PENDIDIKAN AKHLAK
Dosen Pengampu :
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikansebuah tugas makalah Akhlak Tasawuf inj yang
diberikan oleh Bapak Drs. Taufiqul Mu’in, M.Pd selaku Dosen pembimbing mata kuliah
Akhlak Tasawuf.Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas makalah dari
Dosen yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang telah ditetapkan dan juga agar setiap
mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan makalah. Makalah ini berjudul “Manajemen Hati
Sebagai Inti Pendidikan Akhlak.”Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini didapatkan
dari beberapa buku-buku yang tercantum di media internet, kami sebagai penyusun makalah
ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau tidak dapat secara langsung untuk
mengungkapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan, begitu
pun dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini mungkin
masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada kritik dan saran
dari pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya tragedi aksi dan tindak kekerasan akhir-akhir ini yang sering kali kita
saksikan dan menghiasi diberbagai informasi media massa dan media online. Sebagai contoh
adalah tawuran antar pelajar-pelajar, pembunuhan dan tindak anarkis lainnya. Itu merupakan
bukti bahwa kita mengalami krisis akhlak dan disamping itu juga masih banyak krisis akhlak
lainnya. Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin untuk membinanya
dan mengembangkannya dihati mereka. Islam menegaskan bahwa bukti keislaman adalah
akhlak yang baik. Selain itu, puncak derajat kemanusiaan seseorang dinilai dari kualitas
akhlaknya. Maka tak heran jika seluas apapun kadar keilmuan seseorang tentang islam,
sehebat apapun dirinya ketika melakukan ibadah atau sekencang apapun pengaduannya
tentang kuatnya keimanan yang dimiliki, semua itu tidak bias member jaminan. Tetap saja
alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas akhlaknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Manajemen Hati?
2. Apa Konsep dan manfaat dari Manajemen Hati?
3. Apa Pengertian Pendidikan Akhlak.?
4. Apa Tujuan dari Pendidikan Akhlak?
C. Tujuan Masalah
1. Agar Mengetahui Pengertian dari Manajemen Hati
2. Agar Mengetahui Konsep dan Manfaat dari Manajemen Hati
3. Agar Mengetahui Pengertian Pendidikan Akhlak
4. Agar Mengetahui Tujuan dari Pendidikan Akhlak
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Akhlak Tasawuf terkait dengan
materi Manajemen Hati Sebagi Inti Pendidikan Akhlak
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan kepada penulis serta pembaca terkait
dengan Manajemen Hati Sebagai Inti Pendidikan Akhlak
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya inti konsep manajemen hati adalah memahami diri dan bertekad serta
mampu mengendalikan diri setelah memahami dunia. Oleh karena itu , melalui hati inilah
seorang mampu berprestasi semata demi Allah Swt bila hati bersih (Gymnastiar,2003:25).
Konsep manajemen hati memiliki nilai praktis yang dilihat dari tiga segi.
Pertama, manusia memiliki potensi yang berupa jasad ,akal,dan qolbu/hati , jasad atau
fisik menjalankan sebuah keputusan yang merupakan produk akal pikiran yang mampu
mengefektifkan tindakan seseorang , dan hati membuat sesuatu yang diwujud kan akal dan
fisik men jadi berharga.
Kedua,setiap potensi yang terus di arahkan kepada kebaikan akan menjadi sanagt efektif
daya gunanya apabila dimulai dari diri sendiri.
Ketiga, keadaan keadaan untuk memperbaiki diri sendiri perlu dibiarkan secara kontinu
dan konsisten (istiqomah) (gymnastiar,2003,228 -229).
Konsep di atas searah dengan kesadaran diri yaitu kemampuan manusia untuk mengamati
dirinya sendiri yang memungkinkan dia menempati diri dalam dimensi waktu (masa kini
masa lampau dan masa akan datang) melalui kesadaran untuk berdzikir dan menghidupkan
Qalbunya hanya kepada Allah SWT (Tasmara, 2001 : 160). Dengan kemampuan ini
seseorang merencanakan tindakannya di masa depan, sebagaimana firman Allah SWT.
هلل َخ ِبي ٌْر ِب َما ت َ ْع َملُ ْونَ (الحشر َ ت ِلغَ ٍد ج َواتَّقُ ْوا
َ هلل قلى ا َِّن ٌ هلل َو ْلت َ ْنظُ ْر نَ ْف
ْ س َّما قَدَّ َم َ َيآ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ا َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Al Hasy : 18).
Di dalam Qolbu terdapat unsur-unsur internal yang terdiri dari berbagai bentuk dan
kegiatan, baik secara sendiri ataupun keterkaitan satu dengan yang lainnya. Agar sumber
daya ini dapat dimanfaatkan dengan efektif, maka diperlukan suatu upaya pengelolaan
sumber daya, agar tujuan dapat dicapai. Selanjutnya Imam Al-Ghazali mengungkapkan
bahwa tubuh manusia diibaratkan sebagai sebuah kerajaan, maka hati tak lain adalah
“rajanya”.
