1.Pengertian Filsafat
Plato ( 427 – 347 SM ) mengatakan bahwa filsafat Itu tidak lain dari
pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada.
Aristoteles ( 384 – 322 SM ) berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab
dan asas segala benda.
Marcus Tullius Cicero(106- 143 SM) merumuskan filsafat sebagai
pengetahuan tentang segala yang maha agung dan usaha usaha untuk
mencapainya.
Al-Farabi (w. 950 M ) mengungkapkan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang
sebenarnya.
Immanuel Kant ( 1724 – 1804 M ) mengutarakan bahwa filsafat adalah ilmu
pokok dan pangkal segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat
persoalan yaitu apa yang didapat diketahui manusia, apa yang boleh
dikerjakan manusia sampai dimana harapan manusia ( agama ) dan apa yang
dinamakan manusia ( antropologi ).
Filsafat itu sebuah ilmu yang mengandalkan penggunaan akal (rasio) sebagai
sumbernya.
Tujuan Filsafat adalah mencari kebenaran atau hakikat segala sesuatu yang
ada.
Objek material Filsafat adalah segala sesuatu yang ada, segala sesuatu yang
mencakup yang tampak maupun yang tidak tampak.
Metode yang digunakan dalam berpikir filsafat adalah mendalam, sistematik,
radikal, dan universal.
Oleh karena filsafat itu menggunakan akal sebagai sumbernya,maka
kebenaran yang dihasilkan dapat diukur melalui kelogisannya.
Dengan demikian akan tampak jelas bahwa hasil pemikiran filsafat tentang
pendidikan islam ini merupakan pattern of mind (pola pikir ) dari pemikir –
pemikir yang bernafaskan islam atau berkepribadian muslim dan menjadi
obyek filsafat pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang
berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan dan bagaimana
tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan
Bab IV (komponen-komponen pendidikan)
Komponen adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan yaitu bagian dari sistem proses pendidikan yang
menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan. Komponen pendidikan
adalah bagian-bagian yang mendukung dan menopang sistem pendidikan agar
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang semaksimal
mungkin. Setiap komponen pendidikan memiliki peran penting dalam proses
berjalannya pendidikan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dari
berbagai pihak untuk menjaga keseimbangan komponen pendidikan.
Tujuan Pendidikan
Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah
pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat
dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan
pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan
praktis. Sebagai ilmu pengetahuan normatif , ilmu pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah; norma-norma dan atau ukuran
tingkahlaku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia.
Urutan hirarkhis tujuan pendidikan dapat dilihat dalam kurikulum
pendidikan yang terjabar mulai dari :
Cita-cita nasional/tujuan nasional (Pembukaan UUD 1945)
Tujuan Pembangunan Nasional (dalam Sistem Pendidikan Nasional)
Tujuan Institusional (pada tiap tingkat pendidikan/sekolah)
Tujuan kurikuler (Pada tiap-tiap bidang studi/mata pelajran atau kuliah)
Tujuan instruksional yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus.
Dengan demikian tampak keterkaitan antara tujuan instruksional yang
dicapai guru dalam pembelajaran dikelas, untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional yang bersumber dari falsafah hidup yang
berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945.
Peserta Didik
Persoalan yang berhubungan dengan peserta didik terkait dengan sifat
atau sikap anak didik dikemukakan oleh Langeveld sebagai berikut :
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, oleh sebab itu anak
memiliki sifat kodrat kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat
hakikat kedewasaan. Anak memiliki sikap menggantungkan diri,
membutuhkan pertolongan dan bimbingan baik jasmaniah maupun
rohaniah. Sifat hakikat manusia dalam pendidikan ia mengemukakan
anak didik harus diakui sebagai makhluk individu dualitas, sosialitas
dan moralitas. Manusia sebagai mahluk yang harus dididik dan
mendidik.
Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Guru
sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik
dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal
maupun informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982) mendasarkan
pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk
kategori pendidik adalah:
orang dewasa
orang tua
guru/pendidik
pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan
Orang Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum kepribadian
orang dewasa, sebagaimana dikemukakan oleh Syaifullah adalah
sebagai berikut:
manusia yang memiliki pandangan hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap.
manusia yang telah memiliki tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu,
termasuk cita-cita untuk mendidik.
manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya
sendiri dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri.
manusia yang telah cakap menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan
aktif penuh inisiatif.
manusia yang telah mencapai umur kronologis paling rendah 18 tahun.
manusia berbudi luhur dan berbadan sehat.
manusia yang berani dan cakap hidup berkeluarga.
manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
Orang Tua
Kedudukan orang tua sebagai pendidik, merupakan pendidik yang
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pendidik
utama dan yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih
bagi keluarga atau anak yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Kedudukan orang tua sebagai pendidik sudah berlangsung lama,
bahkan sebelum ada orang yang memikirkan tentang pendidikan.
Secara umum dapat dikatan bahwa semua orang tua adalah pendidik,
namun tidak semua orang tua mampu melaksanakan pendidikan
dengan baik.
Guru/Pendidik di Sekolah
Guru sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun tidak
langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk
melaksanakan pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai
pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan baik persyaratan
pribadi maupun persyaratan jabatan.
Pemimpin Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat dan
pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin
masyarakat menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin
dalam mengadakan pembinaan atau bimbingan kepada anggota yang
dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik, tampak pada aktifitas
pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian manusia, yang
didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
Interaksi Edukatif Pendidik dan Anak Didik
Proses pendidikan bisa terjadi apabila terdapat interaksi antara
komponen-komponen pendidikan, terutama interaksi antara pendidik
dan anak didik. Interaksi pendidik dengan anak didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Tindakan yang
dilakukan pendidik dalam interaksi tersebut mungkin berupa tindakan
berdasarkan kewibawaan, tindakan berupa alat pendidikan, dan metode
pendidikan.
Pendidikan berdasarkan kewibawaan dapat dicontohkan dalam
peristiwa pengajaran dimana seorang guru sedang memberikan
pengajaran, diantara beberapa murid membuat suatu yang
menyebabkan terganggunya jalan pengajaran.
Isi Pendidikan
Isi pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada peserta
didik untuk keperluan pertumbuhan. Isi pendidikan berupa nilai,
pengetahuan, keterampilan.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan diartikan sebagai faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan
sebagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang
merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan
dibagi menjadi tiga yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan
pendidikan sekolah, lingkungan pendidikan masyarakat.
Secara etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan
logos. Episteme artinya pengetahuan; logos biasanya dipakai untk menunjuk
pengetahuan sistmatik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistemologi
adalah pengetahuan sistematik tentang pengetahuan. Istilah ini pertama kali
dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat,
yakni epistemology dan ontology (on=being,wujud, apa + logos = teori),
ontology (teori tenang apa). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat
ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh
secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tidak
ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan
atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah
disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas
pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis.
Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya, sehingga memenuhi kesahihan
atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.Menurut
Jujun S. Suriasumantri (1985, hlm. 34-35), Epistemologi adalah cabang
filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan
validitas atau kebenaran pengetahuan.
Dari dua persoalan diatas yang menjadi titik sentral dalam upaya
memahami pengertian suatu konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat
padanya juga tidak bisa diabaikan. Lazimnya, pembahasan konsep apa
pun, selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi)
secara teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung
dalam konsep tersebut. Hal ini berfungsi mempermudah dan
memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang
tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara
mendetail jika dia belum bisa memahami substansi belajar itu sendiri.
Setelah memahami substansi belajar tersebut, dia baru bisa
menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar, prinsip-prinsip
belajar, hambatan-hambatan belajar, cara mengatasi hambatan belajar
dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap substansi suatu konsep
merupakan “jalan pembuka” bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya
yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung
dalam definisi (pengertian).Demikian pula, pengertian epistemologi
diharapkan memberikan kepastian pemahaman terhadap substansinya,
sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan
epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi yang
diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami
apa sebenarnya epistemologi itu.
