Anda di halaman 1dari 5

Dellani Fatin

2001548882
LH01

Sessi 4 topik : Recognizing God By Human Being


1. Jelaskan dimensi-dimensi yang terdapat dalam diri manusia dan cara menggunakan dimensi-
dimensi tersebut menurut ajaran agama anda masing-masing?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pernyataan ”Sesama manusia sebagai penampakan dari
Tuhan”!
3. Mengapa kita harus mencintai sesama manusia dengan tulus? Berikan argumentasi anda dan
perkuat dengan mengutip salah satu ayat dari kitab suci agama anda tentang perintah untuk
mencintai sesama?

JAWABAN
1.  Tubuh : Tubuh manusia merupakan dimensi yang dapat dilihat dan disentuh secara
langsung dengan hampir 100 miliar sel yang secara aktif bersama-sama dengan organ tubuh
melakukan fungsi kehidupan. Steven Covey (2005:496) mengajurkan tiga hal yang perlu
dilakukan untuk mengolah tubuh agar menjadi pelayan yang baik bagi manusia yakni :
a. Mengkonsumsi nutrisi yang baik dan seimbang
b. Berolahraga yang seimbang dan teratur
c. Beristirahat yang cukup, relaks, memanej stress dan berpola pikir preventif
Pikiran: Collin Rose dalam bukunya Accelerated Learning for the 21st Century
memperkenalkan 6 langkah rencana mengembangkan pikiran dengan rumus M-A-S-T-E-R,
yakni :
a. Motivating your mind : Memotivasi pikiran artinya membuat pikiran selalu dalam keadaan
siap untuk belajar, yakni keadaan yang rileks, percaya diri, dan selalu termotivasi
b. Acquiring the information : Proses belajar di sekolah, kampus atau rumah yang bersifat
paksaan akan melemahkan kualitas belajar seseorang manusia
c. Trigering the memory : Sebagian informasi yang terpatri pada memori jangka pendek, yang
mudah terlupakan atau memori jangka panjang yang akan menetap lama.
d. Exhibiting what you know : Ujilah setiap informasi dengan memperaktikkan langsung dalam
pengalaman atau paling tidak biasakan diri untuk mempresentasikan atau sharing informasi
yang kita peroleh kepada sesma di sekitar kita baik secara verbal maupun non verbal.
e. Reflecting how you have learned : Tahap terakhir dalam Rumus MASTER ini yakni berhenti
atau stop! Lalu bertanya diri dan merenungkan atau merefleksikan hal-hal berikut :
bagaimana pembelajaran berlangsung, bagaimana pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
apa makna penting pelajaran itu bagi saya?
 Perasaan atau hati: Perasaan adalah kekayaan estetis kita manusia untuk merasakan
keindahan dan cinta kasih. Ada 5 cara untuk mengembangkan emosi atau emotional intelligence
ini, yakni : meningkatkan kesadaran diri, memotivasi pribadi, mengatur diri sendiri, berempati,
bersosialisasi, dll.
 Jiwa: Jiwa dapat dikembangkan sehingga bisa menjadi tuan yang baik bagi manusia. Covey
memperkenalkan tiga hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan jiwa, yakni :
a. Mengembangkan integritas: Melatih integritas artinya mengsintesiskan perbuatan dengan
nilai, keyakinan, dan hati nurani.
b. Makna: Apa yang membuat manusia ada adalah pada saat manusia merasa bermakna dalam
setiap detik-detik pengalaman dan perjalanan hidupnya. Makna artinya menyadari nilai dan
tujuan hidup manusia pada masa kini dan nanti.
c. Suara hati : Melalui suara hati, dapat berekspresi melebihi dimensi rasionalitas.

Cara menggunakan dimensi-dimensi tersebut menurut Islam, yaitu:


1. Sebagai Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang
hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT. dengan cara menjalani segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga
wajib menjalankan ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan (baca puasa ramadhan dan
fadhilahnya), zakat (baca syarat penerima zakat dan penerima zakat), haji (syarat wajib haji) dan
melakukan ibadah lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat berikut ini : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,”
(QS:98:5).
2. Sebagai al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung
mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat.
Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak
dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi).
Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut : “Hai sekalian manusia,
bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari
padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan
(mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS: Al Hujurat :13).

3. Sebagai khalifah Allah


Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan
oleh Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi. (baca fungsi alqur’an bagi umat
manusia) “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26). Sebagai seorang
khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di hari
akhir.

4. Sebagai Bani Adam


Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman
bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles
Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai
pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman : “Hai
anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu
dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian
itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak
Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu
dari surga, …” (QS : Al araf 26-27).

5. Sebagai al- Insan


Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan
merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya
untuk berbicara dan melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut ilmu). Sebagaimana
disebutkan dalam surat Al hud berikut ini: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu
rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)


Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga
atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak
dan lain sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk
lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat
berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta
perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Segala hakikat manusia
adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat menjalankan peran dan fungsinya
dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak
menghilangkan hakikat utama penciptaannya.

Sumber : https://dalamislam.com/info-islami/hakikat-manusia-menurut-islam

2. Tuhan menciptakan manusia dengan kualitas lebih daripada ciptaan yang lain. Manusia
diberikanNya akal, perasaan, moral dan aspek religius agar manusia mampu mengembangkan
dirinya dan mengolah segala isi alam semesta. Perwujudan Tuhan hadir di dalam diri sesama
memberikan motivasi atau inspirasi kepada setiap kita manusia untuk berbuat baik, berlaku
sopan, bertindak tulus dan penuh cinta untuk mengasihi sesama yang lain sebagai mana kita
dikasihi oleh Tuhan sendiri. Tuhan sangat luar biasa mencintai kita sehingga kita pun layak
membagikan cinta itu kepada sesama kita yang lain terutama sesama kita belum beruntung, tanpa
melihat perbedaan yang ada di antara kita dengan sesama lainnya.

3. Setiap agama percaya bahwa Tuhan memberikan perintah kepada manusianya untuk
saling membantu, menolong, mencintai satu sama lain walaupun sesama nya memiliki perbedaan
keyakinan. Perbedaan agama yang kita anut seharusnya tidak dapat membatasi kita untuk
melaksanakan perintah Tuhan tersebut. Kesadaran kita akan adanya perwujudan Tuhan dalam
setiap diri sesama manusia seharusnya dapat mendorong adanya rasa cinta kasih antara sesama
manusia yang berkarakter umum, publik dan universal untuk setiap sesama manusia dari
golongan agama, suku, atau ras manapun. Itulah makna sejati mencintai sesama dengan tulus
tanpa batasan apapun. Dalam surat At Taubah ayat 128, Allah subhanahu wa ta’alah berfirman,
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. Dari ayat tersebut kita bisa mengetahui bahwa
Islam sendiri diturunkan dengan penuh kasih sayang kepada semua umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai