Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang aturan atau norma sudah dilupakan begitu saja. Tidak banyak orang
yang berbuat sesuka hati mereka. Mereka berbuat sesuatu tidak dipikir terlebih dahulu
akibatnya. Mereka melakukan segalanya atas kemauan mereka sendiri. Itu sebabnya semakin
meningkatnya persentase kejahatan. Hal ini disebabkan karena gangguan emosional ataupun
kekacauan mental yang dialami oleh orang tersebut. Kita lebih mengenalnya dengan istilah
Penyakit Hati (phycoses). Dua istilah yang dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini
adalah insanity dan dementia. Insanity adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa
seseorang itu kacau akibat dari tindakannya. Pada saat lain istilah demensia digunakan untuk
kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai sinonim
dengan kekacauan mental (mental disorder) yang menyolok. Sebab mereka sering
melakukan tingkah laku yang semaunya sendiri.

Dua istilah yang dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan
dementia. Insanity adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa seseorang itu kacau akibat
dari tindakannya. Pada saat lain istilah demensia digunakan untuk kebanyakan kelainan
mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai sinonim dengan kekacauan mental
(mental disorder) yang menyolok. Sebab mereka sering melakukan tingkah laku yang
semaunya sendiri. Dalam perspektif Islam, penyakit hati sering diidentikkan dengan beberapa sifat
buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah), seperti dengki, iri hati, arogan, emosional
dan seterusnya.

Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai berbagai macam penyakit hati
dalam perspektif islam yang membuat rusak moral orang-orang pada dewasa ini. Selain itu akan
dikaji pula cara mengobati dari penyakit hati. Sehingga kita terhindar dari berbagai sifat buruk atau
perilaku yang tercela (akhlakul mazmumah).

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat kita tentukan bahwa
tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya :

1. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap penyakit hati.


2. Untuk mengetahui bahaya yang disebabkan oleh penyakit hati.
3. Untuk mengetahui cara mengobati penyakit hati.

1
1.3 Ruang Lingkup Materi

Paradigma terhadap penyakit setiap agama tentunya akan berbeda-beda. Namun makalah
ini hanya akan membahas tentang penyakit hati dalam perspektif agama islam. Selain itu
pemabahasan mengenai penyakit hati tentunya akan universal. Sehingga penulis membatasi
permasalahan yang akan dibahas adalah tentang bahaya yang disebabkan oleh penyakit hati
beserta cara untuk mengobatinya.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Penyakit Hati


Istilah Qolbu memiliki dua makna: Pertama, yaitu sepotong daging berbentuk
buah sanaubar yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi darah
hitam dan di situ pula sumber atau pusat ruh. Kedua, hati (qalb, kalbu) adalah sebuah
latifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak kasat mata tidak berupa dan tidak
dapat diraba yang bersifat robbani ruhani. Latifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri
manusia atau hakikatnya. Hati tersebut adalah bagian (komponen) utama manusia yang
berpotensi menyerap (memiliki daya tangkap atau persepsi) yang dapat mengetahui dan
mengenal, yang ditujukan kepadanya segala pembicaraan, penilaian, kecaman dan
pertanggungjawaban.
Jadi, yang dinamakan Penyakit Hati adalah apabila sifat buruk yang telah tumbuh
dan menguasai hati sehingga menyebabakan seseorang memiliki sifat yang tercela.
Penyakit ini disebabkan karena terlalu mencintai dunia sehingga menjadikan dunia
sebagai tujuan hidupnya dan menjadi perhatian yang terbesar bagi hidupnya, selain itu
lupa akan Allah dan tidak pernah membaca Al-Quran

3.2 Macam-macam penyakit hati

Menurut pandangan islam terdapat beberap sikap tercela yang merupakan akar
dari penyakit hati. Diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Riya (pamer)

Seperti yang dijelaskan oleh As-Syarqawi, bahwa dalam penyakit riya terdapat
unsur penipuan terhadap dirinya sendiri dan juga orang lain, karena hakikatnya ia
mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Penyakit
riya merasuk dalam jiwa seseorang dengan halus dan tidak terasa sehingga hampir tidak
ada orang yang selamat dari serangan penyakit ini kecuali orang arif yang ikhlas dan taat.

