Anda di halaman 1dari 19

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlaq
Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab ‫اخالق‬, bentuk jamak
kata ‫خلق‬ yang secara etimologis berarti tabiat, perangai, kebiasaan atau karakter.
Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah: “sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat
menimbulkan perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
perhitungan”. Sedangkan menurut Abdul Karim Zaidan, Akhlak adalah: “nilai-nilai dan sifat-
sifat yang tertanam dalam jiwa, dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai
perbuatan baik dan buruk, untuk kemudian memilih melakukan ataupun meninggalkan”.
Menurut Ahmad Amin akhlak ialah “membiasakan kehendak”, hal ini menunjukkan bahwa
dari suatu kehendak atau perilaku yang telah kita biasakan akan membentuk suatu akhlak.
Contohnya bila kita membiasakan untuk memberi, maka akan melahirkan akhlak dermawan
atau kepedulian sosial.
Pengertian akhlak menurut istilah, banyak mendapat perhatian beberapa tokoh antara lain:
1. Menurut Al-Qurthuby: Akhlak merupakan suatu perbuatan manusia yang bersumber
dari adab kesopanan yang disebut akhlak.
2. Menurut Muhammad Bin ‘Illan Ash-Shidiqy: Akhlak adalah suatu pembawaan dalam
diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah
tanpa ada dorongan dari orang lain.
3. Menurut Ibnu Maskawih: Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong
manusia untuk berbuat, tanpa harus memikirkan lebih lama.
4. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy: Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam
dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji dan tercela
dengan cara disengaja.
5. Menurut Al-Ghazali: Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan tanpa memikirkannya
lebih dahulu. Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu yang terpuji menurut agama
dinamakan akhlak baik. Tetapi jika perbuatan tersebut jahat, maka disebut akhlak buruk.

2
3

Bertolak dari pengertian itu semua, akhlak dalam agama islam pada dasarnya menyangkut
kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaan. Akhlak dalam
Islam bukanlah norma ideal yang tidak dapat diimplementasikan ataupun sekedar kumpulan
etika yang keluar dari norma kebaikan yang sejati.
Begitu pentingnya nilai akhlak telah diriwayatkan suatu ketika Rosululloh bertanya
pada sahabatnya, “Inginkah kalian kuberitahu siapa dari kalian yang pali kucintai dan akan
duduk denganku di majelis pada hari akhir kelak?” Pertanyaan serupa telah diulang tiga kali
oleh Rosululloh, lalu para sahabat terhenyak kemudian berkata, “Ya kami ingin
mengetahuinya ya Rosululloh!” Rosululloh kemudian bersabda, “Orang yang paling baik
akhlaknya di antara kalian.” (HR. Ahmad).
Hadits di atas menggambarkan sunnah Rosululloh yang menggarisbawahi secara
eksplisit syariat yang ada di dalamnya yakni menjunjung tinggi nilai akhlak, sehingga
manusia dituntut untuk merealisasikan sunnah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Karenanya akhlak merupakan cerminan kadar keimanan seseorang. Hal tesebut membuktikan
bahwa pada dasarnya agama Islam adalah agama etika dan akhlak, dan para penganutnya
adalah orang-orang yang akhlaki dan berbudi pekerti yang luhur.
B. Metode Penbentukan Akhlaq dan Tujuan Pembinaan Akhlaq
Membentuk akhlak seseorang, harus melalui tahap-tahap tertentu agar bisa menerima
dengan baik terhadap apa yang diajarkan. Mestinya dalam pembentukan akhlak memiliki
tujuan tertentu untuk mencapai kepribadian yang baik. Tahap-tahap dan tujuan yaitu:
1. Metode pembentukan akhlak
a. Rahmanan Ilahi
Rahmanan Ilahi mksudnya adalah suatu akhlak yang sudah baik ketika
seseorang lahir. Akhlak yang secara alami itu langsung diberikan oleh Allah kepada
seseorang yang memang ditakdirkan dengan keadaan memliki akhlak yang baik.
Orang tersebu telah diciptakan dengan pembawaan jiwa, nafsu dan amarah mengikuti
akal dan syari’ah Islam.
b. Menahan Diri dan Melatih Diri
Menahan diri dan melatih diri maksudnya adalah berusaha keras untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik tanpa perintah ataupun paksaan dari orang
lain yang kemudian perbuatan-perbuatan itu dijadikan sebuah kebiasaan dan akan
terasa sangat menyenangkan untuk dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Dengan
4

