terjadi
perubahan antara design konstruksi dengan kondisi eksisting
site. Selain itu gambaran kondisi awal tersebut juga digunakan
untuk estimasi volume konstruksi yang akan dilaksanakan serta
estimasi perilaku daerah genangan berkaitan dengan proses
sediment transport di waduk Bendungan Pidekso.
Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh
Konsultan Supervisi Supervisi di bawah tanggung jawab Team
leader dan Tenaga Ahli Geodesi. Pelaksanaan. kegiatan ini
waktunya bisa di-overlap-kan dengan kegiatan review desain
dan kegiatan investigasi geoteknik.

2. Review Desain
Kegiatan investigasi geologi diperlukan untuk cek ulang terakhir
kondisi geologi tapak bangunan sebelum dilakukan pelaksanaan
konstruksi. Sehingga bisa diketahui apabila terjadi perbedaan
dengan desain. Investigasi geologi dilakukan pada tapak
konstruksi diversion dan konstruksi lokasi tapak spillway. Selain
pengeboran inti, investigasi geologi juga akan melakukan uji test
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

pit untuk mencari material borrow area untuk timbunan tubuh


bendungan.
Kegiatan ini secara langsung dilaksanakan dan dibiayai oleh
Konsultan Supervisi Supervisi di bawah tanggung jawab Team
Leader, Tenaga Ahli Geologi dan Tenaga Ahli Mekanika Tanah.

3. Pengadaan peta Quickbird tahun 2013.


Kegiatan pengadaan ini adalah satu upaya untuk mengetahui
potret detail terhadap kondisi DAS Pidekso dan terutama kondisi
site rencana bendungan saat sebelum ada proyek. Hal ini
dilakukan untuk antisipasi apabila di daerah DAS terdapat
kondisi yang segera perlu ditangani berkaitan dengan konservasi
DAS untuk menjaga sumber air.
Pengadaan peta Quickbird tahun 2013 akan dibeli langsung
setelah SPMK keluar.

2. Pengawasan pekerjaan fisik awal, diantaranya:


1. Pembuatan Jalan Akses
Jalan akses merupakan sarana penunjang utama kegiatan
konstruksi bendungan, sehingga kendala kendala yang mungkin
terjadi pada mobilisasi proyek bisa diminimalkan untuk
meningkatkan produktifitas proyek. Jalan akses yaitu jalan yang
menghubungkan antara wilayah di luar lokasi proyek dengan lokasi
proyek, sedangkan jalan kerja merupakan akses mobilitas alat kerja
pada saat masa konstruksi, direncanakan di lokasi site bendungan.
Pengawasan pada pekerjaan ini dilakukan oleh Tenaga Ahli
Konstruksi beserta Pengawas Pekerjaan.
Pembuatan jalan akses yang dilakukan bisa segera dilaksanakan
setelah SPMK diturunkan, dan overlap dengan kegiatan pengukuran
dan kegiatan iinvestigasi. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan
mendatangkan alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan awal
yaitu clearing dan pembuatan konstruksi diversion.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

2. Konstruksi Diversion
Konstruksi Diversion adalah konstruksi yang dibuat untuk
mengelakkan aliran sungai sementara selama masa konstruksi
bendungan. Tenaga Ahli Bendungan akan dibantu dengan Tenaga
Ahli Kontruksi dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi diversion
tersebut.
Pelaksanaan konstruksi diversion, akan berjalan setelah pekerjaan
jalan akses dilaksanakan dan bisa dilakukan bersamaan dengan
kegiatan tersebut.

2. TAHAP 2
Pekerjaan pada tahap dua ini yaitu lanjutan pekerjaan fisik dimulai dari
konstruksi cofferdam, pekerjaan pondasi, instrumentasi, galian dan
timbunan.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Lanjutan konstruksi diversion
Pekerjaan konstruksi diversion pada Tahap II ini merupakan lanjutan
pelaksanaa dari Tahap I.
Tenaga Ahli Bendungan akan dibantu dengan Tenaga Ahli Kontruksi
dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi diversion tersebut.
2. Clearing tapak bendungan
Kegiatan ini merupakan pembersihan tapak lokasi bendungan utama
termasuk dengan cofferdam. Pembersihan ini dilakukan untuk
menghilangkan top soil eksisting di tapak konstruksi terutama dari
material organik yang ada.
3. Galian pondasi tubuh bendungan
Galian pondasi yang dimaksud adalah galian untuk menyiapakan
konstruksi pondasi tubuh bendungan termasuk kontruksi cofferdam.
Rencana galian pondasi dilaksanakan sesuai dengan design
termasuk pelaksanaan perbaikan pondasi dengan mengganti tanah
galian dengan timbunan material pilihan (selected material) yang
menjadi pondasi dari tubuh bendungan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Tenaga Ahli Bendungan dibantu dengan Pengawas Pekerjaan Quality


akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan galian pondasi dan
perbaikan tanah pondasi tubuh bendungan tersebut.
4. Konstruksi horizontal drain
Merupakan fasilitas dalam tubuh bendungan untuk mematuskan aliran
seepage (rembesan). Konstruksi horizontal drain merupakan hamparan
material yang mempunyai nilai permeabilitas cukup besar (maksimal 10 -
3
), dalam hal ini adalah material pasir atau kerikil.
Tenaga Ahli Bendungan dibantu dengan Pengawas Pekerjaan Quality
akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.
5. Konstruksi cofferdam
Kontruksi cofferdam merupakan satu kesatuan sistem fungsi dengan
konstruksi diversion, dimana konstruksi cofferdam yang dibuat dari
timbunan tanah homogen fungsinya adalah untuk menahan serta
melindungi area lokasi tubuh bendungan dan mengarahkan aliran
sungai eksisting menuju ke saluran diversion. Rencananya sesuai
dengan design, konstruksi cofferdam dibuat menyatu dengan konstruksi
tubuh bendungan sehingga proses dan metode pelaksanaannya harus
sesuai dengan kriteria pelaksanaan konstruksi tubuh bendungan.
Dalam pelaksanaan ini Tenaga Ahli Bendungan bertanggung jawab
terhadap kuantitas, kualitas dan waktu konstruksi yang dilaksanakaan
oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana.
6. Pemasangan instrumentasi di pondasi bendungan
Adapun beberapa peralatan instrumentasi yang akan dipasang setelah
palaksanaan perbaikan pondasi tubuh bendungan dan horizontal drain,
sesuai dengan kebutuhan adalah :
- Instrument piezometer untuk pondasi, untuk mengetahui tekanan air
pori di pondasi tubuh bendungan mengingat kondisi geologi eksisting
adalah soft soil. Tujuannya pembacaan tekan air pori tersebut (pure
water pressure) guna menentukan proses penimbunan bertahap
(stagging process)
- Inklinometer multilayer, untuk mengetahui pergerakan horizontal
tubuh bendungan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

- Settlement plate, untuk mengetahui besar penurunan selama masa


konstruksi yang berkaitan dengan volume material timbunan
terpasang.
Pelaksanaan pekerjaan pemasangan instrument ini secara langsung
akan diawasi oleh TA instrumentasi dibantu oleh TA geologi
7. Timbunan tubuh bendungan
Konstruksi tubuh bendungan merupakan kegiatan yang cukup kompleks
dalam proses pelaksanaannya yang melibatkan banyak kegiatan dan
banyak personil, dimana di dalam kegiatan tersebut termasuk di
dalammnya adalah:
- kegiatan pemilihan dan pengambilan material timbunan dari borrow
area ke lokasi tapak tubuh bendungan.
- Proses penghamparan material timbunan
- Proses pemadatan material tubuh bendungan per layer
- Inspeksi kepadatan timbunan (sandcone test)
Kegiatan ini diawasi Tenaga Ahli Bendungan dibantu oleh Quality
Engineer khusus untuk timbunan tubuh bendungan.
8. Konstruksi beton spillway termasuk galian pondasi
Konstruksi spillway merupakan bagian penting dari sistem bendungan,
yang berfungsi untuk melimpaskan debit banjir yang masuk dalam
waduk.
Bangunan spillway dibuat dari konstruksi beton dengan karakteristik
tertentu. Pada tahap ke II ini, pelaksanaan pekerjaan konstruksi spillway
di mulai dari bagian hulu, yaitu lantai apron dinding spillway dan
spillway.
Metode dan tahapan pekerjaan konstruksi spillway adalah :
- Galian pondasi sesuai dengan peil rencana serta perbaikan struktur
tanah pondasi apabila diperlukan
- Pemasangan under drain (perforated drain) untuk minimalisasi gaya
uplift
- Konstruksi lantai kerja (beton mutu B-0)
- Pembesian beton dan pemasangan bekisting
- Pengecoran atau pembetonan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Tenaga Ahli Konstruksi di bantu dengan Pengawas Pekerjaan dan


Quality Enginner akan bertanggung jawab terhadap pengawasan
pelaksanaan konstruksi spillway.

3. TAHAP 3
Pekerjaan pada tahap III ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap II,
dimulai dari timbunan tubuh bendungan, intake, bangunan pelimpah,
instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Timbunan tubuh bendungan
Pada tahap III pelaksanaan pekerjaan timbunan tubuh bendungan
merupakan lanjutan dari pekerjaan pada tahap II. Adapun proses
dan tahapan pekerjaan sama dengan pada tahap II
2. Pembetonan spillway
Pada tahap III konstruksi spillway merupakan lanjutan dari pekerjaan
konstruksi spillway sebelumnya, pada tahap ini akan dilaksanakan
konstruksi pada salauran transisi, saluran peluncur dan kolam olak
termasuk saluran outlet/tailrace. Proses dan tahapan pelaksanaan
pekerjaan sama dengan kegiatan konstruksi spillway pada tahap ke
II.
Diharapkan sesuai dengan jadwal pelaksanaan konstruksi pelaksanaan
pekerjaan spillway sudah bisa diselesaikan 100% pada tahap ke III ini.
3. Konstruksi Intake
Konstruksi intake merupakan bangunan pengambilan air dari waduk,
konstruksi ini direncanakan dari konstruksi beton. Proses dan
pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pekerjaan pada konstruksi
spillway.
4. Pipa Intake
Instalasi pipa intake merupakan bagian dari bangunan intake, namun
pada konstruksi ini material yang akan dipasang adalah pipa galvanis
lengkap dengan aksesorisnya termasuk pintu/gate yang diperlukan.
Tenaga Ahli Konstruksi dan Mechanical Engineer akan bertanggung
jawab terhadap pengawasan pada pekerjaan tersebut.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5. Bangunan Fasilitas Bendungan


Yang dimaksud dengan bangunan pelengkap bendungan antara lain
adalah :
- Bangunan Rumah Dinas
- Bangunan Rumah Jaga
- Bangunan Menara Sadap (Intake Tower)
- Rumah Pintu Katup
- Gardu Pandang
- Kantor Pengelola dan lainnya
Dimana bangunan-bangunan seperti tersebut di atas akan dilaksanakan
sesuai dengan design dan akan langsung diawasi oleh Konsultan
Supervisi.
4. TAHAP 4
Pekerjaan pada tahap empat ini, yaitu lanjutan pekerjaan fisik dari tahap
tiga, dimulai pekerjaan dari timbunan tubuh bendungan, intake,
bangunan pelimpah, instrumentasi, dan bangunan fasilitas lainya.
Diharapkan pada tahap terakhir ini 5 bulan sebelum kontrak berakhir
pekerjaan kegiatan konstruksi sudah selesai dilaksanakan, sehingga
Konsultan Supervisi Supervisi bisa membuat Laporan MC-100 ke
Pengguna Jasa untuk serah terima pekerjaan.
Pengawasan pekerjaan fisik yang dilakukan adalah:
1. Pengukuran genangan dan tapak bendungan
Pekerjaan ini bersifat kontrol terhadap tapak lokasi bangunan-
bangunan yang telah dilaksanakan
2. Pengadaan quickbird
Pengadaan foto udara pada lokasi bendungan sesaat setelah di
konstruksi
3. Instrumentasi
Pemasangan instrumentasi yang dilaksanakan setelah tubuh
bendungan selesai dilaksanakan adalah :
- Instrument standpipe piezometer, untuk mengetahui ketinggian
aliran rembesan di dalam tubuh bendungan. Dipasang di bagian
lereng hulu dan bagian lereng hilir tubuh bendungan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

- Patok geser tubuh bendungan


Tenaga Ahli Instrumentasi akan bertanggung jawab terhadap
pengawasan dan pemasangan instrumentasi tersebut,
4. Pekerjaan tubuh bendungan
Pada tahap IV ini pelaksanaan pekerjaan tubuh bendungan bersifat
bangunan-bangunan pelengkap, seperti pemasangan blok beton untuk
rip rap di bagian lereng tubuh bendungan bagian hulu, gebalan rumput
di lereng sebelah hilir, saluran V- Notch dan lain-lain.
5. Intake dan pipa intake
Pekerjaan ini merupakan lanjutan dari pekerjaan system intake yang
dilakukan pada tahap ke III
6. Pembuatan Manual OP dan Imponding
Pembuatan Laporan Manual O&P merupakan bagian dari pelaksanaan
pengawasan kegiatan konstruksi bendungan setelah pelaksanaan
selesai. Selain membuat laporan terhadap konstruksi yang telah dibuat,
pada kegiatan ini juga akan mengumpulkan data-data dan laporan hasil
bacaan instrumentasi yang telah dipasang pada awal konstruksi. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui perilaku tubuh bendungan setelah
konstruksi selesai dilaksanakan berkaitan dengan kondisi tanah
pondasi (penurunan) dan rembesan.
Konsultan Supervisi Supervisi selaku perwakilan Direksi Pekerjaan di
lapangan berkewajiban untuk melakukan pengawasan dan pengujian
kuantitas dan kualitas konstruksi dengan berpedoman kepada spesifikasi
teknis yang telah ditetapkan pada saat tahap perencanaan detail
Bendungan Pidekso.

5.5. PENDEKATAN TEKNIS


5.5.1. Review Data / Laporan dan Gambar Desain yang ada
Segera setelah memobilisasi personil, Konsultan Supervisi Supervisi akan
melakukan pengenalan kondisi lokasi pekerjaan untuk mendapatkan gambaran
umum akan kondisi topografi, lingkungan area kerja dan lainnya yang dapat
membantu Konsultan Supervisi memahami karakteristik proyek.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Selanjutnya Konsultan Supervisi Supervisi akan melakukan review atas semua


data, laporan perencanaan terakhir, dan gambar-gambar desain yang ada. Hal ini
akan mutlak dilakukan agar para tenaga ahli dari Konsultan Supervisi Supervisi
yang terlibat dapat memahami secara teknis pekerjaan yang akan dihadapi.
Kontrak konstruksi dengan Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga akan segera
dipelajari untuk dapat mengerti persyaratan dan kondisi kontrak konstruksi yang
berlaku pada proyek ini.
Dari hasil review ini juga Konsultan Supervisi Supervisi akan member!
rekomendasi pekerjaan tambahan (jika ada) yang pengadaannya mungkin akan
dilakukan secara sublet seperti disyaratkan dalam KAK.

5.5.2. Memeriksa dan Menyetujui Jadwal Pelaksanaan


Dengan mempertimbangkan karakteristik, skala dan lingkup pekerjaan maka
dibutuhkan suatu metode monitoring jadwal yang sistematik dan menguraikan
inter-relasi antar kegiatan pekerjaan/aktifitas sehingga dimungkinkan diambil
langkah langkah pencegahan/koreksi untuk menjaga kemajuan pekerjaan secara
keseluruhan. Untuk kepertuan ini, metode Critical Path Method Network (CPM
Network) adalah metode yang paling sesuai dalam menyusun jadwal
pelaksanaan.

Berdasarkan Condition of Particular Application, maka dalam waktu 60 (enam


puluh) hari Kontraktor Pelaksana Pelaksana wajib menyerahkan Jadwal
Pelaksanaan menyeluruh atas semua pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam
pembangunan Bendungan Pidekso ini. Konsultan Supervisi Supervisi akan
memeriksa secara detail ketepatan, kebenaran inter-relasi setiap aktifitas
pekerjaan, dan jalur-jalur kritis (critical path) yang terjadi selama berlangsungnya
pekerjaan.
Jadwal pelaksanaan akan didiskusikan dalam suatu rapat yang harus dihadiri oleh
Pemberi Tugas, Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan Konsultan Supervisi
Supervisi dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Selanjutnya akan ditetapkan
Keydates / milestone atas pekerjaan-pekerjaan utama. Untuk pembangunan
Bendungan Pidekso ini yang merupakan pekerjaan yang berjangka waktu
panjang, sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca atau banyak peraiatan/equipment
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dari pekerjaan Hydromechanical yang perlu pemesanan dan fabrikasi dalam


waktu lama, maka penetapan keydates/milestone sebagai sasaran antara
berguna untuk mengontrol kepastian ketepatan jadwal pelaksanaan keseluruhan.
Keydates/milestone untuk pekerjaan pembangunan Bendungan Pidekso dapat
berupa penetapan:
• Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan saluran pengelak (diversion
channel),
• Tanggal mulai dan penyelesaian pekerjaan bendungan utama (main
dam),
• Pekerjaan-pekerjaan penting lainnya

Jadwal pelaksanaan secara keseluruhan beserta keydates/milestone selanjutnya


akan dituangkan dalam sebuah Berita Acara dan mengikat pihak Pemberi Tugas
dan Kontraktor Pelaksana Pelaksana. Selanjutnya monitoring dan pengendalian
kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana Pelaksana dilakukan berdasarkan
jadwal pelaksanaan tersebut. Penilaian kemajuan pekerjaan Kontraktor Pelaksana
Pelaksana berikut konsekwensinya (denda, pengalihan pekerjaan, pemutusan
kontrak, dll) seperti diurai dalam Condition of Particular Applicationdan General
Condition dapat dilakukan berdasarkan keydates/milestone yang telah disepakati.
Kondisi perkembangan pekerjaan sepanjang waktu pelaksanaan dapat berubah
akibat perubahan atau variasi pekerjaan atau akibat situasi lainnya. Hal ini
mengakibatkan CPM network haruslah selalu diperbaharui dan dipertahankan up-
to-date, sesuai dengan perkembangan atau kondisi pekerjaan yang ada agar
selalu dapat menjadi sarana pengendalian kemajuan pekerjaan.
Selanjutnya, Kontraktor Pelaksana Pelaksana juga harus menyerahkan dokumen-
dokumen sebagai berikut :
1. Program kerja detail untuk 3 (tiga) bulan ke depan dalam bentuk bar chart
2. Construction method secara detail
3. Daftar construction plant yang akan didirikan dan skedulnya
4. Estimasi kebutuhan total tenaga kerja (labour) yang dibutuhkan
5. Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Pelaksana
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Berdasarkan CPM network yang telah disetujui, Konsultan Supervisi Supervisi


akan memeriksa ketepatan dokumen-dokumen tersebut.

5.5.3. Pengadaan Pekerjaan Subkontrak


Sesuai KAK, maka Konsultan Supervisi Supervisi setelah mendapat persetujuan
Pemilik Proyek, menyelenggarakan kegiatan subletting meliputi:
 Survey dan investigasi tambahan
 Pengadaan panel ahli bendungan Nasional dan Intemasional
 Fasilitasi proses penyelenggaraan sertifikasi impounding.
Kebutuhan pekerjaan tambahan atas survey dan investigasi (misalnya geologi,
topografi, dll) akan diketahui setelah Konsultan Supervisi Supervisi mempelajari
data-data dan hasil desain yang ada.
Konsultan Supervisi Supervisi akan membantu Pemberi Tugas dalam
melaksanakan kegiatan sublet tersebut dengan tetap mengacu pada peraturan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku.

5.5.4. Pembuatan Prosedur-Prosedur Kerja


Konsultan Supervisi Supervisi akan mempersiapkan prosedur-prosedur kerja
untuk mempermudah pengawasan, kontrol dan pengendalian seluruh pekerjaan.
Konsultan Supervisi Supervisi akan memastikan bahwa semua tenaga personil
Konsultan Supervisi Supervisi, Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan Pemberi
Tugas paham atas semua prosedur kerja tersebut sehingga manajemen
pengendalian proyek dapat berjalan dengan baik.
Beberapa prosedur kerja yang telah dipersiapkan oleh Konsultan Supervisi adalah
seperti tabel berikut.

Tabel 5.1: Daftar Prosedur Kerja

No. Prosedur
1 Prosedur Pemeriksaan Gambar-gambar
2 Prosedur Percobaan Timbunan (Trial Embankment)
3 Prosedur Teknis Percobaan Timbunan (Trial Embankment)
4 Prosedur Density Test by In-situ Method
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5 Prosedur Kendali Mutu Pekerjaan Beton


6 Diagram Alir untuk Inspeksi Pekerjaan Beton
7 Diagram Alir Penentuan Hasil Test
8 Diagram Alir Kontrol Progres Pekerjaan
9 Bagan Alir Persetujuan Pekerjaan
10 Bagan Alir Mutual Check sebagai dasar pembayaran
11 Proses Umum Klaim
12 Prosedur Inspeksi untuk Penyerahan Penyelesaian Pekerjaan
(PHO)
Sesuai kebutuhan pekerjaan, Konsultan Supervisi Supervisi akan membuat
prosedur-prosedur kerja lainnya yang dirasa perlu nantinya.
Konsultan Supervisi Supervisi akan menjelaskan prosedur-prosedur yang ada
kepada semua pihak yang terlibat dalam semua proses pekerjaan. Dengan
adanya kesamaan pemahaman atas prosedur tersebut akan sangat membantu
kelancaran pekerjaan, mencegah terjadinya kesalahpahaman, yang dapat
berujung pada perselisihan (disputes).
Bagan alir dari proses-proses tersebut diatas dapat dilihat pada Lampiran Bab 5
pada akhir bab ini.

5.5.5. Pembuatan Format-format Pengawasan


Sebagai panduan setiap tenaga ahli, asisten tenaga ahli dan para Pengawas
Pekerjaan/surveyor dari Konsultan Supervisi Supervisi, maka akan dibuat format-
format pengawasan yang akan dipakai oleh setiap personil Konsultan Supervisi
Supervisi dalam meiaksanakan pengawasan nantinya.
Format-format tersebut dibuat berdasarkan pengalaman Konsultan Supervisi
Supervisi atas pekerjaan-pekerjaan sejenis sehingga sudah teruji kegunaannya.
Kemungkinan nantinya akan dilakukan beberapa penyesuaian dalam format-
format tersebut sehubungan dengan persyaratan dalam Spesifikasi Teknis.
Daftar format-format pengawasan pekerjaan dan sebagian contoh format dapat
dilihat pada Lampiran Bab 5.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.5.6. Memeriksa Gambar-gambar Kontraktor Pelaksana Pelaksana


Sesuai dengan tahapan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana Pelaksana harus
menyerahkan antara lain :
1. Construction drawing, berdasarkan gambar-gambar detail desain yang
telah ada dalam dokumen lelang serta hasil detail desain atas beberapa
bagjan pekerjaan seperti saluran pengelak, bendungan, irrigation outlet dan
bagian pekerjaan lain.
2. Shop drawing, sebagai pengembangan construction drawing yang telah
disesuaikan dengan kondisi lokasi pekerjaan dan menggambarkan secara
detail bagian-bagian pekerjaan seperti steel bar bending, dll.
3. Fabrication drawing, terutama untuk peralatan-pertatan yang harus
difabrikasi di pabrik untuk selanjutnya dibawa dan dipasang di lokasi
pekerjaan.
4. As built drawing, yang merupakan gambar terpasang atas semua
pekerjaan yang telah dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana.
5. Gambar-gambar lain yang dipertukan untuk menjelaskan misalnya metode
kerja yang diusulkan, perubahan-perubahan yang harus dilakukan akibat
kondisi lapangan dan lain-lain.
Konsultan Supervisi Supervisi akan memeriksa keakuratan, kelengkapan,
kejelasan atas semua gambar-gambar yang diserahkan oleh Kontraktor
Pelaksana Pelaksana. Penyerahan gambar, komentar koreksi dari Konsultan
Supervisi Supervisi, persetujuan dan penyimpanan gambar-gambar dalam suatu
sistem arsip akan sesuai dengan prosedur alur pemeriksaan gambar-gambar
seperti telah diuraikan dalam subbab sebelumnya.

5.5.7. Pengendalian Mutu


Seperti umumnya proyek konstruksi maka sasaran yang hendak dicapai dalam
pengawasan pembangunan Bendungan Pidekso ini adalah tercapainya sasaran
biaya, mutu, dan waktu dengan pengendalian atau meminimalkan dampak
lingkungan yang merugikan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, perlu dibuat suatu prosedur dan tata cara
pelaksanaan pekerjaan dan adanya pemahaman bersama atas lingkup pekerjaan,
prosedur, tata cara, kondisi kondisi dalam kontrak, dan semua aspek yang dapat
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

berpengaruh terhadap pencapaian sasaran proyek tersebut. Untuk itu dalam


tahap awal harus dilaksanakan Pre-Construction Meeting (PCM) yang bertujuan
terjadinya pemahaman yang sama atas semua aspek di atas.
Salah satu aspek yang akan dibahas dalam PCM adalah pengendalian mutu yang
akan diterapkan. Semua prosedur, tata cara, format-format pengawasan yang
telah dijelaskan dalam subbab di atas adalah sebagian cara Konsultan Supervisi
Supervisi dalam pengendalian mutu pekerjaan. Sistem pengendalian mutu yang
akan diterapkan oleh Konsultan Supervisi Supervisi sesungguhnya mengarah
kepada quality assurance yang sangat memperhatikan dan pengendalian pada
aspek proses kerja. Dengan sistem ini suatu pekerjaan dikendalikan berdasarkan
proses kerja yang harus dilalui seperti :
1. Pengendalian terhadap material dasar,
2. Pengendalian terhadap pencampuran berbagai material dasar (mix design)
3. Pengendalian terhadap produksi bahan kerja seperti beton, material
timbunan dan lain-lain,
4. Pengendalian terhadap pekerjaan-pekerjaan persiapan yang diperlukan
seperti pembuatan acuan kerja, form work, dan lain-lain,
5. Pengendalian selama proses pekerjaan itu sendiri seperti pekerjaan
pengecoran, pemadatan, dan tain-lain,

Untuk memenuhi itu semua, pengawasan mutu ini dapat terdiri dari beberapa
urutan pekerjaan, antara lain :
 Kontraktor Pelaksana Pelaksana harus mengajukan perrnintaan (request)
untuk mulai sesuatu pekerjaan. Pekerjaan tidak dapat dimulai sebelum
persetujuan diberikan oleh Konsultan Supervisi Supervisi. Dalam pengajuan
tersebut Kontraktor Pelaksana Pelaksana harus menjelaskan lokasi pekerjaan,
jenis pekerjaan, peralatan yang digunakan, pekerjaan yang diperlukan dan
perkiraan selesai suatu tahap serta perkiraan volume pekerjaan.
 Pengajuan untuk memeriksa pemasangan profil atau patok. Pekerjaan tidak
dapat dimulai sebelum pemasangan profit atau patok mendapat persetujuan
dari Konsultan Supervisi Supervisi.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Pengajuan persetujuan terhadap campuran bahan. Sebelum melakukan


pekerjaan yang memeriukan campuran bahan, maka Kontraktor Pelaksana
Pelaksana harus mengajukan permintaan persetujuan atas campuran yang
diinginkan, dalam bentuk pemeriksaan visual maupun pemeriksaan
laboratorium.
 Pengajuan terhadap hasil pemadatan
 Setiap suatu lapisan yang telah dipadatkan Kontraktor Pelaksana Pelaksana
harus mengajukan persetujuan terhadap kepadatan yang telah dilakukan
tersebut.
 Setiap hari Kontraktor Pelaksana Pelaksana bersama-sama dengan Konsultan
Supervisi Supervisi membuat laporan mengenai kegiatan yang dilakukan
termasuk pencatatan terhadap kemajuan dan kejadian-kejadian penting
fainnya.
 Konsultan Supervisi Supervisi menyelesaikan pemeriksaan pengujian yang
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan uji coba material untuk
memastikan kesesuaian dengan spesifikasi yang ada dalam dokumen kontrak.
Konsultan Supervisi Supervisi akan meninjau ulang pengujian-pengujian yang
ada dalam spesifikasi dan prosedur test yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana Pelaksana dan merekomendasikan untuk perubahan jika perlu.

Pada dasarya Kontraktor Pelaksana Pelaksana adalah pelaku utama dalam


proyek konstruksi seperti pembangunan Bendungan Pidekso ini. Untuk itu
pencapaian mutu akan sangat tergantung pada sistem pengendalian mutu dari
Kontraktor Pelaksana Pelaksana itu sendiri. Konsultan Supervisi Supervisi akan
memastikan bahwa Kontraktor Pelaksana Pelaksana mempunyai etiket dalam
melaksanakan sistem kendali mutu mereka selama pelaksanaan pekerjaan.

5.5.8. Pengendalian Kemajuan Pekerjaan


Sarana utama dalam pengendalian kemajuan pekerjaan adalah Jadwal
Pelaksanaan yang telah dibuat dengan sistem Critical Path Method, dan jadwal
pelaksanaan dalam bentuk bar chart yang dibuat berdasarkan CPM tersebut.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Secara kontinyu Konsultan Supervisi Supervisi akan memeriksa kemajuan


pekerjaan terhadap waktu dan membandingkannya dengan rencana dalam jadwai
pelaksanaan. Setiap penyimpangan terutama tidak tercapainya target kemajuan
pekerjaan harus diteliti penyebabnya dan dicari pemecahannya. Keterlambatan
pekerjaan harus dikendalikan dan diambil langkah penanggulangannya karena
suatu keterlambatan pada suatu bagian pekerjaan dapat bersifat progresif dan
berkembang lebih buruk, terlebih banyaknya jenis pekerjaan pada pekerjaan
Bendungan Pidekso ini yang sangat dipengaruhi kondisi cuaca.
Sesuai prioritasnya, pengendalian terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berada
dalam jalur kritis akan menjadi perhatian utama karena keterlambatan pada
pekerjaan tersebut akan berdampak langsung terhadap penyelesaian proyek
secara keseluruhan apabila tidak dilakukan langkah-langkah penanggulangannya.
Meskipun demikian pekerjaan-pekerjaan yang berada pada jalur non kritis tidak
boleh diabaikan karena bila keterlambatan pekerjaan pada jalur non kritis juga
dapat berubah menjadi kritis apabila dibiarkan tidak terkendali.
Dalam membantu pihak Pemberi Tugas mengendalikan kemajuan pekerjaan,
Konsultan Supervisi Supervisi akan selalu bekerja proaktif, mengantisipasi segala
potensi permasalahan yang dapat mengakibatkan terjadinya keterlambatan.
Apabila berdasarkan analisa Konsultan Supervisi Supervisi telah timbul potensi
permasalahan maka Konsultan Supervisi Supervisi akan segera memberitahu
pihak Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan bila perlu akan dibahas dalam rapat
yang dihadiri oleh semua pihak.
Apabila telah terjadi keterlambatan, Konsultan Supervisi Supervisi akan member!
rekomendasi kepada Pemberi Tugas (Engineer) langkah-langkah yang harus
diambil untuk segera mengejar keterlambatan tersebut. Selanjutnya akan diberi
instruksi tertulis kepada Kontraktor Pelaksana Pelaksana untuk mengatasinya
antara lain dengan menambah jam kerja, tenaga kerja, peralatan, atau
meningkatkan metode kerja.

5.5.9. Pengendalian Biaya Konstruksi


Kontrol atas semua biaya (cost control) dengan melakukan penghitungan
(measurement) dan pembayaran atas dokumen pembayaran yang diajukan oleh
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Kontraktor Pelaksana Pelaksana merupakan suatu proses yang sangat penting


sepanjang pelaksanaan proyek ini.
Cost Control mempunyai dua aspek yaitu (1) untuk mengontrol prosedur
pembayaran dan menjaga akurasi dan kelancaran pembayaran kepada
Kontraktor Pelaksana Pelaksana dan (2) menjamin biaya terjaga tetap minimal
sehingga proyek dapat diselesaikan dengan cara ekonomis.
Untuk melaksanakan cost control tersebut Konsultan Supervisi Supervisi akan
membantu Pemberi Tugas dalam hal Survey hasil pekerjaan, Financial status dan
Cost Control, Kontrol Kuantitas dan Penghitungan Pembayaran, dan persiapan
serfifikat pembayaran.
1. Survey hasil pekerjaan
Konsultan Supervisi Supervisi akan melakukan survey dan verifikasi atas hasil
pekerjaan Kontraktor Pelaksana Pelaksana yang sesuai dengan gambar
desain dan spesifikasi teknis yang disyaratkan.
2. Financial status dan Cost Control
Konsultan Supervisi Supervisi secara berkala akan memberikan rekomendasi
sehubungan dengan kemungkinan dalam pengurangan pembiayaan
(expenditure) baik terhadap Pemberi Tugas maupun kepada pihak Kontraktor
Pelaksana Pelaksana.
Secara berkala Konsultan Supervisi Supervisi akan melaporkan financial
status dari proyek, perkiraan kebutuhan pembayaran mendatang, dan
menjaga up to date atas payment account terhadap Kontraktor Pelaksana
Pelaksana.
3. Kontrol Kuantitas dan Penghitungan Pembayaran
Secara berkala Konsultan Supervisi Supervisi akan melakukan check atas
kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana
Pelaksana dan membuat ringkasan (summary) secara mingguan. Checking
kuantitas yang dilakukan secara berkala ini akan sangat membantu dalam
proses perhitungan untuk pembayaran kemajuan pekerjaan.
4. Persiapan Sertifikat Pembayaran
Konsultan Supervisi Supervisi akan mempersiapkan sertifikat pembayaran
berkala sesuai dengan perjanjian kontrak antara Pemberi Tugas dan
Kontraktor Pelaksana Pelaksana, dengan memperhatikan total kemajuan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

pekerjaan pada periode tertentu, pengembalian uang muka, potongan


sehubungan dengan denda (bila ada), retensi, dan lain-lain.

5.5.10. Kontrol Keselamatan Kerja


Keselamatan dianggap sesuatu yang utama pada semua jenis pekerjaan
konstruksi terutama untuk pekerjaan Bendungan Pidekso ini. Konsultan Supervisi
Supervisi akan mengharuskan Kontraktor Pelaksana Pelaksana untuk mengambil
semua tindakan yang mungkin untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
maupun kejahatan-kejahatan terhadap areal pekerjaan, peralatan dan material,
dan seluruh pekerja.
Kendali keselamatan pada masa konstruksi terdiri dari beberapa unsur kegiatan
sebagai berikut:
 Organisasi Pengendalian Keselamatan (Safety Comitte)
 Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan
 Program Pengendalian Keselamatan

1. Organisasi Pengendalian Keselamatan


Kontraktor Pelaksana Pelaksana diwajibkan membentuk Organisasi Pengendalian
Keselamatan yang terdiri dari unsur Otoritas Keamanan, Pemilik Proyek,
Konsultan Supervisi Supervisi dan Kontraktor Pelaksana Pelaksana. Kontraktor
Pelaksana Pelaksana juga harus menugaskan pelaksana senior mereka sebagai
petugas pengendali keselamatan. Pelaksana senior tersebut bertanggung jawab
terhadap keselamatan semua personil yang ada di lapangan.
Kontraktor Pelaksana Pelaksana akan menyampaikan bagan organisasi
pengendalian keselamatan dan merinci program keselamatan kerja kepada pihak
pemilik proyek untuk dievaluasi.

2. Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan


Segera setelah pembentukan organisasi pengendalian keselamatan, Konsultan
Supervisi Supervisi akan melaksanakan rapat organisasi yang dihadiri semua
unsur terkait di atas. Dalam rapat tersebut diuraikan kondisi/infonmasi yang ada di
lingkungan pekerjaan, sistem transportasi pelaksanaan pekerjaan, prinsip pokok
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

metode pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana dan keselamatan.


Pengendali Keselamatan dari pihak Kontraktor Pelaksana wajib menyampaikan
ketersediaan perangkat yang menunjang program keselamatan sesuai peraturan
yang berlaku di Indonesia.

3. Program Pengendalian Keselamatan


Program Pengendalian Keselamatan akan ditinjau oleh Konsultan Supervisi
Supervisi. Program pengendalian keselamatan akan meliputi tetapi tidak terbatas
pada :
 Sarana transportasi menuju jalan umum
 Pengendalian lalulintas di lokasi pekerjaan
 Stabilitas alam dan lereng hasil galian
 Pekerjaan konstruksi ditempat yang tinggi
 Pekerjaan konstruksi di/dalam air
 Pekerjaan Pengelasan
 Pekerjaan Galian dengan Peledakan
 Lampu kerja di malam hari
 Pengendalian untuk meminimalkan dampak lingkungan sepanjang masa
pekerjaan konstruksi merupakan tujuan utama.

5.5.11. Administrasi Kontrak


A. Pemahaman Dokumen Kontrak Konstruksi
Konsultan Supervisi Supervisi akan segera mempelajari dan mendalami semua
dokumen kontrak konstruksi untuk dapat melakukan administrasi kontrak untuk
kelancaran dan ketertiban administrasi proyek. Tujuan mempelajari semua
dokumen tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran atas prosedur, aspek
hukum dan jaminan-jaminan, aspek pembayaran dan masalah administrasi
kontrak lainnya. Hal penting yang juga akan dipelajari adalah kemungkinan
adanya kontradiksi antara pasal-pasal dalam suatu dokumen dengan dokumen
lainnya. Dalam hai ini hirarki dokumen kontrak akan menjadi patokan dalam
menentukan pasal mana yang beriaku. Sesuai FIDIC 1987 maka hirarki dokumen
yang berlaku adalah :
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

1. Surat Perjanjian (Contract Agreement)


2. Surat Penunjukan Pemenang (Letter of Acceptance)
3. Dokumen Tender (Tender Document)
4. Syarat Khusus Kontrak (Condition of Particular Application)
5. Syarat Umum Kontrak (General Condition of Contract)
6. Dokumen lain yang menjadi bagian dan kontrak
Pemahaman atas dokumen kontrak dan mempelajari kemungkinan adanya
kontradiksi antar pasal dalam dokumen-dokumen tersebut adalah sangat penting
karena ketidak sesuaian tersebut dapat menjadi sumber perselisihan (disputes)
nantinya. Konsultan Supervisi Supervisi akan segera menginformasikan pihak
Pemberi Tugas apabila mengetahui adanya ketidaksesuaian tersebut, berikut
rekomendasi pemecahan masalahnya. Apabila ketidak sesuaian itu dapat
mengakibatkan kerugian/ketidak-adilan pada salah satu pihak, Konsultan
Supervisi Supervisi akan merekomendasikan pemecahan yang adil untuk
mencegah terjadinya perselisihan nantinya.

B. Surat-surat Jaminan dan Asuransi


Sesuai kontrak, Kontraktor Pelaksana Pelaksana harus menyerahkan surat-surat
jaminan antara lain :
1. Surat Jaminan Pelaksanaan
2. Surat Jaminan Uang Muka
3. Surat Jaminan Pemeliharaan
4. Asuransi Pekerjaan, Peralatan, Tenaga Kerja, Pihak Ketiga.
5. Jaminan dan/atau Asuransi lain yang disyaratkan

Konsultan Supervisi Supervisi akan memeriksa kelengkapan, keakuratan,


kebenaran isi, dan ketepatan tanggal dalam setiap surat-surat jaminan yang harus
diserahkan oleh Kontraktor Pelaksana Pelaksana sesuai yang dipersyaratkan
dalam Kontrak, dan memberi rekomendasi kepada Pemberi Tugas atas segala hal
yang berkaitan dengan surat-surat tersebut.

C. Perubahan Kontrak
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Konsultan Supervisi Supervisi akan memproses semua perubahan atas bentuk,


kualitas atau kuantitas, jenis pekerjaan yang dibutuhkan selama periode kontrak
konstruksi Pembangunan Bendungan Pidekso.
Sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, perubahan-perubahan ini dapat meliputi:
1. Penambahan atau pengurangan kuantitas pekerjaan di dalam Kontrak
2. Penghapusan suatu jenis pekerjaan
3. Perubahan karakteristik atau kualitas suatu jenis pekerjaan
4. Perubahan atas elevasi, jalur, posisi dan dimensi dari suatu
bagianpekerjaan
5. Penambahan suatu pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
proyek
6. Perubahan atas urutan kerja atau waktu pelaksanaan suatu bagian
pekerjaan

Sebagaimana dengan pengalaman Konsultan Supervisi Supervisi dalam


pelaksanaan kegiatan supervisi konstruksi, hasil pekerjaan DED dapat
mengakibatkan terjadinya Contract Change Order dan atau Variation Order. Untuk
itu Konsultan Supervisi Supervisi akan terus berkoordinasi dengan Pemberi
Tugas atas langkah yang akan diambil seperti optimasi desain sesuai anggaran
biaya yang ada, pembuatan perubahan kontrak yang dibutuhkan, dan lain-lain.