Epistemology Idealisme
Epistemology Realisme
Epistemology Pragmatisme
Menurut kaum pragmatis, seorang anak selalu belajar secara alamiah karena
memang ia adalah makhluk yang secara natural selalu ingin tahu tentang
sesuatu. Ia senantiasa akan mempelajari apapun yang ia rasakan ataupun yang
ia pikirkan. Oleh karena itu guru harus menghidupkan spirit inquiry ini agar
tampil dalam realitas pembelajaran. Mengajar subjek didik dari
subjek matters telah jelas baginya merupakan suatu kebutuhan nyata bagi
subjek didik dalam melaksanakan kegiatan belajar. Tugas penting guru adalah
menolong dan membimbing subjek didiknya agar mampu mempelajari apa
yang ia rasakan dan yang merangsang jiwa ingin tahunya yang selalu tumbuh.
Keum pragmatism juga meyakini bahwa subjek didik harus belajar dari
keingintahuan, sementara guru mesti merangsang keingintahuan itu tampil
dalam proses inquiry
Bab VI (Nilai dan Pendidikan)
Pengertian Nilai
Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang
terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku
membimbing”. paedogogike berarti aku membimbing anak. Hadi Purwanto
(dalam Amalia, 2010) juga menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha
orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat
pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang
pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat
mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Adler
(dalam Amalia, 2010) mengartikan pendidikan sebagai proses dimana seluruh
kemampuan manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk
membantu orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang
baik.Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa
nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah
kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya
yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti
hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan
dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan
pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius,
dan berbudaya. Hadi Purwanto (dalam Amalia, 2010) ,Adler (dalam Amalia,
2010)
Lemahnya kemauan, merasa tidak mampu, tidak percaya diri, dan merasa
rendah diri.
2.Teori Realisme
Menurut aliran realisme, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan
secara substantive ada. Suatu teori dikatakan benar apabila adanya
kesesuaian dengan harapan dapat diamati dan semuanya perfeck.
Aliran ini menyakini bahwa adanya hubungan interaksi antara pikiran
manusia dan alam semesta tidak akan mempengaruhi sifat dasar dunia.
Objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri, bukan
hasil persepsi dan bukan pula hasil olahan akal manusia. Dunia tetap
ada sebelum pikiran menyadari dan ia tetap akan ada setelah pikiran
tidak menyadarinya. Jadi menurut realisme ada atau tidak adanya akal
pikiran manusia, alam tetap riil dan nyata dalam hukum-hukumnya.
3.Teori Pragmatisme
Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliran
Pragmatis antara lain:
Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi tahu karena proses
belajar,
Teori Eksistensialisme
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan
tentang alam sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar
untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah informasi tersebut
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Peranan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan
prestasi pendidikan. Hal ini dikarenakan setiap individu yang terlibat
dalam proses pendidikan saling berinteraksi menjadi satu kesatuan
dengan lingkungannya. Lingkungan pendidikan sendiri dapat
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
Pendidikan Formal
Pendidikan Informal
Pendidikan Non Formal
Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di
dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-
hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.
Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh,
pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi.
Kata idealisme pun merupakan istilah yang digunakan pertama
kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia
menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya
memperlawankan dengan materialisme Epikuros.
Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang
mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari
abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai
dalam pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain cukup
banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund
Husserl, Messer dan sebagainya.
Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat
yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan
melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan
fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Pada
pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang
terencana, yang dipengaruhi secara besar oleh para pemikir
bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya
mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental
yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas
terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap
sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal
yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali
Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa
yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian,
bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting
melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan
kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah
logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada
manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual
dan konkret. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan
diterima begitu saja. Representasi atau penjelmaan realitas
yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan
bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika
memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian,
filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-
pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di
dalam sejarah.
Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia.
Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa
fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme
lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David Hume,
George Berkeley dan John Locke.
