Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 3

01. Cinta Marta Eliza 23040220012


02. Eliana Fadhifatul Nurlia 23040220014
03. Arlinda Yunita Kurniawati 23040220024
04. Isti Khomariyah 23040220026
05. Putri Adellia 23040220030
06. Prastia Zulfi Anggraheni 23040220035

MANAJEMEN HATI SEBAGAI INTI PENDIDIKAN AKHLAK

A. Pengertian Manajemen Hati dan Pendidikan Akhlak

Manajemen berasal dari bahasa Inggris manage memiliki arti


mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola (John M.
Echols dan Hasan Shadily, 1994 : 520). Manajemen adalah ilmu dan
seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
sasaran atau tujuan tertentu (Melayu SP Hasibuan, 2003 : 9). Kata
qalbu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan hati (Hasan
Alwi, 2002 : 493). Sedangkan dalam istilah etimologi kata ini
terambil dari bentuk masdar(kata benda) dari kata qalaba yang
berarti berubah, berpindah atau berbalik ( Baharuddin, 2004 : 124).
Istilah hati dalam bahasa Arab disebut qalbun, yaitu anggota badan
yang terletak disebelah kiri dada dan merupakan bagian terpenting
bagi pergerakan darah Dikatakan juga hati sebagai qalb, karena
sifatnya yang berubah-ubah. Rasulullah SAW pernah bersabda,
‫رسول سمعت يقول بشير بن النعمان سمعت قال عامر عن زكرياء حدثنا ابونعيم حدثنا‬
‫وإذا كله الجسد صلح صلحت إذا مضغة الجسد في وان أال يقول وسلم عليه هللا صلى هللا‬
‫ القلب وهى أال كله الجسد فسد فسدت‬. ‫البخاري رواه‬
"Abu Nu'aim telah menceritakan pada kami, Zakariya telah
menceritakan pada kami, dari Amir dia berkata: saya telah
mendengan Nu'man bin Basyir berkata: saya telah mendengar
Rasulullah SAW bersabda: "Ketahuilah bahwa sesungguhnya
didalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik,
maka akan baiklah seluruh tubuh, tetapi apabila ia rusak, maka
akan rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah al-qalb".
(HR. Al-Bukhari).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin
membagi makna hati menjadi dua, yaitu:
1. Daging kecil yang terletak di dalam dada sebelah kiri dan di
dalamnya terdapat rongga yang berisi darah hitam.
2. Merupakan bisikan halus ketuhanan (rabbaniyah) yang
berhubungan langsung dengan hati yang berbentuk daging Hati
inilah yang dapat memahami dan mengenal Allah serta segala hal
yang tidak dapat dijangkau angan-angan.
Manajemen hati berarti mengelola hati supaya potensi positif
bisa berkembang maksimal mengiring kemampuan berfikir dan
bertindak sehingga sekujur sikapnya menjadi positif, dan potensi
negatifnya segera terdeteksi dan dikendalikan sehingga tidak
berubah menjadi tindakanya (Gymnastiar, 2006 : 150).
Pendidikan akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar
akhlak dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa sampai ia
menjadi seorang mukallaf, seseorang yang telah siap mengarungi
lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan berpijak
pada landasan imankepada Allah dan terdidik untuk selalu kuat,
ingat bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-
Nya, maka ia akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di
dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan. Di samping
terbiasa melakukan akhlak mulia.
Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja
untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani,
melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta
menghasilkan perubahan ke arah positif, yang nantinya dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah
laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju
terbentuknya manusia yang berakhlak mulia, di mana dapat
menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa
harus direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan
dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan, paksaan dari
orang lain atau bahkan pengaruh- pengaruh yang indah dan
pebuatan itu harus konstan (stabil) dilakukan berulang kali
dalambentuk yang sering sehingga dapat menjadi kebiasaan
(Sudarto, 2019 : 124-125).
Pada dasarnya, manajemen hati disini bermakna sebuah proses
kegiatan seseorang untuk mengelola dan mengatur hati sehingga dapat
mencapai kesempurnaan manusiawi (insane kamil) dan berusaha
merealisasikan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat
sesuai tuntunan agama. Dengan pendidikan akhlak, manjemen hati
berupaya untuk mengukur atau mengetahui sampai sejauh mana
manusia mempunyai sifat yang positif dan negatif yang dapat dikelola
dan dikembangkan menjadi hal-hal yang luar biasa bagi kemajuan.

