Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN BULAN VII

INSPECTION ENGINEERING

PEKERJAAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN


PENGENDALI BANJIR AFVOUR WATUDAKON
KABUPATEN JOMBANG DAN MOJOKERTO

KONSULTAN SUPERVISI KONTRAKTOR


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat – Nya dan
anugerah – Nya, sehingga kami dapat menyampaikan Laporan Kegiatan Inspection
Engineer Bulan 7 pada Konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon
Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air,
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan
Jaringan Sumber Air Brantas, bermaksud untuk melaksanakan Pengawasan Teknis
Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten
Jombang dan Kabupaten Mojokerto oleh Konsultan Supervisi PT. Adhistitya Dharmatista
– CV. Kautsar Susilo Adi (KSO) dengan nomer kontrak PB.03.01 – Am.07.1/336 Sumber
Dana APBN Tahun Anggaran 2021. Jangka waktu pelaksanaan 255 hari kalender.

Sedangkan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh PT Sinar – Cipta, KSO dengan
nomer kontrak PB.02.01 – Am.07.1/328 Sumber Dana APBN Tahun Anggaran 2021.
Jangka waktu pelaksanaan 266 hari kalender.

Laporan ini berisi penjelasan pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Pembangunan


Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto.
Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan gambaran selama kegiatan
pelaksanaan pekerjaan ini berlangsung.

: PB.03.01-Am.07.1/336

Mojokerto, Nopember 2021

Dwi Prasetyo, ME
Inspection Engineering

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………. i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum …………………………………………………………………….…..….. I - 1
1.2 Latar Belakang …………………………………………………….…………..... I - 2
1.3 Maksud dan Tujuan …………………………………………………….…….... I - 3
1.4 Sasaran Kegiatan ……………………………………………….……….……. I - 4
1.5 Lokasi Pekerjaan …………………………………………………………….….. I - 7
1.6 Kondisi Afvour Watudakon ………………………………………………..…… I - 9

BAB II PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI


2.1 Prosedur Pelaksanaan Konstruksi di Lapangan …… ……….……………… II - 9
2.2 Tahapan Kegiatan Pengawasan ………….…………………………...……… II - 13
2.3 Tugas dan Jawab Inspection Engineering……………………….….….….… II - 19

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI


3.1 Kegiatan Joint Inspection (JI) ………………………………………………... III – 21
3.2 Test Kepadatan Tanah Dengan Sand Cone ………………………………... III - 22
3.2 Pengendalian Kualitas Kontruksi ……………………………………….…... III – 25
3.3 Pelaksanaan Konstruksi Dilapangan ………………………………………... III - 26
3.4 Monitoring Keselamatan Kerja Konstruksi …………………………………. III - 2

BAB IV RENCANA PROGRES


4.1 Rencana Progres Kegiatan Pekerjaan ………………………………………. IV - 23
4.2 Evaluasi Kegiatan ………………………………………………………………. IV - 23

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan …………………………………………….………………………… V - 24
5.2 Kendala ……………………………………………………….…………………. V - 24
5.3 Saran ……………………………………………………………………………. V – 24

LAMPIRAN

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1. UMUM
Laporan Kegiatan Inspection Engineer Bulan 7 ini merupakan kegiatan
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto. Afvour Watudakon
adalah sungai di Jawa Timur, yang merupakan anak Sungai Brantas, alirannya
melintasi wilayah Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokerto, dan Kota
Mojokerto. Afvour adalah sebutan yang biasa digunakan untuk kali atau sungai-
sungai yang ada di beberapa daerah di Jawa Timur. Banjir terjadi setiap tahun
pada area di sekitar aliran sungai atau Afvour Watudakon, dimana sungai ini
dikenal dengan nama Kali Watudakon. Sehingga nama Afvour Watudakon akan
disebut atau ditulis sebagai Kali Watudakon. Demikian juga dengan afvour-
afvour lain yang berada di Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, akan
disebut sebagai kali. Desa-desa atau area di sekitar Kali Watudakon yang
menjadi langganan banjir setiap tahun diantaranya adalah:

A. Kabupaten Jombang:
1. Desa Jombok Kecamatan Kesamben
2. Desa Blimbing Kecamatan Kesamben
3. Desa Podoroto Kecamatan Kesamben
4. Desa Kedungmlati Kecamatan Kesamben
5. Desa Jombatan Kecamatan Kesamben
6. Desa Kedungbetik Kecamatan Kesamben
7. Desa Pojok Kulon Kecamatan Kesamben
8. Desa Ngrandu Lor Kecamatan Peterongan

B. Kabupaten Mojokerto
1. Desa Tempuran Kecamatan Sooko
2. Desa Ngingasrembyong Kecamatan Sooko

3
Banjir yang cukup parah terjadi pada awal puasa Ramadhan, awal Bulan Mei
2019 ini, dimana banjir terjadi untuk waktu yang cukup lama, yaitu sekitar satu
minggu. Berdasarkan hal tersebut di atas maka Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar
Wilayah Sungai Brantas melaksanakan penanganan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon di Kabupaten. Jombang dan Kabupaten Mojokerto.

1.2. LATAR BELAKANG


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik
Indonesia dalam hal ini, Direktorat Sumber Daya Air, salah satu fungsinya adalah
melaksanakan pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana Sumber Daya Air
di bidang pelaksanan jaringan sumber air untuk mendukung ketahanan pangan
dan ketahanan air nasional. Tahun Anggaran 2021 akan dilaksanakan pekerjaan
konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten
Jombang dan Kabupaten Mojokerto Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai
Besar Wilayah Sungai Brantas, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan
Jaringan Sumber Air Brantas, bermaksud untuk melaksanakan Pengawasan
Teknis Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto yang akan
dilaksanakan oleh Penyedia pekerjaan konstruksi. Untuk menjamin pelaksanaan
pekerjaan tersebut sesuai dengan rencana mutu, biaya dan yang telah
ditetapkan di dalam kontrak jasa konstruksi, maka diperlukan adanya Tim
Konsultan supervisi yang bertugas sebagai pengawas pekerjaan konstruksi yang
berperan membantu Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan
Sumber Air Brantas didalam melaksanakan pengawasan teknis dan penjaminan
mutu teknis pada lokasi kegiatan yang sedang berlangsung. Tim Pengawas
Pekerjaan dimaksud, adalah Penyedia Jasa Konsultansi untuk pekerjaan
Pengawasan/ Pekerjaan Pembangunan Pengendali Banjir Afvour Watudakon
Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto.

4
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud pengadaan Penyedia Jasa Konsultansi, SNVT Pelaksanaan Jaringan
Sumber Air Brantas Kerangka Acuan Kerja Supervisi Pembangunan Pengendali
Banjir Afvour Watudakon PPK Sungai & Pantai III pengawasan pekerjaan
konstruksi ini, adalah untuk:

a. Membantu Pejabat Pembuat Komitmen dalam melakukan pengawasan pekerjaan


terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan oleh penyedia jasa
konstruksi, berhubung adanya keterbatasan tenaga pada satuan Kerja yang
bersangkutan, baik dari segi jumlah maupun dari segi kualifikasinya.

b. Membantu meminimalkan kendala teknis yang dihadapi oleh penyedia jasa


konstruksi di lapangan dalam menerapkan desain untuk memenuhi persyaratan
spesifikasi.

c. Memberi kepastian dan jaminan kepada Pengguna Jasa bahwa pekerjaan yang
dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi telah memenuhi persyaratan mutu
teknis sebagaimana yang tercantum dalam dokumen kontrak.

d. Membantu Pengguna Jasa dalam pengendalian pelaksanaan pekerjaan konstruksi,


apabila terdapat perbedaan interprestasi pasal-pasal dokumen kontrak dalam
penerapan dilapangan.

e. Membantu menyelesaikan revisi desain/ variasi kontrak, bilamana terdapat


perbedaan antara desain yang ada dengan kondisi dilapangan

Tujuan dari pekerjaan ini adalah membantu Pengguna Jasa dalam hal
pengendalian pelaksanaan pekerjaan di lapangan untuk mendapatkan hasil
pekerjaan konstruksi yang memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam
spesifikasi (tepat mutu), dan dilaksanakan secara tepat biaya serta tepat waktu
dengan memperhatikan aspek lingkungan. Dan penjaminan mutu teknis pekerjaan
konstruksi untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang memenuhi persyaratan dalam
dokumen kontrak, guna menjamin ketersediaan infrastruktur Sumber Daya Air yang

5
handal dan berkelanjutan. Terwujudnya sarana sumber daya air yang handal,
berwawasan lingkungan dan berkeselamatan pada pekerjaan Pembangunan
Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten
Mojokerto

1.4. SASARAN KEGIATAN


Sasaran pekerjaan Supervisi Pekerjaan Pengawasan/ Pekerjaan Pembangunan
Pengendali Banjir Afvour Watudakon Kabupaten Jombang dan Kabupaten
Mojokerto, membantu Pemerintah hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai
dengan jumlah dana yang dibayarkan, kualitas yang sesuai dengan syarat – syarat
dalam kontrak dan tepat waktu dalam pelaksanaan.

