Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN BULAN VIII

INSPECTION ENGINEERING

PEKERJAAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN


PENGENDALI BANJIR AFVOUR WATUDAKON
KABUPATEN JOMBANG DAN MOJOKERTO

KONSULTAN SUPERVISI KONTRAKTOR


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat – Nya dan
anugerah – Nya, sehingga kami dapat menyampaikan Laporan Kegiatan Inspection
Engineer Bulan 8 (terakhir) kegiatan pada Konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir
Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto. Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Satuan Kerja Non Vertikal
Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Brantas, bermaksud untuk melaksanakan
Pengawasan Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto oleh Konsultan Supervisi PT.
Adhistitya Dharmatista – CV. Kautsar Susilo Adi (KSO) dengan nomer kontrak PB.03.01
– Am.07.1/336 Sumber Dana APBN Tahun Anggaran 2021. Jangka waktu pelaksanaan
255 hari kalender.

Sedangkan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh PT Sinar – Cipta, KSO dengan
nomer kontrak PB.02.01 – Am.07.1/328 Sumber Dana APBN Tahun Anggaran 2021.
Jangka waktu pelaksanaan 266 hari kalender.

Laporan ini berisi penjelasan pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Pembangunan


Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto.
Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan gambaran selama kegiatan
pelaksanaan pekerjaan ini berlangsung.

: PB.03.01-Am.07.1/336

Mojokerto, Desember 2021

Dwi Prasetyo, ME
Inspection Engineering

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………. i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum …………………………………………………………………….…..….. I - 1
1.2 Latar Belakang …………………………………………………….…………..... I - 2
1.3 Maksud dan Tujuan …………………………………………………….…….... I - 3
1.4 Sasaran Kegiatan ……………………………………………….……….……. I - 4
1.5 Lokasi Pekerjaan …………………………………….……………………….….. I - 7
1.6 Kondisi Afvour Watudakon ………………………………………………..…… I - 9

BAB II PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI


2.1 Prosedur Pelaksanaan Konstruksi di Lapangan …… ……….……………… II - 10
2.2 Tahapan Kegiatan Pengawasan ………….…………………………...……… II - 14
2.3 Tugas dan Jawab Inspection Engineering……………………….….….….… II - 20

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI


3.1 Kegiatan Joint Inspection (JI) ………………………………………………... III – 22
3.2 Test Kepadatan Tanah Dengan Sand Cone ………………………………... III - 23
3.3 Progres Kegiatan Konstruksi …………………………………………………. III – 24
3.4 Pelaksanaan Konstruksi Dilapangan ………………………………………… III - 24
3.5 Monitoring Keselamatan Kerja Konstruksi ….………………………………. III – 25

BAB IV RENCANA PROGRES


4.1 Rencana Progres Kegiatan Pekerjaan ………………………………………. IV - 28
4.2 Evaluasi Kegiatan ………………………………………………………………. IV - 28

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………….………………………… V - 31
5.2 Kendala ……………………………………………………….…………………. V - 32
5.3 Saran ……………………………………………………………………………. V – 33

LAMPIRAN

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. UMUM
Laporan Kegiatan Inspection Engineer Bulan 8 ini merupakan kegiatan
pelaksanaan yang terakhir sesuai dalam kontrak Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan
Kabupaten Mojokerto. Afvour Watudakon adalah sungai di Jawa Timur, yang
merupakan anak Sungai Brantas, alirannya melintasi wilayah Kabupaten
Jombang, Kabupaten Mojokerto, dan Kota Mojokerto. Afvour adalah sebutan
yang biasa digunakan untuk kali atau sungai-sungai yang ada di beberapa
daerah di Jawa Timur. Banjir terjadi setiap tahun pada area di sekitar aliran
sungai atau Afvour Watudakon, dimana sungai ini dikenal dengan nama Kali
Watudakon. Sehingga nama Afvour Watudakon akan disebut atau ditulis sebagai
Kali Watudakon. Demikian juga dengan afvour-afvour lain yang berada di
Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, akan disebut sebagai kali. Desa-
desa atau area di sekitar Kali Watudakon yang menjadi langganan banjir setiap
tahun diantaranya adalah:

A. Kabupaten Jombang:
1. Desa Jombok Kecamatan Kesamben
2. Desa Blimbing Kecamatan Kesamben
3. Desa Podoroto Kecamatan Kesamben
4. Desa Kedungmlati Kecamatan Kesamben
5. Desa Jombatan Kecamatan Kesamben
6. Desa Kedungbetik Kecamatan Kesamben
7. Desa Pojok Kulon Kecamatan Kesamben
8. Desa Ngrandu Lor Kecamatan Peterongan

B. Kabupaten Mojokerto
1. Desa Tempuran Kecamatan Sooko
2. Desa Ngingasrembyong Kecamatan Sooko

1
Banjir yang cukup parah terjadi pada awal puasa Ramadhan, awal Bulan Mei
2019 ini, dimana banjir terjadi untuk waktu yang cukup lama, yaitu sekitar satu
minggu. Berdasarkan hal tersebut di atas maka Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar
Wilayah Sungai Brantas melaksanakan penanganan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon di Kabupaten. Jombang dan Kabupaten Mojokerto.

1.2. LATAR BELAKANG


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik
Indonesia dalam hal ini, Direktorat Sumber Daya Air, salah satu fungsinya adalah
melaksanakan pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana Sumber Daya Air
di bidang pelaksanan jaringan sumber air untuk mendukung ketahanan pangan
dan ketahanan air nasional. Tahun Anggaran 2021 akan dilaksanakan pekerjaan
konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten
Jombang dan Kabupaten Mojokerto Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai
Besar Wilayah Sungai Brantas, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan
Jaringan Sumber Air Brantas, bermaksud untuk melaksanakan Pengawasan
Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto yang akan
dilaksanakan oleh Penyedia pekerjaan konstruksi. Untuk menjamin pelaksanaan
pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana mutu, biaya dan yang telah
ditetapkan di dalam kontrak jasa konstruksi, maka diperlukan adanya Tim
Konsultan supervisi yang bertugas sebagai pengawas pekerjaan konstruksi yang
berperan membantu Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan
Sumber Air Brantas didalam melaksanakan pengawasan teknis dan penjaminan
mutu teknis pada lokasi kegiatan yang sedang berlangsung. Tim Pengawas
Pekerjaan dimaksud, adalah Penyedia Jasa Konsultansi untuk pekerjaan
Pengawasan/ Pekerjaan Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon
Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto.

2
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pengadaan Penyedia Jasa Konsultansi, SNVT Pelaksanaan Jaringan
Sumber Air Brantas Kerangka Acuan Kerja Supervisi Pembangunan Pengendali
Banjir Afvour Watudakon PPK Sungai & Pantai III pengawasan pekerjaan
konstruksi ini, adalah untuk:

a. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam melakukan pengawasan pekerjaan


terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan oleh penyedia jasa
konstruksi, berhubung adanya keterbatasan tenaga pada satuan Kerja yang
bersangkutan, baik dari segi jumlah maupun dari segi kualifikasinya.

b. Membantu meminimalkan kendala teknis yang dihadapi oleh penyedia jasa


konstruksi di lapangan dalam menerapkan desain untuk memenuhi persyaratan
spesifikasi.

c. Memberi kepastian dan jaminan kepada Pengguna Jasa bahwa pekerjaan yang
dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi telah memenuhi persyaratan mutu
teknis sebagaimana yang tercantum dalam dokumen kontrak.

d. Membantu Pengguna Jasa dalam pengendalian pelaksanaan pekerjaan konstruksi,


apabila terdapat perbedaan interprestasi pasal-pasal dokumen kontrak dalam
penerapan dilapangan.

e. Membantu menyelesaikan revisi desain/ variasi kontrak, bilamana terdapat


perbedaan antara desain yang ada dengan kondisi dilapangan

Tujuan dari pekerjaan ini adalah membantu Pengguna Jasa dalam hal
pengendalian pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk mendapatkan hasil
pekerjaan konstruksi yang memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam
spesifikasi (tepat mutu), dan dilaksanakan secara tepat biaya serta tepat waktu
dengan memperhatikan aspek lingkungan. Dan penjaminan mutu teknis pekerjaan
konstruksi untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi persyaratan dalam
dokumen kontrak, guna menjamin ketersediaan infrastruktur Sumber Daya Air yang

3
handal dan berkelanjutan. Terwujudnya sarana sumber daya air yang handal,
berwawasan lingkungan dan berkeselamatan pada pekerjaan Pembangunan
Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten
Mojokerto

1.4. SASARAN KEGIATAN


Sasaran pekerjaan Supervisi Pekerjaan Pengawasan/ Pekerjaan Pembangunan
Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten
Mojokerto, membantu Pemerintah hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai
dengan jumlah dana yang dibayarkan, kualitas yang sesuai dengan syarat – syarat
dalam kontrak dan tepat waktu dalam pelaksanaan.

1.5. LOKASI KEGIATAN

Lokasi pekerjaan Pembangunan Pengendali Banjir Avfour Watudakon Kabupaten


Jombang Dan Kabupaten Mojokerto berada pada Desa Tempuran Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto dan Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.
Berikut gambaran lokasi pekerjaan :

Gambar 1 Lokasi Pekerjaan Avfour Watudakon

4
Gambar 2. Lokasi Pekerjaan Avfour Watudakon

1.7. GAMBARAN KONDISI KALI WATUDAKON

Lokasi kegiatan jasa Konsultansi ini berada di wilayah Kabupaten Jombang,


Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur.Kali Watudakon
berada di antara Kali Brantas dan Kali Ngotok, menyeberangi Kali Brantas
melalui bangunan siphon dan bermuara di Kali Mas/Surabaya, seperti dapat
dilihat pada Gambar 2.

