A. Pengertian Manajemen Hati dan Pendidikan Akhlak
Manajemen berasal dari bahasa Inggris manage memiliki arti
mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1994 : 520). Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu (Melayu SP Hasibuan, 2003 : 9). Kata qalbu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan hati (Hasan Alwi, 2002 : 493). Sedangkan dalam istilah etimologi kata ini terambil dari bentuk masdar(kata benda) dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik ( Baharuddin, 2004 : 124). Istilah hati dalam bahasa Arab disebut qalbun, yaitu anggota badan yang terletak disebelah kiri dada dan merupakan bagian terpenting bagi pergerakan darah Dikatakan juga hati sebagai qalb, karena sifatnya yang berubah-ubah. Rasulullah SAW pernah bersabda, رسول سمعت يقول بشير بن النعمان سمعت قال عامر عن زكرياء حدثنا ابونعيم حدثنا وإذا كله الجسد صلح صلحت إذا مضغة الجسد في وان أال يقول وسلم عليه هللا صلى هللا القلب وهى أال كله الجسد فسد فسدت. البخاري رواه "Abu Nu'aim telah menceritakan pada kami, Zakariya telah menceritakan pada kami, dari Amir dia berkata: saya telah mendengan Nu'man bin Basyir berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Ketahuilah bahwa sesungguhnya didalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuh, tetapi apabila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah al-qalb". (HR. Al-Bukhari). Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin membagi makna hati menjadi dua, yaitu: 1. Daging kecil yang terletak di dalam dada sebelah kiri dan di dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam. 2. Merupakan bisikan halus ketuhanan (rabbaniyah) yang berhubungan langsung dengan hati yang berbentuk daging Hati inilah yang dapat memahami dan mengenal Allah serta segala hal yang tidak dapat dijangkau angan-angan. Manajemen hati berarti mengelola hati supaya potensi positif bisa berkembang maksimal mengiring kemampuan berfikir dan bertindak sehingga sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi negatifnya segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak berubah menjadi tindakanya (Gymnastiar, 2006 : 150). Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan imankepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat, ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada- Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping terbiasa melakukan akhlak mulia. Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari orang lain atau bahkan pengaruh- pengaruh yang indah dan pebuatan itu harus konstan (stabil) dilakukan berulang kali dalambentuk yang sering sehingga dapat menjadi kebiasaan (Sudarto, 2019 : 124-125). Pada dasarnya, manajemen hati disini bermakna sebuah proses kegiatan seseorang untuk mengelola dan mengatur hati sehingga dapat mencapai kesempurnaan manusiawi (insane kamil) dan berusaha merealisasikan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat sesuai tuntunan agama. Dengan pendidikan akhlak, manjemen hati berupaya untuk mengukur atau mengetahui sampai sejauh mana manusia mempunyai sifat yang positif dan negatif yang dapat dikelola dan dikembangkan menjadi hal-hal yang luar biasa bagi kemajuan.
B. Macam-Macam Kondisi Hati Manusia
Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauziyah pernah mengatakan bahwa hati manusia terbagi dalam 3 kriteria, yaitu:
1. Qolbun Marridh (Hati yang Sakit)
Perumpamaan bagi yang hatinya sakit adalah ibarat cermin yang tidak terawat, sehingga penuh dengan debu dan kotor. Namun, dari hari kehari kotoran tersebut semakin bertambah. Akibatnya, setiap benda sebagus apapun yang disimpan didepannya, akan tampak lain pada pantulan bayangannya. Bayangannya tampak buram dan lebih buruk dari aslinya. Apabila yang bercermin di depannya, siapapun dia niscaya akan kecewa. Dengan demikian hati yang sakit adalah hati yang hidup, tetapi menderita sakit. Hati semacam ini sering mengalami kebimbangan antara melakukan kebenaran dan kebatilan. Penyakit hati ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu basud, riya, dengki, ghibah, ujub dan sebagainya. 2. Qolbun Mayyit (Hati yang Mati) Hati yang mati adalah hati yang sepenuhnya dikuasai hawa nafsu dan keinginan, sehingga hati tertutup dari mengenal Tuhannya. Hati sama sekali tidak mau beribadah kepada Allah. Hati tidak mau menjalankan perintah dan semua hal yang diridhoi-Nya. Hawa nafsu telah menguasai dan bahkan menjadi pemimpin dan pengendali bagi dirinya. Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnya. Kemana saja ia bergerak, maka gerakannya benar-benar telah disclubungi oleh pola pikir meraih meraih kesenangan duniawi semata.