Dengan hati yang bersih manusia akan biasa merasakan kebahagiaan dan keindahan hidup
yang hakiki. Karena suasana kehidupan dan bening hati akan selalu mengkonsulkan segala
aktivitas hidupnya denagn indra perasaan (kebenaran) dan suara hati nuraninya. Berpijak
pada konsep Manajemen Qalbu di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen Qalbu
dapat memberi manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Di dalam konsep Manajemen
Qalbu, setiap keinginan, perasaan atau dorongan apapun yang keluar dari dalam diri
seseorang akan tersaring niatnya sehingga melahirkan suatu kebaikan dan kemuliaan serta
penuh dengan manfaat. Tidak hanya bagi kehidupan dunia, tetapi juga untuk kehidupan
akhirat kelah. Lebih dari itu, dengan pengelolaan hati yang baik, maka seseorang juga dapat
merespons segala bentuk aksi atau tindakan dari luar dirinya – baik itu positif maupun
negatif – secara proporsional. Respons yang terkelola dengan sangat baik ini akan membuat
reaksi yang dikeluarkannya menjadi positif dan jauh dari hal-hal mudharat. Dengan kata lain,
setiap aktivitas lahir dan batinnya telah tersaring sedemikian rupa oleh proses Manajemen
Qalbu. Karena itu, yang muncul hanyalah satu, yaitu sikap yang penuh kemuliaan dengan
pertimbangan nurani yang tulus. Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
melalui konsep Manajemen Qalbu, seseorang bisa diarahkan agar menjadi sangat peka dalam
mengelola sekecil apapun potensi yang ada dalam dirinya sendiri maupun makhluk Allah
lainnya. Lebih dari itu, dapat memberi kemaslahatan di dunia juga di akhirat kelak
(Gymnastiar, 2004 : xvii – xviii).
Didalam hati terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati tentang salah dan
benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus dipertangung jawabkan secara sadar
sehingga kualitas hati akan menantukan apakah dirinya bisa tampil sebagai subyek bahkan
sebagai wakil tuhan di bumi, ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina, untuk itu perlu
upaya untuk membersikan dan memberikan pencerahan hati, yaitu berarti menghiasi diri
dengan sifat-siifat terpuji.
Dengan kata lain diri dibersihkan dari segala kotoran dan jiwa yang tercela. Realisasi
kunci pertama dilakukan dengan berusaha untuk intropeksi diri dengan tekad untuk
memperbaiki diri.
Agar kondisi hati manusia tetap sehat dab suci, maka perlu dipupuk dan dirawat. Adapun
caranya antara lain :
4. Menghiasi diri dengan perilaku terpuji dan menjauhi diri dari perbuatan tercela.
Tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan
sempurna serta membedakan dengan makhluk-makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan
manusia bertindak baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk dan kepada Allah yang
telah menciptakan kita. Tujuan utama pendidikan akhlak adalah menjadikan manusia berada
pada jalan yang lurus, jalan yang benar dan jalan yang diridhoi oleh Allah. Pendidikan akhlak
juga mempunyai tujuan-tujuan lain diantaranya :
1. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal saleh. Tidak ada
sesuatupun yang menyamai amal saleh dalam mencerminkan akhlak mulia ini. Tidak ada
pula yang menyamai akhlak dalam mencerminkan keamanan seseorang kepada Alloh dan
konsistensinya kepada Manhaj Islam.
2. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalankannya sesuai dengan ajaran
Islam; melaksanakan apa yang diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan;
menikmati hal-hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang,
keji, hina, buruk, tercela, dan mungkar.
3. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan
sesamanya, baik dengan orang muslim maupun non muslim. Mampu bergaul dengan orang-
orang yang ada disekelilingnya dengan mencari ridho Allah, yaitu dengan mengikuti ajaran-
Nya dan petunjuk-petunjuk Nabi-Nya. Dengan semua ini dapat tercipta kestabilan
masyarakat dan kesinambungan hidup untuk manusia.
4. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke
jalan Alloh, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang Fii Sabilillah demi
tegaknya agama Islam.
5. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mau merasa bangga dengan
persaudaraan sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan tersebut,
mencintai dan membenci hanya karena Alloh, dan sedikitpun tidak kecut oleh celaan orang
hasad selama dia berada di jalan yang benar.
6. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bahwa dia adalah bagian dari
seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai daerah, suku dan bangsa atau insan yang siap
melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam selama dia mampu.
7. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga dengan loyalitasnya
kepada agama Islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka
bumi atau insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu dan jiwanya demi
tegaknya syari’at Allah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui manajemen hati, seseorang dapat diarahkan agar manjadi sangat peka dalam
mengelola sekecil apapun potensi yang ada dalam dirinya untuk menjadi sesuatu yang
bernilai kemuliaan serta memberi manfaat besar bagi dirinya dan makhluk Allah yang lain,
juga kemaslahatan di dunia dan akhirat.
Adapun cara melakukan pendidikan akhlak berbasis manajemen hati adalah senantiasa
menghiasi diri dengan akhlak terpuji dan membersihkan diri dari akhlak tercela.
B. Saran
Sebagai hamba Allah kita hendak nya senantiasa menjaga hati kita. Karena menjaga hati
akan terjaga pula sikap dan perilaku kita. Perilaku adalah cerminan hati.