Berdasarkan informasi yang bersumber dari laman/situs


https://www.facebook.com/ 2016135171946766/posts/sipon-watudakon-
mojokertokonsesi-pembangunan-jaman-kolonialmojokerto-jaman-
kolon/2022305957996354/ diperoleh informasi mengenai sejarah pembangunan
siphon yang menghubungkan Kali Watudakon di sisi Selatan Kali Brantas
dengan Kali buatan yaitu Kali Pagerluyung yang berada daerah Gedeg di bagian
Utara Kali Brantas hingga ke Kali Mas.

Bangunan siphon yang menyeberangkan aliran Kali Watudakon di bawah Kali


Brantas itu (selanjutnya disebut Siphon Watudakon) dibangun dengan biaya dari
Suiker Fabriek Bond atau Asosiasi Pabrik Gula pada masa kolonial Belanda.

Pada awal pergantian abad 20, kebijakan ekonomi pemerintah kolonial Belanda
berubah menjadi lebih terbuka bahkan cenderung liberal. Perusahaan swasta
yang bergerak di sektor perkebunan tumbuh pesat. Di Mojokerto para investor

5
mendirikan beberapa pabrik gula, selain itu juga berdiri kebun teh di daerah
Pacet. Dengan adanya industri perkebunan itu, kebutuhan lahan pertanian di
Mojokerto meningkat seiring berdirinya pabrik gula. Di berbagai lahan pertanian
yang ada berubah dari tanaman palawija menjadi tanaman tebu untuk menyuplai
lebih kurang 10 pabrik gula di sekitar lokasi ini. Kebutuhan bahan baku ternyata
belum bisa mencukupi kapasitas produksi pabrik yang mulai menggunakan
tenaga uap tersebut. Oleh karenanya dibutuhkan lahan baru yang ijin sewanya
dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Menghadapi tuntutan para investor pabrik itu, pemerintah kolonial tidak begitu
saja meluluskannya. Pemerintah menghendaki ada timbal balik dari ijin sewa
yang dikeluarkannya. Untuk mengurangi banjir tahunan di kota Mojokerto,
pemerintah meminta agar para investor pabrik itu mau berperan serta. Setelah
diadakan negosiasi maka dibuatlah kesepakatan bahwa pemerintah mengijinkan
sewa lahan dan Suiker Fabriek Bond membangun saluran irigasi, termasuk
bangunan Siphon Watudakon.

Secara teknis untuk membuang air dari muara Kali Watudakon memang sulit.
Daerahnya lebih rendah dari permukaan air banjir Kali Brantas dan Kali Ngotok.
Alternatif penanganan yang dipilih adalah membuang air ke daerah lain yang
lebih rendah yang salah satunya terdapat di daerah Utara yaitu daerah Kedung
Sumur, Desa Canggu Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Di Kedung Sumur
ini terdapat Kali Mas/ Surabaya yang permukaan airnya lebih rendah dari area
muara Kali Watudakon. Untuk mengalirkan air dari daerah rawan banjir ini, perlu
dibuat bangunan air menembus bawah Kali Brantas. Bangunan untuk
mengalirkan air melewati bagian bawah Kali Brantas ini disebut Siphon
Watudakon. Dari siphon ini air dialirkan melalui Kali Pagerluyung menuju ke Kali
Mas, di hulu muara Kali Marmoyo.
Setelah Siphon Watudakon selesai dibuat maka bukan hanya persoalan banjir di
Kota Mojokerto yang teratasi, masalah kekeringan lahan di wilayah Gedeg juga
terpecahkan. Daerah di Utara Kali Brantas memang dikenal sebagai lahan tadah
hujan. Dengan adanya tambahan lahan pertanian di dua lokasi (di Selatan dan
Utara Kali Brantas), yang lebih diuntungkan tentu saja pabrik gula Gempolkrep
yang ada di wilayah tersebut. Dengan adanya Siphon Watudakon ini, aliran air
yang semula menuju ke Kali Ngotok, dari daerah muara Kali Watudakon di desa
Pulorejo Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto digeser menuju ke daerah
Tempuran dan diteruskan ke Siphon Watudakon. Hubungan antara Kali
Watudakon dengan Kali Ngotok diputus di Desa Pulorejo seperti pada skema
sistim jaringan Afvour Kalidakon (Gambar 2.9).

6
Mengingat pentingnya fungsi Siphon Watudakon dan saluran pengantarnya bagi
daerah di Selatan Kali Brantas ini, maka adanya gangguan aliran air pada badan
kali di sekitar daerah yang rendah ini akan dapat mengakibatkan terjadinya banjir
yang merugikan masyarakat sekitar seperti yang terjadi pada awal Bulan Mei
2019 dimana air banjir menggenangi area permukiman yang cukup luas dengan
durasi yang cukup lama (lebih dari satu minggu).

7
BAB II PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI

2.1. PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI PEKERJAAN

1. Mutual Chek Pengukuran Lokasi Pekerjaan :


 Pembuatan patok tetap sebagai titik ikat untuk menentukan tata letak
bangunan dengan pedoman patok referensi tersedia disekitar lokasi.
 Penentuan tata letak bangunan dengan pedoman patok tetap dengan tetap
mengacu tata letak sisa bangunan lama.
 Pengukuran topografi kondisi sesungguhnya areal letak rencana bangunan.
 Koreksi data ukur dan gambar ukur hasil mutual check pengukuran
topografi.

2. Gambar Dan Perhitungan Mutual Chek Awal :


 Ploting tata letak, profil memanjang dan melintang rencana bangunan
mengacu gambar kontrak pada gambar pengukuran sebagai gambar
mutual check awal.
 Gambar detail potongan komponen bangunan dengan berpedoman gambar
mutual check awal sebagai dasar perhitungan mutual check awal.
 Hasil perhitungan mutual check awal dituangkan dalam rencana anggaran
terkoreksi, dimana nilai biayanya seimbang dan dituangkan pada
addendum awal.

3. Pengajuan Ijin Pelaksanaan


 Penyedia Jasa Konstruksi menyusun rencana tahapan pelaksanaan
terperinci sesuai urutan teknis pelaksanaan mengacu kepada metode
pelaksanaan.
 Lampirkan hasil uji kualitas paling mutakhir sesuai prosedur dan
persyaratan teknis tercantum dalam spesifikasi.

8
 Lampirkan foto dokumentasi saat awal, selama dan akhir pelaksanaan dari
titik dan sisi serupa sehingga mudah dibedakan perkembangan
prestasinya.
 Hasil volume pekerjaan minggu tersebut diakumulasikan sehingga dapat
dipakai sebagai dasar evaluasi penyelesaian pekerjaan keseluruhan.

4. Monitoring Hasil Pekerjaan Konstruksi :


 Ploting item jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada gambar denah,
potongan memanjang dan melintang dengan warna tertentu, dilengkapi
penjelasan estimasi akumulasi volume, dimensi dan elevasi sesuai saat
pencatatan.
 Lampiran hasil uji kualitas paling mutakhir sesuai prosedur dan persyaratan
teknis yang tercantum dalam spesifikasi.
 Lampiran foto dokumentasi saat awal, selama dan akhir pelaksanaan dari
titik dan sisi serupa sehingga mudah dibedakan perkembangan
prestasinya.
 Hasil volume pekerjaan minggu tersebut diakumulasikan sehingga dapat
dipakai sebagai dasar evaluasi penyelesaian pekerjaan/ keseluruhan.
 Estimasi volume dapat diperhitungkan berdasarkan metode sebagai berikut
:
 Volume mortar beton ready mix terkirim dari Site plant ke lapangan.
 Volume pasangan berdasarkan jumlah material, tenaga, mortar terpakai.
 Volume galian tanah berdasarkan kapasitas dan waktu kerja alat berat.
 Volume timbunan tanah berdasarkan luas areal kerja dan ketebalan
lapisan.

5. Penilaian Hasil Prestasi Pekerjaan Konstruksi :


 Ploting item jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada gambar denah,
potongan memanjang dan melintang dengan warna tertentu, dilengkapi
penjelasan perhitungan volume, dimensi dan elevasi berpedoman pada
pengukuran langsung.

9
 Buat irisan-irisan vertical melintang komponen bangunan yang dinilai
prestasinya sedemikian rupa secara terperinci dan seteliti mungkin,
sehingga dapat dipakai sekaligus untuk menghitung volume semua jenis
item pekerjaan yang berkaitan.
 Volume harus diukur secara akurat berdasarkan dimensi dan elevasi
pekerjaan hasil terpasang, serta pengukuran langsung dilapangan.
 Hitung total luas masing-masing jenis item pekerjaan yang dijadikan
prestasi, sehingga volume bagian bangunan diantara dua irisan berdekatan
bisa didapat dan dicatat dalam lembar detail perhitungan dilengkapi gambar
sketsa irisan-irisan.
 Hasil perhitungan volume pekerjaan yang diprestasikan dimasukan
kedalam formulir hasil prestasi bulanan, dilampiri lembar perhitungan detail
dan dimintakan persetujuan dari Direksi setelah diverifikasi oleh Konsultan
Supervisi.
 Lampirkan hasil uji kualitas paling mutakhir sesuai prosedur dan
persyaratan teknis tercantum dalam spesifikasi.
 Lampirkan foto dokumentasi saat awal, selama dan akhir pelaksanaan dari
titik dan sisi serupa sehingga mudah dibedakan perkembangan
prestasinya.
 Direksi menerbitkan Sertifikat Prestasi Pekerjaan dilampiri perhitungan
volume pekerjaan terpasang dan penilaian uji kualitas setelah dikoreksi Tim
Konsultan.