B. Macam-Macam Kondisi Hati Manusia


Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauziyah pernah mengatakan bahwa
hati manusia terbagi dalam 3 kriteria, yaitu:

1. Qolbun Marridh (Hati yang Sakit)


Perumpamaan bagi yang hatinya sakit adalah ibarat
cermin yang tidak terawat, sehingga penuh dengan debu dan
kotor. Namun, dari hari kehari kotoran tersebut semakin
bertambah. Akibatnya, setiap benda sebagus apapun yang
disimpan didepannya, akan tampak lain pada pantulan
bayangannya. Bayangannya tampak buram dan lebih buruk
dari aslinya. Apabila yang bercermin di depannya, siapapun
dia niscaya akan kecewa. Dengan demikian hati yang sakit
adalah hati yang hidup, tetapi menderita sakit. Hati
semacam ini sering mengalami kebimbangan antara
melakukan kebenaran dan kebatilan. Penyakit hati ini
disebabkan oleh beberapa hal yaitu basud, riya, dengki,
ghibah, ujub dan sebagainya.
2. Qolbun Mayyit (Hati yang Mati)
Hati yang mati adalah hati yang sepenuhnya dikuasai
hawa nafsu dan keinginan, sehingga hati tertutup dari
mengenal Tuhannya. Hati sama sekali tidak mau beribadah
kepada Allah. Hati tidak mau menjalankan perintah dan
semua hal yang diridhoi-Nya. Hawa nafsu telah menguasai
dan bahkan menjadi pemimpin dan pengendali bagi dirinya.
Kebodohan dan kelalaian adalah sopirnya. Kemana saja ia
bergerak, maka gerakannya benar-benar telah disclubungi
oleh pola pikir meraih meraih kesenangan duniawi semata.

3. Qolbun Salim (Hati yang Selamat)


Hati ini adalah hati yang hidup, bersih, penuh ketaatan
dengan cahaya terangnya dan bertempat di nafsul
mutmainah (jiwa yang terang). Semuanya karena Allah
SWT. Jika ia mencintai, membenci memberi dan merahan
diri semuanya karena Allah. Dengan demikian, hati yang
selamat adalah hati yang jauh dari syirik, hati yang selamat
dari dosa, dan hanya menyembah mengabdi, mencintai
pasrah, kembali, takut, berharap, ikhlas hanya untuk Allah
semata. Disamping itu juga selalu tunduk dan mengikuti
sepenuhnya tuntunan Rasulullah SAW (Gymnastiar, 2005 :8).

Dari beberapa macam-macam kondisi hati manusia, dapat


disimpulkan bahwa hati memiliki tiga kriteria yang berbeda. Hati diibarat
sebagai cermin, jika tidak dirawat serta tidak dibersihkan maka hati akan
mudah kotor dan berdebu. Sebaliknya jika kita dapat merawatnya maka hati
akan senantiasa hidup, bersih, dan penuh ketaatan. Maka dari itu, kita
sebagai manusia harus bisa mengelola hati dengan sebaik mungkin.