D. Klaim dan Perselisihan


Konsultan Supervisi Supervisi berpendapat bahwa klaim dan perselisihan dapat
ditekan seminimal mungkin atau bila mungkin dihindari sama sekali, bila terdapat
koordinasi yang harmonis antara Pemberi Tugas, Kontraktor Pelaksana
Pelaksana, dan Konsultan Supervisi Supervisi sepanjang pelaksanaan kontrak.
Pemahaman atas semua dokumen kontrak konstruksi seperti diuraikan dalam
bagian A di atas, juga sangat bermanfaat untuk mengantisipasi dan mencegah
terjadinya klaim dan perselisihan.
Meskipun demikian, apabila terjadi klaim dan perselisihan maka Konsultan
Supervisi Supervisi akan membantu dalam penyelesaian perselisihan dan
memberi rekomendasi pemecahannya.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Secara garis besar Konsultan Supervisi Supervisi akan membantu penyelesaian


klaim dan perselisihan dengan cara sebagai berikut:
1) Review Klaim dan Data Pendukung
Jika Kontraktor Pelaksana Pelaksana mengajukan klaim maka Konsultan
Supervisi Supervisi akan melakukan evaluasi dan mengikuti semua prosedur yang
ditetapkan dalam Syarat Khusus Kontrak(Condition of Particular Application) dan
Syarat Umum Kontrak (GeneralCondition of Contract) . Evaluasi akan dilakukan
dengan mempelajari dengan teliti atas isi klaim dan data pendukungnya.
Konsultan Supervisi Suprvisi akan mempelajari kebenaran dan klaim Kontraktor
Pelaksana Pelaksana tersebut, dan bilamana perlu akan meminta Kontraktor
Pelaksana Pelaksana untuk melengkapi data-data pendukung yang dibutuhkan.
Data yang dapat menjadi referensi dalam klaim adalah data resmi proyek antara
lain korespondensi, records, laporan, hasil test/laboratorium,data survey, berita
acara, jadwal, laporan resmi cuaca, sertifikat pembayaran,photo-photo, dan
dokumen lain yang merupakan dokumen resmi dalam proyek
2) Laporan Evaluasi
Berdasarkan semua data yang ada, Konsultan Supervisi Supervisi akan
membantu Pemberi Tugas dalam mengevaluasi secara menyeluruh atas klaim
tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam syarat khusus dan umum
kontrak dan memeriksa kebenaran dan ketepatan data-data pendukung.
Berdasarkan evaluasi tersebut Konsultan Supervisi Supervisi akan member!
rekomendasi keputusan (determination) atas klaim tersebut.
Selanjutnya Konsultan Supervisi Supervisi akan membantu dalam penyusunan
laporan lengkap atas klaim meliputi temuan fakta (fact-findings) yang didapat,
data pendukung, konsekwensi biaya dan/atau jadwal, dan rekomendasi
penyelesaiannya.
3) Penyelesaian Klaim
Setelah Pemberi Tugas menetapkan keputusan untuk menerima/menerima
sebagian/menolak klaim yang diajukan Kontraktor Pelaksana Pelaksana, maka
Konsultan Supervisi Supervisi akan membantu dalam melengkapi semua data
yang mendasari keputusan tersebut.
4) Penyelesaian Perselisihan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Jika terjadi perselisihan, maka Konsultan Supervisi Supervisi akan membantu


penyelesaian perselisihan dengan mengacu pada panduan yang telah disepakati
dalam Syarat Khusus dan/atau Syarat Umum Kontrak.
Penyelesaian secara musyawarah menjadi cara pertama dalam menyelesaikan
perselisihan. Apabila tidak dicapai kesepakatan maka tahapan selanjutnya seperti
arbitrase menjadi sarana penyelesaian perselisihan yang terjadi.
Selama terjadi proses klaim dan perselisihan, Kontraktor Pelaksana Pelaksana
wajib tetap melaksanakan pekerjaan kecuali kontrak sudah dinyatakan berhenti
(terminate).

5.5.12. Panel Ahli Bendungan


Pemberi Tugas sebagai pemilik bendungan dapat menunjuk Panel Ahli Bebas
atas prakarsa sendiri atau atas permintaan Komisi Keamanan Bendungan untuk
kegiatan keamanan bendungan. Panel Ahli Bebas dapat ditunjuk pada tahap
desain/review desain, pelaksanaan konstruksi, pengisian waduk pertama, serta
operasi dan pemeliharaan.
Panel Ahli Bebas berfungsi memberikan pertimbangan teknis yang mendalam dan
profesional mengenai keamanan bendungan terutama yang berhubungan
dengan:
1. Penerapan teknologi
2. Kriteria perencanaan, standar dan kelayakan teknis
3. Permasalahan teknis yang komplek
4. Klasifikasi bahaya bendungan
5. Metoda pelaksanaan konstaiksi
6. Pengamatan dan pemantauan keamanan bendungan
7. Pengoperasian dan pemeliharaan

Sesuai dengan tahapan pekerjaan, panel ini dapat dilaksanakan beberapa kali
dan terdiri dari ahli bendungan yang sesuai dengan permasalahan yang hendak
didiskusikan. Panel dapat berupa para ahli Nasional dan Intemasional.

Dengan diundangnya Panel Ahli Bendungan, maka Panel Ahli Bendungan akan
memberikan masukan yang dapat merupakan laporan tertulis berisikan saran
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

teknis atau bisa berbentuk diadakannya workshop apabila dipandang perlu oleh
Pemilik Proyek.

Untuk hal-hal yang bersifat regular dan umum, maka pengadaan Panel Ahli
Bendungan adaiah sebatas masukan teknis terhadap kondisi teknis di lapangan.
Sedangkan untuk masalah teknis yang tidak umum dan sangat jarang dilakukan
pada konstruksi proyek sejenis di Indonesia, maka diadakannya Workshop akan
menjadi suatu masukan yang penting bagi banyak pihak, mulai dari ketiga belah
pihak yang terlibat pada konstruksi pembanguan Bendungan Pidekso, maupun
pihak-pihak lain yang ingin mendapatan informasi baru mengenai suatu jenis
konstruksi atau metode konstuksi .
5.5.13. Dokumen Operasi dan Pemeliharaan

Dokumen Operasi dan Pemeliharaan (OP) merupakan salah satu dokumen yang
sangat penting, karena dalam dokumen ini akan menjadi manual dan petunjuk/
guidance bagi pelaksana setelah Bendungan Pidekso ini beroperasi.

Dalam dokumen OP ini tidak saja menjelaskan tentang bagaimana


mengoperasikan suatu perangkat yang harus dioperasikan tetapi juga
menjelaskan wadah/ lembaga/ unit siapa yang mengoperasikan, siapa yang
bertanggungjawab serta kepada siapa hasil operasi tersebut digunakan. Sehingga
selain petugas operasional juga calon pengguna air dari pengoperasian ini juga
dijelaskan dalam dokumen OP ini. Bahkan sampai biaya-biaya yang diperlukan
dalam operasi dan pemeliharaan ini item-item yang diperlukan dalam perhitungan
biaya.

Pada dasarnya dokumen OP ini dilandasi pada alokasi pemanfaatan air waduk,
baik itu untuk pengendali banjir, pemeliharaan sungai, air baku, dan lain-lain.
Operasi ini menjadi penting karena harus melayani berbagai kepentingan
pengguna air tersebut di atas, dan untuk kelangsungan pelayanan ini hingga
bermanfaat secara optimal dan menerus (continue) tetap terjaga.

Secara umum tujuan dari dibuatnya Dokumen OP ini adalah memanfaatkan air
secara optimal dengan cara mengalokasikan secara proposional sedemikian
sehingga tidak terjadi konflik antar kepentingan dan pengendali banjir di musim
hujan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pola operasi waduk biasanya terdiri dari 2 (dua) pola yartu pola pengisian dan
pola pengoperasian, yang biasanya didasarkan pada musim hujan dan musim
kemarau. Sehingga pengoperasiannya harus selalu berfungsi baik di kedua
musim di atas.

Dalam hal-hal terdapat kerusakan dan kurang berfungsinya suatu perangkat yang
dioperasikan, maka dalam dokumen ini akan menjelaskan segala yang diperlukan
dalam perbaikan, rehabilitasi, rekondisi, bahkan kemungkinan konservasi
lingkungan.

Dalam dokumen OP ini juga, akan menjelaskan bila terjadi kegagalan operasi
akibat suatu masalah, maka apa saja resiko-resikonya, sehingga bila diperlukan
antisipasi, maka persiapannya akan lebih cepat dan lebih baik, termasuk
tindakan-tindakan daruratnya.

Pemeliharaan waduk dan kelengkapan bangunan lainnya, akan menjadi sangat


penting untuk kelangsungan operasi dan pemanfaat air waduk ini, oleh karena itu
baik operasi maupun usaha pemeliharaannya harus dilakukan dengan
dokumentasi dan tercatat (record) dan harus selalu dilaporkan.

5.5.14. Sertifikasi Pengisian Waduk

Setelah Konsultan Supervisi Supervisi yang menangani desain dan/atau


pelaksanaan telah menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan
bendungan/waduk telah memenuhi syarat untuk pengisian, maka pemilik
bendungan diwajibkan mengajukan permohonan persetujuan pengisian waduk
kepada Komisi dengan tembusan kepada Balai disertai dokumen dokumen yang
wajib disediakan.

Pengisian waduk tidak boleh dilaksanakan sebelum ada inspeksi dari Balai dan
Komisi Bendungan yang akan memberikan rekomendasi kepada Menteri untuk
menerbitkan sertifikat persetujuan pengisian waduk.

Persiapan pengisian pertama waduk meliputi perencanaan, pelaksanaan,


pemantauan, pengawasan dan pengendalian yang mencakup kegiatan inspeksi
selesainya semua bangunan dibawah rencana muka air, pembersihan lahan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

genangan termasuk pemusnahan limbah, pemindahan penduduk, penyelamatan


benda sejarah dan pemindahan satwa (angka dari daerah genangan).

Persyaratan pengisian pertama waduk harus sesuai dengan persyaratan teknis


dan ketentuan pelaksanaan yang disetujui oleh Menteri Pekerjaan Umum, dan
selama pengisian Pemilik wajib melakukan evaluasi perilaku bendungan.

Adapun dokumen-dokumen yang wajib disiapkan dalam pengajuan persetujuan


pengisian pertama tersebut adalah (rangkap tiga):

1. Laporan Geologi Teknik rinci, mencakup bore log serta hasil explorasi
lainnya dan peta Geoteknik Tapak Bendungan dari investigasi galian
(pondasi) dan investigasi tambahan (kalau ada) serta laporan lengkap
mengenai perbaikan pondasi.

2. Laporan perubahan desain (kalau ada) disertai alasan pendukung dan


perhitungannya.

3. Laporan pengendalian mutu pekerjaan (quality control) dan pelaksanaan


konstruksi berikut kendala dan cara mengatasinya.

4. Hasil Pemeriksaan peralatan hidromekanik di pabrik maupun di lapangan


serta hasil uji kering dan basah (harus ada).

5. Laporan Penyelesaian Proyek (Project Completion Report). Bila butir-1


sampai dengan butir-5 sudah tercakup dalam laporan ini, maka laporan
secara terpisah tidak dipersatukan lagi.

6. Surveillance Programme (Program Pengamatan/Pemantauan) Laporan


pembacaan instrumentasi selama pelaksanaan konstruksi serta anaiisanya.

7. Reservoir Operation Rule-Rencana Tindak Darurat (RTD) termasuk sistem


peringatan banjir (flood warning system) dan laporan sosialisasinya.

8. Rencana kegiatan pengisian awal waduk, termasuk petugas-petugas yang


teriibat dan tanggung jawab masing-masing.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

9. Buku Pedoman Operasi dan Pemeliharaan (O&P) Bendungan secara


menyeluruh dan Petunjuk Khusus Operasi dan Pemeliharaan peralatan
hidromekanik.

10. Organisasi pelaksana O&P lengkap dengan :

a. Bagan organisasi

b. Uraian tugas beserta kualifikasi personilnya.

11. Laporan pelatihan petugas O&P untuk kondisi Opeasi Normal dan Operasi
Darurat

12. Uraian ringkas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan


konstruksi mencakup table/matriks perbandingan kondisi/parameter
desaindengan hasil pelaksanaan di lapangan serta mencakup uraian dan
butir-butir serta tercantum pada Daftar Simak.

13. Gambar Desain, ukuran A1 dan A3.

14. Gambar Konstruksi, ukuran A1 dan A3.

15. Gambar PurnaKonstruksi (as built drawing), ukuran A1 dan A3.

16. Data teknis bendungan sesuai format baku yang telah dimuktahirkan

17. Fotofoto saat konstruksi dan setelah selesai dibangun.

Konsultan Supervisi akan membantu Pemberi Tugas dalam semua aspek yang
ada dalam proses sertifikasi pengisian awal waduk. Konsultan Supervisi akan
merekomendasikan jadwal yang tepat untuk memulai pekerjaan Analisa
Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) yang kemungkinan akan dilakukan
oleh Konsultan Supervisi lain yang. Berdasarkan analisa keruntuhan ini akan
disusun Rencana Tindak Darurat yang juga merupakan salah satu persyaratan
yang harus dilengkapi dalam pengajuan ijin pengisian awal waduk.

Apabila pekerjaan yang diperlukan dalam rangka memenuhi semua persyaratan


dalam proses pengisian awal waduk ini merupakan pekerjaan yang harus di
subkontrakkan, maka Konsultan Supervisi akan membantu Pemberi Tugas dalam
menyiapkan data-data selama pelaksanaan fisik sebagai persyaratan untuk
keperluan sertifikasi imponding.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

TABEL 5.2 : DAFTAR SIMAK

D = Kajian Desain Bendungan


K = Kajian Pelaksanaan konstruksi bendungan untuk persetujuan pengisian awal waduk
O = Kajian Pelaksanaan Pengisian untuk persetujuan Operasi dan pemeliharaan
bendungan/waduk
H = Peng-Hapus-an bendungan
X = Perlu kajian
POKOK - POKOK KAJIAN D K 0 H
1.GEOLOGI TEKNIK
1 .1 Metode dan Cakupan Survai dan Investigasi X
1.2 Peta Geologi Teknik; Stratigrafi, Struktur Geologi X X
1.3 Hidrogeoiogi X X X X
1 .4 Galian Fondasi dan Perbaikan Fondasi X X
1.5 Masalah X X X X

2 DESAIN HIDROLOGI
2.1 Metoda dan kriteria desain X X
2.2 Karakteristik hidrologi, pola banjir, kondisi limpasan (Run X X X X
2.3 off) dan atau angkutan sedimen layang
2.4 Hambatan operasi X
2.5 Keadaan muka air bun (tail race) X X
2.6 Hambatan aliran banjir di hilir bendungan X X
2.7 Manajemen sungai dan DPS X X X
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

3 DESAIN BANGUNAN DAN SIFAT BANGUNAN


3.1 Metoda dan kriteria desain X X X X
3.2 Kondisi pembebanan dan faktor keamanan X X X X
3.3 Stabilitasfondasi X X X X
3.4 Deformasi bangunan X X X X
3.5 Kemerosotan mutu X X X
3.6 Rembesan dan gaya angkat X X X
3.7 Respon akth/itas seismak X X X
3.8 Peralatan hkjromekanikal X X

4 INSTRUMENTASI
4.1 Sistem observasi hidrologi X X X
4.2 Pemantauan bendungan >: X X X
4.3 Pemantauan seismak X X X
4.4 Pemantauan perilaku tumpuan (abutment) X X X
4.5 Pemantauan sedimentasi X X
4.6 Pemantauan kolam olak pelimpah (stiling basin) X X

5 OPERASI WADUK
5.1 Debit banjir dan operasi pelimpah X X
5.2 Stabilitas tebing waduk X X
5.3 Aspek lingkungan X X X X
5.4 Peringatan banjir X X X
D = Kajian Desain Bendungan
K = Kajian Pelaksanaan konstruksi bendungan untuk persetujuan pengisian awal waduk
O = Kajian Pelaksanaan Pengisian untuk persetujuan Operasi dan pemeliharaan
bendungan/waduk
X = Perlu kajian
POKOK - POKOK KAJIAN D K 0 H
6 INSPEKSI
6.1 Inspekstur dan inspeksi X X X X
6.2 Jadual inspeksi dan pokok inspeksi X X X
6.3 Metode inspeksi dan kegiatan rutin X X X X
6.4 Pemrosesan dan evaluasi X X
6.5 Alur data, laporan dan pelaporan X X
6.6 Prosedur dan proses Pembuatan Keputusan X X

7 DOKUMEN DAN ARSIP


7.1 Catalan dan pengarsipan X X X
7.2 Ketersediaan dan aksesibilitas data X X X X

8 PROSEDUR DAN RENCANA TINDAK DARURAT (RTD)


8.1 Kelas Bahaya Bendungan X
8.2 Rencana Tindak Darurat X X X
8.3 Sistem Peringatan Darurat X X X
8.4 Sistem Komunikasi Darurat X X
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

8.5 Proses dan Prosedur Keputusan Darurat X X


8.6 Pelatihan Operasi Darurat X X

9 ASPEK KHUSUS BERKAITAN DENGAN SUNGAI


PERBATASAN
9.1 Keamanan bendungan X X
9.2 Pengendalian banjir dan debit pengeluaran X X X
9.3 Kerjasama operasi dan pengelotaan DPS X X X
9.4 Peringatan Darurat X X X

10 KLASIFIKASI TINGKAT BAHAYA BENDUNGAN


10.1 Kriteria Klasifikasi X X
1 0.2 Fleksibiiitas dan perubahan klasifikasi X

11 MUSIBAH, KECELAKAAN DAN KEJADIAN LUAR BIASA


11.1 Investigasi dan evaluasi X X
1 1 .2 Perbaikan - perbaikan X
1 1 .3 Pencegahan terulangnya kecelakaan X X X

12 PEMBIAYAAN
12.1 Perkiraan biaya X
12.2 Pendanaan X X
5.5.15. Serah Terima Pertama

Apabila seluruh pekerjaan atau seluruh pekerjaan utama sebagaimana diatur


dalam kontrak, telah selesai maka Kontraktor Pelaksana dapat mengajukan
permohonan untuk serah terima pertama pekerjaan.

Untuk dapat dilakukan serah terima pertama maka Kontraktor Pelaksana


mempunyai kewajiban untuk melakukan Uji Akhir (Test on completion)
sebagaimana diatur dalam Syarat Umum Kontrak (General Condition). Konsultan
Supervisi akan membantu Pemilik Proyek untuk melakukan pemeriksaan dan
persetujuan prosedur pengujian awal (start-up andcommissioning test) yang
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana atas perintah Pemilik Proyek, dan akan
mengkoordinasikan dan mengawasi semua pengujian untuk memenuhi standar
dan kriteria yang tercantum dalam Dokumen Spesifikasi Teknik.

Jika pada saat pengujian, hasil uji gagal memenuhi standar pada Dokumen
Spesifikasi, maka Konsulan atas persetujuan Pemilik Proyek akan:

• Melakukan pengulangan Pengujian / Test.

• Menolak hasil pekerjaan, atau


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

• Mengeluarkan Sertifikat pengambil-alihan, jika Pihak Pemilik Proyek


menghendaki, dengan memperhatikan bahwa pekerjaan dianggap tidak
lengkap, sehingga Harga Progress Kerja yang akan dibayar akan dikurangi
sebesar suatu angka yang disetujui oleh Pihak Pemilik Proyek dan
Kontraktor Pelaksana, dan / atau jika tidak ada kata sepakat, maka besaran
angka pengurangan akan ditetapkan seperti yang diatur dalam Syarat
Umum Kontrak.

Konsultan Supervisi akan memeriksa Laporan Pengujian Comissioning yang


dipersiapkan dan dikirim oleh Kontraktor Pelaksana. Ketika hasil pengujian telah
lengkap dan lotos semua pengujian untuk memenuhi spesifikasi yang disyaratkan,
Konsultan Supervisi, dengan persetujuan Pemilik Proyek akan menyiapkan Berita
Acara Serah Terima Pertama untuk semua pekerjaan dalam kontrak.

Dalam hal dari hasil pengujian-pengujian tersebut konsuttan berkesimpulan hasil


kerja tidak sesuai desain dan spesifikasi teknis yang berlaku maka Kontraktor
Pelaksana wajib melakukan pekerjaan-pekerjaan perbaikan atas bagian yang
tidak memenuhi syarat tersebut sampai test-test lanjutan yang dilakukan
membuktikan bahwa semua persyaratan terpenuhi.

5.5.16. Masa Pemeliharaan

Masa pemeliharaan adalah masa yang dimulai dari saat Provisional Hand Over
(PHO) untuk seluruh pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Pemberi
Tugas/ Pemilik Proyek sampai dengan dilakukannya Final Hand Over (FHO).

Selama masa pemeliharaan ini Kontraktor Pelaksana akan meiakukan


penjaminan atas semua pekerjaan yang telah diselesaikan sudah sesuai dengan
semua syarat-syarat dan spesifikasi yang ada mulai bahan/ material yang
digunakan, hingga dimensi serta tata letaknya.

Jika dalam masa pemeliharaani ini terjadi kekurangan, cacat, ketidak sesuaian
dan hal hal lain yang tidak tepat, maka Kontraktor Pelaksana harus meiakukan
perbaikan, perubahan, pembongkaran, pemindahan atas ketidaksesuaiannya
termasuk juga bila terdapat material yang tidak memenuhi syarat, maka harus
diganti.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Dalam masa pemeliharaan ini Konsultan Supervisi akan selalu mendampingi


(assist) pemberi tugas dalam meiakukan inspeksi semua bangunan dan
peralatan-peralatan/ perangkat yang harus bisa beroperasi dengan baik. Selain itu
Konsultan Supervisi akan memberi rekomendasi kepada pemberi tugas bila ada
beberapa hal yang periu dilakukan pekerjaan perbaikan dan meminta untuk
segera menginstruksikan Kontraktor Pelaksana meiakukan pekerjaan tersebut.

Bila masa pemeliharaan telah selesai, maka Kontraktor Pelaksana harus


memenuhi kewajibannya sesuai kontrak, untuk meiakukan inspeksi bersama-
sama termasuk Konsultan Supervisi ke lapangan, hingga mendapatkan
persetujuan dari pemberi tugas yang berupa sertifikat/ surat keterangan
kesesuaian ( bebas dari kekurangan/ cacat/ ketidak sesuaian lainnya).

5.5.17. AS Built Drawing

As built drawing adalah gambar bangunan setelah dinyatakan selesai 100%


(mutual check 100%), gambar ini disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana dengan
acuan dan ukuran sesuai dengan hasil pemeriksaan di lapangan. Gambar yang di
buat secara detail ini harus diserahkan Kontraktor Pelaksana kepada pemberi
tugas, yang kemudian atas prosedur harus dilakukan pemeriksaan oleh Konsultan
Supervisi terlebihdahulu, dan bila terdapat keraguan maka harus dilakukan
pengechekan kembali dilapangan. Dan bila memang ada ketidak sesuaian, maka
Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya. As Built drawing ini tidak saja
menunjukkan gambar yang tampak tetapi juga harus menunjukkan bangunan
substructure (bangunan bawah tanah/ tertanam). As Built drawing ini harus
diserahkan sebelum Provisional hand over (PHO).

Manfaat As built drawing ini adalah bila setelah Final Hand Over (FHO) pada
bangunan tersebut memerlukan perubahan/ rehabilitasi/ renovasi, maka dengan
adanya as built drawing ini akan lebih memudahkan dalam menentukan jenis/
bentuk perubahannya dan akan sangat membantu bila disuatu saat akan ada
bangunan baru di sekitamya, maka akan lebih mudah untuk diketahui
stabilitasnya akan terganggu apa tidak. Oleh karena itu as built drawing ini harus
tersimpan dengan baik.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.5.18. Serah Terima Terakhir

Final Hand Over (FHO) adalah serah terima pekerjaan terakhir, yang
menunjukkan bahwa tidak saja semua pekerjaan sudah selesai tetapi juga telah
dilakukan uji, percobaan operasi, evaluasi dan dinyatakan bahwa semua hasil
pekerjaan Kontraktor Pelaksana sudah berfungsi sesuai dengan target yang
direncanakan.

Untuk FHO ini Kontraktor Pelaksana akan mengajukan pemeriksaan bangunan di


lapangan bersama-sama pemberi Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi
dengan jadual dan lokasi yang telah disetujui pemberi tugas. Sebelum
mengajukan pemeriksaan tersebut, Kontraktor Pelaksana harus sudah
menyelesaikan semua pekerjaan perbaikan di masa pemeliharaan (bila ada) dan
sudah dinyatakan selesai oleh pemberi tugas.

Bila dalam pemeriksaan masih ada ketidak sesuaian maka acara FHO ditunda
hingga sudah benar-benar sudah sesuai dengan rencana dan target serta
ketentuan- ketentuan yang ada.

Setelah diterimanya sertifikat FHO oleh Kontraktor Pelaksana dari pemberi tugas
maka segala ikatan Kontraktor Pelaksana kepada pemberi tugas atas pekerjaan
Bendungan Pidekso tersebut dinyatakan berakhir.

5.5.19. Alih Pengetahuan

Salah satu tugas pokok Konsultan Supervisi adalah melaksanakan alih


pengetahuan (transfer of knowledge) kepada tenaga engineer muda Balai
Wilayah Sungai Bengawan Solo, baik melalui on the job training maupun
pelatihan yang diselenggarakan khusus untuk itu.

Konsultan Supervisi akan berkoordinasi dengan pihak Pemberi Tugas untuk


menetapkan materi pelatihan yang dibutuhkan dan jadwal pelaksanaannya.
Tergantung materi pelatihan yang diberikan, tenaga ahli Konsultan Supervisi
dapat merupakan tenaga ahli Indonesia maupun asing, yang didatangkan
sehubungan dengan keperluan proyek nantinya.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Topik utama yang dapat menjadi bahan pelatihan dalam rangka alih pengetahuan
antara lain :
• Perencanaan dengan metode networking (CPM network) ;
• Quality control ;
• Cost control ;
• Safety control ;
• Construction method dengan teknologi khusus/terbaru ;
• Evaluasi claims ;
• Operasi dan Pemeliharaan ;
• dan lain-lain.

5.5.20. Aspek Lingkungan


Salah satu tingkat kesuksesan kegiatan Operasi dan pemeliharaan proyek
pembangunan Bendungan Pidekso adalah memonitoring aspek lingkungan yang
meliputi kontrol terhadap banjir, penggunaan air dan kualitas air. Parameter utama
kegiatan pengawasan terhadap aspek lingkungan sebagai berikut:
 Pemindahan Bangunan, Penduduk, dan Sarana Umum yang terkena
dampak pembangunan waduk.
 Kumpulan data yang diperlukan untuk studi.
 Polusi air saat dan sebelum adanya proyek.
 Perubahan fungsi lahan pertanian.
 Pengendalian Banjir.
 Lingkungan sosial dan ekonomi
 Persiapan program monitoring.

Pengambilan sample air dan pengujiannya, tingkat kebisingan, perubahan


vegetasi tergantung dan ketersediaan data yang ada, dimana dikerjakan oleh
pihak sub-Konsultan Supervisi Iingkungan.

Konsultan Supervisi akan membantu pihak Pemilik Proyek dalam mengawasi


pekerjaan yang mempunyai potensi dampak Iingkungan sekrtar area pekerjaan.
Konsultan Supervisi melalui tenaga ahli lingkungannya membantu mengevaluasi
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

kegiatan yang sesuai dengan dokumen kontrak yang dilakukan sub-Konsultan


Supervisi (jika ada) untuk dampak Iingkungan yang dituangkan dalam suatu
laporan rutin. Selanjutnya dampak yang terjadi dapat mempengaruhi bebarapa
aspek ruang, ekonomi, dan budaya.

Dampak Iingkungan yang terjadi secara bertahap terjadi pada masa pra
konstruksi, saat konstruksi dan paska konstruksi, yang terdiri dan beberapa hat
sebagai berikut:

1. Masa Pra Konstruksi, beberapa kegiatan seperti survey awal, pembebasan


lahan, pemindahan bangunan umum, penduduk dan mobilisasi tenaga kerja
mempunyai dampak terhadap beberapa perubahan tata guna lahan,
kecemburuan sosial terhadap fasilitas irigasi dan keresahan penduduk,
kecemburuan sosial di masyarakat local, yang jika tidak diantispasi tentunya
mengakibatkan adanya hambatan-hambatan dalam memulai pekerjaan.
Aspek-aspek yang akan berubah adalah ruang, ekonomi, hidrologi, dan
budaya di sekitar lokasi pekerjaan.

2. Masa Konstruksi, pada periode ini secara umum akan memberikan dampak
terhadap Iingkungan secara nyata baik dari sisi kerugian ataupun sisi
keuntungannya. Pengerjaan fisik waduk dapat menurunkan kualitas dibagian
hilir, gangguan aliran air, gangguan aktifrtas di sungai yang akan
memberikan dampak kerugian antara lain : gangguan rantai makanan di
sungai, penurunan populasi ikan bahkan dapat menghilangkan jenis ikan
tertentu. Sedangkan dampak keuntungan pada masa ini antara lain
peningkatan kesejahteraan di desa sekitra waduk, peningkatan produktifitas
penduduk, peluang terciptanya peluang keragaman jenis usaha di
perdesaan.

3. Masa Pasca Konstruksi, periode ini memberikan suatu dampak yang tidak
hanya secara langsung merugikan tetapi secara perlahan dapat
meningkatkan pengembangan ekonomi perdesaan (multiplier effects).
Dampak secara langsung akibat PHK (pemutusan hubungan kerja)
memunculkan permasalahan produktifitas masyarakat sekitar lokasi.
Dampak lain dengan beroperasinya waduk adalah penyimpangan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

penggunaan air dan lahan, disamping mempercepat pengembangan wilayah


dan peningkatan produktivitas lahan serta peningkatan kuantitas sumber
daya manusia yang berkualitas.

Tim Konsultan Supervisi akan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan-


peraturan pemerintah yang berlaku, dan untuk memenuhi tujuan studi dampak
lingkungan ini maka pihak sub-Konsultan Supervisi diharuskan melakukan
investigasi antara lain:

 Menjelaskan detail dampak lingkungan.


 Mengumpulkan data yang berhubungan dengan dampak lingkungan.
 Survey dan identifikasi lapangan.
 Menjelaskan kondisi dampak lingkungan yang terjadi disekitar proyek.
 Analisa aspek terhadap tujuan proyek.
 Rangkuman laporan dampak lingkungan dan rekomendasi untuk studi yang
akan datang.

5.6. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.6.1. Pekerjaan Persiapan
Untuk memperoleh hasil kerja yang optimal dalam pekerjaan pengawasan
pembangunan bendungan diperlukan suatu metode pelaksanaan pekerjaan yang
sistematis ditunjang kerjasama atau koordinasi yang baik dengan pihak/instansi
terkait. Untuk itu harus dilakukan kegiatan persiapan yang mencakup sub tahap
sebagai berikut :

a. Kegiatan Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi yang dilakukan mencakup mobilisasi alat, bahan dan tenaga
Konsultan Supervisi yang terlibat dalam pekerjaan ini beserta demobilisasinya.

b. Kegiatan Perijinan
Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana harus menghubungi
lebih dahulu kepala desa atau aparat setempat lainnya yang berwenang dari
wilayah kerjanya untuk memberitahukan kehadiran dan menjelaskan semua
rencana kerjanya di daerah tersebut. Pada tahap ini ketua tim bersama dengan
Direksi Pekerjaan pekerjaan dan kepala proyek Kontraktor Pelaksana harus hadir.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

c.Pengawasan Pembuatan Kantor Direksi Pekerjaan (Direksi Pekerjaan Keet)


Kantor Direksi Pekerjaan dibangun dengan memepertimbangakan jumlah orang
yang akan berkantor di situ. Kantor ini harus merupakan bangunan permanen,
yang sesudah proyek ini selesai akan menjadi milik pengguna jasa untuk dijadikan
Rumah Jaga Pintu Air. Ahli Kontruksi harus melakukan pengecekan spesifikasi
teknis. Sementara itu inspector struktur membantu Ahli Kontruksi dalam
pengawasan pelaksanaan konstruksi.
Kelengkapan Direksi Pekerjaan keet adalah sebagai berikut :
- 1 (satu) set meja kursi tamu.
- 4 (empat) set meja kursi tulis
- 1 (satu) set papan tulis.
- 1 (satu) set alat tulis (buku tamu, penggaris segi tiga, kertas, buku laporan
harian dan buku catatan yang lain).
- Papan dalam jumlah secukupnya untuk menempel gambar-gambar rencana
dan foto-foto kemajuan fisik pekerjaan.
- 1 (satu) tempat obat-obatan dengan isinya untuk pertolongan pertama pada
kecelakaan.

d. Pengawasan Pembuatan Barak Pekerja dan Gudang


Barak digunakan sebagai tempat beristirahat untuk para pekerja yang akan
melaksanakan pekerjaan tersebut. Di samping itu, harus juga dibangun gudang
yang baik bagi penyimpanan material sehingga tidak rusak karena hujan atau
cuaca. Pada tahap ini ahli konstruksi bersama dengan inspector konstruksi harus
mengawasi spesifikasi teknis konstruksi

e. Pengawasan Pembuatan Laboratorium Lapangan


Laboratorium lapangan bertujuan sebagai tempat pengujian bahan dan peralatan
konstruksi. Selain itu juga sebagai tempat penyimpanan benda uji sebelum dibawa
ke laboratorium permanen. Pada tahap ini ahli konstruksi bersama dengan
inspector konstruksi harus mengawasi spesifikasi teknis konstruksi.

f. Pengawasan Pengukuran dan Pematokan serta Mutual Check (MC-0 % )


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pekerjaan pengawasan ini merupakan pekerjaan yang esensi dari tahap


persiapan. Pekerjaan ini melibatkan ahli konstruksi dan inspector pengukuran di
bawah koordinasi ketua tim.

Alat yang dipakai dalam pengukuran ini minimal adalah waterpass dan theodolite
T-0. Pengikatan dalam pengukuran ini dilakukan terhadap patok-patok tertentu
yang berfungsi sebagai titik tetap / bench mark (BM).

Selain adanya titik tetap, juga perlu titik tambahan lainnya sedemikian sehingga
jarak 2 titik tetap tidak lebih dari 1 kilometer.
Ketelitian pengukuran harus selalu dalam batas-batas keseksamaan sebagai
berikut :
 Titik-titik untuk tampang melintang, boleh terletak kurang dari 2 cm dari posisi
yang ditentukan, baik dalam arah vertikal maupun horizontal.
 Pengukuran titik tinggi harus diselesaikan pada sebuah titik tetap atau dibawa
kembali ke titik pertama. Kesalahan penutupan harus kurang dari 10 L mm,
dimana L adalah panjang atau jarak sirkuit pengukuran dalam km
 Patok-patok yang menunjukkan tinggi akhir dari pekerjaan tanah harus
dipasang dengan tidak melewati 0,25 cm dari titik tinggi yang benar.
 Garis singgung dan lengkung, perbedaannya dengan yang benar harus kurang
dari 2 cm terhadap posisi yang benar. Titik untuk bangunan harus terletak tidak
lebih dari 0,25 cm dari kedudukan yang sebenarnya, kecuali pada
pemasangan pekerjaan baja dan peralatannya memerlukan yang lebih tinggi.

Konsultan Supervisi harus memeriksa hasil pengukuran. Hasil pengukuran uitzet


akan dipakai sebagai dasar dan kondisi awal sebelum pekerjaan utama
dilaksanakan. Oleh karena itu Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan memulai
suatu pekerjaan saluran/bangunan sebelum posisi, ukuran-ukurannya, dan
ketinggian-ketinggiannya disetujui oleh Konsultan Supervisi..

Pematokan pada as trase saluran dalam pengukuran ini, dilakukan pada setiap
interval 50 m dan pada setiap belokan dengan menggunakan patok kayu.
Pematokan pada lokasi bangunan-bangunan air harus dilakukan dengan
menggunakan patok beton.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pada setiap patok yang dipasang agar dicantumkan nomor urut dan elevasi hasil
pengukuran.

Jika pada waktu pengukuran/uitzet trase bangunan pelimpah dijumpai ketidak-


sesuaian antara gambar dengan keadaan lapangan, maka Konsultan Supervisi
harus meminta laporan pihak Kontraktor Pelaksana.

g. Pengawasan Pemasangan Profil (Bouwplank)


Pada setiap pembuatan saluran dan bangunan, Konsultan Supervisi harus
mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam memasang bouwplank/profil dan
menentunkan elevasi serta nama bangunannya.

Pemasangan bouwplank/profil harus berdasarkan peil elevasi ketinggian dari


patok pengukuran dan Konsultan Supervisi harus memeriksa bowplank sebelum
dilakukan pemasangan. Bouwplank harus dibuat dari papan kayu kelas III yang
lurus dan rata. pemasangan bouwplank harus didahului dengan pengukuran yang
menggunakan alat ukur. Pemasangannya harus cukup kuat menghadapi kendala
di lapangan.
Konsultan Supervisi harus memeriksa kebenaran dari pemasangan bouwplank.
Setelah pemeriksaan ini selesai dan hasilnya benar, barulah pekerjaan dapat
dimulai.

h.PengawasanPengendalian Air (Dewatering)


Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam mendesain,
membangun dan merawat semua pekerjaan sementara untuk mengendaiikan air
dan pengeringan (dewatering) serta menyediakan, memasang, mengoperasikan
dan merawat peralatan pemompaan dan perlengkapan lain untuk mengalihkan air
dari daerah kerja sehingga pekerjaan bisa dilaksanakan dengan baik.

i. Pengawasan Perbaikan Jalan Masuk dan Jalan Angkut


Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam memperbaiki
dan merawat semua jalan masuk dan jalan angkut yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan termasuk drainase, jembatan, gorong-gorong dan
sejenisnya yang berhubungan dengannya.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Jalan-jalan masuk sementara yang perlu dibangun harus memenuhi kemiringan


dan lebarnya cukup sehingga bisa dilalui dengan leluasa oleh kendaraan proyek.
Dalam waktu tidak lebih dari 30 hari sebelum Kontraktor Pelaksana bermaksud
mulai membangun jalan masuk sementara atau jalan angkut sementara atau
bagian dari padanya Konsultan Supervisi perencana harus meminta rencana
pembangunan dengan kriteria yang mencakup :
i. Lokasi, tata letak dan lintasan jalan-jalan tersebut.
ii. Rincian desain jalan termasuk, lebar, kemiringan dan lain-lain dan rincian dari
semua drainase dan fasilitas penyeberangan yang berkaitan.
iii. Bahan untuk membangun jalan dan dari mana asalnya.
iv. Metode kerja dan jadwal pekerjaan membangun jalan.

5.6.2. Pembersihan, Pencongkelan dan Pengupasan (Land Clearing)

a. Pembersihan
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
pembersihan terdiri atas menyingkirkan, mengangkut dan mengumpulkan di suatu
tempat atau membuang semua pohon, semak, batang kayu, seresah, bangunan,
pagar dan sebagainya. Pohon (diameter batang lebih dari 90 cm) harus dipotong
tidak lebih dari 50 cm di atas tanah. Semak dan tumbuhan lain harus dipotong
tidak lebih dari 20 cm di atas tanah.

b. Pencongkelan
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
pencongkelan. Pencongkelan berupa menggali, memindahkan dan mengangkut
dan membuang semua rumput, bonggol dan batang kayu yang terpendam dan
sejenisnya dari daerah yang sudah dibersihkan dan fondasi bangunan.

c. Pengupasan
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
pengupasan. Pengupasan meliputi menggali, menyingkirkan dan mengangkut ke
tempat pengumpulan atau pembuangan yang ditentukan Konsultan Supervisi
semua tumbuhan, akar dan bahan organik, humus dan sejenisnya dan semua
jenis tanah penutup.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

d. Penyingkiran dan Pembuangan Bahan


Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
penyingkiran dan pembuangan bahan. Semua bahan hasil pekerjaan
pembersihan, pendongkelan dan pengupasan yang bisa dimanfaatkan menjadi
milik Pimpinan Proyek dan harus dikumpulkan di tempat yang ditentukan Direksi
Pekerjaan.
Bahan hasil pembersihan dan sebagainya yang tidak bisa digunakan harus
langsung dibawa ke tempat pembuangan dan dibakar atau dikubur atau dibuang
dengan cara lain seperti diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pembakaran bahan hasil pembersihan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan kebakaran.