Positivisme
Istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah
naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran
Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat,
positivisme adalah cara pandang dalam memahami
dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham
positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit
perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam,
karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan
berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi
dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang
tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari
dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di
dalam alam kebendaan semata-mata, dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.
Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada
materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para
pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang
mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Maka
materilisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang
dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya
semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil
interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi.
Kemudian, istilah inipun sering digunakan dalam filsafat.
Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran
yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum
dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan
manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika
yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas
manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal
yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme
keagamaan/religi dan Humanisme Sekular.
Diantara tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow, Albert
Einstein, Bertrand Russell, Carl Rogers, Cicero, Edward Said,
Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry
Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
Feminisme
Tokoh feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan
perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan
keadilan hak dengan pria. Mengenai latar belakang lahirnya
gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah
Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792
berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang
beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika
itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun
bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan
pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh
karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan
laki-laki dihadapan hukum.
Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan
pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan
Belanda. Gerakan feminisme berkaitan dengan Era Pencerahan
di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu
dan Marquis de Condorcet. Sedangkan mengenai tokoh-tokoh
yang terkenal dalam faham feminisme diantaranya adalah
Foucault, Naffine, Derrida (Derridean)
Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat
pada manusia individu yang bertanggung jawab atas
kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam
mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang
tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa
kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing
individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat,
khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme
mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu
dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang
berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal
kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia
yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu
kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk
determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal
hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya
"human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk
bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia
bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai
derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana
kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru",
apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang
bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan
adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari
kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi
“seorang yang lain daripada yang lain”, sadar bahwa
keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar
kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik
ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme.
Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar
akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari
eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan
terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur,
pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh
eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas
keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
Aliran Progresivisme
Dalam pandangan Progresivisme, manusia harus selalu maju
(progress) bertindak konstruktif, inovatif, reformatif, aktif dan
dinamis. Sebab manusia mempunyai naluri selalu
menginginkan perubahan-perubahan. Menurut Imam Barnadib,
Progresivisme menghendaki pendidikan yang progresif (maju),
semua itu dilakukan oleh pendidikan agar manusia dapat
mengalami kemajuan (Progress), sehingga orang akan
bertindak dengan intelegensinya sesuai dengan tuntutan dan
lingkungan. Aliran Progresivisme didirikan pada tahun 1918,
muncul dan berkembang pada permulaan abad XX di Amerika
Serikat. Aliran Progresivisme lahir sebagai pembaharu dalam
dunia filsafat pendidikan terutama sebagai lawan terhadap
kebijakan-kebijakan konvensional yang diwarisi dari abad
XIX. Pencetus Aliran filsafat Progresivisme yang populer
adalah Jhon Dewey. Aliran filsafat Progresivisme bermuara
pada aliran filsafat pragmativisme yang diperkenalkan oleh
William James (1842-1910) dan Jhon dewey (1859-1952) yang
menitik beratkan pada manfaat praktis. Dalam banyak hal,
Progresivisme identik dengan pragmativisme.
Dalam bidang kurikulum Progresivisme menghendaki
kurikulum yang bersifat luwes dan terbuka. Kurikulum dapat
dirubah dan dibentuk, dikembangkan sesuai dengan
perkembangan zaman dan Iptek. Hal ini sejalan dengan
kenyataan sejarah yang menunjukkan adanya perkembangan
dan perubahan kurikulum di Indonesia, yang dimulai dari
Rencana Pembelajaran pada tahun 1947, Kurikulum tahun
1975, Kurikulum tahun 1984, kurikulum tahun 1994,
kurikulum tahun 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) dan
kurikulum tahun 2013 yang belum dilaksanakan menyeluruh
karena masih banyak problem dan kajian yang mendalam
terlebih dalam masalah evaluasi dan lainya.