C. Penyakit Hati beserta Metode dan Terapinya

Penyakit Hati" dan hal-hal yang Merusak Hati


1. Sombong adalah tidak mau menerima kebenaran dan
meremehkan sesamannya. Penyakit pertama kali yang disebutkan
dalam al-quran ialah sombong. Sebagaimana firman Allah,

‫س َجدُوا آلدم اس ُجدُوا لِل َمالئِكَ ِة قُلنَا وإِذ‬


َ َ‫ِيس إِ َال ف‬
َ ‫الكَاف ِِري َن ِمنَ َوكَانَ واست َكبَ َر أبى إِبل‬

"Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada malaikat: Sujudlah


kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan
dan takabbur dan ia termasuk golongan orang-orang kafir. (QS. Al-
Baqarah:34).
2. Iri hati adalah perasaan ketika seseorang membenci saudaranya
yang mendapat nikmat dan ingin kenikmatan hilang atau beralih
kepadanya.
3. Ujub adalah bangga dan kagum terhadap diri sendiri.
4. Riya adalah pamer atau melakukan perbuatan supaya dilihat
manusia.
5. Sum'ah yaitu senang apabila kebaikanya dan kelebihannya
diperbincangknan orang lain.
6. Waswas adalah pekerjaan setan untuk mengganggu manusia
agar menyimpang dari ajaran Islam. Penyakit yang terakhir kali
disebutkan dalam al-quran ialah waswas sebagimana firman
Allah," Dari bisikan Syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikan kejahatan kedalam dada manusia, dari golongan jin
dan manusia.".

Sedangkan hal-hal yang merusak hati antara lain:


1. Menyibukan Hati dengan sesuatu selain Allah. Diantaranya
adalah cinta dunia. banyak angan-angan dan membenci sesama.
2. Perbuatan dosa. Hal ini dapat menjadikan hati menjadi keras
dan hitam sehingga sulit untuk memperoleh petunjuk. Begitupun
juga ilmu tidak akan masuk dalam hati seseorang yang
bergelimang dosa
3. Terlalu banyak makan dan minum. Imam Syafii berkata," Aku
tidak pernah kenyang selama enam belas tahun, kecuali sekali. Saat
itu pula aku memasukan tanganku kedalam mulut ku, lalu aku
muntahkan makanannya. Karena kenyang tubuh merasa berat,
mengundang kantuk, dan melemahkan semangat ibadah”.
Hal ini juga yang dilakukan oleh kiai-kiai dulu, beliau tidak pernah
makan atau minum sampai kenyang karena hal ini bisa
menyebabkan malas beribadah bahkan ketika beliau mengarang
kitab beliau melakukannya dalam keadaan berpuasa. Oleh karena
itu, Nabi SAW bersabda, "makanlah ketika lapar dan berhentilah
sebelum kenyang" (Jamal Ma'mur Asmani, 2014 : 38).
Agar kondisi hati manusia tetap sehat dan suci, maka ibarat
tanaman perlu dipupuk, dirawat, diberi suplemen vitamin dan
dijauhkan dari hama penyakit (maksiat dosa). Adapun caranya
antara lain:
1. Mempelajari ilmu tentang Akhlak yang baik dan buruk.
2. Mempraktekkannya dengan cara dzikir, mujahadah, muhabasah,
maupun riyadhoh.
3. Mempraktekkan usaha takhalli (pengosongan diri dari akhlak
tercela), tahalli (menghias diri dengan akhlak terpuji) dan tajalli
(merasakan selalu kehadiran Allah).
4. Berlaku istiqomah dalam beribadah.
5. Mencari jodoh, teman, lingungan yang baik dan kondusif