5.6.3. Penggalian Buka-Potong (Open-Cut Excavation)

a. Pelaksanaan Galian
Konsultan Supervisi harus mengawasi Kontraktor Pelaksana dalam melakukan
galian buka–potong. Semua galian jenis ini harus dilakukan sesuai dengan
gambar yang ditentukan dalam Syarat-syarat Teknik ini atau seperti diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Selama pekerjaan berlangsung Konsultan Supervisi
mungkin mengubah lereng. Kemiringan atau dimensi galian karena sesuatu
sebab. Kontraktor Pelaksana tidak akan mendapatkan biaya tambahan akibat
perubahan semacam itu. Galian lain yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
untuk keperluannya sendiri seperti untuk jalan masuk atau untuk mengangkut
bahan hasil galian harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi dan atas
biaya Kontraktor Pelaksana dan tidak dapat dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
Kontraktor Pelaksana harus selalu berusaha agar tanah/batuan di bawah galian
berada dalam kondisi tidak terganggu. Semua penggalian yang melebihi batas
yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi dianggap tidak sah dan tidak dapat
dibebankan kepada Pimpinan Proyek.
Kecuali apabila Konsultan Supervisi memerintahkan lain, semua galian-Iebih
harus ditimbun kembali dengan tanah, tanah dipadatkan, beton atau bahan lain
yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi atas biaya Kontraktor Pelaksana.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Namun demikian apabila galian lebih terjadi akibat keadaan geologi yang tidak
menguntungkan dan bukan karena kelalaian Kontraktor Pelaksana, maka
Kontraktor Pelaksana berhak atas suatu pembayaran untuk mengisi kembali
galian-Iebih tersebut. Pembayarannya berdasarkan harga satuan yang sesuai
dengan bahan yang digunakan dan harga satuannya sudah ada dalam Kontrak.
Semua pekerjaan peledakan dan penanganan bahan peledak harus memenuhi
ketentuan yang tercantum untuk pekerjaan tersebut dalam Spesifikasi Teknis ini.
Kontraktor Pelaksana harus mengambil semua tindakan guna melindungi lereng
galian terhadap erosi atau degradasi selama pekerjaan berlangsung. Biaya untuk
pekerjaan ini harus dimasukkan dalam harga satuan pekerjaan yang berkaitan
dengan penggalian.

b. Pengukuran Penggalian Buka-Potong


1. Pekerjaan Penggalian
Pengukuran dan pembayaran untuk setiap jenis bahan galian dilakukan atas
dasar volume galian berdasarkan ketentuan dalam gambar atau seperti
diperintahkan Direksi Pekerjaan. Pengukuran dimulai dari permukaan tanah yang
sudah dibersihkan, kecuali apabila permukaan tanah tidak perlu dibersihkan.
Golongan bahan yang digali ditentukan oleh Konsultan Supervisi berdasar
klasifikasi yang berlaku dalam Spesifikasi Teknis ini.
Sebelum pekerjaan dimulai dan segera setelah pekerjaan selesai harus dilakukan
pengukuran volume galian. Kontraktor Pelaksana harus memasang tanda-tanda di
lapangan sehingga kondisi sebelum dan setelah penggalian dapat diketahui guna
menghitung volume galian. Kemudian hasil pengukuran Kontraktor Pelaksana
akan diperiksa ulang oleh Direksi Pekerjaan. Paling lambat 7 hari sebelum mulai
pekerjaan pengukuran Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan kepada
Konsultan Supervisi suatu rencana yang menunjukkan tata-Ietak semua patok,
garis referensi, profil dan rincian metode pengukuran yang akan digunakan untuk
menghitung volume. Garis referensi dan patak harus dipasang di lapangan paling
lambat 24 jam sebelum pengukuran dimulai dan memberitahukan hal itu kepada
Direksi Pekerjaan. Semua jenis referensi dan patok harus tetap berada di
tempatnya dalam kondisi baik sampai waktu yang ditentukan oleh Konsultan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Supervisi untuk memungkinkan Konsultan Supervisi dapat melakukan pengukuran


ulang. Semua catatan lapangan pengukuran dan penghitungan volume galian
harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.

Semua pengukuran untuk menghitung volume yang akan dipakai dasar untuk
mengajukan pembayaran tambahan harus dilakukan dengan kehadiran Direksi
Pekerjaan. Kontraktor Pelaksana harus memberitahukan Konsultan Supervisi
sebelumnya sehingga pengukuran bersama bisa dilakukan tanpa mempengaruhi
kemajuan pekerjaan penggalian.
2. Jarak Pengangkutan-lebih
Karena suatu hal mungkin hasil galian harus dibuang ke tempat yang lebih jauh
dari tempat yang sudah ditentukan dalam gambar. Untuk menghitung volume
pekerjaan-Iebih akan diadakan klasifikasi jarak sebagai berikut :
- Jarak tambahan lebih dari 1,0 km dan kurang dari 1,5 km,
- Jarak tambahan lebih dari 1,5 km dan kurang dari 2,0 km
- Jarak tambahan lebih dari 2,0 km dan kurang dari 2,5 km.
Pengukuran jarak adalah jarak lurus antara tempat penggalian dan tempat
pembuangan akhir. Semua perhitungan pengangkutan-lebih harus dilakukan
dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan dihitung berdasar hitungan volume
muatan yang bersangkutan atau cara lain yang disetujui bersama antara
Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana.
3. Penimbunan Sementara
Penimbunan sementara dari bahan bangunan yang akan digunakan dan bahan
galian yang harus dibuang bilamana akan dilakukan dan prosesnya akan
dimintakan pembayaran maka kegiatan tersebut harus mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan. Semua perhitungan untuk pembayaran penimbunan sementara
harus atas persetujuan Konsultan Supervisi dan dilakukan dengan cara yang
disetujui bersama antara Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana.
4. Pekerjaan Pendukung untuk Penggalian
Semua pekerjaan pendukung untuk melaksanakan penggalian harus sudah
diperhitungkan dalam harga satuan pekerjaan ini. Apabila pekerjaan pendukung
akan dimintakan pembayarannya maka jenis pekerjaan tersebut harus dinyatakan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

terpisah dalam rencana anggaran biaya dan penggunaannya harus mendapat


persetujuan Direksi Pekerjaan.

5.6.4. Pekerjaan Beton


5.6.4.1. Bahan
A. Pengujian bahan
a) Pengawas Lapangan berhak memerintahkan diadakan pengujian pada setiap
bahan yang digunakan pada pelaksanaan konstruksi beton untuk menentukan
apakah bahan tersebut mempunyai mutu sesuai dengan mutu yang telah
ditetapkan.
b) Pengujian bahan dan beton harus dibuat sesuai dengan tata cara yang terdapat
pada Kutipan tata cara
c) Laporan lengkap pengujian bahan dan beton harus tersedia untuk pemeriksaan
selama pekerjaan berlangsung dan pada masa 2 tahun setelah selesainya
pembangunan.
B. Semen
a) Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
a. SNI 15-2049-1994 Semen Portland.
b. “Spesifikasi Semen Blended Hidrolis” (ASTM C 595 ), kecuali Type S dan
SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
c. "Spesifikasi Semen Hidrolis Ekspansif" (ASTM C 845).
b) Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan
semen yang digunakan pada perancangan proporsi campuran. Lihat bab
pemilihan proporsi beton.
C. Agregat
a) Agregat untuk beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
a. “Spesifikasi Agregat untuk Beton”(ASTM C 33).
b. SNI-03-2461-1991 Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur.
b) Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
a. 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun
b. 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

c. 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat,


bundel tulangan, atau tendon-tendon pratekan atau selongsong-
selongsong.
D. A i r
a) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
b) Air pencampur yang digunakan pada beton pratekan atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang
membahayakan.
c) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji yang dibuat dari
adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang
dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut
harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang
dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen
hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)”(ASTM
C 109 ).
E. Baja tulangan
a) Baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos
diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Tulangan yang terdiri dari
profil baja struktural, pipa baja, atau tabung baja dapat digunakan sesuai
dengan persyaratan pada tata cara ini.
b) Pengelasan baja tulangan harus memenuhi “Structural Welding Code –
Reinforcing Steel” ANSI/AWS D1.4 dari American Welding Society. Jenis dan
lokasi sambungan las tumpuk dan persyaratan pengelasan lainnya harus
ditunjukkan pada gambar rencana atau spesifikasi.
c) Baja tulangan ulir (BJTD)
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

a. Baja tulangan ulir harus memenuhi salah satu ketentuan berikut:


i. “Specification for Deformed and Plain Billet-Steel Bars for Concrete
Reinforcement”(ASTM A 615M).
ii. “Specification for Axle-Steel Deformed and Plain Bars for Concrete
Reinforcement”(ASTM A 617M).
iii. “Specification for Low-Alloy Steel Deformed and Plain Bars for
Concrete Reinforcement” (ASTM A706M).

b. Baja tulangan ulir dengan spesifikasi kuat leleh f y melebihi 400 MPa oleh

digunakan, selama f y adalah nilai tegangan pada regangan 0,35 %.


c. Anyaman batang baja untuk penulangan beton harus memenuhi
“Spesifikasi untuk anyaman batang baja ulir yang di fabrikasi untuk
tulangan beton bertulang” (ASTM A 184M).
d. Kawat ulir untuk penulangan beton harus memenuhi “ Spesifikasi untuk
kawat baja ulir untuk tulangan beton ”(ASTM A 496), kecuali bahwa kawat
tidak boleh lebih kecil dari ukuran D4 dan untuk kawat dengan spesifikasi

kuat leleh f y melebihi 400 MPa, maka f y harus diambil sama dengan
nilai tegangan pada regangan 0,35% bilamana kuat leleh yang disyaratkan
dalam perencanaan melampaui 400 MPa.
e. Jaring kawat polos las untuk penulangan beton harus memenuhi
“Spesifikasi untuk Jaring Kawat Baja Polos untuk Penulangan Beton”
(ASTM A185), kecuali bahwa untuk tulangan dengan spesifikasi kuat leleh

melebihi 400 MPa, maka f y diambil sama dengan nilai tegangan pada
regangan 0,35 %, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam
perencanaan melampaui 400 MPa. Jarak antara titik-titik persilangan yang
dilas tidak boleh lebih dari 300 mm pada arah tegangan yang ditinjau,
kecuali untuk jaring kawat yang digunakan sebagai sengkang sesuai
dengan penyaluran tulangan badan.
f. Jaring kawat ulir las untuk penulangan beton harus memenuhi “Spesifikasi
Jaring Kawat Las Ulir untuk Penulangan Beton” (ASTM A 497M), kecuali

bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh f y melebihi 400 MPa,

maka f y harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan 0,35
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan melampaui


400 MPa. Jarak antara titik-titik persilangan yang dilas tidak boleh lebih dari
300 mm pada arah tegangan yang ditinjau, kecuali untuk jaring kawat yang
digunakan sebagai sengkang sesuai dengan Butir penyaluran tulangan
badan.
g. Baja tulangan yang di galvanis harus memenuhi “Spesifikasi baja tulangan
berlapis seng (galvanis) untuk penulangan beton" (ASTM A767M). Baja
tulangan berlapis epoksi harus memenuhi persyaratan ”Spesifikasi untuk
Tulangan Pelapis Epoksi " (ASTM A 775M) atau dengan “Spesifikasi untuk
Lapisan Epoksi pada Baja Tulangan yang Diprefabrikasi”, (ASTM A 934M).
Tulangan berlapis epoksi atau galvanis harus memenuhi salah satu dari
spesifikasi yang terdapat pada Butir baja tulangan ulir (BJTD).
h. Kawat dan jaring kawat las yang dilapisi epoksi harus memenuhi
“Spesifikasi untuk Kawat Baja dan Jaring Kawat Las Berlapis Epoksi untuk
Tulangan”(ASTM A 884M). Kawat yang akan dilapisi epoksi harus
memenuhi ketentuan Spesifikasi untuk kawat baja ulir untuk tulangan beton
”(ASTM A 496), dan jaring kawat las yang akan dilapisi epoksi harus
memenuhi ketentuan Butir Spesifikasi Jaring Kawat Las Ulir untuk
Penulangan Beton” (ASTM A 497M).
d) Baja tulangan polos
a. Tulangan polos untuk tulangan spiral harus memenuhi persyaratan salah
satu ketentuan berikut.
i. “Specification for Deformed and Plain Billet-Steel Bars for Concrete
Reinforcement”(ASTM A 615M).
ii. “Specification for Axle-Steel Deformed and Plain Bars for Concrete
Reinforcement”(ASTM A 617M).
iii. “Specification for Low-Alloy Steel Deformed and Plain Bars for
Concrete Reinforcement” (ASTM A706M).
b. Kawat polos untuk tulangan spiral harus memenuhi "Spesifikasi untuk
Kawat Tulangan Polos untuk Penulangan Beton” (ASTM A 82), kecuali

bahwa untuk kawat dengan spesifikasi kuat leleh f y yang melebihi 400

MPa, maka f y harus diambil sama dengan nilai tegangan pada regangan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

0,35%, bilamana kuat leleh yang disyaratkan dalam perencanaan


melampaui 400 MPa.
e) Tendon Pra Tekan
a. Tendon untuk tulangan pratekan harus memenuhi salah satu dari
spesifikasi berikut:
i. Kawat yang memenuhi “Specification for Uncoated Stress-Relieved
Steel for Prestressed Concrete” (ASTM A 421).
ii. Kawat dengan relaksasi rendah, yang memenuhi “Specification for
Uncoated Stress-Relieved Steel Wire for Prestressed Concrete”
termasuk suplemen “Kawat dengan relaksasi rendah” (ASTM A 421).
iii. Strand yang sesuai dengan “Spesifikasi untuk Strand Baja, Tujuh
Kawat Tanpa Lapisan untuk Beton Pratekan” (ASTM A 416M).
iv. Tulangan, yang sesuai “Spesifikasi untuk Baja tulangan mutu tinggi
tanpa lapisan untuk beton pratekan” (ASTM A722).
b. Kawat, strand, dan batang tulangan yang tidak secara khusus tercakup
dalam ASTM A421, A 416M, atau A 722, diperkenankan untuk digunakan
bila tulangan-tulangan tersebut memenuhi persyaratan minimum dari
spesifikasi tersebut di atas dan tidak mempunyai sifat yang membuatnya
kurang baik dibandingkan dengan sifat-sifat seperti yang terdapat pada
ASTM A 421, A 416, atau A 722.

f) Baja profil, pipa, atau tabung baja


a. Baja profil yang digunakan dengan tulangan beton pada komponen tekan
komposit yang memenuhi persyaratan Butir 10.16(7) atau 10.16(8) harus
memenuhi salah satu dari spesifikasi berikut:
i. “Spesifikasi untuk baja karbon struktural”(ASTM A 36M).
ii. “Spesifikasi untuk Baja Struktural campuran rendah mutu
tinggi.”(ASTM A242M).
iii. “Spesifikasi untuk Baja Struktural Mutu Tinggi Campuran
Columbium-Vanadium”(ASTM A 572M).
iv. “Spesifikasi untuk Baja Struktural Campuran Rendah Mutu Tinggi
dengan kuat Leleh Minimum 345 MPa pada Ketebalan 100 mm”.
(ASTM A588M)
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

b. Pipa atau tabung baja untuk komponen struktur komposit tekan yang terdiri
dari inti beton berselubung baja sesuai persyaratan 10.16(6) harus
memenuhi persyaratan berikut:
i. Mutu B dari “Specification for Pipe, Steel, Black and Hot Dipped,
Zinc-Coated Welded and Seamless” (ASTM A 53).
ii. “Specification for Cold-Formed Welded and Seamless Carbon Steel
Structural Tubing in Rounds and Shapes” (ASTM A 500).
iii. “Specification for Hot-Formed Welded and Seamless Carbon Steel
Structural Tubing”(ASTM A 501).

F. Bahan tambahan
a) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Pengawas Lapangan.
b) Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu
secara konsisten menghasilkan komposisi dan kinerja yang sama dengan
yang dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan proporsi
campuran beton sesuai dengan bab pemilihan proporsi beton.
c) Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton pratekan, pada beton dengan aluminium tertanam, atau
pada beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.
d) Bahan tambahan pembentuk udara harus memenuhi SNI 03-2496-1991
Spesifikasi Bahan Tambahan Pembentuk Gelembung Untuk Beton.
e) Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat
reaksi hidrasi beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi
beton dan gabungan pengurang air dan pemercepat reaksi hidrasi beton harus
memenuhi “Spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton” (ASTM C 494)
atau “Spesifikasi untuk Bahan Tambahan Kimiawi untuk Menghasilkan Beton
dengan Kelacakan yang Tinggi (ASTM C 1017).
f) Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai bahan
tambahan harus memenuhi “Spesifikasi untuk abu terbang dan pozzolan alami
murni atau terkalsinasi untuk digunakan sebagai bahan tambahan mineral
pada beton semen portland” (ASTM C 618).
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

g) Slag tungku pijar yang diperhalus yang digunakan sebagai bahan tambahan
harus memenuhi “Spesifikasi untuk Slag tungku pijar yang diperhalus untuk
digunakan pada beton dan mortar”(ASTM C 989).
h) Bahan tambahan yang digunakan pada beton yang mengandung semen
ekpansif C845 harus cocok dengan semen yang digunakan tersebut dan
menghasilkan pengaruh yang tidak merugikan.
i) Silica fume yang digunakan sebagai bahan tambahan harus sesuai dengan
“Spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-
hidrolis”(ASTM C 1240).

G. Penyimpanan bahan-bahan
a) Bahan semen dan agregat harus disimpan sedemikian rupa untuk mencegah
kerusakan, atau intrusi bahan yang mengganggu.
b) Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan
untuk pembuatan beton.

H. Referensi Peraturan yang Digunakan


a) Standar-standar Nasional Indonesia dan ASTM (American Society for Testing
and Materials) yang dirujuk pada tata cara ini diberikan pada daftar berikut
dengan nomor serinya, dan dinyatakan sebagai bagian dari tata cara ini.
Bilamana standar-standar tersebut diperbaharui, maka yang berlaku adalah
standar-standar yang terkini.
SK SNI S-05-1989-F : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B
(Bahan Bangunan dari Besi/baja),
SNI 07-0052-1987 : Baja Kanal Bertepi Bulat Canai Panas,
Mutu dan Cara Uji,
SNI 07-0068-1987 : Pipa Baja Karbon untuk Konstruksi
Umum, Mutu dan Cara Uji,
SNI 07-0722-1989 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi
Umum,
SNI 07-3014-1992 : Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum,
SNI 07-3015-1992 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi
dengan Pengelasan,
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana


Campuran Beton Normal,
SNI 03-1726-1989 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Rumah dan Gedung,
ASTM A 36M-94 : Standar spesifikasi untuk baja
Struktural,
ASTM A 53-93a : Standar spesifikasi untuk pipa,
baja, black and hot dipped, zinc coated
welded and seamles,
ASTM A 82-94 : Standar spesifikasi untuk jaring
kawat baja untuk beton bertulang,
ASTM A 184M-90 : Standar spesifikasi untuk anyaman baja
ulir untuk beton bertulang,
ASTM A 185-94 : Standar spesifikasi untuk serat baja las
polos, untuk beton bertulang,
ASTM A 242M–93a : Standar spesifikasi untuk baja campuran
rendah berkekuatan tinggi,
ASTM A 416-94 : Standar spesifikasi untuk baja strand,
tujuh kawat tidak berlapis untuk beton
pratekan,
ASTM A 421-91 : Standar spesifikasi untuk kawat baja
penulangan –tegangan tanpa pelapis
untuk beton pratekan,
ASTM A 496-94 : Standar spesifikasi untuk kawat baja
untuk beton bertulang,
ASTM A 497-94a : Standar spesifikasi untuk jaring kawat las
deform untuk beton bertulang,
ASTM A 500-93 : Standar spesifikasi untuk Cold-Formed
Welded and Seamless Carbon Steel
Structural Tubing in Rounds and Shapes,
ASTM A 501-93 : Standar spesifikasi untuk Hot-Formed
Welded and Seamless Carbon Steel
Structural Tubing,
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

ASTM A 572M-94b : Standar spesifikasi untuk High Strength


Low-alloy Columbium –Vanadium of
structural quality,
ASTM A 588M-94 : Standar spesifikasi untuk High Strength
Low-alloy Structural Steel with 50 ksi (345
Mpa) Minimum Yield Point To 4 in. (100
mm) Thick,
ASTM A 615M-96a : Standar spesifikasi untuk Deformed and
Plain Billet –Steel Bars for Concrete
Reinforcement,
ASTM A616M-96a : Standar spesifikasi untuk Rail-Steel
Deformed and Plain Bars for
Reinforcement, including Supplementary
Requirement S1,
ASTM A617M-96a : Standar spesifikasi untuk Axle-Steel
Deformed and Plain Bars for Concrete
Reinforcement,
ASTM A706M-96a : Standar spesifikasi untuk Low-Alloy Steel
Deformed and Plain Bars for Concrete
Reinforcement,
ASTM A706M-96a : Standar spesifikasi untuk Uncoated High
Strength Steel Bars for Prestressing
Concrete,
ASTM A767M-90 : Standar spesifikasi untuk Zinc-coated
(Galvanized) Steel Bars for Concrete
Reinforcement,
ASTM A775M-94d : Standar spesifikasi untuk Epoksi-coated
Reinforcing Steel Bars,
ASTM A884M-94a : Standar spesifikasi untuk Epoksi-coated
Steel Wire and Welded Wire Fabric for
Reinforcement,
ASTM A934M-95 : Standar spesifikasi untuk Epoksi-coated
Prefabricated for Steel Reinforcing Bars,
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

ASTM C 31-91 : Standar praktis untuk pembuatan dan


pemeliharaan benda uji beton di
lapangan,
ASTM C 33-93 : Standar spesifikasi untuk agregat beton,
ASTM C 39-93a : Standar Metode uji untuk kuat
tekan benda uji silinder beton,
ASTM C 42-90 : Standar Metode pengambilan dan uji
beton inti dan pemotongan balok beton,
ASTM C 94-94 : Standar spesifikasi untuk beton jadi,
ASTM C 109-93 : Standar metode uji kuat tekan
mortar semen hidraulis (menggunakan
benda uji kubus 50 mm),
b) “Peraturan las struktural-Baja tulangan” (ANSI/AWS D1.4-92) dari American
Welding Society.

5.6.4.2. Persyaratan Keawetan Beton


A. Rasio air - semen
Rasio air-semen yang disyaratkan pada Tabel 4.2 dan 4.3 harus dihitung
menggunakan berat semen, sesuai dengan ASTM C 150, C595 M, atau C
845, ditambah dengan berat abu terbang dan bahan pozolan lainnya
sesuai dengan ASTM C 618, slag sesuai dengan ASTM C 989, dan silica
fume sesuai dengan ASTM C 1240, bilamana digunakan.
B. Pengaruh lingkungan
Beton yang akan mengalami pengaruh lingkungan seperti yang diberikan
pada Tabel 5.3 harus memenuhi rasio air-semen dan persyaratan kuat
tekan karakteristik beton yang ditetapkan pada tabel tersebut

Tabel 5.3 Persyaratan untuk pengaruh lingkungan khusus


Rasio air - '
fc min2,
Kondisi lingkungan semen
MPa
Maksimum1
Beton dengan permeabilitas rendah
0.50 28
yang terkena pengaruh lingkungan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

air
Untuk perlindungan tulangan
terhadap korosi pada beton yang
terpengaruh lingkungan yang
mengandung klorida dari garam, 0.40 35
atau air laut
1
Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal
2
Untuk beton berat normal dan beton berat ringan

C. Pengaruh lingkungan yang mengandung sulfat


Beton yang dipengaruhi oleh lingkungan yang mengandung sulfat yang
terdapat dalam larutan atau tanah harus memenuhi persyaratan pada
Tabel 5.2, atau harus terbuat dari semen tahan sulfat dan mempunyai rasio
air-semen maksimum dan kuat tekan minimum sesuai dengan Tabel 5.4.

Tabel 5.4Persyaratan untuk beton yang dipengaruhi oleh lingkungan


yang mengandung sulfat
'
Sulfat (S04) fc min,
Rasio air-
dalam tanah MPa
semen
yang dapat Sulfat (SO4) (beton
Lingkungan Jenis maksimum
larut dalam dalam air, berat
Sulfat semen dalam berat
air, persen ppm normal
(beton berat
terhadap dan
normal)
berat ringan)
Ringan 0,00 – 0,10 0 - 150 - - -
Sedang 0,10 – 0,20 150-1500 II,IP(MS), 0,50 28
IS(MS),
P(MS),I(PM
)(MS),I(SM)
(MS)*
Berat 0,20 – 2,00 1500 – V 0,45 31
10.000
Sangat Berat > 2,00 >10.000 V + 0,45 31
pozolan
* semen campuran sesuai ketentuan ASTM C .595
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Kalsium klorida sebagai bahan tambahan tidak boleh digunakan pada


beton yang dipengaruhi oleh lingkungan sulfat yang bersifat berat hingga
sangat berat, seperti yang ditetapkan pada Tabel 5.2.

D. Perlindungan tulangan terhadap korosi


Untuk perlindungan tulangan di dalam beton terhadap korosi, konsentrasi
ion klorida maksimum yang dapat larut dalam air pada beton keras umur
28 hingga 42 hari tidak boleh melebihi batasan yang diberikan pada Tabel
5.5. Bila dilakukan pengujian untuk menentukan kandungan ion klorida
yang dapat larut dalam air, prosedur uji harus sesuai dengan ASTM
C1218.

Tabel 5.5.Kandungan ion klorida maksimum untuk perlindungan baja


tulangan terhadap korosi
Ion klorida terlarut ( C- ) pada
Jenis komponen struktur
beton, persen terhadap berat semen
Beton prategang 0,06
Beton bertulang yang terpengaruh
0,15
klorida selama masa layannya
Beton bertulang yang mungkin
kering atau terlindung dari air 1,00
selama masa layannya
Konstruksi beton bertulang lainnya 0,30

Persyaratan nilai rasio air-semen dan kuat tekan beton pada Tabel 5.2,
dan persyaratan tebal selimut beton pada sub bab pelindung beton untuk
tulangan harus dipenuhi apabila beton bertulang akan berada pada
lingkungan yang mengandung klorida dari air garam, air laut, atau
cipratan dari sumber garam tersebut.

5.6.4.3. Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton


A. Umum
Yang dimaksud dengan :
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

1) Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik


yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan membentuk masa padat;
2) Pengaduk beton adalah mesin pengaduk yang digerakkan dengan
tenaga penggerak, digunakan untuk mengaduk campuran beton;
3) Segregasi adalah peristiwa terpisahnya antara pasta semen dan agregat
dalam suatu adukan;
4) Bliding adalah peristiwa terpisahnya air dari adukan;
5) Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai
beberapa saat, karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum
terjadi pengikatan);
6) Beton keras adalah campuran beton yang telah mengeras;
7) Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami
dari batu atai pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butiran terbesar 5,0 mm;
8) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alam dari batu
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir antara 5 – 40 mm;
9) Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m 3
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah;
10) Slump adalah ukuran dari kekentalan adukan beton;
11) Tremie adalah pipa berdiameter antara 150-300 mm, yang ujungnya
dilengkapi corong.

B. Bahan
Semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan beton harus
dilengkapi dengan :
1) Sertifikat mutu dari produsen, atau;
2) Jika tidak terdapat sertifikat mutu, harus tersedia data hasil uji dari
laboratorium yang diakui, kecuali;
3) Jika tidak dilengkapi dengan sertifikat mutu atau data hasil uji, harus
berdasarkan bukti hasil pengujian khusus atau pemakai nyata yang
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dapat menghasilkan beton yang kekuatan, ketahanan dan keawetannya


memenuhi syarat.

C. Peralatan
Semua peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus memenuhi
persyaratan alat kerja.

D. Pelaksanaan
Pelaksanan pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan kerja berikut :
1) Persyaratan administratif yang dinyatakan didalam rencana kerja dan
syarat-syarat (RKS) harus diikuti;
2) Harus tersedia rencana beton dan rencana pelaksanaan pengecoran.

E. Spesifikasi Bahan
1) Air
Air harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Air
sebagai Bahan Bangunan.
2) Semen
Semen harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi
Bahan Perekat Hidrolis sebagai Bahan Bangunan.
3) Agregat
Agregat harus memenuhi SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi
Agregat sebagai Bahan Bangunan.
4) Bahan Tambahan untuk Beton
Bahan tambahan untuk beton harus memenuhi SK SNI S-18-1990-03
tentang Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
5) Bahan Tambahan Pembentukan Gelembung Udara untuk Beton
Bahan tambahan pembentukan gelembung udara untuk beton harus
memenuhi SK SNI S-19-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan
Gelembung Udara untuk Bahan Bangunan.

F. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan berikut :
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

1) Semua peralatan untuk penakaran, pengadukan dan pengangkutan


beton harus dalam keadaan baik dan bersih;
2) Mesin pengaduk harus pada kecepatan yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat mesin tersebut;
3) Alat angkut yang digunakan dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus mampu menyediakan beton (di tempat penyimpanan
akhir) dengan lancar tanpa mengakibatkan terjadinya segregasi dan
tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton
antara pengangkutan yang berurutan;
4) Alat pemadat yang digunakan harus disesuaikan dengan bentuk dan
jenis pekerjaan.

G. Pelaksanaan
1) Persiapan
Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, harus dilakukan pekerjaan
persiapan yang mencakup hal berikut :
i. Semua ruang yang akan diisi adukan beton harus bebas dari
kotoran;
ii. Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel
pada permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum
beton yang baru dituangkan pada permukaan beton yang telah
mengeras tersebut;
iii. Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton
baru, harus dikasarkan dan dibasahi terlebih dahulu sebelum beton
baru dicorkan;
iv. Pasangan dinding bata yang akan berhubungan dengan beton baru,
harus dibasahi dengan air sampai jenuh;
v. Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam dari
acuan boleh dilapisi dengan bahan khusus, misalnya lapisan tipis
minyak mineral, lapisan bahan kimia, lembaran plastik, atau bahan
lain yang disetujui oleh pengawas bangunan;
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

vi. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala
lapisan penutup yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan
antara beton dan tulangan;
vii. Air yang terdapat pada semua ruang yang akan diisi adukan beton
harus dibuang, kecuali apabila pengecoran tremie atau bila diijinkan
oleh pengawas bangunan.

H. Penakaran
Penakaran bahan yang akan digunakan harus berdasarkan perbandingan
campuran yang direncanakan, dan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
i. Untuk beton dengan f’c lebih besar atau sama dengan 20 MPa,
proporsi campuran harus didasarkan pada teknik penakaran berat;
ii. Untuk beton dengan nilai fc lebih kecil dari 20 MPa, pelaksanaannya
boleh menggunakan teknik penakaran volume. Teknik penakaran
volume ini harus berdasarkan pada perhitungan proporsi campuran
dalam berat yang dikonversikan ke dalam volume melalui
perhitungan berat satuan volume dari masing-masing bahan.

I. Pengadukan
Pengadukan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Beton harus diaduk sedemikian hingga tercapai penyebaran bahan
yang merata dan semua hasil adukannya harus dikeluarkan sebelum
mesin pengaduk diisi kembali;
ii. Pengadukan harus dilakukan tidak kurang dari 1 ½ menit untuk
setiap lebih kecil atau sama dengan 1 m3 adukan. Waktu
pengadukan harus ditambah ½ menit untuk setiap penambahan
kapasitas 1 m3 adukan;
iii. Pengadukan harus dilanjutkan minimal 1 ½ menit setelah semua
bahan dimasukkan ke dalam mesin pengaduk (atau sesuai dengan
spesifikasi alat pengaduk);
iv. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus
diawasi terus menerus dengan jalan memeriksa slump pada setiap
campuran beton yang baru;
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

v. Kekentalan beton harus disesuaikan dengan jarak pengangkutan;


vi. Bila produksi beton dilakukan oleh perusahaan beton siap pakai,
maka keseragaman pengadukan harus mengikuti ketentuan yang
berlaku;
vii. Perekaman data yang rinci harus dilakukan terhadap :
 Waktu dan tanggal pengadukan dan pengecoran;
 Proporsi bahan yang digunakan;
 Jumlah batch-adukan yang dihasilkan;
 Lokasi pengecoran akhir pada struktur.

J. Pengangkutan
Pengangkutan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat
penyimpanan akhir sebelum di cor, harus sedemikian hingga dapat
mencegah terjadinya segregasi atau kehilangan bahan;
ii. Pengangkutan harus dilakukan sedemikian hingga tidak
mengakibatkan perubahan sifat beton yang telah direncanakan, yaitu
perbandingan air semen, slump, dan keseragaman adukan;
iii. Pengangkutan harus berlangsung dalam waktu tidakmelebihi dari 30
menit. Bila pengangkutan dilakukan dengan truk pengangkut beton
waktu pengangkutan tidak boleh lebih dari 1 ½ jam. Apabila
diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai
bahan penghambat pengikatan.

K. Pengecoran dan Pemadatan


Pengecoran dan pemadatan beton harus mengikuti ketentuan berikut :
i. Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat mungkin
dengan acuan untuk mencegah terjadinya segregasi yang
disebabkan pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah ke
seluruh acuan;
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

ii. Tingkat kecepatan pengecoran beton harus diatur agar beton selalu
dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah ke dalam
sela-sela diantara tulangan;
iii. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang seluruhnya tidak
boleh dipergunakan untuk pengecoran;
iv. Beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh dituangkan ke
dalam struktur;
v. Pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus tanpa
berhenti hingga selesainya pengecoran suatu panel atau
penampang yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas
penghentian pengecoran yang ditentukan untuk siar pelaksanaan;
vi. Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan alat
yang tepat agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar tulangan,
alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton
dan daerah sudut acuan;
vii. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat penggetar :
 Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-
kurangnya 5 detik, maksimal 15 detik;
 Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian
beton yang sudah mengeras dan tidka boleh dipasang lebih
dekat 100 mm dari cetakan atau dari beton yang sudah
mengeras serta diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh
batang penggetar;
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang
batang penggetar dan tidak boleh lebih dari 500 mm. Untuk
bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi
lapis.
viii.Dalam hal pengecoran yang menggunakan sistem cetakan/acuan
yang digeser ke atas permukaan atas besi acuan harus terisi rata;
ix. Bila diperlukan adanya siar pelaksanaan, siar tersebut harus dibaut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

L. Perawatan
Perawatan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut :
i. Beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab selama paling
sedikit 7 hari setelah pengecoran;
ii. Beton berkekuatan awal tinggi harus dipertahankan dalam kondisi
lembab selama paling sedikit 3 hari pertama;
iii. Bila diperlukan uji kuat tambahan harus diikuti ketentuan berikut :
 Untuk memeriksa tingkat pelaksanaan perawatan dan
perlindungan dari beton dalam struktur di lapangan, pengawas
dapat meminta agar dilakukan uji tekan atas benda uji yang
dirawat di lapangan;
 Silinder yang dirawat di lapangan harus dirawat sesuai dengan
kondisi di lapangan berdasarkan SK SNI M-62-1990-03 tentang
Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium menurut ketentuan yang berlaku;
 Benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicetak pada
saat yang bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan
benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium;
 Cara untuk melindungi dan merawat beton harus ditingkatkan bila
kekuatan dari silinder yang dirawat di lapangan pada umur uji
yang telah ditetapkan kurang dari 8,5% dari kekuatan pasangan
silinder yang dirawat di laboratorium untuk penentuan kekuatan
f’c.

M. Pemeriksaan
Pengambilan contoh uji beton segar untuk pemeriksaan mutu beton (slump,
berat isi, analisa) harus dilakukan pada saat selesai pengadukan tepi
sebelum dicorkan, sesuai dengan SK SNI M-26-1990-03 tentang Metode
Pengambilan Contoh untuk Campuran Beton Segar.

N. Cara Pengerjaan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Langkah-langkah pengadukan dan pengecoran beton adalah sebagai


berikut :
i. Takar bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton,
sebagai berikut :
 Bila penakaran dilakukan dalam perbandingan berat :
a) Takar air;
b) Takar semen dengan ketelitian 1%;
c) Takar agregat halus dan kasar dengan ketelitian 2%:
d) Takar bahan tambahan bila diperlukan dengan ketelitian 3%.
 Bila penakaran dilakukan dengan perbandingan volume :
a) Takar air;
b) Takar semen dengan ketelitian 2%;
c) Takar bahan tambahan dengan ketelitian 2%;
d) Takar agregat halus dan kasar dengan alat takar yang
berbeda untuk masing-masing agregat halus dan agregat
kasar atau fraksi dari agregat kasar dengan ketelitian 2%.
ii. Masukkan bahan-bahan pada waktu mesin sedang berputar dengan
urutan berikut :
 Masukkan agregat kasar dan sejumlah air adukan ke dalam
mesin aduk;
 Masukkan agregat halus dan semen serta seluruh sisa air
adukan. Atau disesuaikan dengan tipe mesin pengaduk.
iii. Bila digunakan bahan tambahan :
 Campurkan terlebih dahulu pada air adukan bahan tambahan
berupa cairan. Selanjutnya lakukan sesuai dengan butir ii;
 Campurkan semen dengan bahan tambahan berupa bubuk.
Selanjutnya lakukan sesuai dengan butir ii. Atau disesuaikan
dengan petunjuk penggunaan.
iv. Lanjutkan pengadukan sekurang-kurangnya 1 ½ menit atau sampai
diperoleh adukan yang seragam;
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

v. Lakukan pemeriksaan slump paling lama 5 menit setelah


pengadukan dan ambil beton segar untuk pembuatan benda uji bila
diperlukan paling lama 15 menit setelah pengadukan;
vi. Bersihkan ruang yang akan diisi adukan dari kotoran atau serpihan
dan serbuk gergaji kayu dengan tiupan udara atau semprotan air;
vii. Bersihkan baja tulangan dari minyak dan lemak yang menempel;
viii. Keluarkan beton segar dari mesin pengaduk lalu angkut ke tempat
pengecoran dengan peralatan baik secara manual maupun mekanis
yang jenisnya disesuaikan dengan sifat dan kondisi pengecoran,
agar campuran tetap seragam, tidak mengalami segregasi dan
bliding (lihat Gambar 5.2 dan 5.3.);
ix. Corkan adukan beton sebagai berikut :
 Atur sedekat mungkin jarak antara awal tumpahan dari posisi
tumpahan tersebut sedemikian hingga tidak terjadi segregasi
(lihat Gambar-gambar berikut ini);

Gambar 5.3. Kontrol Terjadinya segregasi


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.4. Pengisian adukan beton dan pencurahannya

Keterangan
a : Adukan beton yang dituangkan harus jatuh di tengah talang
penyalur, gerobak angkut, truk atau bejana penampang;
b,c : Masing-masing cara penuangan mencegah terjadinya segregasi
tidak peduli berapa panjangnya saluran atau ban berjalan, apakah
adukan beton itu tercurah ke talang penyalur, gerobak angkut, truk
atau bejana penampung.
Pengisian adukan beton ke bejana penampung atau talang penyalur
d : Menjatuhkan adukan beton ke sisi bejana penampang yang miring;
e : Menjatuhkan adukan beton langsung ke tengah mulut/corong;
Pencurahan adukan beton dari corong penampung untuk dimuatkan ke
sarana pengangkut
f : Mulut corong penampang yang bersisi miring berlaku sebagai
pelepas tanpa kontrol di ujungnya sehingga menyebabkan
segregasi adukan yang tidak boleh terjadi pada pengisian sarana
pengangkut;
g : Pencurahan dari tengah mulut corong agar jatuhnya adukan beton
tegak lurus ke tengah sarana pengangkut.
 Atur tingkat kecepatan pengecoran sedemikian agar seluruh adukan
beton tetap dalam keadaan plastis, sehingga dapat mengisi dengan
mudah ke seluruh acuan;
 Atur pengecoran agar berlangsung terus menerus dan hentikan
pengecoran hanya pada batas penghentian yang telah ditentukan.
x. Padatkan beton dengan alat penggetar atau alat pemadat lainnya
yang jenisnya disesuaikan dengan bentuk dan jenis pekerjaan. Bila
pemadatan dilakukan dengan alat penggetar :
 Sesuaikan lama penggetaran dengan kekentalan beton, jenis,
frekwensi dan amplitudo dari alat penggetar, menurut petunjuk dari
pabrik pembuat alat penggetar;
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Masukkan pelan-pelan alat penggetar pada tiap jarak 500 mm


secara tegak lurus dan jagalah sehingga jarak dari ujung batang
penggetar dan cetakan tidak kurang dari 100 mm;
 Tarik batang penggetar dari adukan apabila adukan mulai nampak
mengkilap;

Gambar 5.5. Pengisian adukan beton dan pencurahannya


xi. Rawat beton yang sudah dipadatkan agar tetap dalam kondisi
lembab dengan salah satu cara berikut :
 Basahi permukaan bidang beton dengan penyiraman secara periodik
dan terus menerus;
 Tutup dengan lembaran plastik atau lembaran lain yang dapat
mencegah penguapan air;
 Semprot dan labur permukaan beton dengan baan kimia pembentuk
lapisan membran yang dapat mencegah penguapan air;
 Perendaman.

