Anda di halaman 1dari 6

Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat

1. Pendahuluan
Berbicara tentang hakikat manusia, akan mengarahkan kita pada pertanyaan
penting dan mendasar tentang manusia, yaitu apakah manusia itu?
Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita melihat beberapa definisi tentang
manusia. Beberapa filsuf, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai Zoon
politicon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai
Das Kranke Tier atau hewan yang selalu bermasalah dan gelisah.
2. Pembahasan
1. Hakikat manusia
Selain kita mengetahui beberapa penjabaran apa itu manusia? Selanjutnya kita
akan menuju pada pembahasan inti yaitu hakikat manusia. Di sini manusia
sebagai keyword yang harus difahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami
pendidikan. Untuk itu perlu kiranya kita melihat secara lebih rinci mengenai
beberapa pandangan tentang manusia.
a. Pandangan Psikoanalitik
Dalam pandangan ini diyakini bahwa pada hakikatnya manusia digerakkan
oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat insting.
b. Pandangan Humanistik
Hampir sama dengan pandangan psikoanalitik, pandangan humanistik ini
menyatakan bahwasanya manusia memiliki dorongan-dorongan dari dalam
dirinya untuk mencapai tujuan yang positif.
c. Pandangan Martin Buber
Manusia itu sebuah eksistensi atau keberadaan yang memiliki potensi namun
dibatasi oleh kesemestaan alam. Dalam pandangan ini manusia berpotensi
utuk menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’, tergantung kecenderungan mana yang lebih
besar dalam diri manusia.
d. Pandangan Behavioristik
Kelompok ini menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif sehingga
tingkah lakunya selalu dikendalikan oleh faktor yang berasal di luar dirinya,
yaitu lingkungannya.
e. Pandangan Mekanistik
Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini bahkan
makhluk hidup pun dipandang sebagai sebagai mesin.
f. Pandangan Organismik
Dalam pandangan organismik ini dunia dianggap sebagai suatu sistem yang
hidup seperti halnya tumbuhan dan binatang.
g. Pandangan Kontekstual
Dalam pandangan kontekstual ini manusia hanya dapat dipahami dalam
konteksnya. Manusia tidak independent, melainkan merupakan bagian dari
lingkungannya.
2. Manusia Menurut Pandangan Islam
Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan islam, yaitu :
a. Manusia sebagai Hamba Allah
Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku
Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan.
b. Manusia sebagai Al-nas
Konsep al-nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya
dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya, karena hal ini didasarkan pada
fitrahnya manusia memang makhluk sosial.
c. Manusia sebagai Khalifah Allah
Sebagai khalifah di muka bumi ini manusia mempunyai wewenang untuk
memanfaatkan alam atau bumi ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam ini.
d. Manusia sebagai Bani Adam
Konsep ini mengacu pada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Di
mana konsep ini lebih menitik beratkan pembinaan hubungan persaudaraan
antar sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari
keturunan yang sama.
e. Manusia sebagai Al-insan
Manusia disebut al-insan dalam al- Qur’an mengacu pada potensi yang
diberikan Tuhan kepadanya. Potensinya antara lain adalah kemampuan
berbicara, kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu,
dan lain-lain. Namun selain memiliki potensi positif ini, manusia sebagai al-
insan juga mempunyai kecenderungan berprilaku negatif (lupa).
f. Manusia sebagai Makhluk Biologis
Manusia sebagai makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada
kaidah umum makhluk biologis lainnya seperti berkembang biak, mengalami
fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan untuk
hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian.
3. Wujud Sifat Hakikat Manusia
Wujud dari adanya hakikat manusia ini merupakan karakteristik yang hanya
dimiliki oleh manusia
a. Kemampuan Menyadari Diri
Melalui kemampuan ini manusia betul-betul mampu menyadari bahwa
dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Kemampuan ini membuat
manusia bisa beradaptasi dengan lingkungannya.
b. Kemampuan Bereksistensi
Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang ada dan