Dalam kurikulum pendidikan aliran Progresivisme ini
menghendaki lembaga pendidikan memiliki kurikulum yang
bersifat fleksibel, dinamis, tidak kaku, tidak terkait dengan
doktrin-doktrin tertentu, bersifat terbuka, memilki relevansi
dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan.
Salah satu dari prinsip pengembangan kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
tehnologi dan seni agar dapat berkembang secara dinamis
(Sutrisno, 2012: 88).
Dari berbagai pandangan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa sesungguhnya pengembangan kurikulum
pendidikan progresivisme menekankan pada how to
think (bagaimana berpikir), how to do (bagaimana bekerja),
bukan what to think dan what to do artinya lebih menekankan
dan mengutamakan metode dari pada materi. Tujuannya adalah
memberikan individu kemampuan yang memungkinkannya
untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang selalu
berubah. Dengan menekankan pada aspek metodologi
kurikulum yang disusun berdasar landasan filosofi
progresivisme akan dapat menyesuaikan situasi dan kondisi,
luwes atau fleksibel dalam menghadapi perubahan, serta
familier terhadap masa kini. Progresivisme memandang masa
lalu sebagai cermin untuk memahami masa kini dan masa kini
sebagai landasan bagi masa mendatang.
Aliran Konstruktivisme
Salah satu tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor Konstruktivisme
adalah Jean Piaget. Konstruktivisme yang dikembangkan Jean Piaget
dalam bidang pendidikan dikenal dengan nama kontruktivisme
kognitif atau personal contructivisme. Jean Piaget menyakini bahwa
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Aliran konstruktivisme adalah
satu aliran filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan adalah
kontruksi (bentukan). Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari
kenyataan (realitas), pengetahuan merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Seseorang dapat
membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang
diperlukan untuk pengetahuan. Proses pembentukan ini berjalan terus
menerus dan setiap kali akan mengadakan reorganisasi karena adanya
suatu pemahaman yang baru.
Pegembangan Kurikulum Pendidikan merupakan kurikulum yang
berorientasi pada standar kompetensi. Salah satu prinsip dalam
pelaksanaan pengembangan kurikulum pendidikan yaitu didasarkan
pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk
menguasai kompetensi dalam dirinya. Oleh karena itu peserta didik
harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas,
dinamis dan menyenangkan. Prinsip ini merupakan bagian spirit
konstruktivisme yang lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa
dalam mengorganisasikan pengalaman siswa. Bukan kepatuhan siswa
dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh
guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Guru
berfungsi sebagai mediator, fasilisator, dan teman yang membuat
situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada
diri peserta didik.
Implikasi konstruktivisme terhadap pengembangan kurikulum
pendidikan Islam yang berkaitan dengan pembealajaran, berdasarkan
pemikiran konstruktivisme personal dan sosial. Implikasi itu antara
lain sebagai berikut (1) Kaum konstruktivis personal berpendapat
bahwa pengetahuan diperoleh melalui konstruksi individual dengan
melakukan pemaknaan terhadap realitas yang dihadapi dan bukan
lewat akumulasi informasi. Implikasinya dalam proses pembelajaran
adalah bahwa pendidik tidak dapat secara langsung memberikan
informasi, melainkan proses belajar hanya akan terjadi bila peserta
didik berhadapan langsung dengan realitas atau objek tertentu.
Pengetahuan diperoleh oleh peserta didik atas dasar proses
transformasi struktur kognitif tersebut. Dengan demikian tugas
pendidik dalam proses pembelajaran adalah menyediakan objek
pengetahuan secara konkret, mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai
dengan pengalaman peserta didik atau memberikan
pengalamanpengalaman hidup konkret (nilai-nilai, tingkah laku, sikap)
untuk dijadikan objek pemaknaan.
C.Aliran Humanistik
Aliran humanistik muncul pada pertengahan abad 20 sebagai reaksi
teori psikodinamika dan behavioristik. Teori Psikodinamika yang
dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang berupaya
menjelakan hakekat dan perkembangan tingkah laku kepribadian.