5.6.4.4. DETAIL PENULANGAN


A. Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) Bengkokan 180-derajat ditambah perpanjangan 4dbdengan
minimum 60 mm pada ujung bebas kait.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

2) Bengkokan 90-derajat ditambah perpanjangan 12dbpada ujung


bebas kait.
Untuk sengkang dan kait pengikat ∗)
1) Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90-derajat ditambah
perpanjangan 6db pada ujung bebas kait, atau
2) Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkokan 90-derajat ditambah
perpanjangan 12dbpada ujung bebas kait, atau
3) Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135-derajat
ditambah perpanjangan 6dbpada ujung bebas kait.
Untuk kait gempa adalah sebagaimana yang didefinisikan pada Butir
penyaluran tulangan umum.

B. Diameter bengkokan minimum


Diameter bengkokan yang diukur pada bagian dalam batang tulangan tidak
boleh kurang dari nilai dalam Tabel 5.4. Ketentuan ini tidak berlaku untuk
sengkang dan sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga D-16.
Diameter dalam dari bengkokan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak
boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan yang lebih kecil. Untuk batang
yang lebih besar daripada D-16, diameter bengkokan harus memenuhi
Tabel 5.4.
Diameter dalam untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau ulir)
yang digunakan untuk sengkang dan sengkang ikat tidak boleh kurang dari
4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D6 dan 2db untuk kawat lainnya.
Bengkokan dengan diameter dalam kurang dari 8d b tidak boleh kurang dari
4db dari persilangan las yang terdekat.

Tabel 5.6 Diameter bengkokan minimum


Ukuran tulangan Diameter

 )
Untuk sengkang pengikat tertutup yang didefinisikan sebagai sengkang tertutup
pada Butir 21, suatu bengkokan 135-derajat ditambah dengan suatu perpanjangan
paling sedikit 6db namun tidak kurang daripada 75 mm.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Minimum
D-10 sampai dengan D-25 6db
D-29, D-32, dan D-36 8db
D-44 dan D-56 10db

C. Cara pembengkokan
Semua tulangan harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, kecuali bila
diizinkan lain oleh Pengawas Lapangan.
Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan di lapangan, kecuali seperti yang ditentukan pada gambar
rencana, atau diizinkan oleh Pengawas Lapangan.

D. Kondisi permukaan baja tulangan


Pada saat beton dicor, tulangan harus bebas dari lumpur, minyak, atau
segala jenis zat pelapis bukan logam yang dapat mengurangi kapasitas
lekatan. Pelapis epoksi yang sesuai dengan acuan baku pada Butir baja
tulangan boleh digunakan.
Kecuali tendon pratekan, tulangan yang mengandung karat, kulit giling (mill
scale), atau gabungan keduanya, boleh dipergunakan selama dimensi
minimum (termasuk tinggi ulir) dan berat benda uji yang telah dibersihkan
menggunakan sikat baja tidak lebih kecil dari ketentuan yang berlaku (lihat
Butir baja tulangan).
Tendon pratekan harus bersih dan bebas dari minyak, kotoran, kulit giling,
cacat permukaan dan karat yang berlebihan. Tendon yang teroksidasi
boleh sedikit boleh digunakan.

E. Penempatan tulangan
Tulangan, tendon pratekan, dan selongsong pratekan harus ditempatkan
secara akurat dan didukung secukupnya sebelum beton dicor, dan harus
dijaga agar tidak tergeser melebihi toleransi yang diizinkan dalam butir
penempatan tulangan.
Bila tidak ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan, tulangan, tendon
pratekan, dan selongsong pratekan harus ditempatkan dengan toleransi
berikut:
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Toleransi untuk tinggi d, dan selimut beton minimum dalam komponen


struktur lentur, dinding dan komponen struktur tekan harus memenuhi
ketentuan berikut:

Tabel 5.7. Toleransi untuk tinggi d, dan selimut beton minimum


Toleransi Toleransi untuk selimut
untuk d beton minimum
d ≤ 200 mm + 10 mm - 10 mm
d> 200 mm + 12 mm - 12 mm

kecuali bahwa ketentuan toleransi untuk jarak bersih terhadap sis-dalam


cetakan harus sebesar minus 6 mm dan toleransi untuk selimut beton tidak
boleh melampaui minus 1/3 selimut beton minimum yang diperlukan dalam
gambar rencana atau spesifikasi.
Toleransi letak longitudinal dari bengkokan dan ujung akhir tulangan harus
sebesar ± 50 mm kecuali pada ujung tidak menerus dari komponen struktur
di mana toleransinya harus sebesar ± 12 mm.
Jaring kawat las (dengan ukuran kawat yang tidak melampaui W6 atau D6)
yang digunakan dalam pelat dengan bentang yang tidak melampaui 3 m
boleh dilengkungkan mulai dari titik dekat sisi atas pelat di atas tumpuan
hingga suatu titik dekat sisi bawah pelat pada tengah bentang, asalkan
tulangan tersebut menerus atau diangkur dengan baik di daerah tumpuan.
Pemasangan batang tulangan yang bersilangan dengan pengelasan tidak
diperkenankan kecuali bila diizinkan oleh Pengawas Lapangan.

F. Batasan spasi tulangan


Jarak bersih antara tulangan sejajar dalam lapis yang sama, tidak boleh
kurang dari db ataupun 25 mm. Lihat juga ketentuan Ukuran maksimum
nominal agregat kasar.
Bila tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih,
tulangan pada lapis atas harus diletakkan tepat di atas tulangan di
bawahnya dengan spasi bersih antar lapisan tidak boleh kurang dari 25
mm.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pada komponen struktur tekan yang diperkuat dengan tulangan spiral atau
sengkang pengikat, jarak bersih antar tulangan longitudinal tidak boleh
kurang dari 1,5db ataupun 40 mm.
Pembatasan jarak bersih antar batang tulangan ini juga berlaku untuk jarak
bersih antara suatu sambungan lewatan dengan sambungan lewatan
lainnya atau batang tulangan yang berdekatan.
Pada dinding dan pelat lantai, selain konstruksi pelat rusuk, tulangan lentur
utama harus berjarak tidak lebih dari tiga kali tebal dinding atau pelat lantai,
ataupun 500 mm.
Bundel tulangan :
a) Kumpulan dari tulangan sejajar yang diikat dalam satu bundel
sehingga bekerja dalam satu kesatuan tidak boleh terdiri lebih dari
empat tulangan per bundel.
b) Bundel tulangan harus diletakkan di dalam sengkang atau
pengikat.
c) Pada balok, tulangan yang lebih besar dari D-36 tidak boleh
dibundel.
d) Masing-masing batang tulangan yang terdapat dalam satu bundel
tulangan yang berakhir dalam bentang komponen struktur lentur
harus diakhiri pada titik-titik yang berlainan, paling sedikit dengan
jarak 40db secara berselang.
e) Jika pembatasan jarak dan selimut beton minimum didasarkan
pada diameter tulangan db, maka satu unit bundel tulangan harus
diperhitungkan sebagai tulangan tunggal dengan diameter yang
didapat dari luas ekuivalen penampang gabungan.
f) Tendon dan selongsong pratekan:
 Spasi sumbu-ke-sumbu antar tendon pratekan pada tiap
ujung suatu komponen struktur tidak boleh kurang dari 4db
untuk kawat untai (strand), atau 5dbuntuk kawat tunggal,
kecuali bahwa jika kuat tekan beton minimum pada saat
transfer prategang, fci, adalah 28 MPa, maka spasi sumbu-ke-
sumbu minimum dari strand haruslah 45 mm untuk strand
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

berdiameter 12,7 mm atau lebih kecil, dan 50 mm untuk


strand berdiameter 15,2 mm. Lihat juga butir Ukuran
maksimum nominal agregat kasar. Pengaturan spasi vertikal
yang lebih rapat dan pembundelan tendon dapat diizinkan
pada daerah lapangan dari suatu bentang.

 Selongsong yang digunakan pada sistem pasca tarik boleh


dibundelkan bila dapat diperlihatkan bahwa beton dapat dicor
dengan sempurna dan bila telah dilakukan pengamanan
untuk mencegah pecahnya selongsong pada saat penarikan
tendon.

G. Pelindung beton untuk tulangan


1) Untuk beton bertulang, tebal selimut beton minimum yang harus
disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan berikut:
Tebal
selimut
minimum,
(mm)

1) Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu


berhubungan dengan tanah 70
Beton yang berhubungan dengan tanahataucuaca:
batang D-19 hingga D-56 50
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir
W16 dan yang lebih kecil 40

2) Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca


atau tanah:
Pelat, dinding, pelat berusuk:
batang D-44 dan D-56 ………………………… 40
batang D-36 dan yang lebih kecil ……………. 20
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Balok, kolom:
tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan
spiral……………………………………………… 40
Komponen struktur cangkang, pelat lipat:
batang D-19 dan yang lebih besar…………… 20
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir
W16 dan yang lebih kecil………………….. 15
2) Untuk beton pracetak (dibuat dengan mengikuti proses
pengawasan pabrik), tebal minimum selimut beton berikut harus
disediakan untuk tulangan:
3) Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
Panel dinding:
batang D-44 dan D-56 40
batang D-36 dan yang lebih kecil 20
Komponen struktur lainnya:
batang D-44 dan D-56 50
batang D-19 sampai D-36 40
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir W16 dan yang
lebih kecil 30
3) Beton yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca
atau tanah:
Pelat, dinding, pelat berusuk:
batang D-44 dan D-56 30
batang D-36 dan yang lebih kecil 15
Balok, kolom:
tulangan utamadb (tetapi tidak kurang dari 15 dan tidak
perlu
lebih dari 40)pengikat, sengkang, lilitan spiral 10
Komponen cangkang, pelat lipat:
batang D-19 dan yang lebih besar 15
batang D-16, jaring kawat polos atau ulir W16 dan
yang lebih kecil 10
4) Beton pratekan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Tebal penutup beton minimum berikut harus disediakan untuk


tulangan pratekan ataupun non-pratekan, selongsong, dan penutup-
ujung, kecuali untuk kondisi yang dicantumkan dalam butir pelindung
beton untuk tulangan.
a) Beton yang dicor langsung di atas
tanah dan selalu berhubungan dengan tanah 75
b) Beton yang berhubungan dengan tanah
atau cuaca: dinding panel, slab, balok berusuk 30
komponen struktur lain 40
Beton yang tidak langsung berhubungan dengan
cuaca atau tanah:
pelat, dinding, pelat berusuk 20
Balok, kolom:
Tulangan utama 40
Pengikat, sengkang, lilitan spiral 25
Komponen struktur cangkang, pelat lipat:
Batang D-16, jaring kawat polos atau ulir W16 dan
yang lebih kecil 10
Tulangan lainnya db
(tetapi tidak kurang dari 20 )
5) Untuk komponen struktur beton pratekan yang berhubungan dengan
tanah, cuaca, atau lingkungan yang korosif, dan di mana tegangan tarik
izin yang ditetapkan dilampaui, maka tebal selimut beton minimum harus
dinaikkan 50 persen.
6) Untuk komponen struktur beton pratekan yang dibuat di bawah kondisi
pengawasan pabrik, tebal penutup beton minimum untuk tulangan non-
pratekan harus diambil seperti yang tercantum dalam butir pelindung
tulangan untuk beton pracetak.
7) Bundel tulangan.
Untuk bundel tulangan, tebal selimut beton minimum harus diambil sama
dengan diameter ekivalen bundel yang bersangkutan, tetapi tidak perlu
lebih besar dari 50 mm; kecuali untuk beton yang dicor langsung di atas
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

tanah dan selalu berhubungan dengan tanah di mana tebal penutup


minimum harus diambil sebesar 75 mm.
8) Lingkungan korosif.
Di dalam lingkungan yang korosif atau lingkungan lain yang merusak,
tebal selimut beton harus ditingkatkan secukupnya, dan kepadatan serta
kekedapan selimut beton harus diperhatikan, atau harus diadakan
bentuk perlindungan yang lain.
9) Perluasan di kemudian hari.
Untuk tulangan dan bagian sambungan yang terbuka, yang khusus
disediakan untuk sambungan lekatan di kemudian hari, harus dilindungi
terhadap kemungkinan korosi.
10) Perlindungan terhadap kebakaran.
Bila tebal selimut beton dipersyaratkan lebih daripada yang ditetapkan
dalam butir pelindung beton untuk tulangan oleh peraturan lainnya, maka
ketentuan tersebut harus diikuti.

H. Detail tulangan khusus untuk kolom


1) Batang tulangan pada daerah hubungan balok-kolom
Batang tulangan longitudinal yang dibengkokkan pada daerah
hubungan balok-kolom harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Kemiringan dari bagian bengkokan pada sebuah batang
tulangan tersebut terhadap sumbu kolom tidak boleh melebihi
1:6.
b) Bagian dari batang tulangan yang terletak di atas dan di
bawah daerah hubungan harus sejajar dengan sumbu kolom.
c) Kekangan horizontal pada bengkokan tulangan hubungan
tersebut harus disediakan oleh ikatan-ikatan lateral, spiral,
atau bagian dari konstruksi lantai. Kekangan horizontal
tersebut harus direncanakan mampu memikul 1,5 kali
komponen horizontal dari gaya yang bekerja pada bagian
tersebut. Ikatan lateral atau spiral, jika digunakan, harus
diletakkan tidak lebih dari 150 mm dari titik bengkokan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

d) Batang tulangan hubungan tersebut harus dibengkokkan


sebelum dipasang dalam acuan.
e) Bila muka kolom mempunyai pergeseran 80 mm atau lebih,
maka tulangan longitudinal tidak boleh dibengkokkan. Dalam
hal ini harus disediakan pasak khusus yang dipasang
menggunakan sambungan lewatan terhadap tulangan longitu-
dinal yang berada di samping sisi kolom dengan bengkokan
tersebut. Sambungan lewatan ini harus memenuhi ketentuan
khusus untuk sambungan pada kolom.

2) Inti baja.
Penyaluran beban dalam struktur inti baja dari komponen struktur
tekan komposit harus dilakukan sebagai berikut:
a) Permukaan ujung komponen baja dari struktur inti baja harus
diratakan secara cermat untuk memungkinkan penyambungan inti
baja secara konsentrik, sehingga pertemuan tersebut mampu
berfungsi sebagai sambungan tumpu.
b) Pada sambungan tumpu tersebut di atas, gaya hanya dapat di
anggap efektif menyalurkan tidak lebih dari 50 persen gaya tekan
total yang bekerja pada komponen inti baja.
c) Penyaluran gaya antara alas kolom dan fondasi harus
direncanakan sesuai dengan ketentuan Butir Penyaluran gaya-
gaya pada dasar kolom, dinding, atau pedestal bertulang.
d) Penampang alas kolom struktur baja harus direncanakan mampu
menyalurkan beban total dari seluruh komponen struktur komposit
ke fondasi; atau, penampang alas tersebut boleh juga
direncanakan hanya untuk menyalurkan beban dari inti baja saja,
asalkan luas beton pada penampang komposit tersebut lebih dari
cukup untuk menyalurkan bagian dari beban total yang dipikul
oleh bagian beton bertulang ke fondasi sebagai gaya tekan pada
beton dan tulangan.
I. Sambungan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pada pertemuan dari komponen-komponen rangka utama (misalnya


pertemuan balok dan kolom), sambungan lewatan tulangan yang menerus
dan pengangkuran tulangan yang berakhir pada pertemuan itu harus
dilindungi dengan pengikat yang baik.
Pengikat pada pertemuan tersebut di atas, dapat berupa beton eksternal
atau sengkang pengikat tertutup internal, spiral atau sengkang.

J. Tulangan Tulangan lateral pada komponen struktur tekan


1) Tulangan lateral pada komponen struktur tekan harus memenuhi
ketentuan pada butir pembahasan sub bab ini, dan pada tempat di
mana dibutuhkan tulangan geser atau torsi juga harus memenuhi
ketentuan tulangan geser.
2) Ketentuan untuk tulangan lateral pada komponen struktur tekan
komposit harus memenuhi butir yang terkait. Ketentuan mengenai
tulangan lateral pada komponen struktur pratekan harus memenuhi
ketentuan yang berlaku.
3) Ketentuan tulangan lateral pada Butir tulangan lateral pada
komponen struktur tekan dan butir peraturan yang terkait boleh tidak
diikuti, jika hasil pengujian dan analisis struktur menunjukkan
kekuatan yang cukup dan konstruksinya dapat dilaksanakan.
4) Spiral.
Tulangan spiral pada komponen struktur tekan harus memenuhi
ketentuan berikut:
a) komposit tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali

luas bruto penampang Ag .


b) Jumlah minimum batang tulangan longitudinal pada komponen
struktur tekan adalah 4 untuk batang tulangan di dalam sengkang
pengikat segi empat atau lingkaran, 3 untuk batang tulangan di
dalam sengkang pengikat segi tiga, dan 6 untuk batang tulangan
yang dilingkupi oleh spiral.
c) Rasio tulangan spiral ρ s tidak boleh kurang dari nilai yang
diberikan oleh persamaan:
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Ag  fc'

ρ s = 0,45 − 1
 Ac  fy

dengan f y adalah kuat leleh tulangan spiral, tapi tidak boleh


diambil lebih dari 400 MPa.
d) Spiral harus terdiri dari batang tulangan yang menerus atau kawat
dengan ukuran yang sedemikian dan dipasang dengan spasi yang
sama sehingga dapat diangkat dan diletakkan tanpa menimbulkan
penyimpangan dari ukuran yang telah direncanakan.
e) Untuk konstruksi yang dicor ditempat, ukuran diameter batang
spiral tidak boleh kurang dari 10 mm.
f) Jarak bersih antar tulangan spiral tidak boleh melebihi 75 mm,
dan juga tidak kurang dari 25 mm.
g) Penjangkaran tulangan atau kawat spiral harus disediakan
dengan memberikan 1½ lilitan ekstra pada tiap ujung dari unit
spiral.
Penyambungan spiral harus dilakukan dengan menggunakan salah
satu dari beberapa metode di bawah ini:
a) Sambungan lewatan yang tidak kurang dari pada nilai
terbesar dari 300 mm dan panjang yang dihasilkan dari
salah satu ketentuan-ketentuan berikut ini:
(1) Batang atau kawat ulir tanpa lapisan............48db
(2) Batang atau kawat polos tanpa lapisan .. ...
72db
(3) Batang atau kawat ulir berlapis
epoksi.....................................................72db
(4) Batang atau kawat polos tanpa lapisan dengan
kait standar atau kait pengikat pada ujung-ujung tulangan spiral yang
disambung lewatkan. Kait-kait tersebut harus tertanam di dalam inti beton
yang terkekang oleh tulangan spiral yang dimaksud.........................48db
(5) Batang atau kawat ulir berlapis epoksi dengan
sengkang atau kait pengikat standar pada ujung-ujung tulangan spiral yang
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

disambung lewatkan. Kait tersebut harus tertanam di dalam inti beton yang
terkekang oleh tulangan spiral yang dimaksud..................................48db
b) Sambungan mekanis dan las penuh yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
h) Tulangan spiral harus menerus mulai dari puncak fondasi atau
pelat pada setiap tingkat bangunan hingga ketinggian dari
tulangan horizontal terendah dari komponen struktur yang
ditumpu di atasnya.
i) Di mana tidak terdapat balok atau konsol pendek yang menyatu
pada semua sisi kolom, sengkang ikat harus menerus mulai dari
atas pengakhiran spiral hingga batas bawah pelat atau penebalan
panel.
j) Pada kolom dengan kepala kolom, tulangan spiral harus
mencapai ketinggian di mana diameter atau lebar kepala kolom
adalah dua kali diameter atau lebar kolom tersebut
k) Spiral harus diikat dengan baik di tempatnya, dan betul-betul
terletak pada garisnya dengan menggunakan pengatur jarak
vertikal.
l) Untuk batang tulangan atau kawat spiral yang diameternya kurang
dari 16 mm, minimum dibutuhkan dua pengatur jarak untuk
diameter lingkaran spiral kurang dari 500 mm, tiga pengatur jarak
untuk diameter lingkaran spiral 500 sampai 800 mm, dan empat
pengatur jarak untuk diameter lingkaran spiral lebih dari 800 mm.
5) Sengkang.
Penulangan sengkang untuk komponen struktur tekan harus
memenuhi ketentuan berikut Gambar 4 :
a) Semua batang tulangan non-pratekan harus diikat dengan
sengkang dan sengkang ikat lateral, paling sedikit ukuran D-
10untuk tulangan longitudinal lebih kecil dari D-32, dan paling
tidak D-13 untuk tulangan D-36, D-44, D-56, dan bundel tulangan
longitudinal. Sebagai alternatif boleh juga digunakan kawat ulir
atau jaringan kawat las dengan luas penampang ekivalen.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

b) Spasi vertikal sengkang dan sengkang ikat tidak boleh melebihi


16 kali diameter tulangan longitudinal, 48 kali diameter batang
atau kawat sengkang dan kait ikat, atau ukuran terkecil dari
komponen struktur tekan tersebut.
c) Sengkang dan kait ikat harus diatur sedemikian hingga setiap
sudut dan tulangan longitudinal yang berselang harus mempunyai
dukungan lateral yang didapat dari sudut sebuah sengkang atau
kait ikat yang sudut dalamnya tidak lebih dari 135 derajat, dan
tidak boleh ada batang tulangan yang jarak bersihnya lebih dari
150 mm pada tiap sisi sepanjang sengkang atau sengkang ikat
terhadap batang tulangan yang didukung secara lateral. Jika
tulangan longitudinal terletak di sekeliling perimeter suatu
lingkaran, maka sengkang berbentuk lingkaran penuh dapat
dipergunakan.
d) Sengkang dan sengkang ikat di atas fondasi atau lantai pada tiap
tingkat harus diletakkan secara vertikal tidak lebih dari 1/2 jarak
spasi sengkang dan sengkang ikat, sedangkan di bawah tulangan
horizontal terbawah dari panel atau drop panel yang berada di
atas harus berjarak tidak lebih dari 1/2 jarak spasi sengkang.
Gambar 5.6.Spasi antara tulangan-tulangan longitudinal kolom
≤ 150
mm

≤ 150
mm maksimum
135 derajat

boleh lebih dari 150


mm
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

e) Jika terdapat balok atau konsol pendek yang menyatu pada


keempat sisi suatu kolom, sengkang dan kait ikat boleh dihentikan
tidak lebih dari 75 mm di bawah tulangan terbawah dari balok atau
konsol pendek yang paling kecil dimensi vertikalnya.
K. Penulangan lateral untuk komponen struktur lentur
1) Tulangan tekan balok harus diikat dengan sengkang atau kait ikat yang
memenuhi ketentuan ukuran dan jarak spasi atau dengan jaringan
kawat las yang mempunyai luas penampang ekivalen. Sengkang atau
kait ikat tersebut harus disediakan di sepanjang daerah yang
membutuhkan tulangan tekan.
2) Tulangan lateral untuk komponen struktur lentur yang menyatu kedalam
struktur kerangka yang menerima tegangan bolak-balik atau yang
mengalami torsi pada perletakan harus terdiri dari sengkang tertutup,
kait ikat tertutup, atau tulangan spiral yang menerus di sekeliling
tulangan lentur.
3) Sengkang atau kait tertutup boleh dibentuk dalam satu unit dengan
cara menumpang-tindihkan sengkang standar atau ujung kait yang
tertekuk mengelilingi tulangan longitudinal, atau terbuat dari satu atau
dua unit yang disambung lewatkan dengan sambungan lewatan
sepanjang 1,3ld.

L. Tulangan susut dan suhu


1) Pada pelat struktural di mana tulangan lenturnya terpasang dalam satu
arah saja, harus disediakan tulangan susut dan suhu yang arahnya
tegak lurus terhadap tulangan lentur.
a) Tulangan susut dan suhu harus disediakan berdasarkan
ketentuan pada butir penyaluran tulangan momen negatif atau
butir tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan
suhu.
b) Bila pergerakan akibat susut dan suhu cukup terkekang, maka
persyaratan pada butir pembebanan
2) Tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan suhu harus
memenuhi ketentuan berikut:
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

a) Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki rasio luas
tulangan terhadap luas bruto penampang beton sebagai berikut,
tetapi tidak kurang dari 0,0014:
 Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir mutu 300
0,0020
 Pelat yang menggunakan batang tulangan ulir atau jaring
kawat las (polos atau ulir) mutu 400 0,0018
 Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh
melebihi 400 MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar
0,35% 0,0018x400/fy
b) Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak tidak lebih
dari lima kali tebal pelat, atau 500 mm.
c) Bila diperlukan, tulangan susut dan suhu pada semua penampang
harus mampu mengembangkan kuat leleh tarik fy sesuai dengan
ketentuan pada Butir penyaluran dan penyambungan tulangan.
3) Tendon pratekan sesuai butir tendon pratekan yang digunakan sebagai
tulangan susut dan suhu harus mengikuti ketentuan berikut:
a) Tendon harus diproporsikan untuk memberikan suatu tegangan
tekan rata-rata sebesar 1,0 MPa pada luas penampang beton
bruto dengan menggunakan pratekan efektif, setelah kehilangan
tegangan, sesuai dengan ketentuan butir kehilangan pratekan.
b) Spasi tendon tidak boleh lebih dari 2 m.
c) Bila spasi antar tendon lebih dari 1,4 m, di antara tendon-tendon
yang terletak pada tepi pelat harus disediakan tambahan tulangan
non-pratekan yang memenuhi butir tulangan ulir yang dipasang
sebagai tulagnn suhu dan susut yang dipasang pada daerah dari
tepi pelat sampai sejauh jarak spasi tendon.
4) Hal-hal berikut ini merupakan syarat minimum untuk konstruksi beton
cor setempat:

M. Tulangan khusus untuk integritas struktur


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

1) Dalam pendetailan penulangan dan sambungan-sambungan,


komponen-komponen struktur harus dihubungkan atau diikat secara
efektif menjadi satu kesatuan untuk meningkatkan integritas struktur
secara menyeluruh.
a) Pada konstruksi balok berusuk, paling tidak terdapat satu batang
tulangan bawah yang menerus atau harus disambung lewat di
atas tumpuan dengan menggunakan teknik sambungan lewatan
tarik sepanjang 1,0ld dan pada tumpuan yang tidak menerus
diangkurkan dengan suatu kait standar.
b) Balok yang berada pada perimeter struktur harus memiliki paling
tidak seperenam dari tulangan tarik yang diperlukan untuk momen
negatif pada tumpuan dan seperempat dari tulangan momen
positif yang diperlukan ditengah bentang diteruskan sekeliling
perimeter dan diikat dengan sengkang tertutup, atau sengkang
yang diangkurkan di sekitar tulangan momen negatif dengan kait
yang memiliki tekukan paling tidak 135 o. Sengkang tidak perlu
diteruskan ke daerah join. Bila diperlukan sambungan lewatan,
kebutuhan kontinuitas dapat diberikan melalui penempatan
sambungan lewatan tulangan atas pada tengah bentang dan
sambungan lewatan tulangan bawah dekat atau pada tumpuan
dengan sambungan lewatan sepanjang 1,0l d.
c) Pada balok yang bukan balok perimeter, bila tidak menggunakan
sengkang tertutup, paling tidak seperempat dari luas tulangan
bawah harus menerus atau disambung lewat di atas tumpuan
dengan menggunakan teknik sambungan lewatan tarik sepanjang
1,0ld dan pada tumpuan yang tidak menerus diangkur dengan
suatu kait standar.
2) Untuk konstruksi beton pracetak, ikatan tarik harus dipasang pada arah
tegak, memanjang, melintang, dan di sekeliling perimeter struktur,
untuk mengikat elemen-elemen pracetak secara efektif. Dalam hal ini,
ketentuan pada butir inegritas struktur harus dipenuhi.
3) Untuk konstruksi pelat angkat lihat butir detail tulangan tanpa balok dan
butir sistem plat.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.6.4.5. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulangan pelat


A. Ruji (Dowel)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi untuk
batang polos AASHTO M 31-81, AASHTO M 42-81 atau AASHTO M 31-81.
Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak
mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam beton. Apabila digunakan
topi pelindung muai yang terbuat dari logam (metal expansion cap
pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak 5 cm - 7
cm. Pelindung harus memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus
cukup kaku sehingga pada waktu pelaksanaan tidak rusak.
Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat. Kepadatan beton
di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara sempurna.
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan
pencegah karat. Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini
harus dilapisi dengan dengan cat atau diolesi dengan bahan anti lengket
sebelum ruji dipasang pelindung muai. Ujung batang ruji yang dapat
bergerak bebas harus dilengkapi dengan tupi/penutup topi pelindung muai.
Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis lain dapat digunakan sebagai
pengganti bahan anti lengket.
Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan
untuk penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi bawah harus
cukup kuat untuk menahan pergeseran atau deformasi sebelum dan
selama pelaksanaan.

B. Pemasangan dudukan ruji


Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah
dasar yang sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan tegak
lurus sumbu jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Ruji
harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah ditetapkan sehingga
tekanan beton tidak akan mengganggu kedudukannya. Pada tikungan yang
diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu bangunan harus diatur
sedemikian rupa sehingga mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan
elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan
menggunakan patok-patok. Apabila susunan batang ruji dan dudukannya
dibuat secara bagian demi bagian maka susunan tersebut harus
merupakan satu kesatuan.
C. Batang pengikat (Tie Bars)
Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi
spesifikasi untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan
berdiameter minimum 16 mm. Apabila digunakan batang pengikat dari jenis
baja lain, maka baja tersebut harus dapat dibengkokkan dan diluruskan
kembali tanpa mengalami kerusakan.
D. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan
organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang
dapat menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau
gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat
fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda uji dengan sikat kawat, tidak
memberikan nilai yang lebih kecil dari yang disyaratkan.
1) Persyaratan bahan
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan
spesifikasi sebagai berikut :
a) Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi
persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk
tulangan dari kawat baja berulir;
b) Anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c) Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81
dan AASHTO M 53-81.
2) Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan
adalah sebagai berikut :
a) Pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan,
tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman
batang baja; Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

batang baja harus diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu


anyaman tersebut dipasang, kawat/batang baja yang paling luar
terletak 7,5 cm dari tepi/sambungan pelat.
b) Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat.
Batang-batang baja yang disambung, bagian ujung-ujungnya harus
berimpit dengan panjang tidak kurang dari 30 kali diameternya.
c) Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas
pada tiap persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung
batang memanjang harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali
diameternya; Pola anyaman harus sedemikian rupa sehingga
batang-batang baja harus mempunyai jarak tidak kurang dari 5 cm.
d) Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan
sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar
anyaman harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran;
e) Apabila pelat (slab) dibuat dengan dua kali mengecor, maka
permukaan lapis pertamaharus rata dan terletak pada kedalaman
tidak kurang dari 5 cm di bawah permukaan akhir pelat. Tulangan
ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran; Penghamparan
lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar pengecoran dengan
panjang yang cukup untuk memungkinkan agar anyaman dapat
digelar pada posisi akhir tanpa terjadi kelebihan penulangan yang
terlalu jauh. Untuk mencegah pergeseran, anyaman tulangan yang
berdampingan harus diikat; Dalam pengecoran lapisan berikutnya,
adukan dituangkan di atas tulangan. Untuk jangka waktu tertentu
permukaan beton lapis pertama tidak boleh dibiarkan terbuka lebih
dari 30 menit, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin.
Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu diperiksa
dan apabila dipandang perlu harus dilakukan perbaikan.
f) Pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka
tulangan harus dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut
beton adalah ¼ tebal pelat + 2,5 cm dan tulangan melintangnya tidak
boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal pelat. Pada beton
dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus diletakkan pada
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dudukan agar pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat


ditahan pada posisi yang telah ditentukan;
Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi
dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari
satu tepi perkerasan ketepi lainnya seperti terlihat pada Gambar 5.
Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus berimpit satu sama
lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak boleh
kurang dari 40 cm.

Gambar 5.7. Pola Sambungan

5.6.4.6. Prosedur Pengawasan Pekerjaan Pembetonan


Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan
dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan
sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan
untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi.
A. Sifat-sifat beton semen
Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki
kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaaan tanpa
terjadi segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria
kekuatan, keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan.
a) kadar air dan kandungan udara;
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja) untuk
mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara yang sesuai
dengan persyaratan.
b) mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap
dijaga.
c) bahan tambah (Admixtures);
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian
dan pengujian lapangan yang teliti.
d) kekesatan.
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.
B. Bahan beton semen
a) Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik
mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat
dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa
mengurangi mutu hasil pekerjaan.
b) Agregat
 Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

b) ukuran maksimum agregat harus ≤ 1/3 tebal pelat atau ≤ ¾ jarak bersih
minimum antar tulangan.
 Cara pengelolaan
agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila
bahan mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka
sebelum digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan
penyaringan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya
agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
Masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai
dan dijaga agar tidak membentuk kerucut
agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di
satukan
semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
waktu penumpukan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
agregat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5%, harus dikoreksi. Pada
penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang
terpisah. Agregat harus diperiksa kadar airnya, berat agregat yang mempunyai
kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi.
 Semen
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai
dengan SNI 15-2049-1994. Semen harus dipilih dan diperhatikaan sesuai
lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup
untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut :
i. semen disimpan di ruangan yang kering dan tertutup rapat
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

ii. semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai
ruangan, tidak menempel /melekat pada dinding ruangan dan
maksimum setinggi 10 zak semen
iii. tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
perputaran udara di antaranya dan mudah untuk diperiksa
iv. semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah
sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis/merek yang lain
v. semen yang baru datang tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen
yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan
pengiriman
vi. apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan
maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen
tersebut memenuhi syarat
vii. pada penggunaan semen curah, suhu semen harus kurang dari 70 0 C
Semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak
perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.

Gambar 5.8.. Gudang Penyimpanan Semen


 Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas
dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau, lumpur atau bahan-bahan lain
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari
sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai SK SNI S-
04-1989-F.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai
akurasi 2%.
Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
 Bahan tambah (Admixtures)
Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :
i. kemudahan pekerjaan (workability) yang lebih tinggi, atau
ii. pengikatan beton yang lebih cepat, agar penyelesaian akhir (finishing),
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu-lintas dapat dipercepat,
atau
iii. pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan yang lebih
jauh
Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil
percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut :
a) SNI 03-2495 –1991 Bahan tambah untuk beton;
b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan gelembung
udara;
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan
yang digunakan dalam Beton Semen Portland;
d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.

Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada Tabel
5.8.
Tabel 5.8 Jenis dan kegunaan bahan tambah
No Jenis Kegunaan Maksud
1 Air Entrainment Kemudahan pengerjaan Memasukkan gelembung
kedap air dan keawetan. udara (0,03 -
0,08 mm) secara merata ke
dalam beton.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

No Jenis Kegunaan Maksud


2 Water Reducer Mempertahankan slump Mengurangi penggunaan air
dan kemudahan dan semen.
pengerjaan
3 Retarder Menyesuaikan waktu Memperlambat waktu
pelaksanaan pembetonan. pengikatan.
4 Accelerator Kuat awal tinggi dalam Mempercepat waktu
waktu relatip singkat. pengikatan.
Tidak boleh digunakan
bersamaan dengan “ Air
Entrainment”.
Sering mengandung
Calcium
Chlorida yang
menimbulkan korosi dan
reaksi alkali-agregat.
Catatan :
Lebih aman bila digunakan
:
- Semen kuat awal tinggi.
- Beton mutu tinggi.
- Pemanasan uap.
5 Plasticizer Meningkatkan kemudahan Bila proporsi campuran dan
dan mutu pengerjaan bentuk agregat kurang baik,
(workability). adukan kurang “ workable”.
Bila jarak tulangan rapat.
6 Lain-lain Pozolan Mengendalikan suhu Beton masif (mutu dan cara uji
dalam beton dan semen
mencegah reaksi alkali- pozolan sesuai dengan SII
agregat. 0132-75).

C. Penentuan proporsi campuran beton semen


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan rancangan


dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana campuran akhir harus
didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal pekerjaan.
Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan untuk
menggunakan semen minimum 335 kg/m 3, kecuali bila pengalaman setempat
menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.
Disarankan kuat tarik lentur beton yang ditentukan untuk tujuan perencanaan dan
keawetan pada umur 28 hari tidak boleh lebih kecil dari 4 MPa (40 kg/cm 2).
Bila dalam perencanaan dimasukkan parameter lain dari beton, maka kebutuhan
semen per m3 beton berdasarkan metoda semen minimum, harus dinaikkan atau
diturunkan berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar semen tidak boleh
lebih kecil dari 280 kg/m3

D. Pengadukan beton semen


 Unit penakaran (Batching Plant)
Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk
setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan
bak penimbang (weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol
takaran (batching controls).
Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan
tidak boleh ditimbang kumulatif dengan agregat.
Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan
dengan sekali menimbang.
Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti.
Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara
berkala selama
pelaksanaan.
 Pengukuran dan penanganan bahan
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) semen curah maupun semen kemasan dapat digunakan, asalkan
menggunakan cara penakaran yang sama. Semen yang berbeda
merek tidak boleh digunakan pada pencampuran yang bersamaan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Semen harus ditimbang dengan penyimpangan maksimum 1%.


Apabila digunakan semen kemasan, maka jumlah semen dalam satu
adukan beton harus merupakan bilangan bulat dalam zak;
b) agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2 %;
c) air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat.
Toleransi penakaran maksimum 1%;
d) bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar
dalam berat atau volume, dengan toleransi penakaran maksimum 3%.
Bila digunakan bahan tambah pembentuk udara (air entraining
admixture) bersamaan dengan bahan kimia, maka masing-masing
bahan tambah harus ditakar dan ditambahkan kedalam adukan
secara terpisah;
e) abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat
dengan batas ketelitian 3 %.
 Cara pengadukan beton semen
Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapan-
tahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan
ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan
pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga
penempatan alat pengaduk dan material bahan campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa
pengadukan selesai.
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari
hasil percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75
detik, kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete),
pelaksanaan pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-
02-1996-03.
a) Cara masinal
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan


yang telah memenuhi semua persyaratan yang bisa dikendalikan secara
otomatis, baik dalam hal penimbangan atau penakaran material maupun
pengadukannya.
Mesin pengaduk harus dilengkapi dengan petunjuk dari pabrik yang
menyatakan kapasitas dan jumlah putaran per menit yang dianjurkan.
b) Cara semi masinal
Apabila cara masinal tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya, pengadukan
beton dapat dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan
peralatan atau mesin yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan secara
otomatis (beton molen). Kondisi pelaksanaan seperti ini harus disertai
dengan pengawasan yang lebih baik.
c) Cara manual
Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam
hal kondisi darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing)
menggunakan sekop dan cangkul boleh dilakukan.
E. Pengangkutan adukan beton
Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan
antara lain : tipping trucks, truck mixers atau agitators, sesuai dengan
pertimbangan ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut. Pengangkutan
harus dapat menjaga campuran beton tetap homogen, tidak segregasi, dan
tidak menyebabkan perubahan konsistensi beton.
Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating),
rentang waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk
hingga selesai pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk
beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit.
untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperatur beton ≥
30° C. Apabila digunakan truck mixers atau truck agitators, rentang waktu
pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus
lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperatur
beton ≥ 30° C.

F. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
segregasi. Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m –
1,50 m tergantung dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat,
penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket)
dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di
atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus
diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan
berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi
pengikatan akhir (final setting).
 Pengecoran pada cuaca panas
Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila
temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 24 0 C, pencegahan
penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari,
dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan
mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur
agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton
harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan lebih dari 32 0
C.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan
menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir.
Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke
permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar
air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.
 Penghamparan
Ada dua metoda penghamparan beton semen.
a) metoda menerus;
Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan
melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara
digergaji sebelum retak susut terjadi.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

b) metoda panel-berselang.
Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang.
Panel-panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor,
pengecorannya dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung
(paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah
(hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan
gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan
penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus
dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil,
penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan
kapasitas alat pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan
tulangan harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan
dipadatkan dari atas.
 Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metoda
untuk memadatkan beton yaitu : pemadatan dengan tangan dan
pemadatan dengan getaran.
a) pemadatan dengan tangan (hand tamping);
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini
dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm 2 dengan panjang
sesuai lebar jalur yang dicor.
Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm
seperti diperlihatkan pada Gambar 5.9.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di
atas permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara
berulang-ulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus
dipakai untuk meratakan dan merapikan permukaan beton.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.9. Tipikal Alat Pemadat Tangan (Hand Tamping)


b) pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-
operated vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping.
Kepadatan beton
dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang
dioperasikan secara
manual seperti diperlihatkan pada Gambar 5.10.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut,
dapat digunakan
alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).
Pemadatan beton
harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan
beton, dan harus
sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut
sekitar fasilitas
drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan
persimpangan,
diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.10.Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan


(Hand – Operated Vibrating Beam)

5.6.4.7. Prosedur Perlindungan dan Perawatan Beton


A. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton
harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor
lingkungan.
a) pencegahan retak susut plastis;
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton
basah dan pada saat masih plastis.
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton
yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur
beton dan udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil,
temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin
bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang
akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat
dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.
Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur
beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur
udara.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m 2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Besarnya laju
penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.11.
Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :
 buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau
sinar matahari terhadap permukaan beton semen
 kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan
udara baik cuaca panas maupun dingin
 hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
 rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan
dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi
keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara
 lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran
dan pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan
b) perlindungan terhadap hujan;
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan
bahan seperti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.
c) perlindungan terhadap kerusakan permukaan.
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek,
dengan pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang,
dan lain sebagainya.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.11. Nomogram penentuan besar laju penguapan

B. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan
mutu akhir beton.
Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton
harus dirawat.
Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar
resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-
base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C309. Kompon harus
disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m 2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat ≥ 12,5
cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit
setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan
lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera
diperbaiki.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat
dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak
memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat
permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum
beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum
lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus
dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian
rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran
penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang
cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton
setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih
berada pada tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton
dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus
dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal
7 hari.

C. Kelandaian yang curam


Pada kelandaian yang curam (> 6%) diperlukan alur yang lebih dalam
untuk memberikan kekesatan yang lebih tinggi.
Prosedur pelaksanaan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian yang
rendah;
b) pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur harus
dipasang pada acuan tepi atas dari panel bagian bawah. Balok pembuat
alur terlebih dahulu harus dicabut sebelum panel atasnya dicor, untuk
mendapatkan sambungan yang kuat;
c) harus dibuat angker panel (Gambar 12) dan angker blok (Gambar 13)
sesuai keperluan;
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

d) kelecakan dari campuran beton harus disesuaikan dengan kemiringan


untuk mengurangi campuran beton mengalir kebawah selama
pemadatan.
Penggunaan adukan beton yang kental memerlukan balok penggetar untuk
memadatkannya, atau dengan menggunakan pemadat tangan, namun
memerlukan usaha yang lebih keras.
Penggunaan metoda panel berselang memungkinkan aliran beton bisa
terjadi yang akan menyebabkan naiknya ketinggian pada sambungan
dengan pelat sebelumnya. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan perataan
kembali dari beton yang masih plastis disekitar sambungan dalam waktu 30
menit sejak penyelesasian akhir.

Gambar 5.12. Angker panel Gambar 5.13. Angker blok

5.6.4.8. Prosedur Pengendalian Mutu


A. Kegiatan pengontrolan yang harus dilakukan selama pelaksanaan
Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama
pelaksanaan perkerasan beton semen sebagai berikut :
a) pekerjaan awal;
 mempelajari gambar rencana dan spesifikasi
 pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan
kemiringan
 peralatan dan Organisasi Kontraktor Pelaksana
 penentuan tugas dan tanggung jawab
 menentukan pengujian, pencacatan dan laporan yang diperlukan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan


pengendalian
b) bahan;
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan
kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan
pembuangan bahan yang ditolak. Bahan tersebut meliputi :
 semen
 agregat
 air
 bahan tambah
 tulangan, ruji, dan bahan pengikat
 material perawatan beton
 bahan sambungan
c) perbandingan campuran;
 pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar
lempung
 data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi
agregat, air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan
 volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam
takaran dan koreksi kadar air agregat
d) unit penakar / penimbang meliputi;
 pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen,
agregat, air dan bahan tambah
 pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan
dan skala timbangan
e) unit pencampur ;
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat
pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran
beton semen ;
 acuan : kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji
 tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan


dan ruji
f) pembetonan ;
 persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan
pelindung cuaca
 pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan
butir (segregasi) dan keterlambatan
 pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan
perubahan konsistensi
 pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh,
penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan
pemeriksaan sambungan
 penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan
kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi
 pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan,
alinemen, perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan
g) setelah pembetonan ;
 waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari
 perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu
mulai perawatan dan lama waktu perawatan
 perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca
panas dan pencatatan temperatur
 sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan
pelebaran bagian atas pada sambungan
 penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup,
pembersihan sambungan dan penutupan
 pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau
penggantian
h) pengujian beton semen.
 campuran beton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan
kadar udara.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji,


penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan,
pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan
penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.
B. Toleransi penyimpangan
a) kerataan permukaan baik melintang atau memanjang;
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan
dengan menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3
meter. Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas
ringan untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm,
sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar
perata 3 meter.
b) ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan.
Jika dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah
penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti ( core
drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m 2
perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil
pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan
pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang
diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh
inti tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya
dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang
pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan
sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan
pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan
spesifikasi yang berlaku.

5.6.5. Pasangan Batu


a. Umum
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pasangan batu akan digunakan dalam pembangunan berbagai


bangunan dan pendukungnya yang mencakup namun tidak terbatas
kepada, bangunan hidraulik, pelapis saluran dan bangunan pelindung,
saluran drainase, dinding penahan (retaining walls), penahan lereng,
pondasi untuk bangunan, pembatas jalan, dan lain sebagainya. Semua
pekerjaan pasangan batu harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan
yang tersebut dalam bab ini, dan juga kepada persyaratan garis, level,
gradasi dan dimensi sebagaimana yang ditentukan dalam Gambar
maupun yang disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan.
Bahan dan metode konstruksi untuk pasangan batu harus memenuhi
standar yang disebutkan dalam bab Spesifrkasi Umum. Peraturan
Indonesia yang berlaku untuk material adalah PUBI-1982 (Peraturan
Umum Baran Bangunan di Indonesia). Selain itu spesifikasi juga harus
mengacu kepada Standar Perencanaan Irigasi yang diterbitkan oleh
Dirjen Pengairan, Departemen Pemukiman dan Pengembangan
Prasarana Wilayah, Republik Indonesia.
b. Material Pasangan Batu
Material yang harus digunakan dalam pasangan batu adalah sebagai
berikut :
1. Batu
Batu pasangan berasal batuan sungai maupun hasil pemecahan
sebagaimana yang disetujuil oleh Direksi Pekerjaan, tidak saling
melekat satu sama lainnya dan tidak memiliki cacat lainnya.
Batu harus memiliki spesific gravity tidak kurang dari 2,5.
Batu pasangan harus terdiri dari ukuran yang beragam, dipasang
dengan batuan pemukulan dengan palu sehinggga saling berdekatan
dan tidak ada siar besar diantaranya. Setiap batu harus memiliki berat
antara 6 hingga 25 kg. Batu yang lebih kecil dapat digunakan, namun
harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu.
Ukuran maksimum batu harus dibatasi hingga 2/3 ketebalan plat atau
dinding yang akan dibangun, atau tidak boleh lebih besar dari pada 30
cm. Kecuali diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, penggunaan batu bulat,
hanya diijinkan dalam jumlah yang terbatas dengan pencampuran
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dengan batu bersudut, dan tidak boleh digunakan untuk dinding dengan
ketebalan kurang dari 40 cm.
Batu pasangan yang disimpan di lokasi proyek harus dijaga agar pada
saat akan dipasang berada dalam keadaan basah.
1. Adukan semen untuk perekat
Adukan semen untuk perekat pasangan batu harus terdiri dari
campuran semen Portland dan agregat/pasir halus yang sesuai
dengan persyaratan bahan. Tiga jenis adukan yang akan digunakan
sebagaimana tercantum dalam gambar maupun atas arahan Direksi
Pekerjaan, adalah seperti berikut :
- 1 bagian semen dengan 2 bagian agregat/pasir halus untuk
bangunan berkekuatan tinggi,
- 1 bagian semen dengan 3 bagian agregat/pasir halus untuk
pasangan batu yang terkena aliran air,
- 1 bagian semen dengan 4 bagian agregat/pasir halus untuk
pasangan batu pondasi dan bangunan yang tidak terkena
aliran air.

Adukan harus dicampur dengan air secukupnya hingga menghasilkan


adukan yang konsisten.
c. Pemasangan Dan Penyusunan Batu
Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan secara menyeluruh terhadap
kotoran tanah, pasir, dan kotoran lainnya. Selain itu batu juga harus
dipasang dalam keadaan basah.
Dalam pemasangan, batu harus ditata dengan tangan sebagian rupa
sehingga permukaan rata dari batu, tegak lurus terhadap arah tegangan
utama dan seluruh adukan semen melekat di seluruh pertemuan
permukaan batu. Penataan lebih lanjut dilakukan dengan pemukulan
palu baja. Apabila pemukulan ini menimbulkan kerusakan pada batu,
maka batu tersebut harus diambil, dibersihkan, dan dipasang kembali
dengan adukan semen baru. Setiap celah pertemuan batu harus
dipenuhi dengan adukan. Harus diyakinkan pula bahwa seluruh
permukaan batu terlapisi oleh adukan semen.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Jarak siar antar batu tidak boleh kurang dari 10 kilometer dan tidak
boleh lebih dari 50 milimeter dan tidak diperbolehkan adanya
permukaan batu yang bersentuhan langsung dengan batu lainnya.
Ukuran dan distribusi batu harus sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh penyediaan volume adukan semen yang sedikit mungkin.
Pemasangan batu harus dilakukan berselang-seling sehingga setiap titik
pertemuan batu memiliki arah vertikal dan horizontal. Harus dihindarkan
pula adanya bidang pertemuan batu yang lurus horizontal dan sambung
menyambung.
d. Sambungan Kontraksi dan Sambungan Sendi (Contraction
Joint dan False Joint)
1. Sambungan Kontraksi
Sambungan kontraksi harus dipasang pada dinding batu,
struktur penahanan dan pelapis saluran, sebagaimana
ditentukan dalam gambar atau yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan, atau pada interval tidak lebih dari 20 meter. Kecuali
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sambungan kontraksi
pada pasangan batu harus dibuat sebagaimana sambungan
kontraksi pada struktur beton, sebagaimana dalam bab
pekerjaan Beton pada Spesifikasi Teknis ini. Sambungan
kontraksi pada pasangan batu dan struktur penahan harus
berupa bidang vertikal atau tegak lurus terhadap arah aliran,
sejauh memungkinkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan kontraksi pada permukaan horizontal dan lantai
struktur batu harus tegak lurus dan/atau sejajar dengan dimensi
utama dari struktur atau dengan arah aliran sejauh
memungkinkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2. Sambungan Sendi
Sambungan sendi harus dipasang pada batu yang bukan
merupakan struktur penahan air sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar atau yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan sendi harus dipasang pada setiap bagian struktur
yang mengalami perubahan dimensi secara brsar atau secara
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

tiba-tiba, atau pada bagian dimana perbedaan penurunan


diramalkan akan terjadi.
Sambungan sendi dibuat dengan menata batu sedemikian rupa
sehingga adukan semen akan membentuk bidang datar
bersambung sepanjang tinggi pasangan batu tersebut, termasuk
batu mukanya. Jika diperlukan, semacam bekisting sementara
dapat dipergunakan selama pekerjaan pasangan batu untuk
mengendalikan lokasi dan sambungan dari sambungan sendi.

3. Filter Drainase Sambungan


Di balik seluruh jenis sambungan pada pekerjaan pasangan
batu, termasuk sambungan kontraksi dan sambungan sendi,
harus dipasang batu pecah yang bergradasi atau filter kerikil
sepanjang tinggi sambungan. Filter yang bergradasi ini harus
terdiri dari batu pecah pilihan dan krilil dan gradasi yang baik
untuk mencegah teralirkannya material filter dan/atau material
pondasi dan harus dilapisi lagi dengan lapisan filter
geotekstilsintetis seperti dalam gambar atau yang ditunjukkan
oleh Direksi Pekerjaan. Penggunaan ijuk dan material organik
yang dapat melapuk lainnya tidak diijinkan kecuali mendapatkan
ijin khusus dari Direksi Pekerjaan.
e. Pekerjaan Pasangan Batu Muka dan Siar Pasangan Batu Muka
Kecuali gambar atau Direksi Pekerjaan menunjukkan lain, batu-batu
muka pada pasangan batu yang biasa harus terdiri dari batu yang
berukuran acak dengan penempatan batu header (bond stone) paling
sedikit sebuah tiap satu meter persegi. Batu header harus masuk pada
kedalaman paling sedikit dua kali ketebalan pasangan batu muka ke
arah pasangan batu belakang. Batu muka harus dipilih dan ditata
dengan baik sehingga permukaan luarnya membentuk bidang rata dan
permukaan luar antar batu tersebut berjarak sedekat mungkin tapi tidak
kurang dari 10 milimeter dan tidak melebihi 20 milimeter, dan titik
pertemuan terbagi ke arah vertikal dan horizontal. Pada sudut dan tepi
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

luar dinding pasangan harus dipasang batu yang telah dibentuk kotak
dan membentuk garis tepi sudut.
Distribusi jenis batu dan ukuran batu pada muka pasangan harus
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil permukaan pasangan batu
yang rapi, rata dan memiliki penanpilan seragam, tanpa adanya daerah
dengan permukaan batu-batu muka berukuran jauh lebih besar atau
jauh lebih kecil dari daerah-daerah lainnya, ataupun berbeda warna dan
teksturnya.
Pada pekerjaan-pekerjaan khusus yang ditunjukkan oleh Gambar atau
Direksi Pekerjaan, muka pasangan batu harus dibuat dari batu segi
enam atau dari batu candi.
Pasangan batu muka harus sedemikian supa sehingga penaikan-nya
bersamaan dengan penaikan batu belakang sehingga batu header
dapat dipasang dengan baik dan menghasilkan sambungan adukan
semen antara pasangan batu muka dan batu belakang yang baik dan
kuat.
Semua batu yang terbuka harus diberikan siar muka pasangan.
Sebelum pemberian siar muka pasangan (pointing), adukan semen
pada sambungan batu harus dikorek sedalam 30 milimeter atau
potongan (chiselled out) pada sambungan lamanya, kemudian
sambungan itu harus dibersihkan dari pasir dengan sikat kawat hingga
bersih, kemudian adukan semen dibasahkan.
Pasangan siar muka pasangan dapat berupa :
 Siar muka pasangan cekung : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen hingga kedalaman kurang lebih 10 milimeter
ke arah dalam dari permukaan batu muka,
 Siar muka pasangan rata : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen rata dengan permukaan batu muka,
 Siar muka pasangan cembung : berupa pengisian muka sambungan
dengan adukan semen kurang lebih 10 milimeter ke arah luar
permukaan batu muka.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Kecuali ditentukan oleh gambar atau Direksi Pekerjaan, semua


pasangan siar muka pasangan harus berjenis siar adukan semen rata.
Adukan semua untuk siar ini harus memiliki perbandingan 1:3, kecuali
ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan.
Permukaan batu muka harus dibersihkan dengan baik dari kelebihan
adukan semen setelah pekerjaan pemasangan siar muka pasangan
selesai.
f. Lubang Drainase (Drainage Holes) dan Lubang Buangan Air
(Wheep Holes)
Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan, bagian
miring atau vertikal dari pasangan dinding penahan, pelapis saluran,
saluran buang, dan pasangan pengukuh dan pelindung lereng, harus
diberikan lubang drainase atau kubang buangan air pada interval satu
setiap 4 meter persegi dari permukaan pasangan yang terbuka atau
yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan, lubang
drainase dan lubang buangan air harus dibuat dari pipa PVC 50
milimeter. Pada lubang drainase dan lubang buangan air pada
pasangan penahan air harus dipasang katup bola (ball valves) atau
katup buka tutup (flap valves) yang memenuhi persyaratan
sebagaimana yang ditunjukkan oleh gambar atau Direksi Pekerjaan.
1. Plesteran
Plesteran pasangan batu harus dipasang pada dinding, lantai, pelapis
saluran, dan pasangan batu lainnya sebagaimana yang ditunjukkan
pada gambar atau oleh Direksi Pekerjaan dengan mengikuti aturan
sebagai berikut :
2. Permukaan terbuka
Kecuali ditentukan lain oleh gambar atau Direksi Pekerjaan,
plesteran harus dipasang pada permukaan atas seluruh struktur
pasangan batu seperti dinding, pilar, tumpuan dan lain-lain dan
pada 10 centimeter dibawah permukaan atas dari struktur-struktur
tersebut dan mernbentuk tudung.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Plesteran harus menggunakan adukan semen dengan


perbandingan 1 bagian pasir dalam besaran volume.
Sebelum plesteran, adukan semen pada sambungan batu harus
dikerok atau dipotong sedalam 30 millimeter, kemudian permukaan
pasangan batu dan sambungannya harus dibersihkan dari semua
kotoran adukan semen atau kotoran lainnya dengan sikat kawat dan
dibasahi sebelum dipasang plester.
Plester harus dipasang dalarn dua lapis dengan ketebalan total
kurang leblh 20 millimeter dan harus diselesaikan dengan sendok
tembok baja untuk mendapatkan hasil akhir yang bersesuaian
dengan hasil akhir beton dengan kelas U3 seperti yang tersebut
pada bab Pekerjaan Beton.
3. Urugan di Belakang pasangan Batu
Kecuali ditunjukkan lain oleh gambar atau hal lainnya yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pengurugan bagian
belakang pasangan batu yang tidak akan terlihat dari luar,
pasangan batu harus diberi plester kasar dengan campuran adukan
semen 1 bagian semen dan 4 bagian pasir dalam besaran volume
dengan ketebalan 20 millimeter.
Harus diperhatikan agar plesteran kasar tersebut tidak menutupi
atau buangan air lubang drainase dan dinding lainnya yang telah
dlbuat pada pekerjaan pasangan batu, dan pengurugan tidak boleh
dimulai sebelum perneriksaan pemberian persetujuan oleh Direksl
pada saat pekerjaan pasangan batu dan plesteran selesai
dilaksanakan.
4. Perlindungan dan Perawatan
Untuk melaksanakan pekerjaan pasangan batu pada cuaca yang
tldak baik, dan perlindungan dan perawatan pekerjaan yang telah
selesaiKontraktor Pelaksana harus merujuk kepada kondisi yang
sama untuk pekerjaan beton.
Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dilakuk:an pada kondisi hujan
yang lebat atau lama yang akan sanggup melarutkan adukan
semen dari pasangan batu. Adukan semen yang telah terpasang
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dan terlarut oleh hujan harus diambil kembali dan diganti sebelum
pekerjaan diteruskan.
Para pekerja, peralatan konstruksi, atau lalu lintas konstruksi tidak
diperbolehkan melintasi pasangan batu sebelum terpasang dengan
sempurna dan telah mencapai kekuatan penuhnya, dan jika ada
pasangan batu yang rusak akibat hal tersebut di atas, harus
dibongkar dan diganti sebagai tanggungan Kontraktor Pelaksana.
Pasangan batu harus dilindungi dari sinar matahari dan harus dijaga
agar selalu dalam keadaan basah selama kurang lebih tiga (3) hari
atau selama waktu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, setelah
pekerjaan pasangan batu selesai.

5.6.6. Pekerjaan Timbunan Tanah


5.6.6.1. Umum
A. Cakupan Pekerjaan
Pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini dengan judul di atas
meliputi semua pekerjaan tanah dan pekerjaan yang terkait yang
merupakan permanen atau diperlukan dalam kaitannya dengan
pekerjaan permanen yang tidak secara khusus diuraikan pada sub bab
sebelumnya.
Pekerjaan ini meliputi:
 Penimbunan dan pemadatan tubuh bendungan dan cutoff,
 Penimbunan kembali bangunan,
 Pekerjaan restorasi termasuk penggalian dan atau penimbunan,
pemasangan tanah penutup (topsoiling) dan penanaman rumput
 Pembuatan dan pemeliharaan tempat penimbunan dan tempat
pembuangan sisa galian
 Pekerjaan tanah lain seperti ditunjukkan dalam gambar atau
diperintahkan Direksi Pekerjaan.

B. Bahan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Bahan untuk pekerjaan tanah umum berasal dari hasil galian dari
berbagai bagian pekerjaan permanen, tempat pengambilan tanah
(borrow area), tanah residual, endapan aluvium dan koluvium, atau
kombinasinya.
Klasifikasi tingkat pelapukan batuan dan klasifikasi penggalian yang
dipakai dalam Bab ini harus mengikuti klasifikasi yang berlaku dalam
Spesifikasi Teknis ini.

C. Pekerjaan Sampai Garis, Permukaan dan Elevasi yang


Ditentukan
Kontraktor Pelaksana harus mengerjakan semua pekerjaan tanah
sampai mencapai garis, permukaan, elevasi atau dimensi yang
ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan atau disetujui
Direksi Pekerjaan.
Rincian pekerjaan ini tidak selalu ditunjukkan secara lengkap dalam
gambar Kontrak, dalam hal itu rinciannya harus mengikuti perintah
Direksi Pekerjaan dalam bentuk gambar Kerja Tambahan atau perintah
tertulis di lapangan sesuai dengan ketentuan dan Spesifikasi Umum dan
Syarat-syarat Kontrak; atau sesuai dengan usulan Kontraktor Pelaksana
yang disampaikan kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui berupa
gambar rinci atau spesifikasi tertulis, sesuai dengan Spesifikasi Umum
dan Syarat-Syarat Kontrak, dan disetujui Direksi Pekerjaan, dan bisa
diubah atau dimodifikasi bilamana perlu menurut pendapat Direksi
Pekerjaan.

D. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran untuk pembayaran butir-butir dari pekerjaan tanah dan
penimbunan kembali dilakukan dengan cara dan dalam satuan
pengukuran seperti ditentukan dalam berbagai butir yang akan diuraikan
di bawah ini atau seperti ditentukan Direksi Pekerjaan. Pembayaran
untuk butir-butir dari pekerjaan tanah dan penimbunan kembali
dilakukan berdasar harga satuan yang relevan atau sebagai harga
jumlah bulat (lump sum) seperti ditetapkan atau disetujui Direksi
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam Syarat-syarat


Kontrak Kerja.

5.6.6.2. Bahan Timbunan Tanah


A. Jenis Tanah

Yang dimaksud dengan timbunan tanah adalah semua timbunan tanah


baik untuk tubuh bendungan,maupun di luar timbunan untuk
bendungan, termasuk cutoff.
Timbunan tanah terdiri dari bahan aluvium, bahan batuan lapuk residual
dari galian, tanah dari tempat pengambilan tanah atau kupasan tanah
penutup.

Gradasi Tanah Timbunan harus bergradasi baik (well graded) dalam


batas-batas berikut :

 Tidak mengandung butiran berukuran 5 cm, kecuali kalau ditentukan


lain,
 Bahan harus mengandung bagian yang lolos Saringan No. 200
(0,074 mm) tidak kurang dari 40%,
 Bahan harus mengandung butiran berukuran lempung (0,002 mm)
tidak kurang dari 30%.

Indeks Plastisitas (PI) bahan yang ditentukan dengan ASTM Standards


D 423 dan D 424, tidak kurang dari 25%. Berdasarkan pengujian
konsistensi Atterberg, tanah material urugan embung tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai CH - MH, yaitu lanau lempungan, plastisitas
sedang-tinggi, warna coklat kekuningan. Material ini dijumpai di Borrow
Area pada kedalaman antara 1 m sampai dengan 2 m, dibawahnya
jenis tanah berubah menjadi lanau pasiran yang lebih porus. Untuk itu,
Kontraktor Pelaksana harus hati-hati untuk menggalinya dan harus
dipandu oleh teknisi lapangan yang berpengalaman dalam bidang
mekanika tanah.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

B. Penyiapan Pondasi

Kecuali bila ditentukan lain dalam gambar atau diperintahkan oleh


Direksi Pekerjaan, pondasi pekerjaan urugan (embankment) atau
timbunan harus dibersihkan, dibongkar dan dikupas sesuai dengan
ketentuan mengenai pekerjaan tersebut yang ditentukan dalam
Spesifikasi ini.

Semua bagian ketidak-teraturan, dan rongga di pondasi dan bekas-


bekas sumuran uji atau galian lain yang lebih dalam dari galian yang
ditunjukkan gambar, harus ditimbun kembali sesuai perintah Direksi
Pekerjaan dengan bahan yang sama dengan timbunan di atasnya, dan
dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk timbunan yang
bersangkutan .

Menjelang penghamparan lapisan pertama bahan timbunan, permukaan


pondasi harus dibersihkan dari semua tanah yang mengandung
gambut/humus, bahan-bahan lepas dan benda-benda lain yang tidak
pada tempatnya. Semua air yang ada di tempat tersebut harus
disingkirkan dengan cara yang disetujui Direksi Pekerjaan. Apabila
perlu, permukaan pondasi harus dibasahi sebelum ditimbun untuk
memperoleh ikatan yang baik dengan lapisan timbunan pertama.

Berdasarkan hasil analisa design timbunan tubuh bendungan Pidekso,


mengingat kondisi tanah pondasi tapak bendungan yang berupa soft soil
maka proses penimbunan tubuh bendungan dilakukan secara bertahap
(staging fill embankment) dengan ketinggian timbunan yang
dilaksanakan pertahapnya dilakukan berdasarkan simulasi kekuatan
tekanan air pori tanah di tapak tubuh bendungan.

Setiap pekerjaan penimbunan untuk pekerjaan permanen hanya boleh


dimulai setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

C. Kontrol Kandungan Air dan Kepadatan


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Kandungan air bahan timbunan sebelum dan selama pemadatan harus


seragam untuk setiap lapisan. Kecuali bi!a ditentukan lain oleh Direksi
Pekerjaan kandungan air bahan timbunan menurut ASTM Standard D
2216 harus dalam kisaran minus 2% (-2%) dan plus 2% (+2%) dari
Kandungan Air Optimum (Omc) yang diperoleh dari Uji Pemadatan
Standar (Standard Compaction Test) menurut ASTM Standard' D 698.
Khusus untuk lapisan cutoff hulu dan selimut lempung hulu,
kadar air harus lebih basah 4% sampai dengan 5% di atas
OMC, untuk memperoleh sifat yang kedap air.

Penyiapan kandungan air bahan timbunan untuk. mencapai kandungan


air yang ditentukan, harus dilakukan sebelum pengangkutan ke tempat
penimbunan yaitu di tempat pengambilan bahan timbunan, di tempat
pengumpulan atau tempat lain. Metode untuk mencapai kandungan air
yang ditentukan, menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana dan
harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan. Penambahan air
mungkin perlu dilakukan di tempat penimbunan. Tetapi hal ini hanya
boleh dilakukan atas persetujuan Direksi Pekerjaan, dan
pelaksanaannya harus menggunakan alat atau dengan cara yang
disetujui Direksi Pekerjaan.

Kecuali ada ketentuan lain atau diperintahkan lain oleh Direksi


Pekerjaan, kepadatan kering (dry density) bahan timbunan setelah
pemadatan tidak kurang dari 90% dari Kepadatan Kering
Maksimum (Maximum Dry Density) kalau diuji dengan prosedur
ASTM Standard Proctor.

Kandungan air harus diuji langsung di lapangan menggunakan alat yang


dengan cepat dapat mengetahui kadar air lapangan, misalnya speedy
moisture tester. Yang secara berkala di chek dengan menggunakan
metode oven di laboratorium lapangan. Kepadatan Kering tanah yang
dipadatkan juga akan diperiksa oleh Direksi Pekerjaan secara berkala
dengan uji kontrol lapangan dan laboratorium terhadap contoh yang
diambil secara acak. Apabila kandungan air atau kepadatan kering
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

tanah yang telah dipadatkan temyata tidak masuk dalam kisaran yang
ditentukan, Direksi Pekerjaan akan memerintahkan Kontraktor
Pelaksana membongkar bahan tersebut, atau mengolahnya kembali
sedemikian rupa sehingga kandungan air dan kepadatannya mencapai
syarat-syarat yang yang ditentukan yang dibuktikan dengan
serangkaian pengujian.

Pengambilan dan penentuan uji kepadatan di lapangan dilakukan pada


setiap 100 m2 atau setiap lapis pemadatan atau kapan dan dimana
seperti yang diminta oleh Direksi Pekerjaan.

Direksi Pekerjaan berhak merubah batas-batas kandungan air dan


kepadatan timbunan setiap waktu selama pelaksanaan, dan perubahan
semacam itu tidak merubah harga satuan untuk pembayaran.

D. Penempatan

Pemilihan, penempatan dan penghamparan bahan timbunan harus


sedemikian rupa sehingga sebaran (distribution) dan gradasinya di
seluruh timbunan bebas dari lensa, kantong atau lapisan bahan yang
tekstur, gradasi, kandungan air atau kepadatannya sangat berbeda
dengan bahan di sekitarnya.

Penempatan bahan timbunan harus sedemikian rupa sehingga


sebarannya bisa sebaik mungkin dan harus disetujui Direksi Pekerjaan,
dan bilamana perlu untuk mencapai tujuan ini Direksi Pekerjaan dapat
menentukan tempat penempatan bahan timbunan.

Apabila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, permukaan pondasi atau


permukaan yang dipadatkan dari salah satu lapisan terlalu kering atau
terlalu licin sehingga tidak bisa terjadi ikatan dengan lapisan berikutnya,
maka permukaan tersebut harus dikasarkan dengan alat sampai
kedalaman tertentu sehingga terbentuk permukaan ikatan yang baik
sebelum timbunan berikutnya ditempatkan.

Bahan timbunan harus ditempatkan di urugan atau di timbunan berupa


lapisan menerus yang horizontal, dengan ketebalan sedemikian rupa
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

sehingga bisa dicapai kepadatan yang direncanakan sesuai dengan


cara pemadatan yang dituangkan dalam dokumen spesifikasi teknis di
samping itu tebal lapisan sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 30
cm, kecuali bila ditentukan atau disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan.
Semua permukaan lapisan harus miring 1:30 untuk keperluan drainase
mengalirkan air permukaan.

Direksi Pekerjaan berhak merubah ketebalan timbunan berdasar


informasi dari hasil pengujian; perubahan yang ditimbulkannya tidak
merubah harga satuan untuk pembayaran.

E. Pemadatan Tanah

Segera setelah penempatan setiap lapisan, timbunan harus dipadatkan


menggunakan ''selfpropelled tamping roller"atau sheepfoot roller atau
alat sepadan sehingga menjadi lapisan yang seragam kepadatannya.

Jumlah Iintasan alat pemadat akan ditentukan Direksi Pekerjaan


berdasarkan hasil percobaan timbunan (trial embankment). Namun
demikian, Direksi Pekerjaan tetap berhak merubah jumlah Iintasan alat
pemadat setiap saat selama konstruksi, tergantung hasil uji kontrol.
Tidak akan ada penyesuaian pembayaran untuk bahan kalau Direksi
Pekerjaan memerintahkan penambahan atau pengurangan jumlah
lintasan.

Jenis alat pemadat yang akan dipakai Kontraktor Pelaksana harus


disetujui Direksi Pekerjaan, beban, operasi dan kecepatan alat tersebut
harus dapat mencapai tingkat keseragaman dan kepadatan sesuai
ketentuan Direksi Pekerjaan.

Apabila digunakan lebih dari satu alat pemadat, maka alat pemadat
yang dipakai harus sejenis dengan berat, dimensi dan ciri operasi yang
sarna.

Jika pekerjaan penimbunan diberhentikan karena akan turun hujan,


permukaan timbunan atau urugan harus dimiringkan dan dihaluskan
untuk melancarkan drainase. Sebelum penempatan dan pemadatan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

lapisan selanjutnya, permukaannya harus digaru dan diatur kandungan


airnya sesuai ketentuan yang berlaku.

F. Percobaan Timbunan (Trial Embankment)

Sebelum melakukan pekerjaan penimbunan dan pemadatan, khusus


untuk tubuh embung, Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan
percobaan penimbunan dan pemadatan langsung di lapangan di tempat
yang akan dilakukan penimbunan tubuh embung. Luas daerah
percobaan minimal 5 m x 10 m atau ditentukan bersama-sama dengan
tim supervisi dan Direksi Pekerjaan. Sebelumnya, Kontraktor Pelaksana
harus menyiapkan tanah bahan urugan, peralatan penghampar dan
pemadat yang akan digunakan, serta alat-alat pengujian kadar air dan
kepadatan langsung di lapangan.

Setelah tanah yang kadar airnya telah diperiksa mendekati OMC sesuai
dengan persyaratan dihampar dengan ketebalan 30 cm, tanah
dipadatkan dengan alat pemadat sheepfoot roller tanpa digetarkan.
Dengan banyak lintasan 2 x, 4 x, 6 x, 8 x, dan 10 kali, dilakukan
pengujian.

Kepadatan tanah menggunakan drive cylinder yang telah disetujui


Direksi Pekerjaan. Pada setiap banyak Iintasan tersebut dihitung
kepadatan tanah dan tingkat kepadatan tanahnya, hasilnya kemudian
dibuat grafik hubungan antara kepadatan kering dengan banyak
lintasan. Grafik tersebut kemudian dianalisisoleh tim supervisi dan
Direksi Pekerjaan untuk menentukan banyak lintasan yang akan
digunakan sebagai pedomandalam pelaksanaan timbunan tubuh
embung selanjutnya.

G. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pembayaran bahan timbunan tanah atau pekerjaan


timbunan dilakukan berdasar volume dalam meter kubik bahan
terpadatkan di urugan atau timbunan yang telah selesai sampai garis,
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

permukaan atau ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti


diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Pembayaran untuk bahan timbunan tanah di pekerjaan urugan atau


timbunan dilakukan menurut harga satuan per meter Kubik seperti
ditetapkan dalam syarat-syarat Kontrak.

5.6.6.3. Timbunan Kembali


A. Umum

Yang dimaksud timbunan disini adalah timbunan kembali (backfill).


Kontraktor Pelaksana harus menimbun macam-macam bangunan baik
bangunan permanen maupun pekerjaan lain seperti ditunjukkan dalam
gambar atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Penimbunan kembali dilakukan dengan bahan yang bisa dibagi dalam 2


(dua) jenis tergantung lokasi, jenis fungsi bangunan atau pekerjaan
yaitu :

1. Timbunan Acak (Random Backfill; Ordinary Backfill),


2. Timbunan Lulus Air (Free Draining Backfill).

Bahan timbunan harus dari jenis, dan dengan permukaan dan dimensi
seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diperintahkan Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan berikut.

Apabila jenis bahan timbunan tertentu tidak ditentukan dalam Gambar


atau bahannya hanya ditentukan sebagai "Timbunan" atau "Timbunan
Biasa" maka bahan seperti itu harus diartikan sebagai Timbunan Acak
seperti ditentukan berikut.

B. Bahan-bahan
Persyaratan bahan harus memenuhi ketentuan berikut, kecuali apabila
ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan :

1. Timbunan Acak
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Tlmbunan Acak terdiri atas bahan yang sesuai dengan persyaratan


untuk timbunan tanah, yaitu mempunyai ukuran maksimum 5 cm,
tanah granular berupa pasir lanauan lempungan campur kerikil
berupa tanah bekas galian intake dan spillway. Jenis tanah ini dapat
digunakan sebagai tanah backfill.

2. Timbunan lulus Air


Timbunan Lulus air harus diseleksi dari bahan tanah granular yang
bisa didapat dari kerikil sungai yang bersih atau hancuran batu dari
lombong, dicuci dan diayak bila perlu, sampai bergradasi baik
dengan batas ukuran butir berikut :
 Ukuran butir maksimum 15 cm,
 Bagian yang lolos dari Saringan No.4 (4,76 mm) tidak kurang dari
15% dan tidak lebih dari 75%,
 Bagian yang lolos dari Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih
dari 5%
 Bahan ini harus bebas dari lempung dan hanya digunakan di
daerah di luar embung atas perintah Direksi Pekerjaan.

C. Kontrol Kandungan Air dan Kepadatan


1. Timbunan Acak
Persyaratan kandungan air dan kepadatan bahan ini harus sama
dengan ketentuan dalam Sub-Bab 4.2.4

2. Timbunan lulus Air


Timbunan lulus air tidak terikat ketentuan kandungan air tertentu,
namun demikian bahan ini harus ditempatkan dalam keadaan
terbasahi seluruhnya sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan.
Pembasahan bahan timbunan jenis ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu pemadatannya.

Kecuali ditentukan atau diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan,


Timbunan Lulus Air harus dipadatkan sampai mencapai Kepadatan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Relatif sekurang-kurangnya 70% kalau ditentukan menurut ASTM


Standard D 2049 atau USBR Earth Manual Test Designation E 12.

Kandungan air bahan timbunan yang telah dihampar di lapangan


harus diperiksa langsung di lapangan menggunakan alat yang
dengan cepat dapat mengetahui kandungan airnya. Alat ini secara
berkala harus di chek dan dibandingkan dengan hasil pengujian di
laboratorium lapangan dengan cara oven.

Kepadatan kering dari tanah yang telah dipadatkan dilakukan dengan


menggunakan alat sand replacement atau drive cylinder langsung di
site, sehingga pada waktu itu juga dapat diperoleh tingkat kepadatan
tanah yang dicapai. Hasil pengujian tersebut dapat digunakan sebagai
pedoman dalam menilai kualitas dari pemadatan tanah yang telah
dilakukan, apakah telah memenuhi persyaratan.

D. Penempatan dan Pemadatan


Pemilihan, penempatan dan penyebaran bahan timbunan harus
sedemikian rupa sehingga penyebaran dan gradasi timbunan
seluruhnya tidak mengandung lensa, kantong atau lapisan yang terdiri
atas bahan yang tekstur, gradasi, kandungan air atau kepadatannya
sangat berbeda dengan bahan di sekitarnya.

Timbunan harus dipadatkan dengan menggunakan alat yang sesuai


dengan ruang kerja yang tersedia dan alat yang digunakan harus
mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

Bahan timbunan harus ditempatkan secara menerus, kurang lebih


horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan tercapainya
kepadatan di seluruh lapisan. Ketebalan lapisan sebelum dipadatkan
tidak boleh lebih dari 35 cm, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Pekerjaan.

E. Pengukuran dan Pembayaran


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pengukuran untuk pembayaran bahan timbunan dilakukan berdasar


volume dalam meter kubik bahan terpadatkan di tempat timbunan
sesuai garis, permukaan dan elevasi yang ditunjukkan dalam Gambar
atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Pembayaran bahan timbunan dilakukan dengan harga satuan dalam


meter kubik yang ditentukan sesuai dengan syarat-syarat Kontrak.

5.6.6.4. Lantai Kerja


A. Umum

Kontraktor Pelaksana harus memasang lantai kerja untuk pekerjaan


beton, pasangan batu kali, pasangan batu kosong, bronjong kawat,
bantalan, pekerjaan pipa atau pekerjaan lain seperti ditunjukkan dalam
gambar sesuai Spesifikasi, atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.

Bahan lantai kerja bisa dibagi dalam 4 (empat) macam tergantung


lokasi, jenis dan fungsi dari bangunan atau pekerjaan yaitu :
1. Pecahan Batu,
2. Pasir,
3. Filter Kasar,
4. Filter Halus.

Lantai kerja dari pecahan batu dan pasir digunakan di bangunan atau
pekerjaan dimana aliran air-tanah akibat rembesan dan/atau drainase
bisa diabaikan.

