Anda di halaman 1dari 10

1.

Menghindari sifat bodoh dan hawa nafsu


A. Sifat bodoh
Dalam bahasa Arab, ada ungkapan “jahil” yang artinya bodoh. Kata ini sering kita dengar untuk
menggambarkan masa sebelum Rasulullah memberikan cahaya lewat ajaran Islam. Dengan adanya
tuntunan dan larangan dari Allah, manusia bisa hidup dengan baik, dan terhindari dari sifat jahil atau
bodoh.

Walaupun jaman Jahiliyah sudah berakhir, bukan berarti kita terbebas dari sifat jahil. Jika tidak
berhati-hati, kita akan terbawa arus sikap-sikap negatif dan berubah menjadi orang yang jahil.
Menurut Muhammad bin Manshur Rahimaullah, ada 6 tanda orang yang jahil, yaitu marah untuk
urusan sepele, bicara untuk hal yang tidak bermanfaat, memberi nasihat di waktu yang tidak tepat,
menyebarkan rahasia, mudah percaya pada siapapun, serta tidak tahu mana teman atau lawan.

Cara terhindar dari sifat jahil ( bodoh)

1. Hindari Marah untuk Urusan Sepele.

Tanda pertama orang yang jahil adalah mereka mudah marah untuk hal yang sepele. Karena itu,
belajarlah untuk melihat segala permasalahan yang kita hadapi. Lihat apakah masalah tersebut
tergolong sepele atau penting. Contoh masalah yang penting adalah persoalan agama, atau
permasalahan tersebut memiliki dampak buruk dalam jangka waktu lima tahun. Jika masalah
tersebut tidak berdampak dalam waktu lima tahun, lebih baik simpan energi untuk hal yang lebih
penting.

2. Pastikan Berbicara untuk Hal yang Bermanfaat

Orang yang jahil atau bodoh senang sekali berbicara, sayangnya tidak ada manfaat dari
pembicaraannya tersebut. Agar tidak dicap orang yang jahil atau bodoh, pastikan selalu ada manfaat
saat berbicara. Jangan terlalu sering berbicara hal yang sia-sia, apalagi sampai melanggar aturan
Allah. Misalnya ghibah atau fitnah.

3. Perhatikan Saat Memberi Nasehat.

Adalah sebuah kejahilan atau kebodohan jika memberi nasihat tanpa melihat situasi dan kondisi.
Nasihat akan masuk ke dalam hati jika disampaikan dalam situasi dan kondisi yang pas, serta adanya
hidayah dari Allah SWT. Menasehati dan mengingatkan kebaikan adalah tugas sebagai sesama
manusia. Sebagai manusia, tentu saja tugas kita adalah mengusahakan situasi dan kondisi yang pas
saat memberi nasehat. Pastikan kondisi emosi kita dan orang yang sedang kita nasehati dalam
kondisi tenang. Selain itu, hindari memberi nasehat di depan orang banyak untuk menjaga
kehormatan orang yang sedang kita ingatkan.

4. Selalu Simpan Rahasia


Suatu hal disebut ‘rahasia’ karena ada alasannya. Karena itu, ketika seseorang menitipkan rahasia
kepada kita, jagalah amanah tersebut. Menyebarkan rahasia yang telah diamanahkan adalah salah
satu ciri orang yang bodoh atau jahil.

5. Pilihlah dengan Baik Orang yang Bisa Dipercaya

Sebagai muslim, tentunya kita dilarang berprasangka buruk dengan orang lain. Akan tetapi, bukan
berarti kita bisa mempercayai semua orang. Jika kita membutuhkan bantuan dari seseorang,
pastikan untuk mempercayakannya kepada orang yang kita percaya. Terlebih dahulu lihat latar
belakang dan rekam jejaknya.