Model Psikodinamika yang di ajukan Freud disebut dengan Teori
Psikoanalisis (analytic theory). Menurut teori ini tingkah laku manusia
merupakan hasil tenaga yang beroperasi didalam pikiran yang sering
tanpa disadari oleh individu. Freud menyakini bahwa tingkah laku
manusia lebih ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologi yang
tidak disadarinya. Tingkah laku manusia lebih ditentukan dan
dikontrol oleh kekuatan psikologis, naluri irasional (terutama naluri
menyerang dan naluri sex) yang sudah ada sejak awal setiap individu.
Sedangkan behavioristik merupakan aliran dalam pemahaman tingkah
laku manusia yang dikembangkan oleh Jhon B.
Dalam konteks humanisme, pendidik harus mendorong peserta
didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta
memberikan penghargaan atas prestasi yang tinggi, memberikan
penghargaan atas prestasi yang mereka capai, betapapun kecilnya, baik
berupa ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal.
Penghargaan yang tulus dari seorang guru akan menumbuhkan
perasaan sukses dalam diri peserta didik serta dapat mengembangkan
sikap dan motivasi tinggi untuk berusaha mencapai kesuksesan. Kalau
terdapat peserta didik yang gagal tetap perlu diberi penghargaan atas
segala kemauan, semangat dan keberanian dalam melakukan suatu
aktivitas.
Pendekatan berpusat pada peserta didik (humanistic), memandang
pengajaran lebih holistik dimana belajar difokuskan dengan arah yang
jelas untuk membantu mengembangkan potensi peserta didik secara
utuh dan optimal. Oleh karena itu pengembangan kurikulum lebih
menekankan pada pelayanan peserta didik menemukan makna dalam
belajar sesuai tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, serta
mengakomodasi kebutuhan pengembangan kemampuan, minat, bakat
dan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik.
Jika ditinjau dari sisi pedagogis, manusia merupakan mahluk
pembelajar, dan pada hakikatnya manusia juga mahluk yang dapat
mendidik dan dididik. Atas dasar potensi pedagogis yang dimiliki oleh
manusia inilah pendidikan selayaknya diarahkan pada proses
pemanusiaan manusia, agar pendidikan dilakukan dengan bermakna.
Kurikulum dan guru merupakan faktor penting yang besar
pengaruhnya terhadap proses belajar mengaja dan hasil belajar, bahkan
sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar.
Dalam kurikulum Pendekatan berpusat pada peserta didik
(humanistic), memandang pengajaran lebih holistik dimana belajar
difokuskan dengan arah yang jelas untuk membantu mengembangkan
potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
3.Hubungan Institusional
Yaitu hubungan kerjasama antara sekolah dengan lembagaa-lembaga atau
instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan
kerjasama antara sekolah satu dengan sekolah-sekolah lainnya, kepalaa
pemerinta setempat ateupun perusahaan-perusahaan negara, yang berkaitan
dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Model tipe hubungan komunitas sekolah menggambarkan hubungan di mana
sekolah atau komunitas mendapat manfaat. Yaitu, sekolah atau komunitas
memberikan kontribusi dengan mengorbankan yang lain. Di sini Anda
memiliki hubungan penerima-donor di mana satu pihak menyumbang dan
yang lain menerima, tanpa memberikan imbalan apa pun (Ibiam, 2015). Ini
bukan tipe hubungan yang sehat dan karena hal itu tidak seimbang, ini dapat
menghasilkan perselisihan antara sekolah dan komunitas tuan rumah seperti
yang biasa terjadi di beberapa komunitas Nigeria (Duru,2017: 39).
2.1.4 Prinsip-Prinsip Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Menurut Rahmat (2016:125-129) bahwa program sekolah tentunya tidak dapat
berjalan dengan lancar apabila tidak mendapat dukungan masyarakat. Oleh
karena itu, pemimpin sekolah perlu terus membina hubungan yang baik antara
sekolah dan masyarakat. Sekolah perlu banyak memberi informasi kepada
masyarakat tentang problem-problem yang di hadapi, agar masyarakat
mengetahui dan memahami masalah-masalah yang di hadapi sekolah.