6. Pengujian Mutu Bahan dan Material


 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi melakukan pengambilan contoh
bahan dilokasi tambang material dan dibawa ke Laboratorium untuk
pengujian mutu, didampingi wakil Direksi pekerjaan konstruksi dan wakil
Tim Konsultan Supervisi
 Selama proses pengujian berlangsung diupayakan disaksikan bersama-
sama, sampai selesainya pengujian dan mendapatkan laporan hasil
pengujian mutu.

10
 Hasil uji mutu tersebut dievalusi untuk mendapatkan rekomendasi oleh Tim
Konsultan Supervisi sesuai persyaratan spesifikasi teknis, untuk
selanjutnya mendapatkan persetujuan Direksi.
 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi melakukan pengujian mutu, dan
peninjauan produk ke pabrik pembuat Mini Pile yang akan dipergunakan
dalam pelaksanaan di lapangan nanti dan didampingi wakil Direksi
pekerjaan konstruksi dan wakil Tim Konsultan Supervisi

7. Pengujian Mutu Mortar Beton dan Pasangan


 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi melakukan contoh mortar komposisi
tertentu sebagai design mix dan dibawa ke Laboratorium untuk pengujian
mutu, didampingi wakil Direksi pekerjaan konstruksi dan wakil Tim
Konsultan Supervisi.
 Selama proses pengujian mutu mortar berlangsung diupayakan disaksikan
bersama, sampai selesainya pengujian dan mendapatkan hasil akhir.
 Hasil uji mutu mortar komposisi terterntu tersebut dievalusi untuk
mendapatkan rekomendasi oleh Tim Konsultan Supervisi sesuai
persyaratan spesifikasi teknis sebagai acuan komposisi bahan mortar beton
ready mix, selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
 Pengambilan contoh mortar beton secara acak setiap volume minimum 100
m3 harus selalu dilakukan selama pekerjaan berlangsung, selanjutnya
dilakukan uji mutu kekentalan dan kekuatan tekan sesuai persyaratan
spesifikasi teknis.
 Pengambilan contoh mortar pasangan secara acak setiap volume tertentu
harus selalu dilakukan selama pekerjaan berlangsung, selanjutnya
dilakukan uji mutu kekentalan dan kekuatan tekan sesuai persyaratan
spesifikasi teknis.
 Pengujian beton juga dilakukan setelah dilakukan pengecoran pada
bangunan Dinding Penahan Tanah (DPT) untuk mengetahui kualitas beton
yang dikerjakan oleh penyedia jasa.

11
8. Pengujian Kepadatan Timbunan
Sebelum pelaksananan urugan dan timbunan dilokasi yang ditunjukan pada
gambar pelaksanaan, maka dilakukan prosedur yang ditempuh sebagai
berikut:
a) Percobaan pemadatan lapangan.
 Konfigurasi berat alat pemadat, minimal 8 ton.
 Jumlah minimal lintasan 4 kali.
 Jumlah kadar air ideal, diuji dengan Speedy Test.
 Maksimal tebal lapisan tanah hamparan 40 cm.
 Pengambilan contoh uji lapisan tanah yang telah padat.
 Test Standard Proctor ulang kepadatan lapisan tanah.
b) Pelaksanaan Pemadatan Lapangan.
 Metode percobaan pemadatan dipakai sebagai acuan.
 Penghamparan lapisan terakhir maksimal 30 cm.
 Pengambilan contoh uji lapisan tanah yang telah padat setiap 5.000 m2
c) Test Sandcone
− Test Sandcone pada tanah dilakukan untuk mengtahui kepadatan tanah
ditempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang dipadatkan. Alat yang
diuraikan disini hanya terbatas untuk tanah yang mengandung butiran
kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan lapangan adalah berat kering
persatuan isi.

9. Pemeriksaan Kelengkapan Peralatan


Pemeriksaan kelengkapan atau kelayakan peralatan yang akan dipergunakan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk mendukung dalam pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.

2.2. TAHAPAN KEGIATAN PENGAWASAN KONSTRUKSI


Tahapan kegiatan Supervisi Konstruksi dapat disusun berdasarkan sistematika
yang dirangkum secara bertahap sebagai berikut :

12
a) Tahap Persiapan
1. Pemeriksaan Metode dan Rencana Kerja Kontraktor
Kelayakan teknis metode dan rencana kerja Kontraktor untuk pelaksanaan
pekerjaan konstruksi perlu dikaji dan diperiksa secara teliti dan hati-hati,
sebagai bukti justifikasi bahwa target dan sasaran kegiatan tersebut dapat
tercapai sesuai dengan persyaratan teknis dan administrasi Kontrak.
Impelentasi kegiatan ini antara lain memberikan tanggapan dan
rekomendasi terhadap metode pelaksanaan dalam Pre Construction Meting
yang dipresentasikan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi.
Pemeriksaan meliputi:
 Memeriksa / mengoreksi metode dan jadwal pelaksanaan konstruksi.
 Menyiapkan network planning bersama penyedia jasa konstruksi.
 Mengevaluasi prosedur dan metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
 Pengarahan prosedur dan metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
 Identifikasi indikasi permasalahan dan hambatan pelaksanaan.
 Usulan teknis penanganan permasalahan dan hambatan.
 Pencegahan penyimpangan standar prosedur dan spesifikasi
pelaksanaan.

b) Tahap Modifikasi Desain


1. Kajian Permasalahan
Permasalahan lapangan diinventarisasi dalam survei awal dan dimonitor
dalam laporan harian dan mingguan, kemudian dikaji untuk diselesaikan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Permasalahan yang tidak
dapat diselesaikan oleh pengawas, kemudian ditinjau dan dicermati oleh
Tim Konsultan Supervisi, kemudian ditindaklanjuti cara penyelesaiannya.

2. Penyesuaian Desain
Penyesuaian desain dan kajian teknis terhadap perubahan-perubahan jenis
pekerjaan sesuai kondisi lapangan dan bila dipandang perlu saran review

13
Tim Konsultan Supervisi dapat dilaksanakan. Adapun tugas Konsultan pada
penyesuaian desain adalah melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Meneliti dan memberi masukan tentang kesesuaian desain dengan
keadaan lapangan kepada pemilik pekerjaan.
 Menyiapkan data pendukung (data ukur, dll) yang dibutuhkan dalam
rangka review desain sesuai kebutuhan lapangan.
 Menyiapkan konsep penyesuaian desain sesuai dengan
kebutuhan/kondisi lapangan.

c) Tahap pengawasan Konstruksi


1. Pengawasan Pengukuran awal, Shop Drawing dan AsBuilt Drawing
Pemeriksaan pengukuran dilaksanakan dalam bentuk:
 Joint survei untuk penentuan lay out rencana bangunan dan cross
check kondisi topografi lapangan tapak bangunan.
 Joint survei dan cross check dimensi dan elevasi bangunan yang telah
selesai dilaksanakan.
Adapun tugas Konsultan Supervisi pada pemeriksaan pengukuran, antara
lain:
 Mengecek alat ukur yang telah dikalibrasi sebelum digunakan.
 Melaksanakan survei lapangan dalam rangka perhitungan. Mutual Chek
(pengukuran, perhitungan volume beserta backupnya, penyiapan berita
acara) bersama penyedia jasa konstruksi.
 Memeriksa data elevasi/koordinat pada patok-patok pembantu.
 Memeriksa penerapan seluruh elevasi dan dimensi bangunan dari
gambar pelaksanaan (construction drawing/shop drawing) ke situasi
sesungguhnya di lapangan (kondisi alami).
 Mengecek tingkat ketepatan bidang bekisting sebelum pengecoran
konstruksi beton.
Adapun tugas Konsultan Supervisi pemeriksaan gambar shop drawing
dan as built drawing, antara lain :
 Gambar denah bangunan.

14
 Gambar profil memanjang dan melintang bangunan.
 Gambar detail irisan melintang bangunan.
 Perhitungan aritmatik kuantitas.
 Foto dokumentasi sebelum dan sesudah pelaksanaan.