B. Hawa nafsu

Sejak lahir, manusia telah dibekali dengan hawa nafsu agar dapat menjalankan kehidupannya sesuai
fitrah. Dalam Islam, nafsu dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah nafsu syahwat.
Secara bahasa, syahwat artinya menyukai atau menyenangi. Sedangkan secara istilah, nafsu syahwat
adalah kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syari’at.

nafsu syahwat bisa mendatangkan kemudharatan jika tidak segera dikendalikan. Misalnya, dengan
melakukan kemaksiatan seperti menonton film porno, berpacaran, berzina, dan lain-lain. Dorongan
nafsu syahwat dapat membawa manusia pada kesesatan.

Cara Mengendalikan Nafsu Syahwat

Nafsu syahwat dapat menjauhkan seseorang dari kebenaran dan kebaikan. Dalam Surat An-Nisa ayat
27, Allah SWT berfirman:

“Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti keinginannya
menghendaki agar kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).”

Oleh karena itu, umat Muslim diperintahkan untuk mengendalikan hawa nafsunya agar selamat di
dunia dan akhirat. Imam Ghazali mengatakan, pengendalian tersebut harus dilakukan secara arif,
bijaksana, dan penuh kehati-hatian. mengendalikan nafsu syahwat bisa dimulai dengan membangun
kesadaran akal dan hati. Kesadaran perlu dikembangkan lebih jauh agar nafsu tidak menyeleweng
dan memberontak.

Misalnya, ketika hendak melakukan keburukan, maka seseorang harus sadar bahwa tindakan
tersebut akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWR. Demikian juga ketika hendak
melakukan amal kebaikan, yakinilah bahwa Allah akan memberikan balasan berupa surga.
Mengendalikan nafsu syahwat bisa dilakukan dengan meningkatkan takwa dan menanamkan rasa
takut kepada Allah SWT. Selain itu, bisa juga dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Mujahadah

Mujahadah artinya berusaha melawan dan menundukkan kehendak hawa nafsu. Rasulullah SAW
pernah bersabda dalam haditsnya bahwa seorang mujahid adalah orang yang mampu berjihad
melawan h.awa nafsunya karena Allah.

Dengan kata lain, orang tersebut rela meninggalkan apa yang disukainya demi mengejar sesuatu
yang diyakini benar, baik, dan betul. Mujahadah melawan nafsu bisa dilakukan dengan menempuh
tiga langkah uatama, yakni Takhalli, Tahalli dan Tajalli.
2. Menempuh jalan riyadah

Riyadah adalah latihan dengan istiqomah menjalankan ibadah dan menundukkan keinginan nafsu
syahwat. Riyadah dapat ditempuh dengan dua cara yaitu:

Riyadah badan dengan mengurangi makan, minum, tidur, dan berkata-kata.

Riyadah rohani dengan memperbanyak ibadah, zikir, tafakkur, memperhatikan kejadian alam dan
susunannya, serta memperhatikan segala keadaan masyarakat yang penuh kejahilan akibat menuruti
hawa nafsu.

3. Puasa

Ibadah puasa merupakan bagian dari manajemen nafsu karena dapat membunuh sifat buruk seperti
keserakahan, ketamakan, dan lain sebagainya. Puasa dapat menumbuhkan kesucian hati, kebersihan
anggota badan, dan rasa syukur atas segala rahmat yang diberikan Allah SWT

2. Pengertian dari ghadab


  Ghadab artinya adalah pemarah atau sifat seseorang yang mudah sekali marah karena
tidak menyukai perlakuan atau perbuatan orang lain. Ghadab merupakan istilah dari bahasa
Arab yang dasar katanya adalah ghadhiba-yaghdhibu-ghadhaban, yang berarti
temperamental atau sifat mudah marah. Marah, menurut Sayyid Muhammad Nuh dalam
kitab ‘Afatun ‘ala at-Thariq, merupakan sebuah perubahan emosional seseorang yang dapat
menimbulkan penyerangan dan penyiksaan kepada orang lain guna melampiaskan dan
mengobati apa yang ada di dalam hati.
Sementara dalam perspektif ilmu tasawuf, Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa marah
adalah tekanan nafsu dari hati yang mengalirkan darah pada bagian wajah yang
mengakibatkan kebencian kepada seseorang. Ghadhab sering dikiaskan seperti nyala api
yang terpendam di dalam hati, sehingga orang yang sedang dalam keadaan marah,
wajahnya akan memerah seperti api yang menyala.
Oleh karena itu, sifat ghadhab harus dihindari, karena marah biasanya tidak akan pernah
menyelesaikan masalah, yang terjadi justru sebaliknya, dengan marah malah akan timbul
permasalahan baru.
Seperti dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Orang yang kuat, bukanlah orang yang menang berkelahi, namun orang kuat adalah orang
yang mampu menguasai dirinya ketika ia sedang marah”. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Penyebab Ghadab
Secara umum penyebab seseorang menjadi temperamental dan mudah marah karena 2 hal,
yakni faktor fisik dan faktor psikis. :
Faktor Fisik (Jasmaniah)
Terkait faktor fisik, seseorang perlu memperhatikan jasmaninya dengan baik agar dapat
mengelola emosi yang ada pada dirinya ketika berada dalam kondisi yang membuatnya
terpancing untuk marah, penyebab kemarahan karena fisik, yakni:

1. Sedang Merasa Lelah yang Berlebihan


Ketika fisik seseorang terlalu lelah dalam bekerja, umumnya hati akan menjadi lebih sensitif
dan mudah tersinggung, sehingga ini yang membuatnya mudah marah.

2. Kekurangan Zat-zat Penting Tertentu dalam Tubuh


Kurangnya zat-zat tertentu pada tubuh, terutama zat yang dibutuhkan otak, misalnya
kekurangan zat asam maka otot-otot juga akan menjadi tegang, sistem pencernaan
terganggu bahkan terjadi reaksi kimia pada otak sehingga mudah terbawa perasaan dan
cepat tersinggung dengan sesuatu yang membuat tidak nyaman.
3. Reaksi Hormon
Hormon juga dapat menjadi penyebab seseorang mudah marah dan sensitif. Perempuan
biasanya lebih sering mengalami ini. Misalnya, ketika akan datang masa menstruasi atau
disebut dengan pre menstrual syndrome (PMS). Beberapa tanda PMS yang muncul adalah
perubahan suasana hati, kelelahan, mudah marah, depresi dan lain sebagainya.

Faktor Psikis (Rohaniah)


Selain fisik, faktor psikis juga dapat menyebabkan seseorang memiliki sifat temperamental
yang erat kaitannya dengan karakter dan kepribadian seseorang. Beberapa di antaranya
adalah:

1. Sifat Ujub (Bangga terhadap Diri Sendiri)


Memiliki rasa bangga terhadap diri sendiri yang berlebihan, baik dalam hal pemikiran,
pendapat, status sosial, keturunan, atau kekayaan, bisa membuat seseorang menjadi mudah
marah apabila tidak dikendalikan dengan nilai- nilai ajaran agama Islam. Sifat ujub sangat
dekat dengan kesombongan jika ia tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain seperti
yang diharapkan, hal ini ini yang berpotensi munculnya sifat ghadab.

2. Perdebatan atau Perselisihan


Debat adalah adu argumen antara satu pihak dengan pihak lain untuk memutuskan atau
mendiskusikan tentang sebuah perbedaan. Berdebat tidaklah dilarang, tetapi tetap harus
menjaga adab, karena jika tidak bisa berakibat buruk dan banyak contoh akibat berdebat
yang membuat seseorang menjadi gampang marah dan emosinya tidak terbendung.
Meskipun yang diperdebatkan adalah sesuatu yang, jika tidak didasari dengan nilai-nilai dan
ajaran Islam yang benar, perdebatan tersebut dapat menimbulkan kemarahan dan
mendatangkan perselisihan.