Harapannya yaitu tumbuhnya rasa simpati dan partisipasi masyarakat.
Beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dan di petimbangkan dalam
pelaksanaan hubungan sekolah dan masyarakat adalah sebgai berikut :
1. Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan sekolah dan
masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang di jelaskan, di sampaikan dan
disuguhkan kepada masyarakat harus informasi yang terpadu antara informasi
kegiatan akademik maupun informasi kegiatan yang bersifat non akademik.
2. Simplicity
Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah dengan
masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun komunikasi
kelompok pihak pemberi informasi (sekolah) dapat menyederhanakan
berbagai informasi yang disajikan kepada masyarakat.
3. Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan mencakup semua
aspek, factor atau substansi yang perlu disampaikan dan diketahui oleh
masyarakat, misalnya program ekstra kurikuler, kegiatan kurikuler, remedial
teaching dan lain-lain kegiatan. Prinsip ini juga mengandung makna bahwa
segala informasi hendaknya lengkap, akurat dan up to date. Lengkap artinya
tidak satu informasipun yang harus ditutupi atau disimpan, padahal
masyarakat/orang tua murid mempunyai hak untuk mengetahui keberadaan
dan kemajuan (progress) sekolah dimana anaknya belajar. Oleh sebab itu
informasi kemajuan sekolah, kegagalan/masalah yang dihadapi sekolah serta
prestasi yang dapat dicapai sekolah harus dinformasikan kepada masyarakat.
Akurat artinya informasi yang diberikan memang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, dalam kaitannya ini juga berarti bahwa informasi yang
diberikan jangan dibuat-buat atau informasi yang obyektif. Sedangkan up to
date berarti informasi yang diberikan adalah informasi perkembangan, ke
majuan, masalah dan prestasi sekolah terakhir. Dengan demikian masyarakat
dapat memberikan penilaian sejauh mana sekolah dapat mencapai misi dan
visi yang disusunnya.
4. Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya konstruktif dalam
arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif kepada masyarakat.
Dengan demikian masyarakat akan memberi-kan respon hal-hal positif tentang
sekolah serta mengerti dan memahami secara detail berbagai masalah
(problem dan constrain) yang dihadapi sekolah. Apabila hal tersebut dapat
mereka mengerti, akan merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong
mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah sesuai dengan perma-
salahan sekolah yang perlu mendapat perhatian dan pemecahan bersama.
5. Adaptability
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya disesuaikan dengan
keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian dalam hal ini
termasuk penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan, budaya (culture) dan
bahan informasi yang ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat.
Bahkan pelaksanaan kegiatan hubungan dengan masyarakat pun harus
disesuaikan dengan kondisi masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Buku Landasan Ilmu Pendidikan UNJ, Oleh: Tim Dosen MKDK
http://amellooows.blogspot.co.id/2012/12/hakekat-manusia-dari-
segi-psikologi.html
http://pohanrangga.blogspot.co.id/2012/11/hakekat-manusia-
dari-segi-sosiologi.html
https://nugrahawisnuputra.wordpress.com/2014/11/30/makalah-peranan-
dan-ruang-lingkup-filsafat-pendidikan-islam/
https://griyawardani.wordpress.com/2011/05/19/nilai-nilai-pendidikan/
https://2frameit.blogspot.com/2011/06/teori-pengembangan-sumber-daya-
manusia.html?m=1
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/99464/teori-teori-
pengembangan-sumber-daya-manusia-dalam-pendidikan.html
Dimyati dan Mudjiono, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di
Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1989.
https://www.academia.edu/24671964/MAKALAH_ALIRAN_ALIRAN_
FILSAFAT_PENDIDIKAN
https://www.kompasiana.com/ermitafaradisa9404/5e7a99d0d541df0d824
94d12/5-aliran-filsafat-pendidikan-beserta-tokoh-pelopor-filsafat-
pendidikan