Dalam riya terdapat unsur kepura-puraan, munafik, seluruh tingkah-lakunya


cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada kebesaran dan kekuasaan. Over
acting, menutup-nutupi kejelekannya dan seterusnya. Sifat yang demikian ini
digambarkan dalam al-Quran surat an-Nisa: 142 dan at-Taubah:67 dan juga hadits

3
Nabi: Yang paling aku kuatirkan terhadap umatku adalah riya dan syahwat yang
tersembunyi.

2. Marah

Marah pada hakikatnya adalah memuncaknya kepanikan di kepala, lalu


menguasai otak atau pikiran dan akhirnya kepada perasaan. Kondisi semacam ini
seringkali sulit untuk dikendalikan.

Lebih lanjut As-Syarqawi mengungkapkan, bahwa marah akan menimbulkan


beberapa pelampiasan, misalnya secara lisan akan memunculkan caci-makian, kata-kata
kotor/keji dan secara fisik akan menimbulkan tindakan-tindakan destruktif. Dan jika
orang marah tidak mampu melampiaskan tindakan-tindakannya di atas, maka dia akan
berkompensasi pada dirinya sendiri dengan cara misalnya: merobek-robek pakaian,
menampar mukanya sendiri, membanting perabot rumah tangga dan seterusnya. Marah
juga dapat berpengaruh pada hati seseorang, yaitu sifat dengki dan iri hati, rela melihat
orang lain menderita, cemburu, suka membuka aib orang lain dan seterusnya.

Atas dasar inilah maka Nabi melarang orang yang sedang marah untuk melakukan
putusan atau memutuskan sesuatu perkara sebagaimana sabdanya: Seseorang tidak
boleh membuat keputusan diantara dua orang (yang berselisih) sementara ia dalam
keadaan marah.

Al-Ghazali berpendapat, bahwa cara untuk menanggulangi kemarahan sampai


batas yang seimbang dengan jalan mujahadah untuk kemudian menanamkan jiwa sabar
dan kasih sayang.

Berkaitan dengan hal di atas, Usman Najati berpendapat bahwa emosi marah yang
menguasai seseorang dapat membuat kemandekan berpikir. Di samping itu energi tubuh
selama marah berlangsung akan membuat orang siap untuk melakukan tindakan-tindakan
yang akan disesali di kemudian hari. Untuk mengatasi marah ini adalah dengan jalan
mengendalikan diri, sebab mengendalikan diri dari marah itu mempunyai beberapa
manfaat:

1. Dapat memelihara kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan yang benar.


2. Dapat memelihara keseimbangan fisik, karena mampu melindungi dari ketegangan
fisik yang timbul akibat meningkatnya energi.
3. Dapat menghindarkan seseorang dari sikap memusuhi orang lain, baik fisik maupun
umpatan, sikap tersebut juga dapat menyadarkan diri untuk selalu berintrospeksi.
4. Dari segi kesehatan, pengendalian marah dapat menghindarkan seseorang dari
berbagai penyakit fisik pada umumnya.

Dalam hal ini Nabi juga sangat memuji tindakan pengendalian diri terhadap emosi
marah ini dan menganggapnya sebagai orang yang kuat, sebagaimana sabdanya:
Tidaklah orang dikatakan kuat itu adalah orang yang pandai berkelai, tetapi orang kuat
adalah orang yang mampu menahan amarahnya.

4
3. Rasa Bangga Diri (Ujub)

Perasaan membanggakan diri (ujub) sedikit berbeda dengan perasaan


sombong (kibr). Menurut al-Ghazali, kibr merupakan perasaan yang muncul pad diri
seseorang, di mana ia menganggap dirinya lebih baik dan lebih utama dari orang lain.
Sedangkan ujub adalah perasaan bangga diri yang dalam penampilannya tidak
memerlukan atau melibatkan orang lain. Ujub lebih terfokus kepada rasa kagum
terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan menonjolkan diri sendiri. Kadang-
kadang pada sebagian orang emosi ini merupakan tingkah laku yang dominan dalam
kepribadian dan dapat menimbulkan sikap sombong, angkuh serta merendahkan
orang lain.

