NIM : 4101417021
RINGKASAN
A. HAKIKAT MANUSIA
Di dunia muncul beberapa teori mengenai asal-usul manusia, salah satunya yaitu
Teori Evolusi Darwin. Teori tersebut menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan kera.
Namun, teori tersebut dipatahkan oleh P.P Grasse melalui penelitian yang
menyimpulkan bahwa antara manusia dan kera berbeda dengan kata lain Teori Darwin tidak
terbukti kebenarannya. Di dalam Al-Qur’an telah dijelaskan mengenai proses pembentukan
manusia yang dapat kita lihat pada Q.S. Al-Hijr Ayat 18-19, Q.S. Al- Mu’minun Ayat 12-14,
dan Q.S. As-Sajadah Ayat 7-9.
Dalam Q.S Al-Mu’minun Ayat 12-14 dijelaskan manusia diciptakan Allah dari
saripati tanah (sulalatin min thin) yang dijadikan sperma (nuthfah) dan disimpan di tempat
yang kokoh (qararin makin). Kemudian sperma itu dijadikan segumpal darah. Segumpal
darah itu dijadikan segumpal daging. Lalu segumpal daging itu dijadikan tulang. Tulang
dibalut dengan daging yang kemudian dijadikan Allah sebagai makhluk.
Manusia tersusun dari dua unsur : materi (tanah) dan immateri (rohani), jasmani (daya untuk
mendengar, melihat, bergerak, dll) dan ruhani (daya akal dan daya rasa). (Rahiman
Notowidagdo 1996:17)
Unsur-unsur immateri terdiri dari roh, qalbu, akal, dan nafsu. (Mustafa Zahri, 1976:121)
1. Roh
Roh merupakan bagian dari rahasia Allah dan manusia tidak memiliki pengetahuan
penuh untuk memahminya. (Q.S Al-Isra:85)
Sebagian Ulama berpendapat bahawa yang dikatakan roh itu ialah zat yang halus dan
dapat menembusi benda yang lain serta merayap di sekujur tubuh bagaikan air mawar
pada bunga mawar atau api dalam arang. Allah s.w.t telah menetapkan hukum untuk
mewujudkan kehidupan di dalam jasad selama dia ada dan apabila hilang atau
berpisah daripadanya akan hilanglah pula kehidupan itu.
2. Hati (Qalb)
Hati merupakan rahasia manusia yang merupakan anugrah dai Allah SWT. Hati
berperan sebagai sentral kebaikan dan kejahatan manusia, walaupun hakikatnya
cenderung pada kebaikan. Rasululla SAW bersabda “ Sesungguhnya di dalam jasad
manusia terdapat segumpal daging, apabila baik, maka baiklah semua anggota tubuh,
dan jika rusak maka rusaklah semua anggota tubuh, ketahuilah ia adalah qalbu” (H.R
Bukhari-Muslim).
3. Akal
Akal membedakan antara manusia dan hewan. Akal digunakan untuk berpikir dan
memperhatikan segala yang ada di alam ini untuk dapat dipikirkan kegunaaan dan
manfaatnya. Akal dapat menundukan syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan.
Manusia dituntut untuk mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya karena akal juga
merupakan anugrah dari Allah SWT.
4. Nafsu
Dibagi menjadi dua kelompok:
a. Gadhab dibagi menjadi 2 macam
1. Lawwamah : kecenderungan loba, tamak, serakah, yang menimbulkan sifat
kikir, tidak jujur, malas, dan mengejar kenikmatan.
2. Ammarah : digolongkan menjadi dua, yaitu pertama nafsu ini cenderung
untuk berkelahi, meniru, membantu, berteman. Pengaruh yang ditimbulkan
adalah berani, kejam, persatuan, dan gotong royong. Kedua, kecenderungan
murka, keras kepala, suka mencela, suka melawan, dan suka berkelahi.
Pengaruh yang ditimbulkan adalah tolong menolong, bergaul, marah, dengki,
takut, taqwa.
b. Syahwat diabgi menjadi dua:
1. Supiah yang menimbulkan pengaruh sombong, gemar menyelidiki, mengomel,
hidup mewah, ingin kuasa, penghambaan, dan tawakal.
