Anda di halaman 1dari 11

MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI

1. Pengertian Akhlak
Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab (‫ )اخالق‬jamak dari kata ‫ خلق‬yang
berarti tingkah laku, perangai atau tabiat.
Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan
kegiatan-kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa
pertimbangan.
2. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan
(sebelumnya).
Jadi menurut saya ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku
manusia kemudian memberi hukum/nilai kepada perbuatan itu bahwa ia baik atau buruk
sesuai dengan norma-norma akhlak dan tata susila.

2. Pengertian Akhlak Terpuji


Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya
segala macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk
al-qur’an da al-hadis. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-
Hasanah, Thayyibah, Khairah, Karimah, Mahmudah, Azizah dan al-Birr.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah hadis
yang diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:
“ wahai abu dzar! ‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan
dipunggung, tetapi sagat berat ditimbangan (pada hari kiamat kelak?)’, Abu dzar
menjawab, ‘hendaklah kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah
yang tanganku berada digenggamannya, tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek
dengan dua hal tersebut” (H.R Al-baihaqi)

3. Macam- Macam Akhlak Terpuji


a. Husnuzan
Pengertian Husnuzan
Husnuzan secara bahasa berarti “berbaik sangka”  lawan katanya adalah su’uzan
yang  berarti berburuk sangka. Husnuzan adalah cara pandang seseorang yang
membuatnya melihat segala sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap
husnuzan akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran
dan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya.
Husnuzan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar
dan ikhlas dalam menjalani hidup.
2. Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan
optimis serta inisiatif
3. Husnuzan kepada sesama manusia, ditunjukan dengan cara senang, berpikir
positif dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga.
Macam-Macam Husnuzan
1. Husnuzan Kepada Allah SWT.
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat
husnuzan kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas
segala kehendak Allah terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi
pada kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap
Allah telah tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita
harus senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah
yang terbaik. Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena
musibah, akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya
menyalahkan Allah sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat
dilakukan adalah dengan cara segera menata hati dan perasaan kemudian
meneguhkan sikap bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya
mengandung hikmah. Inilah yang disebut sikap husnuzan kepada Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas
apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir
optimis, yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada
manusia tidak akan pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
ْ ‫َو َرحْ َمتِي َو ِس َع‬
‫ت ُك َّل َش ْي ٍء‬
“Dan rahnat ku meliputi segala sesuatu” (Q.S.Al-A’raf : 156).
MENGHINDARI AKHLAK TERCELA
Sebagai manusia yang beragama, sudah sepatutnya Anda menghindari perilaku tercela
dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi di zaman sekarang ini, saat pergaulan bebas kian
merajalela.
Semua itu tidak memberikan manfaat dalam kehidupan. Sebaliknya, justru
menghancurkan diri sendiri. Anda juga berisiko dijauhi banyak orang. Bahkan, tak menutup
kemungkinan Anda harus berakhir di dalam jeruji besi.
Tentunya Anda tidak mengharapkan masa depan yang suram seperti itu, kan? Nah, sebelum
terlambat, yuk pelajari cara menghindari perilaku tercela dalam pergaulan remaja di bawah ini.
1. Jadikan Agama Sebagai Pedoman Dalam Berperilaku
Cara menghindari perilaku tercela yang pertama, yakni dengan berpegang teguh
pada agama. Anda tidak bisa mempelajari agama secara setengah-setengah.
Misalnya saja, Anda sholat tapi mencuri. Ya itu jelas tidak boleh. Dosa! Agama
tidak hanya mencakup ibadah saja, namun juga aspek kehidupan lainnya termasuk
akhlak.
Apabila Anda mau mempelajari agama secara menyeluruh, lalu menjadikannya
sebagai pedoman hidup, maka Anda akan selamat dari hal-hal buruk yang
membahayakan.
Selain itu, kedekatan Anda dengan Tuhan juga akan menuntun Anda menjadi
pribadi yang lebih baik. Tanpa siapa pun menyuruh, Anda pasti menghindari perilaku
tercela, karena Anda tahu itu bertentangan dengan ajaran agama.
2. Selektif dalam Memilih Teman
Sejak memasuki era globalisasi, pergaulan remaja di Indonesia tampak semakin bebas,
dan jujur memilukan!
Terutama di kawasan metropolitan, Anda bisa melihat sendiri bagaimana perilaku para
remaja yang seolah-olah sudah tak peduli lagi dengan budaya timur. Pakaian mereka