1.5. LOKASI KEGIATAN

Lokasi pekerjaan Pembangunan Pengendali Banjir Avfour Watudakon Kabupaten


Jombang Dan Kabupaten Mojokerto berada pada Desa Tempuran Kecamatan Sooko
Kabupaten Mojokerto dan Desa Blimbing Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang.
Berikut gambaran lokasi pekerjaan :

Gambar 1 Lokasi Pekerjaan Avfour Watudakon

6
Gambar 2. Lokasi Pekerjaan Avfour Watudakon

1.7. GAMBARAN KONDISI KALI WATUDAKON

Lokasi kegiatan jasa Konsultansi ini berada di wilayah Kabupaten Jombang,


Kabupaten Mojokerto dan Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur.Kali Watudakon
berada di antara Kali Brantas dan Kali Ngotok, menyeberangi Kali Brantas
melalui bangunan siphon dan bermuara di Kali Mas/Surabaya, seperti dapat
dilihat pada Gambar 2.

Berdasarkan informasi yang bersumber dari laman/situs


https://www.facebook.com/ 2016135171946766/posts/sipon-watudakon-
mojokertokonsesi-pembangunan-jaman-kolonialmojokerto-jaman-
kolon/2022305957996354/ diperoleh informasi mengenai sejarah pembangunan
siphon yang menghubungkan Kali Watudakon di sisi Selatan Kali Brantas
dengan Kali buatan yaitu Kali Pagerluyung yang berada daerah Gedeg di bagian
Utara Kali Brantas hingga ke Kali Mas.

Bangunan siphon yang menyeberangkan aliran Kali Watudakon di bawah Kali


Brantas itu (selanjutnya disebut Siphon Watudakon) dibangun dengan biaya dari
Suiker Fabriek Bond atau Asosiasi Pabrik Gula pada masa kolonial Belanda.

Pada awal pergantian abad 20, kebijakan ekonomi pemerintah kolonial Belanda
berubah menjadi lebih terbuka bahkan cenderung liberal. Perusahaan swasta
yang bergerak di sektor perkebunan tumbuh pesat. Di Mojokerto para investor

7
mendirikan beberapa pabrik gula, selain itu juga berdiri kebun teh di daerah
Pacet. Dengan adanya industri perkebunan itu, kebutuhan lahan pertanian di
Mojokerto meningkat seiring berdirinya pabrik gula. Di berbagai lahan pertanian
yang ada berubah dari tanaman palawija menjadi tanaman tebu untuk menyuplai
lebih kurang 10 pabrik gula di sekitar lokasi ini. Kebutuhan bahan baku ternyata
belum bisa mencukupi kapasitas produksi pabrik yang mulai menggunakan
tenaga uap tersebut. Oleh karenanya dibutuhkan lahan baru yang ijin sewanya
dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Menghadapi tuntutan para investor pabrik itu, pemerintah kolonial tidak begitu
saja meluluskannya. Pemerintah menghendaki ada timbal balik dari ijin sewa
yang dikeluarkannya. Untuk mengurangi banjir tahunan di kota Mojokerto,
pemerintah meminta agar para investor pabrik itu mau berperan serta. Setelah
diadakan negosiasi maka dibuatlah kesepakatan bahwa pemerintah mengijinkan
sewa lahan dan Suiker Fabriek Bond membangun saluran irigasi, termasuk
bangunan Siphon Watudakon.

Secara teknis untuk membuang air dari muara Kali Watudakon memang sulit.
Daerahnya lebih rendah dari permukaan air banjir Kali Brantas dan Kali Ngotok.
Alternatif penanganan yang dipilih adalah membuang air ke daerah lain yang
lebih rendah yang salah satunya terdapat di daerah Utara yaitu daerah Kedung
Sumur, Desa Canggu Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Di Kedung Sumur
ini terdapat Kali Mas/ Surabaya yang permukaan airnya lebih rendah dari area
muara Kali Watudakon. Untuk mengalirkan air dari daerah rawan banjir ini, perlu
dibuat bangunan air menembus bawah Kali Brantas. Bangunan untuk
mengalirkan air melewati bagian bawah Kali Brantas ini disebut Siphon
Watudakon. Dari siphon ini air dialirkan melalui Kali Pagerluyung menuju ke Kali
Mas, di hulu muara Kali Marmoyo.
Setelah Siphon Watudakon selesai dibuat maka bukan hanya persoalan banjir di
Kota Mojokerto yang teratasi, masalah kekeringan lahan di wilayah Gedeg juga
terpecahkan. Daerah di Utara Kali Brantas memang dikenal sebagai lahan tadah
hujan. Dengan adanya tambahan lahan pertanian di dua lokasi (di Selatan dan
Utara Kali Brantas), yang lebih diuntungkan tentu saja pabrik gula Gempolkrep
yang ada di wilayah tersebut. Dengan adanya Siphon Watudakon ini, aliran air
yang semula menuju ke Kali Ngotok, dari daerah muara Kali Watudakon di desa
Pulorejo Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto digeser menuju ke daerah
Tempuran dan diteruskan ke Siphon Watudakon. Hubungan antara Kali
Watudakon dengan Kali Ngotok diputus di Desa Pulorejo seperti pada skema
sistim jaringan Afvour Kalidakon (Gambar 2.9).

8
Mengingat pentingnya fungsi Siphon Watudakon dan saluran pengantarnya bagi
daerah di Selatan Kali Brantas ini, maka adanya gangguan aliran air pada badan
kali di sekitar daerah yang rendah ini akan dapat mengakibatkan terjadinya banjir
yang merugikan masyarakat sekitar seperti yang terjadi pada awal Bulan Mei
2019 dimana air banjir menggenangi area permukiman yang cukup luas dengan
durasi yang cukup lama (lebih dari satu minggu).

9
BAB II PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI

2.1. PROSEDUR PELAKSANAAN KONSTRUKSI PEKERJAAN

1. Mutual Chek Pengukuran Lokasi Pekerjaan :


 Pembuatan patok tetap sebagai titik ikat untuk menentukan tata letak
bangunan dengan pedoman patok referensi tersedia disekitar lokasi.
 Penentuan tata letak bangunan dengan pedoman patok tetap dengan tetap
mengacu tata letak sisa bangunan lama.
 Pengukuran topografi kondisi sesungguhnya areal letak rencana bangunan.
 Koreksi data ukur dan gambar ukur hasil mutual check pengukuran
topografi.

2. Gambar Dan Perhitungan Mutual Chek Awal :


 Ploting tata letak, profil memanjang dan melintang rencana bangunan
mengacu gambar kontrak pada gambar pengukuran sebagai gambar
mutual check awal.
 Gambar detail potongan komponen bangunan dengan berpedoman gambar
mutual check awal sebagai dasar perhitungan mutual check awal.
 Hasil perhitungan mutual check awal dituangkan dalam rencana anggaran
terkoreksi, dimana nilai biayanya seimbang dan dituangkan pada
addendum awal.

3. Pengajuan Ijin Pelaksanaan


 Penyedia Jasa Konstruksi menyusun rencana tahapan pelaksanaan
terperinci sesuai urutan teknis pelaksanaan mengacu kepada metode
pelaksanaan.
 Lampirkan hasil uji kualitas paling mutakhir sesuai prosedur dan
persyaratan teknis tercantum dalam spesifikasi.