metode ini, ketika melakukan perbuatan baik tidak perlu merasa ragu-ragu untuk
melakukannya sepanjang hidup. Untuk memiliki akhak yang baik juga bisa dilakukan
dengan cara berkumpul dengan orang-orang yang baik, karena ketika kita bergaul
dengan orang-orang baik setiap hari, otomatis secara tidak sadar lama-kelamaan kita
akan mengikuti perbuatanperbuatan mereka.
c. Melalui Pemahaman
Metode pemahaman ini dilakukan dengan cara memberikan informasi tentang
nilai-nilai kebaikan suatu obyek akhlak yang kemudian akan diterima si penerima
pesan dan setelah dipahami akan diaplikasikan di dalam kehidupan dengan perasaan
senang. Setelah penerima pesan melakukan secara terus menerus, dia akan menjadi
lebih mudah mengaplikasikan obyek akhlak tersebut dan akhirnya menjadikan obyek
akhlak tersebut bagian dari hidupnya.
d. Melalui Pembiasaan
Metode pembiasaan. Pembiasaan sangat diperlukan dalam pembentukan
akhlak, karena hati seseorang bisa berubah-ubah meskipun tindakan itu sudah
menyatu dengan dirinya.pembiasaan juga berfungsi sebagai penjaga akhlak yang
sudah melekat pada dirinya. Semakin tindakan akhlak terus menerus dilakukan maka
tindakan tersebut akan semakin terjaga. Lingkungan pendidikan bisa menerapkan
metode pembiasaan didalam suatu peraturan sekolah.
Metode yang terakhir adalah melalui teladan yang baik. Suri teladan atau Uswah
Hasanah merupakan metode yang paling mudah untuk digunakan dalam pembentukan
akhlak mulia. Dengan melihat secara langsung akan lebih mudah untuk dicontoh.
Akhlak dan lingkungan yang baik akan sangat mendukung seseorang untuk
melakukan dan memiliki ahklak yang baik. Jadi pada dasarnya manusia itu memiliki
sisi positif dalam kehidupannya. Akan tetapi tergantung pada setiap orang, mau atau
tidak untuk merubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik.
e. Melalui Teladan yang Baik
Melihat dari segi tujuan akhir setiap ibadah adalah untuk membina ketakwaan.
Bertakwa berarti melasanakan segala perintah agama dan menjauhi segala larangan
agama, ini berarti menjauhi perbuatan buruk dan melakukan perbuatan baik. Orang
yang bertakwa berarti orang yang berakhlak mulia, berbuat baik dan mempunyai budi
5

pekerti yang baik. Seseorang yang berakhlak mulia akan bisa mengendalikan hawa
nafsunya dengan akal dan agama.
2. Tujuan pembinaan akhlak
Adapun secara umum akhlak mempunyai dua tujuan, yaitu:
a. Ilmu akhlak: agar dapat terbiasa melakukan perbuatan baik, mulia, terpuji,
serta menghindari perbuatan buruk.
b. Berakhlak: agar hubungan kita pada Allah dan sesama makhluk bisa tetap
terpelihara dengan baik dan harmonis. Selain itu, tujuan pembinaan akhlak
adalah untuk menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling tinggi
derajatnya dan paling sempurna dari makhluk yang lain. Pembinaan akhlak
juga akan menjadikan orang memiliki akhlak yang baik, bersikap sopan
terhadap manusia, sesama makhluk dan terhadap Allah SWT. Sehingga
hasilnya akan ditemukan dalam ilmu akhlak, yaitu dapat mengetahui batas
antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan sesuatu pada
tempatnya, sedangkan berakhlak akan memperoleh pengetahuan, taufiq dan
hidayah, dengan demikian akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
C. Ciri Perbuatan Akhlaq
Perbuatan akhlak merupakan bentuk tindakan seseorang. Tidak selamanya orang
berbuat baik terus dan tidak selamanya orang berbuat tidak baik terus. Tidak semua tindakan
seseorang dikatakan akhlak, karena perbuatan akhlak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perbuatan itu sudah menjadi kebiasaan
2. Perbuatan itu mudah dilakukan tanpa dipertimbangkan
3. Perbuatan itu dilakukan dari hati, bukan karena paksaan dari orang lain
4. Perbuatan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan bercanda
5. Perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas
6. Tidak merasa malu atau salah setelah melakukannya, karena sudah menjadi
kebiasaan.
Orang yang memiliki akhlak baik, akan selalu melakukan perbuatan yang sesuai
dengan syariat Islam. Dan perbuatan yang dilakukan tersebut sifatnya tertutup atau tidak
ingin diperlihatkan kepada orang lain, orang yang berakhlak baik selalu berbuat sesuatu
hanya dengan niyat untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
6