3. Qolbun Salim (Hati yang Selamat)
Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan dengan cahaya terangnya dan bertempat di nafsul mutmainah (jiwa yang terang). Semuanya karena Allah SWT. Jika ia mencintai, membenci memberi dan merahan diri semuanya karena Allah. Dengan demikian, hati yang selamat adalah hati yang jauh dari syirik, hati yang selamat dari dosa, dan hanya menyembah mengabdi, mencintai pasrah, kembali, takut, berharap, ikhlas hanya untuk Allah semata. Disamping itu juga selalu tunduk dan mengikuti sepenuhnya tuntunan Rasulullah SAW (Gymnastiar, 2005 :8).
Dari beberapa macam-macam kondisi hati manusia, dapat
disimpulkan bahwa hati memiliki tiga kriteria yang berbeda. Hati diibarat sebagai cermin, jika tidak dirawat serta tidak dibersihkan maka hati akan mudah kotor dan berdebu. Sebaliknya jika kita dapat merawatnya maka hati akan senantiasa hidup, bersih, dan penuh ketaatan. Maka dari itu, kita sebagai manusia harus bisa mengelola hati dengan sebaik mungkin.
C. Penyakit Hati beserta Metode dan Terapinya
Penyakit Hati" dan hal-hal yang Merusak Hati
1. Sombong adalah tidak mau menerima kebenaran dan meremehkan sesamannya. Penyakit pertama kali yang disebutkan dalam al-quran ialah sombong. Sebagaimana firman Allah,
س َجدُوا آلدم اس ُجدُوا لِل َمالئِكَ ِة قُلنَا وإِذ
"Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada malaikat: Sujudlah
kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabbur dan ia termasuk golongan orang-orang kafir. (QS. Al- Baqarah:34). 2. Iri hati adalah perasaan ketika seseorang membenci saudaranya yang mendapat nikmat dan ingin kenikmatan hilang atau beralih kepadanya. 3. Ujub adalah bangga dan kagum terhadap diri sendiri. 4. Riya adalah pamer atau melakukan perbuatan supaya dilihat manusia. 5. Sum'ah yaitu senang apabila kebaikanya dan kelebihannya diperbincangknan orang lain. 6. Waswas adalah pekerjaan setan untuk mengganggu manusia agar menyimpang dari ajaran Islam. Penyakit yang terakhir kali disebutkan dalam al-quran ialah waswas sebagimana firman Allah," Dari bisikan Syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikan kejahatan kedalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.".