10
 Lampirkan foto dokumentasi saat awal, selama dan akhir pelaksanaan dari
titik dan sisi serupa sehingga mudah dibedakan perkembangan
prestasinya.
 Hasil volume pekerjaan minggu tersebut diakumulasikan sehingga dapat
dipakai sebagai dasar evaluasi penyelesaian pekerjaan keseluruhan.

4. Monitoring Hasil Pekerjaan Konstruksi :


 Ploting item jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada gambar denah,
potongan memanjang dan melintang dengan warna tertentu, dilengkapi
penjelasan estimasi akumulasi volume, dimensi dan elevasi sesuai saat
pencatatan.
 Lampiran hasil uji kualitas paling mutakhir sesuai prosedur dan persyaratan
teknis yang tercantum dalam spesifikasi.
 Lampiran foto dokumentasi saat awal, selama dan akhir pelaksanaan dari
titik dan sisi serupa sehingga mudah dibedakan perkembangan
prestasinya.
 Hasil volume pekerjaan minggu tersebut diakumulasikan sehingga dapat
dipakai sebagai dasar evaluasi penyelesaian pekerjaan/ keseluruhan.
 Estimasi volume dapat diperhitungkan berdasarkan metode sebagai berikut
:
 Volume mortar beton ready mix terkirim dari Site plant ke lapangan.
 Volume pasangan berdasarkan jumlah material, tenaga, mortar terpakai.
 Volume galian tanah berdasarkan kapasitas dan waktu kerja alat berat.
 Volume timbunan tanah berdasarkan luas areal kerja dan ketebalan
lapisan.

5. Penilaian Hasil Prestasi Pekerjaan Konstruksi :


 Ploting item jenis pekerjaan yang dilaksanakan pada gambar denah,
potongan memanjang dan melintang dengan warna tertentu, dilengkapi
penjelasan perhitungan volume, dimensi dan elevasi berpedoman pada
pengukuran langsung.

11
 Buat irisan-irisan vertical melintang komponen bangunan yang dinilai
prestasinya sedemikian rupa secara terperinci dan seteliti mungkin,
sehingga dapat dipakai sekaligus untuk menghitung volume semua jenis
item pekerjaan yang berkaitan.
 Volume harus diukur secara akurat berdasarkan dimensi dan elevasi
pekerjaan hasil terpasang, serta pengukuran langsung dilapangan.
 Hitung total luas masing-masing jenis item pekerjaan yang dijadikan
prestasi, sehingga volume bagian bangunan diantara dua irisan berdekatan
bisa didapat dan dicatat dalam lembar detail perhitungan dilengkapi gambar
sketsa irisan-irisan.
 Hasil perhitungan volume pekerjaan yang diprestasikan dimasukan
kedalam formulir hasil prestasi bulanan, dilampiri lembar perhitungan detail
dan dimintakan persetujuan dari Direksi setelah diverifikasi oleh Konsultan
Supervisi.
 Lampirkan hasil uji kualitas paling mutakhir sesuai prosedur dan
persyaratan teknis tercantum dalam spesifikasi.
 Lampirkan foto dokumentasi saat awal, selama dan akhir pelaksanaan dari
titik dan sisi serupa sehingga mudah dibedakan perkembangan
prestasinya.
 Direksi menerbitkan Sertifikat Prestasi Pekerjaan dilampiri perhitungan
volume pekerjaan terpasang dan penilaian uji kualitas setelah dikoreksi Tim
Konsultan.

6. Pengujian Mutu Bahan dan Material


 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi melakukan pengambilan contoh
bahan dilokasi tambang material dan dibawa ke Laboratorium untuk
pengujian mutu, didampingi wakil Direksi pekerjaan konstruksi dan wakil
Tim Konsultan Supervisi
 Selama proses pengujian berlangsung diupayakan disaksikan bersama-
sama, sampai selesainya pengujian dan mendapatkan laporan hasil
pengujian mutu.

12
 Hasil uji mutu tersebut dievalusi untuk mendapatkan rekomendasi oleh Tim
Konsultan Supervisi sesuai persyaratan spesifikasi teknis, untuk
selanjutnya mendapatkan persetujuan Direksi.
 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi melakukan pengujian mutu, dan
peninjauan produk ke pabrik pembuat Mini Pile yang akan dipergunakan
dalam pelaksanaan di lapangan nanti dan didampingi wakil Direksi
pekerjaan konstruksi dan wakil Tim Konsultan Supervisi

7. Pengujian Mutu Mortar Beton dan Pasangan


 Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi melakukan contoh mortar komposisi
tertentu sebagai design mix dan dibawa ke Laboratorium untuk pengujian
mutu, didampingi wakil Direksi pekerjaan konstruksi dan wakil Tim
Konsultan Supervisi.
 Selama proses pengujian mutu mortar berlangsung diupayakan disaksikan
bersama, sampai selesainya pengujian dan mendapatkan hasil akhir.
 Hasil uji mutu mortar komposisi terterntu tersebut dievalusi untuk
mendapatkan rekomendasi oleh Tim Konsultan Supervisi sesuai
persyaratan spesifikasi teknis sebagai acuan komposisi bahan mortar beton
ready mix, selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan Direksi.
 Pengambilan contoh mortar beton secara acak setiap volume minimum 100
m3 harus selalu dilakukan selama pekerjaan berlangsung, selanjutnya
dilakukan uji mutu kekentalan dan kekuatan tekan sesuai persyaratan
spesifikasi teknis.
 Pengambilan contoh mortar pasangan secara acak setiap volume tertentu
harus selalu dilakukan selama pekerjaan berlangsung, selanjutnya
dilakukan uji mutu kekentalan dan kekuatan tekan sesuai persyaratan
spesifikasi teknis.
 Pengujian beton juga dilakukan setelah dilakukan pengecoran pada
bangunan Dinding Penahan Tanah (DPT) untuk mengetahui kualitas beton
yang dikerjakan oleh penyedia jasa.

13
8. Pengujian Kepadatan Timbunan
Sebelum pelaksananan urugan dan timbunan dilokasi yang ditunjukan pada
gambar pelaksanaan, maka dilakukan prosedur yang ditempuh sebagai
berikut:
a) Percobaan pemadatan lapangan.
 Konfigurasi berat alat pemadat, minimal 8 ton.
 Jumlah minimal lintasan 4 kali.
 Jumlah kadar air ideal, diuji dengan Speedy Test.
 Maksimal tebal lapisan tanah hamparan 40 cm.
 Pengambilan contoh uji lapisan tanah yang telah padat.
 Test Standard Proctor ulang kepadatan lapisan tanah.
b) Pelaksanaan Pemadatan Lapangan.
 Metode percobaan pemadatan dipakai sebagai acuan.
 Penghamparan lapisan terakhir maksimal 30 cm.
 Pengambilan contoh uji lapisan tanah yang telah padat setiap 5.000 m2
c) Test Sandcone
− Test Sandcone pada tanah dilakukan untuk mengtahui kepadatan tanah
ditempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang dipadatkan. Alat yang
diuraikan disini hanya terbatas untuk tanah yang mengandung butiran
kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan lapangan adalah berat kering
persatuan isi.

9. Pemeriksaan Kelengkapan Peralatan


Pemeriksaan kelengkapan atau kelayakan peralatan yang akan dipergunakan
Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk mendukung dalam pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.

2.2. TAHAPAN KEGIATAN PENGAWASAN KONSTRUKSI


Tahapan kegiatan Supervisi Konstruksi dapat disusun berdasarkan sistematika
yang dirangkum secara bertahap sebagai berikut :

14
a) Tahap Persiapan
1. Pemeriksaan Metode dan Rencana Kerja Kontraktor
Kelayakan teknis metode dan rencana kerja Kontraktor untuk pelaksanaan
pekerjaan konstruksi perlu dikaji dan diperiksa secara teliti dan hati-hati,
sebagai bukti justifikasi bahwa target dan sasaran kegiatan tersebut dapat
tercapai sesuai dengan persyaratan teknis dan administrasi Kontrak.
Impelentasi kegiatan ini antara lain memberikan tanggapan dan
rekomendasi terhadap metode pelaksanaan dalam Pre Construction Meting
yang dipresentasikan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi.
Pemeriksaan meliputi:
 Memeriksa / mengoreksi metode dan jadwal pelaksanaan konstruksi.
 Menyiapkan network planning bersama penyedia jasa konstruksi.
 Mengevaluasi prosedur dan metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
 Pengarahan prosedur dan metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
 Identifikasi indikasi permasalahan dan hambatan pelaksanaan.
 Usulan teknis penanganan permasalahan dan hambatan.
 Pencegahan penyimpangan standar prosedur dan spesifikasi
pelaksanaan.

b) Tahap Modifikasi Desain


1. Kajian Permasalahan
Permasalahan lapangan diinventarisasi dalam survei awal dan dimonitor
dalam laporan harian dan mingguan, kemudian dikaji untuk diselesaikan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Permasalahan yang tidak
dapat diselesaikan oleh pengawas, kemudian ditinjau dan dicermati oleh
Tim Konsultan Supervisi, kemudian ditindaklanjuti cara penyelesaiannya.