Adapun terapi atau pengobatan yang ditawarkan Ibnu Qayyim Al-


Jauziyah, untuk menangani berbagai penyakit qalbu adalah :
1. Memaksakan dirinya selalu mendekatkan diri kepada Allah di
manapun berada. Bila seluruh hidupnya sudah diarahkan pada
Allah, maka qalbunyaakan selalu mengajak dan mendorong
pemiliknya untuk menemukan keterangan dan ketentraman
bersama Allah. Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan
kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang
lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari
tujuan penciptaan manusia.
2. Tilak bosan berdzikir. Tidak pernah merasa jemu untuk
mengabdi kepada-Nya, tidak terlena dan asyik dengan selain-Nya,
kecuali kepada orang yang menunjukkan ke jalan-Nya, orang yang
mengingatkan dia kepada Allah atau saling mengingatkan dalam
kerangka berdzikir kepada-Nya.
3. Menyesal jika luput dari berdzikir. Qalbu yang sehat di antara
tandanya adalah jika luput dan ketinggalan dari dzikir dan wirid,
maka dia sangat menyesal merasa sedih dan sakit melebihi
sedihnya seorang bakhil yang kehilangan hartanya.
4. Rindu beribadah Qabu yang sehat selalu rindu untuk
menghamba dan mengabdi kepada Allah, sebagaimana rindunya
seorang yang kelaparan terhadap makanan dan minuman.
5. Khusyu' dalam shalat. Qalbu yang sehat adalah jaka dia sedang
melakukan shalat, maka dia tinggalkan segala keinginan dan
sesuatu yang bersifat keduniaan. Sangat memperhatikan masalah
shalat dan bersegera melakukannya, serta mendapati ketenangan
dan kenikmatan di dalam shalat tersebut. Baginya shalat
merupakan kebahagian dan penyejuk hati dan jiwa.

6. Selalu introspeksi dan memperbaiki diri Qalbu yang sehat


senantiasa menaruh perhatian yang besar untuk terus
memperbaiki amal, melebihi perhatian terhadap amal itu sendiri
Dia terus bersemangat untuk meningkat kan keikhlasan dalam
beramal, mengharap nasihat, mutaba'ah (mengontrol) dan ihsan
(seakan-akan melihat Allah) dalam beribadah, atau selalu merasa
dilihat (Agus Hermawan 2016 : 13).

Dari beberapa hal yang di sebutkan di atas mengenai penyakit hati


dan hal-hal yang merusak hati kita mungkin sadar tidak sadar telah
melakukan salah satu dari penyakit hati tersebut atau bahkan sering. Kita
sebagai umat islam seharusnya bisa menjauhi dan melawan sifat-sifat
tersebut dengan disiplin karena sumber kekuatan adalah kedisiplinan.
Dengan adanya metode dan terapi hati maka kita dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan dijauhkan dari hama penyakit / maksiat dosa.
Dari berbagai metode yang telah disebutkan diatas membuat kita juga
terdapat terapi atau obat hati yang dapat kita lakukan yaitu dengan :

1. Membaca al-quran beserta memahami maknanya.

2. Menjalankan shalat qiyamul lail/shalat malam.

3. Berteman dengan orang-orang baik.

4. Puasa.

5. Berdzikir kepada Allah.


D. Inovasi Pendidikan Akhlak Berbasis Manajemen Hati

Di dalam Qolbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan


menghayati tentang salah-benar, baik buruk serta berbagai keputusan
yang harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga
kualitas Qalbu akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai
subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk
dalam kebinatangan yang hina. Untuk itu perlu upaya untuk
membersihkan dan memberikan pencerahan Qobu, yaitu dengan cara
penyucian jiwa (Tazkiyah An Naf) yang berarti menghiasi diri dengan
sifat-sifat terpuji, sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercek.

Dengan kata lain diri dibersihkan dari kotoran dan


kerusakannya diubah menjadi An Nafs Al Lawwamah (jiwa yang
mencela) dan akhirnya menjadi An Na Al Muthma’innah. Selanjutnya
adalah dengan cara menghapus kecintaan terhadap dunia serta
menghilangkan segenap kesedihan, kedukaan dan kekhawatiran atas
segala sesuatu yang tidak berguna yaitu dengan cara senantiasa dan
terus menerus mengingat Allah (Dzikrullah). Realisasi kunci pertama
dilakukan dengan berusaha untuk introspeksi (penilaian) diri dengan
tekad untuk memperbaiki diri. Penilaian diri dimulai dari lingkungan
yang terkecil seperti keluarga. Kemudian penilaian diri diperluas ke
saudara-saudara terdekat dan kemudian orang-orang di sekitar kita.
Bahwa semakin diri dapat dibuat terbuka, dapat menerima kritikan
dengan keikhlasan, Insya Allah perkembangan kemampuan diri akan
semakin baik. Untuk pembersihan hati ada lima tahap yang perlu
ditempuh, antara lain:

1. Adanya tekad kuat untuk memahami dan memperbaiki diri


serta membersihkan hati
2. Memiliki "ilmu mengenai pemahaman atau pengenalan diri.
Sebab seseorang dapat membersihkan hati melalui perbaikan diri
secara kontinu jika telah menyadari keadaan dirinya.