2. Pengawasan Konstruksi
Melakukan pengawasan pelaksanaan konstruksi, antara lain :
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan, spesifikasi
teknik dan desain sebagaimana ditentukan dalam dokumen kontrak
pekerjaan konstruksi.
 Menyusun Standar Operasi Prosedur (SOP) pelaksanaan konstruksi.
 Memeriksa dan mengesahkan laporan harian, laporan mingguan dan
laporan bulanan yang dibuat, oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
 Memberi masukan lisan/tertulis secara pro aktif, akurat dan tepat
kepada direksi atau pemilik pekerjaan dalam rangka memperoleh
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
 Mengevaluasi program harian, mingguan penyedian jasa konstruksi
serta memberikan ijin lingkup pekerjaan per minggu sesuai jadwal
pelaksanaan.
 Melaksanakan sosialisasi spesifikasi teknis yang tercantum dalam
kontrak kepada seluruh personil teknis penyedia jasa konstruksi.
 Melaksanakan dan menerapkan tata cara, prosedur, mekanisme
pelaksanaan yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Mutu
Kontrak (RPMK) dan hasilnya dilaporkan kepada direksi pekerjaan.
 Melaksanakan tugas supervisi sesuai dengan standar prosedur
pengawasan yang berlaku yang telah dijabarkan dalam Kerangka
Acuan Kerja.
 Melakukan monitoring dan pengecekan secara terus-menerus
sehubungan dengan pengendalian mutu dan volume pekerjaan serta

15
menandatangani laporan bulanan, apabila pelaksanaan pekerjaan telah
memenuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan.
 Konsultan Pengawas harus melaporkan secara tertulis kepada pemilik
pekerjaan apabila terjadi adanya penyimpangan-penyimpangan dari
ketentuan dan persyaratan teknis, dengan tembusan kepada penyedia
jasa konstruksi.
 Melaporkan kepada Pemilik Pekerjaan masalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan termasuk keterlambatan pencapain target fisik,
serta mengusulkan upaya penanggulangan dan tindak turun tangan
yang diperlukan, dan membantu Pemilik Pekerjaan menyiapkan konsep
teguran terhadap Penyedia Jasa Konstruksi.
 Melaporkan dan mencatat pemakaian bahan yang diperlukan, jumlah
tenaga dan alat yang dipergunakan.
 Membantu Pemilik Pekerjaan dalam pelaksanaan penyerahan pertama
pekerjaan/ Previsional Hand Over (PHO).

3. Pengukuran hasil pelaksanaan pekerjaan (opname)


Pengukuran hasil pelaksanaan pekerjaan (opname), antara lain :
 Memeriksa buku ukur dan kelengkapan dokumentasi pengukuran yang
dibuat oleh penyedia jasa konstruksi.
 Memeriksa secara cermat hasil pengukuran dan perhitungan volume,
apabila sudah benar bisa menyetujui semua hasil perhitungan volume
tersebut dalam rangka pembayaran / termijn pekerjaan konstruksi.
Tahap kegiatan pemeriksaan akhir pekerjaan merupakan hasil dari
rangkaian pelaksanaan tahap kegiatan pelaksanaan konstruksi dengan
memberikan keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, antara lain :
 Rangkuman final kalkulasi kuantitas jenis item pekerjaan konstruksi
terpasang dituangkan pada gambar akhir pelaksanaan berdasarkan
lembar kalkulasi terperinci merupakan bagian Mutual Check Akhir.

16
 Evaluasi final kualitas pekerjaan konstruksi meliputi rangkuman hasil uji
kualitas dan kesimpulan akhir kualitas konstruksi bangunan, sebagai
persyaratan teknis Penyerahan Pertama Hasil Pelaksanaan Konstruksi
kepada Pengguna Jasa.
 Evaluasi final estetika hasil pekerjaan konstruksi dan kesimpulan akhir
penampilan konstruksi guna penyempurnaan pada masa pemeliharan.
 Verifikasi dan klarifikasi dokumen-dokumen pendukung pembayaran
tahap Penyerahan Pertama Hasil Pelaksanaan Konstruksi.

d) Rapat Koordinasi dan Diskusi


1. Rapat Koordinasi
Koordinasi ekstern maupun intern memegang peranan penting dalam
kegiatan pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengenalan, kunjungan,
diskusi dan rapat koordinasi, mencakup antara lain sebagai berikut :
− Rapat koordinasi kaitannya dengan perubahan desain maupun program
kegiatan yang dinilai sangat penting dilaksanakan dikantor Balai Besar
Wilayah Sungai Brantas, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Brantas Jalan Menganti No. 312
Wiyung Surabaya.
 Untuk rapat koordinasi sifatnya kegiatan teknis konstruksi dilaksanakan
di kantor direksi keet sekaligus pemantauan progress kegiatan
pekerjaan lapangan menyangkut masalah teknis dan non teknis.
 Memahami dan mendalami hubungan institusi antara Pengguna Jasa
dengan pihak instansi terkait antara lain mencakup Lembaga
Pemerintahan Daerah dan Lingkungan sehingga bila dijumpai
permasalahan dapat ikut mencarikan jalan keluarnya berdasarkan
Peraturan dan Perundangan yang berlaku.
 Pendampingan Tim Konsultan dalam kegiatan sosialisasi ke setiap
wilayah Pemerintahan Desa dan Kecamatan setempat merupakan
bentuk pembantuan Tim Konsultan kepada Wakil Pengguna Jasa.

17
 Kehadiran Tim Konsultan dalam Rapat Koordinasi Evaluasi
Pelaksanaan Konstruksi untuk memberikan laporan teknis dan
masukan dalam rangka pengendalian pelaksanaan konstruksi
merupakan bentuk pembantuan Tim Konsultan kepada Pengguna Jasa.
Rapat koordinasi secara periodik baik harian, mingguan ataupun rapat
bulanan dilakukan sesuai kebutuhan, antara lain dalam bentuk :
 Rapat dengan Direksi dan Kontraktor mengenai: organisasi proyek,
dokumen kontrak, program kerja, metode pelaksanaan, material,
tenaga, peralatan, pelaksanaan uji di lapangan dll pengaturan yang
diperlukan.
 Rapat dengan Desa Tempuran Kabupaten Mojokerto dan Desa
Blimbing Kabupaten Jombang kaitannya dengan usulan lokasi yang
mengalami genangan pada waktu banjir di sawahnya dan rumahnya.
 Pengecekan bersama kondisi lapangan sebagai masukan kemudian di
usulkan kepada PPK Sungai & Pantai untuk mendapat persetujuan
sebelum pekerjaan dimulai.

2.3. Tugas dan Tanggung Jawab Inspection Engineering


Tugas dan kewajiban dari Inspection Engineer sebagai berikut :
a) Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk setiap
pelaksanaan, pengukuran, dan rekayasa lapangan yang dilakukan Pelaksana
dan menyampaikan laporan kepada PPK sehingga dapat dilakukan dengan
cepat keputusan – keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
rekayasa terperinci lainnya;
b) Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi secara teratur
dan memeriksa pekerjaan pada semua lokasi di lapangan dimana pekerjaan
konstruksi sedang dilaksanakan serta memberi penjelasan tertulis kepada
Pelaksana mengenai apa yang sebenarnya dituntut dalam pekerjaan tersebut,
bila dalam kontrak hanya dinyatakan secara umum;

18
c) Memastikan bahwa pelaksana memahami Dokumen Kontrak secara benar,
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar –
gambar, dan pelaksana menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat
dan cocok dengan keadaan lapangan untuk berbagai macam kegiatan
pekerjaan;
d) Membuat rekomendasi kepada PPK untuk menerima atau menolak pekerjaan
dan material;
e) Mengkoordinasikan pencatatan kemajuan pekerjaan setiap hari yang dicapai
Pelaksana pada lembar kemajuan pekerjaan (progress schedule) yang telah
disetujui;
f) Memonitor dan mengevaluasi secara seksama kemajuan dari semua
pekerjaan dan melaporkannya segera/tepat waktu kepada PPK bila kemajuan
pekerjaan terlambat sebagaimana tercantum pada buku Spesikasi Umum dan
hal itu benar – benar berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian yang
direncanakan. Dalam hal demikian, maka Supervision Engineer juga membuat
rekomendasi secara tertulis bagaimana caranya untuk mengejar
keterlambatan tersebut;
g) Memeriksa dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran setiap pekerjaan
yang telah selesai yarig disampaikan oleh Quantity Engineer,
h) Menjamin bahwa sebelum pelaksana diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan
berikutnya, maka pekerjaan – pekerjaan sebelumnya yang akan tertutup atau
menjadi tidak tampak harus sudah diperiksa dan diuji serta sudah memenuhi
persyaratan dalam Dokumen Kontrak;
i) Memberi rekomendasi kepada PPK menyangkut mutu dan jumlah pekerjaan
yang telah selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap bukti pembayaran
bulanan Pelaksana;
j) Mengkoordinasikan perhitungan dan pembuatan sketsa – sketsa yang benar
untuk bahan PPK pada setiap lokasi pekerjaan;
k) Mengawasi dan memeriksa pembuatan Gambar Sebenarnya Terbangun/
Terpasang (as-built drawings) dan megupayakan agar semua gambar tersebut
dapat diselesaikan sebelum Penyerahan Pertama Pekerjaan (PHO);

19
l) Memeriksa dengan teliti dan seksama setiap gambar – gambar kerja dan
Analisa atau perhitungan konstruksi dan kuantitasnya, yang dibuat oleh
Pelaksana sebelum pelaksanaan;
m) Melakukan inspeksi secara teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi pekerjaan dalam kontrak membuat laporan kepada PPK terhadap hasil
inspeksi lapangan;
n) Memberi rekomendasi kepada PPK hasil penjaminan mutu dan keluaran hasil
pekerjaan serta pemenuhan tingkat layanan jalan terkait dengan usulan
pembayaran yang diajukan Pelaksana;
o) Mengkoordinasikan pembuatan laporan – laporan mengenai kemajuan fisik
dan keuangan proyek yang ada dibawah wewenangnya dan menyerahkan
kepada PPK serta instansi lain yang terkait tepat pada waktunya; dan
p) Menyusun/memelihara arsip korespondensi kegiatan, laporan harian laporan
mingguan, bagan kemajuan pekerjaan, pengukuran
q) Pembayaran, gambar desain, laporan hasil inspeksi lapangan, dan lainnya.

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI

3.1 KEGIATAN JOINT INSPECTION (JI)


Yang dimaksud dengan kegiatan JI adalah kegiatan pengecekan langsung
dilapangan pekerjaan yang akan dilaksanakan antara lain :
 Pekerjaan Peninggian Tanggul Kanan dan Kiri Kali Jombok dengan
mendatangkan tanah dari luar (Quarry) setelah mendapatkan persetujuan
Direksi dan Konsultan Supervisi.
 Proses pemadatan tanggul dengan Buldozer untuk diratakan kemudian
dipadatkan setiap 30 cm dengan Vibrator Roller pada lapisan tanah yang
dipadatkan dilakukan test kepadatan tanah dengan Sand Cone dilakukan
bersama pengawas lapangan dan konsultan supervisi dan direksi pekerjaan
dari Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas.

20
 Pekerjaan pemasangan bronjong dan pembesian tulangan untuk konstruksi
dinding penahan tanah (DPT) Kali Balongkray serta Sungai Watudakon
sebelum dilakukan pengecoran beton K.300 pada pondasi DPT dan dinding
tegaknya, untuk mengetahui jarak tulangan pokok dan tulangan bagi sudah
sesuai dengan desain, setelah dilakukan Joint Inspection penyedia jasa di
ijinkan untuk melaksanakan pengecoran beton K. 300 adapun kegiatan
Joint Inspection dilaksanakan oleh Konsultan Supervisi dan Pelaksana
pekerjaan dilapangan sebagai wakil dari Penyedia Jasa dan Satuan Kerja
Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Brantas Balai
Besar Wilayah Sungai Brantas.
 Untuk pengecoran beton K.300 semua dinding penahan tanah (DPT)
terlebih dahulu dilakukan Joint Inspection semua pembesian baik untuk
pondasi maupun dinding tegak kaitannya dengan jarak tulangan melintang
dan memanjangnya juga diameter besi tulangan, dan penyedia jasa tidak di
ijinkan untuk order beton sebelum Joint Inspection dilaksanakan sesuai
dengan desain dinding penahan tanah (DPT).

3.2 TEST KEPADATAN TANAH DENGAN SAND CONE

Sand Cone Test adalah pemeriksaan kepadatan tanah dilapangan dengan


menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan tanah yang
mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat
sehingga dapat mengali dengan bebas. Pasir Ottawa yang digunakan
adalah lolos saringan no. 10 dan tertahan di saringan no. 200. Metode ini
hanya terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu antara 10 – 15 cm.
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori –
pori tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang dilakukan
atau digunakan dilapangan dengan menggilas, sedangkan di laboratorium
dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan tergantung pada
kadar air, meskipun digunakan energy yang sama, nilai kepadatan yang
akan diperoleh akan berbeda – beda. Pada kadar air yang cukup rendah

21
tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yang cukup tinggi nilai
kepadatannyanakan menurun sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga
air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan. Pada pemadatan dengan
kadar air yang berbeda – beda akan didapat nilai kepadatan yang berbeda
22 pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling
padat (angka pori yang paling rendah) Kadar air dimana tanah mencapai
keadaan yang paling padat disebut kadar air optimum. Satu hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan
lapangan (berat isi kering) Karena walaupun nilai CBR (California Bearing
Ratio) telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisan nya masih
belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi
penyebaran beban ke lapis tanah dibawahnya akan terjadi kurang baik,
yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis dasar tanah dasar secara
keseluruhan.

3.3 PROGRES KEGIATAN KONSTRUKSI


Yang dimaksud dengan laporan kemajuan kegiatan konstruksi adalah
progress fisik kegiatan konstruksi di lapangan yang telah dikerjakan oleh
penyedia jasa konstruksi setiap bulannya, mulai dari bulan pertama
kegiatan pekerjaan sampai dengan berakhirnya pekerjaan sesuai dalam
kontrak perjanjian. Apa bila ada perubahan konstruksi atau desain yang
sudah disetujui pihak Direksi bisa dikerjakan, pada pelaksanaan bulan Juni
2021 mengalami keterlambatan karena pemesanan material SSP dari
pabrik masih dalam proses pengerjaan demikian juga pengadaan beton
Mini Pile mengalami keterlambatan sehingga progres kegiatan cukup
terganggu karena pekerjaan semua DPT dan Revetment memakai material
SSP dan beton Mini Pile.

22
3.4 PELAKSANAAN KONSTRUKSI DILAPANGAN

1. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Jombok panjang = 2.553.00 m


2. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Watudakon panjang = 3.917.00 m
3. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 WK.4 kiri = 128.00 m
4. Pembangunan Revetment Type 2 WK.11 kanan dengan SSP = 120.00 m
5. Pembangunan Revetment Type 2 WK.12 kanan dengan SSP = 168.00 m
6. Pembangunan Revetment Type 2 WK. 10 kiri dengan SSP = 240.00 m
7. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.3 kiri = 230.00 m
8. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.3 kanan = 120.00 m
9. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.8 kiri = 256.00 m
10. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.9 kanan = 160.00 m
11. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 WT.10 kiri = 220.00 m
12. Pintu Klep Watudakon = 13 Unit
13. Pekerjaan Trash Rack Watudakon = 4 Unit

 Pelaksanaan pekerjaan peninggian tanggul kanan dan kiri K. Jombok tidak


mengalami hambatan karena dilaksanakan pada awal bulan April 2021 cuaca
sangat mendukung karena belum ada hujan, hal ini sudah di rencanakan dari
awal oleh penyedia jasa dan mendapat persetujuan dari direksi juga pengawas
supervisi.
 Kemudian untuk pekerjaan peninggian tanggul kanan dan kiri sungai
Watudakon sedikit terlambat, karena mencari lokasi untuk pembuangan hasil
galian (spoil bank), setelah ada pembicaraan dengan pihak Desa Blimbing
akhirnya mendapat lokasi untuk pembuangan hasil galian alur sungai.
 Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 WK.4 kiri dilaksanakan mulai
pertengahan bulan Oktober 2021 menunggu keputusan model desainnya dan
panjangnya, karena lokasinya berada di pertemuan alur sungai Balongkray dan
Watudakon dapat diselesaikan pada pertengahan bulan Desember. Kendala
yang dihadapi cuaca pada musim hujan sehingga permukaan air sungai
Balongkray dan Watudakon naik maka pondasi galian terendam air, sehingga
diperlukan waktu pengeringan (dewatering) dua hari.
 Pembangunan Revetment Type 2 WK.11 kanan dengan SSP dilaksanakan
pada September 2021 tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan karena
suplai material terutama SSP dan beton Mini Pile tidak terganggu demikian

23
dengan alat Vibro Hammernya yang digunakan dalam kondisi baik, maka pada
bulan Nopember 2021 dapat diselesaikan.
 Pembangunan Revetment Type 2 WK.12 kanan dengan SSP dilaksanakan
pada September 2021 tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan karena
lokasinya di hilirnya Revetment Type 2 WK.11 kanan suplai material terutama
SSP dan beton Mini Pile tidak terganggu demikian dengan alat Vibro
Hammernya yang digunakan dalam kondisi baik, maka pada bulan Nopember
2021 dapat diselesaikan.
 Pembangunan Revetment Type 2 WK. 10 kiri dengan SSP pelaksanaannya
agak terlambat karena lokasinya dipinggir sungai Watudakon dan dibelakang
perumahan masyarakat, sehingga untuk operasional alat mengalami kendala
teknis dan non teknis setelah masyarakat diberi penjelasan pihak Desa
Blimbing bisa mengerti dan menerima karena lokasi WK. 10 pada tahun 2019
terjadi banjir masuk rumah warga 0,50 m, dengan adanya pembangunan
Revetment ini perumahan masyarakat tidak akan mengalami banjir lagi. Lokasi
WK. 10 kiri Watudakon yang sering di monitor oleh PPK karena sempat
mengalami Critical Path bahkan sampai akhir kontrak tanggal 30 Desember
masih melaksanakan pengecoran terakhir Bangunan Revetment Type 2.
 Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.3 kanan pelaksanaannya
lancar karena lokasinya dipinggir jalan Desa Tempuran sehingga untuk
penggadaan material beton Mini Pile dan material bronjong tidak mengalami
masalah dalam pelaksanaan, karena lokasinya dipertemuan sungai Balongkray
dan Watudakon sehingga pembuatan kistdam harus lebih aman agar tidak
menganggu pada saat penggalian pondasi dan pemancangan beton Mini Pili
dan meletakkan tulangan pondasi demikian juga dalam pengcoran pondasinya.
Pelaksanaan dimulai pada bulan Juli 2021 dan selesai bulan September 2021.
 Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.3 kiri pelaksanaannya
lancar karena lokasinya ditanah Desa Tempuran sehingga untuk penggadaan
material beton Mini Pile dan material bronjong tidak mengalami masalah dalam
pelaksanaan, karena lokasinya berhadapan dengan BK. 3 kanan dan
dipertemuan sungai Balongkray dan Watudakon sehingga pembuatan kistdam

24
harus lebih aman agar tidak menganggu pada saat penggalian pondasi dan
pemancangan beton Mini Pili dan meletakkan tulangan pondasi demikian juga
dalam pengecoran pondasinya maupun dinding tegaknya.
Pelaksanaan dimulai pada bulan Juli 2021 dan selesai bulan September 2021.
 Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.8 kiri pelaksanaannya
lancar karena lokasinya jauh dari pemukiman sekalipun ditepi sungai
Balongkray dan aliran sungainya pada saat pelaksanaannya permukaan airnya
normal (cenderung kecil) sehingga memudahkan untuk pembuatan kistdam
dan pada saat penggalian pondasi demikian juga pada saat pemancangan
beton Mini Pile dan pengecoran beton untuk pondasi DPT Type 1, pekerjaan
dimulai bulan Juli 2021 dan selesai bulan September 2021.
 Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 WT.10 kiri pelaksanaannya
sering terganggu dengan muka air sungai Watudakon, karena lokasinya berada
di hilir sungai Watudakon dan DPT yang dikerjakan berada di tepi tebing
sungai sehingga muka air sering naik dan kistdam sempat tenggelam
sehingga pembuatan kistdam ditambah dengan Jumbo Bag yang dimasukkan
kedalam sungai sebagai penahan tanah kistdam. Lokasi pekerjaan berada
dipinggir jalan lingkungan masyarakat sehingga memudahkan untuk
penyediaan material beton Mini Pile dan material bronjong. Untuk
pemancangan Mini Pile tidak mengalami kesulitan karena tanah ditepi sungai
demikian juga dalam pemasangan bronjong, maupun pada saat pengecoran
pondasi DPT dan dinding DPT. pekerjaan dimulai bulan Juli 2021 dan selesai
bulan Oktober 2021.
 Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.9 kanan pelaksanaannya
mengalami keterlambatan, karena perobahan lokasinya yang rencana awal di
hulu BK. 3 kanan berhubung masalah pembebasan tanah belum terselesaikan
maka dipindahkan 400 m ke hulu, pada saat pelaksanaan mulai bulan Oktober
daerah hulu sungai Balongkray sering hujan maka pembuatan kistdam sering
jebol dan untuk dapat melakukan galian pondasi dan pemancangan beton Mini
Pile ditambah dengan sand bag untuk memperkuat kistdamnya, konsultan
supervisi dan direksi mengarahkan kepada pelaksana supaya prioritas utama

25
pekerjaan adalah pondasi dibawah dasar sungai (under structure) agar tidak
terganggu pada saat mengerjakan dinding DPT tegaknya karena pondasi
sudah jadi. Pekerjaan dimulai bulan Oktober 2021 dan selesai akhir bulan
Desember 2021.
 Pekerjaan Pintu Klep Watudakon dalam pelaksanaanny tidak mengalami
hambatan karena lebar pintu klep 0,60 m dan lokasinya tersebar di Dua Desa
Jombok dan Tempuran dan sudah selesai pemasangan pintu klep pada bulan
Nopember 2021.
 Pekerjaan Trash Rack Watudakon yang lokasinya di hilir sepanjang alur
sungai Watudakon terletak 250 m di hulu Syphon Watudakon, karena
pekerjaan Trash Rack masuk kategori Mekanikal Electrical sehingga
memerlukan waktu untuk pembuatan mulai dari sponneng trash rack sampai
dengan trash racknya dan kerangka atas dari baja untuk menempatkan
Gantry Crane untuk pengoperasian trash track pada waktu banjir untuk
mengangkat sampah dan ranting pohon yang terbawa banjir dan tersangkut di
trash rack. Trash rack yang baru dengan system 2 buah trash rack dibawah
dan diatas, Trash rack dibawah yang terletak pada dasar lantai antara pilar
satu dengan sebelahnya untuk menahan sampah yang terbawa pada waktu
banjir agar tidak menyumbat pada syphon di hilirnya, setelah sampah
menumpuk didepan tras rack petugas mengoperasikan Troli Hoist untuk
mengambil sampah di depan trash rack bawah alat Troli Hoist secara mekanis
dengan tenaga listrik yang diturunkan kebawah untuk mengambil sampah yang
dibantu seorang tenaga manusia.
 Gantry Crane adalah jenis portal tinggi berkaki tegak diatas pilar bangunan
trash rack Watudakon, untuk mengangkat sampah dan ranting pohon yang
tersangkut di trash rack dengan sebuah Troli Hoist yang dapat bergerak secara
horizontal pada rel sepanjang 20.00 m terletak diatas masing – masing pilar
berjumlah 8 buah selebar bangunan trash rack, nantinya di samping trash rack
ditempatkan semacam kranjang terbuat dari besi untuk mengangkat sampah
dan ranting pohon yang menyangkut di trash rack dibantu seorang tenaga
manusia yang berada dalam keranjang besi ukuran 1.00 x 1.00 x 0.80 m untuk

26
mengambilnya, apabila ada ranting cukup besar diangkat langsung dengan troli
hoist keatas dan ditempatkan disamping bangunan trash rack. Sampai saat
berakhirnya kontrak pekerjaaan trash rack masih belum selesai dikerjakan.

3.5 MONITORING KESELAMATAN KONSTRUKSI

Jasa konstruksi adalah industri dengan bahaya tinggi yang terdiri dari berbagai
kegiatan yang melibatkan konstruksi, perubahan, dan / atau perbaikan.
Contohnya termasuk konstruksi perumahan, pembangunan jembatan,
pengaspalan jalan, penggalian, penghancuran, dan pekerjaan pengecatan
dengan skala besar. Pekerja konstruksi terlibat dalam banyak kegiatan yang
dapat menghadapkan mereka dengan bahaya yang serius, seperti jatuh dari atap,
mesin yang tidak dijaga, terkena peralatan konstruksi berat, listrik, debu silika,
dan asbes. Dalam pelaksanaan pekerjaan sering timbul kecelakaan kerja. Untuk
itu penerapan Sistem Manajemen K3 dalam industri jasa konstruksi sangatlah
penting. K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian
pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang
berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Kegiatan
Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dalam
pelaksanaan kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan berbagai dampak yang
tidak dinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan dan kesehatan
para pekerja dilapangan.
Didalam pelaksanaan pekerjaan harus diperhatikan dan dijaga keselamatan, baik
untuk para pekerja, petugas-petugas dari Kontraktor, Konsultan dan Pengguna
Jasa maupun peralatan dan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan dalam
pekerjaan. Program K3 disusun paling sedikit berisi: Kebijakan K3 Proyek;
Organisasi K3; Perencanaan K3; Pengendalian dan Program K3; Pemeriksaan
dan Evaluasi Kinerja K3; Program K3 dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa harus membuat rencana keselamatan konstruksi, yang
diperlukan untuk pengawasan/monitoring keselamatan konstruksi di lapangan

27
yang bertujuan untuk mengendalikan/mengontrol pelaksanaan keselamatan
selama konstruksi berlangsung. Semua kegiatan pengawasan/monitoring
pelaksanaan keselamatan konstruksi dicatat dan dilaporkan tiap bulan setiap jenis
pekerjaan konstruksi.

Pada bulan ini masih melaksanakan pekerjaan konstruksi yang dilakukan adalah:
 Pembuatan kistdam di alur sungai Watudakon sebelah kiri sepanjang
50.00 m untuk pekerjaan Pembangunan Dinding Revetment Penahan
Tanah Type 2 BK.10 kiri dengan pemancangan SSP panjang 6.00 m dan
Minipile panjang 3.00 m untuk perkuatan tebing sungai dari pengaruh
gerusan tebing (local scoring)
 Dewatering untuk mengeringkan galian pondasi yang akan dipasang
pembesian sebelum dicor beton dengan menggunakan pompa yang
berkapasitas memadai.
 Pengecoran beton K. 300 untuk DPT Type 1 BK. 9 kanan dan beton K.225
untuk Dinding Revetment Penahan Tanah Type 2 lokasi dan WK. 10 kiri.
 Pembersihan kistdam di alur sungai setelah selesai pekerjaan struktur
DPT maupun Dinding Revetment sebagai timbunan dibelakang bangunan
DPT maupun Dinding Revetment.
 Pekerjaan Trash Rack Watudakon yang lokasinya di hilir sepanjang alur
sungai Watudakon terletak 250 m di hulu Syphon Watudakon, karena
pekerjaan Trash Rack masuk kategori Mekanikal Electrical sehingga
memerlukan waktu untuk pembuatan mulai dari sponneng trash rack
sampai dengan trash racknya dan kerangka atas dari baja untuk
menempatkan Gantry Crane untuk pengoperasian trash track pada waktu
banjir memerlukan waktu dan ketelitian dan kecermatan pekerja yang
melaksanakan dilapangan.
Dari hasil monitoring keselamatan konstruksi di lapangan penyedia jasa telah
menunjukkan kesiapannya bahwa kegiatan keselamatan konstruksi untuk
kelengkapan peralatan K3 sudah cukup baik.

28
Monitoring Keselamatan Kerja Konstruksi

No Waktu Jenis Kegiatan Pengendalian Resiko Monitoring Lapangan


1 Bulan Pemakaian Alat Berat Pemasangan Rambu – rambu Rambu petunjuk jalan, rambu
Desember untuk pekerjaan galian peringatan di lokasi pekerjaan peringatan, dan rambu informasi,
2021 pondasi dan dan peralatan pendukung rambu larangan sudah terpasang
pemancangan Minipile seperti lampu penerangan dilapangan dan pengarahan para
beton dan pengecoran untuk pengecoran beton K.300 tenaga kerja.
beton pada malam hari pada malam hari. Pemasangan rambu peringatan
Pemancangan Steel Pemancangan Steel Sheet dekat permukiman kepada
Sheet Pile (SSP) Pile (SSP) dengan alat Vibro masyarakat sekitar lokasi pekerjaan,
panjang 6.00 m Hammer dilengkapi alat bantu untuk tidak mendekat saat
dengan alat Vibro Genset dan mesin las dan pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
Hammer untuk tenaga pelaksana dan Pembersihan tanah hasil galian
perkuatan tebing operator alat pancang dan pondasi yang tercecer di jalan
Kanan dan Kiri pada penerangan pada saat lingkungan akibat terbawa oleh
Alur sungai pemancangan sampai malam Dump Truck maupun Excavator saat
Watudakon hari. pindah lokasi pekerjaan
Untuk pekerjaan Trash Perlengkapan APD dan Sudah ada tenaga pengawas oleh
Rack dengan peralatan seperti mesin las, ahli K.3 dari pihak penyedia jasa
memasang Gantry blender, genset dan peralatan dalam pekerjaan mekanikal.
Crane dari baja pendukung lainnya serta
sepanjang 20.00 m tenaga yang berpelangaman
diatas pilar trash rack sangat dibutuhkan untuk
untuk memasang Troli pekerjaan mekanikal .
Hoist untuk
pengoperasian
pengambilan sampah
dan ranting pohon
yang tertahan di trash
rack bawah diperlukan
keselamatan kerja
yang maksimal karena
harus naik diatas
gantry crane pada
ketinggian 3.00 diatas
pilar trash rack
Mengatur lalu lintas Menyususun kerja lalu lintas Sudah ada tenaga pengawas oleh
pada saat Dump Truck dan menempatkan tenaga ahli K.3 dari pihak penyedia jasa
maupun Excavator untuk mengamankan lokasi
Rolling ke lokasi jalan yang dilalui alat berat.
pekerjaan lain Selalu melakukan koordinasi
Pengecoran beton dengan tokoh masyarakat
pada malam hari yang setempat agar pekerjaan
lewat jalan lingkungan berjalan dengan lancar.
masyarakat.
Pelaksanaan Penggunaan APD yang sesuai Belum seluruh tenaga kerja
pekerjaan dilapangan untuk para pelaksana menggunakan APD kurang
dengan alat berat pekerjaan dan tenaga kerja pengawasan oleh ahli K.3 dari pihak
seperti pemancangan pembantu pemancangan dan penyedia jasa
SSP dan Minipile serta pada saat pengecoran beton
pengecoran beton. dilapangan
Persiapan sebelum Melakukan pembinaan kepada Sudah ada pengarahan dan
pelaksanaan para pekerja dilapangan untuk pembinaan oleh ahli K.3 dari pihak
pekerjaan dilapangan tetap menjaga keselamatan penyedia jasa
dalam bekerja

29
Pencegahan kepada Penempatan tempat atau Sudah disediakan P3K dilokasi
para pekerja dalam lokasi P3K dilapangan yang pekerjaan pengawasan oleh ahli K.3
melaksanakan terdekat dengan lokasi kerja dari pihak penyedia jasa
kegiatan untuk tetap yang aman dan mudah
berhati – hati dalam dijangkau.
bekerja agar tidak
terjadi hal – hal yang
tidak kecelakaan kerja.
Perlu tindakan Melakukan koordinasi dengan Sudah dilakukan koordinasi dan
preventif di lokasi tenaga medis / Puskesmas pengawasan oleh ahli K.3 dari pihak
kerja. terdekat penyedia jasa
Perlunya pengamanan Melakukan koordinasi dengan Sudah dilakukan koordinasi dan oleh
dilokasi pekerjaan aparat keamanan setempat ahli K.3 dari pihak penyedia jasa
kaitannya dengan dan melibatkan tenaga dengan aparat keamanan setempat
peralatan dan material keamanan desa setempat. dan keamanan desa setempat
dilapangan

30
BAB IV RENCANA KEGIATAN KONSTRUKSI

4.1 RENCANA PROGRES KEGIATAN KONSTRUKSI


Pada rencana progress kegiatan konstruksi dijelaskan jenis pekerjaan yang akan
dikerjakan pada bulan berikutnya berdasarkan dari sisa volume pekerjaan. Hal ini
dapat digunakan sebagai salah bentuk pengendalian progres pelaksanaan
pekerjaan di lapangan sehingga proyek Pembangunan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon dapat terselesaikan sesuai dengan rencana jadwal pekerjaan.
Pada bulan Desember (terakhir) minggu ke 37 terjadi keterlambatan sebesar 1,
309 % pada lokasi pekerjaan BK. 10 kiri sungai Watudakon pada Bangunan
Revetment Penahan Tanah Type 2 dan pekerjaan Trash rack Watudakon yang
lokasinya di hilir aliran sungai Watudakon. Untuk pekerjaan BK. 10 kiri sungai
Watudakon pada Bangunan Revetment Penahan Tanah Type 2 karena akibat
pada bulan Desember curah hujan hampir setiap malam turun hujan sehingga
permukaan air sungai Watudakon naik sampai diatas elevasi SSP yang akan
dipasang pembesian Caping Beam, hal ini sebagai salah satu penyebab terjadinya
Critical Path, maka Pelaksana Teknis dan PPK Sungai dan Pantai 1 Balai Besar
Wilayah Sungai Brantas Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon
mengadakan pertemuan dikantor PPK Sungai dan Pantai 1 Balai Besar Wilayah
Sungai Brantas Surabaya dengan Penyedia Jasa dan Konsultan Supervisi untuk
membahas keterlambatan dan upaya percepatan pekerjaan dilapangan
khususnya di lokasi BK. 10 kiri dan Trash rack sungai Watudakon. Hasil rapat
memutuskan Penyedia Jasa harus menyelesaikan pekerjaan pondasi Revetment
BK. 10 dengan menambah peralatan dan tenaga termasuk metode kerjanya untuk
penyelesaian pekerjaan tersebut, dan Pelaksana Teknis akan memonitor setiap
hari dilapangan dan membuat laporan setiap hari pada jam 17.00 kepada PPK
Sungai dan Pantai 1 Balai Besar Wilayah Sungai Brantas.

31
4.2 EVALUASI RENCANA KERJA PENYEDIA JASA
Evaluasi Rencana Kerja Penyedia Jasa dilaksanakan apabila Penyedia Jasa
mengalami keterlambatan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal atau
kontrak kritis sesuai ketentuan dalam kontrak, dengan asumsi tidak ada masalah
dengan desain atau gambar pelaksanaan. Evaluasi ini meliputi :

- Volume Pekerjaan
- Ketersediaan material
- Ketersediaan alat
- Ketersediaan tenaga
- Waktu yang tersedia

32
Layout rencana pekerjaan

Lokasi Pekerjaan :
1. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Jombok panjang = 2.553 m selesai dikerjakan
2. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Watudakon panjang = 3.917m selesai dikerjakan
3. Pembangunan Revetment Type 1 WK.4 = 168 m sedang dikerjakan
4. Pembangunan Revetment Type 1 BK.3 = 372 m selesai dikerjakan
5. Pembangunan Revetment Type 1 BK.8 = 456 m selesai dikerjakan
6. Pembangunan Revetment Type 1 BK.9 = 160 m sedang dikerjakan
7. Pembangunan Revetment Type 2 WK.10 dengan SSP = 240 m sedang dikerjakan
8. Pembangunan Revetment Type 2 WK.11 dengan SSP = 80 m selesai dikerjakan
9. Pembangunan Revetment Type 2 WK.12 dengan SSP = 88 m selesai dikerjakan
14. Pintu Klep Watudakon = 3 Unit selesai dikerjakan
15. Pintu Klep Jombok = 10 Unit selesai dikerjakan
16. Trash Rack Watudakon = 4 Unit sedang dikerjakan

33
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kemajuan kegiatan konstruksi pada bulan ke – 8 (terakhir) sebesar 100 %,


sedangkan rencana target pada bulan ke – 8 (akhir kontrak) adalah 100 %.
2. Curah hujan pada bulan ke 8 (Desember) hampir setiap malam turun hujan
dengan curah hujan yang cukup deras hal ini sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan dilapangan, sehingga lokasi pemancangan SSP maupun
Mini Pile tergenang air menyulitkan pelaksanaan, demikian juga untuk
pembesian Caping Beam pondasi Revetment karena muka air diatas SSP
yang sudah terpancang tidak bisa dikerjakan pengelasan caping beam dengan
SSP, harus menunggu muka air turun dan rata dengan permukaan SSP.
3. Pekerjaan Trash rack Watudakon yang lokasinya di hilir aliran sungai
Watudakon karena jenis pekerjaan ini masuk kategori Mekanikal Elektrical
sehingga cukup memakan waktu dalam pemesanan secara pabrikasi.
4. Konsultan Supervisi bersama Direksi Pengawas melakukan pengawasan dan
pemantauan setiap tahapan kegiatan Penyedia Jasa dalam upaya melakukan
percepatan kegiatan.
5. Fasilitas dan peralatan proyek yang memadai serta tenaga kerja yang terampil,
berpengalaman dan disiplin sangat menentukan keberhasilan proyek.
6. Bahan - bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proyek harus masuk
dalam spesifikasi bahan standart dan disesuaikan dengan rencana bahan
yang akan diterima.
7. Pelaksanaan kegiatan Konsultan Supervisi telah dilakukan sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah ditetapkan.

5.2 KENDALA

1. Mengingat aliran air di sepanjang Kali Watudakon kedalamannya mencapai


2.00 m khusus di WK. 10 kiri sepanjang 240 m mengalami kesulitan melakukan
dalam membuat kistdamnya barus menggunakan jumbo bag yang di isi tanah

34
kemudian diturunkan kedalam sungai dengan excavator kemudian
mendatangkan tanah untuk kistdamnya. Demikian juga di lokasi pekerjaan di
WT. 4 kiri tempat pertemuan alur sungai Balongkray dan sungai Watudakon.
Maka hal ini menjadikan hambatan dan perlu koordinasi dengan pihak Direksi
dan pengawas supervise untuk mencari solusinya.
2. Dalam progres bulan ke 8 mengalami keterlambatan karena pada waktu mau
melaksanakan pekerjaan pemasangan Caping Beam di WK. 10 kiri permukaan
air sungai Watudakon naik sekitar 0,50 m sehingga SSP tenggelam karena
curah hujan cukup besar selama 2 hari terutama pada waktu malam sehingga
tidak ada kegiatan dilapangan menunggu permukaan air sungai Watudakon
turun untuk melaksanakan pengelasan caping beam dengan SSP sebagai
pondasi Revertment WK. 10 kiri.
3. Khusus pekerjaan Dinding Penahan Tanah (DPT) di WK. 9 sepanjang 120 m
Desa Tempuran lokasi di pinggir Kali Balongkray sering terjadi banjir
permukaan air naik karena hujan daerah hulu sehingga kistdam sering jebol
dan perlu melakukan perbaikan kistdam dengan memasang Sand bag.
4. Pekerjaan Trash Rack Watudakon yang lokasinya di hilir sepanjang alur
sungai Watudakon terletak 250 m di hulu Syphon Watudakon, karena
pekerjaan Trash Rack masuk kategori Mekanikal Electrical sehingga
memerlukan waktu untuk pembuatan mulai dari sponneng trash rack sampai
dengan trash racknya dan kerangka atas dari baja untuk menempatkan
Gantry Crane dan pemasangan Troli Hoist untuk pengoperasian trash rack
pada waktu banjir memerlukan waktu dan ketelitian dan kecermatan pekerja
serta keselamatan kerja, yang melaksanakan dilapangan demikian juga semua
peralatan yang dipergunakan dilapangan.

5.3 SARAN
1. Penyedia jasa segera melakukan kegiatan lapangan secara maksimal
mengingat waktu semakin mendekati selesai kontraknya, agar melakukan
percepatan untuk menaikkan progress pekerjaannya yang mengalami Critical

35
Path dengan melakukan metode pelaksanaan yang menuju upaya percepatan
akhir kontrak pekerjaan.
2. Peralatan yang sudah ada seperti Excavator Buldozer Vibrator Roller khusus
untuk pemancangan Steel Sheet Pile dengan panjang 6. 00 m harus
menggunakan alat Vibro Hammer dan tenaga pelaksana dan alat penunjang
lainnya seperti pompa air, mesin las listrik dan gen set dengan kapasitas yang
memadai harus menambah jam kerjanya (kerja lembur)
2. Untuk pekerjaan pemancangan SSP maupun Mini Pile yang lokasinya ditebing
sungai penyedia jasa agar membuat Kistdam didalam alur sungai sekaligus
untuk operasional alat Vibro Hammer dalam pemancangan SSP dan Mini Pile
di lokasi WK. 10 kiri alur sungai Watudakon Desa Beluk.
3. Untuk pekerjaan di lokasi BK. 9 kanan pada alur sungai Balongkray juga
diperlukan menambah alat khususnya Excavator untuk menggali pondasi DPT
Tipe 1 tanpa SSP dan untuk memancang Minipile pondasi DPT.
4. Untuk pekerjaan pembesian pondasi dan dinding tegak DPT BK. 9 kanan
material besi tulangan agar diperhitungkan kebutuhannya agar waktu
pelaksanaan tidak sampai terganggu demikian dengan tenaga di tambah
mengingat waktu pelaksanaan tinggal 5 hari berakhirnya kontrak kerja.

5. Cuaca saat ini sudah mulai musim hujan agar penyedia jasa melakukan
pembersihan tanah yang tercecer dijalan agar tidak menimbulkan kecelakaan
karena tanah becek seperti di Desa Tempuran

6. Untuk mendukung pelaksanaan dilapangan penyedia jasa agar menambah


Excavator untuk membantu pengecoran beton K. 300 DPT Type 1, dan K.225
Revetment Type 2 mengingat lokasi pekerjaan tidak terjangkau dengan Truk
Mixer Concrete (TMC) ke lokasi, maka harus dilakukan secara melansir beton
ke dalam bucket Excavator atau menggunakan pompa beton (CP) akan lebih
cepat penyelesaiannya dalam pekerjaan pengecoran.

7. Pekerjaan Trash Rack Watudakon yang lokasinya di hilir sepanjang alur


sungai Watudakon terletak 250 m di hulu Syphon Watudakon, karena
pekerjaan Trash Rack masuk kategori Mekanikal Electrical sehingga
memerlukan waktu untuk pembuatan mulai dari sponneng trash rack sampai
dengan trash racknya dan kerangka atas dari baja untuk menempatkan
Gantry Crane dan pemasangan Troli Hoist untuk pengoperasian trash track
pada waktu banjir memerlukan waktu dan ketelitian dan kecermatan pekerja

36
yang melaksanakan dilapangan demikian juga semua peralatan dilapangan
agar dilengkapi termasuk keselamatan kerja harus benar – benar diperhatikan.
Kemudian setelah selesai pekerjaan Trash rack agar mangajukan permohonan
untuk Commissioning (uji coba) pekerjaan termasuk didalamnya upaya
pemeliharaan standar kinerja peralatan dan pemeriksaan peralatan disaksikan
oleh PPK Sungai dan Pantai 1 Balai Besar Wilayah Sungai Brantas dan staf
ahlinya agar semua peralatan mampu beroperasi dengan maksimal sesuai
dengan spesifikasi teknik dalam kontrak pekerjaan.

37
FOTO – FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN BULAN VIII

DPT Tipe 2 BK 3. Kanan selesai dikerjakan DPT Tipe 2 BK 3. Kiri selesai dikerjakan

DPT Tipe 2 BK 8 Kiri sungai Balongkray


selesai dikerjakan

Normalisasi alur sungai dan peninggian


tanggul Kanan dan kiri sungai Watudakon Sungai Watudakon tampak dari udara
selesai dikerjakan

38
Normalisasi alur sungai dan peninggian tanggul Sungai Jombok tampak dari udara
Kanan dan kiri sungai Jombok selesai
dikerjakan

DPT Type 2 WT.10 kiri sungai Watudakon DPT Type 2 WT.10 kiri sungai Watudakon
selesai Dikerjakan tampak dari udara

Sungai Watudakon sebelum di Sungai Watudakon setelah normalisasi


normalisasi dari udara

39
Revetment WK. 11 kanan selesai Revetment WK. 11 kanan dari udara
dikerjakan

Pintu Klep WK. 11 kanan selesai Pintu Klep WK. 10 kiri selesai dikerjakan
dikerjakan

Pintu Klep BK. 8 kiri selesai dikerjakan Pintu Klep BK. 8 kiri selesai dikerjakan

40
DPT. Type 2 BK. 9 kanan sebelum DPT. Type 2 BK. 9 kanan selesai dikerjakan
dikerjakan

Revetment BK. 10 kiri sebelum Revetment BK. 10 kiri setelah selesai


dikerjakan dikerjakan

Revetment WK. 59 kanan sebelum Revetmen WK. 59 kanan setelah


dikerjakan selesai dikerjakan

41
Tebing sungai yang ada semaknya Revetment WK. 60 kanan yang selesai
sebelum Dikerjakan Revetment WK. 60 dikerjakan
kanan

DPT Type 2 WT. 4 kiri sebelum dikerjakan DPT Type 2 WT. 4 kiri selesai dikerjakan

Trash Rack penahan sampah di sungai Trash Rack penahan sampah di sungai
Watudakon Sebelum dikerjakan Watudakon setelah selesai dikerjakan

42
Revetment Penahan Tebing Tipe 1 pakai SSP dan Beton Mini Pile di lokasi :

1. WT. 58 kanan sungai Watudakon


2. WT. 59 kanan sungai Watudakon
3. WT. 60 kanan sungai Watudakon
4. BK. 10 kiri sungai Watudakon

43
Desain Trash Rack sebagai penahan sampah yang selesai dikerjakan

Kunjungan terakhir PPK dan Peltek serta staf teknik


bersamaan berakhirnya kontrak pekerjaan didampingi
Penyedia Jasa dan Konsultan Supervisi

44

Anda mungkin juga menyukai