2. Penyesuaian Desain
Penyesuaian desain dan kajian teknis terhadap perubahan-perubahan jenis
pekerjaan sesuai kondisi lapangan dan bila dipandang perlu saran review

15
Tim Konsultan Supervisi dapat dilaksanakan. Adapun tugas Konsultan pada
penyesuaian desain adalah melakukan hal-hal sebagai berikut:
 Meneliti dan memberi masukan tentang kesesuaian desain dengan
keadaan lapangan kepada pemilik pekerjaan.
 Menyiapkan data pendukung (data ukur, dll) yang dibutuhkan dalam
rangka review desain sesuai kebutuhan lapangan.
 Menyiapkan konsep penyesuaian desain sesuai dengan
kebutuhan/kondisi lapangan.

c) Tahap pengawasan Konstruksi


1. Pengawasan Pengukuran awal, Shop Drawing dan AsBuilt Drawing
Pemeriksaan pengukuran dilaksanakan dalam bentuk:
 Joint survei untuk penentuan lay out rencana bangunan dan cross
check kondisi topografi lapangan tapak bangunan.
 Joint survei dan cross check dimensi dan elevasi bangunan yang telah
selesai dilaksanakan.
Adapun tugas Konsultan Supervisi pada pemeriksaan pengukuran, antara
lain:
 Mengecek alat ukur yang telah dikalibrasi sebelum digunakan.
 Melaksanakan survei lapangan dalam rangka perhitungan. Mutual Chek
(pengukuran, perhitungan volume beserta backupnya, penyiapan berita
acara) bersama penyedia jasa konstruksi.
 Memeriksa data elevasi/koordinat pada patok-patok pembantu.
 Memeriksa penerapan seluruh elevasi dan dimensi bangunan dari
gambar pelaksanaan (construction drawing/shop drawing) ke situasi
sesungguhnya di lapangan (kondisi alami).
 Mengecek tingkat ketepatan bidang bekisting sebelum pengecoran
konstruksi beton.
Adapun tugas Konsultan Supervisi pemeriksaan gambar shop drawing
dan as built drawing, antara lain :
 Gambar denah bangunan.

16
 Gambar profil memanjang dan melintang bangunan.
 Gambar detail irisan melintang bangunan.
 Perhitungan aritmatik kuantitas.
 Foto dokumentasi sebelum dan sesudah pelaksanaan.

2. Pengawasan Konstruksi
Melakukan pengawasan pelaksanaan konstruksi, antara lain :
 Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan agar pekerjaan dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan, spesifikasi
teknik dan desain sebagaimana ditentukan dalam dokumen kontrak
pekerjaan konstruksi.
 Menyusun Standar Operasi Prosedur (SOP) pelaksanaan konstruksi.
 Memeriksa dan mengesahkan laporan harian, laporan mingguan dan
laporan bulanan yang dibuat, oleh Penyedia Jasa Konstruksi.
 Memberi masukan lisan/tertulis secara pro aktif, akurat dan tepat
kepada direksi atau pemilik pekerjaan dalam rangka memperoleh
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
 Mengevaluasi program harian, mingguan penyedian jasa konstruksi
serta memberikan ijin lingkup pekerjaan per minggu sesuai jadwal
pelaksanaan.
 Melaksanakan sosialisasi spesifikasi teknis yang tercantum dalam
kontrak kepada seluruh personil teknis penyedia jasa konstruksi.
 Melaksanakan dan menerapkan tata cara, prosedur, mekanisme
pelaksanaan yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Mutu
Kontrak (RPMK) dan hasilnya dilaporkan kepada direksi pekerjaan.
 Melaksanakan tugas supervisi sesuai dengan standar prosedur
pengawasan yang berlaku yang telah dijabarkan dalam Kerangka
Acuan Kerja.
 Melakukan monitoring dan pengecekan secara terus-menerus
sehubungan dengan pengendalian mutu dan volume pekerjaan serta

17
menandatangani laporan bulanan, apabila pelaksanaan pekerjaan telah
memenuhi ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan.
 Konsultan Pengawas harus melaporkan secara tertulis kepada pemilik
pekerjaan apabila terjadi adanya penyimpangan-penyimpangan dari
ketentuan dan persyaratan teknis, dengan tembusan kepada penyedia
jasa konstruksi.
 Melaporkan kepada Pemilik Pekerjaan masalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan termasuk keterlambatan pencapain target fisik,
serta mengusulkan upaya penanggulangan dan tindak turun tangan
yang diperlukan, dan membantu Pemilik Pekerjaan menyiapkan konsep
teguran terhadap Penyedia Jasa Konstruksi.
 Melaporkan dan mencatat pemakaian bahan yang diperlukan, jumlah
tenaga dan alat yang dipergunakan.
 Membantu Pemilik Pekerjaan dalam pelaksanaan penyerahan pertama
pekerjaan/ Previsional Hand Over (PHO).

3. Pengukuran hasil pelaksanaan pekerjaan (opname)


Pengukuran hasil pelaksanaan pekerjaan (opname), antara lain :
 Memeriksa buku ukur dan kelengkapan dokumentasi pengukuran yang
dibuat oleh penyedia jasa konstruksi.
 Memeriksa secara cermat hasil pengukuran dan perhitungan volume,
apabila sudah benar bisa menyetujui semua hasil perhitungan volume
tersebut dalam rangka pembayaran / termijn pekerjaan konstruksi.
Tahap kegiatan pemeriksaan akhir pekerjaan merupakan hasil dari
rangkaian pelaksanaan tahap kegiatan pelaksanaan konstruksi dengan
memberikan keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, antara lain :
 Rangkuman final kalkulasi kuantitas jenis item pekerjaan konstruksi
terpasang dituangkan pada gambar akhir pelaksanaan berdasarkan
lembar kalkulasi terperinci merupakan bagian Mutual Check Akhir.

18
 Evaluasi final kualitas pekerjaan konstruksi meliputi rangkuman hasil uji
kualitas dan kesimpulan akhir kualitas konstruksi bangunan, sebagai
persyaratan teknis Penyerahan Pertama Hasil Pelaksanaan Konstruksi
kepada Pengguna Jasa.
 Evaluasi final estetika hasil pekerjaan konstruksi dan kesimpulan akhir
penampilan konstruksi guna penyempurnaan pada masa pemeliharan.
 Verifikasi dan klarifikasi dokumen-dokumen pendukung pembayaran
tahap Penyerahan Pertama Hasil Pelaksanaan Konstruksi.

d) Rapat Koordinasi dan Diskusi


1. Rapat Koordinasi
Koordinasi ekstern maupun intern memegang peranan penting dalam
kegiatan pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengenalan, kunjungan,
diskusi dan rapat koordinasi, mencakup antara lain sebagai berikut :
− Rapat koordinasi kaitannya dengan perubahan desain maupun program
kegiatan yang dinilai sangat penting dilaksanakan dikantor Balai Besar
Wilayah Sungai Brantas, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Brantas Jalan Menganti No. 312
Wiyung Surabaya.
 Untuk rapat koordinasi sifatnya kegiatan teknis konstruksi dilaksanakan
di kantor direksi keet sekaligus pemantauan progress kegiatan
pekerjaan lapangan menyangkut masalah teknis dan non teknis.
 Memahami dan mendalami hubungan institusi antara Pengguna Jasa
dengan pihak instansi terkait antara lain mencakup Lembaga
Pemerintahan Daerah dan Lingkungan sehingga bila dijumpai
permasalahan dapat ikut mencarikan jalan keluarnya berdasarkan
Peraturan dan Perundangan yang berlaku.
 Pendampingan Tim Konsultan dalam kegiatan sosialisasi ke setiap
wilayah Pemerintahan Desa dan Kecamatan setempat merupakan
bentuk pembantuan Tim Konsultan kepada Wakil Pengguna Jasa.

19
 Kehadiran Tim Konsultan dalam Rapat Koordinasi Evaluasi
Pelaksanaan Konstruksi untuk memberikan laporan teknis dan
masukan dalam rangka pengendalian pelaksanaan konstruksi
merupakan bentuk pembantuan Tim Konsultan kepada Pengguna Jasa.
Rapat koordinasi secara periodik baik harian, mingguan ataupun rapat
bulanan dilakukan sesuai kebutuhan, antara lain dalam bentuk :
 Rapat dengan Direksi dan Kontraktor mengenai: organisasi proyek,
dokumen kontrak, program kerja, metode pelaksanaan, material,
tenaga, peralatan, pelaksanaan uji di lapangan dll pengaturan yang
diperlukan.
 Rapat dengan Desa Tempuran Kabupaten Mojokerto dan Desa
Blimbing Kabupaten Jombang kaitannya dengan usulan lokasi yang
mengalami genangan pada waktu banjir di sawahnya dan rumahnya.
 Pengecekan bersama kondisi lapangan sebagai masukan kemudian di
usulkan kepada PPK Sungai & Pantai untuk mendapat persetujuan
sebelum pekerjaan dimulai.

2.3. Tugas dan Tanggung Jawab Inspection Engineering


Tugas dan kewajiban dari Inspection Engineer sebagai berikut :
a) Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi untuk setiap
pelaksanaan, pengukuran, dan rekayasa lapangan yang dilakukan Pelaksana
dan menyampaikan laporan kepada PPK sehingga dapat dilakukan dengan
cepat keputusan – keputusan yang diperlukan, termasuk untuk pekerjaan
pengembalian kondisi dan pekerjaan minor mendahului pekerjaan utama serta
rekayasa terperinci lainnya;
b) Mengkoordinasikan seluruh tenaga ahli pengawasan konstruksi secara teratur
dan memeriksa pekerjaan pada semua lokasi di lapangan dimana pekerjaan
konstruksi sedang dilaksanakan serta memberi penjelasan tertulis kepada
Pelaksana mengenai apa yang sebenarnya dituntut dalam pekerjaan tersebut,
bila dalam kontrak hanya dinyatakan secara umum;

20
c) Memastikan bahwa pelaksana memahami Dokumen Kontrak secara benar,
melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan spesifikasi serta gambar –
gambar, dan pelaksana menerapkan teknik pelaksanaan konstruksi yang tepat
dan cocok dengan keadaan lapangan untuk berbagai macam kegiatan
pekerjaan;
d) Membuat rekomendasi kepada PPK untuk menerima atau menolak pekerjaan
dan material;
e) Mengkoordinasikan pencatatan kemajuan pekerjaan setiap hari yang dicapai
Pelaksana pada lembar kemajuan pekerjaan (progress schedule) yang telah
disetujui;
f) Memonitor dan mengevaluasi secara seksama kemajuan dari semua
pekerjaan dan melaporkannya segera/tepat waktu kepada PPK bila kemajuan
pekerjaan terlambat sebagaimana tercantum pada buku Spesikasi Umum dan
hal itu benar – benar berpengaruh terhadap jadwal penyelesaian yang
direncanakan. Dalam hal demikian, maka Supervision Engineer juga membuat
rekomendasi secara tertulis bagaimana caranya untuk mengejar
keterlambatan tersebut;
g) Memeriksa dengan teliti semua kuantitas hasil pengukuran setiap pekerjaan
yang telah selesai yarig disampaikan oleh Quantity Engineer,
h) Menjamin bahwa sebelum pelaksana diijinkan untuk melaksanakan pekerjaan
berikutnya, maka pekerjaan – pekerjaan sebelumnya yang akan tertutup atau
menjadi tidak tampak harus sudah diperiksa dan diuji serta sudah memenuhi
persyaratan dalam Dokumen Kontrak;
i) Memberi rekomendasi kepada PPK menyangkut mutu dan jumlah pekerjaan
yang telah selesai dan memeriksa kebenaran dari setiap bukti pembayaran
bulanan Pelaksana;
j) Mengkoordinasikan perhitungan dan pembuatan sketsa – sketsa yang benar
untuk bahan PPK pada setiap lokasi pekerjaan;
k) Mengawasi dan memeriksa pembuatan Gambar Sebenarnya Terbangun/
Terpasang (as-built drawings) dan megupayakan agar semua gambar tersebut
dapat diselesaikan sebelum Penyerahan Pertama Pekerjaan (PHO);

21
l) Memeriksa dengan teliti dan seksama setiap gambar – gambar kerja dan
Analisa atau perhitungan konstruksi dan kuantitasnya, yang dibuat oleh
Pelaksana sebelum pelaksanaan;
m) Melakukan inspeksi secara teratur dan memeriksa pekerjaan pada semua
lokasi pekerjaan dalam kontrak membuat laporan kepada PPK terhadap hasil
inspeksi lapangan;
n) Memberi rekomendasi kepada PPK hasil penjaminan mutu dan keluaran hasil
pekerjaan serta pemenuhan tingkat layanan jalan terkait dengan usulan
pembayaran yang diajukan Pelaksana;
o) Mengkoordinasikan pembuatan laporan – laporan mengenai kemajuan fisik
dan keuangan proyek yang ada dibawah wewenangnya dan menyerahkan
kepada PPK serta instansi lain yang terkait tepat pada waktunya; dan
p) Menyusun/memelihara arsip korespondensi kegiatan, laporan harian laporan
mingguan, bagan kemajuan pekerjaan, pengukuran
q) Pembayaran, gambar desain, laporan hasil inspeksi lapangan, dan lainnya.

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI

3.1 KEGIATAN JOINT INSPECTION (JI)


Yang dimaksud dengan kegiatan JI adalah kegiatan pengecekan langsung
dilapangan pekerjaan yang akan dilaksanakan antara lain :
 Pekerjaan Peninggian Tanggul Kanan dan Kiri Kali Jombok dengan
mendatangkan tanah dari luar (Quarry) setelah mendapatkan persetujuan
Direksi dan Konsultan Supervisi.
 Proses pemadatan tanggul dengan Buldozer untuk diratakan kemudian
dipadatkan setiap 30 cm dengan Vibrator Roller pada lapisan tanah yang
dipadatkan dilakukan test kepadatan tanah dengan Sand Cone dilakukan
bersama pengawas lapangan dan konsultan supervisi dan direksi pekerjaan
dari Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas.

22
 Pekerjaan pemasangan bronjong dan pembesian tulangan untuk konstruksi
dinding penahan tanah (DPT) Kali Balongkray serta Sungai Watudakon
sebelum dilakukan pengecoran beton K.300 pada pondasi DPT dan dinding
tegaknya, untuk mengetahui jarak tulangan pokok dan tulangan bagi sudah
sesuai dengan desain, setelah dilakukan Joint Inspection penyedia jasa di
ijinkan untuk melaksanakan pengecoran beton K. 300 adapun kegiatan
Joint Inspection dilaksanakan oleh Konsultan Supervisi dan Pelaksana
pekerjaan dilapangan sebagai wakil dari Penyedia Jasa dan Satuan Kerja
Non Vertikal Tertentu Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Brantas Balai
Besar Wilayah Sungai Brantas.
 Untuk pengecoran beton K.300 semua dinding penahan tanah (DPT)
terlebih dahulu dilakukan Joint Inspection semua pembesian baik untuk
pondasi maupun dinding tegak kaitannya dengan jarak tulangan melintang
dan memanjangnya juga diameter besi tulangan, dan penyedia jasa tidak di
ijinkan untuk order beton sebelum Joint Inspection dilaksanakan sesuai
dengan desain dinding penahan tanah (DPT).

3.2 TEST KEPADATAN TANAH DENGAN SAND CONE

Sand Cone Test adalah pemeriksaan kepadatan tanah dilapangan dengan


menggunakan pasir Ottawa sebagai perameter kepadatan tanah yang
mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat
sehingga dapat mengali dengan bebas. Pasir Ottawa yang digunakan
adalah lolos saringan no. 10 dan tertahan di saringan no. 200. Metode ini
hanya terbatas untuk lapisan atas tanah yaitu antara 10 – 15 cm.
Pemadatan dapat dikatakan sebagai proses pengeluaran udara dari pori –
pori tanah dengan salah satu cara mekanis. Cara mekanis yang dilakukan
atau digunakan dilapangan dengan menggilas, sedangkan di laboratorium
dengan cara menumbuk atau memukul. Daya pemadatan tergantung pada
kadar air, meskipun digunakan energy yang sama, nilai kepadatan yang
akan diperoleh akan berbeda – beda. Pada kadar air yang cukup rendah

23
tanah sukar dipadatkan, sedangkan pada kadar air yang cukup tinggi nilai
kepadatannyanakan menurun sampai suatu kadar air tinggi sekali sehingga
air tidak dapat dikeluarkan dengan pemadatan. Pada pemadatan dengan
kadar air yang berbeda – beda akan didapat nilai kepadatan yang berbeda
22 pula. Sehingga kadar air tertentu akan didapat keadaan yang paling
padat (angka pori yang paling rendah) Kadar air dimana tanah mencapai
keadaan yang paling padat disebut kadar air optimum. Satu hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan tanah adalah kepadatan
lapangan (berat isi kering) Karena walaupun nilai CBR (California Bearing
Ratio) telah memenuhi standar, namun jika kepadatan lapisan nya masih
belum baik, maka deformasi akibat konsolidasi masih dapat terjadi
penyebaran beban ke lapis tanah dibawahnya akan terjadi kurang baik,
yang dapat mengakibatkan kegagalan lapis dasar tanah dasar secara
keseluruhan.

3.3 PROGRES KEGIATAN KONSTRUKSI


Yang dimaksud dengan laporan kemajuan kegiatan konstruksi adalah
progress fisik kegiatan konstruksi di lapangan yang telah dikerjakan oleh
penyedia jasa konstruksi setiap bulannya, mulai dari bulan pertama
kegiatan pekerjaan sampai dengan berakhirnya pekerjaan sesuai dalam
kontrak perjanjian.

3.4 PELAKSANAAN KONSTRUKSI DILAPANGAN


1. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Jombok panjang = 2.553.00 m
2. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Watudakon panjang = 3.917.00 m
3. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 WK.4 kiri = 128.00 m
4. Pembangunan Revetment Type 2 WK.11 kanan dengan SSP = 120.00 m
5. Pembangunan Revetment Type 2 WK.12 kanan dengan SSP = 168.00 m
6. Pembangunan Revetment Type 2 WK. 10 kiri dengan SSP = 240.00 m
7. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.8 kiri = 256.00 m
8. Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK.9 kanan = 160.00 m
9. Pintu Klep Watudakon = 13 Unit
10. Trash Rack Watudakon = 4 Unit

24
3.5 MONITORING KESELAMATAN KONSTRUKSI

Jasa konstruksi adalah industri dengan bahaya tinggi yang terdiri dari berbagai
kegiatan yang melibatkan konstruksi, perubahan, dan / atau perbaikan.
Contohnya termasuk konstruksi perumahan, pembangunan jembatan,
pengaspalan jalan, penggalian, penghancuran, dan pekerjaan pengecatan
dengan skala besar. Pekerja konstruksi terlibat dalam banyak kegiatan yang
dapat menghadapkan mereka dengan bahaya yang serius, seperti jatuh dari atap,
mesin yang tidak dijaga, terkena peralatan konstruksi berat, listrik, debu silika,
dan asbes. Dalam pelaksanaan pekerjaan sering timbul kecelakaan kerja. Untuk
itu penerapan Sistem Manajemen K3 dalam industri jasa konstruksi sangatlah
penting. K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian
pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang
berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Kegiatan
Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dalam
pelaksanaan kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan berbagai dampak yang
tidak dinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan dan kesehatan
para pekerja dilapangan.
Didalam pelaksanaan pekerjaan harus diperhatikan dan dijaga keselamatan, baik
untuk para pekerja, petugas-petugas dari Kontraktor, Konsultan dan Pengguna
Jasa maupun peralatan dan bahan-bahan bangunan yang dipergunakan dalam
pekerjaan. Program K3 disusun paling sedikit berisi: Kebijakan K3 Proyek;
Organisasi K3; Perencanaan K3; Pengendalian dan Program K3; Pemeriksaan
dan Evaluasi Kinerja K3; Program K3 dapat direvisi sesuai dengan kondisi lokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa harus membuat rencana keselamatan konstruksi, yang
diperlukan untuk pengawasan/monitoring keselamatan konstruksi di lapangan
yang bertujuan untuk mengendalikan/mengontrol pelaksanaan keselamatan
selama konstruksi berlangsung. Semua kegiatan pengawasan/monitoring
pelaksanaan keselamatan konstruksi dicatat dan dilaporkan tiap bulan setiap jenis
pekerjaan konstruksi.

25
Pada bulan ini masih melaksanakan pekerjaan konstruksi yang dilakukan adalah:
 Pembuatan kistdam di alur sungai Watudakon sebelah kiri sepanjang
150.00 m untuk pekerjaan Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1
WK.4 kiri untuk galian pondasi pada elevasi 2.00 dibawah dasar sungai.
 Pembuatan kistdam alur sungai Balongkray sebelah kanan dan kiri untuk
pekerjaan Pembangunan Dinding Penahan Tanah Type 1 BK. 3 kanan
dan kiri kemudian BK. 8 kiri dan BK. 9 kanan untuk pekerjaan galian
pondasi pada elevasi 1.00 dibawah dasar sungai.
 Pembuatan kistdam di alur sungai Watudakon sebelah kanan sepanjang
200.00 m untuk pekerjaan Pembangunan Dinding Revetment Penahan
Tanah Type 2 WK.58 kanan dengan pemancangan SSP panjang 6.00 m
dan Minipile panjang 3. 00 m untuk untuk perkuatan tebing sungai dari
pengaruh gerusan tebing (local scoring)
 Pembuatan kistdam di alur sungai Watudakon sebelah kiri sepanjang
200.00 m untuk pekerjaan Pembangunan Dinding Revetment Penahan
Tanah Type 2 BK.10 kiri dengan pemancangan SSP panjang 6.00 m dan
Minipile panjang 3.00 m untuk perkuatan tebing sungai dari pengaruh
gerusan tebing (local scoring)
 Dewatering untuk mengeringkan galian pondasi yang akan dipasang
pembesian sebelum dicor beton dengan menggunakan pompa yang
berkapasitas memadai.
 Pembesian untuk pondasi dikerjakan ditanah yang datar dan rata setelah
dilakukan Joint Inspection Konsultan Supervisi baru diturunkan ke galian
yang telah dibuat.
 Pengecoran beton K. 300 untuk DPT Type 1 dan K.225 untuk Dinding
Revetment Penahan Tanah Type 2
 Pembersihan kistdam di alur sungai setelah selesai pekerjaan struktur
DPT maupun Dinding Revetment sebagai timbunan dibelakang bangunan
DPT maupun Dinding Revetment.

26
Dari hasil monitoring keselamatan konstruksi di lapangan penyedia jasa telah
menunjukkan kesiapannya bahwa kegiatan keselamatan konstruksi untuk
kelengkapan peralatan K3 sudah cukup baik dan lengkap.

Monitoring Keselamatan Kerja Konstruksi

No Waktu Jenis Kegiatan Pengendalian Resiko Monitoring Lapangan


1 Bulan Pemakaian Alat Berat Pemasangan Rambu – rambu Rambu petunjuk jalan, rambu
Nopember untuk pekerjaan galian peringatan di lokasi pekerjaan peringatan, dan rambu informasi,
2021 pondasi dan dan peralatan pendukung rambu larangan sudah terpasang
pemancangan Minipile seperti lampu penerangan dilapangan dan pengarahan para
beton dan pengecoran untuk pengecoran beton K.300 tenaga kerja.
beton pada malam hari pada malam hari. Pemasangan rambu peringatan
Pemancangan Steel Pemancangan Steel Sheet dekat permukiman kepada
Sheet Pile (SSP) Pile (SSP) dengan alat Vibro masyarakat sekitar lokasi pekerjaan,
panjang 6.00 m Hammer dilengkapi alat bantu untuk tidak mendekat saat
dengan alat Vibro Genset dan mesin las dan pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
Hammer untuk tenaga pelaksana dan Pembersihan tanah hasil galian
perkuatan tebing operator alat pancang dan pondasi yang tercecer di jalan
Kanan dan Kiri pada penerangan pada saat lingkungan akibat terbawa oleh
Alur sungai pemancangan sampai malam Dump Truck maupun Excavator saat
Watudakon hari. pindah lokasi pekerjaan
Mengatur lalu lintas Menyususun kerja lalu lintas Sudah ada tenaga pengawas oleh
pada saat Dump Truck dan menempatkan tenaga ahli K.3 dari pihak penyedia jasa
maupun Excavator untuk mengamankan lokasi
Rolling ke lokasi jalan yang dilalui alat berat.
pekerjaan lain

Pelaksanaan Penggunaan APD yang sesuai Belum seluruh tenaga kerja


pekerjaan dilapangan untuk para pelaksana menggunakan APD kurang
dengan alat berat pekerjaan dan tenaga kerja pengawasan oleh ahli K.3 dari pihak
seperti pemancangan pembantu pemancangan dan penyedia jasa
SSP dan Minipile serta pada saat pengecoran beton
pengecoran beton. dilapangan
Persiapan sebelum Melakukan pembinaan kepada Sudah ada pengarahan dan
pelaksanaan para pekerja dilapangan untuk pembinaan oleh ahli K.3 dari pihak
pekerjaan dilapangan tetap menjaga keselamatan penyedia jasa
dalam bekerja
Pencegahan kepada Penempatan tempat atau Sudah disediakan P3K dilokasi
para pekerja dalam lokasi P3K dilapangan yang pekerjaan pengawasan oleh ahli K.3
melaksanakan terdekat dengan lokasi kerja dari pihak penyedia jasa
kegiatan untuk tetap yang aman dan mudah
berhati – hati dalam dijangkau.
bekerja agar tidak
terjadi hal – hal yang
tidak kecelakaan kerja.
Perlu tindakan Melakukan koordinasi dengan Sudah dilakukan koordinasi dan
preventif di lokasi tenaga medis / Puskesmas pengawasan oleh ahli K.3 dari pihak
kerja. terdekat penyedia jasa
Perlunya pengamanan Melakukan koordinasi dengan Sudah dilakukan koordinasi dan oleh
dilokasi pekerjaan aparat keamanan setempat ahli K.3 dari pihak penyedia jasa
kaitannya dengan dan melibatkan tenaga dengan aparat keamanan setempat
peralatan dan material keamanan desa setempat. dan keamanan desa setempat
dilapangan

27
BAB IV RENCANA KEGIATAN KONSTRUKSI

4.1 RENCANA PROGRES KEGIATAN KONSTRUKSI


Pada rencana progress kegiatan konstruksi dijelaskan jenis pekerjaan yang akan
dikerjakan pada bulan berikutnya berdasarkan dari sisa volume pekerjaan. Hal ini
dapat digunakan sebagai salah bentuk pengendalian progres pelaksanaan
pekerjaan di lapangan sehingga proyek Pembangunan Pengendali Banjir Afvour
Watudakon dapat terselesaikan sesuai dengan rencana jadwal pekerjaan.

4.2 EVALUASI RENCANA KERJA PENYEDIA JASA


Evaluasi Rencana Kerja Penyedia Jasa dilaksanakan apabila Penyedia Jasa
mengalami keterlambatan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal atau
kontrak kritis sesuai ketentuan dalam kontrak, dengan asumsi tidak ada masalah
dengan desain atau gambar pelaksanaan. Evaluasi ini meliputi :

- Volume Pekerjaan
- Ketersediaan material
- Ketersediaan alat
- Ketersediaan tenaga
- Waktu yang tersedia

28
29
Layout rencana pekerjaan

Lokasi Pekerjaan :
1. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Jombok panjang = 2.553 m selesai dikerjakan
2. Peninggian Tanggul kanan dan kiri K. Watudakon panjang = 3.917m selesai dikerjakan
3. Pembangunan Revetment Type 1 WK.4 = 168 m sedang dikerjakan
4. Pembangunan Revetment Type 1 BK.3 = 372 m selesai dikerjakan
5. Pembangunan Revetment Type 1 BK.8 = 456 m selesai dikerjakan
6. Pembangunan Revetment Type 1 BK.9 = 160 m sedang dikerjakan
7. Pembangunan Revetment Type 2 WK.10 dengan SSP = 240 m sedang dikerjakan
8. Pembangunan Revetment Type 2 WK.11 dengan SSP = 240 m selesai dikerjakan
9. Pembangunan Revetment Type 2 WK.12 dengan SSP = 168 m selesai dikerjakan
11. Pintu Klep Watudakon = 3 Unit sedang dikerjakan
12. Pintu Klep Jombok = 10 Unit sedang dikerjakan
13. Trash Rack = 4 Unit sedang dikerjakan

30
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kemajuan kegiatan konstruksi pada bulan ke – 7 sebesar 95.056 % sedangkan


rencana target pada bulan ke – 7 adalah 93.747 %, jadi progres aktual
mengalami deviasi negative ( - 1.309 %)
2. Curah hujan pada bulan ke 7 (November) sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan dilapangan hampir setiap malam turun hujan dengan
curah hujan yang bervariasi, sehingga lokasi pemancangan SSP maupun Mini
Pile tergenang air menyulitkan pelaksanaan.
3. Konsultan Supervisi bersama Direksi Pengawas melakukan pengawasan dan
pemantauan setiap tahapan kegiatan Penyedia Jasa dalam upaya melakukan
percepatan kegiatan.
4. Konsultan Supervisi bersama Direksi Pengawas melakukan teguran kepada
penyedia jasa agar pengadaan material beton Mini pile segera dipenuhi
jumlahnya demikian juga untuk pengadaan Steel Sheet Pile (SSP) segera
dipenuhi pengadaannya agar pelaksanaan tidak menunggu.
5. Fasilitas dan peralatan proyek yang memadai serta tenaga kerja yang terampil,
berpengalaman dan disiplin sangat menentukan keberhasilan proyek.
6. Bahan - bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan proyek harus masuk
dalam spesifikasi bahan standart dan disesuaikan dengan rencana bahan
yang akan diterima.
7. Pelaksanaan kegiatan Konsultan Supervisi telah dilakukan sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang telah ditetapkan.

31
5.2 KENDALA

1. Mengingat aliran air di sepanjang Kali Watudakon kedalamannya mencapai


2.00 m khusus di WK. 10 sepanjang 240 m mengalami kesulitan melakukan
dalam membuat kistdamnya barus menggunakan jumbo beg yang di isi tanah
kemudian diturunkan kedalam sungai dengan excavator emikian juga untuk
material tanahnya,
maka hal ini menjadikan hambatan dan perlu koordinasi dengan pihak Direksi
dan pengawas supervise untuk mencari solusinya.
2. Khusus pekerjaan Dinding Penahan Tanah (DPT) di WK. 10 sepanjang 240 m
Desa Keprabon karena lokasi di pinggir Kali Watudakon sering terjadi
permukaan naik karena hujan daerah hulu sehingga kistdam sering tergenang
3. Dalam progres bulan ke 7 mengalami keterlambatan karena pada waktu mau
melaksanakan pekerjaan pemasangan Caping Beam di WK. 10 kiri permukaan
air sungai Watudakon naik sekitar 0,50 m sehingga SSP tenggelam karena
curah hujan cukup besar selama 2 hari terutama pada waktu malam sehingga
tidak ada kegiatan dilapangan selama 3 hari.