2. Muthmainnah yang menimimbulkan pengaruh budi luhur jiwa suci, tata susila,
sabar, pengorbanan, dan mencip
3. takan keindahan.
Pada prinsipnya nafsu selalu cenderung pada hal-hal yang bersifat keburukan, kecuali
dikendalikan oleh dorongan akal dan hati yang nengacu pada petunjuk-Nya.
B. MACAM-MACAM MAKHLUK
SUMBER TAMBAHAN
http://islamicstudies.info/reference.php?sura=23&verse=12&to=14
http://www.jais.gov.my/article/roh-rahsia-ilahi
Jawaban Pertanyaan (Sesi Curhat)
1. Pandangan saya terhadap hubungan antara saya dengan Tuhan adalah saya sebagai
hamba Allah yang seharusnya mampu menunaikan semua hak-hak Allah dengan
ketaatan dan ketaqwaan. Namun, pada nyatanya saya belum mampu untuk
menunaikan semua hak-hak saya kepada Allah. Saya menyadari bahwa setiap
tindakan saya selalu diawasi oleh Allah yang kelak akan dimintai
pertanggungjawaban, tempat kembali saya kepada Allah, dan segala sesuatu yang
saya perbuat seharusnya diniatkan karena Allah. Tetapi, iman saya yang masih lemah
seringkali membuat saya terjun pada hal-hal yang dilarang oleh Allah. Saya seringkali
menunda waktu shalat untuk mengerjakan urusan dunia, seringkali saya tidak tanggap
dalam membantu sesama, dll. Saya selalu berharap pertolongan dari Allah agar
disembuhkan dari segala bentuk penyakit hati, penyakit jasmani dan ruhani. Hal
utama yang saya harapkan mengenai hubungan saya dengan Allah adalah semoga
Allah selalu mengampuni, memberikan hidayah, merahmati, dan meridhoi saya di
setiap langkah saya di dunia dan di akhirat kelak.
2. Sebenarnya saya selalu merasa dilema jika ditanyai mengenai kondisi keagamaan
keluarga saya, hal tersebut dikarenakan : Pertama, semisal keluarga saya termasuk
orang yang lalai dalam beragama (na’udzubillah), saya akan merasa bersalah karena
saya takut hal demikian termasuk mengumbar aib keluarga saya. Kedua, semisal
keluarga saya termasuk orang yang baik dalam beragama, saya takut muncul riya’
yang membuat saya menjadi ta’ajub, dan yang lebih saya takutkan Allah tidak
menerima ibadah saya dan keluarga saya (na’udzubillah). Semoga kedua hal yang
saya takutkan tersebut adalah bentuk rahmat dari Allah, dan semoga Allah selalu
mengampuni saya.
Saya dan orangtua saya termasuk orang-orang yang terbuka dalam hal beragama. Di
saat saya merasa gelisah dalam menjalani kehidupan, saya meminta nasihat kepada
orang tua saya. Alhamdulillah, orang tua saya selalu memberikan nasihat yang
menjurus kepada hal-hal keagamaan, walaupun keluarga saya bukan termasuk orang-
orang yang selalu menjalankan perintah-Nya dan masih sering melanggar perintah-
Nya. Sejak saya kecil, orang tua saya sangat telaten dalam mengajari saya untuk
sholat dan mengaji. Semoga Allah selalu merahmati mereka. Saya sangat bersyukur
karena saya dianugerahi orang tua yang tidak memaksakan saya untuk menjadi orang
yang hebat dalam hal dunia. Seringkali saya merasa kecil hati karena melihat teman-
teman yang berprestasi dalam hal dunia sedangkan saya termasuk orang yang biasa-
biasa saja. Namun, orang tua saya selalu menenangkan saya dengan nasihat agar saya
tidak terlalu terobsesi dengan pujian, ketenaran, dan hal-hal yang membuat saya
menjadi orang yang lalai dalam memahami kehidupan yang sebenarnya. Orang tua
saya sangat mengaharapkan saya menjadi anak yang mampu menyelamatkan mereka
di akhirat kelak. Itu adalah gambaran kecil mengenai prinsip keagamaan keluarga
saya.