Sedangkan hal-hal yang merusak hati antara lain:
1. Menyibukan Hati dengan sesuatu selain Allah. Diantaranya adalah cinta dunia. banyak angan-angan dan membenci sesama. 2. Perbuatan dosa. Hal ini dapat menjadikan hati menjadi keras dan hitam sehingga sulit untuk memperoleh petunjuk. Begitupun juga ilmu tidak akan masuk dalam hati seseorang yang bergelimang dosa 3. Terlalu banyak makan dan minum. Imam Syafii berkata," Aku tidak pernah kenyang selama enam belas tahun, kecuali sekali. Saat itu pula aku memasukan tanganku kedalam mulut ku, lalu aku muntahkan makanannya. Karena kenyang tubuh merasa berat, mengundang kantuk, dan melemahkan semangat ibadah”. Hal ini juga yang dilakukan oleh kiai-kiai dulu, beliau tidak pernah makan atau minum sampai kenyang karena hal ini bisa menyebabkan malas beribadah bahkan ketika beliau mengarang kitab beliau melakukannya dalam keadaan berpuasa. Oleh karena itu, Nabi SAW bersabda, "makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang" (Jamal Ma'mur Asmani, 2014 : 38). Agar kondisi hati manusia tetap sehat dan suci, maka ibarat tanaman perlu dipupuk, dirawat, diberi suplemen vitamin dan dijauhkan dari hama penyakit (maksiat dosa). Adapun caranya antara lain: 1. Mempelajari ilmu tentang Akhlak yang baik dan buruk. 2. Mempraktekkannya dengan cara dzikir, mujahadah, muhabasah, maupun riyadhoh. 3. Mempraktekkan usaha takhalli (pengosongan diri dari akhlak tercela), tahalli (menghias diri dengan akhlak terpuji) dan tajalli (merasakan selalu kehadiran Allah). 4. Berlaku istiqomah dalam beribadah. 5. Mencari jodoh, teman, lingungan yang baik dan kondusif
Adapun terapi atau pengobatan yang ditawarkan Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah, untuk menangani berbagai penyakit qalbu adalah : 1. Memaksakan dirinya selalu mendekatkan diri kepada Allah di manapun berada. Bila seluruh hidupnya sudah diarahkan pada Allah, maka qalbunyaakan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan keterangan dan ketentraman bersama Allah. Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan penciptaan manusia. 2. Tilak bosan berdzikir. Tidak pernah merasa jemu untuk mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya, kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang mengingatkan dia kepada Allah atau saling mengingatkan dalam kerangka berdzikir kepada-Nya. 3. Menyesal jika luput dari berdzikir. Qalbu yang sehat di antara tandanya adalah jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid, maka dia sangat menyesal merasa sedih dan sakit melebihi sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya. 4. Rindu beribadah Qabu yang sehat selalu rindu untuk menghamba dan mengabdi kepada Allah, sebagaimana rindunya seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman. 5. Khusyu' dalam shalat. Qalbu yang sehat adalah jaka dia sedang melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat merupakan kebahagian dan penyejuk hati dan jiwa.
6. Selalu introspeksi dan memperbaiki diri Qalbu yang sehat
senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan (seakan-akan melihat Allah) dalam beribadah, atau selalu merasa dilihat (Agus Hermawan 2016 : 13).
Dari beberapa hal yang di sebutkan di atas mengenai penyakit hati
dan hal-hal yang merusak hati kita mungkin sadar tidak sadar telah melakukan salah satu dari penyakit hati tersebut atau bahkan sering. Kita sebagai umat islam seharusnya bisa menjauhi dan melawan sifat-sifat tersebut dengan disiplin karena sumber kekuatan adalah kedisiplinan. Dengan adanya metode dan terapi hati maka kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan dijauhkan dari hama penyakit / maksiat dosa. Dari berbagai metode yang telah disebutkan diatas membuat kita juga terdapat terapi atau obat hati yang dapat kita lakukan yaitu dengan :
1. Membaca al-quran beserta memahami maknanya.
2. Menjalankan shalat qiyamul lail/shalat malam.
3. Berteman dengan orang-orang baik.
4. Puasa.
5. Berdzikir kepada Allah.
D. Inovasi Pendidikan Akhlak Berbasis Manajemen Hati
Di dalam Qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan
menghayati tentang salah-benar, baik buruk serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas Qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan Qobu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Naf) yang berarti menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji, sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercek.