3. Bercanda yang Berlebihan


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai dan mengalami sekumpulan orang
yang gemar bercanda, bersenda gurau yang terkadang melampaui batas. Akibatnya,
candaan dan senda gurau tersebut malah bisa menyakiti hati orang lain. Hal inilah yang bisa
membuat seseorang jadi sensitif dan berpotensi mengundang kemarahan orang lain.
4. Ucapan Kasar dan Tidak Sopan
Sering mengucapkan kata-kata kasar berupa celaan, hinaan, umpatan hingga perkataan
yang menyakiti hati orang lain, merupakan salah satu pemicu munculnya kemarahan
seseorang. Sebab perkataan yang di luar batas kepada orang lain bisa saja menjadikan ia
tersinggung, kemudian memicu terjadinya kemarahan dan pertengkaran yang akan
merugikan.
5. Sikap Permusuhan kepada Orang Lain
Seseorang yang memiliki bibit kebencian dan tidak suka kepada orang lain, cenderung akan
memusuhi orang lain dengan segala cara. Ia akan berusaha mengolok-olok, mencari-cari
kesalahan, mengadu domba, mencaci dan mengejek orang lain dengan berbagai cara.
Sehingga apabila orang yang diperlakukan buruk tersebut tidak dapat menerima, ini tentu
saja berpotensi memicu kemarahan dan permusuhan

Cara Menghindari Diri dari Sifat Ghadab


Dalam Islam, ada hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari diri dari sifat ghadab
atau temperamental sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, antara lain:
1. Membaca ta'awudz
Bagi seseorang yang sudah dihinggapi perasaan marah dan emosi dianjurkan untuk segera
membaca ta’awudz agar terhindar dari godaan setan, bacaannya adalah
ُ ‫َأع‬
ِ ‫ُوذ ِباهَّلل ِ م َِن ال َّش ْي َط‬
‫ان الرَّ ِج ِيم‬
Audzubillahiminasyaitonirrojim yang artinya "Aku berlindung kepada Allah dari godaan
syaitan yang terkutuk."
2. Merubah Posisi
Saat sedang marah, dianjurkan untuk merubaha posisi, misalnya ketika sedang berdiri,
hendaklah bersegera untuk duduk.
Jika kemarahan belum juga reda, maka segera berbaring. Hal ini karena, orang yang sedang
marah cenderung ingin lebih tinggi dari orang lain. Rasulullah SAW mengajarkan, agar orang
yang sedang marah mengambil posisi yang lebih rendah untuk meredam kemarahannya.
3. Diam atau tidak berbicara
Ketika marah, maka emosi seseorang akan meningkat, sehingga bisa menyebabkannya
melakukan sesuatu yang berbahaya dan lepas kendali. Untuk itu, sebaiknya seseorang yang
sedang marah sedapat mungkin berusaha untuk diam, tenang, rileks agar bisa meredakan
emosinya.
4. Berwudu
Air wudu dapat memberikan efek tenang bagi orang yang sedang marah serta meredakan
api kemarahan di dalam hati agar tidak meledak dan menyakiti orang lain.
5. Mengingat wasiat Rasul dan janji Allah SWT
Rasulullah SAW pernah berulang kali memberikan nasihat ketika seseorang memintanya,
yaitu “janganlah engkau marah”. Rasul juga menyebut balasan yang luar bisa apabila
seseorang mampu menahan amarahnya, sebagaimana sabdanya:
“Barang siapa yang mampu menahan amarahnya, sedangkan bisa saja ia meluapkannya,
Allah SWT akan memanggilnya di hadapan para makhluk (yang lain) pada hari Kiamat untuk
memberikan pilihan baginya bidadari yang ia inginkan," (HR. Abu Dawud).

3.Muzahadatun nafsih dalam rangka membentengi sifat ghadab


Mujahadah an-nafs adalah sikap yang dianjurkan ada pada diri seorang muslim. Secara
bahasa mujahadah artinya bersungguh-sungguh, sedangkan an-nafs artinya nafsu.
Dalil Mujahadah An-nafs
Dalil yang membahas mujahadah an-nafs terdapat pada Alquran Surat Al-anfal ayat 72.
Berikut bacaannya:

َ ‫ض َوالَّذ‬
‫ِين‬ ٍ ْ‫ض ُه ْم َأ ْولِ َيا ُء َبع‬
ُ ْ‫ك َبع‬ َ ‫صرُوا ُأولَِئ‬ َ ‫ِين َآ َو ْوا َو َن‬ ِ ‫اجرُوا َو َجا َه ُدوا ِبَأ ْم َوال ِِه ْم َوَأ ْنفُسِ ِه ْم فِي َس ِب‬
َ ‫يل هَّللا ِ َوالَّذ‬ َ ‫ِين َآ َم ُنوا َو َه‬
َ ‫ِإنَّ الَّذ‬
‫ين َف َعلَ ْي ُك ُم ال َّنصْ ُر ِإاَّل َعلَى َق ْو ٍم َب ْي َن ُك ْم‬ِ ‫صرُو ُك ْم فِي ال ِّد‬ َ ‫َآ َم ُنوا َولَ ْم ُي َها ِجرُوا َما لَ ُك ْم مِنْ َواَل َيت ِِه ْم مِنْ َشيْ ٍء َح َّتى ُي َها ِجرُوا َوِإ ِن اسْ َت ْن‬
)72 : ‫ون بَصِ ي ٌر (األنفال‬ ُ ‫هَّللا‬
َ ‫اق َو ُ ِب َما َتعْ َمل‬ َ
ٌ ‫َو َب ْي َن ُه ْم مِيث‬

“ Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan
(terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban
sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka
meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu
dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan “ (Q.S Al-Anfal : 72)
Jadi mujahadah an-nafs adalah perjuangan sungguh-sungguh melawan hawa nafsu dan
menghindari perbuatan yang dilarang Allah SWT. Hawa nafsu sendiri terdiri dari tiga jenis,
yaitu ammarah, lawwamah, dan muthmainnah.
Macam-macam Hawa Nafsu
Ada tiga jenis hawa nafsu, simak penjelasan berikut untuk memahami perbedaannya.
Nafsu Ammarah
Nafsu ammarah, yaitu nafsu yang mendorong manusia kepada keburukan.

َ ‫َو َما ُأ َبرِّ ُئ َن ْفسِ ي ِإنَّ ال َّن ْف‬


َ ‫س َأَلم‬
‫َّارةٌ ِبالسُّو ِء‬
“ dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan ” (Q.S Yusuf [12] : 53)
Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang menyesali setiap perbuatan buruk.
‫س اللَّ َّوا َم ِة‬ ‫ُأ‬
ِ ‫َواَل ْقسِ ُم ِبال َّن ْف‬
"dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)" (Q.S Al-Qiyamah
[75] : 2)
Nafsu Muthmainnah
Nafsu muthmainnah, yaitu nafsu yang tenang.
ْ ‫َيا َأ َّي ُت َها ال َّن ْفسُ ْالم‬
‫) ارْ ِجعِي ِإلَى َربِّكِ َراضِ َي ًة َمرْ ضِ ي ًَّة‬27( ‫ُطمَِئ َّن ُة‬
Hai jiwa yang tenang Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya “
(Q.S Al-Fajr [89] : 27-28)
Ciri-ciri Mujahadah An Nafs
Kemampuan untuk mengontrol perilaku, ditandai dengan kemampuan menghadapi situasi
yang tidak diinginkan.
Kemampuan menunda kepuasan diri.
Kemampuan mengantisipasi perbuatan yang tak diinginkan melalui pertimbangan secara
objektif.
Kemampuan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan sisi positifnya.
Kemampuan mengontrol keputusan.
Contoh Perilaku Mujahadah An-nafs
Mampu mengendalikan hawa nafsu saat melihat hal-hal yang disenangi.
Mampu menguasai diri untuk tidak melakukan perbuatan dosa.
Selalu ingat Allah SWT dalam kondisi apapun.
Bersabar saat menghadapi masalah dan berusaha mencari solusinya.
Memelihara lisan dari perkataan bohong, gunjingan, dan fitnah.

4.Syajaah ( berani membela kebenaran)


syajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah, pengertian syajaah adalah
keteguhan hati kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan
kebenaran secara bijaksana dan terpuji. Maka dari itu, pengertian syajaah
adalah keberanian yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh
pertimbangan.
Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan
pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela
kehormatannya. Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya
menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Pengertian syajaah dalam kamus bahasa Arab artinya keberanian atau
keperwiraan, yaitu seseorang yang dapat bersabar terhadap sesuatu jika dalam
jiwanya ada keberanian menerima musibah atau keberanian dalam
mengerjakan sesuatu. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap sabar
dan berani. Selain itu Syajaah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi
di medan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai
jiwanya dan berbuat menurut semestinya.

Syajaah Menurut Bahasa


syajaah dalam bahasa Arab memiliki arti berani atau teguh. Pengertian
Syajaah adalah sifat pertengahan antara Al–Jubn (Pengecut) dan Tahawwur
(Berani tanpa Perhitungan).

Syajaah Menurut Istilah


syajaah ialah keteguhan hati dan kekuatan pendirian untuk membela dan
mempertahankan hal yang benar secara bijaksana dan terpuji. Sikap syajaah
menjadi salah satu ciri yang perlu dimiliki oleh orang yang istiqomah di jalan
Allah. Mereka akan berani menyampaikan kebenaran walaupun itu pahit. Hal
ini karena mereka yakin dengan pertolongan Allah.

Syajaah terbagi kedalam 2 macam, antara lain:

1. Syajaah Harbiyyah
Pengertian Syajaah Harbiyyah adalah bentuk keberanian yang tampak secara
langsung. Misalnya keberanian kaum muslimin zaman dahulu untuk berjihad
(perang) demi membela agama.
2. Syajaah Nafsiyyah
Syajaah Nafsiyyah adalah keberanian secara mental seseorang. Ia akan berani
dalam menghadapi bahaya dan penderitaan jika hal tersebut demi
menegakkan keadilan.
Setelah mengetahui pengertian syajaah dan jenisnya, ada baiknya juga
memahami manfaat penerapan sikap syajaah dalam kehidupan. Allah SWT
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar tidak menjadi penakut
dan pengecut. Karena rasa takut dan pengecut akan membawa kegagalan dan
kekalahan.
Keberanian adalah tuntutan keimanan. Iman pada Allah Swt. mengajarkan kita
menjadi orang-orang yang berani menghadapi beragam tantangan dalam
hidup ini. Tantangan utama yang kita hadapi adalah memperjuangkan
kebenaran, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan.
Islam tidak menyukai orang yang lemah atau penakut. Orang yang lemah atau
penakut biasanya tidak berani untuk mempertahankan hidup sehingga
gampang putus asa. Ketakutan itu diantaranya karena takut dikucilkan dari
lingkungannya. Takut karena berlainan sikap dengan banyak orang atau takut
untuk membela sebuah kebenaran dan keadilan.

Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syajaah. Syajaah menurut bahasa


artinya berani. Sedangkan menurut istilah pengertian syajaah adalah
keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan
kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syajaah dapat diartikan keberanian
yang berlandaskan ke benaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.

Keberanian (syajaah) merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah


kemenangan dalam keimanan. Tidak boleh ada kata gentar dan takut bagi
muslim saat mengemban tugas bila ingin meraih kegemilangan. Semangat
keimanan akan selalu menuntun mereka untuk tidak takut dan gentar sedikit
pun dia akan menghadapi resiko.
Tidak menomorsatukan kekuatan materi . kekuatan materi diperlukan dalam
perjuangan, tetapi materi bukanlah segala-galanya. Allah yang menentukan
segala sesuatu.
Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah. Orang yang berjuang untuk
kebenaran tidak pernah takut, karena setelah berusaha dengan keras maka dia
akan bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Hasil Pendidikan sikap berani lahir melalui pendidikan yang diterapkan
dirumah, sekolah, masjid, maupun lingkungan. Sebagai contoh, anak yang
dididik dan diasuh oleh orang tua pemberani juga akan tumbuh dan
berkembang menjadi pemberani.

Anda mungkin juga menyukai