D. Macam-macam Akhlaq
Menurut Islam, macam-macam akhlak ada dua yaitu akhlakul mahmudah (akhlak
terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Adapun defenisinya sebagai berikut:
1. Akhlakul Mahmudah
Akhlakul mahmudah atau disebut dengan akhlak yang terpuji merupakan salah satu
golongan macam-macam akhlak yang harus dimiliki setiap umat muslim. Adapun contoh
macam-macam akhlak tersebut diantarannya sikap rela berkorban, jujur, sopan, santun,
tawakal, adil, sabar dan lain sebagainya. Sebagai umat muslim sudah seharusnya kita selalu
menjaga akhlakuk karimah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Contoh-contoh sebagian
dari akhlak mahmudah, yaitu:
a. Al- amanah : jujur, dapat dipercaya.
Sesuatu yang dapat dipercayakan kepada seseorang, baik harta ataupun rahasia yang
wajib dijaga atau disampaikan kepada orang yang berhak menerimanaya.
Seorang mukmin hendaknya berlaku amanat jujur, dengan segala anugerah Allah,
kepada dirinya menjaga anggota lahir dan anggota batin, dari segala ma’siat, serta
mengerjakan perintah-perintah Allah secara komplit dan permanen, dimana pada
akhirnya kawan dan lawan menaruh daya tarik dan simpatik yang baik.
b. Al- Afwu : pemaaf
Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu
yang mungkin karena khilaf atau salah, maka patutlah kamu memakai sifat lemah
lembut, sebagai rahmat Allah, kepadamu terhadapnya, maka maafkanlah kekhilafan
atau kesalahannya, janganlah mendendam.
c. An-Nadaafah : bersih
Membersihkan badan, pakaian, tempat tinggal adalah perintah agama, maka
sebaiknya manusia membersihkan badannya dengan mandi, membersihkan hidung,
mulut dan lain-lain. Jadi anggota badan yang lahir hendaknya dipelihara dari kotoran,
juga hendaklah digunakan sewajarnya artinya tidak melanggar batas-batas agama.
2. Akhlakul Mazmumah
Akhlakul mazmumah atau akhlak tercela merupakan salah satu tindakan buruk yang
harus dihindari setiap manusia. Hal ini harus dijauhi karena akhlakul mazmumah dapat
7

mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain. Contoh dari perbuatan yang
termasuk kedalam akhlakul madzmumah, diantaranya:

a. Anaaniah: egois
Manusia hidup tidak sendiri, tetapi hidup ditengah-tengah masyarakat yang
saling membutuhkan. Sifat egois tidak akan diperhatikan orang lain dan sahabatnya
tidak akan banyak dan mempersempit langkahnya sendiri dalam lapangan hidup
didunia yang luas ini. Sifat egois merupakan sifat yang tidak baik diterapkan di dalam
kehidupan kita.
b. Al- Buhtaan: berdusta
Maksudnya adalah mengada-adakan suatu yang sebenarnya tidak ada dengan
maksud untuk menjelekkan orang lain. Menghadapi orang yang demikian ini, apabila
ia membawa berita, hendaklah berhatihati jangan mudah diperdayakannya, sebab
membuat fitnah, berdusta sudah hobynya, celakalah setiap berdusta, pengumpat, dan
pemfitnah.
c. Al- Ghadab: pemarah
Marah mengakibatkan kerugian bagi sendiri dan bagi orang yang dimarahi.
Jika kita sering marah-marah, kita akan dijauhi oleh temanteman dan tidak akan ada
orang yang mau menolong kita disaat kesusahan, karena orang yang pemarah akan
selalu memarahi orang lain walaupun orang itu benar dan orang yang kuat bukanlah
orang yang kuat dalam gulat, tetapi mereka yang kuat dalam mengendalikan emosi,
tidak mudah marah ketika berhadapan dengan orang banyak.
Itulah beberapa contoh dari akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Tentunya ada
perbedaan yang sangat jauh orang yang berakhlak baik dengan orang yang berakhlak
buruk. Dan setiap perbuatan, baik itu baik atau buruk akan mendapatkan balasan
sesuai dengan apa yang telah dikerjakan. Orang yang berakhlak baik akan hidup
bahagia, sebaliknya orang yang berakhlak buruk tidak akan merasa nyaman di dalam
kehidupannya.
3. Manfaat Akhlakul Mahmudah
Setiap muslim dianjurkan untuk memiliki akhlakul mahmudah atau akhlak
yang terpuji. Bagi seseorang yang memiliki sikap tersebut maka dapat mendatangkan
8