eksis dengan sebenarnya. Dalam hal ini manusia punya kebebasan dalam ke
‘beradaan’ nya.
c. Pemilikan Kata Hati
Yang dimaksud dengan kata hati di sini adalah hati nurani. Kata hati akan
melahirkan kemampuan untuk membedakan kebaikan dan keburukan. Orang
yang memiliki hati nurani yang tajam akan memiliki kecerdasan akal budi
sehingga mampu membuat keputusan yang benar atau yang salah.
d. Moral dan Aturan
Seseorang akan bisa disebut memiliki moral yang baik atau tinggi apabila ia
mampu mewujudkannya dalam bentuk perbuatan yang sesuai dengan nilai-
nilai moral tersebut.
e. Kemampuan Bertanggung jawab
Karakteristik manusia lainnya adalah memiliki rasa tanggung jawab, baik itu
tanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat ataupun terhadap dirinya sendiri.
f. Rasa Kebebasan
Kebebasan di sini adalah rasa bebas di mana harus sesuai dengan kodratnya
manusia. Manusia bebas berbuat selama perbuatan itu tetap sesuai dengan
kata hati yang baik maupun moral atau etika.
g. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak
Idealnya hak dan kewajiban itu beriringan. Hak baru dapat diperoleh setelah
pemenuhan kewajiban, bukan sebaliknya. Namun pada kenyataannya hak
dianggap sebagai sebuah kesenangan, sementara kewajiban diartikan sebagai
beban.
h. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan bisa diartikan sebagai kumpulan dari rasa gembira, senang,
nikmat yang dialami oleh manusia.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Di kalangan masyarakat awam, bahkan diantara sebagian ilmuwan menyatakan
tidak ada perbedaan yang mendasar antara pertumbuhan dan perkembangan.
Namun, sejatinya antara pertumbuhan dan perkembangan memiliki perbedaan
serta karakteristik masing-masing.
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh atau raga
seperti penambahan berat dan tinggi badan, pertumbuhan fungsi jantung,
paru-paru dan lainnya.
b. Perkembangan
Reni Hawadi seperti dikutip Desmita mengatakan bahwa pekembangan
secara luas merujuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang
dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri
yang baru. Dalam hal ini tercakup juga konsep usia, yang diawali dari saat
konsepsi dan berakhir dengan kematian.
5. Potensi Manusia
a. Potensi Naluriah (emosional)
Potensi naluriah ini memiliki beberapa dorongan yang berasal dari dalam
diri manusia. Dorongan-dorongan ini merupakan potensi atau fitrah yang
diperoleh manusia tanpa melalui proses belajar. Dorongan yang pertama
adalah insting untuk kelangsungan hidup seperti kebutuhan akan makan,
minum penyesuaian diri dengan lingkungan.
b. Potensi Inderawi (fisikal)
Pada dasarnya potensi fisik ini digunakan manusia untuh mengetahui hal-hal
yang ada di luar diri mereka, seperti warna, rasa, suara, bau, bentuk ataupun
ukuran sesuatu.
c. Potensi Akal (intelektual)
Potensi akal atau intelektual hanya diberikan Allah kepada manusia sehingga
potensi ini yang benar-benar membuat manusia menjadi makhluk sempurna
serta menjadi pembeda antara manusia dengan binatang.
d. Potensi Agama
Fitrah ini akan mendorong manusia untuk mengakui dan mengabdi kepada
sesuatu yang dianggapnya memiliki kelebihan dan kekuatan yang lebih besar
dari manusia itu sendiri.
6. Pengembangan Potensi Manusia
Keempat potensi dasar manusia harus dikembangkan agar menjadi optimal dan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan
a. Pendekatan Filosofis
Menurut pandangan filosofis yaitu manusia diciptakan untuk memberikan
kesetiaan, mengabdi dan menyembah hanya kepada penciptanya.
b. Pendekatan Kronologis
Pendekatan kronologis ini memandang manusia sebagai makhluk evolutif.
Manusia tumbuh dan berkembang secara bertahap dan berangsur. Artinya
pengembangan potensi manusia harus diarahkan dan dibina sesuai dengan
tahapan-tahapan tumbuh kembang manusia.
c. Pendekatan Fungsional
Potensi yang dimiliki manusia diberikan Tuhan untuk dapat dipergunakan
dan difungsikan dalam kehidupan mereka, karena tidak mungkin apabila
Tuhan menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat.
d. Pendekatan Sosial
Dalam pendekatan ini manusia dipandang sebagai makhluk sosial. Manusia
dianggap sebagai makhluk yang cenderung untuk hidup bersama baik dalam
kelompok kecil (keluarga) maupun besar (masyarakat).

Anda mungkin juga menyukai