5.3 SARAN
1. Penyedia jasa segera melakukan kegiatan lapangan secara maksimal
mengingat waktu semakin mendekati selesai kontraknya, agar melakukan
percepatan untuk menaikkan progress pekerjaannya yang terlambat.
2. Peralatan yang sudah ada seperti Excavator Buldozer Vibrator Roller khusus
untuk pemancangan Steel Sheet Pile dengan panjang 6. 00 m harus
menggunakan alat Vibro Hammer dan tenaga pelaksana dan alat penunjang
lainnya seperti pompa air, mesin las listrik dan gen set dengan kapasitas yang
memadai harus menambah jam kerjanya (kerja lembur)
2. Untuk pekerjaan pemancangan SSP maupun Mini Pile yang lokasinya ditebing
sungai penyedia jasa agar membuat Kistdam didalam alur sungai sekaligus
untuk operasional alat Vibro Hammer dalam pemancangan SSP dan Mini Pile
di lokasi WK. 10 sebelah kiri alur sungai Watudakon Desa Keprabon.

32
3. Untuk pekerjaan di lokasi BK. 9 kanan pada alur sungai Balongkray juga
diperlukan menambah alat khususnya Excavator untuk menggali pondasi DPT
Tipe 1 tanpa SSP dan untuk memancang Minipile pondasi DPT.
4. Untuk pekerjaan pembesian pondasi dan dinding tegak DPT BK. 9 kanan
material besi tulangan agar diperhitungkan kebutuhanya agar waktu
pelaksanaan tidak sampai terganggu demikian dengan tenaga di tambah
mengingat waktu pelaksanaan tinggal 25 hari efektif pekerjaan.

5. Dalam cuaca saat ini sudah mulai musim hujan agar penyedia jasa melakukan
pembersihan tanah yang tercecer dijalan agar tidak menimbulkan kecelakaan
karena tanah becek seperti di Desa Tempuran

6. Untuk mendukung pelaksanaan dilapangan penyedia jasa agar menambah


Excavator untuk membantu pengecoran beton K. 300 DPT Type 1, mengingat
lokasi pekerjaan tidak terjangkau dengan Truk Mixer Concrete (TMC) ke lokasi
harus dilakukan secara melansir beton ke dalam bucket Excavator akan lebih
cepat penyelesaiannya dalam pekerjaan pengecoran.

33
FOTO – FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN BULAN VII

DPT Tipe 2 BK 3. Kanan selesai dikerjakan DPT Tipe 2 BK 3. Kiri selesai dikerjakan

DPT Type 2 WT.10 kiri sungai Watudakon DPT Tipe 2 BK 8 Kiri sungai Balongkray selesai
selesai dikerjakan dikerjakan

Normalisasi alur sungai dan peninggian tanggul Normalisasi alur sungai dan peninggian tanggul
Kanan dan kiri sungai Watudakon selesai Kanan dan kiri sungai Jombok selesai
dikerjakan dikerjakan

34
Pekerjaan Galian DPT Type 2 BK. 9 Kanan Pemancangan Mini Pile untuk penulangan
Sungai Balongkray pondasi DPT Type 2 BK. 9 kanan sungai
Balongkray

JI pembesian untuk pondasi DPT Type 2 BK. 9 Tulangan pondasi diturunkan pada galian yang
Sebelum diturunkan ke dalam galian pondasi sudah disiapkan diteruskan penulangan DPT
Untuk dilakukan pengecoran beton Type 2 BK. 9 dinding tegak

Pengecoran beton K. 300 pondasi DPT Tipe 2 Selesai pengecoran pondasi DPT Tipe 2 BK.9
BK. 9 kanan sungai Balongkray penulangan dinding tegak DPT

35
Pemasangan begisting DPT Tipe 2 BK. 9 Pemasangan suling – suling drainase sebelum
Kanan Sungai Balongkray dilaksanakan pengecoran beton K. 300

Pengecoran beton K. 300 DPT Tipe 2 BK. 9 Pembongkaran begisting setelah 12 jam untuk
Kanan sungai Balongkray dipakai pada dinding DPT segmen berikutnya

Pemancangan Mini Pile untuk menopang Selesai pemancangan langsung dipasang


bronjong Sebagai pondasi untuk mengatasi bronjong pabrikasi untuk menahan gerusan
gerusan (scoring) Pada DPT saat debit air (scoring) pada DPT pada saat debit air sungai
sungai besar (banjir) besar (banjir)

36
Diskusi dengan Peltek untuk menentukan lokasi Pengukuran untuk menentukan posisi DPT Tipe
DPT Tipe 2 WT. 4 kiri sungai Watudakon 2 WT. 4 kiri sungai Watudakon

Pekerjaan galian untuk pondasi DPT Tipe 2 WT. Pengukuran untuk menentukan jarak setiap Mini
4 Kiri sungai Watudakon Pile untuk memudahkan dalam pemancangan

Pembuatan kistdam untuk pekerjaan DPT Tipe 2 Pemancangan Mini Pile dengan alat Vibro
WT. 4 kiri di tepi sungai Watudakon dengan Hammer dengan kapasitas pemancangan
Kantong Jumbo Beg yang di isi tanah 10.00 m. Kedalam tanah di dasar sungai.

37
Pemancangan Mini Pile lebih dalam 2.00 m dari Galian pondasi untuk DPT Tipe 2 WT.4 kiri 2.00
Dasar sungai karena konsisi tanah berpasir m dibawah dasar sungai Watudakon

JI penulangan untuk pondasi DPT Tipe 2 WT. 4 Tulangan yang sudah dimasukkan ke dalam
Kiri sungai Watudakon. galian yang sudah disiapkan untuk segera dicor
beton

Pengecoran beton K. 300 pada malam hari Penulangan dinding tegak DPT Tipe 2 WT. 4
pondasi DPT Tipe 2WT. 4 kiri sungai kiri sungai Watudakon
Watudakon

38
Penjelasan kepada penyedia jasa khususnya Hamparan tanah untuk landasan operasiaonal
Dalam pemancangan SSP dekat rumah warga Vibro Hammer dalam pemancangan

Penyiapan SSP untuk dilakukan pemancangan Kunjungan Kabid Teknis Sungai Pantai dan
Agar memudahkan dalam pengambilan SSPnya Rawa Pusat dan PPK ke lokasi pekerjaan BK.10
kiri

Pemancangan SSP untuk Revetment Type 2 Pengecekan elevasi SSP yang telah dipancang
BK. 10 kiri sungai Watudakon sebelum dipasang caping beam Revetment

39
Pemancangan Mini Pile di belakang SSP untuk Pemasangan tulangan caping beam revetment
Pengenyangga pondasi Revetment dengan las agar menyatu dengan SSP

Penulangan dinding revetment BK. 10 kiri Dan Pengecoran beton K. 225 pada pondasi
pemasangan begisting dinding revetment revetment BK. 10 kiri sungai Watudakon

Pembonkaran begisting dinding revetment Pemancangan SSP selalu dicek posisi


untuk Dipasang lagi pada segmen berikutnya vertikalnya agar memudahkan pemasangan
tulangan

40
Pembongkaran pilar Trash Rack untuk Penulangan jembatan pelayanan pada Trash
pelebaran Jembatan pelayanan agar mobil Rack yang sudah dilebarkan menjadi 4. 00 m
operasional dapat Masuk untuk membawa untuk lalu lalang mobil operasional Trash Rack
peralatan Trash rack

Pengecoran Beton K. 225 lantai jembatan Selesai pengecoran lantai di teruskan


Pelayanan Trash Rack pembuatan sandaran pengaman kiri

Pemasangan rangka Trash Rack sebagai untuk Pelebaran jembatan pelayanan Trash Rack
pengoperasian menaikkan dan menurunkan sekaligus pembuatan sandaran jembatan
Trash Rack pada waktu banjir sebelah kiri

41
Bangunan DPT Type 1 BK. 8 kiri alur sungai Balongkray selesai dikerjakan

42
Bangunan DPT Type 1 WT. 10 kiri pada alur sungai Watudakon selesai dikerjakan

43
Untuk pekerjaan perbaikan Trash Rack dan pelebaran jembatan masih dikerjakan

Pekerjaan sayap kanan dan kiri Trash Track sudah selesai dikerjaka

44
Normalisasi alur sungai dan peninggian tanggul Kali Watudakon selesai dikerjakan

Peninggian tanggul kanan dan kiri K. Jombok selesai dikerjakan


45
Desain DPT Type 1 yang dipakai dalam pelaksanaan dilapangan

Desain Revetment Type 2 yang dipakai dalam pelaksanaan dilapangan

46
Desain Trash Rack yang sedang dikerjakan

47

Anda mungkin juga menyukai