Lantai kerja filter kasar dan halus dipasang di bawah bangunan air atau
pekerjaan drainase atau pekerjaan lain di atas urugan tanah atau
batuan lapuk yang perlu drainase, dan dimana aliran air-tanah akibat
rembesan dan/atau drainase diperkirakan cukup besar sehingga ada
potensi erosi dan kehilangan butiran halus dari bahan pondasi atau
urugan.

Bahan lantai kerja harus dari jenis dan dipasang dan dipadatkan
menurut garis, permukaan, elevasi dan dimensi yang ditunjukkan dalam
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

gambar atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan sesuai ketentuan


berikut.

B. Bahan-Bahan

Bahan-bahan lantai kerja harus terdiri atas campuran kerikil dan pasir
atau pecahan batu bergradasi baik yang bebas dari bahan organik,
lempung atau bahan merusak lainnya.

Persyaratan ukuran butir dan gradasi untuk bermacam jenis bahan


lantai kerja adalah sebagai berikut, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
Pekerjaan

1. Lantai Kerja Hancuran Batu


Lantai kerja hancuran batu terdiri atas hancuran batu bergradasi baik
dari mesin pemecah batu (crusher'), dengan ukuran butir maksimum
75 mm dan butiran yang lebih lolos dari Saringan No. 16 (1,19 mm)
tidak lebih dari 20%.
2. Lantai Kerja Pasir
Lantai Kerja pasir terdiri atas pasir alam bersih atau hasil mesin
pemecah batu dengan ukuran butir maksimum 5 mm dan butiran
yang lebih halus dari Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih dari
20%.
3. Lantai Kerja Filter Kasar
Lantai kerja filter kasar terdiri atas campuran pasir dan kerikil atau
hasil pecahan mesin pemecah batu dengan ketentuan berikut :
 Ukuran butir maksimum 50 mm,
 Bagian yang lolos Saringan 19,4 mm tidak kurang dari 70%
sampai 100%,
 Bagian yang lolos Saringan NO.4 (4,75 mm) tidak kurang dar
20% dan tidak lebih dari 65%,
 Bagian yang lolos Saringan No. 16 (1,19 mm) tidak lebih dari
20%
4. Lantai Kerja Filter Halus
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Lantai kerja filter halus terdiri atas pasir atau pecahan batu dari
mesin pemecah batu dengan ketentuan berikut :
 Ukuran butir maksimum 5 mm,
 Bagian yang lolos Saringan No. 16 (1,19 mm) tidak kurang dari
60% sampai 100%,
 Bagian yang lolos Saringan No. 50 (0,3 mm) tidak kurang dari
20% dan tidak lebih dari 65%,
 Bagian yang lolos Saringan No. 200 (0,074 mm) tidak lebih dari
20%.

C. Kontrol Kandungan Air dan Kepadatan


Tidak ada persyaratan khusus mengenai kandungan air bahan lantai
kerja ini, tetapi bahan ini harus dibasahi secara merata sebelum
dipasang atas persetujuan Direksi Pekerjaan, agar pemadatannya
sempurna.

Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, bahan ini dipadatkan


sampai mencapai Kepadatan Relatif tidak kurang dari 70% kalau diukur
menurut ASTM Standard D 2049 atau USBR Earth Manual Test
Designation E 12.

D. Penempatan dan Pemadatan


Pemilihan, penempatan dan penyebaran bahan lantai kerja ini harus
sedemikian rupa sehingga sebaran dan distribusinya di seluruh lapisan
bebas dari lensa, kantong, atau lapisan yang mempunyai tekstur,
gradasi, kandungan air atau kepadatan yang sangat berbeda dengan
bahan sekitarnya.

Bahan lantai kerja harus dipadatkan dengan alat yang sesuai dengan
kondisi tempatnya. Jenis alat yang digunakan harus mendapat
persetujuan Direksi Pekerjaan.

Bahan lantai kerja harus ditempatkan secara menerus menjadi lapisan


horizontal dengan ketebalan yang memungkinkan pemadatannya
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

mencapai kepadatan sesuai dengan ketentuan Sub-Bab 4.4.3 dari Bab


ini di seluruh lapisan, disamping itu ketebalan lapisan sebelum
dipadatkan tidak lebih dari 15 cm, kecuali kalau diperintahkan atau
disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan.

E. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran untuk pembayaran bahan lantai kerja ini dilakukan
berdasar volume dalam meter Kubik bahan terpadatkan sesuai
dengan garis, permukaan dan elevasiyang ditunjukkan dalam
gambar atau seperti diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Pembayaran bahan lantai kerja dilakukan menurut harga satuan
dalam meter kubik sesuai ketentuan dalam Sub-Bab 4.1.4.

5.6.6.5. Pekerjaan Penyimpanan Sementara dan Pembuangan


A. Umum
Kontraktor Pelaksana harus mengelola tempat-tempat pembuangan dan
penyimpanan sementara untuk bahan galian yang tidak bisa dipakai yang
berasal dari penggalian, tempat pengambilan tanah atau lombong batu atau
tempat untuk menyimpan sementara bahan galian yang akan dipakai untuk
pekerjaan yang tidak dapat secara spesifik dimasukkan dalam pekerjaan
tertentu. Tempat dan luas daerah pembuangan dan penyimpanan
sementara tersebut harus seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti
diperintahkan atau disetujui Direksi Pekerjaan.
Tempat pembuangan atau penyimpanan sementara yang ditunjukkan
dalam Gambar atau diperintahkan Direksi Pekerjaan harus dibersihkan dari
tanaman dan tanah penutup dengan cara yang berlaku dalam Spesifikasi
Teknik ini.
Pengupasan hanya perIu dilakukan apabila dianggap perlu oleh Kontraktor
Pelaksana, atau diperintahkan Direksi Pekerjaan untuk mencegah
kontaminasi terhadap bahan atau untuk menjamin stabilitas buangan
dan/atau simpanan sementara. Apabila diperlukan, pengupasan harus
dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai pengupasan yang berlaku
dalam Spesifikasi Teknik ini.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Daerah pembuangan dan penyimpanan umumnya harus diratakan dan


dipotong sehingga terbentuk permukaan yang teratur sesuai dengan
ketentuan Direksi Pekerjaan.
Bahan buangan atau simpanan harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
terbentuk timbunan yang rapih dan teratur yang tidak mengganggu
kegiatan atau fasilitas pekerjaan lain.
Bahan buangan atau simpanan harus diletakkan dan dilindungi sedemikian
rupa sehingga tidak tererosi hujan atau aliran permukaan.
Buangan atau simpanan sementara di dekat sungai, alur f saluran atau
bangunan drainase permanen harus terlindung dari erosi oleh aliran sungai
atau air permukaan, disamping itu harus disediakan sarana untuk mengatur
atau membelokkan aliran untuk mencegah kontaminasi di jalan air tersebut.

Pekerjaan itu meliputi tetapi tidak terbatas pada pembuatan saluran


gendong (catch drain), saluran elak, mulut saluran-buang (outfall) talang
dan gorong-gorong untuk drainase di sekitar atau melalui daerah
pembuangan dan penyimpanan.
Bangunan pelindung erosi di tempat pembuangan permanen harus
berupa bangunan permanen.
Tempat buangan harus dibangun sesuai gambar atau seperti perintah
Direksi Pekerjaan. Apabila ditentukan, ditunjukkan dalam gambar atau
diperintahkan Direksi Pekerjaan bahan buangan harus ditempatkan
secara berlapis-Iapis secara teratur dan dipadatkan dengan alat
pemadat atau dengan cara yang diperintahkan atau disetujui Direksi
Pekerjaan.
Permukaan buangan permanen yang sudah selesai diurug harus rata
dan rapih dan harus dimiringkan untuk drainase sesuai perintah atau
persetujuan Direksi Pekerjaan; dan harus dirawat agar rapih dan teratur,
serasi dengan bentang alam sekitarnya.
Apabila ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan Direksi
Pekerjaan, tempat buangan permanen harus ditutupi tanah penutup dan
ditanam rumput, semak atau pohon
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

B. Pengukuran dan Pembayaran


Kecuali apabila ditentukan secara spesifik dalam Spesifikasi dan
dimasukkan dalam Daftar Volume Pekerjaan, tidak ada pembayaran
khusus untuk penyiapan, drainase, perawatan dan rehabilitasi daerah-
daerah buangan dan simpanan sementara. Semua biaya yang terkait
dianggap sudah termasuk dalam harga satuan dan harga jumlah bulat
(lump sum) yang terkait seperti tercantum dalam Daftar Volume
Pekerjaan untuk beraneka-macam butir pekerjaan galian dan urugan.

5.6.6.6. Rehabilitasi Daerah Kerja


A. Umum
Setelah pekerjaan selesai, tempat kerja dan tempat pengambilan bahan
galian (borrow area), lombong batu, tempat pembuangan dan
pengumpulan, jalan hantar sementara dan semua daerah kerja lainnya
yang ditunjukkan dalam gambar atau diperintahkan Direksi Pekerjaan,
kecuali daerah yang akan terendam air waduk, harus direhabilitasi
sesuai perintah Direksi Pekerjaan. Tempat-tempat tersebut harus
bersih, rapih, ber-drainase baik dengan lereng galian yang stabil,
sehingga bisa diterima Direksi Pekerjaan.
Apabila Direksi Pekerjaan memandang perlu, Kontraktor Pelaksana
harus melandaikan lereng buangan (spoilbank), permukaan bahan
timbunan, dan galian sementara menjadi sekurang-kurangnya vertikal :
horizontal = 1 : 2,5 ; dan/atau menstabilkannya dengan cara-cara lain;
dan/atau membuat drainase permanen tambahan yang mungkin
diperlukan.
Di tempat yang ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan Direksi
Pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus memasang kembali tanah
penutup yang dikupas pada waktu mulai pekerjaan atau pengambilan
bahan galian dan/atau menyebar campuran benih rumput yang disetujui
Direksi Pekerjaan. Tanah penutup harus dihamparkan menjadi lapisan-
Iapisan yang ketebalan dan pengerjaannya menggunakan alat yang
sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

B. Pengukuran dan Pembayaran


Kecuali apabila secara spesifik ditentukan dalam Spesifikasi dan
dicantumkan dalam Daftar Volume Pekerjaan, tidak ada pembayaran
khusus untuk pekerjaan yang termasuk dalam Pasal ini. Semua biaya yang
terkait harus dianggap sudah dimasukkan dalam harga satuan dan harga
jumlah bulat untuk butir-butir pekerjaan konstruksi yang tercantum dalam
Daftar Volume Pekerjaan.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.14. Bagan Alir Kegiatan Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.15. Diagram Alir Pengawasan Pekerjaan Saluran Pengelak


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.16. Diagram Alir Pengawasan Pekerjaan Clearing


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.17. Detail Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Saluran Pengelak


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.18. Detail Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Tubuh Bendungan

Gambar 5.19. Detail Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Instrumentasi


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.20. Diagram Alir Pengawasan Pekerjaan Bangunan Pelimpah


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.21. Detail Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Intake


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.7. KRITERIA PERENCANAAN


5.7.1. Rencana Teknis Bangunan Pelimpah
A. Puncak Pelimpah (Crest Spillway)
Kriteria dasar desain penampang pelimpah adalah untuk mendapatkan
koefisien debit yang besar dan menghindari tekanan negatif sewaktu aliran
melimpas bebas pada permukaan mercu pelimpah.
Profil permukaan pelimpah direncanakan memakai tipe OGEE, dengan
kemiringan hulu adalah tegak. Metode yang dipakai untuk menentukan bentuk
penampang sebelah hilir dari titik tertinggi mercu pelimpah adalah lengkung
HAROLD yang dinyatakan dengan persamaan :
X1,85 = 2 x Hd0,85 x Y
dengan :
Hd = tinggi tekan rencana (m)
X = jarak horisontal dari titik tertinggi mercu ke titik permukaan mercu
sebelah hilir.
Y = jarak vertikal dan titik tertinggi mercu ke titik permukaan mercu
sebelah hilir.

Sedang bentuk profil bagian hulu diperoleh dengan persamaan :


X1 = 0,282 x Hd
X2 = 0,175 x Hd
R1 = 0,5 x Hd
R2 = 0,2 x Hd

X1.85=2.0
d2 = 0.282
H Hd0.85 Y
Hd
d1 = 0.175 Koordinat
d
Hd X
R2 = 0.2
R1 = 0.5 Hd
Hd Y

Gambar 5.22. Pelimpah Tipe OGEE


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Namun demikian hasil analisis di atas perlu dikontrol dengan kondisi debit
banjir abnormal (QPMF) yang mungkin terjadi. Bila terjadi Q PMF tidak
diperkenankan terjadi over topping, namun bila ini terjadi, maka perlu
dipertimbangkan dimensi pelimpah yang lebih memadai.
Beberapa kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan bangunan pelimpah
adalah :
- Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah
Pada prinsipnya penelusuran banjir pada Bendungan didasarkan pada
persamaan kontinuitas sebagai berikut :
ds / dt = I–O
Bila dinyatakan dalam finite interval waktu :
St-1-St = (1/2)*(It + It+1)*∆t - (1/2)*(Ot - Ot-1)*∆t
atau dengan,
I t + I t +1 S t Ot S t +1 Ot +1
+ = +
2 ∆t 2 ∆t 2
It = Aliran masuk waduk pada permulaan waktu ∆t
It+1 = Aliran masuk waduk pada akhir waktu ∆t
Ot = Aliran keluar dari waduk pada permulaan waktu ∆t
Ot+1 = Aliran keluar dari waduk pada akhir waktu ∆t
St+1 = Tampungan waduk pada akhir waktu ∆t
Persamaan di atas dikembangkan oleh L.G. Puls dari US Army Corps of
Engineers.
Persamaan Outflow melalui pelimpah bebas, dirumuskan sebagai berikut:
Q = C * B * H3/2
dengan :
C = Koefisien limpahan (1,7 ~ 2,2 m1/2/det)
B = Lebar efektif pelimpah
= L’ - 2*(n*Kp + Ka)*H
L’ = Lebar kotor mercu pelimpah
N = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pada pilar
Ka = Koefisien kontraksi pada dinding samping
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

H = Tinggi energi di atas ambang pelimpah


= h +αv2/2g
h = Tinggi air di atas pelimpah (m)
α = Koefisien pembagian kecepatan aliran
v = Kecepatan aliran rerata di muka ambang pelimpah (m/det)
g = Percepatan grafitasi = 9,81 m/detik2

B. Saluran Pengarah
Saluran pengarah aliran berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar
aliran tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolik yang baik. Pada saluran
pengarah aliran ini, kecepatan masuknya aliran air supaya tidak melebihi 4
m/detik dan lebar saluran makin mengecil ke arah hilir. Apabila kecepatan
tersebut melebihi 4 m/detik, maka aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas
pengalirannya akan menurun. Di samping itu aliran helisoidal tersebut akan
meningkatkan beban hidrodinamis pada bangunan pelimpah.
Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari
1/5 x tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah. Selain
didasarkan pada kedua persyaratan tersebut, bentuk dan dimensi saluran
pengarah aliran biasanya disesuaikan dengan kondisi topografi setempat
serta dengan persyaratan aliran hidrolis yang baik.
Persyaratan hidrolik pada saluran pengarah adalah :
P ≥ H/5
V ≤ 4m/det
dengan :
H = tinggi rencana limpasan di atas mercu ambang pelimpah (m)
P = kedalaman dasar saluran pengarah aliran (m)
V = kecepatan masuknya aliran air (m/det)
Agar terbentuk aliran yang tenang dengan fluktuasi muka air kecil, angka
froudenya ≤ 0,40.
C. Saluran Transisi
Rencana teknis saluran transisi tersebut didasarkan pada perhitungan-
perhitungan hidrolika, untuk memperoleh profil muka air pada saluran tersebut
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

maka akan ditinjau debit-debit tertentu yaitu debit banjir rencana Q 1000 dan
QPMF sebagai kontrol. Metode analisis untuk menggambarkan profil muka air
pada saluran tersebut didasarkan pada persamaan Energi Spesifik. Saluran
transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan disalurkan tidak
menimbulkan air balik (back water) di bagian hilir saluran samping dan
memberikan kondisi yang paling menguntungkan, baik pada aliran di dalam
saluran transisi tersebut maupun pada aliran permukaan yang akan menuju
saluran peluncur.
Untuk menjaga agar air dari saluran transisi yang akan mengalir ke saluran
peluncur dalam kondisi hidraulik yang baik, maka pada hilir saluran transisi
direncanakan terjadi aliran kritis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan kondisi aliran yang baik pada saluran peluncur maka di bagian
akhir dari saluran transisi ditempatkan suatu konstruksi pelimpah (sill) sebagai
kontrol hidraulik seperti pada Gambar 5.15. di bawah ini.

Gambar 5.23. Penampang Memanjang Saluran Transisi


Diantara titik 3 dan 2 terjadi kehilangan tinggi tekan yang diakibatkan oleh
kontraksi, sehingga persamaan Bernoulli yang berlaku adalah :
2 2
v2 v
z 2 + y 2 cos θ + α = z c + y c cos θ + α c + he
2g 2g

he adalah kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi vertikal, dengan persamaan


:
2
vc
he = f .
2g

f adalah koefisien akibat kontraksi vertikal (0.15)


Sedangkan pada penampang 3 dapat dihitung ketinggian air kritis dengan
persamaan :
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

q2
yc = 3 α
g

Untuk mendapatkan kedalaman air pada saluran transisi yang merupakan


saluran terbuka maka dalam hal ini berlaku persamaan aliran tidak seragam
(non uniform flow). Kemiringan dasar saluran transisi yang kecil sekali
sehingga digunakan persamaan :
2 2
v2 v
z2 + y2 + α = z 1 + y1 + α 1 + h f
2g 2g

dengan :
y1 = kedalaman aliran masuk ke dalam saluran transisi (m)
y2 = kedalaman aliran pada hilir saluran transisi (m)
v1 = kecepatan aliran masuk ke dalam saluran transisi (m/dt)
v2 = kecepatan aliran pada hilir saluran transisi (m/dt)
α = koefisien aliran (Coriolis)
z = ketinggian dasar saluran terhadap garis datum (m)
2
L.n 2 v rerata
hf = 4
R rerata 3

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa saluran transisi


direncanakan agar dapat mengalirkan debit banjir rencana dalam kondisi
hidraulik yang baik pada saat didalam saluran transisi maupun yang akan
menuju saluran peluncur. Untuk menjaga agar aliran dalam kondisi hidraulik
yang baik di hilir saluran direncanakan terjadi aliran kritis atau angka Froude ≤
1.

D. Saluran Peluncur
Saluran peluncur ini diusahakan memiliki trase yang lurus. Perhitungan profil
muka air pada saluran peluncur ini pada dasarnya sama dengan perhitungan
pada saluran transisi, hanya saja dalam hal ini kehilangan tinggi tekan akibat
turbulensi diabaikan mengingat bentuk salurannya yang prismatis.
Dalam merencanakan saluran peluncur harus memenuhi persyaratan berikut
(Suyono S., 1989 : 205) :
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir dengan lancar tanpa
hambatan-hambatan hidraulik
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil dalam menampung
semua beban yang timbul
Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin.
1. Profil Muka Air Saluran Peluncur
Dalam kajian ini perhitungan garis permukaan aliran di dalam saluran
peluncur digunakan persamaan-persamaan sebagai berikut (Suyono
Sosrodarsono, 1989:208) :
2 2
v v
z 1 + y1 + α 1 = z 2 + y 2 + α 2 + h f H = el. dasar saluran + y + hv
2g 2g

H 1 = el. dasar saluran 1 + y1 + hv1 − h f

he = el. dasar saluran 2 + y 2 + hv 2 − H 1

2
n 2 v rerata
hf = 4
× ∆L
R rerata 3

dengan :
y1 = kedalaman air pada potongan 1 (m)
y2 = kedalaman air pada potongan 2 (m)
z = tinggi dasar saluran dari garis persamaan (m)
v1 = kecepatan aliran pada potongan 1 (m/dt)
v2 = kecepatan aliran pada potongan 2 (m/dt)
∆L = jarak horisontal pada titik yang ditinjau (m)
θ = sudut kemiringan dasar saluran
hf = kehilangan tinggi tekan (m)
he = perbedaan elevasi muka air potongan 1 dan 2
n = koefisien kekasaran Manning
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.24. Skema aliran air pada saluran peluncur

1. Free Board (Tinggi Jagaan)


Tinggi jagaan pada saluran peluncur ditentukan berdasarkan persamaan
sebagai berikut (Bendungan Urugan, Suyono Sosrodarsono, 1981) :
Fb = 0.6 + 0.037 * V * d1/3
Dimana :
Fb = tinggi jagaan (m)
V = kecepatan aliran (m/detik)
d = kedalaman air (m)
2. Kontrol Stabilitas Aliran
Sebagai kontrol stabilitas aliran pada pelimpah dan saluran peluncur
dapat dianalisa menggunakan persamaan sebagai berikut (Reff. KP –
03, paragraf 5.8.3) :
Angka Vendernikov ( V) : 2*b*V
3*P g . d * cos θ

Angka Montuary ( M2) : V


g * I * L* cos θ
dimana :
b = lebar saluran (m)
v = kecepatan saluran (m/detik)
P = perimeter basah saluran (m)
g = kecepatan gravitasi ( = 9.81 m/detik2)
d = kedalaman air rata-rata (m)
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

θ = gradien garis energi rata-rata (rad)


I = tan θ
L = panjang saluran peluncur (m)

E. Peredam Energi
Sebelum aliran air yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan ke dalam
sungai, maka aliran dengan kecepatan yang tinggi dalam kondisi superkritis
tersebut harus diperlambat dan dirubah pada kondisi aliran sub kritis. Hal ini
untuk mengurangi besarnya energi gerusan yang tinggi dalam aliran tersebut
hingga mencapai tingkat yang normal, sehingga aliran tersebut tidak
membahayakan kestabilan alur sungai. Untuk mengurangi energi tersebut,
maka di ujung hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan yang
disebut peredam energi pencegah gerusan.
Berdasarkan dengan tipe Bendungan urugan dan kondisi topografi serta sistim
kerjanya maka peredam energi mempunyai berbagai tipe, antara lain :
 Tipe Loncatan
Peredam energi loncatan biasanya dibuat untuk sungai-sungai yang
dangkal (dengan kedalaman yang lebih kecil dibandingkan kedalaman
loncatan hidrolis aliran di ujung udik peredam energi). Tetapi tipe ini hanya
cocok untuk sungai dengan dasar alur yang kokoh.
 Tipe Kolam Olakan (Stilling Basin)
Secara umum tipe kolam olakan dibedakan menjadi 3 tipe utama :
1. Kolam olakan datar
2. Kolam olakan miring ke hilir
3. Kolam olakan miring ke hulu
Akan tetapi yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan datar.
Selanjutnya kolam olakan datar dibedakan menjadi 4 macam, yang
dibedakan oleh rezim hidrolika alirannya dan kondisi konstruksinya.
a. Kolam Olakan Datar Tipe I
Tipe ini digunakan untuk debit yang kecil dengan kapasitas peredaman
energi yang kecil pula dan kolam olakannya berdimensi kecil. Tipe ini
biasanya dibangun untuk suatu kondisi yang tidak memungkinkan
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

pembuatan perlengkapan-perlengkapan lainnya pada kolam olakan


tersebut.
b. Kolam Olakan Datar Tipe II
Kolam olakan ini dilengkapi dengan gigi-gigi pemencar aliran di pinggir
hulu dasar kolam dan ambang bergerigi di pinggir hilirnya. Kolam
olakan tipe ini digunakan untuk aliran dengan tekanan hidrostatis yang
tinggi dan dengan debit yang besar (q = 45 m 3/dt/m, tekanan hidrostatis
> 60 m dan bilangan froude > 4.5)
Gigi-gigi pemencar aliran berfungsi untuk untuk lebih meningkatkan
efektifitas peredaman, sedangkan ambang bergerigi berfungsi untuk
menstabilkan loncatan hidrolis dalam kolam olakan tersebut. Kolam
olakan tipe ini sangat sesuai untuk Bendungan tipe urugan dan
penggunaanya cukup luas.

Gambar 5.25. Model Kolam Olakan Tipe II

c. Kolam Olakan Datar Tipe III


Pada hakekatnya prinsip kerja kolam olakan ini sangat mirip dengan
sistem kerja kolam olakan datar tipe II, akan tetapi lebih sesuai untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang
agak kecil (q < 18.5 m3/dt/m, V < 18 m/dt dan bilangan froude > 4.5).
Untuk mengurangi panjang kolam olakan, biasanya dibuatkan gigi-gigi
pemencar aliran di tepi hulu dasar kolam, gigi-gigi penghadang aliran
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dapa dasar kolam olakan. Kolam olakan tipe ini biasanya untuk
bangunan pelimpah pada Bendungan urugan yang rendah.

Gambar 5.26. Model Kolam Olakan Tipe III

d. Kolam Olakan Datar Tipe IV


Sistem kerja kolam olakan tipe ini sama dengan sistem kerja kolam
olakan tipe III, tetapi penggunaannya yang cocok adalah untuk aliran
dengan tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang besar per unit
lebar, yaitu untuk aliran dalam kondisi super kritis dengan bilangan
froude antar 2.5 s/d 4.5. Biasanya kolam olakan ini digunakan pada
bangunan pelimpah suatu Bendungan urugan yang sangat rendah.

Gambar 5.27. Model Kolam Olakan Tipe IV


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Tipe Bak Pusaran


- Kolam Olakan Tipe Bak Pusaran (Roller Bucket)
Peredam energi tipe bak pusaran adalah bangunan peredam energi
yang terdapat di dalam aliran air dengan proses pergesekan antara
molekul-molekul air akibat adanya pusaran vertikal di dalam kolam.
Biasanya bak pusaran ini membutuhkan pondasi batuan yang kukuh
dan air yang terdapat di hilirnya cukup dalam.
Bak pusaran ini mempunyai bentuk serta modifikasi yang beraneka
ragam, disesuaikan dengan kondisi topografi dan geologi tempat
kedudukannya serta kondisi fluktuasi permukaan air di hilir kolam
tersebut.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.28. Kolam Olak Tipe Bak Pusaran

5.7.2. Rencana Teknis Bangunan Pengambilan (Intake)


Sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai penyadap aliran sungai, mengatur
pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan
sampah masuk ke intake, maka dalam perencanaannya harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
A. Tata Letak
Tata letak intake diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi fungsinya dan
biasanya diatur sebagai berikut :
 sedekat mungkin dengan bangunan pembilas.
 merupakan satu kesatuan dengan pembilas.
 tidak menimbulkan pengendapan sedimen dan turbulensi aliran udik
intake.
B. Bentuk dan Ukuran Hidraulik
1. Lantai Intake
Ketinggian lantai intake bila intake ditempatkan pada bangunan pembilas
dengan underslice :
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 sama tinggi dengan plat lantai underslice


 sampai dengan 0.50 m di atas plat underslice
 tergantung kepada keaadan
Bila intake ditempatkan pada bangunan pembilas tanpa underslice, maka
ketinggiannya di atas lantai udik Bendungan :
 0.50 m, jika sungai mengangkat lanau.
 1,00 m jika sungai mengangkut pasir dan kerikil
 1,50 m jika sungai mengangkut kerakal dan bongkah
 tergantung keadaan
2. Lebar dan tinggi lubang
Lebar lubang intake dapat dihitung dengan berbagai rumus pengaliran,
diantaranya :
Qi = c x b x h1/2 atau
Qi = µ x b x a √2gz
dimana :
Qi = debit intake, m3/det
c dan µ = koefisien pengaliran
a = tinggi bukaan lubang, m
g = percepatan gravitasi
z = kehilangan tinggi energi, m
Tinggi pintu atau h berbanding dengan lebar pintu (b), dapat diambil
dengan perbandingan sebagai berikut :
b:h = 1:1
b:h = 1,5 : 1 atau
b:h = 2:1

5.7.3. Analisis Hidrolika


Analisa hidrolika merupakan kegiatan analisa teknis yang bertujuan untuk
mengetahui apakah dimensi konstruksi bangunan yang direncanakan tersebut
sudah sesuai perilaku hidrolis aliran yang direncanakan akan melewatinya.
Dengan adanya analisa ini kemungkinan terjadinya over desain terhadap
bangunan yang direncanakan dapat dihindari seoptimal mungkin. Beberapa hal
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

yang harus diperhatikan sehubungan dengan perencanaan hidrolis saluran antara


lain :

1. Rumus Aliran
Untuk merencanakan desain saluran pengelak, saluran tailrace, peluncur
maupun bangunan pelengkap lainnya perlu diketahui nilai debit yang
direncanakan akan melewatinya. Adapun persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Persamaan Manning dan Strikcler :
V = 1/n . R2/3 . I1/2 atau V = K . R2/3 . I1/2
Q = A.V
dimana :
V = kecepatan (m/detiik)
R = radius hidrolik = A/P (m)
P = perimeter basah (m)
I = kemiringan saluran/sungai
A = luas basah (m2)
Q = debit (m3/detik)
n = koefisien kekasaran Manning
k = koefisien kekasaran Strickler
2. Koefisien Kekasaran
Nilai koefisien kekasaran dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.9. Koefisien Kekasaran
Koefisien Kekasaran
Material
N k
Pasangan Beton 0.014 70
Pasangan Tanah 0.022 – 0.028 35 – 40
Pasangan batu bata 0.017 60
Sungai 0.045 22

3. Analisa Kehilangan Energi Untuk Saluran Terbuka


a. Kehilangan Karena Faktor Gesekan
hf = f * L * V2 = I * L
R 2g
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

f = 2 g n2
R1/2
dimana :
hf = kehilangan karena gesekan (m)
f = koefisien gesekan
g = kecepatan gravitasi ( = 9.81 m/detik2)
L = panjang (m)
V = kecepatan (m/detik)
I = kemiringan hidrolis
R = radius hidrolis (m)

b. Kehilangan Total Tinggi Energi


1. Kehilangan total tinggi energi di saluran atau saluran tertutup.
∆H = ∆Hmasuk + ∆Hfr + ∆Hb + ∆Hkeluar
dimana :
∆Hmasuk,keluar = kehilangan tinggi energi masuk dan keluar (m)
∆Hfr = kehilangan tinggi energi akibat gesekan disepanjang
pipa atau saluran
∆Hb = kehilangan tinggi energi pada tikungan (m)
Kehilangan tinggi energi masuk dan keluar dinyatakan dengan rumus
sebagai berikut :
∆Hmasuk : ξ masuk (Va – V)2............... persamaan (1)
2g
∆Hkeluar : ξ keluar (Va – V)2.............. persamaan (2)
2g
dimana :
∆Hmasuk,keluar : tinggi energi masuk dan keluar (m)
ξmasuk,keluar : kefisien kehilangan tinggi energi masuk dan keluar
Va : kecepatan rata-rata yang dipercepat dalam
bangunan (m/detik)
V : kecepatan rata-rata dibagian hulu atau hilir (m/detik)
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.30. Harga-harga Koefisien Kehilangan Tinggi Energi


Masuk dan Keluar

2. Kehilangan tinggi energi pada siku dan tikungan saluran tertutup


Perubahan arah aliran dan sebaran kecepatannya memerlukan
kehilangan air ekstra. Kehilangan tinggi energi pada siku dan tikungan
dapat dinyatakan sebagai berikut :
∆HB = KB .Va2
2g
dimana :
KB = koefisien kehilangan tinggi energi untuk siku dan tikungan saluran
tertutup
Tabel 5.10. Harga-harga KB Untuk Siku
Sudut (derajat)
Profil
50 100 150 22.50 300 450 600 700 900
Bulat 0.02 0.03 0.04 0.05 0.11 0.24 0.47 0.80 1.10
Segi 0.02 0.04 0.05 0.06 0.14 0.30 0.60 1.00 1.40
Empat
c. Kehilangan Energi Pada Pipa
Total kehilangan energi pada sistem saluran tertutup (pipa) dapat
dinyatakan sebagai berikut (Design of Small Dam, hal 455 - 460) :
HT = hL + Hv
HL = ht + he + hb + hf + hex + hc + hg
dimana,
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

HT : total kehilangan energi (m)


hL : komulatif kehilangan pada Sistem (m)
hV : kehilangan kecepatan pada valve (m)
ht : kehilangan pada rak sampah (m)
he : kehilangan masuk (m)
hb : kehilangan belokan (m)
hf : kehilangan friksi (m)
hex : kehilangan perluasan (m)
hc : kehilangan penyempitan (m)
hg : kehilangan di pintu atau di valve (m)
hv : kehilangan kecepan keluar di outlet

1. Kehilangan pada penyaring (trashrack)


Vn 2  a1  V 12 
ht = Kt 2 g = Kt  2  
 an   2 g 
Selanjutnya,
an  an 
Kt = 1,45 – 0,45 ag -  2
ag 
dimana,
Kt : Koef kehilangan penyaring/trashrack (empiris)
an : Luas bersih (netto) yang melewati rak jeruji
(ambil 0,85 ag)(m2)
ag : Luas kotor (gross) rak jeruji dan pendukung (m 2)
Vn : Kecepatan yang melewati penyaring/trashrack (m/det)
V1 : Kecepatan yang melewati valve atau pintu (m/det)
a1 : Luas aliran

2. Kehilangan di pintu masuk


Ve 2  a1  V 12 
he = Ke 2 g = Ke  2  
ae   2 g 

 1 
Ke =  −1
C 2 
dimana,
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Ke : Koefisien kehilangan masuk


ae : Luas aliran section masuk (m2)
C : Koefisien debit
a1 : Luas aliran (m2)
Ve+V1 : Kecepatan secara berurutan yang melewati daerah masuk
(m/det)

3. Kehilangan di belokan
Vb 2  a1  V 12 
hb = Kb 2 g = Kb  2  
ae   2 g 
dimana,
Kb : koefisien kehilangan di belokan
ab+a1 : luas aliran pada belokan (m2)
Ve+V1 : Kecepatan aliran secara berurutan yang melewati belokan
(m/det)

4. Kehilangan friksi
a. Section Bulat
f *L V2
hf = *
D 2g

124,5n 2
f=
D4 / 3

dimana,
hf : koefisien gesek
n : koefisien kekasaran manning (untuk beton dapat dipakai n
= 0,008 samapai 0,014)
D : diameter pipa (m)
V : kecepatan rata-rata yang melewati section (m/det)

b. Bentuk tapak rumah sisi vertikal


Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

f '*L V 2
hf = *
R 2g

2 gn 2
f ‘=
D4 / 3
BH + 0,5πr
R=
B + 2 H + πr

dimana,
hf : Koefisien gesek
n : Koef kekasaran manning (untuk beton dapat dipakai n =
0,008 sampai 0,014)
R : Radius hidraulik pada saluran (m)
H : Tinggi sisi vertikal saluran (m)
B : Lebar saluran (m)
R : Radius tapak saluran (m)
V : Kecepatan rata-rata (m/det)

5. Kehilangan friksi
V 12 V 22 
hex = Kex *  −
 2g 2g 

dimana,
Kex : Koef kehilangan perluasan
V1 : Kecepatan perluasan pada upstream (m/det)
V2 : Kecepatan perluasan pada downstream (m/det)

6. Kehilangan pada penyempitan


V 22 V 12 
Hc = Kc *  −
 2g 2g 

dimana,
Kc : Koefisien kehilangan penyempitan (=0,10 untuk
penyempitan yang berangsur-angsur dan 0,50 untuk
penyempitan mendadak, lihat Design of Small Dam, hal.
458)
V1 : Kecepatan penyempitan pada upstream (m/det)
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

V2 : Kecepatan penyempitan pada downstream (m/det)


7. Kehilangan akibat pintu air
Vg 2 a  V 12 
hg = Kg 2 g = Kg  2  
a   2 g 
dimana,
Kg : Koef kehilangan di pintu air
Ag+a2 : luas aliran pada pintu (m2)
Vg+V1 : Kecepatan yang melewati pintu (m/det)
8. Kehilangan keluar
Vv 2  a1  V 12 
hv = Kv 2 g = Kv  2  
ag   2 g 
dimana,
Kv : Koef kecepatan energi keluar (=0,10, lihat Design of Small
Dam, hal 460)
Av+a1 : luas aliran pada daerah keluar (m 2)
Vv+V1 : Kecepatan yang melewati daerah keluar (m/det)

5.8. HORISONTAL DRAIN


Dibuat untuk mengurangi tekanan air tanah pada badan lereng di daerah
keruntuhan. Dengan menggunakan metode ini, beban akan berkurang
serta akan meningkatkan kestabilan lereng. Diameter lubang drainase
adalah 89mm - 150mm. Panjang pengeboran dilakukan untuk mencapai
seberang daerah keruntuhan. Kemiringan pengeboran sekitar 10 derajat ke
atas, sehingga aliran air dalam pipa drainase terjadi secara gravitasi. Pipa
PVC dapat digunakan sebagai jalur drainase. Pipa PVC dibuat berlubang
dengan diameter 8mm yang disusun 3 baris dengan jarak 100mm pada
daerah serapan air. Daerah pipa berlubang di bungkus dengan geotekstil
non-woven untuk menjaga filtrasi sehingga butiran tanah tidak masuk ke
dalam pipa. Di ujung atas pipa di grout.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.35. Dokumentasi Horizontal Drain


Horizontal Drain box merupakan teknologi terbaru untuk drainase yang
efektif dan ekonomis bunker pasir lapangan golf. The HDB terdiri dari kotak
drain polietilen dilengkapi dengan layar terjepit di antara dua penggarang
dukungan fiberglass dilepas.
Desain inovatif ini memungkinkan untuk tidak hanya membersihkan layar,
tetapi untuk inspeksi dan pembilasan dari struktur menyediakan sistem
bunker drainase benar-benar berguna.
Kotak tersebut kemudian dihubungkan dengan pipa polyethylene ADS
bergelombang untuk memindahkan air dari bunker ke dalam sistem
drainase kursus itu. HDBs sekarang digunakan di lebih dari 400 program di
Amerika Serikat.
Ukuran 12 × 16 × 48 inci, HDB menyediakan area drainase 52 kaki pipa
berlubang 4-inci dan dapat mudah digunakan dalam konstruksi baru dan
mudah ditambahkan ke bunker yang ada. Dua fiberglass tungku terbuka,
dalam hubungannya dengan mesh kontrol debu, filter debu dan tanah liat
dan mudah diperbaiki.

E.2. PROGRAM KERJA


5.9. UMUM
Dengan terdapatnya constraint waktu yang disediakan untuk Pekerjaan
Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri yaitu selama
37 (tiga puluh tujuh) bulan, maka Konsultan Supervisi akan berusaha
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

menyusun program kerja seefektif mungkin agar pekerjaan dapat


diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Untuk itu perlu dibuat rencana dan jadual pelaksanaan pekerjaan yang
mantap. Pada paragraf berikut ini dapat diikuti penjelasan mengenai
rencana dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

5.10. PERSIAPAN KONSTRUKSI


Gambar yang tercantum pada dokumen penawaran, akan menjadi gambar
kontrak yang mencerminkan gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan
oleh Kontraktor Pelaksana untuk konstruksi pembangunan Bendungan
Pidekso. Gambar yang ada akan menjadi dasar untuk mengestimasi biaya
penawaran yang akan menjadi dasar Kontraktor Pelaksana untuk
menentukan rencana program kerja, rencana asal material konstruksi, dan
hal-hal lain yang berkartan dengan jasa konstruksi.
Pemeriksaan Gambar Disain akan menjadi hal yang perlu disiapkan oleh
Konsultan Supervisi dalam Tahap Persiapan Konstruksi ini. Pemeriksaan
Gambar Disain Final dalam kaitannya dengan Gambar Konstruksi yang
akan dipersiapkan oleh Kontraktor Pelaksana untuk kemudahan dan
kecepatan rencana kerja akan menjadi bantuan kepada pihak Proyek agar
pekerjaan konstruksi pembangunan Bendungan Pidekso dapat
diselesaikan tepat waktu, mutu tercapai, dan biaya konstruksi yang
terkendali.