Penilaian yang tinggi terhadap suatu pemberian, sikap yang selalu mengingat-
ingat pemberian dan sikap pamrih terhadap perbuatan yang dilakukan merupakan hal-
hal yang termasuk kategori ujub. Menurut As-Syarqawi, bahwa ujub merupakan
perasaan senang yang berlebihan. Kemunculannya disebabkan adanya anggapan
bahwa ia merasa yang paling baik dan paling sempurna di dalam segalanya. Sikap
ujub adalah penyakit mental yang sangat berbahaya, sebab eksistensinya membuat
hati menjadi beku dalam menerima kebaikan, dan selalu menutup-nutupi kesalahan,
sebagaimana firman Allah Swt.:

Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia ia berpaling dan


menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa. (Q.S.
Fusilat: 51).

Dari sisi lain orang yang bangga dengan dirinya telah menyadari akan
kepribadiannya dan mengerti akan kesalahannya, tetapi tidak tertarik untuk kembali
kepada kebenaran, melainkan bersikap putus asa, tetap ingkar dan bahkan ogah
melakukan kebajikan dan pengabdian kepada Allah.

4. Iri Hati dan Dengki

Iri hati atau juga disebut dengki merupakan gejala-gejala luar yang kadang-
kadang menunukkan perasaan dalam hati. Akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak
mudah untuk diketahui, sebab seseorang akan berusaha semaksimal mungkin
menyembunyikan gejala-gejala tersebut.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa rasa iri muncul akibat kegagalan
seseorang dalam mencapai sesuatu tujuan. Oleh sebab itu emosi ini sangat kompleks,
dan pada dasarnya terdiri atas rasa ingin memiliki.

Meski demikian, tidak dapat dikatakan, bahwa rasa iri sebagai kumpulan dari
rasa marah, rasa ingin memiliki dan rasa rendah diri, akan tetapi lebih dari itu adalah
5
memiliki karekteristiknya sendiri. Dan di antara gejala-gejala yang nampak adalah
marah dengan segala bentuknya mulai dari memukul, mencela, menghina, membuka
rahasia orang lain, dan seterusnya.

As-Syarqawi mejelaskan bahwa emosi ini secara garis besar diklasifikasikan


menjadi dua macam:

1. Iri yang melahirkan kompetisi sehat (al-munafasah);


2. Iri yang melahirkan kompetisi tidak sehat (al-hiqd wal hasad).

Iri jenis pertama merpuakan kompetisi sehat untk meniru hal-hal positif yang
dimiliki orang lain tanpa didasari oleh interes jahat dalam rangka fastabiqul khairat.
Iri dalam jenis ini merupakan sesuatu yang diharuskan bagi stiap muslim berdasarkan
firman Allah:

Artinya :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (Q.S. al-Maidah: 48).

Sementara iri dalam jenis kedua lebih didasari oleh rasa benci terhdap apa-apa
yang dimiliki oleh orang lain, baik yang berkaitan dengan materi maupun yang
berhubungan dengan jabatan/kedudukan. Iri dalam kategori ini, menurut As-Syarqawi
cenderung memunculkan sikap antipati dan bahkan melahirkan sikap permusuhan

6
terhadap orang lain. Kemunculannya lebih disebabkan oleh rasa sombong, bangga,
riya, dan rasa takut kehilangan kedudukan

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyakit Hati Menurut Perspektif Islam

Setiap manusia tentu memiliki hati. Hati inilah yang mempengaruhi tabiat dan sifat
seseorang. Apabila hati ini baik, maka manusia tersebut akan memiliki sifat yang terpuji. Namun jika
hati yang dimiliki seorang manusia telah penuh dengan niat jahat, dapat dipastikan bahwa tingkah
laku orang tersebut tidak akan jauh dari tindakan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasulullah Muhammad saw:Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging,
apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota
jasad, ketahuilah dialah hati. (HR. Bukhori)