manfaat bagi kehidupan sehari-hari maupun di akhirat nanti. Berikut ini beberapa
manfaat macam akhlak terpuji:

a. Dicintai Nabi Muhammad SAW


Keutamaan memiliki akhlakul karimah yang pertama ialah dicintai Rasulullah
SAW. Disebutkan dalam sebuah hadis, seorang muslim yang memiliki sifat terpuji
maka menjadi orang yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana dalam
hadits berikut ini, Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling saya cintai dan paling
dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat adalah mereka yang memiliki akhlak
mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling jauh dari saya
kelak di hari kiamat adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina dan
sombong.” (HR. Tirmizi).
b. Berat timbangannya di hari kiamat
Seorang muslim yang memiliki sikap akhlakul karimah di hari akhir kelak
akan diselamatkan oleh Allah SWT. Selain itu, setiap muslim yang memiliki akhlakul
karimah juga dapat mencapai derajat seperti seseorang yang berpuasa dan salat. Hal
ini sebagaimana dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada sesuatu
amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia.
Sesungguhnya orang yang berakhlaq mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin
puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi).
c. Mendapat jaminan surga
Seseorang yang berakhlakul karimah mendapatkan jaminan dari Rasulullah
akan mendapatkan sebuah rumah di surga. Dari Abu Umamah ra; Rasulullah SAW
bersabda: "Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang meninggalkan debat
sekalipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang tidak
berbohong sekalipun hanya bergurau, dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia
akhlaknya." (HR Abu Daud)
d. Mendapat kedudukan tinggi di akhirat
Di akhirat kelak, seorang muslim yang pada masa hidupnya berakhlakul
karimah akan mendapatkan kedudukan yang tinggi karena akhlak dan budi pekerti
yang ia miliki. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: "Tidak ada kemelaratan
yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih
9

bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari
ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari
musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan
matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada
wara’ yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan
tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman
yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar." (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
E. Sasaran Akhlaq
Akhlak juga mempunyai sasaran dimana akhlak tersebut harus dijalankan, aspek-
aspek sasaran akhlak yakni :
1. Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah yakni pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Illah (Tuhan, yang
didahulukan) selain Allah SWT, dzat yang Maha Esa, dzat yang Maha suci atas semua sifat-
sifat terpuji-Nya, tidak ada satupun yang dapat menandingi ke-Esaan-Nya, jangankan
manusia, malaikatpun tidak ada yang menjangkau hakikat-Nya.
Malaikatpun berucap : “Maha Suci Engkau Wahai Allah, kami tidak mampu memuji-
Mu, Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu”. Teramati semua bahwa
semua makhluk menyucikan-Nya dari segala kekurangan dan menyertakan pujian kepada-
Nya. Itulah sebabnya mengapa al-Qur’an mengajarkan kita untuk menyucikan-Nya juga
memerintahkan kepada kita semua untuk berserah diri kepada Allah karena segala yang
bersumber dari Allah adalah baik, benar dan sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun.
Beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kepada Allah, yakni :
a. Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu
tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu
tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS.An-Naml (27): 93)
b. Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali
(dari) hamba-hamba Allah yang terpilih (QS Ash-Shaffat (37): 159-160).
c. Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka (QS Asy-Syura
(42): 5).
d. Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya (QS Ar-Ra'd (13): 13).
e. Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil
memuji-Nya (QS Al-Isra' (17): 44).
10

f. (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka
jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung). (QS. Al-Muzzammil (73): 9)
g. Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah: 216).
h. Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, itu dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa' (4): 79).

i. Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang
yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah (1): 7).
Sudah jelas digambarkan bahwa begitu mulianya dzat Allah, oleh karena itu kita
sebagai umat-Nya adalah keharusan untuk menjalankan kewajiban dan menjauhi segala
larangan-Nya juga kesadaran bahwa petunjuk jalan kebaikan adalah bersumber dari Allah.
2. Akhlak kepada Orang Tua
Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu akhlak terhadap orang tua
sangat ditekankan oleh ajaran islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar
yang siksanya tidak hanya di akhirat akan tetapi di dunia juga.
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:
a. patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali yang bertentangan dengan perintah
Allah
b. ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya
c. lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan
d. merendahkan diri di hadapannya
e. berterima kasih
f. berdoa untuk mereka.
Anak wajib patuh kepada kedua orang tua, selama orang tua tidak mengajak syirik
untuk menyekutukan Allah, hal ini ditegaskan pada firman Allah yang artinya: “Dan Kami
perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada orang tua ibu bapaknya, ibunya
telah mengandung dalam keadaan yang lemah bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua
tahun, bersyukurlah kepadaKu, dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya
kepadaKulah engkau kembali, dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku suatu yang tidak ada pengetahuan dengan itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergauilah kepadanya di dunia dengan baik. (QS. Lukman : 23).
11

