Anda di halaman 1dari 6

A.

Konsep Manusia
Manusia merupakan Makhluk ciptaan Tuhan yang paling kompleks. Karena didalam
tubuh manusia, terdapat roh dan akal yang tuhan berikan supaya manusia dapat berfikir
dan bertindak dengan sadar. Seorang manusia dapat dikatakan sebagai manusia hanya
jika ia menggunakan akalnya untuk berfikir dan bertindak dan dalam segala hal. Oleh
karena itu, akal merupakan aspek penting dalam hakekat manusia.

Manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta adalah
kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran. Rasa adalah
kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai keindahan. Sedangkan
karsa adalah kemampuan spiritual yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan.

Manusia dalam pandangan islam adalah makhlluk yang diberikan amanah oleh Allah dan
wajib ditunaikan. Oleh karena manusia merupakan makhluk yang kompleks, sehingga
manusia nya sendiri pun terkadang tidak paham mengenai diri mereka sendiri.

Ada banyak sekali interpretasi mengenai asal muasal manusia. Beberapa ahli filsafat,
Socrates menyatakan bahwa manusia sebagai zoon politicon atau hewan yang
bermasyarakat dan Max Scheller menyebutnya sebagai Das Kranke Tier atau hewan sakit
yang selalu bermasalah dan gelisah. Juga teori Darwin yang sudah sangat terkenal dengan
teori evolusi manusia yang berasal dari hewan juga disebut gagalnya teori evolusi Darwin
karena tidak pernah membuktikan mata rantai yang dikatakannya terputus dalam proses
transportasi manusia. Selain itu pun banyak sebutan lain di antaranya:
1. Homo sapiens atau makhluk yang mempunyai budi
2. Homo faber atau Tool making animal yaitu Binatang yang pandai membuat bentuk
peralatan dari bahan alam untuk kebutuhan hidupnya
3. Homo economicus atau makhluk sosial
4. Homo religious yaitu makhluk beragama
5. Homo laquen atau makhluk yang pandai menciptakan Bahasa dan menjelmakan
pikiran dan perasaan manusia dalam kata-kata yang tersusun
Beberapa sebutan tersebut, terdapat sebutan manusia merupakan kata hewan atau
animal yang mana tentu saja tidak sesuai dengan bagaimana islam memandang hal
itu. Dalam islam, hewan dan manusia adalah dua makhluk yang sangat berbeda.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sempurna dengan berbagai potensi yang
tidak diberikan kepada hewan, seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas
bagaimanapun keadaannya, manusia tidak pernah sama dengan hewan. Pada
hakikatnya, manusia tidak pernah berasal dari hewan manapun, tetapi makhluk
sempurna ciptaan Allah dengan berbagai potensi nya, sebagaimana dalam Q.S. At-
Tin: 4
‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”
Manusia bisa menyamai Binatang apabila tidak memanfaatkan potensi potensi yang
diberikan Allah secara maksimal terutama potensi pemikiran (akal), kalbu, jiwa, raga
serta panca indra.
B. Hakekat Manusia Menurut Pandangan Islam
1. Manusia adalah mahkluk ciptaan Allah SWT
Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang bersifat
baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan
meupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang
ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya
sendiri.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 yang
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi
bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.”
Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya, bahwa hanya
manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari tanah, sedang istrinya
diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu semua manusia berikutnya
diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari seorang ayah, yang dimulai dari
setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim. Hakikat pertama
ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya sebagai ciptaan Allah diluar
alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan alam nyata yang konkrit
sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang bersifat
ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.

2. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita)


Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT, merupakan satu diri
individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati
diri masing - masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam
kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali jati
dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda dengan yang lain.
Firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf 189 yang Artinya “Dialah yang menciptakanmu
dari satu diri” Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu)
dalam merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat
manusia yang mampu mensyukurinya dan menjadi beriman.
Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara mewujudkan
sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan: “Seorang dari kamu
tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti mencintai dirinya sendiri”
(Diriwayatkan oleh Bukhari) “Senyummu kepada kawan adalah sedekah”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Baihaqi) Kebersamaan (sosialitas) hanya akan
terwujud jika dalam keterhubungan itu manusia mampu saling menempatkan sebagai
subyek, untuk memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi yang efektif,
sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT. Selain itu manusia
merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan
dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam juga
harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang
lain.
3. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas
Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization), baik sebagai
satu diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak dapat melepaskan
diri dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu
merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan Allah
SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung jawab yang lebih berat
daripada makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab yang paling asasi sudah
dipikulkan ke pundak manusia pada saat berada dalam proses penciptaan setiap anak
cucu Adam berupa janji atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah
beragama tauhid. Firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 172 yang Artinya : “Dan ingat lah
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “Betul Engkau Tuhan Kami dan Kami bersaksi”

C. Karakteristik Manusia
1. Kemampuan Menyadari diri
Manusia betul-betul mampu menyadari nbahwa dirinya memiliki ciri khas atau
karakteristik diri. Kemampuan ini membuat manusia bisa beradaptasi dengan
lingkungannya baik itu lingkungan individu maupun lingkungan selain dirinya
sendiri. Kemampuan ini juga membuat manusi amamppu mengeksplorasi potensi-
potensi yang ada dalam dirinya melalui Pendidikan untuk mencapai kesempurnaan
diri. Kemampuan ini juga yang membuat manusia mampu mengembangkan aspek
sosialitas di luar dirinya sekaligus pengembangan aspek individualitas dalam dirinya.
2. Kemampuan Berksistensi
Manusia punya kebebasan dalam keberadaanya. Berbeda dengan hewan dan
tumbuhan yang tidak menyadari keberadaan sehingga mereka menjadi onderdil dari
lingkungannya. Dalam menyadari keberadaanya, manusia perlu dibina melalui
Pendidikan. Manusia perlu diajarkan belajar dari pengalaman hidupnya agar mampu
mengatasi masalah dalam hidupnya.
3. Pemilikan Kata Hati
Kata Hati akan melahirkan kemampuan untuk membedakan kebaikan dan keburukan.
Orang yang memiliki hati Nurani yang tajam akan memiliki kecerdasan akal budi
sehingga mampu membuat keputusan yang benar dan salah.
4. Moral dan Aturan
Moral merupakan perwujudan dari kata hati. Namun untuk mewujudkan kat ahati
dengan perbuatan dibutuhkan kemauan. Artinya tidak selalu orang yang punya kata
hati yang baik atau kecerdasan juga memiliki moral atau keberanian untuk berbuat.
5. Kemampuan Bertanggungjawab
Baik bertanggungjawab kepada Tuhan, Masyarakat, maupun kepada dirinya sendiri.
Tanggungjawab kepada diri sendiri terkait dengan pelaksana kata hati.
Tanggungjawab social kepada masyarakat terkait dengan norma-norma social, dan
tanggungjawab kepada Tuhan berkaitan dengan penegakkan norma-norma agama.
6. Rasa kebebasan (kemerdekaan)
Rasa bebas yang harus seuai dengan kodrat manusia. Artinya ada aturan aturan yang
tetap mengikat, sehingga kebebasan ini tidak dapat mengusik rasa kebebasan manusia
lainnya
7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak
Idealnya ada hak ada kewajiban. Hak dapat diperoleh setelah pemenuhan kewajiban.
Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak ini harus dilatih melalui
proses Pendidikan disiplin.
8. Kemampuan Menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan dapat diartikan sebagai kumpulan rasa gembira, senang, nikmat yang
dialami oleh manusia. Kebahagiaan bukan hanya sebuah rasa melainkan juga bisa
berasal dari pemikiran. Karena selain perasaan, aspek-aspek seperti akal pikiran juga
memengaruhi kebahagiaan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Khasinah, Siti. (2013). “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat”.
Volume XIII No. 2. 297 dan 305.

Amin, M. (2021). “Manusia Dalam Pandangan Islam”. Vol 1 No. 2. 64.

Abdullah, Budi. (2018). “Konsep Manusia dalam Islam”. Vol 7 No. 2. 74-75

Anda mungkin juga menyukai