5.11. PEKERJAAN SUPERVISI KONSTRUKSI


5.11.1. Umum
Konsultan Supervisi pada pekerjaan supervisi dengan pemahaman
terhadap KAK sebagai telah diuraikan sebelumnya, akan bertindak sebagai
Wakil dari Engineer (Engineer Representative) sebagaimana disebutkan
dalam Dokumen Kontrak, sehingga jasa konsultasi yang akan dilakukan
oleh Konsultan Supervisi pada tahap konstruksi ini adalah merupakan
asisten konsep dengan tugas utama adalah membantu sepenuhnya pihak
Pemilik Proyek dan akan melakukan pengambilan keputusan melalui
diskusi dengan pihak Pemilik Proyek.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Konsultan Supervisi akan melaksanakan aktivitas yang berkaitan dengan


supervisi pekerjaan sipil dengan gambaran pekerjaan sebagai berikut:
 Finalisasi Gambar Disain dan persiapan Gambar Kerja
 Review dan persetujuan program kerja Kontraktor Pelaksana
 Modifikasi Gambar kerja
 Supervisi dan kontrol progress, kualitas dan program keselamatan
 Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Investigasi tambahan
 Inspeksi, Testing, dan Kontrol Pengiriman selama proses Fabrikasi
 Sertifikat Pembayaran
 Mempersiapkan Laporan Pemeriksaan, Pengujian, dan aktivitas
lapangan
 Commissioning, dan Penerimaan hasil test
 Pekerjaan Sub-Kontrak
 Bantuan dalam aspek Lingkungan
 System Pelaporan
 Operasional dan Pemeliharaan

5.11.2. Evaluasi Program Kerja Kontraktor Pelaksana


Dengan memperhatikan kondisi pada suatu saat dan kinerja progress
yang sedang berlangsung, maka sangat penting untuk membuat suatu
sistematika untuk monitor schedule beserta variasi aktivitas kerja lapangan,
sehingga progress pekerjaan bisa dijaga dengan baik.
Untuk keperluan ini, system scheduling dengan metode Network
Planning dalam hal ini CPM akan menjadi salah satu metode yang paling
mudah dikontrol untuk memonitor jadwal konstruksi beserta keterkaitan
kerja dan lintasan kritis untuk setiap item pekerjaan.
Dalam waktu tidak lebih dan enampuluh (60) hari sejak Surat Perintah
Kerja, Kontraktor Pelaksana harus mengirim bagan alir Network Planning
yang mengimplementasikan seluruh rencana kerja konstruksi. Konsultan
Supervisi akan mengevaluasi, merevisi dan menyetujui, sesegera mungkin,
program kerja detail Network Planning untuk masing-masing pekerjaan-
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

pekerjaan utama. Program Network Planning ini harus dengan teliti


menjelaskan hubungan dan keterkaitan aktivitas kerja beserta lintasan kritis
yang menyertai masing-masing pekerjaan dan perkiraan rencana lamanya
kegiatan masing-masing pekerjaan.
Lebih lanjut, Konsultan Supervisi akan memonitor progres kerja dalam
kaitannya dengan schedule konstruksi yang telah disetujui dan akan
mengevaluasi dan merevisi untuk setiap urutan komponen kerja yang
merupakan progress.
Sebagai tambahan, Kontraktor Pelaksana akan mengirim / mengajukan
dokumen-dokumen berikut dengan batasan waktu untuk memonitor
progress pekerjaan:
1. Rencana dalam bentuk barchart yangakan menjelaskan rencana
kerja dalam waktu 6 bulan mendatang,
2. Dokumen yang menjelaskan Metode Pelaksanaan Konstruksi,
3. Daftar / List peralatan konstruksi,
4. Prediksi kebutuhan tenaga kerja,
5. Bagan Organisasi Manajemen di Lapangan / Site, dan
6. Kebutuhan akan tenaga ahli.

Konsultan Supervisi akan mengevaluasi dan mengirim jawaban


terhadap dokumen Kontraktor Pelaksana berdasarkan rencana
Network Planning yang disetujui.

5.11.3. Memeriksa Gambar Konstruksi yang dipersiapkan oleh Kontraktor


Pelaksana
Konsultan Supervisi akan mempersiapkan Gambar Disain yang sesuai
dengan perhitungan dan meliputi Gambar Kontrak.
Konsultan Supervisi akan melakukan koordinasi pekerjaan memeriksa
Gambar Konstruksi dengan memperhatikan item-item sebagai berikut:
 Kondisi aktual topografi dan kondisi geologi yang berbeda dengan
kondisi pada tahap disain.
Dokumen Usulan Teknis

Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Metode konstruksi, quality assurance dan program keselamatan yang


direncanakan oleh Kontraktor Pelaksana
 Rencana fabrikasi, testing dan pengiriman pekerjaan instrumentasi,
dan lain-lain yang juga akan meliputi hal-hal sebagai berikut

Konsultan Supervisi akan secara menerus memeriksa Gambar Konstruksi


dan apabila dianggap perlu akan membuat gambar disain yang lebih rinci
sesuai dengan kondisi lapangan yang sejalan dengan konsep untuk
keperiuan koordinasi pekerjaan yang baik, cepat dan efisien.
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.11.4. Supervisi dan kontrol progres, kualitas dan program keselamatan


Untuk menjamin agar pekerjaan supervisi konstruksi pembangunan
bendungan in! dapat diselesaikan dengan mutu seperti yang disyaratkan,
Konsultan Supervisi dalam melaksanakan Pekerjan Pengawasan /
Supervisi Konstruksi Berupa Supervisi Pembangunan Bendungan Pidekso
di Kab. Wonogiri, Kalimantan Timur ini akan membagi kegiatan sebagai
berikut :

5.11.4.1. Kegiatan Sebelum Pelaksanaan Konstruksi


Kegiatan ini adalah merupakan kegiatan awal yang sangat penting bagi
suksesnya pelaksanaan konstruksi karena pada periode ini segala
sesuatu yang berhubungan dengan evaluasi desain maupun persiapan
Kontraktor Pelaksana, akan dilakukan secara detail, diantaranya
adalah:
 "Pre Construction Meeting", berupa pertemuan antara Pemimpin
Proyek, Konsultan Supervisi danKontraktor Pelaksana.
Dalam pertemuan ini akan dibahas bersama mengenai dokumen
kontrak pelaksanaanpekerjaan. Hal-hal penting yarig dapat
menimbulkan perbedaan penafsiran akandibahas secara lebih
seksama untuk mendapatkan kesamaan persepsi, supaya
tidakmenimbulkan masalah di kemudian hari.

 Evaluasi Gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis.


Gambar Rencana yang telah dibuat perlu dicek kembali sebelum
pekerjaan Konstruksi dilaksanakan, sehingga beberapa bagian dari
Gambar Rencana yang mungkin tidak sesuai dengan keadaan saat
ini dapat dilakukan dievaluasi dan perbaikan teriebih dahulu. Dalam
Spesifikasi Teknis juga kadang-kadang dijumpai pasal-pasal yang
tidak mungkin untuk dilaksanakan dengan kondisi setempat, karena
itu perlu diadakan evaiuasi.

 Evaluasi terhadap Program Mobilisasi Kontraktor Pelaksana

E - 173
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Umumnya, pada saat pelelangan Kontraktor Pelaksana memberikan


program yang sangat baik, akan tetapi pada saat pelaksanaan akan
berusaha membuat perubahan yang kadang-kadang jauh berbeda.
Evaluasi ini akan meliputi:
 Evaluasi terhadap Base Camp, Kantor, Laboratorium.
 Peralatan yang dimiliki atau disewa.
 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
 Daftar Personil yang akan ditempatkan di Proyek.
 Evaluasi terhadap Rencana Kerja Kontraktor Pelaksana.

Evaluasi ini dimaksudkan untuk menentukan penjelasan dari


Kontraktor Pelaksana terhadap Rencana Kerjanya dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi, diantaranya adalah:
 Metoda Pelaksanaan yang dilakukan.
 Hasil Test mutu bahan yang dipergunakan.
 Prosedur permintaan persetujuan pekerjaan.
 Sistem pelaporan.
 Rapat Koordinasi.

Perlu adanya koordinasi antara Pemimpin Satuan Kerja, Konsultan


Supervisi Supervisi dan Kontraktor Pelaksana datam melaksanakan
pekerjaan akan memberikan hasil yang baik. Rapat koordinasi
diharapkan rutin (secara mingguan atau bulanan) selama
pekerjaan konstruksi.

E - 174
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

E - 175
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Survai Lapangan; Konsultan Supervisi bersama-sama dengan Kontraktor


Pelaksana melaksanakan peninjauan untuk menentukan lingkup pekerjaan.
Selanjutnya menentukan titik referensi yang akan digunakan dalam waktu
pelaksanaan. apabila masih terdapat perbedaan dari hasil evaluasi, maka
pada saat itu dibuat perbaikan seperlunya dan menghitung kembali volume
pekerjaan yang sebenarnya akan dilaksanakan. Selanjutnya apabila
terdapat perbedaan volume maka akan dibuatkan Dokumen Perubahan
Volume (Addendum).

E - 176
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

E - 177
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Penelitian Bahan Yang Digunakan; Untuk mendapatkan hasil yang


maksimal dan sesuai dengan Dokumen Kontrak, maka penelitian
terhadap bahan yang akan digunakan dalam pekerjaan ini sangat
penting mengingat bahan tersebut akan permanen dan tidak akan
dibongkar lagi. Bahan yang perlu mendapat penelitian lebih awal
ialah : bahan timbunan, besi beton, semen, mortar, pasir, batu pecah
(split), batu, pintu air dan sebagainya. Apabila diperlukan Konsultan
Supervisi akan meninjau pabrik pembuat fasilitas hidromekanik.
Data-data hasil penelitian ini akan merupakan dasar pengawasan
pekerjaan selanjutnya. Semua penelitian tersebut hams dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana dan mengajukan permintaan persetujuan
kepada Pemimpin Satuan Kerja melalui Konsultan Supervisi.

 Konsultan Supervisi menyelesaikan pemeriksaan pengujian yang


dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dan uji coba material untuk
memastikan keseuaian dengan spesifikasi yang ada dalam dokumen
kontrak. Konsultan Supervisi akan meninjau ulang pengujian-
pengujian yang ada dalam spesifikasi dan prosedur test yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan merekomendasikan untuk
perubahan jika perlu.

E - 178
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

E - 179
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.11.4.2. Kegiatan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam periode pelaksanaan ini kegiatan pengawasan meliputi kegiatan
rutin yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak. Apabila tahap kegiatan
sebelum pelaksanaan telah diselesaikan dengan baik, maka tahap waktu
pelaksanaan ini tidak menemui kesulitan yang berarti. Pekerjaan pokok
pada waktu pelaksanaan pekerjaan adalah meliputi pekerjaan
pengawasan sebagai berikut:
Kegiatan Pengawasan; Pengawasan pelaksanaan pekerjaan fisik
merupakan tugas rutin dan KonsuKan sebagai pembantu Pemimpin
Proyek. Pengawasan terbagi atas:
a. Pengawasan Pelaksananan konstruksi
b. Pengawasan Waktu Pelaksanaan
c. Pengawasan Mutu Pekerjaan
d. Pengawasan Biaya Proyek
e. Pengawasan Administrasi

a. Pengawasan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan


Waktu pelaksanaan perlu pengawasan yang ketat agar supaya tidak
kemunduran waktu polaksanaan. Untuk melaksanakan pengawasan ini
Konsultan Supervisi akan selalu mengacu kepada program kerja yang
telah disusun oleh Kontraktor Pelaksana dan telah mendapatkan
persetujuan dari Pemimpin Proyek. Konsultan Supervisi akan selalu
mengingatkan dan mencarikan jalan keluar apabila pelaksanaan
pekerjaan mengaiami keterlambatan.

b. Pengawasan Mutu Pekerjaan


Pengawasan mutu ini terdiri dari beberapa urutan pekerjaan, antara lain:
 Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permintaan (request) untuk
mulai sesuatu pekerjaan. Pekerjaan tidak dapat dimulai sebelum
persetujuan diberikan oleh Konsultan Supervisi. Dalam pengajuan
tersebut Kontraktor Pelaksana harus menjelaskan lokasi pekerjaan,

E - 180
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

jenis pekerjaan, peralatan yang digunakan, pekerjaan yang diperlukan


dan perkiraan selesai suatu tahap serta perkiraan volume pekerjaan.
 Pengajuan untuk memeriksa pemasangan profit atau patok. Pekerjaan
tidak dapat dimulai sebelum pemasangan profit atau patok mendapat
persetujuan dari Konsultan Supervisi.
 Pengajuan persetujuan terhadap campuran bahan. Sebelum
melakukan pekerjaan yang memerlukan campuran bahan, maka
Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permintaan persetujuan atas
campuran yang diinginkan, dalam bentuk pemeriksaan visual maupun
pemeriksaan laboratorium.
 Pengajuan terhadap hasil pemadatan
 Setiap suatu lapisan yang telah dipadatkan Kontraktor Pelaksana
harus mengajukan persetujuan terhadap kepadatan yang telah
dilakukan tersebut.
 Setiap hari Kontraktor Pelaksana bersama-sama dengan Konsultan
Supervisi membuat laporan mengenai kegiatan yang dilakukan
termasuk pencatatan terhadap kemajuan dan kejadian-kejadian
panting lainnya.
 Konsultan Supervisi menyelesaikan pemeriksaan pengujian yang
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dan uji coba material untuk
memastikan keseuaian dengan spesifikasi yang ada dalam dokumen
kontrak. Konsultan Supervisi akan meninjau ulang pengujian-
pengujian yang ada dalam spesifikasi dan prosedur test yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana dan merekomendasikan untuk perubahan
jika perlu.

c. Pengawasan Biaya Proyek


Disadari sepenuhnya pentingnya pengendalian semua biaya yang
berhubungan dengan proyek, untuk itu konsuttan akan berusaha
sepenuhnya dalam hat pengendalian biaya proyek mulai dari permulaan
pekerjaan sampai akhir tahap konstruksi.
Berkaitan dengan hat tersebut akan diusahakan agar tidak terjadi
keterlambatan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tambah kurang

E - 181
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

seminimal mungkin dan menjamin prosedur konstruksi yang seefisien


mungkin.

d. Pengawasan Administrasi
Pengawasan administrasi yang akan dilakukan antara lain
 Semua data lapangan tersebut disimpan oleh Konsultan Supervisi dan
dikirimkan secara berkala kepada Pemimpin Satuan Kerja.
 Setiap bulan Konsultan Supervisi memeriksa surat penagihan dari
Kontraktor Pelaksana untuk pembayaran dan apabila tidak sesuai
dengan data yang akan disampaikan kepada Pemimpin Satuan Kerja
untuk ditinjau kernbali, selanjutnya Pemimpin Satuan Kerja akan
memproses pembayaran kepada Kontraktor Pelaksana.
 Apabila selama pelaksanaan proyek terdapat hal-hal yang menurut
pertimbangan Pemimpin Proyek perlu diubah atau disesuaikan, maka
Konsultan Supervisi akan mengevaluasi perubahan tersebut dan
mengusulkan ke Pemimpin Satuan Kerja.
 Pembuatan Dokumen Perubahan (Change Order) untuk disetujui oleh
Pemimpin Satuan Kerja dan Kontraktor Pelaksana.

5.11.4.3. Kegiatan Setelah Pelaksanaan


Setelah selesainya penyerahan pekerjaan kepada Pemimpin Satuan
Kerja maka Konsultan Supervisi akan mdakukan kegiatan-kegiatan
antara lain.
 Mengumpulkan semua gambar pelaksanaan yang telah selesai
dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana. Selanjutnya
mengevaluasi/memeriksa ulang gambar tersebut dan akhimya dijilid
merupakan "As built drawing".
 Mengevaluasi perhitungan volume akhir dari pekerjaan.

E - 182
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

5.11.4.4. Rencana Pelaksanaan Pengawasan


Konsultan Supervisi akan mempersiapkan dengan baik rencana
pengawasan teknik dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan fisik
dan Kontraktor Pelaksana dapat terlaksana dengan baik.
Secara garis besar kegiatan pelaksanaan supervisi konstruksi
pembangunanbendungan terdiri atas tiga tahapan kegiatan menurut
waktu sebagai berikut:
a. Prakonstruksi
b. Pelaksanaan Konstruksi
c. Pasca konstruksi
Agar tercapai kriteria desain seperti yang terdapat dalam gambar
pelaksanaan dan spesifikasi teknis perlu adanya Pengawasan Teknis dan
Pengawasan Administrasi.

1) Periode Prakonstruksi / Mobilisasi Kontraktor Pelaksana


Untuk proyek-proyek pada umumnya periode mobilisasi akan
berlangsung sekitar satu bulan. Selain kegiatan mobilisasi pada periode
ini Kontraktor Pelaksana akan melakukan kegiatan persiapan dan
kegiatarvkegiatan tambahan yang diperlukan sebelum dimulainya
pelaksanaan konstruksi. Kegiatan Konsultan Supervisi dalam rangka
penggawasan terhadap pekerjaan Kontraktor Pelaksana dapat diuraikan
sebagai berikut: a. Mengevaluasi Program kerja yang diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana yang terdiri dari
 Evaluasi dan Pemeriksaan Program Mobilisasi Kontraktor Pelaksana
 Evaluasi program kerja Kontraktor Pelaksana, berdasarkan :
i. peralatan, personil danketersediaan material dari Kontraktor
Pelaksana.
ii. Pertemuan dan konsuitasi dengan InstansMnstansi yang ada
kaitannya denganpelaksanaan dan kelancaran pekerjaan.
iii. Mengevaluasi dan member! saran tentang rencana persiapan
teknis lapangandan metode yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana.

E - 183
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

iv. Merekomendasikan dan mengawasi inspeksi khusus, serta


pengetesan yangdiperlukan untuk menunjang agar
spesifikasi dapat dicapai seperti yangdisyaratkan.
v. Dalam rangka pelaksanaan survai lapangan dan
review design, akandilaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
• Menentukan Ibkasi patok BM yang akan digunakan
sebagai titik kontrol pada pengukuran.
• Mengawasi pelaksanaan pekerjaan pengukuran untuk
survey lokasi detail dan potongan metintang.
• Mengawasi pelaksanaan investigasi geologi untuk
menentukan lokasi pengambilan material timbunan
• Mengawasi pelaksanaan pengumpulan data lapangan.

• Mengumpulkan kriteria perencanaan awal untuk


mengantisipasi kemungkinan adanya perubahan-
perubahan yang harus dilakukan, seperti: Data koefisien
gempa yang digunakan. Data parameter tanah dan bahan
yang digunakan. Data lainnya yang dianggap panting.

2) Periode Pelaksanaan Konstruksi


Kegiatan yang akan dilaksanakan pada periode pelaksanaan konstruksi
adalah
membantu Pemilik Proyek dalam:
a. Pengawasan dan pengendalian mutu dan progress pelaksanaan
pekerjaan, tenaga kerja, biaya dan keamanan petaksanaan
pekerjaan termasuk pekerjaan pengujian baik pengujian laboratorium
dan lapangan.
b. Memeriksa, menganalisa dan memberikan saran untuk persetujuan
atas usulanKontraktor Pelaksana meliputi antara lain: program,
metode pelaksanaan, jadwalpelaksanaan, usulan bahan/material
yang akan digunakan, gambar- gambar desain yang dibuat oleh
Kontraktor Pelaksana/suplier.

E - 184
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

c. Mengkaji dan saran persetujuan terhadap gambar-gambar


peiaksanaan semuabangunan dan fasilitas-fasilitasnya, gambar-
gambar kerja, gambar-gambarpabrikasi, program dan jadwal
pelaksanaan dan lairvlain yang dibuat olehKontraktor Pelaksana /
suplier.
d. Mengevaluasi hasil perhitungan ulang Kontraktor Pelaksana terhadap
peralatan konstruksimeliputi, jumlah, kualitas, kapasitas peralatan
konstruksi.
e. Melakukan inspeksi, pengujian dan "Witnessing" pada pengujian di
bengkel /pabrik dari Kontraktor Pelaksana / supplier sebelum
diangkat ke lokasi pekerjaan danmenerbitkan sertrfikat pengujian, jika
diminta oleh pengguna jasa.
f. Bersama pengguna jasa atau pejabat yang ditunjuk, meneliti untuk
disetujuipengguna jasa gambar kerja, gambar pabrikan,
program dan jadwalpelaksanaan yang disampaikan oleh
Kontraktor Pelaksana / supplier,
g. Melakukan inspeksi / pengawasan pekerjaan selama pelaksanaan
pekerjaan
h. Membuat analisa kualitas pelaksanaan pekerjaan secara rutin
berdasarkanlaporan dari pengawas lapangan, teknisi laboratorium
dan surveyor untukmenciptakan manajemen supervisi yang lebih baik
dan melakukan langkahlangkah perbaikan jika diperlukan.
i. Mengevaluasi diagram pelaksanaan pekerjaan dari Kontraktor
Pelaksana, yang berisi datamengenai lokasi pekerjaan, kuantitas
pekerjaan, kualitas pekerjaan, terutamauntuk pekerjaan utama (major
works),
j. Mencatat aktifitas pelaksanaan dan progres pekerjaan untuk
penyiapan laporanpenyelesaian pekerjaan.
k. Meneliti volume, progres pekerjaan sebagai bahan dan sertifikat
pembayarankepada Kontraktor Pelaksana.
l. Melakukan inspeksi dan pengujian akhir pada saat pekerjaan selesai.

E - 185
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

m. Membuat laporan penyelesaian pekerjaan untuk seluruh pekerjaan


bangunan termasuk gambar pada bangunan seluruh bangunan
dan fasilitas pelengkapnya.
n. Membantu pengguna jasa dalam pelaksanaan admininstrasi kontrak.
o. Melakukan tambahan survey dan investigasi apabila diperlukan.
p. Membantu pengguna jasa dalam penyelesaian terjadinya klaim dan
perselisihanyang mungkin terjadi antara pengguna jasa dan
Kontraktor Pelaksana.
q. Mengevaluasi hasil pekerjaan dalam kelayakan fungsi
sebagian ataukeseluruhan konstruksi.
r. Memberikan tuntunan petugas pemberi jasa untuk
pengoperasian danpelaporan peralatan tertentu yang terkait dengan
konstruksi bendungan.

3) Periode Paska Konstruksi

a. Segera setelah selesainya pekerjaan, akan diadakan pemeriksaan


lapangan, untuk memeriksa jika ada beberapa pekerjaan pelengkap
yang belum dapat diselesaikan atau kemungkinan adanya
penambahan pekerjaan tambahan.
b. Melaksanakan perhitungan kuantttas pekerjaan terlaksana untuk
setiap jenis pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan dan dapat
diterima.
c. Membantu penyiapan “AsBuilt Drawing"
d. Mempersiapkan data untuk serah terima sementara pekerjaan.
e. Membantu membuat sertifikat pembayaran bulanan untuk Kontraktor
Pelaksana yang menyatakan kuantitas, kualitas dan biaya bahan-
bahan. Membuat rekomendasi bahwa peiaksanaan pekerjaan tidak
menyimpang dari syarat yang ditentukan.
f. Meninjau kembali dan mengevaluasi permintaan pembayaran
tagihan oleh Kontraktor Pelaksana.
g. Membuat arsip secara sistematis terhadap laporan hasil peninjauan,
data-data lapangan, evaluasi terhadap perfomance Kontraktor
Pelaksana dan pencapaian target kerja, persiapan rutin untuk data-
data sertifikat pembayaran bulanan

E - 186
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

h. Mengadakan evaluasi terhadap manajemen konktraktor khususnya


yang berhubungan dengan penyediaan tenaga kerja, peralatan serta
material dalam usaha mencapai target kuantitas pekerjaan. Segera
akan dilaporkan kepada Pemimpin Proyek jika terjadi penyimpangan
yang akan mengganggu peiaksanaan pekerjaan.
i. Mengadakan peninjauan atau perhitungan terhadap kuantitas setiap
mata pekerjaan sehubungan dengan adanya perubahan akaibat
kondisi lapangan serta membuat usulan kepada Pemimpin Proyek
untuk membuat daftar perubahan kuantitas (CCO).
j. Membantu menyelesaikan perselisihan antara Kontraktor Pelaksana
dengan Pemilik Proyek.
k. Mempersiapkan data untuk serah terima sementara, meliputi:
 Data pemeriksaan lapangan (meliputi catatan harian seluruh staf
supervisi)
 Sertifikat bulanan beserta data pendukungiiya,
 Data mengenai pengujian rutin yang dilaksanakan.
 Masa pembayaran mobilisasi serta statusnya.
 Arsip surat menyurat Team Leader
 Foto-foto peiaksanaan konstruksi.
 Gambar pekerjaan terpasang serta kuantitas terpasang.
 Usulan untuk Kontraktor Pelaksana mengenai pemeliharaan
pekerjaan selama masa pemeliharaan.
 Daftar peralatan Kontraktor Pelaksana dan rencana
demobilisasinya.
l. Memberikan informasi kepada Pemimpin Proyek mengenai
perkiraan waktu penyelesaian pekerjaan 100%.
m. Selalu berhubungan dengan Pemilik Proyek pada setiap langkah
dari semuaaktivitas pekerjaan.

5.11.4.5. Tahapan Pelaksanaan Pengawasan Konstruksi Bendungan


Pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan Kontraktor Pelaksana selama
masa konstruksi dan akan dilakukan pengawasan oleh Konsultan Supervisi
diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Pekerjaan Persiapan

E - 187
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Pekerjaan persiapan ini adalah kegiatan yang menjadi penunjang awal


untuk nantinya akan menjadi suport dalam pekerjaan utama. Pekerjaan-
pekerjaan persiapan tersebut diantaranya adalah seperti:
 Mobilisasi & demobilisasi
 Pembuatan dan pemeliharaan jalan kerja
 Penyediaan air bersih
 Penyediaan sarana listrik
 Penyediaan sarana telekomunikasi
 Pembuatan Kantor Direksi, Konsultan, Kontraktor dan Barak Kerja
termasuk perlengkapannya
 Pembuatan Gedung Laboratorium
 Pembuatan Gudang Material
 Pengadaan alat-alat laboratorium
 Quality Control
 Dokumentasi Foto dan Film Pelaksanaan Pekerjaan
 Pembuatan Laporan Pelaksanaan Pekerjaan
 Survey Pengukuran, Gambar Kerja dan Gambar Purna Laksana
atau As Build Drawing
 Pengamanan lokasi dan pelaksanaan K3
 Program pencegahan HIV AIDS
 Monitoring Lingkungan
 Penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah

Dengan dipimpin oleh Team Leader, pada tahapan ini tenaga ahli dari
Konsultan Supervisi yang akan banyak berperan dalam pengawasan
pekerjaan seperti tersebut di atas adalah TA Geologi, TA Geodesi, TA
Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, Pengawas dan TA Lingkungan.

B. Pekerjaan Cofferdam

E - 188
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Hal pertama kali dalam pelaksanaan pekerjaan untuk pembuatan


cofferdam ini adalah pembuatan kistdam, yaitu suatu konstruksi
timbunan yang berfungsi sebagai pengelakan sungai.
Sedikit demi sedikit badan sungai yang ada diberi material timbunan
sembarang untuk bisa mengelakan sungai dan aliran sugai yang ada
diarahkan menuju ke Saluran Pengelak. Dengan memakai pompa yang
sesuai dengan kapasitas volume air yang ada diadakan pekerjaan
dewatering.
Selanjutnya adalah dilakukan pekerjaan land clearing & grubbing dari
lokasi yang akan dijadikan konstruksi cofferdam. Pekerjaan galian tanah
dan galian batu akan dilakukan di lokasi ini. Untuk cofferdam ini
memakai timbunan inti (zona-1) sebagai lapisan impermeabel, dan
kombinasi dengan material random (zona-4) dan rip-rap (zona-5).

Foto 1. Pembuatan Cofferdam di bagian hulu dari tubuh bendungan


utama.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada tahapan pekerjaan


pelaksanaan cofferdam ini, tenaga ahli yang akan banyak melakukan

E - 189
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

pengawasan antara lain TA Bendungan, TA Geologi, TA Konstruksi, TA


Geodesi, Supervisor Konstruksi dan para Pengawas Pekerjaan.

C. Pekerjaan Saluran Pengelak


Saluran Pengelak memakai konstruksi beton bertulang dengan mutu
beton K-225. Total panjang dari Saluran Pengelak adalah 202,40 m
dengan bentuk semi lingkaran dia. 2,50 m. Inlet dari Saluran Pengelak
ini dilengkapi Pintu Stoplog ukuran 2,5 m x 2,5 m. Pada Saluran
Pengelak ini nantinya akan di-plugging concrete pada dua bagian, yaitu
di bagian hulu dari percabangan antara Saluran Pengelak dan Saluran
Sadap dan yang kedua pada bagian bawah dari as tubuh bendungan.
Untuk perkuatan tebing pada bagian hulu dari Saluran Pengelak akan
dipasang konstruksi bronjong pada sisi kanan dan kiri dari Saluran
Pengelak.

Foto 2. Inspeksi pembesian, bekisting dan asesorisnya sebelum


dilakukan pekerjaan pengecoran dari konstruksi Saluran
Pengelak/Conduit.

E - 190
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Saluran Pengelak ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA Geologi,
TA Geodesi, TA Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality
Control dan Pengawas Pekerjaan.

Foto 3. Pelaksanaan konstruksi Saluran Pengelak bagian hilir/lokasi


Rumah Katup/Rumah Intake.

D. Pekerjaan Intake
Pekerjaan ini pada dasarnya adalah gabungan dari dua konstruksi yaitu
Bangunan Sadap dan Rumah Katup. Pada Bangunan Sadap memakai
konstruksi beton bertulang dengan mutu beton K-225. Penyadapan
disalurkan dengan pipa baja dia. 1,5 m. Untuk antisipasi pembuangan
udara yang terjebak pada saat setelah diadakan concrete plugging pada
bagin hulu, dipasang pipa aerasi dia. 4” . Bangunan Sadap ini dilengkapi

E - 191
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

trash rack atau saringan sampah di bagian hulunya. Menara Bangunan


Sadap ini mempunyai ketinggian 5,20 m dari dasar bangunan tersebut.
Untuk di bagian hilir, dibuatkan Rumah Katup/Rumah Intake. Bangunan
ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sub structure dan upper structure
dan merupakan konstruksi beton bertulang.

Foto 4. Konstruksi dari Menara Rumah Sadap/Intake dengan Jembatan


Penghubung.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan Intake


ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan pengawasan secara
berkesinambungan antara lain adalah TA Geologi, TA Geodesi, TA
Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan
Pengawas Pekerjaan.

E. Pekerjaan Bendungan
E.1 Pekerjaan Perbaikan Pondasi
Untuk pekerjaan perbaikan pondasi dari Bendungan Pidekso ini
direncanakan akan memakai dua cara, yaitu :
1. Dental Concrete

E - 192
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Jika kondisi pondasi terjadi retak-retak atau terjadi undulasi/tidak


beraturan sebagai akibat dilakukannya kegiatan pada saat
penggalian, maka perbaikan pondasi bisa dilakukan dengan
meratakan permukaan pondasi dengan memakai material beton
dengan mutu K-125. Perbaikan seperti ini akan dilakukan hanya
pada lokasi yang nanti masuk dalam area zona inti.

Foto 5. Pekerjaan perbaikan pondasi dengan cara Dental Concrete


dengan mutu beton K-125.

E - 193
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 6. Kondisi permukaan pondasi setelah dilakukan perbaikan


pondasi dengan cara diberi Dental Concrete.

2. Grouting/Sementasi
Pelaksanaan grouting atau sementasi akan dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu sementasi tirai (curtain grouting) dan sementasi selimut
(blanket grouting). Jika dirasa dalam pelaksanaan diperlukan
tambahan, maka akan dilaksanakan juga sementasi sub-tirai (sub
curtain grouting).
Untuk curtain grouting akan dilaksanakan dengan ketentuan
kedalaman L = 15 ~ 30 m, jarak @ 1,5 m, untuk sub curtain grouting
dengan kedalaman L = 10 m, jarak @ 1,5 m dan untuk blaket
grouting dengan kedalaman L = 5 m dan jarak @ 1,5 m. Setelah
dilaksanakan grouting, permukaan pondasi akan diberi capping
beton dengan mutu K-125. Pelaksanaan grouting ini dilaksanakan
pada lokasi di as bendungan sepanjang pondasi tubuh bendungan di
bawah zona-1.

E - 194
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 7. Kegiatan pengeboran pondasi dengan memakai rotary drill pada


pondasi di bawah rencana timbunan zona-1.

Foto 8. Pelaksanaan pengeboran pada posisi abutment yang


mempunyai kemiringan, dibantu dengan perancah.

E - 195
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 9. Peralatan grouting plant di lokasi kerja.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


perbaikan pondasi ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA
Bendungan, TA Geologi, TA Geodesi, TA Konstruksi, TA Supervisor
Konstruksi, TA Quality Control dan Pengawas Pekerjaan.

F.2 Pekerjaan Tubuh Bendungan


Setelah pekerjaan grouting selesai dilaksanakan, maka tahapan
selanjutnya adalah pekerjaan utama yaitu penimbunan material untuk
tubuh bendungan. Bendungan Pidekso merupakan bendungan dengan
tipe urugan batu dengan inti tegak. Material timbunan terdiri dari 6 zona,
diantaranya adalah:
 Zona-1 Inti Kedap Air
 Zona-2 Filter

E - 196
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Zona-3 Transisi
 Zona-4 Urugan Random Tanah dari Borrow Area
 Zona-4R Urugan Random Tanah dari hasil galian
 Zona-5 Rip-rap
Sebelum dilaksanakan timbunan untuk zona-1, permukaan pondasi
harus dibersihkan dari semua kotoran yang ada. Pembersihan dengan
menggunakan air dan angin (water jet pump) adalah sangat
direkomendasikan untuk lokasi ini. Seterlah lokasi bersih, maka langkah
pertama adalah permukaan pondasi disiram slurry yang berfungsi
sebagai pengikat atau ”lem” antara material inti contact clay dengan
permukaan pondasi batuan yang ada.
Slurry ini adalah terbuat dari semen, tanah liat (clay) pilihan dan air
dengan kekentalan secukupnya. Contact slay ditempatkan pada
permukaan pondasi yang telah diberi slurry dengan cara dipukul-pukul
memakai palu kayu agar bisa mengisi semua celah-celah dari
permukaan pondasi. Ketebalan dari contact clay tidak lebih dari 15-20
cm saja. Setelah material contact clay merata di seluruh pondasi, maka
timbunan untuk zona-1 bisa dilanjutkan dengan ketebalan sekitar 30 ~
50 cm per lapisan timbunannya.
Untuk timbunan filter (zona-2) pelaksanaannya harus lebih tinggi dari
progres timbunan material zona-1. Hal ini dilakukan untuk melindungi
timbunan material inti (zona-1), utamanya pada saat terjadi hujan.
Pelaksanaan timbunan material zona-2 ini dilakukan dengan cara
menghamparkan material tersebut dengan bantuan Dozer atau
Excavator. Pemadatan dilakukan dengan memakai Roller compactor.
Untuk timbunan zona-4 cara pelaksanaannya dilakukan dengan
bantuan Dozer untuk meratakan tersebar ke semua area
peruntukannya. Pemadatan dilakukan dengan Roller Compactor.
Jumlah lintasan tergantung dari hasil trail embankment yang ada.
Untuk penimbunan transisi dan rip-rap pelaksanaannya dilakukan
dengan bantuan Excavator dan dibantu dengan tenaga manusia.

E - 197
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 10. Pelaksanaan pemberian slurry di atas permukaan pondasi


sebelum diberi timbunan special contact clay.

E - 198
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 11. Tampak material slurry setelah disebarkan ke seluruh


permukaan pondasi yang mau ditimbun material zona-1.

Foto 12. Material inti/special contact clay ditimbunkan di atas slurry dan
dibantu dengan cara dipukul-pukul memakai palu kayu.

E - 199
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 13. Pelaksanaan timbunan material zona-1 di tubuh bendungan


utama, tiap layer tidak boleh lebih dari 50 cm.

Foto 14. Pelaksanaan timbunan material zona-2 Filter.

E - 200
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 15. Pelaksanaan timbunan zona-4 material random tanah dari


borrow area.

Foto 16. Pelaksanaan timbunan zona-5 Rip-rap, dengan memakai


excavator dengan dibantu tenaga manusia.

E - 201
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 17. Pemasangan pervorated drain pipe untuk menangkap air


rembesan dan dialirkankan ke V-Notch.

F.2.1 Trial Embankment/Percobaan Penimbunan


Telah diketahui bersama bahwa pada proyek bangunan air, pekerjaan
uji lapangan merupakan salah satu syarat untuk dapat dimulainya
pekerjaan. Hal ini dilakukan agar mutu pekerjaanya benar-benar dapat
dijamin, sebab kerusakan pada bangunan air utamanya bendungan
memerlukan biaya perbaikan yang cukup besar.
Secara umum pekerjaan percobaan timbunan terdiri dari :
1. Uji Lapangan
2. Uji Timbunan
3. Hasil dan Evaluasi
4. Usulan Pelaksanaan Timbunan
5. Pedoman Pelaksanaan Timbunan (Embankment Criteria)
F.2.1.1 Uji Lapangan
Uji Lapangan adalah simulasi pekerjaan timbunan dengan maksud :
a. Menguji kecocokan metoda (Suitable) pengolahan material di Borrow
Area.

E - 202
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

b. Menguji kecocokan metoda penyimpanan material (Stock Pilling).


c. Mengetahui pengaruh ketebalan lapisan, jumlah lintasan dan jenis
alat terhadap Derajat Kepadatan (Degree of Compaction) dan
Tingkat Kelolosan Air (Permeability).
Secara umum Bagan Alir (Flow chart) uji lapangan adalah sebagai
berikut :

BAGAN ALIR UJI LAPANGAN

PERSIAPAN LOKASI

ZONE 2 ZONE 1 ZONE 3 and ZONE 4

Pengolahan Material Pengolahan Material Pengolahan Material


GENENRAL . B . A BORROW AREA QUARY AREA

SCREEN
FILTER PLANT AREA

STOCK PILLING & LOADING


STCOCK PILE AREA

Penghamparan & Pemadatan


( Lokasi Uji Timbunan )

Uji Lapangan
( Lokasi Uji Timbunan )

LAB TEST
LAB SITE

Persiapan Lokasi :
Persiapan lokasi adalah persiapan tempat percobaan sehingga lokasi
layak dipakai untuk uji lapangan. Biasanya pekerjaan persiapan meliputi
pembersihan (cleaning, striping dan leveling), pemadatan kembali (re-

E - 203
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

compaction), penentuan batas-batas percobaan (marking), dan


drainage (bila diperlukan), dan peralatan yang digunakan.

Perlatan pemadatan untuk trial embankment yang dipakai :


1. Excavator PC 200 : 1 unit
2. Bulldozer tipe D65 : 1 unit
3. Smooth Vibrating Roller 12 Ton (15 Ton getar) : 1 unit
4. Self Propeled Static Roller ( 22.5 ton ) : 1 unit
5. Dump Truck kapasitas 4 m3 : 6 unit
6. Tangki air kapasitas 1 m3 : 1 unit
7. Peralatan laboratorium : 1 set

Pengolahan Material :
Yaitu suatu proses penyediaan material (di area tempat pengambilan)
sedemikian rupa sehingga material siap dipakai untuk uji lapangan.
Pengolahan material secara umum dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Pengolahan material untuk Zone 1 (Soil)
2. Pengolahan material untuk Filter Zone (Gravel)
3. Pengolahan material untuk Rock Zone (Rock)

1. Zone 1 :
Pekerjaan pengolahan zone 1 meliputi :
 Pengupasan (striping) dengan Bulldozer setebal ± 30 cm
 Pencampuran dan penyeleksian material “Over Size” dengan
Bulldozer, Excavator & tenaga manusia.

2. Filter Zone :
Pekerjaan pengolahan material filter zone meliputi :
 Penggalian material di “River Deposit” (General Borrow Area)
 Memisahkan material “Over Size” dengan “Grizzly”
 Memisahkan material sesuai dengan fraksinya dengan “Screen
Plant”

E - 204
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Mendatangkan material kekurangan dari river deposit


 Mencampur material sesuai dengan proporsinya

3. Rock Zone:
Pekerjaan pengolahan untuk rock zone meliputi :
 Pengupasan (sampai dengan permukaan batu)
 Blasting (Trial Blasting)
 Memisahkan material berdiameter diatas 1 m.

Stock Pilling dan Loading :


Yang dimaksud dengan “Stock Pilling” adalah memelihara material yang
siap pakai sehingga tidak mangalami gangguan, terutama gangguan
cuaca. Sedangkan “Loading” adalah cara pengambilan material
sehingga material dapat tercampur dengan baik. Seperti halnya
pengolahan material, Stock Pilling berbeda untuk masing-masing zone
yaitu :

Zone 1 dan Filter zone, (untuk zone 3 tidak perlu dipelihara)


Zone 1 :
 Material dibentuk limas terpancung.
 Dibuat drainage disekelilingnya (jika perlu) dan ditutup dengan terpal
plastic/disiram dengan air.

Filter Zone :
 Dibuat limas terpancung.
 Dibuat drainage.
 Menempatkan material bergradasi besar ke kecil dari bawah ke atas.

Penghamparan dan Pemadatan :


Yang dimaksud dengan penghamparan ialah menghamparkan material,
sehingga material dapat terhampar dengan rata (level). Penghamparan

E - 205
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

dilakukan dengan Bulldozer untuk Zone 1 dan Zone 4, sedangkan untuk


Zone 2 dan Zone 3 dengan menggunakan excavator karena lebarnya
relatif lebih sempit.
Pada Uji Lapangan penghamparan dilakukan dengan membuat
ketebalan tiap layer. Penentuan ketebalan harus disesuaikan dengan
Spesifikasi Teknis, misalnya untuk Zone 1 dengan ketebalan 30 cm,
untuk lebih jelasnya variasi ketebalan hamparan dapat dilihat pada
Tabel No. 10 Variasi Alat, dan Jumlah Lintasan pada Gambar No. 6 Lay
Out Test Fill Area.
Variasi ini juga dilakukan terhadap jumlah lintasan pemadatan, sehingga
diharapkan dapat diketahui karakteristik derajat kepadatan dan
permeabilitas material.
Pelaksanaan Trial :
 Jalur Zone 2 dan Zone 4 berdampingan atau saling menempel,
sesuai rencana pelaksanaan pada penimbunan nantinya.
 Tebal layer ± 70 cm sebelum dipadatkan.
 Lintasan 4, 6 dan 8 kali.
 Berat alat pemadat ± 10 ton, lebar drum = 2,18 m.

F.2.1.2 Uji Timbunan


Uji Timbunan adalah serangkaian kegiatan pengujian yang dilakukan di
area uji timbunan untuk mengetahui Derajat Kepadatan dan Tingkat
Kelolosan Air dan kadang-kadang juga dikontrol penurunannya
(settlement).
Biasanya setiap satu variasi (jenis alat, ketebalan dan jumlah lintasan)
dilakukan satu set pengujian terdiri dari tiga lubang uji Density dan
Permeability serta 1 lubang (biasanya yang di tengah), diteruskan
dengan tes karakteristik material, posisi lubang uji dan metoda
pembuatan lubang ujinya disajikan pada Gambar No. 3.1 Plan of Test
Fills.

E - 206
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Laboratorium Test adalah pengujian karakteristik material yang


dilakukan di laboratorium sebagai kelanjutan dari uji lapangan. Uji lab
ini dilakukan dengan maksud mengetahui maksud karakteristik material
setelah material tersebut mengalami proses penimbunan.

Contoh Rangkuman Tes Hasil Trial Embankment untuk Zone-1 seperti


tampak pada tabel di bawah ini.

RANGKUMAN TEST HASIL TRIAL EMBANKMENT ZONE 1 (CORE)


11 Mei 2008

γt WC γd CD Κ S
Item Keterangan
3 3
(t/m ) (%) (t/m ) (%) (cm/det) (cm) (%)

-6
1 1.772 36.72 1.296 96.72 3,20 x 10 4.0 13 Standart Laborat
-6 3
4 Pass 2 1.777 36.82 1.299 96.94 3,06 x 10 5.7 19 γd = 1.340 t/m
3 1.754 36.92 1.280 95.52 5.7 19 OMC = 36.0 %
-6 -6
Rata-Rata 1.768 36.82 1.292 96.39 3,13 x 10 5.13 17 % K = 4.0 x 10 cm/det
-6
1 1.800 36.77 1.316 98.21 2,68 x 10 5.6 19 Compactor :
-6
6 Pass 2 1.813 36.79 1.325 98.88 2,15 x 10 6.6 22 - Pad Foot double drum
3 1.817 36.83 1.328 99.10 7.4 25 - Berat ~ 22 ton
-6
Rata-Rata 1.810 36.80 1.323 98.73 2,41 x 10 6.53 22 % - Tebal layer 30 cm sebelum dikompak
-6
1 1.800 36.85 1.328 99.10 1,92 x 10 10.8 36 - Lintasan yang direkomendasikan = 6 Pass
-6
8 Pass 2 1.817 36.78 1.316 98.21 2,08 x 10 10.7 36
3 1.812 36.70 1.325 98.89 9.5 32
-6
Rata-Rata 1.810 36.78 1.323 98.73 2,36 x 10 10.33 34%

E - 207
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

MAIN DAM
Rangkuman Hasil Trial Embankment Zone 2 dan Zone 3

Zone 2 γt WC γd ef DR K S
Keterangan
(t/m3) (%) (t/m3) (%) (cm/det) (cm)
-3
Pass 4 1 2.237 10.50 2.024 0.253 98.43 2.03 x 10 8.20 Yang direkomen-
-3
Ok 2 2.235 10.70 2.019 0.256 96.86 2.91 x 10 dasikan.
3 2.230 11.00 2.009 0.262 93.72
standard test laboratorium
= 2.029 t/m3
-4
Pass 6 1 2.248 10.22 2.040 0.243 103.66 8.37 x 10 9.40 γd max
2 2.238 9.94 2.036 0.245 102.61 γd min = 1.760 t/m3
3 2.229 9.98 2.027 0.251 99.48 Gs = 2.536
e. max = 0.441
-4
Pass 8 1 2.251 9.87 2.049 0.238 106.20 7.37 x 10 11.00 e. min = 0.250
2 2.24 9.89 2.038 0.244 103.14 e max-e min = 0.191
3 2.227 9.60 2.032 0.248 101.05

Zone 3 γt WC γd ef DR K S
Keterangan
(t/m3) (%) (t/m3) (%) (cm/det) (cm)
-3
Pass 4 1 2.308 8.90 2.119 0.216 92.41 7.88 x 10 7.10 Yang direkomen-
Ok 2 2.286 9.00 2.097 0.228 90.59 dasikan.
3 2.257 8.85 2.073 0.243 88.31

-3
Pass 6 1 2.347 9.00 2.135 0.196 95.45 4.73 x 10 9.40 standard test laboratorium
2 2.340 9.09 2.126 0.211 93.17 γd max = 2.306 t/m3
3 2.300 9.05 2.109 0.221 91.65 γd min = 1.950 t/m3
Gs = 2.576
-3
Pass 8 1 2.400 8.29 2.214 0.163 100.45 4.86 x 10 10.20 e. max = 0.321
2 2.370 8.21 2.190 0.176 98.48 e. min = 0.112
3 2.338 8.10 2.162 0.191 96.21 e max-e min = 0.209

Catatan :
- Tebal Layer ± 70 cm sebelum dikompak
- Kompaktor : Vibration Smoot Drum Roller
: Berat Alat ± 10 ton
: Lebar Drum Roller ± 2.18 m

E - 208
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

GRAFIK TEST TIMBUNAN ZONE 1 (CORE)


UNTUK MAIN DAM, 11 MEI 2008

105

100
98.7
98.7
(%
D
C

96.4
)

95
jtK
n
d
p D
ra
e

90
4 6 8
Lintasan I Passing

15

10 10.3

6.5
mS

5
(c
)

5.1
tlm
n S
e

0
4 6 8
Lintasan I Passing

1.E-05 4 6 8

3.13E-06
2.41E-06
2.36E-06

1.E-06
e
t)m
/d K
.(c
rm
b
ilty
a K
f.P
o
e

1.E-07

Lintasan I Passing

E - 209
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

F.2.1.3 Hasil dan Evaluasi


Hasil Uji Timbunan adalah penyajian data berdasarkan hasil uji
timbunan. Hasil uji yang terpenting adalah Derajat Kepadatan dan
Permeabilitas Lapangan (Field Permeability).
Secara umum hasil uji lapangan menunjukkan bahwa:
“Semakin banyak jumlah lintasan dan semakin tipis ketebalan
lapisan, maka Derajat Kepadatan akan semakin besar, sedangkan
Permeabilitasnya semakin kecil”
Walaupun demikian pada beberapa kasus hal ini tidak berlaku. Misalnya
untuk uji timbunan zone 1 dengan alat Tamping Rammer, maka
kecenderungan tersebut tidak berlaku. Pada kasus lain terjadi juga
kebalikan dari hasil uji lapangan secara umum, misalnya pada zone 1
dengan jenis alat pemadat Padfoot Drum Roller DynaPack CA 261 PD,
dengan ketebalan 30 cm. Pada lintasan 4 ke 6, Derajat Kepadatan naik
(dari 97.1 ke 100.7 %), tetapi pada lintasan 8 kembali turun (99.5%),
peristiwa inilah yang disebut dengan “Over Compaction”. Keadaan ini
tidak boleh terjadi karena dapat menimbulkan “Crack”. Hal inilah yang
menyebabkan alat berat / Dump Truck dilarang melintas di area
timbunan zone 1 atau cross way.

F.2.1.4 Usulan Pelaksanaan Penimbunan


Setelah diketahui hasil uji timbunan dan dievaluasi, maka tahap
berikutnya adalah membuat usulan kepada Direksi Pekerjaan, dalam
membuat usulan harus dipertimbangkan segi teknis dan ekonomisnya.
Segi teknis misalnya :
 Kecenderungan (trend) Derajat Kepadatan
 Karakteristik Material
 Angka Permeabilitas
 Kemudahan kontrol kualitas

E - 210
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Segi Ekonomis misalnya:


 Efesiensi alat, pada umumnya Kontraktor Pelaksana lebih menyukai
kriteria timbunan dengan ketebalan lebih tinggi walaupun jumlah
lintasannya lebih banyak.
 Kemudahan pengerjaan.

F.2.1.5 Pedoman Pelaksanaan Timbunan (PPT)


Pedoman Pelaksanaan Timbunan adalah suatu ketentuan/aturan
pelaksanaan timbunan yang telah disetujui oleh Engineer, yang meliputi
jenis alat, ketebalan lapisan, dan jumlah lintasan untuk masing-masing
zone yang harus dipatuhi dalam melaksanakan pekerjaan timbunan,
sehingga diharapkan hasil pekerjaannya sama dengan uji lapangan
(Trial Embankment). Di bawah ini disajikan contoh ketentuan/pedoman
pelaksanaan timbunan di sebuah bendungan di Bali.
Pada pedoman pelaksanaan timbunan ini dicantumkan pula target mutu
yang harus dipenuhi sehingga memudahkan pelaksana dan petugas lab
dalam melakukan kerja sama di lapangan.

E - 211
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

PEDOMAN PELAKSANAAN TIMBUNAN


BENDUNGAN BENEL KABUPATEN JEMBRANA

Derajat Rembesan Kontrol


Ketebalan Jumlah Diameter
Kepadatan (Permeability Kadar Air Jumlah Test
No. Zone No. Lapisan Lintasan Jenis Alat Pemadat max. Butiran
(DR) ) ( K) Lapangan
(cm) (kali) (mm) (%) (cm/det) (%) (buah)
1 Contack Clay 1~ 2 - - Plastic Clay - - + 12 -
-5
2 Special Core 3~ 5 - Tangan dan Palu Kayu 10 10 OMC ~ + 3 3/ STA
min : 95
3 Special Core 10 - Tamping Rammer 10 10-5 OMC ~ + 3 3/ STA
Rata2 : 98
Self Propelled Static min : 95
3 1 30 6 20 10-5 -1 ~ + 3 1/ STA
Roller Rata2 : 98
Vibration Roller min : 70
4 2 40 4 50 10-3 - 1/ STA
Bomag BW 216-2-D Rata2 : 80
Vibration Roller min : 70
5 3 40 6 300 10-2 - 1/ STA
Bomag BW 216-2-D Rata2 : 80
Vibration Roller min : 70
6 4 100 ~ 150 10 1000 10-1 - 1/ Layer
Bomag BW 216-2-D Rata2 : 80

7 5 - - 1250 - - - -

Contoh Bagan Alir Persiapan Lahan Untuk Timbunan

BAGAN ALIR PERSIAPAN LAHAN


UNTUK TIMBUNAN

(1)
PEKERJAAN GROUTING
SELESAI

YA
(2)
DEWATERING
(JIKA DIPERLUKAN)

YA
(3)
CIPPING AND CLEANING
( hanya untuk Zone 1)

E - 212
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

YA
(4)
MARKING

YA
TIDAK (5)
FOUNDATION
CHECK
YA

MOISTENING (6)

(Hanya berlaku untuk zone 1)

(7)
EMBANKMENT START

E - 213
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Bagan Alir Sistem Pengendalian Pelaksanaan Timbunan

A Penelitian Borrow Area Lapangan


APPROVED BY THE ENGINEER

Laboratory B Pemberitahuan ke Earth Section Konsltn Supervisi,


Section mengenai persetujuan Borrow Area

C Kadar Air, Rapid Compaction Lab. Specialist


dan atau Gradasi

D 7:30; 14:00; 19:00 Material Control


Laboratory Joint Inspection antara Konsltn Supervisi,
dan Lab. Section dan Embank. Section Direksi PU
Embankment Keputusan Penggunaan Material
Team yang dapat dipakai timbunan
(To be name)
AA
E Pemindahan Material ke Konsltn Supervisi,
EMBANKMENT, STOCK, SPOIL (To be Name)

F Penghamparan Konsltn Supervisi,


(To be Name)

G Konsltn Supervisi,
Check Ketebalan Lapisan (To be Name)
Embankment
Section
H Konsltn Supervisi,
Check Jumlah Lintasan (To be Name)

I Siap untuk Test (Akan memulai Timbunan) Konsltn Supervisi,

Minimum area 50 m - 60 m (To be Name)


Bebas dari pengoperasian alat
BB
J Pemberitahuan ke Lab. Untuk Test Direksi PU
Pemberitahuan dengan radio pada siang hari Konsltn Supervisi,
dan dengan mobil pada malam hari (To be Name)

E - 214
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

K
TEST LAPANGAN
Name

Laboratory
dan
Earth Section

Check Elevasi LAB. TEST


per titik Test (To be Name)
Name

Lab. Akan memberitahukan


ke E.S. hasil Testnya
melalui radio ke Supervisi
Ya (To be Name)
AA Hasil Test
(antara 1 - 2 jam)

Tidak
L Pekerjaan Timbunan
Berhenti Untuk Sementara

M Check Oleh Lab. Section

N Visual Check
To be Name
Tidak Ya
P O
RE-COMPACTION

DI BONGKAR CONSERVASI MATERIAL/TIMBUNAN


Instruksi Oleh Engineer Dengan Scarifying, Spraying, dll
Direksi PU (To be Name)

RE-COMPACTION
AA
BB

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan tubuh


bendungan utama ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA
Bendungan, TA Mekanika Tanah, TA Geologi, TA Geodesi, TA

E - 215
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan


Pengawas Pekerjaan.

F.3 Pekerjaan Puncak Bendungan


Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada puncak bendungan
diantaranya adalah pemasangan kanstin beton untuk batas tepi
perkerasan jalan, patok pengaman dengan beton pra-cetak serta
pekerjaan pengaspalan jalan di puncak bendungan. Pekerjaan
pengaspalan jalan meliputi sub-base course (LPB), base course (LPA),
Prime Coat dan Surface Course ATB dengan tebal perkerasan 5 cm.

Foto 18. Konstruksi Parapet terletak di puncak dari bendungan pada


bagian hulu, memberikan rasa aman bagi pengunjung.

G. Pekerjaan Bangunan Pelimpah


G.1 Pekerjaan Tanah
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah pekerjaan galian tanah, galian
batuan lapuk dan galian batuan mekanis. Di dasar saluran peluncur
diberi material lulus air (free drain) yang berfungsi untuk melepas

E - 216
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

tekanan uplift. Pada tebing dari galian pelimpah ini akan dipasang
anchor bar dengan dia. 25 mm dan shotcrete setebal 5 cm dengan
diberi tulangan waremesh untuk perkuatan tebing yang ada.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Pelimpah ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan pengawasan
secara berkesinambungan antara lain adalah TA Bendungan, TA
Mekanika Tanah, TA Geologi, TA Geodesi, TA Konstruksi, TA
Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan Pengawas Pekerjaan.

Foto 19. Pelaksanaan galian tanah mekanis dengan cara peledakan.

E - 217
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 20. Tenaga Ahli Geologi akan selalu melakukan inspeksi pada
kondisi bantuan sebelum dilakukan tahapan selanjutnya. Akan
dilakukan mapping geologi untuk setiap lokasi.

Foto 21. Inspeksi pemasangan anchor bar pada tebing dari Spillway.

E - 218
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 22. Pemasangan pervorated drain pipe di bawah konstruksi slab


saluran transisi dan saluran peluncur, fungsi untuk me-release
tekanan air dari bawah (up-lift).

E - 219
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 23. Pengeboran pondasi untuk pasang ancor bar untuk slab.

G.2 Pekerjaan Pemboran dan Grouting


Pada posisi di bawah dari konstruksi pelimpah akan dilakasanakan
pengeboran dan grouting, yaitu sementasi tirai (curtain grouting) dengan
kedalaman sampai 20 m. Dilakukan juga kegiatan pengeboran inti untuk
eksplorasi (pilot hole & check hole) sedalam 20 m serta tes tekanan air
pada lubang bor tersebut untuk tes legeon atau permeabilitas.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Pemboran dan Grouting ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA
Bendungan, TA Geologi, TA Geodesi, TA Konstruksi, TA Supervisor
Konstruksi, TA Quality Control dan Pengawas Pekerjaan.

Foto 24. Pekerjaan sementasi tirai di lokasi depan dari konstruksi


Pelimpah.

G.3 Pekerjaan Beton dan Pasangan Batu

E - 220
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Volume pekerjaan beton di konstruksi pelimpah adalah cukup besar,


sekitar 12.000 m3 untuk total semua klas beton. Konstruksi pelimpah itu
sendiri terdiri dari pelimpah, saluran transisi, saluran peluncur dan
peredam energi tipe kolam olakan dibantu chute block.
Untuk perkuatan tebing bagian hulu dibuat dengan konstruksi pasangan
batu 1 : 3 dengan permukaan disiar dengan slope 1 : 1.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan beton


dan pasangan batu ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA
Bendungan, TA Mekanika Tanah, TA Geologi, TA Geodesi, TA
Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan
Pengawas Pekerjaan.

Foto 25. Joint inspection pada lokasi yang akan dilakukan pengecoran.

E - 221
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 26. Setelah joint inspection disetujui Konsultan Supervisi, maka


pelaksanaan pengecoran beton baru bisa dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana.

Foto 27. Perawatan beton dilakukan dengan meyiramkan air bersih


pada permukaan beton.

E - 222
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

G.4 Pekerjaan Jembatan Penghubung


Panjang jembatan penghubung ini adalah 59,80 m dengan konstruksi
beton bertulang memakai mutu beton K-225. Jembatan penghubung ini
mempunya lebar bersih 4 m dan diberi pengaman hand-rail dengan pipa
GSP dia. 75 mm. Permukaan dengan surface coarse ATB tebal 5 cm.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Jembatan Penghubung ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA Geodesi,
TA Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan
Pengawas Pekerjaan.

Foto 28. Inspeksi konstruksi akan dilakukan oleh Tenaga Ahli


Konstruksi, Supervisor Konstruksi bersama para Pengawas
Pekerjaan.

E - 223
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

H. Pekerjaan Hidromekanikal & Elektrikal


H.1 Pekerjaan Hidromekanikal
Pekerjaan yang masuk dalam kategori pekerjaan ini antara lain:
 Saringan sampah terapung (trashboom)
 Stoplog conduit pengelak, ukuran 2,5 m x 2,5 m, tipe pintu roller
wheel termasuk guide frame dan asesorisnya.
 Saringan sampah pengambilan, ukuran 3,0 m x 5,0 m.
 Pintu pemeliharaan, ukuran 1500 mm x 1500 mm
 Pintu sadap, ukuran 1500 mm x 1500 mm
 Traveling Hoist dengan chain hoist 5 Ton
 Pipa conduit baja dia. 1,50 m
 Pipa conduit baja dia. 0,80 m
 dan lain-lainnya

Foto 29. Pelaksanaan pemasangan branch pipe dari pipa pesat.

E - 224
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 30. Diskusi dan inspeksi di lapangan akan sering dilakukan oleh
para tenaga ahli dari Konsultan Supervisi PT. Wahana Krida
Konsulindo.

Foto 31. Pekerjaan erection pipa pesat di saluran pengelak.

E - 225
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto32. Inspeksi peralatan hidromekanikal yaitu pintu stoplog untuk


saluran pengelak/conduit.

H.2 Pekerjaan Elektrikal


Untuk pekerjaan elektrikal ini sebagian besar terdapat di Rumah
Katup/Rumah Intake. Pekerjaan elektrikal yang perlu dilakukan
pengawasan diantaranya:
 Generator kapasitas 75 kVA legkap dengan AMF,charger dan tangki
 KWH PLN (meteran) 3 Phase – 20 A
 Instalasi listrik lengkap dengan saklar, stop kontak dan lampu
 Panel induk dan lainnya

E - 226
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 33. Inspeksi dari peralatan elektrikal yang ada di Rumah Katup
akan dilakukan oleh M&E Engineer.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Mekanikal & Eletrikal ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA
Mekanikal & Elektrikal Engineer, TA Bendungan, TA Geodesi, TA
Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan
Pengawas Pekerjaan.

I. Pekerjaan Instrumentasi & Meteorologi


Instrumentasi adalah peralatan di dalam tubuh dan di sekitar tubuh
bendungan yang berfungsi untuk memonitor pergerakan dari tubuh
bendungan itu sendiri. Dari data-data hasil pencatatan peralatan
instrumentasi inilah kita dapat melakukan analisa-analisa yang terjadi di
dalam dan di sekitar tubuh bendungan, yang akhirnya kita bisa
menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk menjaga agar
bendungan beserta bangunan pelengkapnya dalam kondisi aman.

E - 227
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Peralatan instrumentasi yang akan dipasang pada Bendungan Pidekso


antara lain:
- BM : Bench Mark/Patok Tetap, ada 4 buah
- CS : Patok Geser Puncak Bendungan, ada 8 buah
- SS : patok Geser Lereng Bendungan, 14 buah
- FP : Piezometer Pneumatic, dipasang pada pondasi, 2 seksi
untuk 8 titik
- P : Piezometer Pneumatic, dipasang pada timbunan, 2 seksi
untuk 22 titik
- MS : Multilayer Settlement, 1 seksi untuk 14 titik
- OP : Piezometer Pipa Tegak Terbuka, 11 buah
- OW : Sumur Observasi, 4 buah
- W : V-Notch, pengukur rembesan, 1 buah
Rumah Instrumentasi terdapat 2 unit dan diletakkan di bagian hilir dari
tubuh bendungan. Alat pengukur rembesan V-Notch dipasang pada
posisi hili di sebelah kanan di sekitar Rumah Instrumentasi.

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Instrumentasi & Meterologi ini beberapa tenaga ahli yang akan
melakukan pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah
TA Instrumentasi, TA Bendungan, TA Geodesi, TA Konstruksi, TA
Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan Pengawas Pekerjaan.

E - 228
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 34. Inspeksi pemasangan instrumentasi yaitu multilayer settlement


point pada tubuh bendungan utama.

E - 229
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 35. Pengawasan langsung oleh Tenaga Ahli Instrumentasi pada


saat pemasangan piezometer peneumatic di lapangan.

J. Pekerjaan Relokasi Sal. Udara Tegangan Tinggi (SUTT)


Karena terkena dalam area genangan Waduk Pidekso, maka salah satu
pekerjaan yang akan dilakukan adalah pemindahan atau relokasi dari
Menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT). Jumlah Menara SUTT
yang harus dipindahkan adalah sebanyak 5 unit.

E - 230
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


relokasi SUTT ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA
Mekanikal & Elektrikal Engineer, TA Geodesi, TA Konstruksi, TA
Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan Pengawas Pekerjaan.

K. Pekerjaan Bangunan Fasilitas


Pada Bendungan Pidekso ini ada beberapa bangunan fasilitas yang
akan dibangun untuk mensuport kegiatan operasional dan pemeliharaan
dari Bendungan Pidekso ini.
Bangunan Fasilitas yang ada diantaranya adalah:
 Rumah Generator
 Rumah Dinas
 Rumah Jaga
 Rumah Menara Sadap
 Rumah Pintu Katup No. 1 dan No. 2.
 Gardu Pandang tipe joglo dengan ornamen Jawa Tengah
 Kantor Pengelola
 Mushala
 Peningakatan dan Pembuatan Jalan Masuk
 Peningkatan dan Pembuatan Jalan Relokasi
 Pembuatan Jembatan, lebar = 6 meter dan panjang = 5 meter
 Pasangan batu untuk Saluran Drainase & perlindungan lereng

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Bangunan Fasilitas ini beberapa tenaga ahli yang akan melakukan
pengawasan secara berkesinambungan antara lain adalah TA
Mekanikal & Elektrikal Engineer, TA Bendungan, TA Geodesi, TA
Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality Control dan
Pengawas Pekerjaan.

E - 231
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 36. Salah satu bangunan fasilitas, yaitu Rumah Instrumentasi.

L. Pekerjaan Lansekap dan Pembersihan Areal Genangan Waduk


Pekerjaan ini adalah bagian akhir dari pekerjaan yang akan dilakukan
pada tahapan konstruksi pembangunan Bendungan Pidekso. Kegiatan
yang akan dilakukan diantaranya adalah:
 Lansekap dan Taman
 Prasasti nama bendungan
 Maket bendungan skala proporsional (2 m x 2 m)
 Pembersihan tanaman daerah genangan sebelum imponding
 Patok pembebasan tanah, beton K-175

Dengan dipimpin oleh Team Leader pada pelaksanaan pekerjaan


Lansekap dan Pembersihan Areal Genangan Waduk ini beberapa
tenaga ahli yang akan melakukan pengawasan secara
berkesinambungan antara lain adalah TA Lingkungan, TA Bendungan,
TA Geodesi, TA Konstruksi, TA Supervisor Konstruksi, TA Quality
Control dan Pengawas Pekerjaan.

E - 232
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

M. Advance Engineering Konsultan Supervisi dari PT. Wahana Krida


Konsulindo

Dalam pelaksanaan pembangunan Bendungan Pidekso di Kab.


Wonogiri, Team Konsultan Supervisi dari PT. WAHANA KRIDA
KONSULINDO juga akan melakukan beberapa kajian teknis yang
menunjang untuk tahapan review desain. Kajian-kajian teknis tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kajian Teknis dari Tenaga Ahli Geodesi


Pemeriksaan ulang terhadap patok-patok tetap (BM) yang ada di
lapangan. Hal ini perlu dilakukan sebelum pekerjaan pengukuran
lainnya dilaksanakan dengan harapan agar tidak terjadi keraguan di
dalam pelaksanaan pengukuran selanjutnya. Untuk lebih
meyakinkan dalam pengukuran, patok-patok tetap yang ada dalam
gambar konstruksi Bendungan Pidekso akan di-cross-check dengan
patok-patok tetap yang ada pada satu bangunan pengairan yang
ada di sekitar lokasi rencana Bendungan Pidekso.

2. Kajian Teknis dari Tenaga Ahli Konstruksi


Konsultan Supervisi dalam hal ini akan dikoordinir oleh Tenaga Ahli
Konstruksi akan memeriksa ulang seluruh gambar konstruksi
termasuk gambar-gambar detilnya. Ii dilakukan supaya dalam proses
penggambaran gambar kerja oleh Kontraktor Pelaksana dapat
berjalan dengan lebih lancar dan tidak terjadi hal-hal yang
membingungkan.
Pemeriksaan ulang ini akan dilakukan dengan cara cross-check
antara gambar satu konstruksi dengan gambar konstruksi yang lain,
misalkan antara gambar saluran pengelak dengan gambar dari
bendungan utama.

E - 233
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

3. Pemeriksaan ulang untuk Spesifikasi Umum dan Spesifikasi


Teknis
Kadang banyak terjadi di dalam Spesifikasi Teknis yang diterima
Kontraktor Pelaksana, didapati dokumen yang tidak lengkap untuk
semua item-item pekerjaan yang akan dilaksanakan di lapangan.
Sehubungan dengan hal itu akan dilakukan pemeriksaan ulang
untuk item-item pekerjaan yang ada di dalam Spesifikasi Teknis. Hal
ini perlu dilakukan agar dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan,
semua item pekerjaan ada patokannya. Sehingga untuk Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Supervisi serta Direksi Pekerjaan mempunyai
pemahaman yang sama dalam setiap item pekerjaan yang akan
dilakukan di lapangan selama masa konstruksi.

4. Kajian teknis dari Tenaga Ahli Geologi


Dengan mempelajari Kerangka Acuan Kerja (KAK), Gambar-gambar
desain dan data-data lainnya dari dokumen perencanaan
pembangunan Bendungan Pidekso, berikut beberapa saran dari
Tenaga Ahli Geologi kami, diantaranya:
 Untuk pekerjaan Blanket atau Consolidation Grouting perlu
ditambahkan 1(satu) baris lagi, baik untuk posisi di bagian hulu
maupun di bagian hilir dari as bendungan. Hal ini dimaksudkan
agar semua lokasi pondasi yang masuk dalam area timbunan
zona-1 mempunyai konsolidasi/daya dukung yang baik untuk
menopang beban material di atasnya.

 Untuk material zona-5 yaitu Rip-rap, perlu dilakukan beberapa


tes laboratorium, diantaranya:
 Soundness Test
 Abrassion Test
 Compressive Strength Test

E - 234
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

 Untuk material zona-3 yaitu Transisi, perlu dilakukan beberapa


tes laboratorium, diantaranya:
 Soundness Test
 Gradation Test

 Setelah dilakukan pengupasan/penggalian pondasi khususnya di


lokasi zona-1, perlu dilakukan investigasi mengenai keberadaan
artesis. Jika hal ini didapatkan di lokasi tersebut maka perlu
dilakukan perbaikan pondasi dengan cara pengecoran dengan
dental concrete atau capping concrete serta pembuatan sum-pit
di beberapa tempat di luar lokasi zona-1 tersebut yang bertujuan
untuk menurunkan muka air yang ada serta tidak mengganggu
pelaksanaan timbunan zona-1 (inti clay).

 Konsultan Supervisi akan melakukan monitoring getaran akibat


pelaksanaan peledakan pada saat pekerjaan galian batuan
mekanis. Hal ini dilakukan dengan cara yang sederhana namun
sangat efektif yaitu dengan menempatkan kaca dengan ukuran
kira-kira 5 cm x 10 cm dengan tebal lebih kurang 3 mm di suatu
tempat/konsruksi yang sudah jadi dan yang paling dekat dengan
pelaksanaan pekerjaan peledakan tersebut.

E - 235
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Foto 37. Monitoring getaran/gerakan yang akibatkan retakan pada suatu


konstruksi.

5. Kajian Teknis dari Team Leader


Setelah mempelajari dokumen yang ada dalam Kerangka Acuan
Kerja (KAK) Pekerjaan Supervisi Pembangunan Waduk Pidekso di
Kab. Wonogiri (multi years) khususnya yang berhubungan dengan
rencana penugasan dari personil Konsultan Supervisi berikut
beberapa usulan dari Team Leader, antara lain:
 Tenaga Ahli Geologi, yang awalnya masa penugasan 20
bulan, diusulkan dirubah menjadi 36 bulan.
 Tenaga Ahli Konstruksi, yang awalnya masa penugasan 32
bulan, diusulkan dirubah menjadi 48 bulan.
 Tenaga Ahli Geodesi, yang awalnya masa penugasan 31
bulan, diusulkan dirubah menjadi 48 bulan.
 Asisten Tenaga Ahli Geologi, yang awalnya masa penugasan
20 bulan, diusulkan dirubah menjadi 36 bulan.

E - 236
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Usulan perubahan ini didasarkan pada kebutuhan di lapangan


khususnya untuk pengawasan dari pekerjaan pembangunan sebuah
bendungan, apalagi konstruksi bendungan yang cukup besar seperti
Bendungan Pidekso ini. Tenaga ahli-tenaga ahli yang diusulkan
perubahan masa penugasannya di atas dalam pelaksanaan
pengawasan pembangunan sebuah bendungan memegang peranan
penting.
Berikut alasan dari perubahan masa penugasan personil tersebut.
Tenaga Ahli Geologi akan mengikuti pelaksanaan penggalian di
semua lokasi yang ada. Setelah penggalian selesai dan dinyatakan
cukup untuk pondasi suatu konstruksi, Tenaga Ahli Geologi beserta
asistennya akan melakukan ”mapping batuan”. Data tersebut sangat
diperlukan jika di masa mendatang ada hal-hal yang tidak
diharapkan terjadi. Kondisi geologi tersebut akan menjadi parameter
pertama kali untuk menganalisa terjadinya kejadian yang tidak
diharapkan tersebut. Data geologi ini juga menjadi persyaratan
mutlak saat tahapan Sertifikasi Imponding.
Tenaga Ahli Konstruksi selama masa konstruksi pembangunan
Bendungan Pidekso harus mengikuti sampai seluruh konstruksi
selesai dilaksanakan. Tidak mungkin tenaga ahli tersebut
dipulangkan padahal pelaksanaan konstruksi masih berlangsung.
Hal ini juga sama kondisinya dengan Tenaga Ahli Geodesi. Tenaga
ahli ini harus mengikuti pekerjaan pengukuran sampai selesainya
konstruksi. Masalah ukuran sangat penting di dalam pengawasan
sebuah pembangunan suatu konstruksi.
Untuk tenaga ahli/pendukung dan tenaga penunjang lainnya tetap
seperti yang tercantum di dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
ada.

6. Kajian Teknis dari Tenaga Ahli Instrumentasi


Dalam pekerjaan peralatan instrumentasi ini diusulkan adanya
pemasangan peralatan Inclinometer, yaitu peralatan instrumentasi
yang dipakai untuk memonitor pergerakan horisontal dari tubuh

E - 237
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

bendungan khususnya setelah dilakukan pengenangan (imponding).


Peralatan Inclinometer tersebut dapat dijadikan satu penempatannya
dengan peralatan multilayer settlement point. Jumlah yang diusulkan
adalah 1 (satu) set peralatan Inclinometer beserta asesorisnya.

7. Form-form Pengawasan

Untuk lebih memperlancar jalannya pengawasan dari pekerjaan


yang akan dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana, berikut adalah form-
form pengawasan/supervisi yang akan dipakai di dalam pelaksanaan
pengawasan pekerjaan.

Form-form pengawasan..........................

5.11.5. Kontrol Pelaksanaan Program Keselamatan Konstruksi


Keselamatan dianggap sesuatu yang utama pada semua jenis pekerjaan
konstruksi. Konsultan Supervisi mengharuskan Kontraktor Pelaksana untuk
mengambil semua tindakan yang mungkin untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja maupun kejahatan-kejahatan terhadap area pekerjaan,
peralatan dan material, dan seluruh pekerja.
Kendali keselamatan pada masa konstruksi terdiri dan beberapa unsur
kegiatan sebagai berikut:

1. Orgasinasi Pengendalian Keselamatan (Safety Comitte)


2. Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan
3. Program Pengendalian Keselamatan

1. Organisasi Pengendalian Keselamatan


Kontraktor Pelaksana diwajibkan membentuk Organisasi Pengendalian
Keselamatan yang terdiri dan unsur Otoritas Keamanan, Pemilik
Proyek, Konsultan Supervisi dan Kontraktor Pelaksana. Kontraktor
Pelaksana juga menugaskan pelaksana senior mereka sebagai petugas
pengendali keselamatan. Pelaksana senior tersebut bertanggungjaawab
terhadap ketentuan Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana akan

E - 238
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

menyampaikan bagan organisasi pengendalian keselamatan dan


merinci program keselamatan kerja kepada pihak pemilik proyek untuk
dievaluasi.

2. Rapat Organisasi Pengendalian Keselamatan


Segera setelah pembentukan organisasi pengendalian keselamatan,
Konsultan Supervisi melaksanakan rapat organisasi yang dihadiri
semua unsur terkait diatas. Didalam rapat tersebut diuraikan
kondisi/informasi yang ada diiingkungan pekerjaan, sistem transportasi
pelaksanaan pekerjaan, prinsip pokok metode pelaksanaan pekerjaan
Kontraktor Pelaksana dan keselamatan lokal. Pengendali Keselamatan
dan pihak Kontraktor Pelaksana wajib menyampaikan ketersediaan
perangkat yang menunjang program keselamatan sesuai peraturan
yang berlaku di Indonesia.

3. Program Pengendalian Keselamatan


Program Pengendalian Keselamatan akan ditinjau oleh Konsultan
Supervisi. Program pengendalian keselamatan ini meliputi:
 Sarana transportasi menuju jalan umum,
 Pengendalian lalulintas di lokasi pekerjaan,
 Stabilitas alam dan lereng hasil galian,
 Pekerjaan konstruksi di/dalam air,
 Pekerjaan Pengelasan,
 Lampu kerja di malam hari,
 Pengendalian untuk meminimalkan dampak lingkungan sepanjang
masa pekerjaankonstruksi merupakan tujuan utama.

5.11.6. Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Investigasi tambahan


Seluruh kegiatan investigasi tambahan diluar volume yang tercantum
dalam Kerangka Acuan Kerja kegiatan “Supervisi Lanjutan Pembangunan
Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri” akan menjadi beban dan tanggung
jawab Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi hanya membantu pihak
Pemilik Proyek dalam memberikan saran dan pengawasan dan evaluasi
teknis.
Sepanjang pekerjaan investigasi tambahan dirasa pertu dan disetujui oleh
Pemilik Pekerjaan, maka Konsultan Supervisi akan membantu Pemilik

E - 239
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Proyek dalam pengawasan investigasi tambahan yang dilakukan oleh


Kontraktor Pelaksana menyangkut hal-hal sebagai berikut:
 Pencarian altenatif Borrow / Quarry Area
 Pencarian altenatif source material untuk pekerjaan beton, dan
 Hal-hal lain yang dipandang pertu oleh Pihak Pemilik
Konsultan Supervisi akan membantu pihak Pemilik Proyek dalam
pekerjaan-pekerjaan yang disebut diatas dengan tanggung jawab hasil
pekerjaan ada di pihak Kontraktor Pelaksana.

5.11.7. Inspeksi, Testing, dan Kontrol Pengiriman selama proses Fabrikasi


Salah satu tanggung jawab personil Konsultan Supervisi, dalam hal ini
Mekanikal & Elektrikal Engineer atau engineer lainnya, apabila dianggap
perlu oleh pihak Pemilik Proyek adalah mengadakan inspeksi, pengujian
dan monitoring selama proses pembuatan di tempat fabrikasi.
Konsultan Supervisi akan mengimplementasikan pekerjaan ini untuk
meyakinkan bahwa pekerjaan Kontraktor Pelaksana berasal dari sumber
yang memenuhi pekerjaan disyaratkan.

E.3. ORGANISASI dan PERSONIL


Berfungsinya sistem manajemen proyek sangat tergantung oleh struktur
organisasi yang jelas. Hubungan kerja diantara PU, Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana dan badan lain yang berkaitan dalam proyek pembangunan
Bendungan Pidekso ini dapat digambarkan pada Gambar 5.28 berikut.
Hubungan kerja yang jelas juga akan mempermudah Konsultan Supervisi
dalam menyiapkan berbagai prosedur, mendistribusikan berbagai informasi,
menyelenggarakan berbagai rapat yang dibutuhkan sepanjang periode pekerjaan.
Ketiga belah pihak utama dalam organisasi proyek terdiri dan BBWS Bengawan
Solo sebagai Pemilik/Engineer, Konsultan Supervisi sebagai Wakil Engineer
(Engineer Representative), dan Kontraktor Pelaksana sebagai Pelaksana.
Organisasi Konsultan Supervisi sebagai Wakil Engineer (Engineer
Representative) akan diuraikan secara detail pada Gambar 5.29. Secara singkat
organisasi Konsultan Supervisi akan dipimpin oleh seorang Team Leader yang

E - 240
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

membawahi berbagai tenaga ahli dengan berbagai keahlian yang dibutuhkan.


Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap tenaga ahli akan diuraikan dalam
bagian G.

E - 241
Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.35 Hubungan Kerja diantara Pemilik Pekerjaan, Konsultan Supervisi,


Kontraktor Pelaksana

PT Teknika Cipta Konsultan E - 242


Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

Gambar 5.36 Struktur Organisasi Penyedia Jasa

PT Teknika Cipta Konsultan E - 243


Dokumen Usulan Teknis
Bagian E
Supervisi Lanjutan Pembangunan Bendungan Pidekso, Kab. Wonogiri Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja

PT Teknika Cipta Konsultan E - 244

Anda mungkin juga menyukai