Begitu pentingnya kita untuk berbakti kepada orang tua, Allah telah memposisikan ini
setelah perintah manusia untuk tidak menyekutukan Allah sehingga berbuat baik kepada
orang tua berada di bawah satu tingkat setelah perintah tauhid (monoteisme).
3. Akhlak kepada Sesama Manusia
Beberapa ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kita kepada sesama manusia
sebagaimana berikut :
a. Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah: 263)
b. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS
An-Nur [24]: 27).
c. Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula
berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan
menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk (Al-Hujurat [49]: 11-12).
d. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri, dan sederhanakanlah
kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara itu
adalah suara keledai (QS. Luqman : 31-18)
e. Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan dan saling
membutuhkan satu sama lain hendaknya kita harus menjaga kesopanan, tutur kata
yang lembut dan tidak menyakiti seperti sebutan Al-Muhsin yaitu orang yang memiliki
harga diri, berkata benar, lemah lembut, juga seorang muslim yang mengikuti
petunjuk-petunjuk akhlak Al-qur’an.
4. Akhlak kepada Lingkungan
Arti dari lingkungan disini meliputi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang
diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Ini
berarti manusia harus bisa menjaga, mengayomi, memelihara serta membimbing agar setiap
makhluk tercapai tujuan atas penciptaanya. Sebagaimana contoh islam tidak membenarkan
mengambil buah yang belum masak, memetik bunga yang belum mekar, karena hal ini tidak
memberi kesempatan makhluk hidup untuk mencapai tujuan penciptaanya. Dalam hal ini
12

manusia harus dituntut untuk menjaga kelangsungan lingkungan kita dan tidak melakukan
kerusakan karena setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada
diri manusia sendiri. Sebagaimana ayat al-Qu’an menjelaskan : “Telah tampak kerusakan di
daratan dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang
benar” (QS. Ar-Rum : 41)
Alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan
merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun
harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal
ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang
diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan
keadilan.
F. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlaq
Selain ada metode pembentukan akhlak, juga ada faktor-faktor yang memengaruhi
pembentukan akhlak pada diri seseorang. Karena pada dasarnya seseorang melakukan suatu
perbutan pasti ada yang mendorong untuk melakukan perbuatan tersebut. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
1. Insting (naluri)
Insting merupakan tabiat atau pembawaan seseorang sejak dia lahir. Insting adalah
sifat jiwa pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi perlu dikembangkan lagi, dalam
artian perlu untuk dididik lagi oleh lingkungan. Jadi setiap manusia yang lahir sudah
memiliki pembawaan sendiri-sendiri dalam jiwanya. Insting atau pembawaan tersebut
bukanlah dorongan dari lingkungan, melainkan dari diri sendiri atau warisan sifat dari salah
satu anggota keluarganya yang masih bisa dipengaruhi oleh lingkungan.
2. Adat atau kebiasaan
Kebiasaan adalah rangkaian perbuatan yang dilakukan dengan sendirinya, akan tetapi
masih bisa dipengaruhi oleh akal pikiran. Pada awalnya akal pikiran sangat berpengaruh pada
kebiasaan, tetapi lamakelamaan pengaruh pikiran itu akan berkurang karena sering dilakukan.
Adat atau kebiasaan merupakan tindakan manusia yang dilakukanberulang-ulang dan
dalam bentuk yang sama. Dalam hal ini kaitannya dengan kebiasaan yang sifatnya baik.
Seseorang yang sering melakukan suatu perbuatan lama-lama akan menjadi sebuah kebiasaan
13

bagi dirinya. Suatu perbuatan akan menjadi sebuah adat kebiasaan karena kesukaan hati
kepada suatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan suatu perbuatan yang
dilakukan secara berulang-ulang.
3. Keturunan
Keturunan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan
akhlak seseorang. Keturunan itu berasal dari salah satu sifat anggota keluarganya. Sifat disini
maksudnya bukan adat kebiasaan, tetapi maksudnya adalah sifat-sifat yang pokok seperti
naluri. Walaupun anak itu mewarisi sifat-sifat dari orang tuanya, tetapi dia juga menjaga
kepribadian dengan sifat-sifat tertentu, misalnya perasaan, akal dan akhlaknya. Sifatsifat yang
tertentu ini akan diwariskan kepada orang-orang yang akan datang dengan memelihara
kepribadiannya.
4. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang.
Faktor tersebut bisa berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Orang yang
hidup di lingkungan sosial yang memiliki adat atau aturan akan bisa hidup sesuai dengan
aturan dan syariat Islam, berbeda dengan orang yang hidup di lingkungan tanpa adanya
aturan, dia akan hidup semena-mena dan semaunya sendiri meskipun itu akan merugikan diri
sendiri dan orang lain. Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah
sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Lingkungan dapat memainkan peranan
dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan, sehingga manusia bisa mencapai taraf
yang setinggi-tinggnya dan juga bias sebagai penghambat perkembangan. Walaupun
lingkungan bias memengaruhi perkembangan manusia, manusia memiliki yang dapat
digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta bias memilih
lingkungan yang baik untuk bergaul.
Selain faktor lingkungan sosial juga ada faktor dari lingkungan keluarga. Akhlak
orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak
sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru
disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia
timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun
dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
5. Akal pikiran
14

Akal pikiran merupakan dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia
setelah melihat suatu kejadian, mendengarkan serta merasakan atau pun memikirkan dengan
akal pikirannya. Akal pikiran lah yang mampu menilai sutu perbuatan bisa dikatakan baik
atau buruk, setelah seseorang mengetahui perbuatan baik dan buruk, kemudian akan
memikirkannya mana yang pantas untuk dilakukan dan mana yang pantas untuk ditinggalkan.

6. Hati nurani
Hati nurani adalah dorongan jiwa yang hanya terpengaruh oleh faktor intuitif. Hati
nurani hanya dapat menilai hal-hal yang bersifat abstrak atau yang berkaitan dengan batin
seseorang. Hati nurani seeorang yang berakhlak baik, akan selalu melakukan perbuatan yang
baik berdasarkan hati nuraninya.
G. Pendidikan Akhlaq di Sekolah
1. Manfaat Pendidikan Akhlak Di Sekolah
Kebahagiaan seseorang tidak akan dapat tercapai tanpa akhlak terpuji. Dengan kata
lain, bahwa akhlak terpuji pada seseorang dapat dimanfaatkan sebagai jalan untuk menuju
kepada kehidupan yang menyenangkan, memberikan keselamatan serta bahagia di dunia dan
akhirat. Pendidikan akhlak pertama kali diajarkan kepada seorang anak adalah dimulai dari
lingkugan keluarga. Akan tetapi, tidak cukup kalau hanya diberikan di satu lingkungan,
karena akhlak akan berguna untuk diri sendiri di setiap lingkungan. Di lingkungan sekolah,
akhlak diberikan dengan cara pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), dengan cara
pembiasaan dan suri teladan yang baik dari guru.
Adapun kaitannya antara akhlak dengan pendidikan adalah akhlak sangat penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sains, karena sains tidak bisa terlepas dari etika,
jika tidak ingin senjata makan tuan, maka sains harus dilandasi dengan akhlak. Contoh ilmu
yang digunakan tanpa akhlak, yaitu bom nuklir yang dulu dijatuhkan di Hirosima dan
Nagasaki, orang yang melakukan hal tersebut pasti akhlaknya sangat rendah, karena
menyakiti orang lain. Oleh karena itu, dengan diajarkannya pendidikan akhlak terpuji
didalam pendidikan, maka dapat diperoleh banyak manfaat, diantaranya:
a. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Akhlak merupkan suatu sarana untuk mengoptimalkan sumber daya potensi untuk
mencapai kesejahteraan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu,
bagaimana manusia dalam mengembangkan potensi yang telah ada pada dirinya. Jika potensi
15

yang ada telah berkembang dengan baik maka kehidupan di masyarakat akan mencapai
kesejateraan hidup
b. Mengungkapkan masalah dengan objektif
Dengan menggunakan model metodologi akhlak al-karimah, akan mampu
membuktika bagaimana konsep untuk mensejahterakan masyarakat. Obkektifitas lebih
dipercaya masyarakat daripada unsur subjektif. Ini diterima sebagai ebuah konsep yang
mampu memberikan jaminan manusia untuk keselamatan dunia dan akhirat. Di dunia secara
tidak langsung dengan kekayaan yang ada merasa tidak terganggu karena masyarakat sekitar
mempunyai kesejahteraan yang relatif sama. Selain itu masyarakat tidak akan berada dalam
persimpangan karena telah memenuhi syariat Islam.
c. Meningkatkan motivasi untuk menggali ilmu
Penemuan baru akan mendorong masyarakat untuk lebih jauh menyibak kebenaran
konsep akhlak, masalah perkembangan akhlak selama ini lebih banyak dipengaruhi oleh
kurang adanya bukti riil dalam memengaruhi peningkatan akhlak masyarakat. Dengan adanya
upaya ilmiah maka secara tidak langsung masyarakat akan menempatkan akhlak al-karimah.
Perlu diketahui bahwa salah satu ciri terpenting dari pendidikan Islam adalah mementingkan
pendidikan akhlak. Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam diharapkan mampu
memberikan ilmu serta arahan yang jelas guna menghadapi perkembangan dan perubahan
zaman, serta dapat mewujudkan kemaslahatan masyarakat dalam mempersiapkan diri
memasuki era globalisasi.
d. Memperkuat dan menyempurnakan agama
Allah telah memilihkan agama Islam untuk kamu, maka hormatilah agama itu dengan
cara menjaga akhlakmu. Karena Islam tidak akan sempurna tanpa adanya akhlak. Jika orang
berakhlak baik, maka akan bisa hidup bersosial dengan baik pula, dan itu akan membawa
keharmonisan serta kenyamanan dalam hidup bermasyarakat. Dengan keharmonisan dan
kenyamanan tersebut, hubungan saling peduli juga akan semakin meningkat, kita tidak akan
mengalami kesulitan ketika musibah datang kepada kita karena akan banyak yang membantu,
karena di dalam Islam pun, kita dituntun untuk saling membantu antar sesama umat muslim.
e. Selamat hidup di dunia dan akhirat
Bahwa orang yang berakhlak baik, dia akan mendapatkan keberuntungan, baik di
dunia, maupun di akhirat. Orang yang baik akhlaknya pasti akan disukai di lingkungan
masyarakatnya dimana pun dia berada. Kesulitan dan penderitaannya akan dibantu untuk
16

menyelesaikan walaupun dia tidak mengharapkan. Begitu juga ketika dia akan melakukan
suatuhal tidak mengharapkan apa-apa kecuali ridzo Allah SWT. Orang yang berakhlak baik
akan mendapatkan balasan dari Allah baik di dunia maupun di akhirat. Itulah beberapa
manfaat bagi orang yang berakhlak baik. Tentunya tidak hanya yang telah penulis sebutkan di
atas, masih banyak lagi manfaat yang bisa didapatkan dari orang yang memiliki akhlak baik.
Maka dari itu, dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah perlu diberikan pendidikan
akhlak bagi seorang anak agar kelak menjadi orang yang berakhlak baik. Jika seorang anak
telah mendapatkan pendidikan akhlak dari lingkungan keluarga dan didukung oleh
lingkungan sekolahan, maka dia akan menjadi orang yang disenangi oleh masyarakat.
Pentingnya pendidikan akhlak di sekolah adalah untuk mengontroltingkah laku
peserta didik ketika sudah berada di lingkungan masyarakat. Karena tanpa adanya pendidikan
akhlak, seorang anak akan berbuat semaunya tanpa memikirkan hukum suatu perbuatan itu
baik atau buruk. Disamping itu, pendidikan akhlak di sekolahan sangat membantu
menyempurnakan pendidikan akhlak yang telah diajarkan di lingkungan keluarga. Karena
salah satu tugas pendidik adalah membimbing peserta didik untuk menjadi lebih baik.
H. Hubungan Akhlaq dengan Pendidikan
Ketika terjadi tawuran antar siswa, lembaga sekolahan yang pertama kali menjadi
incaran untuk dikritik masyarakat. Kebanyakan masyarakat akan bertanya-tanya kenapa hal
itu bisa terjadi, ada pembunuhan antara siswa satu sekolahan dengan sekolahan yang lain.
Tentu saja jawabannya karena mereka tidak mempunya perilaku baik, tidak memiliki rasa
peduli dan semacamnya. Oleh karena itu, pendidikan akhlak sangat penting diberikan kepada
peserta didik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Berbicara mengenai pendidikan, pendidikan agama masuk dalam cakupannya, karena
pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang diajarkan melalui pendidikan agama. Yang
menjadi tantangan dalam mengajarkan hal tersebut adalah bagaimana mendidik anak untuk
berbuat hal terpuji dan tidak terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang sifatnya jelek.
Contoh bagaimana mendidik anak dengan memperlihatkan film pembunuhan yang terjadi
antar masyarakat, dengan tujuan agar anak tahu bahwa perilaku itu jelek dan tidak
menirunya. Dengan mengambil contoh itu, seorang pendidik harus mampu memberikan
penjelasan bahwa akhlak itu benar-benar penting dalam menjalani kehidupan.
Pendidikan juga berfungsi sebagai kontrol sosial, maksudnya adalah untuk
mengendalikan kelakuan individu peserta didik terhadap peserta didik lain yang memegang
17