Dengan kata lain diri dibersihkan dari kotoran dan
kerusakannya diubah menjadi An Nafs Al Lawwamah (jiwa yang mencela) dan akhirnya menjadi An Na Al Muthma’innah. Selanjutnya adalah dengan cara menghapus kecintaan terhadap dunia serta menghilangkan segenap kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas segala sesuatu yang tidak berguna yaitu dengan cara senantiasa dan terus menerus mengingat Allah (Dzikrullah). Realisasi kunci pertama dilakukan dengan berusaha untuk introspeksi (penilaian) diri dengan tekad untuk memperbaiki diri. Penilaian diri dimulai dari lingkungan yang terkecil seperti keluarga. Kemudian penilaian diri diperluas ke saudara-saudara terdekat dan kemudian orang-orang di sekitar kita. Bahwa semakin diri dapat dibuat terbuka, dapat menerima kritikan dengan keikhlasan, Insya Allah perkembangan kemampuan diri akan semakin baik. Untuk pembersihan hati ada lima tahap yang perlu ditempuh, antara lain:
1. Adanya tekad kuat untuk memahami dan memperbaiki diri
serta membersihkan hati 2. Memiliki "ilmu mengenai pemahaman atau pengenalan diri. Sebab seseorang dapat membersihkan hati melalui perbaikan diri secara kontinu jika telah menyadari keadaan dirinya.
3. Menafakuri diri sendiri melalui evaluasi diri dengan bekal
ilmu (tentang pengendalian diri) yang dimilikinya.
4. Proses mengevaluasi diri perlu untuk diperluas. Dengan kata
lain, evaluasi diri dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama sehingga proses pembersihan Qalbu semukin efektif.
5. Berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bagaimana diri
mau belajar dari diri orang lain.
Sedangkan untuk kunci yang kedua diperlukan adanya
kejujuran sebagai modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh penuh dedikasi dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari. Manajemen Qalbu tidak hanya membentuk manusia yang ahli dzikir dan ahli fikir tetapi juga manusia yang ahli ikhtiar. Hal ini akan berkaitan dengan amal nyata dan karya nyata melalui proses pelatihan bidang untuk peningkatan kualitas keprofesionalan
Adapun bentuk pelaksanaan Manajemen Qolbu yang bersifat
kelompok. dilaksanakan dengan sistem ta'lim yang dibagi ke dalam beberapa kelompok lain. Materi yang diberikan seperti kesabaran, kejujuran, keteladanan Ayat-ayat dan hadits-hadits pendukung juga disiapkan dalam materi tersebut. Ada tiga materi pokok yang terkait dengan Manajemen Qolbu yaitu keutamaan hati, mengenal potensi mamasia dan potensi diri sendiri serta pengenalan diri (Ahmad Manshur, 2019 : 27-28).
Di dalam Qalbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan
menghayati tentang salah-benar, bak buruk serta berbagai keputusan yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas Qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan Qalbu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Naf). Untuk itu pembersihan hati ada beberapa tahap yang perlu ditempuh seperti hal-hal yang telah dipaparkan diatas.
E. Kesimpulan
Dalam Konsep Manajemen Qalbu, seseorang bisa diarahkan agar
menjadi sangat peka dalam mengelola sekecil apapun potensi yang ada dalam dirinya menjadi sesuatu yang bernilai kemuliaan serta memberi manfaat besar, baik bagi dirinya sendiri maupun makhuk Allah lainnya, Lebih dari itu, dapat memberi kemaslahatan di dunia juga diakhirat kelak. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Asmani, Jamal Ma'mur. 2014. Agar Hati Tidak Keras. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Baharuddin. 2004. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Echols, John. M dan Hasan Shandily. 1994. Kamus Inggris Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Gymnastiar, Abdullah. 2005. Menggapai Qobun Salim. Bandung : Khas
MQ.
Gymnastiar, Abdullah. 2006. Jagalah Hati. Bandung : Khas MQ.
Hasibuan, Melayu SP. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Hermawan, Agus. 2016. Pengantar Akhlak Tasawuf I. Kudus: Hasyindo
Press.
Mansur, Ahmad. 2019. Inovasi Pendidikan Akhlak Berbasis Manajemen
Qolbu. Bojonegoro : Al-Aufa Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman Volume 01 Nomor 01.
Sudarto. 2019. Manajemen Hati Sebagai Inti Pendidikan Akhlak. Ngawi :