3. Menafakuri diri sendiri melalui evaluasi diri dengan bekal


ilmu (tentang pengendalian diri) yang dimilikinya.

4. Proses mengevaluasi diri perlu untuk diperluas. Dengan kata


lain, evaluasi diri dibicarakan secara terbuka dan bersama-sama
sehingga proses pembersihan Qalbu semukin efektif.

5. Berkaitan dengan proses pembelajaran yaitu bagaimana diri


mau belajar dari diri orang lain.

Sedangkan untuk kunci yang kedua diperlukan adanya


kejujuran sebagai modal dasar untuk membentuk jiwa yang tangguh
penuh dedikasi dan disiplin dalam menjalankan kerja sehari-hari.
Manajemen Qalbu tidak hanya membentuk manusia yang ahli dzikir
dan ahli fikir tetapi juga manusia yang ahli ikhtiar. Hal ini akan
berkaitan dengan amal nyata dan karya nyata melalui proses pelatihan
bidang untuk peningkatan kualitas keprofesionalan

Adapun bentuk pelaksanaan Manajemen Qolbu yang bersifat


kelompok. dilaksanakan dengan sistem ta'lim yang dibagi ke dalam
beberapa kelompok lain. Materi yang diberikan seperti kesabaran,
kejujuran, keteladanan Ayat-ayat dan hadits-hadits pendukung juga
disiapkan dalam materi tersebut. Ada tiga materi pokok yang terkait
dengan Manajemen Qolbu yaitu keutamaan hati, mengenal potensi
mamasia dan potensi diri sendiri serta pengenalan diri (Ahmad
Manshur, 2019 : 27-28).

Di dalam Qalbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan


menghayati tentang salah-benar, bak buruk serta berbagai keputusan yang
harus dipertanggung jawabkannya secara sadar, sehingga kualitas Qalbu
akan menentukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai
wakil Tuhan di muka bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang
hina. Untuk itu perlu upaya untuk membersihkan dan memberikan
pencerahan Qalbu, yaitu dengan cara penyucian jiwa (Tazkiyah An Naf).
Untuk itu pembersihan hati ada beberapa tahap yang perlu ditempuh seperti
hal-hal yang telah dipaparkan diatas.

E. Kesimpulan

Dalam Konsep Manajemen Qalbu, seseorang bisa diarahkan agar


menjadi sangat peka dalam mengelola sekecil apapun potensi yang ada
dalam dirinya menjadi sesuatu yang bernilai kemuliaan serta memberi
manfaat besar, baik bagi dirinya sendiri maupun makhuk Allah lainnya,
Lebih dari itu, dapat memberi kemaslahatan di dunia juga diakhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Asmani, Jamal Ma'mur. 2014. Agar Hati Tidak Keras. Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.

Baharuddin. 2004. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Echols, John. M dan Hasan Shandily. 1994. Kamus Inggris Indonesia.


Jakarta : Balai Pustaka.

Gymnastiar, Abdullah. 2005. Menggapai Qobun Salim. Bandung : Khas


MQ.

Gymnastiar, Abdullah. 2006. Jagalah Hati. Bandung : Khas MQ.

Hasibuan, Melayu SP. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :


Bumi Aksara.

Hermawan, Agus. 2016. Pengantar Akhlak Tasawuf I. Kudus: Hasyindo


Press.

Mansur, Ahmad. 2019. Inovasi Pendidikan Akhlak Berbasis Manajemen


Qolbu. Bojonegoro : Al-Aufa Jurnal Pendidikan dan Kajian
Keislaman Volume 01 Nomor 01.

Sudarto. 2019. Manajemen Hati Sebagai Inti Pendidikan Akhlak. Ngawi :


Jurnal Al-Lubab.

Anda mungkin juga menyukai