otoritas atau kekuasaan. Dengan pengontrolan eksternal, dapat mengontrol kelakuan setiap
peserta didik dengan cara ditetapkannya sanksi terhadap peserta didik yang melakukan
kekuasaan terhadap peserta didik lain. Selain dengan sanksi-sanksi yang diterapakan, peserta
didik juga berhak mendapatkan contoh-contoh perbuatan baik dari guru-guru dan kepala
sekolah.
Mendidik peserta didik yang menekankan pada pikiran dan tidak pada moral adalah
sama artinya dengan mendidik atau menebarkan ancaman pada masyarakat. Sesuai dengan
ungkapan tersebut, arah pelajaran etika dalamAl Quran dan hadits mengenai diutusnya Nabi
Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak. Oleh karena itu, berbicara
mengenai pendidikan Islam baik makna maupun tujuan harus mengacu pada penanaman
nilai-nilai Islam yang meliputi pendidikan akhlak atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai
tersebut bertujuan untuk keberhasilan hidup bagi peserta didik, baik di dunia atupun di
akhirat.
Dalam kehidupan keluarga yang tidak tentram, misal perceraian orang tua yang
menjadi perangsang terhadap kenakalan anak dan sukar untuk belajar. Oleh karena itu,
sekolah perlu memerhatikan atau mewujudkan suatu masyarakat moral dalam kehidupan
sekolah yang membantu anak-anak yang tidak memperolehnya lagi di dalam keluarga. Selain
itu, sekolah juga telah menjadi pengganti keluarga di dalam memperkenalkan nilai-nilai
moral. Dengan demikian, sekolah telah memiliki tugas ganda selain tugas pokoknya untuk
mengajar. Selain mengajarkan pendidikan akhlak, pendidik juga harus menjadi model bagi
peserta didik dalam mewujudkan nilai-nilai moral di lingkungan sekolah.
Moral adalah suatu yang bukan hanya sekedar definisi, akan tetapi sesuatu yang
mengarahkan untuk berkelakuan baik, dan menjauhi perbuatan yang buruk. Tuntutan untuk
berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk ini berlaku untuk semua komponen yang ada di
dunia pendidikan, hal ini berarti bahwa, tuntunan disiplin moral bukan hanya berlaku kepada
peserta didik, bahkan terlebih bagi para pendidik atau pemimpin di dalam kehidupan sosial
sekolah.
BAB III
KESIMPULAN
1. Akhlak merupakan gerakan spontan yang keluar dari hati manusia, berkedudukan
paling penting dalam syariat agama utuk kehidupan sehari-hari, mencermikan kada
keimanan seseorang.

2. Metode pembentukan akhlak yaitu rahmanan ilahi, menahan diri dan melatih diri,
melalui pemahaman, melalui pembiasaan, melalui teladan yang baik. tujuan
pembinaan akhlak adalah agar dapat terbiasa melakukan perbuatan baik, mulia,
terpuji, serta menghindari perbuatan buruk dan menjaga agar hubungan kita pada
allah dan sesama makhluk bisa tetap terpelihara dengan baik dan harmonis

3. Ciri perbuatan akhla yaitu sudah menjadi kebiasaan, perbuatan itu mudah dilakukan
tanpa dipertimbangkan, perbuatan itu dilakukan dari hati, bukan karena paksaan dari
orang lain, perbuatan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan bercanda,
perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas, tidak merasa malu atau salah setelah
melakukannya, karena sudah menjadi kebiasaan.
4. Macam-macam akhlak ada dua yaitu akhlakul mahmudah (akhlak terpuji) dan
akhlakul mazmumah (akhlak tercela).

5. Sasaran akhlak meliputi, ahlak kepada orang tua, akhlak kepada Allah, akhlak kepada
manusia, dan akhlak kepada lingkungan.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan ahlak yaitu insting (naluri), adat atau
kebiasaan, keturunan, faktor lingkungan, akal pikiran, hati nurani.
7. Pendidikan akhlak sangat penting diberikan kepada peserta didik agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.

18
19

Anda mungkin juga menyukai