cenderung seksi, suka berfoya-foya, main ke club, mabuk-mabukan, pacaran dengan
tanpa batas. Yang jelas benar-benar mengerikan.
Jika Anda tidak ingin terjerumus ke dalam perilaku tercela, maka Anda harus pintar-
pintar memilih teman. Sebab lingkungan itu memberikan pengaruh besar terhadap baik-
buruknya seseorang.
Memang, dalam bergaul Anda tidak boleh membeda-bedakan teman. Tapi jika Anda
ingin selamat, sebaiknya hindarilah orang-orang yang akhlaknya jelek.
3. Anda Harus Punya Prinsip Hidup, Jangan Mudah Ikut-Ikutan
Untuk menghindari perilaku tercela dalam pergaulan, Anda harus punya prinsip hidup
yang kuat. Jangan mudah ikut-ikutan!
Apabila Anda sudah berprinsip untuk menjadi orang baik, nggak mau mencuri, nggak
mau ngebully orang lain, nggak mau mabuk, maka peganglah prinsip tersebut dengan
teguh. Ikuti kata hati Anda. Sekalipun teman-teman Anda merayu, jangan didengarkan.
Anda tak perlu takut dibilang kuper atau nggak gaul. Biarkan saja mereka memanggil
Anda apa. Itu lebih baik daripada Anda harus ikut-ikutan jadi orang yang berperilaku
tercela.
4. Sering-Seringlah Intropeksi Diri
Kebanyakan orang cenderung enggak sadar saat melakukan hal yang tercela. Mereka
menganggap apa yang diperbuatnya itu benar. Sehingga terus mengulanginya lagi-lagi,
sampai sikap tercela itu menjadi kebiasaan.
Nah, Anda janganlah menjadi orang yang demikian. Daripada Anda sibuk menjudge
orang lain, lebih baik intropeksi diri.
Apakah selama ini sikap Anda sudah benar? Apakah sesuai aturan agama? Atau jangan-
jangan Anda sering melakukan hal tak bermoral?
Coba sesekali luangkan waktu untuk memikirkan hal tersebut. Jika memang Anda merasa
banyak salah, maka segeralah bertaubat. Tak ada kata terlambat untuk berubah menjadi
sosok yang lebih baik.
5. Hindari Menonton Hal-Hal yang Negatif
Berikutnya, cara menghindari perilaku tercela adalah dengan menghindari tontonan yang
berunsur negatif. Seperti blue film atau film yang mengandung kekerasan, sebaiknya sih
nggak usah ditonton!
Selain tidak memberikan manfaat, tontonan seperti itu juga bisa mempengaruhi pikiran
Anda jadi keruh. Bahkan, bagi beberapa orang yang masih labil, mereka yang nggak
punya moral, bisa saja meniru adegan tercela itu lalu mempraktekkannya di dunia nyata.
Sungguh berbahaya memang! Oleh karenanya, lebih baik Anda menghindari tayangan
yang buruk. Tonton saja acara-acara yang mendidik. Dengan begitu, Anda akan terhindar
dari pengaruh negatif yang mungkin menghancurkan mental Anda.
BERORGANISASI DAN PROFESI
1. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional, dan profesional berarti
melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok, yang disebut profesi, artinya pekerjaan
tersebut bukan pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Jika profesi diartikan
sebagai pekerjaan da isme sebagai pandangan hidup, maka profesional dapat diartikan
sebagai pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap, dna bekerja sungguh-
sungguh, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh
dedikasi demi keberhasilan pekerjaannya.
Dengan pengertian tersebut, profesionalisme sangat diperlukan untuk
keberhasilan suatu perusahaan, organisasi dan lembaga.Perusahaan, organisasi, dan
sejenisnya tersebut kalau ingin berhasil program-program, maka harus melibatkan orang-
orang yang mampu bekerja secara profesional. Tanpa sikap dan perilaku profesional
maka lembaga, organisasi tersebut tidak akan memperoleh hasil yang maksimal, bahkan
bisa mengalami kebangkrutan.
Dalam realitas masyarakat, banyak ditemukan adanya perusahaan, organisasi, dan
lembaga yang maju, sedang atau biasa-biasa.Diantara factor yang mempengaruhi
kemajuan dan kemunduran perusahaan atau lembaga tersebut adalah sikap dan perilaku
profesional dari orang-orang yang terlibat didalamnya, terutama para pemimpinnya.
2. Nilai-Nilai Islam yang Mendasari Profesionalisme
Ajaran islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan-pesan yang
mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik, menjadi khalifa yang mengatur
dengan baik bumi dan se isinya. Pesan-pesan sangat mendorong kepada setiap muslim
untuk berbuat dan bekerja secara profesional, yakni bekerja dengan benar, optimal, jujur,
disiplin dan tekun.
Akhlak islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW memiliki sifat-sifat
yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan profesionalisme. Ini dapat dilihat pada
pengertian sifat-sifat akhlak Nabi sebagai berikut :
a. Sifat kejujuran (shiddiq). Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling
penting untuk membangun profesionalisme. Hampir semua bentuk usaha yang
dikerjakan bersama menjadi hancur, karna hilangnya kejujuran. Oleh karena itu
kejujuran menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW, dan sifat ini pula yang selalu
si ajarkan oleh islam melalui al-qur’an dan sunah Nabi. Kegiatan yang
dikembangkan di dunia organisasi, perusahaan dan lembaga modern saat ini
sangat ditentukan oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya Negara sangat ditentukan
oleh sikap hidup jujur para pemimpinnya. Ketika para pemimpinnya tidak jujur