Perubahan sifat yang ada dalam hati ini terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi
semata karena kekuasaan yang dimilii Allah SWT. Dia-lah yang membolak-balikkan hati manusia
sesuaidengankehendak-Nya.Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut: Dinamakan hati (al-qolbu)
karenacepatnyaberubah.(HR.Ahmad) Perumpamaan hati adalah seperti sebuah bulu di tanah
lapang yang diubah oleh hembusan angin dalam keadaan terbalik. (HR. Ibnu Abi Ashim)
Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia
mengubah menurut kehendak-Nya. (HR. Muslim) Ya Alloh, Dzat yang membolak-balikkan hati,
condongkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu. (HR. Muslim)
Penyakit-penyakit hati tersebut dapat diketahui dengan melihat perilaku yang ditampilkan
oleh seseorang dalam kesehariannya. Perilaku yang mencerminkan rusak dan sakitnya hati
seseorang diantaranya adalah:

1. Melakukan kedurhakaan dan dosa

Di antara manusia ada yang melakukan kedurhakaan terus-menerus dalam satu


jenis perbuatan. Ada pula yang melakukan dalam beberapa jenis bahkan semuanya
dilakukan dengan terang-terangan, padahal Rosululloh bersabda:Setiap umatku akan
terampuni kecuali mereka yang melakukan kedurhakaan secara terang- terangan. (HR.
Bukhori)

2. Merasakan kekerasan dan kekakuan hati

Keras dan kakunya hati seseorang membuat orang itu tidak memiliki sensitifitas
terhadap masalah-masalah yang menimpa saudaranya sesame muslim. Hal ini karena ia
tidak akan mampu dipengaruhi oleh apapun juga, dan hanya akan bertumpu pada
keinginan pribadinya.

3. Tidak tekun beribadah


4. Ketekunan dalam beribadah merupakan sesuatu hal yang wajib kita laksanakan. Dalam
beribadah kita harus benar-benar memperhatikan dengan seksama setiap gerakan dan

8
ucapan/bacaan serta doa. Sedangkan orang yang hatinya mulai diliputi oleh penyakit
tidak akan mampu tekun dan memperhatikan apa yang dilakukannya dalam beriadah.
5. Malas dalam ketaatan dan ibadah

Kalaupun ia beribadah, maka ibadah tersebut hanyalah sekedar rutinitas belaka,


dan kosong. Masuk dalam kategori ini ialah perbuatanperbuatan yang tidak dilakukan
dengan mempedulikan nilai dari perbuatan tersebut atau meremehkan waktu-waktu yang
tepat untuk melakukannya. Misalnya, melakukan sholat-sholat di akhir waktu, atau
menunda-nunda haji padahal sudah ada kemampuan untuk melaksanakan.

6. Perasaan gelisah dan resah karena masalah yang dihadapi


7. Tidak tersentuh kandungan ayat-ayat suci Al Quran
8. Lalai dalam dzikir dan doa
9. Lalai dalam amar maruf nahi munkar Bara ghiroh dalam hati telah padam, tidak
menyuruh kepada yang maruf, tidak pula mencegah dari yang mungkar. Pada
puncaknya, dia tidak mengetahui yang maruf dan tidak mengetahui yang mungkar.
Segala urusan dianggap sama.
10. Gila kehormatan dan popularitas
Termasuk di dalamnya, gila terhadap kedudukan ingin tampil sebagai pemimpin yang
menonjol dan tidak dibarengi dengan kemampuan yang semestinya.
Sesunguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemiminan dan hal ini
akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. (HR. Bukhori)
11. Bakhil dan kikir atas hartanya Allah SWT memuji orang-orang Anshor dengan firman-
Nya:

dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri,


sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Hasyr [59]: 9) Rosulullah saw
bahkan bersabda : Tidaklah berkumpul pada hati seorang hamba selama-lamanya sifat
kikir dan keimanan. (HR. Nasai)
12. Mengakui apa-apa yang tidak dilakukannya Padahal penyakit ini yang menjadikan
binasanya umat terdahulu. Alloh berfirman:

9
Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Alloh bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan. (QS. ash-Shof : 23)
13. Bersenang-senang diatas penderitaan umat muslim
14. Hanya pandai menilai kadar dosa yang dilakukan dan tidak melihat pada siapa dosa itu
dilakukannya
15. Tidak peduli pada penderitaan sesama muslim
16. Mudah memutuskan tali silaturahmi/persaudaraan
17. Senang berbantah-bantahan yang mneyebabkan hatinya keras dan kaku
18. Sibuk dalam urusan dunia semata
19. Suka berlebih-lebihan

3.2 Bahaya yang Ditimbulkan oleh Penyakit Hati

Penyakit Hati merupakan sebuah gejala yang menjadikan penghalang untuk


mendekatkan diri pada Allah, dalam pandangan Psikologi Islam hati harus mempunyai filter
agar mampu terhindar dari penyakit hati. Apabila hati sudah melekat kuat terhadap kecintaan
duniawi maka hawa nafsu yang mengendalikan kehidupannya.
Meskipun telah berusaha untuk mengobatinya dan kembali pada suatu kehidupan yang
islami, akan tetapi hal itu sangat sulit dilakukan. Walaupun ia dapat kembali pada kehidupan
yang islami ia akan sulit bersikap istiqamah. Hal tersebut dikarenakan hatinya telah keras,
hitam dan lemah, sehingga tidak tergugah hatinya mengenai peristiwa-peristiwa di sekitarnya.
Keadaan demikian menjadikan orang mempunyai hati yang sakit sehingga sulit menilai
secara jujur apapun yang ada di hadapannya, apabila terus dibiarkan akan semakin menutup
pintu hatinya, sehingga hati menjadi mati, tidak dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk dan keduanya tidak memiliki nilai sama sekali.
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 7







Artinya: Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang Amat berat. (QS. Al-Baqarah: 7).
Dengan demikian hati tidak mampu lagi menerima cahaya kebenaran, dan tidak
menganal Tuhannya. Hati seperti ini menurut Dr. Ahmad Farid dalam bukunya tazkiyat

10
an nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa nafsunya, walaupun itu dibenci
dan dimurkai Allah.

3.3 Cara Untuk Mengobati Penyakit Hati.

Perilaku tersebut diatas dapat dijadikan indikator awal akan adanya penyakit pada hati
seseorang. Meskipun demikian, kita dapat menyembuhkan hati yang sakit tersebut dengan
beberapa cara. Hal ini untuk mempertahankan keimanan yang ada dalam hati kita.
Rosulullah saw menggambarkan dalam salah satu sabda Beliau bahwa keimanan seorang hamba
diibaratkan sebagai pakaian yang dibutuhkan untuk diperbaharui setiap saat. Beliau saw juga
menggambarkan keimanan ibarat menatap bulan, terkadang bercahaya terkadang gelap,
manakala bulan tersebut tertutup oleh awan maka hilanglah sinar dari rembulan tersebut, ketika
gumpalan-gumpalan awan menghilang maka nampak kembali cahaya bulan tersebut.
Juga sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw : Barangsiapa di antara kamu melihat
kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan
lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah
iman. (HR. Bukhari)

1. Membaca dan menyimak Al Quran


Allah SWT telah memastikan bahwa al-Quran adalah penawar dari penyakit,
penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang dikehendaki-Nya. Firman Allah SWT :

Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. (QS. al-Isra : 82)
2. Merasakan keagungan Allah SWT
3. Banyak dalil dari al-Quran dan as-Sunnah yang mengungkap tentang keagungan
Alloh. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash tersebut, niscaya akan bergetar
hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui sebagaimana firman Allah :

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula),
dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah

11
atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS.
al-Anam: 59)
4. Mencari dan mempelajari ilmu agama
Yaitu ilmu yang bisa menghasilkan rasa takut kepada Allah SWT dan menambah
nilai keimanannya. Tidak akan sama keadaan orang yang mengetahui dan orang yang
tidak mengetahui.
5. Banyak berdzikir
Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan bertambah, rohmat Allah datang, hati
tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka, dosa-dosa terampuni. Rosulullah
saw bersabda: Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andaikata kamu
tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan
menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan. (HR.
Muslim)
6. Memperbanyak amal sholeh
Banyak hal yang dapat digunakan sebagai lading amal sholeh bagi kita. Sedangkan
bentuk dan cara memperbanyak amal sholeh diantaranya adalah:
Sesegera mungkin melaksanakan amal sholih
Melaksanakan amal sholih secara terus-menerus
Tidak gampang bosan dan capai dalam melaksanakannya
Mengulang beberapa amal sholih yang terlupakan
Senantiasa berharap apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT
7. Rajin melakukan ibadah
Di antara rahmat Allah SWT ialah dengan diberikan-Nya beberapa macam
peribadatan, sebagiannya berbentuk fisik seperti sholat, sebagiannya berbentuk materi
seperti zakat, sebagiannya berbentuk lisan seperti dzikir dan doa. Bahkan satu jenis
ibadah bisa dibagi kepada wajib, sunnah, dan anjuran. Yang wajib pun terkadang
terbagi kepada beberapa bagian. Berbagai jenis ibadah ini memungkinkan untuk
dijadikan sebagai penyembuh dari penyakit hati atau lemahnya keimanan.
8. Takut meninggal dalam keadaan suus khotimah
9. Banyak mengingat mati Rosulullah saw bersabda:
Perbanyaklah mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian. (HR.
Tirmidzi)
Di antara cara yang efektif untuk mengingatkan seseorang terhadap kematian ialah
dengan berziarah kubur, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, dan lain-
lain.
10. Selalu ingat akan tibanya hari akhir
11. Menelaah firman-firman Allah SWt yang terkait dengan peristiwa alam
12. Bermunajat dan pasrah kpeada Allah SWT
13. Tidak terlalu mengharap dunia
14. Banyak melakukan ibadah hati
15. Berdoa kepada allah SWT agar dijaga keimanan kita

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit hati menurut
pandangan islam penyakit hati adalah apabila sifat buruk yang telah tumbuh dan menguasai
hati sehingga menyebabkan seseorang memiliki sifat yang tercela. penyakit hati sering
diidentikkan dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-
mazmumah), seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya.Perilaku-
perilaku tercela tersebut tentunya akan berakibat buruk bagi manusia. Manusia tidak
lagi memikirkan lagi tentang akibat yang akan ditimbulkan. Manusia akan terus
berbuat sesuka hati mereka dengan mengikuti hawa napsunya. Hal tersebut
dikarenakan hatinya telah keras, hitam dan lemah, sehingga tidak tergugah hatinya
mengenai peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Namun jangan khawatir segala sesuatu
yang menjadi penyakit di dunia pasti ada obatnya. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengobati hati kita supaya tidak keras, hitam dan lemah diantaranya
:
1. Membaca dan menyimak Al Quran
2. Merasakan keagungan Allah SWT
3. Mencari dan mempelajari ilmu agama.
4. Banyak berdzikir
Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan bertambah, rohmat Allah datang, hati
tenteram, para malaikat datang mengelilingi mereka, dosa-dosa terampuni. Rosulullah
saw bersabda:
Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, andaikata kamu tetap seperti
keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu para malaikat akan menyalami
kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam perjalanan. (HR. Muslim)
5. Memperbanyak amal sholeh
6. Rajin melakukan ibadah
7. Takut meninggal dalam keadaan suus khotimah
8. Banyak mengingat mati Rosulullah saw bersabda:
Perbanyaklah mengingat penebas segala kelezatan, yakni kematian. (HR.
Tirmidzi).
9. Selalu ingat akan tibanya hari akhir
10. Menelaah firman-firman Allah SWt yang terkait dengan peristiwa alam
11. Bermunajat dan pasrah kpeada Allah SWT
12. Tidak terlalu mengharap dunia
13. Banyak melakukan ibadah hati
14. Berdoa kepada allah SWT agar dijaga keimanan kita

13
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik senantiasa penulis terima
dengan senang hati dengan harapan bisa membangun untuk ke depannya supaya lebih
baik lagi.
Untuk pembaca agar senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan rajin beribadah, banyak beramal sholeh dan melakukan suatu hal yang positif
lainnya yang berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain

14
DAFTAR PUSTAKA

http://zainuddin.lecturer.uin-malang.ac.id/2015/10/19/penyakit-hati-dan-cara-pengobatannya/

http://fitrianahadi.blogspot.co.id/2014/12/makalah-psikologi-islam-tentang_62.html

15

Anda mungkin juga menyukai