dan korupsi, maka Negara itu menghadapi problem nasional yang sangat berat,
dan sangat sulit untuk membangkitkan kembali.
b. Sifat tanggung jawab (amanah). Sikap bertanggung jawab juga merupakan sifat
akhlak yang sangat diperlukan untuk membangun profesionalisme. Suatu
perusahaan/organisasi/ lembaga apapun pasti hancur bila orang-orang yang
terlibat di dalamnya tidak amanah.
c. Sifat komunikatif (tabligh). Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif
dan transparan. Dengan sifat komunikatif, seorang penanggung jawab suatu
pekerjaan akan dapat menjalin kerjasama dengan orang-orang lain lebih lancer. Ia
dapat juga meyakinkan rekannya untuk melakukan kerja sama atau melaksanakan
visi dan misi yang disampaikan. Sementara dengan sifat transparan,
kepemimpinan di akses semua pihak, tidak ada kerugian, sehingga semua
masyarakat anggotanya dan rekan kerjasama nya akan memberikan apresiasi yang
tinggi kepada kepemimpinannya. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi
akan berjalan lebih lancer, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak.
d. Sifat cerdas (fatanah). Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapat
melihat peluang dan menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah
organisasi, kepemimpinannya yang cerdas akan cepat dan tepat dalam memahami
problematikanya yang ada di lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi
anggotanya sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal
dan problem dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran.
Disamping itu, masih terdapat pula nilai-nilai islam yang dapat mendasari
pengembangan profesionalisme yaitu :
1. Bersikap positif dan berfikir positif (husnuzh zhan). Berfikir positif akan
mendorong setiap orang melaksanakan tugas-tugasnya lebih baik. Hal ini
disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif mendorong seseorang untuk
berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah. Husnuzh zhan tersebut tidak
saja ditujukan kepada sesame kawan dalam bekerja, tetapi yang paling utama
adalah bersikap dan berfikir positif kepada Allah SWT. Dengan pemikiran
tersebut, seseorang akan lebih bersikap objektif dan optimistic. Apabila ia berhasil
dalam usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan apanila gagal tidak
mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain. Sukses dan gagal merupakan
pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi masa depan yang lebih baik
dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT.
2. Memperbanyak shilaturrahim. Dalam islam kebiasaan shilaturahim merupakan
bagian dari tanda-tanda keimanan. Namun dalam dunia profesi, shilaturahim
sering dijumpai dalam bentuk tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling
belajar.
3. Disiplin waktu dan menepati janji. Begitu pentingnya disiplin waktu, al-qur’an
menegaskan makna waktu bagi kehidupan manusia dalam surat al-Ashr yang
diawali dengan sumpah “Demi waktu”. Begitu juga menepati janji, al-qur’an
menegaskan hal tersebut dalam ayat pertama al-maidah, sebelum memasuki
pesan-pesan penting lainnya. Yaitu yang artinya : “Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Yang dimaksud aqad-aqad tersebut ialah janji-
janji sesama manusia.
4. Bertindak efektif dan efesien. Bertindak efektif artinya merencanakan,
mengerjakan dan mengevaluasi sebuah kegiatan dengan tepat sasaran. Sedangkan
efesien adalah penggunaan fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan
memenuhi sasaran, juga melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan
berguna. Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efesien.
5. Memberikan upah secara tepat dan cepat. Ini sesuai dengan Hadist Nabi, yang
mengatakan berikan upah kadarnya, akan mendorong seseorang pekerja atau
pegawai dalam memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya secara tepat pula.
Sementara apabila upah ditunda, seorang pegawai akan bermalas-malas karena
dia harus memikirkan beban kebutuhannya dan merasa karya-karyanya tidak
dihargai secara memadai.1[2]
3. Aktualisasi Profesionalisme dalam Persfektif Islam
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang menekankan arti
penting amal dan kerja. Islam mengajarkan bahwa kerja harus dilaksanakan berdasarkan
prinsip sebagai berikut :
1. Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran dan pengetahuan yang
memadai. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Isra ayat 36
Artinya : dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggung jawabanya.
2. Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian. Seperti sabda Nabi : Apabila suatu
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran
(Hadist Bukhari)
3. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalam islam, amal, dan kerja harus
dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat dipahami
sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun dihadapan
manusia rekan kerjanya.
4. Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah, dan Masyarakat, oleh karena
itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
5. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi

1
MENELADANI SIFAT POSITIF KH. KHALIL AL-BANGKALAN, KH. HASYIM
ASY’ARI DAN KH. AHMAD DAHLAN

KH. KHALIL AL-BANGKALAN


Kyai Cholil adalah seorang alim dalam Ilmu Nahwu, Ilmu Fiqh dan tarekat. Beliau juga di kenal
hafal al-Qur’an dan menguasai segala ilmunya. Termasuk seni baca Al-qur’an tujuh macam
(Qiroah sab’ah). Selain kelebihan tersebut, beliau juga mempunyai kemampuan pada hal-hal
yang tidak kasat mata (tidak dapat di lihat) dan sebab kelebihan tersebut, umat Islam Indonesia
meyakini beliau adalah Waliyullah.
1. Santri yang Mandiri
Sebenarnya, bisa saja Mbah Cholil muda tinggal di Sidogiri selama nyantri kepada Kyai
Nur Hasan, tetapi ada alasan yang cukup kuat bagi dia untuk tetap tinggal di Keboncandi,
meskipun Mbah Cholil muda sebenarnya berasal dari keluarga yang dari segi
perekonomiannya cukup berada. Ini bisa ditelisik dari hasil yang diperoleh ayahnya
dalam bertani.
Akan tetapi, Mbah Cholil muda tetap saja menjadi orang yang mandiri dan tidak mau
merepotkan orangtuanya. Karena itu, selama nyantri di Sidogiri, Mbah Cholil tinggal di
Keboncandi agar bisa nyambi menjadi buruh batik. Dari hasil menjadi buruh batik itulah
dia memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Sewaktu menjadi Santri Mbah Cholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan
Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). Di samping itu beliau juga seorang Hafidz Al-
Quran. Beliau mampu membaca Al-Qur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca
Al-Quran).
Kemandirian Mbah Cholil muda juga nampak ketika beliau berkeinginan untuk menimba
ilmu ke Mekkah. Karena pada masa itu, belajar ke Mekkah merupakan cita-cita semua
santri. Dan untuk mewujudkan impiannya kali ini, lagi-lagi Mbah Cholil muda tidak
menyatakan niatnya kepada orangtuanya, apalagi meminta ongkos kepada kedua
orangtuanya.
2. Membaca Yasin berkali-kali
Pada saat beliau masih menuntut ilmu di pondok pesantren Kebon Candi dan belajar di
KH Nur Hasan harus dilakukan dengan cara tidak menetap, atau kalau dalam dunia santri
di sebut santri kalong. Jarak antara pondok pesantren Kebon Candi dan Rumah Kiai Nur
Hasan sekitar 7 km. selama perjalanan itu, beliau sambil membaca surat yasin sampai
tamat berkali-kali.
3. Mensiasati Makan Gratis
Kyai Cholil muda adalah sosok pemuda yang mandiri. Pada saat itu, dirinya ingin
melanjutkan menuntut ilmu ke Mekah, Arab Saudi. Tetapi tidak ingin meminta biayanya
kepada orang tua. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kiai Cholil sebelum berangkat ke
Mekah terlebih dahulu ngaji di pondok pesantren Banyuwangi. Di pondok tersebut,
beliau juga bekerja di kebun pengasuh pondok. Dengan bekerja di kebun sebagai pemetik
buah kelapa, beliau di bayar 2,5 sen setiap pohon kelapa. Dengan penghasilan tersebut,
uang yang didapatkannya di tabung untuk biaya menuntut ilmu ke Mekah. Selain itu,
untuk makan sehari-hari, beliau menjadi khodim di dalem pondok pesantren dengan
mengisi bak mandi, mencuci pakaian dan melakukan pekerjaan yang lain. selain itu, Kiai
Cholil juga menjadi juru masak bagi teman-temannya, dengan seperti itu dirinya bisa
mendapatkan makan dengan gratis.

KH. Hasyim Asy’ari


Karakter yang sulit ditemukan di zaman sekarang. Pendidikan inilah yang membuat santri-
santrinya memiliki semangat perjuangan yang kuat secara lahiriyah maupun batiniyah. Beberapa
santri yang dididik diantaranya Bung Tomo, KH. Ahmad Basari (Guru Ir. Soekarno), KH M.
Chudlori, Tan Malaka dan beberapa ulama ternama lainnya.
Sejak pertama kali kakek Gus Dur ini nyantri dengan kiai Cholil seorang ulama asal Bangkalan,
Madura, pembelajaran yang diterima adalah bagaimana beliau mengisi air tempayan di pondok
untuk kebutuhan cuci dan berwudhu, bukan malah belajar kitab.
1. Teladan dalam Kehidupan
Disinilah terdapat poin penting pembelajaran yaitu pendidikan karakter atau softskill
tentang ulet, disiplin, mandiri, ikhlas dan bagaimana untuk menghargai sumber-sumber
air dan kekayaan lain yang berasal dari Tuhan.
Dari kebutuhan mengisi air tersebut, akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Sosok
KH. Hasyim Asy’ari ini juga dipanggil sebagai ‘alim’ yang memiliki makna bahwa
seorang guru, ulama, kiai mengajarkan sikap beragama tidak hanya teori tetapi juga
contoh, amalan, dan suri tauladan. Guru hendaknya tidak memberitahu apa yang perlu
dikerjakan, tetapi perlu menegur jika ada suatu kesalahan.
Beberapa hal yang menarik pada karakter Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
ini, adalah bagaimana mengambil inisiatif untuk meminta santri-santrinya untuk
memelajari silat sebagai upaya membela diri dari lingkungan bandit kala itu.
Sehingga singkat waktu, bandit yang berada di sekitaran lingkungan pondok bertobat dan
berguru kepada sang kiai. Beliau jelas tidak menggunakan kekerasan dalam menangani
suatu permasalahan. Tapi beliau menggunakan pendekatan kemaslahatan untuk mengajak
masyarakat ke jalan yang benar secara perlahan dan sabar.
Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) adalah bentuk respon dari KH. Hasyim Asy’ari atas
kebangkitan pergerakan nasional, peran serta dalam menentukan arah dasar NKRI,
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, serta implementasi pemikirannya
dalam organisasi NU.
KH. AHMAD DAHLAN
Karakter yang bisa diteladani dari KH.Ahmad Dahlan.
1. Mandiri.
Pada Tahun 1883, saat beliau berusia 15 tahun, beliau sudah pergi haji dan tinggal di
Mekah selama 5 tahun, pada periode ini beliau mulai berinteraksi dengan pemikiran-
pemikiran pembaharu Islam, seperti Muhammad Abduh, Al Afghani, Rasyid Ridha dan
Ibnu Taimiyah.
2. Mencintai Ilmu Pengetahuan.
Pada Tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama 2 tahun untuk
memperdalam Ilmu pengetahuan khusus nya agama Islam. Beliau berguru ke Syeh
Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
3. Jiwa Wirausaha.
dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang batik yang
saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.
4. Pandai dalam berorganisasi.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-
gagasan cemerlang, beliau mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat,
sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam’iyatul Khair, Budi
Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
5. Nasionalisme yang kuat.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara.
Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal
menurut tuntunan agama Islam . la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali
hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada
tanggal 18 November 1912 . Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa
Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang
pendidikan.
6. Tabah menghadapi rintangan dalam perjuangan nya.
Gagasan pendirian Muhammadiyah mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun
dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi
kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada
yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen,
mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang
kebanyakan dari golongan priyayi, dan bermacam-macam tuduhan lain
7. Cerdas
Kehadiran Muhammadiyah jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia
Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan
menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain.
Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut.
Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF)
yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta
sendiri ia menganjurkan adanya jama’ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian
dan menjalankan kepentingan Islam.
8. Tidak membeda-bedakan kan ras, suku dan agama.
Beliau mengajar di sekolahan Belanda yang dikelola oleh orang Belanda dan mengajar
murid-murid dari dari keturunan orang Belanda dan kalangan priyayi. Beliau juga
bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur van Lith pada 1914-
1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di
Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai
Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.

Anda mungkin juga menyukai